BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi permasalahan kesehatan utama di dunia. Pada tahun 2004 kematian akibat kanker mencapai 7,4 juta dan pada tahun 2015 diperkirakan menjadi 83,2 juta. Jumlah penderita kanker akan terus bertambah apabila tidak ada upaya penanggulangan secara optimal. Jenis kanker yang menduduki urutan pertama di Indonesia dari tahun 2004 – 2008 adalah kanker payudara (WHO, 2008). Kanker payudara lebih sering diderita kaum wanita dari pada pria dan merupakan penyebab kematian utama kaum wanita, dengan persentase kematian sebesar 15 % dari semua kematian wanita yang mengalami kanker (Tjindarbumi & Mangunkusumo, 2002; Pazdur et al., 2009). Pada tahun 2011 kematian akibat kanker payudara di Amerika menduduki urutan kedua, diperkirakan ada 230.480 kasus kanker payudara dan sekitar 39.520 berujung pada kematian (deSantisc et al., 2011). Berbagai metode penyembuhan kanker telah dilakukan seperti pembedahan, penyinaran, kemoterapi, dan imunoterapi namun masing-masing metode mempunyai kelemahan sehingga tingkat keberhasilannya masih rendah (Hoffman, 1999). Sejumlah besar tumor merespon sangat buruk bahkan tidak merespon sama sekali terhadap obatobatan terapetik dan radioterapi (Girdhani et al., 2005). Keberhasilan pengobatan kanker yang masih rendah ini mendorong peneliti di dunia berlomba- lomba mencari antikanker baru baik melalui sintesis senyawa organik maupun eksplorasi senyawa aktif dari bahan alam yang secara empirik digunakan oleh masyarakat untuk mengobati kanker. Berbagai strategi dilakukan dalam usaha menemukan antikanker baru yang lebih sensitif dan spesifik. Salah satu usaha yang banyak dilakukan dalam menemukan antikanker baru adalah melalui eksplorasi bahan alam terutama tanaman obat. Bahan 1 alam terbukti merupakan sumber antikanker baru yang potensial. Beberapa antikanker yang tersedia saat ini merupakan hasil isolasi dari bahan alam seperti vinkristin dan vinbrastin dari tanaman Catharanthus roseus, taksol dari Taxus brevifolia dan campotensin dari Camptotheca acuminata (Cragg et al., 1994). Bahan alam yang potensial dikembangkan sebagai antikanker diantara senyawa aktif adalah senyawa golongan flavonoid. Flavonoid adalah metabolit sekunder dengan dua cincin benzen yang dihubungkan dengan 3 karbon. Isoflavon merupakan salah satu senyawa golongan flavonoid selain flavon, flavonol, flavonon, dan antosianidin (Harbone & William, 2000). Isoflavon terbukti mempunyai berbagai aktivitas farmakologis seperti antioksidan, antiinflamasi, antimutagenik, dan antikanker (Yoshida, 1995; Zhao-O, 1995; Chahar et al., 2011). Isoflavon banyak dijumpai pada biji kedelai, senyawa ini memiliki struktur mirip dengan 17-β estradiol manusia sehingga mampu mempengaruhi kadar hormon wanita pra- dan pascamenoupause (Steine et al., 2008). Pada studi epidemiologi didapatkan adanya penurunan risiko kanker payudara sebesar 3 kali lipat pada populasi Asia yang konsumsi kedelainya sangat tinggi (Hooper et al., 2010). Genistein (7,4’- dihidroksiisoflavon), daidzein (5,7,4’-trihidroksiisoflavon), biokanin A (5,7-dihidroksi-4’metoksiisoflavon), dan formononetin (7-hidroksi-4’-metoksiisoflavon) merupakan golongan isoflavon yang diisolasi dari kedelai (Gycine max, L) (Gambar 1). H O H O H H O H OH H CH 3 Biokanin A Genistein H O O H O H H O Formononetin CH 3 H OH O H Daidzein Gambar 1. Senyawa turunan isoflavon hasil isolasi dari kedelai (Guo et al., 2004). 2 Senyawa-senyawa turunan isoflavon alami tersebut terbukti mempunyai aktivitas antikanker pada berbagai jenis kanker seperti kanker ovarium (Choi et al., 2007; Taylor et al., 2004), kanker payudara (Choi dan Kim, 2008; Li et al., 2008), kanker serviks (Guo et al., 2004), melanoma (Wang et al., 2002), hepatokarcinoma (Yeh et al., 2007), dan adenokarsinoma paru (Zou et al., 2008). Meskipun turunan isoflavon terutama genistein dan daidzein aktif pada berbagai jenis kanker dan potensial untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi antikanker tetapi ketersediaanya sangat terbatas. Hasil isolasi dari kedelai tidak menguntungkan secara ekonomis karena biaya isolasi mahal. Untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan senyawa isoflavon dan mengembangkan bahan alam Indonesia sebagai bahan baku obat Hairil et al. (2010) mensintesis senyawa turunan isoflavon dari bahan baku minyak cengkeh (eugenol) yang banyak tersedia di Indonesia yaitu 1,2-Epoksi-3[33’4’-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on]propana (Gambar 2). Gambar 2. Senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4on)propana (Hairil et al., 2010) Berdasarkan hasil uji aktivitas sitotoksik senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana didapatkan bahwa senyawa tersebut merupakan senyawa aktif, memiliki IC50 yang rendah hampir sama dengan IC50 doksorubicin dan tamoksifen (Lampiran 2). Pada cell line T47D, senyawa 1,2-Epoksi3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana memiliki IC50 sebesar 14,94 µg/mL, sedangkan IC50 doksorubicin sebesar 10,29 µg/mL dan tamoksifen sebesar 18,65 µg/mL pada cell line MCF-7 senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1benzopiran-4-on)propana memiliki IC50 sebesar 18,56 µg/mL sedangkan doksorubicin 3 sebesar 26,75 µg/mL dan tamoksifen sebesar 28,79 µg/mL (Lampiran 9). Hasil IC50 senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana yang tidak berbeda jauh dengan doksorubicin maupun tamoksifen memungkinkan senyawa tersebut dapat diteliti lebih lanjut kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan sel kanker. Pengujian terhadap sel Vero untuk menguji keamanan senyawa. Pengujian dilakukan pada konsentrasi 100, 200, 400, 800, dan 1600 µL (Lampiran 6) didapatkan bahwa senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana merupakan senyawa yang aman terhadap sel normal karena pada sel Vero memiliki IC50 yang sangat tinggi. Meskipun telah berhasil disintesis tetapi senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana belum pernah dikaji aktivitas sitotoksik dan mekanisme molekuler pada sel kanker. Oleh karena itu kajian terhadap mekanisme molekuler terhadap senyawa tersebut perlu dilakukan. Beberapa obat kemoterapi diharapkan bekerja secara spesifik dapat mengatur aktivitas empat kelompok gen yang terlibat pada sel kanker sehingga fungsi sel dapat berjalan normal kembali. Empat kelompok gen tersebut yaitu gen yang berperan dalam peningkatan ekspresi onkogen (misalnya, erb-B2), gen yang terlibat dalam gen supresor hormon (misalnya, p53), gen yang berperan pada perbaikan DNA (misalnya, BRCA-1 dan BRCA-2), dan gen yang berperan pada siklus sel (misalnya, cyclin D) (Lai et al., 2012). Onkogen merupakan kelompok gen yang terlibat pada transformasi keganasan. Onkogen terlibat dalam pengaturan pertumbuhan dan diferensiasi sel. Pada pertumbuhan sel normal, gen yang berhubungan dengan onkogen adalah protoonkogen. Onkogen terjadi karena mutasi gen atau perubahan susunan pada DNA protoonkogen sehingga terjadi perubahan fungsi gen (Sander et al., 2008). Gen supresor pada etiologi kanker berperan menekan pertumbuhan dan proliferasi sel kanker, kanker akan muncul apabila gen ini tidak diekspresikan atau terjadi mutasi noktah sehingga 4 protein inaktif (Cotran et al., 2005). Gen yang terlibat pada perbaikan DNA antara lain adalah BRCA1 dan BRCA2. Gen BRCA1 dan BRCA2 dibutuhkan untuk menjaga kestabilan kromosom dan berperan besar pada kerusakan DNA (Venkitaraman, 2001). Gen yang berperan pada siklus sel adalah cyclin, cyclin akan berikatan dengan Cdk (cyclin dependent kinase) dan ikatan ini berperan untuk mengontrol fosforilasi. Ada beberapa jenis cyclin yaitu cyclin A, B, D dan E yang berada pada siklus sel yang berlainan (Albert et al., 2005). Ke-4 kelompok gen tersebut berperan pada aktivitas biologis yaitu antara lain pada proses apoptosis, proliferasi sel, angiogenesis, adhesi dan migrasi sel (Contran et al., 2005). Isoflavon sebagai salah satu turunan flavanoid diketahui memiliki efek menghambat COX-2, juga menghambat protein COX-2-independent lainnya seperti Akt, nuclear factor kappaB (NF-κB) dan mitogen activated protein kinase (MAPK)/extracellular–signal-regulated kinase 1/2 (ERK1/2). Alpha serine (Akt) mempunyai peranan penting dalam regulasi pertahanan siklus sel dan proliferasi sel kanker dengan mempengaruhi aktivitas fosforilasi berlebihan dari Akt. Adanya pengeblokan signal tersebut menyebabkan hambatan pertumbuhan dengan penghentian siklus sel dan apoptosis dari sel kanker. Nuclear factor kappaB (NF-kB) merupakan faktor transkripsi yang berperan dalam regulasi ekspresi gen yang terlibat dalam fungsi seluler yang luas yaitu apoptosis, replikasi, tumorgenesis, proliferasi, angiogenesis, metastasis dan siklus sel. Nuclear factor kappaB (NF-κB) meregulasi ekspresi beberapa produk gen yang berhubungan dengan karsinogenesis (Minakandan et al., 2009; Baud dan Karin, 2009). Mitogen-activated protein kinase (MAPK/ERK ½) mempunyai peran penting di dalam regulasi angiogenesis sel kanker (Kobayashi, 2006). Pertumbuhan sel kanker sangat memerlukan aktivitas angiogenesis. Oleh karena angiogenesis pada sel kanker sangat penting untuk pertumbuhan kanker maka proses angiogenesis dapat menjadi target penting untuk menekan pertumbuhan kanker dan 5 metastasis. Angiogenesis diperlukan pada hampir setiap langkah perkembangan tumor dan metastasis, sehingga vaskularisasi tumor merupakan penanda prognostik yang kuat untuk derajat tumor. Sel yang berperan banyak pada angiogenesis adalah sel endotel dan menjadi target untuk terapi antiangiogenesis. Molekul yang berperan pada proliferasi sel endotel dan permeabilitas vaskuler adalah Vascular Endothelial Growth Factor 2 (VEGFR-2) (Ferrara et al., 2003). Proliferasi sel endotel diregulasi melalui aktivasi a SH2-domain dan PLCγ yang mengandung molekul dan berinteraksi langsung dengan VEGFR-2 melalui fosforilasi mitrogen activated protein kinase (MAPK)/extracellular –signal-regulated kinase 1/2 (ERK1/2 (Takahashi et al., 2001). Vascular endothelial growth factor menambah kemampuan hidup sel endotel menggunakan jaras PI3K/AKT dan menstimulasi migrasi sel endotel melalui fosforilasi p38 MAPK (Kobayashi, 2006). Mengacu pada hasil penelitian tentang isoflavon sebagai fitokimia bioaktif yang memiliki struktur yang mirip dengan 17-β estradiol manusia sehingga mampu mempengaruhi kadar hormon pada wanita pra- dan paskamenopause, maka senyawa turunan isoflavon dari bahan baku minyak cengkeh (eugenol) perlu dikaji kemampuannya sebagai antikanker secara in vitro dan in vivo. Kajian in vitro perlu dilakukan dengan memilih cell line adenocarcinoma payudara yang memiliki perbedaan pada rasio reseptor estrogen (ER)α dibandingkan (ER)ß. Pada penelitian ini menggunakan cell line MCF-7 dan T47D karena kedua cell line ini memiliki reseptor estrogen positif akan tetapi berbeda pada ratio ERα/ERß. Cell line MCF-7 memiliki ratio ERα/ERß tinggi sedangkan cell line T47D memiliki ratio ERα/ERß rendah (Kinder dan Aulthouse, 2004). Sedangkan kajian in vivo untuk pemicu timbulnya nodul payudara pada hewan model dengan induksi 7,12 dimethylbenzo(A) antracene (DMBA). Metabolit DMBA merupakan inisiator untuk pembentukan adenocarcinoma payudara (Miyata et al., 2001). 6 B. PERUMUSAN MASALAH Isoflavon sebagai fitokimia bioaktif yang memiliki struktur yang mirip dengan 17-β estradiol manusia sehingga mampu mempengaruhi kadar hormon pada wanita pradan pascamenopause dan terbukti menghambat interaksi, aktivasi reseptor estrogen dengan signaling molekul. Isoflavon diketahui memiliki efek menghambat COX-2, juga menghambat protein COX-2-independent lainnya seperti alpha serine (Akt), nuclear factor kappaB (NF-κB) dan mitogen activated protein kinase (MAPK)/extracellular– signal-regulated kinase 1/2 (ERK1/2). Akt berperan dalam regulasi pertahanan siklus sel dan proliferasi sel kanker dengan mempengaruhi aktivitas fosforilasi berlebihan dari Akt. Nuclear factor kappaB (NF-kB) merupakan faktor transkripsi yang berperan dalam regulasi ekspresi gen yang terlibat dalam fungsi seluler yang luas yaitu apoptosis, replikasi, tumorgenesis, proliferasi, angiogenesis, metastasis dan siklus sel. Hasil uji aktivitas sitotoksik menunjukkan bahwa senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi pada cell lines T47D dan MCF-7 dan rendah pada sel Vero. Berdasarkan uraian perumusan masalah tersebut diatas, maka diajukan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apakah senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana mempunyai aktivitas sitotoksik dan mekanisme molekuler in vitro pada cell lines kanker payudara T47D dan MCF-7? Melalui kemampuan senyawa 1,2-Epoksi-3[3(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana a. Apakah menghambat proliferasi sel kanker payudaraT47D? b. Apakah menghambat proliferasi sel kanker payudara MCF-7? c. Apakah mnstimulasi apoptosis sel kanker payudaraT47D? d. Apakah menstimulasi apoptosis sel kanker payudara MCF-7? e. Apakah menghambat ekspresi VEGF pada sel kanker payudara T47D? 7 f. Apakah menghambat ekspresi VEGF pada sel kanker payudara MCF-7? g. Apakah menghambat ekspresi COX-2 pada sel kanker payudara T47D? d. Apakah menghambat ekspresi COX-2 pada sel kanker payudara MCF-7? 2. Apakah senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4 on)propana memiliki aktivitas antikanker in vivo? Ditunjukkan melalui kemampuan senyawa 1,2Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4 on)propana a. Apakah menghambat terbentuknya nodul payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA? b. Apakah menghambat pertambahan besar nodul payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA? c. Apakah memperbaiki gambaran histopatologi payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA? 3. Apakah senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4 on)propane mempunyai mekanisme molekuler in vivo? Melalui kemampuan 1,2-Epoksi-3[3-(3,4dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4 on)propane a. Apakah menghambat proliferasi sel kanker pada nodul payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA? b. Apakah menghambat angiogenesis pada nodul payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA? C. KEASLIAN PENELITIAN Beberapa penelitian tentang aktivitas antikanker senyawa turunan isoflavon telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Unger et al. (2003) telah berhasil mengisolasi senyawa turunan isoflavon dari kedelai (Glycine max L) adalah 5,7,4’-trihidrosiisoflavon7-0-monoglukosida (genistein), 7,4’-dihidroksiisoflavon-7-0-monoglukosida (daidzein), dan 7-dihidroksi-6,4’-metoksiisoflavon-7-0-monoglukosida (glisitin) dan menguji aktivitas 8 sitotoksiknya. Genistein sebagai senyawa isoflavon dilaporkan mampu menginduksi apoptosis sel kanker payudara MDA-MB-231 (Li et al., 2008) dan 7-hidroksi-3’,4’benzoisoflavon aktif terhadap sel osteocarcinoma (Hou et al., 2008). Genistein juga dapat menghambat proliferasi dan menginduksi apoptosis terhadap adenokarsinoma paru cell line SPS-A1 (Li et al., 2008; Yeh et al., 2007; Choi dan Kim., 2008; Marini et al., 2007; Zou et al., 2008; Chen et al., 2008). Senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4 on)propana yang menjadi objek penelitian ini merupakan senyawa baru yang disintesis dari eugenol minyak daun cengkeh dan belum dikaji aktivitas sitotoksik, mekanisme molekuler terutama pada cell line karcinoma payudara serta aktivitas antikanker dan mekanisme molekulernya pada hewan coba. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dikembangkan untuk mencari senyawa baru bagi penyakit kanker. Secara teoritis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan kemampuan senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1- benzopiran-4 on)propana dalam menghambat perkembangan kanker meliputi aktivitas sitotoksik dan mekanisme sitotoksik pada cell line MCF-7 dan T47D, serta aman untuk sel normal yaitu sel Vero. Disamping itu juga aktivitas antikanker dan mekanisme molekuler pada nodul yang terbentuk di payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang aktivitas sitotoksik dan molekuler senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4 on)propana in vitro pada cell line MCF-7 dan T47D; dan aktivitas antikanker dan mekanisme molekuler senyawa trsebut in vivo pada hewan coba tikus SD yang diinduksi DMBA. 9 2. Manfaat praktis Dalam pengembangan obat kanker untuk mendapatkan obat antikanker yang lebih sensitif dan lebih spesifik. Adapun manfaat bagi pembangunaan nasional, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai salah satu terapi untuk kanker khususnya kanker payudara. E. TUJUAN PENELITIAN 1.Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan aktivitas molekuler senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on)propana in vitro pada cell line T47D dan MCF-7 , dan in vivo pada tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi 7,12-Dimetibenz(a) Anthracene (DMBA). 2.Tujuan Khusus a.Menganalisis mekanisme molekuler antikanker in vitro pada cell lines T47D dan MCF-7 senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1-benzopiran-4on)propana melalui pengaruhnya terhadap hambatan proliferasi sel, peningkatan apoptosis, dan penurunan ekspresi COX-2 dan VEGF. b.Menganalisis aktivitas antikanker in vivo pada payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA dan senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1benzopiran-4-on)propana melalui hambatan terbentuknya dan pertambahan besar nodul serta memperbaiki gambaran histopatologi payudara tikus. c. Menganalisis aktivitas antikanker in vivo pada payudara tikus Spraque Dawley (SD) yang diinduksi DMBA dan senyawa 1,2-Epoksi-3[3-(3,4-dimetoksifenil)-4H-1benzopiran-4-on)propana melalui pengaruhnya terhadap hambatan proliferasi sel dan angiogenesis. 10