MODUL III BAGI HASIL-ok

advertisement
MODUL III
PERHITUNGAN BAGI HASIL
(APLIKASI PADA BANK SYARIAH)
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, maka diharapkan mahasiswa dapat ::
1. Memahami dan mengetahui konsep bagi hasil dalam perbankan syariah
2. Memahami Rumus bagi hasil dalam perbankan syariah
3. Menghitung bagi hasil untuk deposan dan bank syariah
4. Menghitung rate of return setiap jenis dana dari para deposannya
5. Mampu menghitung dengan lancar atas saldo rata-rata harian, bagi hasil
dan rate of return untuk para deposan.
===================================================================
======
A. PENGANTAR
Terdapat perbedaan yang mendasar antara sistem ekonomi Islam dengan
sistem ekonomi lainnya yaitu dengan tidak diterapkannya bunga sebagai pranata
beroperasinya sistem ekonomi tersebut. Dalam sistem ekonomi Islam, bunga dapat
dinyatakan sebagai riba yang “haram” hukumnya menurut syariah Islamiyah. Sebagai
gantinya, sistem ekonomi Islam menggantinya dengan pranata “bagi hasil” yang
dihalalkan oleh syariah Islamiyah berdasarkan Al Qur’an dan Al Hadist.
praktiknya, ketentuan bagi hasil usaha harus ditentukan di muka atau pada awal akad
/kontrak usaha disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam akad. Porsi bagi hasil
biasanya ditentukan dengan suatu perbandingan, misalnya 40 : 60 yang berarti bahwa
atas hasil usaha yang dijalankan oleh mitra usaha akan didistribusikan sebesar 40%
kepada pemilik dana/investor (shahibul maal) dan sebesar 60% didistribusikan kepada
pengelola dana (mudharib).
Dalam praktiknya, mekanisme perhitungan bagi hasil dapat didasarkan pada dua
cara profit sharing (bagi laba) dan revenue sharing (bagi pendapatan), yakni sebagai
berikut.
1. Profit sharing (bagi laba).
Perhitungan bagi hasil menurut profit sharing adalah perhitungan bagi hasil yang
mendasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha dikurangi
‘12
1
Akuntansi Syariah
Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana
Dalam
sharing, ke dua belah pihak akan selalu mendapatkan bagi hasil, karena bagi hasil
dihitung dari pendapatan pengelola dana. Sepanjang pengelola dana memperoleh
revenue maka pemilik dana akan mendapatkan distribusi bagi hasil. Ditinjau dari sisi
pemilik dana maka prinsip ini menguntungkan, karena selama pengelola dana
memperoleh revenue maka pemilik dana pasti mendapatkan bagi hasilnya. Tetapi, bagi
pengelola dana hal ini dapat memberikan risiko bahwa suatu periode tertentu pengelola
dana akan mengalami kerugian, karena bagi hasil yang diterimanya lebih kecil dari
beban usaha untuk mendapatkan revenue tersebut. Disinilah ketidak adilan dapat
dirasakan oleh pengelola dana karena terdapat risiko kerugian, sedangkan pemilik dana
terbebas dari risiko kerugian.
Jalan keluar yang dapat dijalankan adalah pengelola dana harus menjalankan usaha
dengan prinsip prudent atau usaha penuh kehati-hatian, sehingga dengan revenue
sharing risiko kerugian dapat ditekan sekecil mungkin agar pemilik dana/investor tertarik
menginvestasikan dananya pada usaha yang dikelola Bank Syariah.
Konsep bagi hasil ini banyak diterapkan pada lembaga bisnis syariah, terutama bank
syariah. Disamping itu, lembaga bisnis yang yang lain juga menerapkan konsep bagi
hasil tersebut, yaitu pada perusahaan Takaful atau asuransi yang menerapkan bagi
hasil dalam investasi mudharabah atas dana yang dihimpun dari partnernya. Bahkan, di
bidang pertanian konsep bagi hasil tersebut telah diterapkan sejak dahulu kala di
masyarakat pertanian Indonesia. Jadi, bagi hasil merupakan konsep yang sudah
diterima sejak dahulu dalam usaha yang syar’i.
B. KONSEP BAGI HASIL
Konsep bagi hasil berbeda sama sekali dengan konsep bunga yang diterapkan pada
bank konvensional.
Dalam bank syariah, konsep bagi hasil, sebagai berikut. (IBI,
2003:265).
1. Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan bank yang
bertindak sebagai pengelola dana.
2. Pengelola/bank syariah mengelola dana tersebut di atas dalam sistem pool of
fund, selanjutnya bank akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam
proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah.
3. Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerja sama,
nominal, nisbah, dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut.
‘12
3
Akuntansi Syariah
Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana
20 Januari 2008
Setoran
5.000.000,00
27 Januari 2008
Penarikan
3.000.000,00
Berikut ini perhitungan saldo rata-rata harian dana Tuan Syahrul selama bulan
Januari 2008, yaitu dengan cara menghitung saldo rata-rata tertimbang dibagi
dengan jumlah hari dalam bulan Januari:
Nomor
1
2
3
4
Tabel Perhitungan Saldo Rata-Rata Harian (SRRH)
Tanggal
Hari
Saldo
06 Jan - 11
Jan
12 Jan - 19
Jan
20 Jan - 26
Jan
27 Jan - 31
Jan
TOTAL
6
2.000.000,00
Saldo
Tertimbang
12.000.000,00
8
10.000.000,00
80.000.000,00
7
15.000.000,00
105.000.000,00
5
12.000.000,00
60.000.000,00
26
257.000.000,00
Jadi, saldo rata-rata harian (SRRH) dana Tuan Syahrul = Rp257.000.000,00 : 26 = Rp.
9.884.615,Setelah SRRH dihitung, maka berikutnya kita menghitung distribusi pendapatan, dengan
rumus:
DP = (SR/TR) x TP
Dimana DP = distribusi pendapatan
SR = saldo rata-rata tertimbang per klasifikasi dana
TR = total rata-rata tertimbang per klasifikasi dana
TP = total pendapatan yang diterima periode berjalan oleh bank syariah
Berikut ini diberikan contoh perhitungan distribusi pendapatan bank syariah pada tahun
2008.
Saldo rata-rata harian:
‘12
5
Akuntansi Syariah
Drs. Slamet Wiyono, Ak. MBA.
Pusat Bahan Ajar dan Elearning
Universitas Mercu Buana
Download