1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 ditegaskan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum
(Rechtstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machstaat), ini
berarti bahwa Republik Indonesia adalah negara hukum yang demokratis
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menjamin
semua warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya.
Hukum merupakan suatu norma atau kaidah yang memuat aturanaturan dan ketentuan yang sifatnya memaksa dan jika ada yang melanggar
maka akan mendapat sanksi yang kejam. Sasaran hukum yang hendak
dituju bukan saja orang yang melakukan perbuatan melawan hukum tetapi
juga perbuatan hukum yang mungkin akan terjadi dan kepada alat
perlengkapan negara untuk bertindak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sistem hukum yang demikian merupakan salah
satu bentuk penegakan hukum. Hal ini di maksudkan agar hukum mampu
menciptakan keselarasan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
dalam segala kondisi serta berkembangnya keadaan masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya keadaan masyarakat tindak pidana
yang sering terjadi di dalam masyarakat dewasa ini semakin canggih dan
semakin banyak. Perkembangan keadaan masyarakat menciptakan
kemudahan dari berbagai aspek kehidupan. Salah satu kemudahan yang
dapat dirasakan saat ini adalah kemudahan dalam memperoleh akses
informasi maupun komunikasi. Manusia pada dasarnya merupakan
makhluk
sosial,
sangat
butuh
berinteraksi,
bersosialisasi
dan
berkomunikasi. Komunikasi itu dapat dilakukan, baik melalui komunikasi
1
2
verbal maupun non-verbal. Komunikasi yang sangat mudah saat ini sangat
ditunjang dengan adanya internet.
Internet berasal
dari
kata Interconnection
Networking
yang
mempunyai arti hubungan berbagai komputer dan berbagai tipe (platform)
komputer yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia
dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, wireless, bahkan
satelit. Internet menciptakan kemudahan berkomunikasi melalui media
sosial. Media sosial yang paling banyak dimiliki masyarakat Indonesia
adalah facebook, facebook telah dikenal masyarakat Indonesia sejak tahun
2009 (Juju Dominikus, 2006:1). Facebook adalah sebuah layanan jejaring
sosial di dunia maya yang digunakan untuk mencari teman baru, teman
lama
dan
lainnya.
Para
remaja
memanfaatkan
facebook
untuk
mempromosikan diri sendiri dengan cara mengupload foto, meng-update
status, dan lain sebagainya, facebook juga biasa digunakan untuk bisnis
online (Evi Nuryani, 2014:181). Selain itu Internet juga meningkatkan
kemudahan masyarakat untuk mengakses informasi serta banyaknya
kesempatan dalam mendapatkan berbagai peralatan canggih dapat
memberi efek yang cukup mengkhawatirkan bagi moral dan etika
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ini.
Salah satu dampak negatif dari pemanfaatan internet adalah
penyebaran informasi bermuatan pornografi yang menjadi perhatian serius
dari Pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia (Ridwan Sanjaya,
2010:4). Pemanfaatan teknologi informasi, media, dan komunikasi telah
mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia secara
global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah pula
menyebabkan hubungan dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan
menyebabkan perubahan sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan
berlangsung demikian cepat. Teknologi Informasi saat ini menjadi pedang
bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan
kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi
sarana efektif perbuatan melawan hukum (Agus Raharjo, 2002:34).
3
“Computer crime, as previously described, can be broadly defined
as any criminal activity that involves the use of information technology,
including illegally accessing information, intercepting data, damaging or
deleting data, interfering with the functioning of a computer system,
identity theft, etc. Information-related crime and computer/network
security issues are already major concerns. These issues affect all levels of
business, government, and academia and have grown in importance as
most organizations link their networked computer environments to the
Internet. A computer criminology student will learn both how to use
computers to facilitate the study of crime and will study how crimes are
accomplished through the use of computers”.
Terjemahan :
Kejahatan komputer, secara luas dapat didefinisikan sebagai setiap
kegiatan kriminal yang melibatkan penggunaan teknologi informasi,
termasuk secara ilegal mengakses informasi, menyadap data, merusak atau
menghapus data, mengganggu fungsi dari sistem komputer, pencurian
identitas, dll masalah keamanan kejahatan informasi yang terkait dan
komputer/jaringan sudah keprihatinan utama. Isu-isu ini mempengaruhi
semua tingkat bisnis, pemerintah, dan akademisi dan telah tumbuh dalam
pentingnya karena kebanyakan organisasi menghubungkan lingkungan
komputer jaringan mereka ke Internet. Seorang mahasiswa kriminologi
komputer akan belajar baik bagaimana menggunakan komputer untuk
memfasilitasi studi tentang kejahatan dan akan mempelajari bagaimana
kejahatan yang dilakukan melalui penggunaan komputer (Colby L
Valentine Team, 2013:6).
Pada awalnya, cybercrime didefinisikaan sebagai kejahatan
komputer. Mengenai definisi kejahatan komputer sendiri sampai sekarang
para sarjana belum sependapat mengenai pengertian atau definisi dari
kejahatan komputer. Bahkan penggunaan istilah tindak pidana untuk
kejahatan komputer dalam bahasa Inggris pun masih belum seragam.
Beberapa sarjana menggunakan istilah “computer misuse”, “computer
abuse” , “computer fraud”, “computer related crime”, “computer-assisted
crime”, atau “computer crime”. Namun para sarjana pada waktu itu, pada
umumnya lebih menerima pemakaian istilah “computer crime” oleh
karena dianggap lebih luas dan biasa dipergunakan dalam hubungan
internasional (Puslitbang Hukum dan Peradilan Mahkamah Agung RI,
2004:4).
Sub direktorat Cyber Crime Polda Metro Jaya mengungkap
sejumlah modus operandi dari cyber terrorism atau terorisme melalui
4
cyber yang marak terjadi. Penjahat cyber diketahui tidak hanya melakukan
kejahatan dengan modus perusakan, tapi juga dengan motif balas dendam
dan pemerasan. Jenis tindak pidana cyber terrorism menurut data Sub
direktorat Cyber Crime Polda Metro Jaya, di antaranya, pencurian
dokumen, penjebolan password email dan media sosial, pengancaman,
kejahatan perbankan, manipulasi informasi elektronik, hingga kejahatan
terhadap kesusilaan. Dalam kasus pencurian dokumen, pelaku kejahatan
melakukan pencurian data-data otentik milik korban, setelah sebelumnya
meretas password email atau media sosial korban. Data yang dicuri bisa
merupakan
data
pribadi,
data
perusahaan,
dan
foto-foto
pribadi.(http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabeknasional/15/01/09/nhwwum-waspadai-modus-operandi-emcyberterroristem. diakses 24 April 2016 pukul 18.42 WIB)
Indonesia telah menciptakan regulasi untuk mencegah hal-hal
tersebut terjadi, salah satunya dengan membentuk Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (selanjutnya
disebut dengan UU ITE). Sedikit menelaah isi dari Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan transaksi elektronik, tujuan
pemanfaatan Undang-Undang tersebut adalah: mencerdaskan kehidupan
bangsa; mengembangkan perdagangan dan perekonomian; meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pelayanan publik; membuka akses pengembangan
diri kepada setiap orang; dan memberikan rasa aman, keadilan, dan
kepastian hukum bagi pengguna teknologi informasi. Namun demikian
perbuatan melanggar hukum yang terjadi dalam dunia maya saat ini
nampaknya telah menjadi hal yang populer, hal itu didukung dengan akses
dan sistem yang begitu mudah dijalankan oleh setiap orang. Selain UU
ITE, pemerasan diatur dalam Pasal 368 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (selanjutnya disebut dengan KUHP), meskipun di dalam KUHP
sendiri hanya membahas definisi pemerasan, dan tidak menerangkan
sarana yang digunakan.
5
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, menegaskan bahwa Indonesia merupakan negara hukum.
Prinsip Negara Hukum ialah mejamin kepaastian, ketertiban, dan
perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan dalam
masyarakat. Asal mula Pasal ini terdapat dalam penjelasan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (sebelum amandemen)
bahwa “Negara Indonesia berdasar atas hukum (Rechstaat), tidak
berdasarkan kekuasaan belaka (Machstaat)” dari istilah ini kemudian
muncul istilah “Supremasi hukum” (Barda Nawawi Arief, 2007:11).
Permasalahan yang menjadi sorotan dan seringkali digunakan
sebagai alat untuk menguntungkan pribadi atau individu dengan kaitannya
Informasi dan Transaksi Elektronik adalah Dokumen Elektronik. Adapun
pengertian Dokumen Elektronik yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (4)
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital,
elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau
sejenisnya,huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang
memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya.
Dokumen elektronik yang salah satunya berbentuk foto sesuai
dengan ketentuan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, sering digunakan untuk
melakukan pemerasan. Dengan tujuan agar tersangka dapat memeras
korbannya untuk mengirimkan sejumlah uang, melalui ancamannya yang
akan menyebarkan foto korban tanpa mengenakan busana atau dapat
dikatakan bermuatan ponografi ke media sosial, apabila permintaannya
tidak dilakukan.
6
Beberapa
kasus
tindak
pidana
pemerasan
dengan
modus
menyebarkan foto semakin marak terjadi di beberapa daerah di Indonesia
seperti yang ditangani Kasubdit Eksus Polda Sulteng pada 23 Januari
2013. Doni ditetapkan tersangka dengan tuduhan memeras Mawar (nama
samaran). Pemerasan itu dilakukan dengan modus akan menyebar foto
telanjang korban, foto bugil milik Mawar dijadikan ‘senjata’ bagi pelaku
untuk memeras. Karena takut ancaman pelaku yang akan menyebarkan
foto tersebut ke jejaring sosial seperti twitter dan facebook, maka korban
pun menuruti keinginan pelaku dengan membelikan laptop
(http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=155629.diakses 24
April 2016 pukul 18.58 WIB)
Kemudian kasus yang terjadi di Subang pada 02 Februari 2015
dimana seorang narapidana kasus narkoba di Lapas Klas IIA Subang,
Saiful Husen, sukses memeras seorang guru wanita cantik asal Pontianak,
Rp 80.000.000,- melalui jejaring sosial Facebook. Modus yang digunakan
pelaku untuk memeras korban, yakni dengan mengancam akan
menyebarluaskan foto bugil dan video seks korban kepada masyarakat
(http://daerah.sindonews.com/read/958994/21/napi-peras-guru-cantikrp80-juta-lewat-facebook-1422868654. diakses, 24 April 2016 pukul
22.39 WIB).
Selain beberapa kasus tindak pidana pemerasan dengan modus
menyebarkan foto, yang telah diuraikan sebelumnya. Kasus serupa juga
terjadi di wilayah yurisdiksi Pengadilan Negeri Magelang, yang
selanjutnya
akan
dikaji
oleh
penulis
terkait
Putusan
Nomor
50/Pid.B/2015/PN Mgg. Pada awalnya tersangka berkenalan melalui
facebook dengan korban, menjelaskan bahwa dia bisa menyembuhkan
orang sakit. Melalui beberapa kali pertemuan, tersangka mampu
meyakinkan korban terkait hal itu. Dengan alasan ingin mengobati korban
dari jarak jauh, tersangka meminta foto korban tanpa memakai busana,
yang akhirnya dipenuhi oleh korban. Dengan menggunakan foto tersebut,
tersangka mengancam akan menyebarkan foto korban tanpa busana ke
7
media sosial facebook, apabila tidak menyerahkan uang sejumlah Rp.
30.000.000, - (Tiga puluh juta rupiah).
Berdasarkan hal-hal yang telah penulis paparkan, maka penulis
tertarik membuat sebuah penulisan hukum (skripsi) yang berjudul:
“Analisis Putusan Hakim Pengadilan Negeri Magelang Nomor:
50/Pid.B/2015/PN Mgg Tentang Tindak Pidana Pemerasan Dengan
Modus Menyebarkan Foto”.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam suatu penelitian dimaksudkan untuk
mempermudah dalam membatasi masalah yang akan diteliti, sehingga
tujuan dan sasaran yang akan dicapai menjadi jelas, terarah dan mendapat
hasil yang diharapkan. Perumusan masalah merupakan sesuatu yang
sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, sehingga masalah yang
diteliti dapat lebih dikhususkan dan untuk dapat memperjelas arah yang
akan dicapai oleh peneliti. Perumusan masalah dibuat dengan tujuan untuk
memecahkan masalah pokok yang akan timbul secara jelas dan sistematik.
Bertolak dari permasalahan yang dipaparkan tersebut, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
Apakah penjatuhan pidana terhadap tindak pidana pemerasan dengan
menyebarkan foto berdasarkan (Putusan Nomor: 50/Pid.B/2015/PN Mgg)
sudah tepat?
Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian ada tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh
peneliti. Tujuan ini tidak lepas dari permasalahan yang telah dirumuskan
sebelumnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Tujuan Obyektif
1) Untuk mengetahui apakah penjatuhan pidana terhadap tindak
pidana pemerasan dengan menyebarkan foto berdasarkan (Putusan
Nomor: 50/Pid.B/2015/PN Mgg) sudah tepat.
b. Tujuan Subyektif
8
1) Untuk menambah wawasan, pengetahuan serta pemahaman penulis
dibidang hukum pidana khususnya terkait pengaturan tindak
pidana pemerasan
dengan
modus
menyebarkan
foto
dari
perkembangan hukum positif di Indonesia.
2) Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar
Strata 1 (Sarjana) dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret.
C. Manfaat Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian diharapkan adanya manfaat dan
kegunaan yang dapat diambil dari sebuah penelitian, khususnya pada
bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang penelitian
tersebut. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Manfaat Teoritis
1) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dibidang ilmu hukum pada
umumnya dan hukum pidana pada khususnya serta untuk
mengetahui ketentuan hukum dalam hal tindak pidana pemerasan
dengan modus menyebarkan foto dari perkembangan hukum
pidana di Indonesia.
2) Dapat bermanfaat selain sebagai bahan informasi, juga dapat
sebagai bahan literature atau bahan-bahan informasi ilmiah
b. Manfaat Praktis
1) Memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti serta
masukan untuk semua pihak yang mebutuhkan pengetahuan yang
berkaitan dengan penelitiaan ini.
2) Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan
tambahan
pengetahuan bagi para pihak yang terkait, serta untuk mengetahui
kemampuan penulis terhadap penerapan ilmu yang diperoleh.
D. Metode Penelitian
9
Metode berasal dari kata “metodhos” (Yunani) yang artinya cara
atau menuju suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
subyek atau obyek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah termasuk keabsahannya.
Penelitian pada dasarnya merupakan “suatu upaya pencarian” dan
bukannya sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu obyek
yang mudah terpegang ditangan. Penelitian merupkan terjemahan
dari Bahasa Inggris yaitu research yang berasal dari kata re
(kembali) dan to search (mencari). Dengan demikian secara
logawiyah berarti “mencari kembali” (Bambang Sugono, 2015:27).
Penelitian hukum (legal research) adalah menemukan kebenaran
koherensi yaitu adalah aturan hukum sesuai norma hukum dan adalah
norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip
hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum
(bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum (Peter Mahmud
Marzuki, 2014:47).
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu
hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-how,
penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi.
Disinilah dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum,
melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi dan
kemudian memberikan pemecahan atas masalah tersebut (Peter Mahmud
Marzuki, 2014:60). Penelitian terhadap sistematik hukum dapat dilakukan
pada peraturan perundang-undangan tertentu atau hukum tertulis. Tujuan
pokoknya adalah untuk mengadakan identifikasi terhadap pengertianpengertian pokok atau dasar dalam hukum yaitu: masyarakat hukum; hak
daan kewajiban; peristiwa hukum; hubungan hukum dan obyek hukum
(Bambang Sunggono. 2015: 93). Beberapa hal yang menjadi bagian dari
metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Jenis Penelitian
10
Dalam penelitian hukum ini menggunakan penelitian hukum
doktrinal atau normatif dimana didalam buku karya Peter Mahmud
Marzuki yang berjudul Penelitian Hukum, penelitian hukum adalah
suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum,
maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang
dihadapi. Penelitian hukum normatif atau dikenal juga sebagai
penelitian doktrinal, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan
cara meneliti bahan pustaka yang ada dengan mendasarkan hukum
sebagai suatu norma. Sebenarnya istilah penelitian hukum normatif
tidak perlu, karena istilah penelitian hukum atau legal research (atau
dalam bahasa Belanda rechtsonderzoek) sudah jelas bahwa penelitian
tersebut bersifat normatif (Peter Mahmud Marzuki, 2014:55-56).
Penelitian ini mengkaji mengenai Putusan Hakim Pengadilan
Negeri Magelang Nomor: 50/Pid.B/2015/PN Mgg berdasarkan hukum
positif
yang
berlaku
di
Indonesia.
Untuk
dapat
menjawab
permasalahan di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian melalui
suatu proses meneliti bahan pustaka yang ada dengan mendasarkan
hukum
sebagai
suatu
norma
sehingga
penelitian
ini
dapat
dikategorikan sebagai penelitian hukum normatif atau doktrinal
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat perskriptif, dimana sebagai ilmu yang
preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, dan norma-norma
hukum. Selain itu, penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan
argumentasi atas hasil penelitian yang telah dilakukan. Argumentasi
dilakukan untuk memberikan preskriptif atau penellitian mengenai
benar atau salah menurut hukum terhadap fakta-fakta atau peristiwa
hukum dari hasil penelitian. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum
menetapkan standart prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-rambu
dalam aturan hukum. Menurut Peter Mahmud Marzuki (2014:103).
Penulisan hukum ini penulis akan memaparkan hasil penelitian
tentang Analisis Putusan Hakim Pengadilan Negeri Magelang Nomor:
11
50/Pid.B/2015/PN Mgg Tentang Tindak Pidana Pemerasan Dengan
Modus Menyebarkan Foto, penelitian hukum dilakukan untuk
memecahkan isu hukum yang diajukan. Hasil yang akan dicapai adalah
untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya.
3. Pendekatan Penelitian
Peter Mahmud Marzuki (2014:133) menyatakan bahwa
di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan.
Dengan pendekatan tersebut peneliti mendapatkan informasi dari
berbagai aspek mengenai isu hukum yang sedang dicoba untuk
dicari
jawabannya.
Pendekatan-pendekatan
yang
dapat
digunakan dalam penelitian hukum adalah pendekatan UndangUndang (statute approach), pendekatan kasus (case approach),
pendekatan
histories
(Historical
approach),
pendekatan
komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual
(conceptual approach).
Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
undang-undang (statute approach) dan pendekatan kasus (case
approach). Pendekatan undang-undang (statute approach)
dilakukan dengan menelaah peraturan perundang-undangan dan
regulasi yang cukup mampu menampung permasalahan hukum
yang ada. Suatu penelitian hukum normatif yang menggunakan
pendekatan perundang-undangan ini akan lebih akurat apabila
dibantu oleh salah satu atau lebih pendekatan yang cocok. Hal
ini dilakukan untuk memperkaya pertimbangan-pertimbangan
hukum yang tepat untuk menghadapi permasalahan hukum yang
ada dan dalam penulisan hukum ini penulis juga menggunakan
pendekatan kasus (case approach).
Pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
berkekuatan hukum tetap yang menjadi kajian pokok dalam
12
pendekatan kasus adalah ratio decidendi atau reasoning, yaitu
pertimbangan pengadilan untuk sampai kepada suatu putusan,
baik untuk keperluan praktik maupun kajian akademis. Racio
decidendi atau reasoning tersebut merupakan referensi bagi
penyusunan argumentasi dalam pemecahan isu hukum (Peter
Mahmud Marzuki, 2014: 133-134).
4. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Untuk memecahkan isu hukum sekaligus memberikan
preskripsi mengenai apa yang seyogyanya, diperlukan sumbersumber penelitian. Jenis bahan hukum dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer merupakan bahan autoritatif. Artinya,
bahan hukum pimer merupakan bahan yang memiliki otoritas
atau kekuasaan dalam pelaksanaannya. Bahan hukum primer
terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-catatan
resmi, atau risalah dalam pembuatan Undang-Undang dan
putusan-putusan Hakim. Sedangkan bahan hukum sekunder
berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan
dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi
buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal hukum, dan
komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud
Marzuki, 2014:181).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder sebagai berikut:
1. Bahan Hukum Primer
Adapun bahan hukum primer yang digunakan oleh
peneliti adalah:
a) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana;
b) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Trasaksi Elektronik (ITE);
13
c) Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2008 Tentang Pornografi;
d) Putusan
Pengadilan
Negeri
Magelang
Nomor:
50/Pid.B/2015/PN Mgg.
2. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder meliputi hasil karya ilmiah
dan penelitian-penlitian yang relevan atau terkait dengan
penelitian ini termasuk diantaranya skripsi, tesis, disertasi
maupun jurnal-jurnal hukum, serta kamus-kamus hukum dan
buku yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan bahan hukum dimaksudkan untuk
memperoleh bahan hukum dalam penelitian. Untuk mendapatkan
data dalam penelitian ini, penulis memakai teknik pengumpulan
data studi kepustakaan (library research) atau dokumentasi.
Studi dokumen adalah suatu pengumpulan bahan hukum yang
dilakukan melalui bahan hukum tertulis dengan menggunakan
content analisys. Di dalam melakukan metode dokumentasi,
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah,
dokumen,
peraturan
perundang-undangan,
serta
pengumpulan data melalui internet yang erat kaitannya dengan
pokok masalah yang digunakan untuk menyusun penulisan
hukum
ini
yang
kemudian
dikategorikan
menurut
pengelompokan yang tepat.
Studi kepustakaan yang penyusun gunakan
yaitu
pengumpulan data dengan cara membaca, mengkaji, dan
mempelajari bahan-bahan pustaka baik berupa peraturan
perundang-undangan, artikel-artikel, jurnal, makalah, dokumen,
serta bahan-bahan lain yang berhubungan dengan masalah yang
diteliti. Selain itu penulis juga menganalisis putusan dalam hal
ini
Putusan
Pengadilan
Negeri
Magelang
Nomor:
14
50/Pid.B/2015/PN Mgg, sebagai dasar atau akar masalah yang
akan diteliti.
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan metode silogisme yang menggunakan pola
berpikir deduktif, yaitu dengan cara berpikir pada pinsip-prinsip
dasar, kemudian penelitian menghadirkan obyek yang akan
diteliti guna menarik kesimpulan terhadap fakta-fakta yang
bersifat khusus. Pola berpikir deduktif yang berpangkal dari
prinsip-prinsip dasar kemudian penelitian tersebut menghadirkan
obyek yang diteliti. Sedangkan metode silogisme menggunakan
pendekatan deduktif menurut ajaran Aristoteles yaitu berpangkal
dari pengajuan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor
dari kedua premis ini kemudian ditarik kesimpulan (Peter
Mahmud Marzuki, 2014:89).
E. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk
memberikan
gambaran secara
jelas
mengenai
keseluruhan dari isi penulisan hukum (skripsi) ini, maka penulis
membagi penulisan hukum (skripsi) ini menjadi empat bab. Adapun
sistematika penulisan hukum (skripsi) ini adalah sebagai berikut
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian dan juga
sistematika penulisan hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini penulis akan memberikan landasan teori atau
memberikan penjelasan secara teoritik yang bersumber
pada bahan hukum yang penulis gunakan dan doktrin ilmu
hukum yang dianut secara universal mengenai persoalan
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis
15
teliti. Landasan teori tersebut meliputi tinjauan umum
tentang tindak pidana, tinjauan umum tentang tindak pidana
pemerasaan, dan tinjauan tentang Asas Lex Specialist
Derogat Lex Generalis dan Gabungan tindak pidana atau
samenloop
van
strafbare
feiten.
Selain
itu
untuk
memudahkan pemahaman alur berfikir, maka dalam bab ini
juga disertai kerangka pemikiran.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan dan
menyajikan
pembahasan
berdasarkan
rumusan
masalah, yaitu: Penjatuhan pidana terhadap tindak
pidana
pemerasan
dengan
menyebarkan
foto
berdasarkan (Putusan Nomor: 50/Pid.B/2015/PN
Mgg) .
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan simpulan dan saran
terkait dengan permasalahan yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Download