BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu keseneian

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu keseneian yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah kesenian Wayang
Kulit dimana permainaan tersebut di mainkan oleh seorang dalang. Wayang sendiri masuk
sebagai salah satu kebudayaan yang sudah diakui dunia. Wayang selain merupakan bentuk
pertunjukan dan tontonan, wayang juga sebagai ideologi atau filsafat.
Wayang
sebagai
tontonan yang digemari masyarakat luas, wayang juga merupakan sangkutan dari berbagai
pengertian mengenai sikap dan pandangan hidup orang Jawa. Wayang mempunyai cerita
sama halnya drama-drama lain yang melibatkan begitu banyak pekerja teater seperti, aktor,
sutradara, dan lain-lainnya, maka wayang hanya mempunyai seorang dalang yang harus
mengerjakan hampir seluruh kerja wayang itu. Ia memang dibantu oleh pemukul gamelan,
tetapi fungsinya hanya pengiring dalam pertunjukan. Dalang juga melakukan tugas sutradara
dan penata musik dalam pertunjukan wayang. Adamya tugas-tugas yang dilakukan dalang
dalam sebuah pertunjukan wayang maka dalang merupakan seniman yang komplit (Amir,
1997:80-81).
Dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk meneliti alur kehidupan Kusno yang
dianggap menarik untuk dikaji, peneliti memilih Kusno sebagai objek penelitiannya, selain
prestasi dan juga untuk mempertahankan kesenian wayang yang bisa saja termaakan waktu
karena perkembangan zaman, tetapi juga sifatnya yang welas asih kepada masyarakat
sehingga ia dikagumi, wibawanya yang kental sebagai seorang dalang, dan juga sering
membantu dalam kesenian-kesenian lain seperti menjadi pelatih lomba karawitan yang
diadakan setiap tahun dan group yang dilatih sering kali mendapat juara di tingkat Kabupaten
Purbalingga membuat ia sering mendapat pekerjaan untuk mementaskan wayang dalam suatu
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
acara. Selain menarik, peneliti mengenal baik objek penelitian sehingga mempermudah
untiuk mendapatkan informasi.
Kusno Lahir di Purbalingga pada 28 September 1967, ia adalah satu dari tujuh
bersaudara tetapi semua saudaranya adalah saudara tiri bukan saudara asli, Kusno mulai kecil
sudah sering menonton wayang. Ibunya yang merupakan seorang pedagang sering berjualan
ditontonan Wayang hingga malam, sampai pernah tertidur di tempat dagangan. Dari kegiatan
seperti itu dan kakek Kusno juga merupakan seorang dalang menjadikan Kusno semakin
tekun di dunia wayang, dan pada tahun 1983 pada saat masih duduk di kelas satu Sma ia
pertama kali manggung jadi dalang untuk pertama kali.
Dalam acara peringatan hari besar nasioanal seperti hari ulang tahun RI, hari sumpah
pemuda dan hari-hari besar lainnya Kusno tidak pernah meminta bayaran sedikitpun kecuali
event acara orang pribadi seperti Sunatan, Nikahan, dll. Ia hanya pernah sekali menerima
bayaran di RRI Purwokerto itupun karena dipaksa untuk menerima imbalan. Kusno sendiri
tidak hanya tampil di daerah lokal (Purbalingga) tetapi tidak jarang mendalang di luar
Kabupaten. Bahkan Kusno pernah tampil di Istana Kepresidenan sebanyak empat kali, tetapi
di Istana ia tidak mendalang melainkan memainkan alat musik bambu. Tetapi sebagai
seorang guru Kusno jua harus bisa membagi waktu antara mendalang dan melakukan
kewajibannya yaitu mengajar, hal itulah yang membuat kusno harus pintar membagi waktu.
Berdasarkan penelitian diatas, mengkaji tentang riwayat kehidupan tokoh tersebut
menyangkut latar belakang keluarga, latar belakang pendidikan dan kehidupan sosial, serta
memaparkan bagaimana kiprah dan prestasi dari dalang Kusno.
B. Rumusan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan
diteliti sebagai berikut:
1.
riwayat kehidupan Ki Dalang Kusno.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
2.
kiprah Kesenian Ki Dalang Kusno .
3.
prestasi Ki Dalang Kusno dalam dunia Kesenian.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui riwayat kehidupan Ki Dalang Kusno.
2.
Untuk menjelaskan kiprah Ki Dalang alang Kusno.
3.
Untuk mengetahui prestasi Ki dalang Kusno di dalam dunia kesenian.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai salah satu referensi dalam
menganalisis biografi seorang tokoh dan perannya dalam masyarakat. Dapat berguna sebagai
salah satu referensi dalam menganalisis biografi seorang tokoh dan perannya dalam
masyarakat.Manfaat penelitian ini secara teoretis diharapkan menambah khasanah
pengetahuan.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta terhadap kesenian
tradisional salah satunya yaitu wayang kulit. Diharapkan juga dapat menjadikan masyarakat
mengetahui betapa pentingnya kesenian tradisional itu. Selain itu hasil penelitian ini
diharapkan dapat menambah gairah munculnya dalang-dalang muda yang berprestasi.
E. Kajian Pustaka
1. Seni Pertunjukan dan Wayang
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Seniman adalah istilah subyektif yang merujuk kepada seseorang yang kreatif, atau
inovatif, atau mahir dalam bidang seni, Penggunaan yang paling kerap adalah untuk
menyebut orang-orang yang menciptakan seni, seperti lukisan, patung, seni peran, seni tari,
sastra, film dan musik. Seniman menggunakan imajinasi dan bakatnya untuk menciptakan
karya dengan nilai estetik. Ahli sejarang seni dan kritikus seni mendefinisikan seniman
sebagai seseorang yang menghasilkan seni dalam batas-batas yang diakui.
Pada diri seniman, potensi seni terkait erat dengan fungsi yang disandangnya, antara
lain sebagai media pewarisan budaya, sarana pendidikan, media hiburan masyarakat, aset
pendapatan devisa nasional, fungsi ekonomi masyarakat, dan fungsi politik tertentu. Dari
berbagai potensi tersebut, muncul berbagai macam dampak, baik dampak yang positif
maupun yang negatif.
Penelitian kali ini mengangkat biografi dari seorang tokoh dunia seni tradisional yang
mengulas tentang kiprah dan kesenian. Dalang merupakan tokoh panutan masyarakat juga
melalui seni yang dimainkannya terkandung banyak nasehat bagi para penonton yang
menyaksikan pertunjukan itu. Melalui kesenian bagi masyarakat selain hiburan. Arti kesenian
hakikatnya adalah satu unsur kebudayaan yang bersifat universal (Koentjaraningrat,1990:
204) kesenian telah lama ada, dapat dikatan sejak manusia mengenal keindahan, sejak itu
pula kesenian lahir.
Seni pertunjukan wayang merupakan suatu teater total dan tentunya berhubungan
dengan sastra (lakon) suatu seni teater yang berfungsi tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga
untuk pendidikan, komunikasi, pendidikan kesenian, pendidikan sastra, filsafat, agama, dan
lain-lain. Cerita-cerita yang dipakai dalam lakon wayang diambil dari mitos-mitos lama,
legenda-legenda, cerita-cerita rakyat, dan juga cerita-cerita dari kitab-kitab sastra (Amir:
1997 :35-36).
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Pertunjukan wayang disebut juga dengan seni pedalangan. Disebut seni pedalangan
karena seni pertunjukan ini dikemudikan atau dimainkan oleh seorang dalang yang mengatur
jalannya cerita sepanjang sajian pertunjukan. Di dalam di dalam pertunjukan wayang kulit
dan wayang golek, dalang berperan sebagai sutradara sebagai pemeran sekaligus stage
manager. Jadi dalam pertunjukan wayang, dalang merupakan pengalaman yang berisis
pembayangan (imaji) dan penjadian (proses). Suatu oleh seni patut disebut seni apa bila
mampu memberikan kebahagiaan, memberikan makanan kepada rasa, melalui pengalaman
tersebut. Pengalaman-pengalaman itu bisa berbeda beda dirasakan oleh setiap individu,
tergantung pada kesiapan masing-masing (Randyo, 2008:9).
Seni pertunjukan wayang merupakan suatu teater total dan tentunya berhubungan
dengan sastra (lakon). Suatu seni teater yang berfungsi tidak hanya sebagai hiburan tetapi jiga
untuk pendidikan, komunikasi masa, pendidikan kesenian, pendidikan sastra, filsafat, agama
dan lain-lain. Cerita-cerita yang diambil dari lakon wayang diambil dari mitos-mitos lama,
legenda-legenda, cerita-cerita rakyat, dan juga cerita-cerita kitab sastra (Amir: 1997:35-39).
Wayang merupakan salah satu unsur budaya asli Indonesia. Banyak ilmuwan yang
mengemukakan bahwa wayang merupakan salah satu unsur kebudayaan Hindu, ada yang
menyatakan wayang bahwa wayang adalah salah satu kebudayaan asli Indonesia yang telah
dimiliki bangsa Indonesia sebelum kehidupan bangsa India. Menurut pendapat DR. J. J.
Brandes yaitu wayang bukandari India, tetapi wayang merupakan salah satu unsur
kebudayaan asli indonesia. Wayang bukan berasal dari pengaruh Hindu. Sedangkan menurut
DR. Hazeu yaitu pada zaman Airlangga, wayang telah dipertunjukan kerajaan kediri,karena
pada saat itu kerajaan Kediri sedang mengalami kejayaan. Menurut Prof. Veth dan Poesen
berpendapat bahwa wayang kulit di tanah Jawa karena pengaruh Hindu (Asmito :1998: 3536).
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Dunia wayang apa bila dilihat dari bentuk pertunjukan tradisional, yang menyangkut
keaneragaman pertunjukan tersebut, seni pedalangan memiliki berbagai bentuk ragam bentuk
wayang. Pertama pertunjukan wayang Beber, pertunjukan ini dilakukan oleh seorang dalang,
sambari bercerita dengan menunjukan gambar-gambar yang melukiskan kejadian atau adegan
penting dalam cerita yang dimaksud ditulis dalam kertas. Kedua pertunjukan wayang kulit
(purwa), adalah pertunjukan wayang yang mengambil sumber cerita pokok dari siklus
Mahabarata, Ramayana, Lokapala, atau Arjunasasrabahu. Pameran atau wayangnya dapat
berupa wayang kulit, wayang golek, dan wayang wong (Randyo, 2008: 9).
Dalang dalam kehidupan sehari-hari selalu diartikan dalam hal-hal positiv saja.
Penggunan kata dalang dalam penerapan kehidupan manusia sehari-hari dipandang negatif.
Ada contoh beberapa penerapan kata dalang beberapa kata dalang yang bermakna negatif
yaitu dalang kerusuhan, dalang keramaian, dalang perjudian dan lain-lainnya.
Dalam dalam hal ini menggunakan makna konotasi yang berarti orang yang memicu
suatu hal yang menimbulkan akibat buruk bagi kehidupan manusia. Makna konotasi dalang
tersebut sangat berbanding terbalik dengan makna yang sesungguhnya. Pada dasarnya, kedua
makna tersebut memiliki kesamaan, yaitu orang terebut dapat mempengaruhi atau mengatur
keadaan di sekitarnya termasuk
Dalang adalah pemimpin, pengarah, sutradara dan dirijen dari suatu pertunjukkan
wayang, kecuali pertunjukan wayang orang dan ayang topeng, Dalang harus memainkan
seluruh gerak peraga tokoh wayang yang dimainkannya. Ia juga memberi pengarahan pada
para penabuh gamelan, pesinden, dan wiraswara. Pengarahan itu dilakukan dengan berbagai
isyarat yang dipahami oleh anak buahnya. Seorang dalang harus hafal banyak cerita wayang,
memahami silsilah tokoh-tokoh wayang, dan tahu tentang filsafat cerita yang terkandung
didalamnya. Ia harus pandai memaparkan cerita itu secara tertib, berurut, lancar, dan
memikat. Ia pun harus mahir memainkan dan memperagakan tokoh-tokoh wayang yang
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
dimainkan dan paham betul akan karakter tokoh wayang yang itu. Menguasai lagu-lagu
gendang pengiring dapat menembangkan lagu-lagunya, juga merupakan syarat utama yang
harus dimiliki seorang dalang.
Selain itu ia masih dituntut kepandaian memainkan warna suaranya, sehingga suara
tokoh yang diperankan menyimpulkan pula karakter tokoh yang itu. Dalang yang baik juga
harus memiliki kharisma, punya greget, dapat menguasai dan mengendalikan emosi
penontonnya. Tidak kalah pentingnya, ia harus bertubuh sehat karena ia dituntut harus dapat
memainkan wayang semalam suntuk.Pada zaman dulu syarat mutlak yang harus dimiliki
seorang dalang adalah memiliki suara yang lantang dan nyaring. Namun, sejak digunakannya
alat pengeras suara elektronik (mikrofon) pada pagelaran wayang, suara nyaring itu tidak
terlalu diperlukan lagi.
Dalam pagelaran wayang kulit purwa seorang dalang bebas berimprovisasi, sepanjang
masih tetap berada dijalur utama ceritanya. Namun, biasanya improvisasi ini hanya mereka
lakukan pada bidang antawacanannya. Tempo dan irama penuturan juga sepenuhnya dalam
kekuasaan dalang. Bagi dalang yang mahir dalam banyolan dan menguasai banyak tembang
dari gending biasanya ini memberi waktu yang cukup banyak pada adegan gara-gara.
Sedangkan dalang yang mahir dalam sabetan, biasanya memanjangkan waktu pada adeganadegan perang.
Terlepas dari makna konotasi dalang dalam kehidupan, figur sosok seorang dalang
tidak dapat dimiliki oleh sembarang orang. Pengakuan bahwa seorang yang mempunyai
keterampilan memainkan boneka wayang dapat dikatakan sebagai dalang harus memiliki
riwayat kiprah dan prestasi yang mampu menorehkan kesan baik bagi penikmatnya.
Keselarasan riwayat kehidupan dari dalang tersebut dengan kiprah dibidangnya harus
seimbang dengan prestasi yang dimiliki dalang tersebut.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Faktor intern yang dipaparkan diatas berarti setiap individu mempunyai prestasi yang
berbeda berkaitan dengan kondisi kondisi pribadi dari individu tersebut, sedangkan faktor
ekstern
dapat mempengaruhi berkembangnya bakat, minat, dan kemampuan individu
berprestasi. Oleh sebab itu, terlepas dari bakat dan kemampuan yang dimiliki untuk
menunjngang prestasi seorang harus berjuang dan tekun untuk mendapatkannya. Tidak ada
prestasi yang dicapai dengan instan. Prestasi yang didapat tokoh selama kiprahnya dalam
dunia seni patut dijadikan suatu yang berguna bagi masyarakat luas.
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian dan penulisan biografi seorang tokoh masyarakat memang sudah sering
dilakukan oleh para sejarawan. Pada dasarnya, penulisan biografi tokoh yang terkenal atau
tokoh yang berjasa dalam suatu lingkup masyarakat yang mempunyai alur pemikiran yang
terfokus pada alur kehidupan tokoh, baikprestasi yang diraihnya maupun pemikiranpemikiran yang bermanfaat bagi masyarakat. Berikut ini beberapa penelitian yang menjadi
referensi peneliti adalag sebagai berikut.
Sandra (2014) dengan skripsinya yang berjudul Biografi Yakut: Kiprah dan Prestasi
Dalang Muda dari Banyumas menyimpulkan bahwa tidak semua dalang itu berkiprah ketika
sudah tua, tetapi menjadi dalang juga bisa ketika usia masih muda, hal ini karena tergantung
pada minat dan bakat pada seseorang jika orang tersebut bakat sejak kecil maka dalam usia
mudapun sudah bisa mempertjunjukan dirinya sebagai dalang dan tidak harus menunggu
sudah tua. Hal ini bisa menjadi inspirasi untuk generasi penerus.
Endah Puji Lestari (2005) dalam skripsinya yang berjudul Biografi Karsinah (Mantan
Lengger) di Desa kalisabuk Kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap, menyimpilkan bahwa
Karsinah menjadi Lengger dari salah satu seniornya, kemudian ia juga tak segan untuk
membagi ilmunya pada anak-anak atau orang yang ingin mempelajari lengger seperti dirinya.
Saat sudah menikah kemudian ia menghentikan kegiatannya sebagai seorang Lengger demi
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
mengurus keluarga, suami dan anak-anaknya. Padahal pada saat itu ia usianya masih sangat
produktif untuk berkarya. Pada saat menjadi lengger ia pernah tampil di depan tamu negara
dan para turis mancanegarapara.
Sutrismi (2014) dengan judul Biografi Kusno: Mantan Kepala Desa Bengbukang
Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap, menyimpulkan bahwa kegigihan Kusno dan
keteladanannya sebagai pemimpin yang dapat dicontoh oleh masyarakat. Beranjak dari
keluarga yang sederhana, dan juga tentang bagaimana Kusno memperlakukan anaknya
dengan baik serta mengedepankan pendidikannya. Kepemimpinan Kusno dan rasa tanggung
jawabnya, itu dianggap sebagai suatu keberhasilan yang membuatnya menjadi salah satu
pemimpin yang dapat dipercaya masyarakat.
Penelitian terdahulu tersebut menjadi referensi bagi peneliti untuk melakukan
tindakan. Beberapa penelitian terdahulu tersebut memanglah berbeda dari segi objek dan
penelitiannya, namun pada dasarnya penelitian biografi suatu tokoh mempunyai tujuan yang
sama, yaitu untuk memaparkan kehidupan suati tokoh masyarakat yang mempunyai
pengaruh. Dari beberapa contoh peneliti diatas yang merupakan sebuah penelitian budaya
atau seni pertunjukan, maka peneliti biografi kali ini merupakan jenis biografi budaya atau
seni pertunjukan. Penelitian ini memaparkan kehidupan dari tokoh masyarakat yang
tergolong mampu menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi remaja.
Kemampuannya dalam bidang pewayangan menginspirasi agar penduduk asli Indonesia
menjunjung tinggi kebudayaan-kebudayaan Indonesia dengan cara menjaga kelstariannya dan
ikut berperan dalam mengembangkan kebudayaan asli Indonesia.
Seni pedalangan bagi Jawa, khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya,
merupakan salah satu dari sekian banyak kekayaan budaya warisan leluhur yang sangat tinggi
nilainya. Oleh sebab itu seni pedalangan disebut suatu kesenian tradicional adi luhung yang
artinya sangat indah dan mempunyai nilai yang luhur. Seni pedalangan mengandung nilai
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
hidup dan kehidupan luhur, yang dalam setiap akhir cerita (lakon)-nya selalu memenangkan
kebaikan dan mengalahkan kejahatan. Hal ini mengandung suatu ajaran bahwa perbuatan
baiklah yang akan unggul, sedangkan perbuatan jahat akan selalu menerima kekalahannya,
sebagai contoh cerita Mahabharata dan Ramayana. Telah banyak buku-buku yang ditulis oleh
para ahli budaya bangsa Indonesia maupun bangsa asing tentang seni pedalangan dan bukan
hanya menyangkut prihal yang ringan-ringan saja melainkan tentang intisari dan faktanya.
F. Kerangka Teoritis dan Pendekatan
1. Kerangka Teoritis
Untuk dapat membuat sebuah biografi, seorang penulis harus mampu menempatkan
diri pada subjek yang diteliti seakan-akan peneliti terlibat dalam proses kejiwaan yang
dialami tokohnya dan sejakigus berada diluarnya agar mengetahui hal-hal yang tidak
terjangkau indera dan kesadaran sang tokoh. Biografi adalah micro sejarah yang palimh basis,
dan sering disebut sebagai salah satu genre dari sastra yang merupakan rekaman kejadian,
dan situasi mengitari kehidupan sang tokoh
Biografi dalam historiografi jarang sekali ditulis oleh sejarawan. Sebagian besar yang
menulis biografi adalah para jurnalis atau wartawan. Biografi dalam penulisan sejarah dapat
memberikan sumbangan berupa psiko-history, yaitu sejarah kejiwaan tokoh-tokoh sejarah,
khususnya para pelaku dan penyaksi. Tokoh-tokoh yang layak ditulis riwayat hidupnya
adalah orang-orang besar dalam sejarah yang sesuai kiprahnya (Priyadi,2011:98)
Biografi adalah sejarah, sama halnya dengan sejarah kota, negara atau bangsa. Sayang
banyak biografi ditulis tidak oleh sejarawan, tetapi oleh pengarang dan jurnalis padahal,
biografi lebih marketable dari pada buku-buku sejarah biasa. Ladang yang subur ini belum
mendapat ladang perhatian yang memadai dari sejarawan dan mahasiswa sejarah. Mungkin
karena kesulitan mencari sumber, sebab wawancara untuk sebuah historiografi memerlukan
kepercayaan yang tinggi dari narasumber yang dipengaruhi mahasiswa atau sejarawan muda.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Biografi atau catatan tentang seseorang itu meskipun sangat mikro menjadi bagian
dalam mosaik sejarah yang lebih besar. Malah ada pendapat bahwa sejarah adalah
penjumlahan dari beberapa biografi. Dengan adanya biografi dapat dipahami para pelaku
sejarah, zaman yang menjadi latar belakang biografi dan lingkungan sosial politikny, tetapi
sebenarnya sebuah biografi tidak perlu menulis tentang hero yang menentukan jalan sejarah,
cukup partisipan, bahkan the unknown. Namun tidak memiliki tokoh itu tentu mempunyai
resiko tersendiri (Kuntowijoyo, 2003:203-204).
Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang benar-benar ada
dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para pembacanya, baik mengenal tokoh tersebut
maupun tidak. hikmah yang dapat dipetik tidak pada prestasi yang diraih tokoh tetapi juga
kegiatan-kegiatan yang dihadapinya serta cara mengatasi masalah. Tokoh ini bisa saja sudah
meninggal atau masih hidup. Pada biografi tokoh-tokoh sejarah, misalnya, pahlawan tidak
diabadikan sebagai model dari manusia Indonesia yang menunjukan sifat-sifat utama dalam
pengabdiannya terhadap nusa bangsa (Kartodirjo, 1982:254).
Ada dua macam biografi yaitu portrayal (portait) dan sctientific (ilmiah), yang masinmasing mempunyai metodelogi sendiri. Biografi disebut portrayal bia hanya mencoba
memahami. Biografi yang termasuk kategori ini adalah biografi politik, bisnis, olahraga, dan
sebagainya serta prosopography yaitu biografi kolektif. Dalam biografi yang scientific orang
berusaha menerangkan tokohnya berdasarkan analisis ilmiah. Dalam hal ini penggunaan
koonsep dan teori dari psychohistory (sejarah kejiwaan) (Kuntowijoyo, 2003:208).
Sebuah biografi mengangkat kisah perjalanan hidup seseorang yang benar-benar ada
dan dianggap dapat membawa hikmah bagi para pembacanya, baik mengenal tokoh tersebut
maupun tidak. Hikmah yang dapat dipetik tidak pada prestasi yanh diraih tokoh tetapi juga
kegiatan-kegiatan yang dihadapinya serta cara mengatasi masalah. Tokoh ini bisa saja sudah
meninggal atau masih hidup.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang.
Lewat biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri
yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya.
Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak
terkenal, namun demikian biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau
lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh
sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis
secara kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tematema utama tertentu (misalnya masa-masa awal yang susah atau ambisi dan pencapaian).
Selain biografi pengetahuan tentang otobiografi, memorie,dan prosopography
diperlukan dalam penelitian ini agara peneliti biografi pada tokoh ini menghasilkan kualitas
yang baik.bedanya dengan auto biografi,sebuah biografi tidak ditulis sendiri oleh tokoh yang
bersangkutan melainkan orang lain. Penelitian biografi juga sama dengan penelitian lainnya
yang dimiliki kelebihan dan kelemahan yang masih menjadi perdebatan pemikira tentang
kelebihan dan kelemahan. Menurut pemikiran Sartono Kartodirdjo (1992:76-77). Biografi
dipandang memiliki kelemahan pada teknik penulisan. Teknik penulisan biografi
membutuhkan kemahiran dalam pemakaian bahasa dan retorik tertentu, pendeknya seni
menulis. Disamping itu, biografi juga mempunyai fungsi penting dalam pendidikan apa bila
biografi yang ditulis dengan baik sangat mampu membangkitkan inspirasi kepas pembaca.
Beberapa penjelasan mengenai biografi sudah dipaparkan diatas biografi sangat
mudah dibedakan dengan penulisan penelitian lainnya. Penulisan biografi mempunyai
kekhasan penulisan tersendiri dilihat dari ciri-ciri teks biografinya. Setiap penulisan biografi
mempunyai ciri-ciri khas yang pertama dengan struktur teks meliputi orientasi, peristiwwa
atau masalah, dan reorientasi. Teks orientasi merupakan bagian dari pengenalan tokoh yang
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
berisi gambaran awal tentang tokoh atau pelaku didalam teks biografi. Bagian teks peristiwa
atau masalah yang dialami tokoh berisi penjelasan peristiwa yang terjadi atau dialami tokoh.
Hal yang menarik bagi peneliti sehingga melakukan penelitian biografi yaitu karena
mengungkapkan sesuatu yang nyata dan mengandung pelajaran berharga sekalipun peneliti
sama sekali belum mengenal tokoh yang diceritakan serta tidak tahu banyak yang mengenai
bidang yang ditekuni tokoh tersebut. Sebuah biografi menceritakan proses mulai dari kanakkanak tokoh tersebut termasuk latar belakang lingkungan dan keluarga, timbulnya cita-cita
dalam benak sang tokoh untuk terjun dlam bidang yang disukainya, awal karir sang tokoh
berikut berbagai masalah yang muncul, sampai saat ia berhasil mewujudkannya.
Kebudayaan secara sempit, adalah hasil seni, keindahan, tari-tarian. Sebaliknya
banyak pula antropolog memberikan arti dan cakupan yang sangat luas terhadap makna
kebudayaan. Menurut antropologi kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan
dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 1990: 193). Definisi kebudayaan ini sungguh
luas sebab hampir seluruh tindakan manusia merupakan proses belajar.
Perbuatan yang pada dasarnya merupakan instink, selanjutnya akan dimodifikasikan
dan dikembangkan melalui proses belajar. Bagaimana cara seorang anak menyusu dari
ibunya, dimulai dari instink menghisap dan kemudian berkembang menjadi keterampilan
menyusu. Demikian pula cara anak makan, cara berjalan anak, dipengaruhi oleh proses
belajar yang didapatkan dari lingkungan. Seorang anak melihat dan diajar orang lain berjalan
dengan cara berdiri diatas kedua kakinya. Cara berjalan ini akan berbeda apabila anak melihat
orang atau binatang disekelilingnya berjalan diatas kedua kaki dan tanganya.
Dalam perwujudan kebudayaan Koentjaraningrat mengemukakan bahwa untuk
membedakan secara tajam antara wujud kebudayaan sebagai suatu sistem dari ide-ide dan
konsep-konsep, dengan wujud kebudayaan sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
manusia yang berpola. Koentjaraningrat menggolongkan tiga wujud kebudayaan, yaitu yang
pertma wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan dan sebagainya. Yang kedua wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Yang ketiga wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1985:200-201).
Wujud pertama adalah wujud ideal kebudayaan yang berfungsi mengatur,
mengendalikan dan memberi arah pada tingkah laku manusia di dalam masyarakat.
Kebudayaan ideal disebut sebagai adat tata-kelakuan atau adat istiadat dalam bentuk
jamaknya. Adat ini terdiri atas lapisan-lapisan yang paling abstrak dan luas sampai kepada
yang paling konkret dan terbatas. Lapisan yang paling abstrak adalah sistem nilai budaya,
diikuti oleh sistem norma-norma, sistem hukum dan peraturan-peraturan aktivitas dalam
kehidupan. Kebudayaan ideal ini diketahui melalui tempat penuangannya seperti pada tulisan,
arsip, dan lain-lainnya.
Wujud kedua kebudayaan sering disebut sebagai sistem sosial. Sistem sosial ini
merupakan aktivitas-aktivitas manusia dalam berinteraksi, bergaul. Interaksi sosial ini selalu
mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat tata-kelakuan (wujud pertama kebudayaan).
Berbeda dari wujud kebudayaan pertama yang masih berada dalam alam pikiran, maka wujud
kebudayaan ini sudah sampai pada tingkat kelakuan sehingga dapat diobservasi dan
didokumentasikan. Umpamanya dalam budaya Jawa ideal diketahui bahwa adat mempunyai
pandangan keramat terhadap sesuatu hal atau benda, maka pada wujud kebudayaan kedua ini
dapat dilihat secara nyata manifestasinya pada kekuasaan orang Jawa yang menyediakan
sesajen pada tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat.
Wujud kebudayaan ketiga disebut sebagai kebudayaan fisik. Wujud kebudayaan ini
berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat melalui pancaindera, seperti
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
pabrik, pesawat, komputer dan alat elektronik lainnya, alat-alat kerja, alat-alat rumah tangga,
model pakaian dan model perhiasan.
Di dalam kenyataan hidup sehari-hari, ketiga wujud kebudayaan diatas tentu saja
tidak dapat dipisahkan, tetapi untuk analisis secara ilmiah hal ini penting dilakukan.
Kebudayaan ideal memberi arah kepada aktivitas dan kelakuan manusia dan hasil karyanya,
misalnya pandangan (wujud ideal kebudayaan) tidak ngoyo (tidak ngotot), dari masyarakat
suku Jawa, mempengaruhi sikap dan perilaku mereka seperti bekerja seadanya atau
semampunya, hidup tenang dan pasrah, motivasi kurang tinggi. Contoh lain, pandangan
mangan ora mangan asal kumpul (makan tidak makan asal kumpul) mengurangi, membatasi
dorongan dan keinginan jauh dari lingkungan keluarga. Sebaliknya, hasil karya manusia yang
terus berubah akan membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang akan mempengaruhi
sistem nilai budaya, misalnya hasil budaya mesin gilingan padi yang telah menggantikan
fungsi tumbukan padi, mengakibatkan terbatasnya interaksi para ibu dan wanita pada saat
menumbuk
padi
bersama-sama
sambil
bercengkerama.
Keadaan
ini
(tidak
lagi
bercengkerama melalui wadah lumpang padi) dapat mengurangi keakraban diantara mereka.
Nilai budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi, yang mempengaruhi
perilaku yang berhubungan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam, hubungan orang
dengan orang dan tentang hal-hal yang diingini dan tak diingini yang mungkin bertalian
dengan hubungan antara orang dengan lingkungan dan sesama manusia (Koentjaraningrat,
1990:179).
Secara umum ahli-ahli sosial berasumsi, bahwa orientasi nilai-nilai budaya
merupakan satu indikator bagi pemahaman tentang kemampuan sumber daya dan kualitas
manusia. Dalam konsep manusia seutuhnya yang mencakup dimensi lain lahiriah dan
rohaniah, orientasi nilai merupakan salah satu faktor yang ikut membentuk kondisi dan
potensi rohaniah manusia.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
2. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan sosial dan
antropologi budaya. Pendekatan sosial digunakan untuk mengkaji hubungan antara individu
dengan masyarakat luas. Pendekatan sosial yang digunakan dalam penelitian ini karena
berdasarkan ilmu-ilmu sosial yang digunakan dalam penelitian ini karena berdasarkan ilmuilmu sosial yang ada dalam masyarakat dan kemudian diterapkan dengan pendekatan
kebudayaan yang selaras dengan tema penelitian mengenai tokoh masyarakat dalam bidang
kesenian merupakan suatu perpaduan yang baik. Ilmu sosial yang digunakan saat tokoh
masyarakat ini berinteraksi dengan masyarakat dalam pertunjukan seninya dan juga dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga dalam penerapan ada masyarakat luas untuk bekerja sama
(Toha, 2010:46).
Pemimpin dalam penelitin kali ini adalah seorang dalang. Dalang merupakan
pemimpin pagelaran seni pertunjukan wayang yang berinteraksi dengan penonton. Interaksi
itu termasuk dalam interaksi sosial karena setiap pagelaran pertunjukan wayang, dalang
mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan pesan yang terkandung dalam pertunjukan
wayang tersebut kepada penonton, dan penikmat pertunjukan seni pedalangan.
Pendekatan antropologi budaya memiliki hubungan erat dengan pertunjukan seni
pedalangan tersebut. Pada umumnya, orang awam mengartikan antropologi budaya secara
sempit, yaitu sebagai pengertian dari kebudayaan itu sendiri. Pengertian itu seperti
kebudayaan adalah hasil seni, keindahan, dan tari-tarian. Sebaliknya banyak pula antropolog
yang meberikan arti dalam cangkup yang luas terhadap kebudayaan. Sedangkan pengertian
antropologi budaya itu sendiri Menurut Koentjaraningrat Antropologi merupakan studi
tentang umat manusia pada umumnya dengan mempelajari berbagai warna, bentuk fisik
masyarakat dan budaya yang dihasilkan. Menurut antropologi, arti kebudayaan adalah
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990 : 193).
Dalam perkembangan wayang yang sebelumnya hanya sebagai pertunjukan bayangbayang yang digunakan untuk memuja roh nenek moyang dan sifatnya sangat sacral, kini
berkembang zaman berubah menjadi suatu pertunjukan seni yang mempunyai cerita yang
beragam. Perubahan fungsi pertunjukan ini menunjukan perlu adanya pendekatan
kebudayaan yang diiringi pendekatan sosial. Perubahan fungsi juga mempengaruhi cara
pandang masyarakat tentang pagelaran pertunjukan seni wayang tersebut. Adanya rasa
ketertarikan dalam masyarakat semakin menimbulkan interaksi yang baik antara dalang dan
penonton.
Santapan filosofis, religius, estasis, dan etis merupakan santapan paling dominan
dalam wayang. Karena wayang selallu memberukan ide-ide yang memberikan penerangan,
pendidikan dan dakwah. Wayang tidak ada, aktor tidak ada, penonton tidak ada jika Tuhan
tidak berkenan. Dan dalam perkembangannya bahwa- mula-mula orang percaya bahwa
Tuhan (para dewa) juga ikut hadir dalam pertunjukan wayang tersebut (Hazim Amir, 1997
:78).
G. Metode Penelitian
Disini merupakan langkah yang paling strategis dalam sebuah penelitian, karena
tujuan utama dari sebuah penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa data yag memenuhi
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang ditetapkan. Data menjadi harga mati bagi para penelitibsejarah (sejarawan
peneliti) untuk mengungkap suatu fenomena sejarah dari peristiwa-peristiwa yang telah
terjadi. Jika sebuah peristiwa telah kehilagan jejaknya, maka sejarah sangat sulit untuk diteliti
dan ditulis (Priyadi, 2013: 111) .
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Penelitian ini berusaha mengungkap sejarah perjalanan hidup seorang tokoh. Guna
membantu membantu proses penelitian ini, peneliti membutuhkan suatu metode penelitian.
Metode yang tepat dalam penelitian ini adalah metode penelitian historis atau metode
penelitian sejarah. Metode historis atau metode penelitian sejarah adalah suatu cara seorang
sejarawan mendekati objek penelitian dengan langkah-langkah yang terstruktur sehingga
akan mempermudah dalam memperoleh data sejarah (Priyadi, 2013: 112).
Menurut Gottschalk metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara
kritis terhadap rekaman atau peninggalan masa lampau. Kemudian data yang teruji dan
dianalisis diususn kembali menjadi sebuah kisah sejarah. Pencapaian metode historis ini
meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Pengumpulan Sumber (Heuristik).
Pengumpulan sumber atau heuristik merupakan langkah untuk memperoleh dan
menampilkan data. Upaya peneliti untuk mendapatkan data yang akurat yaitu melalui
dokumentasi dan wawancara interview.
Dalam memasuki tahap pengumpulan sumber (heuristik), seorang penulis sejarah
memasuki lapangan (medan) penelitian. Kerja penelitian secara aktual dimulai. Data sejarah
tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras
mencari data lapangan(Priyadi, 2013: 112).
Penulis pada penelitian ini menggunakan wawancara untuk mendapatkan sumber
lisan yang asli atau otentik, wawancara dilakukan secara intensif kepada Ki Dalang Kusno
dan keluarganya untuk memperoleh data yang diperlukan. Kemudian, diuji kebenarannya
agar mendapatkan data yang valid. Penulis mewawancarai hal-hal yang terkait dengan
biografi Ki Dalang Kusno, serta keluarga dari Ki Dalang Kusno, baik itu ayah, ibu, dan
anaknya.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Wawancara yang dilakukan peneliti terhadap narasumber tentu harus berkali-kali.
Wawancara pertama merupakan upaya penjajakan peneliti dan perkenalan narasumber.
Pelaku atau narasumber dalam hal ini masih ragu-ragu dalam memberikan keterangan atau
penjelasan, serta kisah sejarah pada peneliti. Pertama-tama ada kemungkinan, pelaku atau
narasumber itu tidak berterus terang meskipun tidak berbohong. Pelaku masih belum
memahami maksud wawancara itu. Pelaku bisa berpikir bahwa jangan-jangan wawancara itu
dimaksud untuk membuka rahasia atau kedok kejahatan, kesalahan, kebodohan, dan berbagai
perilaku lain yang menyebabkan peristiwa yang buruk itu terjadi. Sejarawan atau peneliti
ketika menemui keragaman sikap para pelaku harus selalu menjelaskan tujuan wawancara
untuk menutupi kekurangan sember dokumen dan manfaat sumber sejarah lisan dalam
merekonstruksi sebuah sejarah auatu peristiwa yang tidak ada sumbernya (Priyadi,2014:91).
Data sejarah yang berupa data tertulis dapat diperoleh dengan cara dokumentasi.
Peneliti melakukan data lisan yang didapat dengan serangkaian wawancara. Dalam
melakukan wawancara, ada dua teknik yang dilakukan peneliti yaitu, wawancara bebas dan
wawancara terstruktur.
2. Verifikasi (Kritik Sumber).
Verifikasi dalam penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu kritik eksteren
yang mencari otentitas atau keotentikan (keaslian) sumber dan kritik interen yang menilai
apakah sumber itu kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak Tujuan dari kegiatan ini
ialah bahwa setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitiannya, ia
tidak menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah
selanjutnya ia harus menyaring secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar
terjarung fakta yang menjadi pilihannya. Langka-langkah inilah yang disebut kritik sumber,
baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun substansi (isi) sumber (Helius
Sjamsuddin, 2007:131). Sumber tertulis dikritik dengan cara membandingkan sumber yang
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
satu dengan sumber yang lainnya yang sudah terkumpul, baik dari segi isi, bahasa, maupun
segi fisiknya. Sementara sumber lisan dikritik dengan cara membandingkan informasiinformasi yang sudah dikumpulkan dari para informan, dan kondisi fisik informan tersebut,
apakah masih keturunan atau bukan.
Sebelum sumber sejarah yang terkumpul digunakan sebagai pendukung sebuah
karya tulis, terlebih dahulu dilakukan pengujian atau penelitian, baik dari segi kebenaran
materi atau isi maupun keaslian dari sumber-sumber tersebut. Verifikasi dalam penelitian
sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu kritik eksteren yang mencari otentitas atau
keotentikan sumber dan kritik interen yang menilai apakah sumber itu kredibilitas (kebiasaan
untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2011 : 75).
3. Interpretasi (Penafsiran).
Penafsiran dalam metode sejarah menimbulkan subjektivitas sejarah, yang sangat
sukar dihindari, karena ditafsirkan oleh sejarawan (si subjek), sedangkan yang objektif adalah
faktanya. Penafsiran model sejarah tersebut dapat diterapkan dalam ilmu antrophologi, seni
pertunjukan, studi agama, filologi, arkeologi, dan ilmu sastra (Priyadi, 2011 : 88-89).
Penafsiran sejarah juga disebut juga dengan analisis sejarah. Dalam penelitian ini, peneliti
meneliti fakta-fakta yang terdapat pada sumber sejarah yang telah terkumpul dan sudah
mengalami tahap verifikasi kemudian peneliti menafsirkan data tersebut. Penafsiran
dilakukan sesuai dengan teori dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, seperti
yang tercantum dalam landasan teori.
Pada tahap analisis, peneliti menguraikan secara sedetail mungkin tiga fakta, yaitu
Mantifact, sociafact, dan artifact dari berbagai sumber atau data sehingga unsur-unsur
terkecil dalam fakta tersebut akan menampakkan kohesinya (Priyadi, 2011: 92).
4. Historiografi.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Langkah terakhir dalam metode sejarah yaitu penulisan sejarah atau sering disebut
historiografi. Trend hisoriografi yang menonjol sebelum kartodirdjo (1982) adalah sejarah
naratif. Artinya sejarah dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang dituliskan oleh sejarawan,
peneliti, maupun penulis, sehingga karyanya itu disebut sejarah sebagaimana dikisahkan
(Priyadi, 2013: 122).
Historiografi yaitu penulisan atau penyusunan cerita sejarah. Ketika sejarawan
mengerahkan seluruh daya pikirnya, bukan saja ketrampilan teknis penggunaan kutipankutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan
analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil
penelitiannya dalam suatu penulisan (Syamsuddin, 2007:156).
Pada penelitian sejarah tentang Biografi Kusno ini peneliti menyajikan laporan hasil
penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi masalah–masalah yang harus dijawab.
Tujuan penelitian adalah menjawab masalah–masalah yang telah diajukan. Penyajian
historiografi meliputi: pengantar, hasil penelitian, dan simpulan. Penulisan sejarah harus
memperhatikan aspek kronologis, periodisasi, serialisasi, dan kalusalitas. (Priyadi, 2011: 88).
H. Sistematika Penyajian
Agar mudah dalam menyusun dan memahami laporan penelitian ini maka peneliti
memandang perlu adanya sistematika penyajian. Adapun sistematika yang digunakan sebagai
berikut.
BAB I pendahuluan, pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, landasan teori dan pendekatan,
metode penelitian dan sistematika penyajian. BAB II berisi riwayat hidup Kusno, bab ini
menyajikan tentang latar belakang kehidupannnya, yang meliputi latar belakang keluarga,
riwayat pendidikan, serta kehidupan sosial budaya Kusno. Latar belakang kelurga, riwayat
pendidikan dan kehidupan sosial budaya tokoh dijabarkan secara kronologis. BAB III berisi
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
kiprah Kusno sebagai seorang dalang wayang dari Purbalingga. Bab ini terdiri dari masa
pengenalan seni pedalangan dari tahun 1983-2015, eksistensi Kusno dalam dunia seni
pertunjukan pewayangan dari tahun 1983-2015, wilayah pementasan wayang, wayang apa
saja yang biasa dipentaskan, dan hambatan-hambatan yang dialami Kusno saat melakukan
suatu pertunjukan. BAB IV berisi tentang prestasi-prestasi Kusno. BAB V mengenai penutup,
berisi tentang simpulan dan saran penulis. Terakhir berisi Daftar Pustaka, Berisi referensi
yang digunakan peneliti selama melakukan penelitian.
Biografi Kusno: Seniman..., Dwi Adi P, FKIP, UMP, 2017
Download