MODUL PERKULIAHAN Perilaku Konsumen Kepribadian dan Gaya Hidup Fakultas Program Studi Fakultas Ilmu Komunikasi Bidang Studi Advertising and Marketing Communication Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh A41435EL Martina Shalaty Putri, M.Si Abstract Kompetensi Modul ini mencoba mengupas teori kepribadian Freud dan bagaimana kepribadian mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pentingnya mengetahui hal ini untuk mendapatkan gambaran bagaimana unsur-unsur kepribadian memberi faktor terhadap perilaku konsumen dalam membuat keputusan membeli. Mahasiswa memahami mengenai teori kepribadian dan hubungannya dengan gaya hidup. Kepribadian PENGERTIAN KEPRIBADIAN Kepribadian didefinisikan sebagai ciri-ciri kejiwaan dalam diri yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang berespon terhadap lingkungannya. Penekanan dalam definisi ini adalah pada sifat-sifat dalam diri atau sifat-sifat kewajiban yaitu kualitas, sifat, pembawaan, kemampuan mempengaruhi orang dan perangai khusus yang membedakan satu individu dari individu lainnya. Kepribadian cenderung mempengaruhi pilihan seseorang terhadap produk. Sifat-sifat inilah yang mempengaruhi cara konsumen merespon usaha promosi para pemasar, dan kapan, di mana, dan bagaimana mereka mengkonsumsi produk dan jasa tertentu. Karena itu, identifikasi teerhadap karakteristik kepribadian khusus yang berhubungan dengan perilaku konsumen sangat berguna dalam penyusunan strategi segmentasi pasar perusahaan. Sifat-sifat Dasar Kepribadian : Kepribadian mencerminkan perbedaan individu Karena karakterisitik dalam diri yang memebentuk kepribadian individu me rupakan kombinasi unik berbagai faktor, maka tidak ada dua individu yang betul-betul sama. Kepribadian merupakan konsep yang berguna karena memungkinkan kita untuk menggolongkan konsumen ke dalam berbagai kelompok yang berbeda atas dasar satu atau beberapa sifat. Kepribadian bersifat konsisten dan bertahan lama Suatu kepribadian umumnya sudah terlihat sejak manusia berumur anak-anak , hal ini cenderung akan bertahan secara konsisten membentuk kepribadian ketika kita dewasa. Walaupun para pemasar tidak dapat merubah kepribadian konsumen supa ya sesuai dengan produk mereka, jika mereka mengetahui, mereka dapat berusaha me narik perhatian kelompok konsumen yang menjadi target mereka melalui sifat-sifat relevan yang menjadi karakteristik kepribadian kelompok konsumen yang bersangku tan. Walaupun kepribadian konsumen mungkin konsisten, perilaku konsumsi mereka s ering sangat bervariasi karena berbagai faktor psikologis, sosiobudaya, lingkung an, dan situasional yang mempengaruhi perilaku. Kepribadian dapat berubah Kepribadian dapat mengalami perubahan pada berbagai keadaan tertentu. Karena adanya berbagai peristiwa hidup seperti kelahiran, kematian, dan lain sebagainya. Kepribadian seseorang berubah tidak hanya sebagai respon terhadap berbagai peristiwa yang terjadi tiba-tiba, tetapi juga sebagai bagian dari proses menuju ke kedewasaan secara berangsurangsur. ‘13 2 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Teori Kepribadian Freud Sigmund Freud (lahir di Freiberg, 6 Mei 1856 – meninggal di London, 23 September 1939 pada umur 83 tahun) adalah seorang Austria keturunan Yahudi dan pendiri aliran psikoanalisis dalam bidang ilmu psikologi. Menurut Freud, kehidupan jiwa memiliki tiga tingkatan kesadaran, yakni sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak-sadar (unconscious). Konsep dari teori Freud yang paling terkenal adalah tentang adanya alam bawah sadar yang mengendalikan sebagian besar perilaku. Selain itu, dia juga memberikan pernyataan bahwa perilaku manusia didasari pada hasrat seksualitas (eros) yang pada awalnya dirasakan oleh manusia semenjak kecil dari ibunya. Alam bawah sadar yang digambarkan freud memiliki 3 unsur, yaitu id, ego dan super ego. Id Id merupakan Kepribadian yang asli; Id merupakan sumber dari kedua sistem/energi yang lain yaitu ego dan superego. Id terdiri dari dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum dan sex. Didalam Id terdapat dua jenis energi yang bertentangan dan sangat mempengaruhi kehidupan dan kepribadian individu, yaitu insting kehidupan dan insting kematian. Insting kehidupan ini disebut libido. Dorongan-dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan dan dalam pemuasannnya Id selalu berupaya menghindari pengalaman–pengalaman yang tidak menyenangkan. Makanya cara pemuasan dari dorongan ini disebut prinsip kesenangan ( pleasure principle ). Ego Ego merupakan energi yang mendorong untuk mengikuti prinsip kenyataan (reality principle), dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan prinsip sekunder ini adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukannya suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Ego menjalankan fungsi pengendalian yang berupaya untuk pemuasan dorongan Id itu bersifat realistis dan sesuai dengan kenyataan. Dengan kata lain fungsi ego adalah menyaring dorongan-dorongan yang ingin dipuaskan oleh ID berdasarkan kenyataan. ‘13 3 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Superego Superego adalah suatu gambaran kesadaran akan nilai-nilai dan moral masyarakat yang ditanamkan oleh adat istiadat, agama, orang tua, guru dan orang- orang lain pada anak. Karena itu pada dasarnya Superego adalah hati nurani (concenience) seseorang yang menilai benar atau salahnya suatu tindakan seseorang.itu berarti Superego mewakili nilai-nilai ideal dan selau berorientasi pada kesempurnaan. Cita-cita individu juga diarahkan pada nilai-nilai ideal tersebut, sehingga setiap individu memiliki gambaran tentang dirinya yang paling ideal (Ego-ideal). Bersama-sama dengan ego, Superego mengatur dan mengarahkan tingkah laku individu yang mengarahkan dorongan-dorongan dari Id berdasarkan aturan-aturan dalam masyarakat, agama atau keyakinan-keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Mengakhiri deskripsi singkat diatas tentang ketiga sistem kepribadian diatas, harus diingat bahwa Id, Ego, dan Superego tidak dipandang sebagai orang – orangan yang menjalankan suatu kepribadian mental. Ketiga system diatas tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip system yang berbeda. Dalam keadaan biasa, prinsip-prinsip yang berlainan ini tidak bentrok satu sama lain, dan tidak bekerja secara bertentangan. Bentuk dorongan hidup adalah dorongan agresi seperti keinginan menyerang , berkelahi, danmerupakan bawaan lahir yang beberapa proses terjadi pada suatu tingkat kesadaran, sedangkan yang lainnya terjadi pada tingkat yang tidak disadari. Id tidak membedakan antara pikiran dan perbuatan, antara yang nyata dan hanya dalam hayalan saja. Proses id mencari kesenangan dan perasaan benar atau salah, direfleksiakn didalam superego, sering berselisih. Ego menyeleseikan konflik ini melalui berbagai mekanisme pertahanan. Mekanisme ini mencakup: - Represi (memaksakan kepercayaan nilai, dan pengharapan yang mengancam keluar dari kesadaran) - Pengalihan (mengalihkan reaksi emosional dari satu objek ke objek yang lain) - Sublimasi (mencari cara yang dapat diterima untuk mengungkapkan dorongan yang dengan cara lain tidak diterima) - Rasionalsasi ( memberikan alasan yang meragukan untuk membenarkan perilaku atau utnuk menghilangkan kekecewaan) ‘13 4 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id - Regresi (kembali kepada perilaku yang tidak dewasa, pembentukan reaksi (beralih dari satu ekstrem kepada ekstrem yang berlawanan) - Introjeksi (memungut pendirian orang lain sebagai pendirian sendiri) - Identifikasi ( meningkatkan rasa kuat, aman dan atau terjamin dengan mengambil sifat orang lain) Ketiga Ego, sebagai suatu mediator atau pendamai dari super ego dan Id Ego (dasich), bisa dikatakan sebagai sintesis dari peperangan antara Id dan Superego. Ego berfungsi sebagai penjaga, mediator atau bahkan pendamai dari dua kekuatan yang berlawanan ini. Ego hanya menjalankan prinsip hidup secara realistis, yakni kemampuan untuk menyesuaikan dorongan-dorongan Id dan Superego dengan kenyataan di dunia luar.Jika Ego terlaludikuasai oleh Id maka orang itu mengidap “Psikoneurosis”(tidak dapat mengeluarkan dorongan primitifnya). Untuk itu pada satu sisi Ego dapat berfungsi sebagai motifasi diri, namun pada sisi lain karena tekanan superego bisa saja menjadi penyebab terbesar dalam pertentangan dan aliensi diri. Teori Neo Freud Teori neo-Freud : Carl G. Beberapa penganut neo-Freud: Adler Teori Adler yang sangat terkenal adalah Individual Psychology (psikologi individual). Psikologi individual adalah sebuah cabang ilmu psikologi yang khusus meneliti perbedaan antarindividu, yang sinonim dengan Differential Psychology. Psikologi individu Adler merupakan suatu sistem psikologi yang bertujuan untuk memahami, mencegah dan mengobati penyakit-penyakit mental. Salah satu perbedaan utama antara pandangan Adler dengan Freud adalah penekanan mengenai asal motivasi. Bagi Freud, motivator utama adalah kesenangan (bahwa Id dijalankan atas dasar prinsip kesenangan) dan seksualitas. Bagi adler, motivasi manusia jauh lebih kompleks dari pada itu. (Howard & Schustrack – 2008:136). Adler tidak setuju dengan penekanan yang dibuat oleh Freud mengenai alam bawah sadar dan tentang pentingnya seksualitas. Adler merasa bahwa manusia adalah makhluk sosial yang diatur oleh dorongan sosial dan bukan oleh naluri biologis. Dalam pandangan Adler, kekuatan utama dalam pendorong kepribadian adalah berjuang untuk ‘13 5 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id superioritas. Adler merasa bahwa semua orang mengalami perasaan rendah diri. Hal ini terjadi karena individu mulai hidup sebagai anak-anak kecil, lemah, dan relatif tak berdaya dikelilingi oleh orang dewasa yang lebih besar dan lebih kuat. Perasaan rendah diri juga dapat berasal dari keterbatasan pribadi individu. Perjuangan untuk keunggulan muncul dari perasaan seperti itu. Sementara berjuang untuk keunggulan, masing-masing mencoba untuk mengimbangi keterbatasan yang berbeda, dan masing-masing memilih jalur yang berbeda untuk superioritas. Adler menyatakan bahwa ada satu daya motivasi yang memengaruhi semua bentuk perilaku dan pengalaman manusia. Daya motivasi tersebut disebut "dorongan ke arah kesempurnaan”. Daya tersebut mendorong manusia memenuhi semua potensi dan keinginan yang ada di dalam dirinya, sehingga seorang manusia dapat semakin dekat dengan apa yang diidealkan. Di sinilah poin yang menyebabkan ketidaksepakatan Adler dengan Sigmund Freud. Menurut Freud, segala sesuatu yang terjadi di masa lalu, seperti trauma masa kecil, pasti menjadi penentu siapa orang itu di masa kini. Sebaliknya, Adler justru berpendapat bahwa "dorongan ke arah kesempurnaan" yang hendak seseorang capai di masa depan itulah yang memotivasi manusia di masa kini. Setiap manusia diarahkan menuju tujuan, harapan, dan cita-citanya. Untuk mendukung dorongan ke arah kesempurnaan tersebut, Adler menyatakan bahwa ada ide lain yaitu "kepentingan sosial" atau "kepekaan sosial". Dengan ide ini, seorang manusia yang sedang mengarahkan dirinya menuju kesempurnaan akan mempertimbangkan lingkungan sosialnya. Adler percaya bahwa situasi ini menciptakan gaya yang unik kehidupan (atau pola kepribadian) untuk setiap individu. Menurut Adler inti dari setiap gaya hidup seseorang terbentuk pada usia 5 tahun. Adler mulai menekankan keberadaan diri kreatif. Dengan ini ia maksudkan bahwa manusia menciptakan kepribadian mereka melalui pilihan dan pengalaman. Erik Erikson Teorinya yang paling terkenal adalah Erikson’s Ego Psychology (Psikologi Ego Erikson) yaitu teori perkembangan kepribadian yang mirip dengan karya Freud, namun bedanya bahwa Erikson menerapkan teori ini dalam konteks psikososial, menambah sejumlah tahapan lagi, dan menekankan faktor ego daripada Id. Tahapan itu antara lain: Kepercayaan vs ketidakpercayaan (sejak lahir hingga usia 12-18 bulan). Bayi mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Autonomi vs rasa malu dan ragu (usia 12-18 bulan hingga 3 tahun) ‘13 6 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Anak mengembangkan keseimbangan independen dan kepuasan diri terhadap rasa malu. Inisiatif vs rasa bersalah (usia 3-6 tahun) Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktifitas baru dan tidak terlalu terbebani atau rasa bersalah. Industri vs inferioritas (usia 6 tahun-pubertas) Anak harus belajar keterampilan budaya dan menghargai perasaan tidak kompeten. Identitas vs kekacauan identitas (pubertas-dewasa awal) Remaja harus menentukan pemahaman akan diri sendiri atau merasakan kekacauan peran. Imitasi vs isolasi (dewasa awal) Individu mencoba membuat komitmen dengan orang lain, apabila gagal maka ia akan menderita isolasi dan pemisahan diri. Produktivitas vs stagnasi (dewasa tengah) perhatian orang dewasa yang sudah matang adalah membangun dan membimbing generasi selanjutnya/merasa tidak percaya diri. Integritas evo vs putus asa (dewasa akhir) Individu yang tua mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat menerima kematian atau sebaliknya, putus asa atau ketidak mampuan menghidupan kembali kehidupannya. Carl Gustav Jung Psikologi Jung terkenal sebagai analitycal psychology (psikologi analitik). Menurut Jung, libido merupakan energi umum atau desakan hidup, dan energi utama tidak perlu berupa manifestasi dorongan seksual seperti yang dijelaskan Freud. Energi utama pada suatu saat justru menampilkan diri sebagai energi seksual, sedangkan pada waktu lain berupa bentuk tingkah laku yang artistik atau kreatif, atau pada mencapai superioritas. Proses psikologisnya bahwa energi libidal ini dapat ditransformasikan ke dalam aktifitas kultural, berupa simbol. Struktur kepribadian menurut Jung, yaitu: Ego adalah aspek kepribadian yang disadari, ditambah dengan perasaan akan diri. Menurut Jung, ego ini berkembang ketika individu berusia empat tahun. Ketidaksadaran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan ego. Ketidaksadaran pribadi berisikan pemikiran-pemikiran dan perasaan yang bukan merupakan dari kesadaran pada saat itu, akan tetapi masih tetap bisa diakses. Diri/self, titik pusat kepribadian, disekitar mana semua sistem lain terkonstelasikan. ‘13 7 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ketidaksadaran kolektif merupakan sistem psike yang paling kuat berpengaruh, dan dalam kasus-kasus patologis ia mengungguli ego serta ketidaksadaran pribadi. Arkhetipe-arkhetipe, merupakan suatu bentuk pikiran universal yang mengandung unsur emosi besar. Persona, adalah kepribadian yang ditempatkan ke dunia luar. Anima-animus, merupakan naluri jantan pada wanita (animus) atau naluri perempuan pada pria (anima). Shadow, teridiri dari karakter-karakter kepribadian yang bukan bagian dari kebiasaan-kebiasaan seseorang. Tipe kepribadian, terbagi atas Introvert dan Ekstravert, yaitu: Introvert adalah orang yang refleksif, serius, pendiam, suka menyelidiki, independen, subjektif, punya disiplin kerja tinggi, hati-hati, teliti dan suka bekerja sendiri. Ekstravert adalah orang yang aktif, sibuk, sosialitasnya sangat tinggi, objektif, pragmatis, bicara banyak, percaya diri dan objektif. Materialisme Konsumen sampai Konsumen Kompulsif Materialisme Konsumen : Materialisme sebagai sifat kepribadian membedakan antara individu yang menganggap kepemilikan barang sangat penting bagi identitas dan kehidupan mereka, dan orang-orang yang menganggap kepemilikan barang merupakan hal yang sekunder. Ciri-ciri orang yang materialistis yaitu : (1) (2) (3) (4) mereka sangat menghargai barang-barang yang dapat diperoleh dan dapat dipamerkan; mereka sangat egosentris dan egois; mereka mencari gaya hidup dengan banyak barang ( misalnya mereka ingin mempunyai berbagai barang, bukannya gaya hidup yang teratur dan sederhana saja); kebanyakan milik mereka tidak memberikan kepuasan pribadi yang lebih besar (maksudnya barang-barang milik mereka tidak memberikan kebahagiaan yang lebih besar) Perilaku Konsumen yang Mendalam Diantara materialisme dan desakan untuk membeli atau memiliki terdapat gagasan keterikatan yang mendalam dalam mengkonsumsi atau memiliki. Seperti materialisme, perilaku konsumsi yang mendalam termasuk perilaku yang normal dan diterima secara sosial. Para konsumen yang berperasaan mendalam tidak merahasiakn barang-barang atau pembelian barang yang diminatinya sebaliknya mereka sering mempertunjukkannya, dan keterlibatan mereka secara terbukadilakukan bersama-sama orang lain yang mempunyai ‘13 8 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id minat yang sama. Dalam dunia kolektor serius, terdapat berjuta-juta konsumen yang medalam ang berusaha memenuhi minat mereka dan menambah koleksi mereka. Karakteristik konsumen yang mendalam yaitu : (1) minat yang dalam (mungkin penuh gairah) terhadap barang atau golongan produk tertentu (2) kesediaan untuk bepergian jauh dalam rangka menambah contoh-contoh barang atau golongan produk yang diminati, dan (3) dedikasi untuk mengorbankan uang dan waktu yang banyak secara bebas untuk mencari barang atau produk tersebut. Bagi konsumen yang mendalam, bukan hanya muncul keterlibatan yang berjangka panjang atas golongan barang itu sendiri tetapi juga intensifnya keterlibatan atas proses memperoleh barang itu (kadang-kadang disebut perburuan). Perilaku Konsumsi yang Kompulsif : Konsumsi yang kompulsif termasuk perilaku yang abnormal yang merupakan contoh ”sisi gelap konsumsi”. Para konsumen yang kompulsif cenderung kecanduan; dalam beberapa hal mereka tidak dapat mengendalikan diri, dan tindakan mereka dapat berakibat merusak diri sendiri dan orang-orang di sekeliling mereka. Contohnya adalah berjudi yang tidak dapat dikendalikan, kecanduan obat bius alkoholisme, dan berbagai penyimpangan makanan dan minuman. Untuk mengendalikan atau menghilangkan masalah kompulsif tersebut biasanya diperlukan beberapa tipe terapi atau perlakuan klinis. Gaya Hidup Gaya hidup merupakan sebuah penggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya. Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang di identifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan 3 hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta sedangkan Sarwono ‘13 9 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (1989) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi gaya hidup adalah konsep diri. Hawkins (dalam Nugroho, 2002) yang mengatakan bahwa pola hidup yang berhubungan dengan uang dan waktu dilaksanakan oleh seseorang berhubungan dengan keputusan. Orang yang sudah mengambil suatu keputusan langkah selanjutnya adalah tindakan. Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan kativitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Gaya hidup dapat mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang . Gaya hidup menurut Hair dan McDaniel adalah cara hidup, yang diidentifikasi melalui aktivitas seseorang, minat, dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup dapat dilakukan melalui analisa psychografi. Psychografi merupakan teknik analisis untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga dapat dikelompokkan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya. Menurut Kasali gaya hidup mencerminkan bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya yang dinyatakan dalam aktivitas-aktivitas, minat dan opini-opininya. Pendekatan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen berdasarkan variabel-variabel Activity, Interest, Opinion, yaitu aktivitas, interes (minat), dan opini (pandangan-pandangan). Menurut Setiadi sikap tertentu yang dimiliki konsumen terhadap suatu objek tertentu bisa mencerminkan gaya hidupnya. Gaya hidup seseorang bisa juga dilihat dari apa yang disenangi, ataupun pendapatnya mengenai objek tertentu. Gaya hidup hanyalah salah satu cara mengelompokkan konsumen secara psikografis. Gaya hidup pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang menghabiskan waktu dan uangnya. Ada orang yang senang mencari hiburan bersama kawan-kawannya, ada yang senang menyendiri, ada yang bepergian bersama keluarga, berbelanja, melakukan aktivitas yang dinamis, dan ada pula yang memiliki dan waktu luang dan uang berlebih untuk kegiatan sosial-keagamaan. Kasali menyatakan bahwa gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang, dan akhirnya menentukan pilihan-pilihan konsumsi seseorang. Begitu pula menurut Mowen dan Minor yang menyatakan bahwa penting bagi pemasar untuk melakukan segmentasi pasar dengan mengidentifikasi gaya hidup melalui pola perilaku pembelian produk yang konsisten, penggunaan waktu konsumen, dan keterlibatannya dalam berbagai aktivitas. Mowen dan Minor menegaskan bahwa gaya hidup merujuk pada bagaimana orang hidup, bagaimana mereka membelanjakan uangnya, dan bagaimana mereka mengalokasikan waktu mereka. Hal ini dinilai dengan bertanya kepada ‘13 10 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id konsumen tentang aktivitas, minat, dan opini mereka, gaya hidup berhubungan dengan tindakan nyata dan pembelian yang dilakukan konsumen. Orang yang berasal dari subkultur, kelas sosial dan pekerjaan yang sama dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukkan pola kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minat, dan pendapatnya. Konsep gaya hidup apabila digunakan oleh pemasar secara cermat, akan dapat membantu untuk memahami nilai-nilai kosnumen yang terus berubah dan bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku konsumen. Gaya hidup secara luas didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga di dunia sekitarnya.Perubahan gaya hidup membawa implikasi pada perubahan selera (selera pria dan wanita berbeda), kebiasan dan perilaku pembelian.perubahan lain yang terjadi adalah meningkatnya keinginan untuk menikmati hidup. Manfaat jika memahami gaya hidup konsumen : 1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran. 2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar dengan menggunakan iklan. 3. Jika gaya hidup diketahui, maka pemasar dapat menempatkan iklannya pada mediamedia yang paling cocok 4. Mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar bisa mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka. Daftar Pustaka Freidman, Howard S & Schustack, Mariam W. 2006. Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Suryabrata, Sumardi. 2007. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ‘13 11 Perilaku Konsumen Martina Shalaty Putri, M.Si Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id