BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISPENELITIAN 2.1

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESISPENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Retail Mix
Utami (2006) mengatakan bahwa usaha ritel atau eceran (retailing)
dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang
atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi
dan bukan penggunaan bisnis.Retail mix merupakan kombinasi dari faktorfaktor yang digunakan oleh pengecer untuk memuaskan kebutuhan konsumen
dan mempengaruhi keputusan pembelian mereka.Ma’ruf (2005:113-215)
mengemukakan bahwa suatu keputusan pembelian konsumen pada sebuah
ritel akan dipengaruhi oleh lokasi, merchandise, pricing,promosi, atmosfer
dalam gerai, dan retail service.
Ritel merupakan aktvitas paling akhir rangkaian perjalanan produk
dari produsen ke konsumen akhir.Kegiatan ritel tidak terbatas dilakukan oleh
retailer saja, tetapi dilakukan oleh siapa saja termasuk diantaranya produsen,
pedagang besar, ataupun distributor, apabila mereka melakukan penjualan
secara langsung pada konsumen akhirnya.Kegiatan ritel tidak terbatas hanya
dilakukan oleh retailer saja (Munir, 2011).Menurut Lamb, dkk. (2001) peran
retaill mix sangatlah penting dan berpengaruh sekali, tanpa adanya retail mix
yang tepat bagi perusahaan eceran akan mengalami kesulitan dalam
pemasarannya, Oleh karena itu, ada enam variabelretail mix yang benar-benar
harus diperhatikan diantaranya : penempatan lokasi yang strategis (lokasi),
keragaman produk (merchandise), keputusan penetapan harga dalam setiap
produk (price), memperkenalkan merek dalam benak konsumen (promosi).
Suasana di dalam toko yang menentukan konsumen dalam pengambilan
keputusan membeli atau tidak (atmosfer dalam gerai).Pelayanan terhadap
konsumen pada saat berbelanja (retail service).
Berdasarkan uraian diatas dapat dijelaskan bahwa retail mix sangat
diperlukan pada suatu bisnis ritel untuk memenangkan persaingan. Kombinasi
yang sangat unik dari faktor-faktor retail mix dengan tujuan menjadi unggul
di pasar sesuai target mereka. Bila bisnis ritel dijalankan dengan fokus pada
kombinasi yang tepat dari ke enam komponen retail mix tersebut, maka
dampak yang dirasakan adalah pertumbuhan bisnis berupa laba/profit.
2.1.2 Lokasi
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran pemasaran
ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses diandingkan gerai
lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk
yang sama, oleh pramuniaga yang sama banyak dan terampil, dan sama-sama
mempunyai penataan yang bagus Ma’ruf (2005:115). Beberapa jenis gerai
yang berbeda seperti supermarket, department store, toko asesori rumah, toko
fashion, dapat berkumpul di suatu area perdagangan ritel seperti mal atau
pusat bisnis.Masing-masing peritel mempelajari karakteristik mal atau pusat
perbelanjaan yang bersangkutan dari berbagai aspeknya seperti luas dan
kepadatan area yang dilayaninya, kelas sosial ekonomi penduduk, luas
mal/pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas, dan sarana transportasi
umum.Berbagai faktor tersebut akan mendatangkan informasi tentang
banyaknya kunjungan masyarakat ke mal setiap harinya dan perkiraan
belanja.Sebelum sebuah toko atau tempat berbelanja didirikan, langkah
pertama adalah mempelajari suatu area agar investasi yang ditanamkan dapat
menguntungkan.Ma’ruf(2005:124) mengemukakan ada beberapa faktor yang
harus dipertimbangkan dalam mengevaluasi area perdagangan ritel,
diantaranya sebagai berikut :
1) Kedekatan dengan pemasok
Pemasok mempunyai pengaruh pada peritel dalam hal kecepatan
penyediaan merchandise, kualitas produk yang terjaga, biaya pengiriman,
dan lain-lain.
2)
Basis ekonomi
Basis ekonomi yang dimaksud disini adalah industri daerah setempat,
potensi pertumbuhan, fluktuasi karena faktor musiman, dan fasilitas
keuangan. Industri yang bervariasi akan mempunyai pengaruh yang
berbeda. Dibandingkan dengan industri yang terkosentrasi (pada suatu
sektor).
3) Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja yang diperhatikan adalah pada suatu tingkat, yaitu dari
tingkat administratif dan lapangan hingga management tranee dan
manajerial.Management tranee adalah lulusan perguruan tinggi yang
memulai karier di perusahaan ritel pada tingkat staf, dan diproyeksikan
untuk menjadi tenaga pemimpin.Tenaga manajerial adalah para assistant
manager atau manager bahkan general manager yang siap bekerja,
(tidak seperti management tranee yang harus di latih lebih dulu).
4) Situasi persaingan
Pertumbuhan luas toko yang sejalan dengan pertumbuhan permintaan
pasar
(yaitu
besar
belanja
total
penduduk
setempat)
berati
semuaperusahaan ritel setempat tumbuh secara stabil atau secara tetap.
Jika banyak pihak membuka gerai ritel dengan asumsi merebut pasar
sebesar-besarnya, maka kemungkinan yang terjadi adalah kejenuhan
pasar, yaitu terlalu banyak peritel dibandingkan total belanja konsumen.
5) Fasilitas promosi
Adanya media masa seperti surat kabar dan radio akan memfasilitasi
kegiatan promosi peritel. Juga kesiapan sarana pendukung seperti biro
ilkan, production house, dan pembuat barang souvenir yang melancarkan
kegiatan promosi perlu mendapat perhatian.
6) Kesediaan lokasi toko
Faktor bagi suatu area perdagangan dan hal-hal yang terkait dengan
lokasi adalah jumlah lokasi serta jenisnya, akses pada masing-masing
lokasi, peluang kepemilikan atau leasing, pembatasan zona perdagangan,
dan biaya-biaya terkait.
7) Hukum dan peraturan
Hukum dan peraturan perlu diperhatikan khusunya jika terdapat
peraturan daerah yang tidak terdapat di daerah lain.Salah satu faktor
penting dalam mendirikan toko adalah lokasi toko tersebut. Untuk
retailer yang berbasis pada toko, maka harus diputuskan suatu lokasi
spesifik. Lamb, dkk. (2001), juga berpendapat serupa bahwa tersedianya
transportasi public, jarak pertokoan lain, tersedianya tempat atau area
parkir, serta keamanan dari lokasi merupakan variabel-variabel yang
membentuk pemilhan lokasi, lokasi perusahaan yang tepat akan
menentukan :
a) Keunggulan pelayanan dan service terhadap pelanggan
b) Menghemat biaya akan menurunkan harga jual
c) Mempunyai keunggulan dalam persaingan
d) Mudah dalam mendapatkan suplai barang secara continue
e) Mudah dalam memperluas area bila memerlukan perluasan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa salah satu unsur dari
ritel mix yaitu lokasi sangatlah berperan penting untuk kelancaran
perusahaan terutama pada toko ritel tersebut yaitu berada di lokasi yang
strategis cenderung di jalan utama dan di tempat keramaianseperti yang
telah dijelaskan di atas, maka sedikit kemungkinan gerai tersebut tidak
akan berjalan sesuai dengan keinginan perusahaan.
2.1.3 Merchandise
Ma’ruf (2005:135) mengatakan bahwa merchandise adalah salah satu
unsur dari bauran pemasaran ritel (retail mix), dimana perusahaan melakukan
kegiatan pengadaan produk-produk yang dijual peritel dalam gerainyadan
sesuai dengan bisnis yang dijalani toko untuk disediakan dalam jumlah,
waktu dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan
ritel. Para pelanggan selalu berharap untuk memenuhi apa yang dibutuhkan
dan diinginkannya disetiap toko, kebutuhan dan keinginan pelanggan sangat
beragam dan toko diharapkan dapat memenuhinya. Fungsi pengelolaan
barang dagangan (merchandise) merupakan fungsi yang harus diberi prioritas,
bagaimanapun efektif dan efisiennya bagian lain, bila urusan barang
dagangan salah, maka hampir dapat dipastikan kesuksesan akan sulit diraih.
Pada suatu gerai seperti hypermarket yang tergabung dalam satu kelompok
besar disebut juga sebagai chainstore karena satu gerai dengan gerai yang
lainnya terkait dalam suatu ikatan kelompok, pembelian merchandise
dipusatkan pada induk yang mengendalikan kelompok. Masing-masing gerai
tinggal menerima merchandise dan menjualnya (Ma’ruf 2005).
Produk-produk yang dijual pengecer didalam gerainya disebut
merchandise.Merchandise
adalah
salah
satu
unsur
dari
retail
mix.Merchandise adalah proses penyediaan barang-barang yang sesuai
dengan bisnis yang dijalani oleh pengecer (produk berbasis makanan,
pakaian, barang kebutuhan rumah tangga, produk umum, dan kombinasi dari
aneka ragam jenis produk) untuk disediakan dalam toko pada jumlah, waktu
dan harga yang sesuai untuk mencapai sasaran toko atau perusahaan ritel.
1) Assortment (keragaman) produk
Keragaman produk terdiri atas dua hal yaitu wide/lebar dan
deep/dalam.Wide berati banyaknya variasi katagori produk yang dijual,
sedangkan deep berati banyaknya item pilihan dalam katagori masingmasing produk.
2) Brand (merek)
Merek produk yang dijual di dalam gerai membantu memperkuat nama
gerai di mata konsumen.Merek produk yang mempunyai nilai tinggi dan
sudah dikenal baik dimasyarakat akan membantu meningkatkan citra
gerai. Orang akan berpandangan bahwa gerai tersebut menjual barang
“ber-merek” dengan kualitas yang sudah dikenal masyarakat, sehingga
kepercayaan
konsumen
terhadap
geraipun
meningkat.
Dengan
kepercayaan tersebut kredibilitas gerai akan meningkat dan membuat
hubungan gerai dengan pelanggan terjalin semakin baik.
3) Timing dan alokasi
Persediaan barang di dalam gerai harus disiapkan secara terencana agar
dapat disajikan dengan cepat setiap harinya. Rencana yang disusun
berdasarkan perkiraan penjualan mencangkup waktu pemesanan,
pemilihan pemasok, kategori produk yang dipesan dari masing-masing
pemasok, jumlah masing-masing kategori dan masing-masing item
produk yang dipesan, waktu penerimaan barang dari masing-masing
pemasok, tempat penyimpanan barang, cara penyimpanan barang, dan
sebagainya (Ma’ruf, 2005:144-153).
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa salah satu unsur dari retail mix yaitu merchandise
sangat berpengaruh terhadap suksesnya gerai ritel tersebut. Pengecer
perlu memastikan bahwa produk yang mereka sediakan akan memenuhi
harapan pelanggan sesuai dengan kebutuhan mereka. Mengidentifikasi,
mengantisipasi, dan pengecer harus dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan.Banyak hal yang harus diperhatikan oleh pengecer
diantaranya memastikan kualitas barang yang sesuai dengan harga yang
ditetapkan, memastikan selalu menyediakan barang yang baru di toko,
memastikan kelengkapan barang, dan pastikan selalu tersedia barang
yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.1.4 Pricing
Penetapan harga adalah yang paling krusial dan sulit diantara unsurunsur retail mix (lokasi, merchandise,pricing,promosi, atmosfer dalam
gerai,dan retail service). Harga adalah satu-satunya unsur dalam berbagai
unsur retail mix yang akan mendatangkan laba bagi peritel (Ma’ruf,
2005:154).Sebuah toko dapat menjadi terkenal karena harga jual yang
ditetapkan cukup murah atau harga jual yang ditetapkan merupakan harga
pasti. Berdasarkan hal itu pengecer harus dapat menetapkan harga yang tepat
untuk barang-barang yang akan dijualnya, sehingga kelancaran penjualan
barang akan lebih terjamin. Semua pengecer senantiasa berkeinginan
menetapkan harga yang tinggi dengan volume penjualan yang tinggi pula,
namum kedua hal ini sulit diterapkan secara bersamaan. Penetapan harga
berkaitan dengan aspek-aspek laba, pelanggan, pasar dan persaingan,
pengadaan barang dagangan, citra kualitas merek yang berbeda dan hukum
peraturan yang akan diuraikan sebagai berikut :
1) Harga berkaitan dengan maksimalisasi laba
Setiap peritel atau perusahaan dagangan eceran, sepertihalnya semua
perusahaan ingin memaksimalisasikan laba.Laba dapat dicapai dalam
jangka pendek dan jangka panjang.
2) Harga berkaitan dengan pelanggan
Memaksimalisasikan laba adalah salah satu sisi dari selembar mata uang,
sisi lainnya adalah kepuasan konsumen. Tujuan perusahaan adalah
kepuasan pelanggan melalui operasional perusahaan yang akanmemberi
laba yang patut.
3) Harga berkaitan dengan pasar dan pedagangan
Faktor pasar atau persaingan merupakan faktor penting yang akan
mempengaruhi penetapan harga. Untuk suatu peritel yang hendak
memperluas pembeli dalam suatu wilayah atau dalam suatu segmen
disebut sebagai penetrasi pasar, penetapan harga rendah atau harga
bersaing dilakukan.
4) Harga berkaitan dengan pengadaan barang dagangan
Barang persediaan yang masih banyak dan agak lambat penjualannya
padahal
tanggal
kadaluarsannya
tinggal
beberapa
bulan
lagi,
mengaharuskan tindakan penjualan sesegera mungkin dan hanya bias
dilakukan dengan harga diskon atau menjual barang dengan beberapa
paket.
5) Harga berkaitan dengan citra kualitas
Sebagian besar masyarakat mempunyai anggapan bahwa terdapat
kolerasi erat antara harga dan kualitas.Harga yang rendah dianggap
pertanda kualitasnya rendah sebaliknya harga tinggi mencerminkan
kualitas tinggi.
6) Harga berkaitan dengan merek yang berbeda
Produk dari merek-merek yang berbeda dapat diberi label harga yang
berbeda menurut :
a) Merek terunggul yang diberi label termahal
b) Merek pesaing atau merek sendiri dengan label harga sedang
c) Merek dengan harga terendah
7) Harga berkaitan dengan hukum dan peraturan
Saat ini dapat dikatakan masih sangat minim hukum dan peraturan yang
mengatur penetapan harga barang dan jasa eceran, yang berarti para
peritel mempunyai ruang gerak yang cukup bebas dalam penetapkan
harga.Namun patokan ini berlaku yaitu kepatutan berdasarkan etika
bisnis khususnya dari sudut pandang konsumen yaitu value for money.
Kotler dan Keller (2009:67), mengatakan bahwa harga adalah salah
satu eleman dari retail mix yang menghasilkan pendapatan; elemen lain
menghasilkan biaya. Harga sebenarnya merupakan salah satu faktoryangharus
dikendalikan secara serasi dan selaras dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan. Segala keputusan yang bersangkutan dengan harga akan sangat
mempengaruhi beberapa aspek kegiatan suatu usaha, baik yang bersangkutan
dengan kegiatan penjualan, atau pun aspek keuntungan yang ingin dicapai
oleh suatu usaha. Hal ini berarti harga menggambarkan nilai uang sebuah
barang dan jasa.Menurut Kotler dan Armstrong (2001:439) harga adalah
jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk/jasa. Bagi perusahaan, penetapan harga
suatu barang dan jasa memberikan pengaruh yang tidak sedikit, karena:
1) Harga merupakan penentu bagi permintaan pasar
2) Harga dapat mempengaruhi posisi persaingan suatu usaha
3) Harga akan memberikan hal yang maksimal dengan menciptakan
sejumlahpendapatan dan keuntungan bersih.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa salah satu unsur dari retail mix yaitu pricing memiliki
peranan yang sangat penting pada perusahaan ritel. Penentuan harga
didasarkan pada pasar, persaiangan, dan merek.Banyak yang harus
diperhatikan pada harga yang terdapat di dalam gerai tersebut, misalnya
seringkali kalau harga jual yang tertera berbeda dengan harga di rak dengan
mesin kassa, contoh tersebut sangat perlu diperhatikan untuk kelancaran saat
pelanggan berbelanja di gerai ritel tersebut.
2.1.5 Promosi
Menurut Ma’ruf (2005:179) bisnis ritel berkaitan dengan pemasaran
barang atau jasa yang dibutuhkan oleh konsumen.Berbicara mengenai
konsumen berarti berbicara mengenai orang banyak dengan pikiran dan emosi
mereka yang berbeda-beda.Maka dari itu, kualitas perusahaan mempengaruhi
konsumen secara umum.Komunikasi sebagai dasar promosi mempunyai
tujuan untuk mengajak pasar sasaran agar mau membeli produk yang
ditawarkan dan bahkan menjadi pelanggan setia. Strategi promosi eceran
adalah kombinasi dari berbagai unsur promosi, yang biasanya dipakai adalah
iklan
(baik
melalui
media
cetak
atau
elektronik),
sales
promotion(discount,coupon,bonus pack, contest, bazaar, dan lain-lain),
personal selling, publisitas(berita, press release, atau lainnya yang
mengandung news interes).
Komunikasi sebagai dasar promosi bertujuan mendorong target
market untuk mau menjadi pembeli bahkan menjadi pelanggan setia. Esensi
dari komunikasi pemasaranini adalah bagaimana kita dapat menyampaikan
apa yang kita tawarkan kepada konsumen dapat diterima dengan baik.
Komunikasi pemasaran tidak hanya membuat pelanggan tertarik dan ingin
membeli, namum komunikasi pemasaran juga bisa menciptakan citra tertentu
dapat di sesuaikan dengan pasar sasaran. Menurut Amir (2005), menyatakan
bahwa beberapa elemen penting dalam komunikasi pemasaran yaitu
periklanan,promosi penjualan, penjualan tatap muka (personal selling),
kehumasan (public relation), dan pemasaran langsung. Menurut Lupiyoadi
(2001:10) promosi adalah salah satu variabel dalam bauran pemasaran yang
sangat
penting
dilaksanakan
oleh
perusahaan
dalam
memasarkan
produk.Kegiatan promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara
perusahaan dengan konsumen, melainkan juga untuk mempengaruhi
konsumen dalam kegiatan pembelian/penggunaan jasa sesuai dengan
keinginan dan kebutuhannya.Perusahaan harus mengkoordinasikan promosi
dengan unsur-unsur dalam bauran pemasaran agar mencapai pasar sasaran
dan memenuhi tujuan perusahaan secara keseluruhan. Beberapa alasan para
pemasar melakukan promosi (Bilson, 2001:754):
1) Menyediakan informasi
Pembeli dan penjual mendapat manfaat dari fungsi informasi yang
sanggup dilakukan oleh promosi.Para pembeli menemukan program baru
yang dapat membantunya dan para penjual dapat menginformasikan
kepada calon pelanggan tentang barang dan jasa.
2) Merangsang permintaan
Para pemasar mengingatkan konsumen membeli produknya dan mereka
menggunakan
promosi
untuk
membuat
konsumen
melakukan
permintaan.
3) Membedakan produk
Organisasi-organisasi mencoba membedakan mereka dengan produknya
melalui penggunaan promosi, khususnya produk yang tidak banyak
berbeda dari para pesaingnya.
4) Mengingatkan para pelanggan saat ini
Meningkatkan para pelanggan akan manfaat dari produk perusahaan bisa
mencegah mereka berpaling kepada pesaing pada saat mereka
memutuskan untuk menggantiproduknya.
5) Menghadang pesaing
Promosi dapat digunakan untuk menghadapi upaya pemasaran dari
pesaing untuk melawan kampanye periklanannya.
6) Memuluskan fluktuasi-fluktuasi permintaan.
Perusahaan
banyak
mengalami
tantangan-tantangan
permintaan
musiman, dimana para pelanggan membeli lebih banyak selama beberapa
bulan
tertentu
danberkurang
pada
bulan-bulan
lainnya.Promosi
membantu mengisi kesenjangan yang ada diantara kepincangankepincangan permintaan musiman tersebut.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat
dijelaskan bahwa salah satu unsur dari retail mix yaitu promosi sangatlah
penting untuk sebuah perusahaan ritel. Dengan adanya promosi masyarakat
akan tahu bahwa perusahaan ritel tersebut menjual produk yang mereka
butuhkan, dan promosi yang baik akan mampu untuk selalu mengingat
produk tersebut di benak masyarakat.Memastikan adanya sebuah promosi
sangatlah penting untuk perusahaan ritel.Dengan mengadakan promosi secara
berkala,
dilakukan
dengan
media
yang
efektif
menurut
ukuran
toko,melakukan promosi secara sungguh-sungguh tanpa ada kebohongan dari
pihak perusahaan, dan harus dilakukan tepat waktu sesuai dengan kebutuhan
konsumen maka promosi sangatlah mendukung dalam sebuah perusahaan
ritel tersebut.
2.1.6 Atmosfer Dalam Gerai
Apabila iklan bertujuan memberitahu, menarik, memikat, atau
mendorong konsumen untuk datang ke gerai dan untuk membeli barang,
maka suasana atau atmosfer dalam gerai berperan penting memikat pembeli,
membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan dan mengingatkan
mereka produk apa yang perlu dimiliki, baik untuk keperluan pribadi maupun
untuk keperluan rumah tangga. Suasana yang dimaksud adalah dalam arti
atmosfer dan ambience yang tercipta dari gabungan unsur-unsur desain
toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi visual, dan merchandising (Ma’ruf,
2005:201).Suasana atau atmosfer dalam gerai merupakan salah satu dari
berbagai unsur dalam retail marketing mix.Gerai kecil yang tertata rapi dan
menarik akan lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur
biasa saja. Suasana dalam gerai menggambarkan moment of truth, yaitu
situasi langsung yang dirasakan konsumen pada saat berbelanja. Jika setting
dari suasana itu optimal maka peritel dengan gerai yang dikunjungi konsumen
akan dapat menyentuh emosi konsumen untuk berbelanja. Desain toko yang
baik akan menarik banyak konsumen untuk datang, desain toko merupakan
strategi penting untuk menciptakan suasana yang akan membuat pelanggan
merasa betah berada dalam suatu toko. Desain toko, yaitu desain interior yang
mencangkup tata letak, rak-rak barang, aksesoris toko, dan desain interior
mencangkup lay-out, pintu masuk, dan jalan masuk.
Menurut Ma’ruf (2005) atribut fisik dan atmosfer atau suasana dalam
gerai memiliki peran yang sangat penting dalam memikat pembeli, membuat
pembeli merasa nyaman dalam berbelanja, mengingatkan mereka dalam
memlilih barang belanjaan, dan mengingatkan mereka produk apa yang perlu
dimiliki baik untuk keperluan pribadi maupun untuk keperluan rumah tangga.
Suasana dalam hal ini berarti atmosfer dan ambience yang tercipta dari
gabungan unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi
visual, dan merchandise.Jika penataan dari suasana tersebut dilakukan secara
optimal maka gerai peritel yang dikunjungi oleh konsumen dapat menyentuh
emosi dan pengalaman berbelanja. Emosi dan pengalaman yang positif
memberikan peluang kepada peritel untuk mendapatkan market sharedibenak
masyarakat (mainshare) dan memenangkan hati mereka (heartshare), dan
pada akhirnya memberikan kontribusi kepada peritel berupa (presentasi
penjualan dibandingkan total penjualan yang terjadi oleh semua peritel
diwilayah yang sama).
1) Desain Toko/Gerai
Desain toko (store design)merupakan strategi penting untuk
menciptakan pelanggan agar merasa betah berada dalam suatu toko atau
gerai.Desain toko bertujuan untuk memenuhi syarat fungsional sambil
menyediakan
pengalaman
berbelanja
yang
menyenangkan
sehingga
mendukung terjadinya transaksi.Desain toko mencangkup desain di
lingkungan toko, yaitu mengcangkup desain eksterior, lay-out, dan ambience.
2) Eksterior
Desain eksternal merupakan wajah dari sebuah gerai. Ada beberapa
unsur sehubungan dengan desai eksternal:
1. Store fornt: desain eksternal yang menunjukan cirri khas dari
perusahaan, baik berupa gaya, struktur, maupun bahan. Gerai seperti
hypermarket mempunyai wajah yang membedakan dengan kontras
antara satu peritel dan peritel lainnya.
2. Pintu masuk: banyak ditemui pada gerai yang menyediakan barang
kebutuhan harian seperti gerai toko besar (hypermarket), memutuskan
untuk memiliki lebih dari dua pintu masuk sesuai kebutuhan. Gerai
yang berlokasi di gedung bertingkat dan memiliki ruang gerai di
beberapa lantai mempunyai pintu masuk sebanyak lantai di mana
mereka berada.
3) Atmosfer/Ambience
Penataan interior sangat mempengaruhi konsumen secara visual,
sensual, dan mental sekaligus. Semakin bagus dan menarik penataan interior
suatu gerai semakin tinggi daya tarik pada pancaindra pelanggan:
penglihatan, pendengaran, aroma, rasa, sentuhan, konsep: ide/citra, dan
semakin senang pelanggan berada di gerai tersebut.
4)
Perencanaan toko
Perencanaan toko (store planning) mencangkup lay-out dan alokasi
ruang. Lay-out (tata letak) mencangkup pula rencana jalan atau gang dalam
toko (disebut juga aisle atau walkway) dan sirkulasi atau arus orang.
5) Alokasi ruang
Alokasi ruang toko terbagi ke dalam beberapa jenis ruang atau area
yaitu selling space, merchandise space, customer space, dan personal space.
Selling space adalah ruang atau area penempatan barang yang akan diambil
konsumen, merchandise space adalah ruang atau area untuk penempatan
barang persediaan, customer space adalah area untuk berbagi keperluan
pembeli seperti ruang pas, bangku untuk peristirahatan sejenak, toilet, dan
gang/jalan untuk lalu lalang. Personal space adalah ruang untuk para
karyawan berganti seragam, istirahat, menyimpan barang pribadi, dan
lainnya.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat
dijelaskan bahwa salah satu unsur dari retail mix yaitu atmosfer dalam gerai
sangatlah penting terhadap jalannya suatu perusahaan ritel, dimana jika
atmosfer dalam gerai tidak dihiraukan maka pelanggan akan merasa tidak
nyaman pada saat berbelanja dan kemungkinan mereka tidak akan kembali ke
ritel tersebut. Bukti fisik yang menggambarkan citratoko, presentasi dari toko,
bangunan, seragam, gudang, dan memastikan toko sangat bersih dan terawat,
dan memastikan aroma dan suhu di dalam toko wangi dan sejuk, dan
sebagainya untuk memainkan peranan penting demi kenyamanan pelanggan
pada saat berbelanja.
2.1.7 Retail Service
Retail service memberikan pelayanan kepada pelanggan mereka sesuai
dengan
ketentuan
yang
sudah
ditentukan
didalan
strategi
gerai
eceran.Pelayanan yang baik bahkan merupakan hal penting di masa
pertumbuhan ekonomi yang lambat, ketika banyak perusahaan masih
bertahan mempertahankan pelanggan yang mereka miliki. Tenaga penjual
eceran melayani fungsi penjualan yang penting anatara lain membujuk
pelanggan untuk membeli (Lamb, dkk. 2001).
Ma’ruf (2005:216), mengatakan bahwa retail service bertujuan
memfasilitasi para pembeli saat mereka berbelanja di gerai. Hal-hal yang
dapat memfasilitasi para pembeli terdiri atas layanan pelanggan, personal
selling, layanan transaksi berupa cara pembayaran yang mudah, layanan
keuangan berupa penjualan dengan kredit, dan fasilitas-fasilitas seperti contoh
toilet, tempat mengganti pakaian bayi, food court, telepon umum, dan sarana
parkir. Retail service bersama unsur-unsur bauran pemasaran ritel lainnya
mempunyai fungsi memenuhi kebutuhan pembeli dalam berbelanja.
Kotler (2002),menyatakan bahwa “pelayanan setiap tindakan atau
keterampilan yang dapat ditawarkan oleh apapun juga yang pada dasarnya
tidak berwujud atau tidak menyebabkan kepemilikan sesuatu, pelayanan
dapat disertakan dalam produk yang berbentuk fisik”.Aspek pelayanan
semakin hari semakin nyata perannya, secara umum pelayanan tersebut
meliputi bagaimana kecepatan melayani pelanggan sebelum berbelanja dan
pada saat berbelanja.Dengan demikian usaha eceran harus mampu mencoba
sedemikian rupa agar pelayanan yang dirasakan pelanggan meningkat serta
sesuai dengan kehendak pelanggan.Unsur pelayanan adalah unsur yang
memiliki peranan penting dalam persaingan non- harga dengan retail yang
lainnya.Unsur pelayanan adalah menjadi nyata bagi perusahaan dalam
bersaing dengan para pesaingnya karena unsur pelayanan sangat sulit ditiru
oleh pesaing.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas maka dapat
dijelaskan bahwa salah satu unsur dari retail mix yaitu retail service sangat
berperan penting untuk kelancaran sebuah peruhaan ritel. Kemudahan
konsumen pada saat berbelanja harus diperhatikan agar dibenak konsumen
perusahaan ritel tersebut memiliki citra yang baik, misalnya memudahkan
konsumen berbelanja, meliputi fasilitas umum seperti toilet, mushola, parkir,
ATM, memudahkan pembayaran di kassa, sistem kartu anggota.
2.1.8 Konsep Impulse Buying
Pembelian tidak terencana (impulse buying) menurut Mowen and
Minor
(2002:10-11)
didefinisikan
sebagai
tindakan
membeli
yang
sebelumnya tidak diakui secara sadar sebagai hasil dari suatu pertimbangan,
atau niat membeli yang terbentuk sebelum memasuki toko.Intinya pembelian
impulsif dapat dijelaskan sebagai pilihan yang dibuat pada saat itu juga
karena perasaan positif yang kuat mengenai suatu benda. Dengan kata lain
faktor emosi merupakan ”tanda masuk” ke dalam lingkungan dari orangorang yang memiliki gairah yang sama atas segala sesuatu barang.Menurut
Semuel (2006) mengklasifikasikan suatu pembelian tidak terencana terjadi
apabila tidak terdapat tujuan pembelian merek tertentu atau kategori produk
tertentu pada saat masuk kedalam toko.
Schiffman dan Kanuk (2007: 511), menyatakan bahwaimpulse buying
merupakan keputusan yang emosional atau menurut desakan hati. Emosi
dapat menjadi sangat kuat dan kadangkala berlaku sebagai dasar dari motif
pembelian yang dominan.Hal senada diungkapkan oleh Shoham dan Brencic
(2003) menyatakan bahwa impulse buying berkaitan dengan prilaku untuk
membeli berdasarkan emosi. Emosi ini berkaitan dengan pemecahan masalah
pembelian yang terbatas atau spontan. Mereka melakukan pembelian tanpa
berpikir panjang untuk apa kegunaan barang yang mereka beli, yang penting
mereka/pelanggan terpuaskan. Artinya, emosi merupakan hal yang utama
digunakan sebagai suatu dasar pembelian suatu produk. Konsumen seringkali
memberi suatu produk tanpa direncanakan terlebih dahulu. Keinginan untuk
membeli seringkali muncul di toko atau mall. Banyak faktor yang
menyebabkan hal tersebut. Display pemotongan harga 50% yang terlihat
mencolok akan menarik perhatian konsumen. Konsumen akan merasakan
kebutuhan untuk membeli produk. Display tersebut telah membangkitkan
kebutuhan konsumen yang tertidur, sehingga konsumen merasakan kebutuhan
yang mendesak untuk membeli produk yang dipromosikan tersebut.
Keputusan pembelian ini sering disebut impulse buying (sumarwan, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa impulse
buying itu adalah suatu kegiatan yang didasarkan pada emosi seseorang yang
timbul karena rasa ketertarikan pada produk tertentu. Hal ini dilakukan secara
cepat tanpa berfikir panjang terlebih dahulu. Emosi ini terlibat karena adanya
tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup secara cepat. Dengan kata lain
seorang penjual harus melakukan segala cara untuk menemukan emosi yang
mempengaruhi keputusan pembelian.
2.1.9 Pengukuran Impulse Buying
Impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk membeli
secara
spontan,
reflek,
tiba-tiba,
dan
otomatis.
Impulse
buying
menitikberatkan pada daya tarik atas sentimen dan gairah membeli.Artinya,
berkaitan dengan emosi seseorang.Daya tarik di sini berkaitan dengan barang
yang ditawarkan suatu toko tertentu, sehingga mereka tertarik dan
mempunyai gairah untuk membelanjakannya (Arifianti, 2009).Menurut
Fitriani (2010) kategori impulse buying dapat dibagi menjadi empat
klasifikasi sebagai berikut ini:
1) Pure impulse, pembelian dilakukan murni tanpa terencana atau terkesan
mendadak, biasanya terjadi setelah melihat barang yang dipajang di toko
dan muncul keinginan untuk memilikinya saat itu juga.
2) Reminder impulse, pembelian dilakukan tanpa terencana setelah
diingatkan ketika melihat iklan atau brosur yang ada di pusat
perbelanjaan.
3) Suggestion impulse, pembelian dilakukan tanpa terencana pada saat
berbelanja di pusat perbelanjaan. Pembeli terpengaruh karena keyakinan
oleh penjual atau teman yang ditemuinya pada saat berbelanja.
4) Planned impulse, pembeli melakukan pembelian karena sebenarnya
sudah direncanakan tetapi karena barang yang dimaksud habis atau tidak
sesuai dengan apa yang diinginkan maka pembelian dilakukan dengan
membeli jenis barang yang sama tetapi dengan merek atau ukuran yang
berbeda.
Menurut
Buedincho
(2003),faktor-faktor
yang
mungkin
mempengaruhi impulse buying antara lain adalah harga, kebutuhan terhadap
produk atau merek, pelayanan terhadap diri sendiri, iklan, display toko yang
mencolok, siklus hidup produk yang pendek, ukuran yang kecil,dan
kesenangan untuk mengoleksi.
2.2 Hipotesis Penelitian
2.2.1 Pengaruh Lokasi terhadap Impulse Buying
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vitorino (2011),
menyatakan bahwa lokasi pada pusat perbelanjaan membantu konsumen
untuk melakukan impulse buying terhadap produk yang mereka cari. Hasil
penelitian dari Hendro,dkk. (2013) menunjukkan bahwa variabel retail mix
yaitu lokasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
impulse buying pada pusat perbelanjaan.
H1 : Lokasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying
pada hypermarket di Kabupaten Badung.
2.2.2
Pengaruh Merchandise terhadap Impulse buying
Penelitian
sebelumnya
juga
dilakukan
oleh
Septenawati
(2007),Fachtur (2009), dan Hadjali, dkk.(2011) yang memperlihatkan bahwa
kegiatan merchandising yang dilakukan peritel dapat meningkatkan impulse
buying.Muruganatham dan Ravi (2013) juga menyatakan bahwa salah satu
faktor
yang
mendorong
terjadinya
impulse
buying
adalah
retail
merchandising.Hasil penelitian dari Sari dan Suryani (2014) menunjukan
bahwa variabel merchandising berpengaruh positif signifikan secara parsial
terhadap
variabel
impulse
buying
dimana
semakin
baik
kegiatan
merchandising yang dilakukan maka dapat meningkatkan impulse buying
yang dilakukan pelanggan.
H2 : Merchandise berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse
buying pada hypermarket di Kabupaten Badung.
2.2.3 Pengaruh Pricing terhadap Impulse buying
Hasil penelitian Hendro,dkk. (2013) menunjukkan bahwa salah satu
variabel retail mix yaitu pricingmempunyai pengaruh yang positif terhadap
impulse buying pada pusat perbelanjaan.Dari hasil penelitian Kenanga,dkk.
(2013)mengungkapkan bahwa variabel harga berpengaruh positif terhadap
perilaku impulse buying konsumen Robinson Department Store Semarang.
Wiguna dan Nurcaya (2014) juga menyimpulkan bahwa kewajaran harga
berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap impulse buyingpada
merk Nevada. Semakin meningkatnya kewajaran harga maka akan
meningkatkan pula keputusan impulse buyingpada produk merk Nevada.
H3 : Pricingberpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse buying
pada hypermarket di Kabupaten Badung.
2.2.4 Pengaruh Promosi terhadap Impulse buying
Arifianti (2009) juga menyebutkan bahwa promosi penjualan
mempunyai pengaruh positif terhadap impulse buying.Khoirun (2010) yang
menunjukan bahwa kegiatan promosi yang dilakukan oleh peritel dapat
meningkatkan impulse buying serta penelitian juga dilakukan oleh
Hadjali,dkk (2012), Denny dan Yohanes (2012). Hasil penelitian Hendro,
dkk. (2013) menunjukkan bahwa variabel retail mix yaitu promosi
mempunyai pengaruh yang positif terhadap impulse buyingpada pusat
perbelanjaan.Menurutpenelitian Sari dan Suryani (2014) variabel promosi
berpengaruh positif signifikan secara parsial terhadap variabel impulse
buyingdi mana semakin baik kegiatan promosi yang dilakukan maka semakin
meningkatkan impulse buying yang dilakukan pelanggan.
H4 :
Promosi
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
impulsebuyingpada hypermarket di Kabupaten Badung.
2.2.5
Pengaruh Atmosfer dalam gerai terhadap Impulse Buying
Temuan penelitian yang dilakukan olehMattila and Wirtz (2008)
menunjukkan bahwa atmosfer dalam gerai berpengaruh positif terhadap
impulse buying dimana efek interaktif atau kerumunan orang berbelanja yang
dirasakan dan keramahan karyawan menunjukkan bahwa dua faktor ini perlu
dipertimbangkan bersama-sama dalam desain toko. Penelitian yang dilakukan
oleh Soars (2009) juga menemukan bahwa adanya pengaruh positif atmosfer
dalam gerai tehadap impulse buying.Xu (2010) juga melakukan penelitian dan
mengatakan bahwa lingkungan toko yang terdiri dari ambience, design,
employee, crowding berpengaruh positif dan signifikan terhadap emosi
konsumen yang akhirnya berpengaruh terhadap impulse buying. Variabel
atmosfer dalam gerai berpengaruh positif signifikan terhadap impulse buying
dimana semakin baik penciptaan suasana atmosfer dalam gerai yang
dilakukan Tiara Dewata Supermarket Denpasar, maka akan dapat
meningkatkan impulse buying yang dilakukan pelanggan, penelitian ini
dilakukan oleh (Sari dan Suryani, 2014).
H5 : Atmosferdalam gerai berpengaruh positif dan signifikan terhadap
impulse buyingpada hypermarket di Kabupaten Badung.
2.2.6 Pengaruh Retail service terhadap Impulse buying
Salah satu variabel Retail Mix yaitu retail servicemempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap impulse buyingpada pusat perbelanjaan.
Temuan ini ditemukan oleh Hendro,dkk (2013).Menurut penelitian Diah
Kenanga,dkk. (2013)dapat diketahui bahwa ada pengaruh positif antara
pelayanan toko terhadap perilaku impulse buying konsumen Robinson
Department Store Semarang dengan hasil perhitungan uji t dimana t hitung
15,551 > t tabel 1,660. Positif artinya apabila pelayanan toko yang ada di
Robinson Department Store Semarang semakin baik maka aktivitas perilaku
impulse buying konsumen jugaakan semakin meningkat. Menurut penelitian
Fam et al (2011) juga menemukan bahwa pelayanan yang disediakan oleh
peritel dapat mempengaruhi terjadinya impulse buying.
H6 : Retail service berpengaruh positif dan signifikan terhadap impulse
buying pada hypermarket di Kabupaten Badung.
Download