BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilai Tukar (Exchange Rate) 2.1.1 Pengertian Nilai Tukar Beberapa pendapat mengenai pengertian nilai tukar Nilai Tukar. Krugman dan Obstfeld (1999) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Mankiw (2000) membedakan antara dua nilai tukar yaitu nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang kedua negara. Secara lebih luas nilai tukar menurut (Iskandar Syarief, 2003) merupakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang nilai tukar riil dengan mitra dagang Indonesia. 2.1.2 Jenis-Jenis Nilai Tukar Jenis kurs ada dua yaitu : 1. Kurs Nominal Kurs nominal merupakan harga relative dari mata uang suatu Negara terhadap mata uang Negara lain. Sebagai contoh, kurs antara US Dolar dan rupiah adalah Rp 9.500 per dolar, maka di pasar dunia masyarakat bisa menukar 1 dolar untuk Rp 9.500 untuk mata uang asing, dan untuk menukarkan rupiah pada Universitas Sumatera Utara dolar masyarakat membayar Rp 9.500 pada setiap satu dolar. Ketika masyarakat di pasar dunia mengacu pada “kurs” dianatara kedua Negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal. 2. Kurs Rill Kurs Rill (real exchange rate) merupakan harga relative dari barang- barang kedua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara untuk barang dari negara lain. 2.1.3 Fungsi Nilai Tukar Didalam perekonomian terbuka peranan nilai tukar sangat penting, dimana suatu negara tidak terlepas dari pengaruh negara lain dan antarnegara selalu melakukan transaksi demi kepentingan masing-masing negara. Untuk dapat berada dan bertahan didalam perekonomian terbuka, nilai tukar merupakan fundamental suatu negara. Oleh karena itu, pada dasar nilai tukar memiliki fungsi sebagai berikut : 1. Menyeimbangkan Neraca Pembayaran Neraca pembayaran terdiri dari neraca transaksi berjalan (current account) dan neraca modal (capital account ). Nilai tukar dapat berfungsi sebagai alat pengendali neraca pembayaran, terutama untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor suatu negara, atau sebaliknya mendorong impor dan mengurangi ekspor. 2. Instrument Moneter Nilai tukar dapat dijadikan sebagai sasaran operasional kebijakan moneter khususnya bagi Negara yang menerapkan suku bunga untuk Universitas Sumatera Utara mengendalikan jumlah uang beredar. Depresiasi dan apresiasi nilai tukar akan mempengaruhi suku bunga yang juga akan mempengaruhi jumlah uang beredar. 3. nominal anchor Dalam pengendalian inflasi, nilai tukar banyak digunakan oleh Negara yang mengalami inflasi berat sebagai nominal anchor baik melalui pengendalian depresiasi nilai tukar maupun dengan memegang nilai tukar suatu Negara dengan suatu mata uang asing. 4. Menjaga Kestabilan Pasar Domestik Kenaikan nilai mata uang suatu Negara yang melebihi nilai wajar (overvaluation) dapat dijadikan alat untuk spekulasi atau untuk mencari keuntungan, dengan menjual atau menukar mata uang Negaranya pada valas. Sebaliknya, pada saat nilai tukar mengalami undervaluation, masyarakat dapat membeli atau menukar valas pada mata uang Negaranya. Oleh karena itu, nilai tukar yang stabil dan wajar berfungsi untuk menjaga kestabilan pasar domestik. 2.1.4 Perubahan Nilai Tukar Perubahan kurs disebabkan oleh berbagai faktor baik itu dari sisi permintaan maupun penawaran atas mata uang serta kebijakan pemerintah untuk menentukan. 1. Devaluasi merupakan suatu kebijakan oleh pemerintah yang menurunkan nilai tukar mata uang dalam negeri terhadap mata uang negara lain. 2. Revaluasi adalah kebijakan oleh pemerintah yang menaikkan nilai tukar dalam negeri terhadap nilai tukar negara lain. Universitas Sumatera Utara 3. Deresiasi merupakan penurunan nilai tukar mata uang yang disebabkan oleh pergerakan penawaran dan permintaan mata uang tersebut (mekanisme pasar). 4. Apresiasi merupakan fenomena naiknya nilai tukar suatu mata uang terhadap mata uang asing, akibat pergerakan penawaran dan permintaan mata uang yang bersangkutan (mekanisme pasar). 2.1.5 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kurs Perubahan nilai tukar dapat terjadi dengan perlahan,cepat dan mengejutkan. Hamdy hady (2001:42) kurs valas atau forex rate ditentukan oleh mekanisme perubahan permintaan dan penawaran valuta asing. Secara langsung, permintaan akan valuta asing ditentukan oleh impor barang dan jasa yang memerlukan valas, ekspor modal (capital outflow), serta transfer valas lainnnya dari dalam ke luar negeri dan penawaran valuta asing dipengaruhi oleh ekspor barang dan jasa yang menghasilkan valas dan impor modal (capital inflow), serta transfer valas lainnya dari luar negeri ke dalam negeri. Sedangkan secara tidak langsung penawaran dan permintaan valuta asing dipengaruhi oleh posisi neraca pembayaran (BOP), tingkat inflasi, tingkat bunga, tingkat income, peraturan dan kebijakan pemerintah dan spekulasi atau isu. Mauriece D. Levi, (2004:132) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi kurs itu adalah Nilai tukar perdagangan dan jumlah perdagangan, inflasi, perdagangan jasa, aliran pendapatan, dan transfer investasi asing. Dapat disimpulkan permintaan dan penawaran mata uang asing, sehingga menyebabkan perubahan kurs, disebabkan oleh faktor ekonomi maupun non-ekonomi, seperti Universitas Sumatera Utara stabilitas politik, kepastian hukum. Adapun faktor ekonomi yang mempengaruhi perubahan kurs, yaitu : 1. Neraca Pembayaran Neraca pembayaran merupakan pencatatan kegiatan internasional suatu negara, yang terdiri dari neraca transaksi berjalan dan neraca modal. Dimana jumlah impor dan capital outflow suatu negara akan meningkatkan permintaan mata uang asing, karena pembayaran impor dan investasi diluar negeri membutuhkan mata uang asing. Sebaliknya, jumlah ekspor dan capital inflow akan meningkatkan penawaran mata uang asing, karena ekspor dan investasi didalam negeri akan mendatangkan devisa. 2. Pelaku Pasar Valuta asing Berbagai tujuan yang dilakukan oleh pelaku pasar valuta asing baik itu individu, perusahaan, dan bank untuk melakukan transaksi valuta asing, seperti untuk transaksi pembayaran (ekspor dan impor), mempertahankan daya beli, melakukan spekulasi, pemagaran resiko, kemudahan berbelanja. Tindakan para pelaku pasar valuta asing sangat mempengaruhi permintaan dan penawaran valas. 3. Perekonomian Global Krisis global tahun 2008 terbukti membuat nilai mata uang global terhadap dolar, termasuk Indonesia. Begitu juga kebijakan pengetatan pajak intensive oleh Amerika, dapat menarik jumlah peredaran dolar pada perekonomian global, sehingga penawaran akan dolar rendah dan permintaannya tinggi dan membuat Universitas Sumatera Utara mata uang dolar terapresiasi. Hal ini sebagai bukti bagaimana dampak perekonomian global dapat mempengaruhi nilai kurs. 2.1.6 Sistem Nilai Tukar Pada umunya terdapat tiga kelompok besar sistem nilai tukar mata uang yang diterapkan oleh berbagai Negara ,yaitu : 1. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh (Freely Flexible reely Floating) Exchanges Rate System. Pada sistem nilai tukar mengambang penuh, penentuan nilai tukar tidak dicampuri oleh pihak pihak apapun baik itu pemerintah (bank sentral). Namun, setiap perubahan nilai tukar ditentukan oleh mekanisme pasar atau pergerakan permintaan dan penawaran akan mata uang tersebut. 2. Sistem nilai Tukar Tetap (Fixed Pagged Exchange Rate System) Sistem nilai tukar tetap merupakan sistem dimana penentuan nilai tukar terhadap mata uang asing ditentukan oleh pemerintah. Pemerintah berperan aktif didalam pasar valuta asing untuk mengontrol pergerakan nilai tukar suatu mata uang agar berada pada suatu acuan nilai tukar tertentu. 3. Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali (Managed/Controlled Semi Pagged) Exchanges Rate System Pada sistem nilai tukar ini, nilai tukar diambangkan suatu interval atau rentan tertentu. Apabila nilai tukar berada diluar tingkat interval yang sudah ditentukan, maka pemerintah (Bank sentral) akan melakukan intervensi untuk mengembalikan posisi nilai tukar pada batas yang telah ditentukan. Namun, Universitas Sumatera Utara apabila nilai tukar mengalami pergerakan masih pada interval yang sudah ditetapkan, pemerintah tidak perlu ikut intervensi. 2.1.7 Teori-Teori Nilai Tukar Teori kurs secara umum dapat dibagi dua yaitu teori kurs tradisional yang didasarkan pada arus perdagangan dan paritas daya beli serta menjelaskan pergerakan kurs dalam jangka panjang, dan teori kurs modern yang memusatkan perhatiaanya pada pasar-pasar modal dan arus permodalan internasional dan berusaha menjelaskan gejolak kurs dalam jangka pendek yang keseimbangan (titik ekuilibrium) jangka panjang. Dapat dijelaskan pada rincian berikut, 1. Pendekatan Perdagangan atau Pendekatan Elastisitas Terhadap Pembentukan Kurs Model ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar-kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Menurut pendekatan ini kurs ekuilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai ekspor dan impor dari suatu negara. Jika impor negara tersebut lebih besar ketimbang ekspornya (defisit perdagangan), maka kurs mata uangnya akan mengalami penurunan nilai mata uang (depresiasi). Depresiasi nilai tukar akan mengurangi impor dan akan menaikkan tingkat ekspor sebagai pemulihan neraca perdagangan. Karena kecepatan proses penyesuaian tersebut ditentukan oleh seberapa responsif atau elastis ekpor dan impor terhadap perubahan harga kurs, maka pendekatan ini juga dikatakan sebagai pendekatan elastisitas (elasticity approach). Universitas Sumatera Utara 2. Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity Teori, PPP) untuk Menjelaskan Proses Pembentukan Kurs Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1556 oleh Martin De Azpilcueta Navarro. Teori PPP didasarkan pada hukum satu harga (one law price) yang menyatakan bahwa nilai tukar mata uang pada mata uang lain didasarkan pada tingkat harga pada kedua negara tersebut. Misalnya di Indonesia harga 5 kg beras Rp 18.000 sedangkan di Amerika harga 5 kg beras U$D 2, artinya 2 dolar sama dengan 18.000 rupiah. Oleh karena itu, kurs antara Indonesia (rupiah) dengan Amerika (U$D) apabila disesuaikan dengan daya beli adalah Rp 9.000 per satu dolar. Teori ini terdapat dua versi yaitu versi absolut dan versi relatif. a. Versi Absolut Dalam versi absolut menganggap U$D 1 sama dengan Rp 9.000. Jika pemerintah menetapkan kurs sebesar Rp7000 per U$D, maka nilai rupiah dikatakan overvaluation dan dolar dikatakan undervaluation. Sebaliknya jika pemerintah menetapkan kurs sebesar Rp10.000 per U$D, maka nila rupiah dikatakan undervaluation dan dolar overvaluation. Karena dalam versi absolut teori PPP ini dilihat kurang realistis, maka muncul versi lain untuk menjelaskan teori PPP dengan memperhitungkan biaya transport, tarif dan kuota barang yang disebut sebagai versi relatif. b. Versi relatif Dalam versi relatif menganggap kedua barang tersebut tidaklah realistis apabila hanya disesuaikan pada satu harga, karena pada kenyataannya barang Universitas Sumatera Utara tersebut apabila dikirim ke negara yang berbeda mempunyai biaya (transport, tarif dan kuota) dan biaya tersebut berbeda-beda pada setiap negara. Versi relatif kemudian memperhitungkan biaya tersebut selain dari pada penyesuaian dalam hukum satu harga. 3. Pendekatan Moneter Terhadap Pembentukan Kurs dan Lonjakan Kurs Pendekatan moneter (monetary approach) mempostulasikan atau menyatakan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional dimasing-masing negara. Penawaran disuatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otorita moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang akan sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil oleh negara tersebut, atau tingkat harga-harga umum yang berlaku serta suku bunga. 4. Pendekatan Keseimbangan Portofolio Terhadap Pembentukan Kurs Perbedaan lain dari keseimbangan portofolio ini adalah penekanan bahwa kurs sesungguhnya terbentuk dalam proses penyamaan dan penyeimbang stok atau total permintaan dan total penawaran asset-asset finansial seperti saham dan obligasi dalam setiap negara.. 2.1.8 Sistem Kurs Alternatif (Maurice D. Levi, 2004:171) Sistem kurs alternatif menceritakan pengalaman sejarah sistem kurs yang pernah terjadi dan berkembang hingga saat ini. Universitas Sumatera Utara 1. Sistem Standart Emas Klasik Ciri pokok dari standart emas klasik adalah bahwa setiap negara siap mengkonversikan uang kertas atau uang fiatnya (fiat money) ke dalam emas pada tingkat harga yang tetap. Penetapan harga emas ini membuat kurs atau mata uang terbentuk. Mekanisme tingkat harga dalam sistem standart emas disebut mekanisme price-specie automatic adjustmen, dimana specie adalah kata lain logam mulia. Mekanisme price-specie adjusment bekerja tidak hanya melalui harga relatif antara negara, tetapi juga melalui perubahan harga relatif dalam setiap negara. Standart emas berakhir dan ditinggalkan dengan depresiasi dalam periode 1929-1933. 2. Bretton Woods dan Standart Dolar Sistem ini disebut sistem bretton woods berasal dari nama sebuah kota di New Hampshire tempat ide dasar sistem ini dirumuskan dan diterapkan pada tahun 1944. Metode alternatif dalam penentuan kurs ini memungkinkan tingkat kurs dimana bank sentral asing menjual dan membeli mata uang mereka untuk memperoleh dolar. Amerika serikat menetapkan nilai dolar terhadap emas. Dengan demikian standart emas mencakup tawaran dari pemerintah Amerika Serikat untuk menukarkan dolar atau emas pada suatu tingkat harga yang resmi dan tawaran dari negara lain untuk menukarkan mata uang mereka atas dolar dalam kurs yang resmi. Sistem bretton woods berakhir pada tahun 1973, masa ini disebut juga sebagai standart dolar. Universitas Sumatera Utara 3. Sistem Moneter Eropa (European Monetary System- EMS) Sistem ini dimulai pada tahun 1972, yang dirancang untuk menjaga supaya kurs di negara-negara Uni Eropa berada dalam band yang lebih sempit daripada yang telah dipakai sebagai bagian dari usaha terakhir untuk menyelamatkan sistem standart dolar. Ciri pokok sistem ini adalah sebuah kisi yang menempatkan batas atas dan bawah kurs antara dua mata uang. Didalam sistem moneter eropa, negara-negara anggotanya bekerja sama dalam mengendalikan kurs. Kurs ditetapkan dalam kisi (grid) paritas yang terbatas, yang mencakup batas atas dan bawah terhadap Unit Mata uang Eropa. 4. Sistem Kurs Hibrida Sistem kurs hibrida merupakan kombinasi sitem kurs fleksibel dan tetap. Di antara kedua ekstrim kurs tersebut terdapat berbagai sistem kurs yang telah diterapakan dalam masa yang berbeda, yaitu mengambang terkendali, band yang lebih besar (wider band), kurs tertambat merangkak (crawling peg), campuran antara kurs tetap dan kurs fleksibel, intevensi bersama atas pasar yang bergejolak, dan zona sasaran (target zone). 2.2 Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow) 2.2.1 Defenisi Aliran Modal Masuk Asing (Capital Inflow) Aliran Modal Masuk Asing (capital inflow) merupakan masuknya sejumlah dana luar negeri kedalam suatu negara untuk tujuan investasi. Paul R. Krugman dan Maurice obstfeld (1994:29), capital inflow merupakan transaksi penjualan asset kepada luar negeri. Sebab penjualan asset pada asing akan Universitas Sumatera Utara mendapatkan dana dari negara asing dan negara asing tersebut memperoleh asset. Aliran modal masuk asing (capital inflow) dapat terjadi dalam bentuk investasi langsung (foreign direct investment), investasi portofolio (portofolio invesment), dan aliran bentuk modal lain (other types of flows). Investasi langsung (foregin direct investment) merupakan investasi yang dilakukan secara langsung atau rill, misalnya membangun gedung, pabrik dan dengan dalam jangka waktu panjang . Investasi portofolio (portofolio investment) merupakan investasi yang dilakukan tidak secara langsung namun dalam bentuk aset financial, seperti saham dan obligasi, sedangkan aliran modal lain (other types of flows) merupakan aliran dana masuk asing yang meliputi kredit perdagangan dan pinjaman pemerintah dan swasta. 2.2.2 1. Motif Penanaman Modal Asing Motif Investasi Portofolio (Portofolio Invesment) a. Motif dasar international portofolio invesment adalah untuk mencari tingkat hasil yang lebih tinggi. Sesuai dengan teori Hecsksher-Ohlin, penduduk suatu negara akan membeli saham ataupun obligasi dari perusahaan yang berada dinegara lain bila memberikan return yang lebih tinggi. b. Motif lain international portofolio investment adalah diversifikasi resiko. Sesuai dengan teori portofolio yang mengatakan bahwa investasi diberbagai surat berharga dapat menghasilkan return tertentu dengan risiko yang lebih kecil. Universitas Sumatera Utara 2. Motif Investasi langsung (foregin direct invesment) a. Motif investasi langsung pada dasarnya keinginan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi melalui tingkat pertumbuhan suatu negara yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih murah, tenaga kerja yang lebih murah, dan infrastruktur yang lebih baik. b. Investasi langsung juga dilakukan untuk diversifikasi resiko (risk diversification). Diversifikasi resiko merupakan penanaman modal pada berbagai sektor yang berbeda-beda dengan tidak memiliki multikolinerity untuk memperkecil resiko investasi yang dihadapi. c. Untuk menghindari tarif yang dibebankan pada impor. 2.2.3 Teori Penanaman Modal Asing Teori penanaman modal asing berusaha untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing (PMA). Adapun teori tersebut adalah : 1. Teori Alan M. Rugman Alan M. Rugman (1981), menyatakan bahwa penanaman modal asing atau foreign direct invesment (FDI) dipengaruhi oleh variabel lingkungan dan variabel internalisasi. a. Variabel Lingkungan Variabel lingkungan seringkali disebut sebagai keunggulan spesifik negara. Ada tiga jenis variabel lingkungan yang menjadi perhatian, yaitu ekonomi, Universitas Sumatera Utara nonekonomi, dan pemerintah dan menjadi pertimbangan oleh investor untuk melakukan penanaman modal pada suatu negara. Setiap persentase pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap jumlah produksi suatu negara adalah alasan mengapa investasi dilakukan. Didalam fungsi sederhananya hanya menganggap tenaga kerja dan modal saja sebagai faktor produksi Q = ʄ (L,K) . Namun untuk lebih dalam lagi, investor juga mempertimbangkan faktor produksi yang mencakup teknologi, sumber daya alam, sumber daya manusia. Selain faktor ekonomi, spesifikasi suatu negara juga dilihat dari kondisi politik, budaya, dan sosialnya dan bagaimana kondisi pemerintahan oleh suatu negara. b. Variabel internalisasi Variabel internalisasi ini merupakan keunggulan internal yang dimiliki perusahaan multinasional dengan melihat keunggulan spesifik perusahaanperusahaan yang ada pada suatu negara. Keunggulan spesifik perusahaan tersebut dipengaruhi oleh struktur manajemen, teknik pemasaran, atau rencana strategi keseluruhan yang mengarah pada keunggulan spesifik perusahaan. 2. Teori Vernon Vernon (1966) menjelaskan penanaman modal asing dengan model yang disebut model siklus produk dengan mengikuti tiga tahap. Dalam tahap pertama produk baru diproduksi dan dikonsumsi pada negara sendiri dan pasar luar negeri dilayani dengan ekspor. Dalam tahap kedua produk yang dewasa diproduksi di luar negeri, karena pertimbangan biaya produksi di negara lain tersebut lebih murah dilihat upah tenaga kerja yang lebih rendah, bahan baku yang tersedia. Universitas Sumatera Utara Karena berproduksi di luar negeri, sebagian barang di impor oleh negara sendiri. Dalam tahap ketiga produk yang sekarang distandarisasi semuanya diproduksi di luar negeri, meskipun dengan perlisensian negara sendiri mengimpor semua barang yang diperlukan. 3. Teori Jhon Dunning John Dunning (1977) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi penanaman modal asing dengan teori ancangan ekletis. Teori ekletis menjelaskan tiga point penting yang diperlukan apabila perusahaan ikut dalam penanaman modal asing. a. Keunggulan spesifik perusahaan Perusahaan harus memiliki keunggulan kepemilikan neto bila berhadapan dengan perusahaan negara lain dalam melayani pasar tertentu, terutama pasar luar negeri. Keunggulan spesifikasi perusahaan sebagian besar dilihat dari kepemilikan aset tak berwujud. b. Keunggulan internalisasi Keunggulan spesifik perusahaan yang dimiliki, akan lebih menguntungkan apabila perusahaan itu tidak menjual dan menyewakannya pada perusahaan luar negeri, melainkan menggunakannya sendiri. Oleh karena itu, perusahaan harus menginternalisasi keunggulan spesifik perusahaannya. Universitas Sumatera Utara c. Keunggulan spesifik negara Keunggulan spesifik negara dapat dilihat dari sumber daya alam yang tersedia, biaya dan kualitas tenaga kerja dan juga kehidupan sosial seperi agama, budaya, politik. 4. Teori David K. Eitmen Menurut David K. Eiteman (1989), motif yang mendasari penanaman modal asing ada tiga, yaitu : motif strategis, motif perilaku, dan motif ekonomi. Dalam motif strategis dibedakan dalam mencari pasar, mencari bahan baku, mencari efisiensi produksi, mencari pengetahuan, mencari keamanan politik. Motif perilaku merupakan rangsangan lingkungan eksternal dan yang lain dari organisasi didasarkan pada kebutuhan dan komitmen individu atau kelompok. Motif ekonomi merupakan motif untuk mencari keuntungan dengan cara memaksimalkan keuntungan jangka panjang dan harga pasar saham perusahaan. 5. Teori Robock dan Simmonds Teori penanaman modal asing oleh Robock dan simonds (1989), melalui pendekatan global, pendekatan pasar yang tidak sempurna, pendekatan internalisasi, model siklus produk, produksi internasional, model imprealisasi Marxis. Menurut pendekatan global, kekuatan intern yang mempengaruhi penanaman modal asing yaitu pengembangan teknologi, ketergantungan pada sumber-sumber bahan baku, memanfaatkan mesin-mesin yang sudah usang, mencari pasar yang lebih besar. Untuk industri pada karya, produksi diarahkan Universitas Sumatera Utara pada negara/wilayah yang memiliki tenaga kerja murah, hal ini disebut juga dengan model imperialisasi marxis.. 6. Teori Kindleberger Suatu negara dapat takut jika orang- orang asing akan melakukan investasi di Negaranya, karena orang asing akan mengeskploitasi sumber daya alam, tetapi disatu sisi suatu negara juga takut apabila orang asing tidak melakukan penanaman modal di negara nya. Oleh karena itu, larangan dan pembatasan ditentukan terhadap investasi yang memboroskan sumber daya alam, perbankan, surat- surat kabar, perdagangan eceran atau kerugian pada negara itu sendiri. Dan ditentukan persyaratan- persyaratan bahwa harus ada partisipasi dari pihak dalam negeri, valuta asing harus dibawa masuk, riset dalam negeri, ekspor atau hal yang menguntung pada negeri. Hal- hal tersebut akan mempengaruhi kegiatan penanaman modal asing ke dalam negeri. 2.3 Aliran Modal Keluar Asing (Capital Outflow) Paul R. Krugman dan Maurice obstfeld (1994:29), capital outflow merupakan transaksi pembeliaan asset dari luar negeri. Pembelian asset negara asing akan mengeluarkan dana untuk membayar pembeliaan asset tersebut. Aliran modal keluar asing (capital outflow) merupakan keluarnya dana atau modal dari dalam negeri ke luar negeri baik secara langsung (direct investment) maupun secara tidak langsung (indirect invesment). Capital outflow dalam jangka pendek juga dapat didefenisikan sebagai capital flight atau pelarian modal. Menurut Agus Sumanto (1993), keluarnya modal ke luar negeri dibagi dalam empat cara, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Foreign Direct Invesment (FDI) FDI merupakan investasi langsung ke luar negeri dengan jalan membangun, membeli total maupun mengakusisi perusahaan. Investasi melalui cara ini menyebabkan larinya modal ke luar negeri dalam jumlah yang sangat besar. 2. Pendirian Kantor Cabang Perusahaan yang Sudah Ada di Dalam Negeri Cari ini dilakukan oleh perusahaan untuk memperluas jaringan perusahaan dan kerja sama. Masyarakat menanggapi hal ini dengan baik, walaupun menimbulkan aliran modal keluar yang cukup besar. 3. Trading Company Trading company merupakan usaha untuk membangun kantor perwakilan pemasaran di luar negeri dan bertujuan untuk memperluas ekspor produk negeri. 4. Perilaku dari Sebagian Kelompok Masyarakat yang Menyimpan Kekayaannya di Bank-bank di Luar Negeri Perilaku ini merupakan capital flight yang sia-sia, atau menjadikan dana yang ada pasif atau tidak produktif dan sering dilakukan karena kegiatan money laundry. 2.3.1 Motif yang Mendasari Investasi di Luar Negeri 1. Mencari Bahan Mentah Motif yang paling primitif dari orang yang menanamkan modalnya di luar negeri adalah mencari bahan mentah atau komoditas perdagangan. Ini terutama Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh negara-negara yang kekurangan akan sumber daya alam sebagai bahan baku. Motif ini juga menjadi motif oleh negara yang menganut merkantilisme atau penjajah pada zaman dahulu dan bahkan pada saat ini negaranegara pertama yang kekurangan sumber daya alam seperti Jepang, Amerika, Eropa. Negara yang menginginkan bahan mentah menanamkan modal pada negara yang memiliki bahan mentah tersebut. 2. Mencari Pemasaran Hasil Produksi Penanaman modal diluar negeri juga didorong oleh keinginan untuk mencari pemasaran hasil produksi. Negara pemilik modal membangun suatu industri pada negara yang dinilai menjadi wilayah pemasaran yang baik, bertujuan untuk mengurangi biaya transportasi, mempercepat pendistribusian hasil produksi dan juga menghindari biaya dari proteksi suatu negara. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan milik Jepang seperti Mitsubisi, Yamaha, Nissan, Honda, membangun industrinya diberbagai negara, termasuk Indonesia. Investasi tersebut dilakukan oleh Jepang sebagai motif untuk mencari pemasaran hasil produksinya. 3. Memanfaatkan Asset Secara Optimal Melakukan investasi didalam negeri mungkin saja tidak sesuai atau terdapat berbagai halangan, sesuai dengan tipe investasi yang dilakukan. Apabila hal itu terjadi, perusahaan dalam negeri akan menanamkan modal di luar negeri yang lebih berpotensi menghasilkan keuntungan, bertujuan untuk memanfaatkan asset atau modal yang dimilikinya. Universitas Sumatera Utara 4. Mencari Teknologi yang Lebih Maju Teknologi industri pada umumnya dikembangkan oleh negara-negara maju. Bagi perusahaan-perusahaan yang padat modal atau membutuhkan teknologi canggih, kadang kala dalam negeri teknologi tersebut tidak tersedia. Dengan melakukan penanaman modal di negara maju, suatu perusahaan lebih mudah mendapatkan teknologi yang canggih, sebagai kebutuhan utama proses produksi perusahaan. 5. Memperbesar aset dengan modal terbatas Banyak perusahaan dalam membiayai perusahaannya tidak hanya dibiayai perusahaan itu sendiri. Pembiayaan suatu perusahaan bisa didapat dari pinjaman dari bank, namun suatu perusahaan itu tidak jarang ingin mendapatkan dana dari bank-bank negara lain.Suatu perusahaan dengan modal terbatas ingin menanamkan modal di luar negeri, karena modal yang didapat di luar negeri lebih mudah. 6. Menghindari Resiko Dalam Negeri Ketidakpastian stabilitas politik dalam negeri seperti perang, korupsi, demonstrasi dan ketidakpastian perekonomian seperti depresiasi kurs valas, suku bunga, inflasi, membuat pengusaha dalam negeri memilih berinvestasi pada negara yang beresiko lebih rendah. Universitas Sumatera Utara 2.4 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pengaruh arus modal asing (capital flow) terhadap nilai tukar rupiah, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Penelitian Sampel Data Rudi Ardiansyah, Indonesia (2006) Metodologi Time series Data 1900:12005:4 Hasil Penelitian Dalam estimasi persamaan jangka pendek dan jangka panjang variabel capital account signifikan mempengaruhi nilai tukar rupiah BAPEPAM-LK Indonesia (2008) Time series Aliran modal asing secara signifikan Data 2000- mempengaruhi perubahan nilai tukar. 2007 Yunika Indonesia Murdayanti, (2012) Hamdani ,(2003) Time series Secara parsial variabel capital account Data 1999- berpengaruh negatif signifikan pada 2006 Indonesia nilai tukar rupiah. Time series Menganalisis pengaruh aliran modal Data 1990:I – swasta jangka pendek terhadap nilai 2000:IV tukar rupiah dan inflasi. Hasil penelitian menyatakan bahwa nilai tukar rupiah signifikan dipengaruhi oleh aliran modal swasta jangka pendek. Sumber : Diolah Universitas Sumatera Utara 2.5 Kerangka Konseptual Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variable-variable yang mempengaruhi dan dipengaruhi dalam bentuk gambar kerangka konseptual. Untuk lebih memperjelas kerangka konseptual tersebut, maka penulis membuat gambar seperti yang terlihat didalam skema dibawah ini. Capital Inflow (direct investment, portfolio investment, other investment) Nilai tukar Capital Outflow Rupiah (direct investment, portfolio investment, other investment) Skema diatas menjelaskan bahwa variabel capital inflow (direct investment, portofolio investment, other investment) dan capital outflow (direct investment, portofolio investment, other investment) di Indonesia mempengaruhi nilai tukar rupiah. 2.6 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, maka hipotesis didalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Capital inflow (direct investment, portfolio investment, other investment) mempunyai hubungan negatif terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan jangka panjang, ceteris paribus. Artinya, setiap kenaikan capital inflow (direct investment, portfolio investment, other investment ) akan menyebabkan apresiasi terhadap nilai tukar rupiah, ceteris paribus. Universitas Sumatera Utara 2. Capital outflow (direct investment, portfolio investment, other investment) mempunyai hubungan positif terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka pendek dan jangka panjang, ceteris paribus. Artinya,setiap kenaikan capital outflow (direct investment, portfolio investment, other investment ) menyebabkan depresiasi nilai tukar rupiah, ceteris paribus. Universitas Sumatera Utara