1 STRUKTUR KOMUNITAS EPIFAUNA PADA LAHAN TANAMAN

advertisement
STRUKTUR KOMUNITAS EPIFAUNA PADA LAHAN
TANAMAN TEBU DAN TANAMAN CAMPURAN DI DESA
GANJARAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG
Faizah Maulida1, Fatchur Rohman 2, Sofia Ery Rahayu2
1
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk menganalisis komposisi, keanekaragaman,
kemerataan, kelimpahan epifauna pada lahan tanaman tebu dan tanaman
campuran telah dilakukan di desa Ganjaran Gondanglegi Kabupaten Malang.
Jenis penelitian adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel
menggunakan metode pithfall trap sebanyak 50 titik pada setiap lahan yang
dipasang secara acak. Komposisi epifauna pada lahan tanaman tebu terdiri
dari 21 spesies,20 genus dan17 family. Nilai indeks keanekaragaman sebesar
1,3; nilai kemerataan sebesar 0,3, dan kelimpahan relatif tertinggi dimiliki
spesies Camponotus caryae sebesar 37,3%. Komposisi epifauna pada lahan
tanaman campuran terdiri dari 25 spesies, 24 genusdan17 family.Nilai indeks
keanekaragaman sebesar 1,5; nilai kemerataan sebesar 0,4, dan kelimpahan
relatif tertinggi dimiliki spesies Solenopsis sp sebesar 37,2%.
Kata kunci :struktur komunitas, epifauna, lahan tanaman tebu, lahan
tanaman campuran
PENDAHULUAN
Tanaman tebu (Saccharum officcinarum) merupakan salah satu komoditas
strategis dalam perekonomian Indonesia. Tanaman ini merupakan komoditas
penting dan merupakan bahan utama pembuatan gula. Desa Ganjaran merupakan
daerah penghasil utama tebu yang menggunakan dua sistem pertanian yaitu lahan
tanaman tebu dan lahan tanaman campuran yaitu tanaman tebu dengan tanaman
mentimun.
Lahan tanaman yang hanya ditanami satu komoditas saja menjadikan
penggunaan lahan efisien karena pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin
pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena lahan yang seragam (Rusastra,
dkk., 2004). Pola tanam ini cukup menguntungkan, tetapi berdampak pada
minimnya keragaman agen hayati yang berperan menghambat laju pertubuhan
hama secara alami (Amir, dkk., 2012). Lahan tanaman campuran merupakan
sistem pertanian dengan cara menanam dua atau lebih tanaman dalam satu tempat
pada waktu yang sama. Ekosistem pada lahan tanaman campuran mempunyai
tingkat keragaman vegetasi yang lebih tinggi dan lebih stabil (Amir,dkk., 2012).
Lahan tanaman campuran mempunyai beberapa keuntungan yaitu meningkatkan
konservasi tanah lebih baik daripada lahan tanaman tebu, mampu meminimalkan
dampak lingkungan pada pertanian yang menggunakan pestisida, dan
meningkatkan kesuburan tanah (Lithourgidis, et al., 2011).
1
2
Ragam tanam budidaya dalam suatu lahan cenderung juga mempengaruhi
biota tanah. Kesuburan tanah dapat dilihat oleh adanya biota tanah salah satunya
yaitu epifauna tanah. Epifauna tanah merupakan hewan yang hidup di permukaan
tanah. Di dalam ekosistem tanah, epifauna berperan dalam proses dekomposisi.
Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak
ditunjang oleh kegiatan epifauna. Keberadaan epifauna dalam tanah sangat
tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan
hidupnya (Ruslan, 2009).
Kunu (2009) menyatakan bahwa tingkat keanekaragaman dan kepadatan
populasi epifauna pada suatu lahan dipengaruhi oleh keadaan faktor lingkungan
habitat epifauna itu sendiri, ketersediaan energi dan sumber makanan untuk
kelangsungan hidupnya. Dengan ketersediaan energi dan unsur hara bagi epifauna
tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas epifauna tanah akan
berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi
kesuburan tanah. Salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman dan kepadatan
populasi epifauna adalah jenis vegetasi penutup lahan.Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan komposisi, keanekaragaman, kemerataan, dan kelimpahan
relatif epifauna.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif
dengan pendekatan kuantitatif guna mengungkap struktur komunitas epifauna.
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013. Populasi dalam penelitian yaitu
semua epifauna yang berada pada lahan tanaman tebu dan tanaman campuran
(tebu dengan mentimun). Sampel dalam penelitian yaitu epifauna yang tertangkap
dengan metode pitfall trap pada kedua lahan di Desa Ganjaran Kecamatan
Gondanglegi Kabupaten Malang. Jebakan pitfall trap diletakkan secara acak
sebanyak 50 titik yang seluas 63mx63m dalam setiap lahan penelitian.Pengukuran
faktor abiotik pada tiap-tiap plot terdiri dari suhu tanah, pH tanah, kelembaban
tanah dan pengukuran bahan organik berupa sampel tanah terdiri dari C,N,P,K.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Regresi Berganda.
HASIL PENELITIAN
A. Komposisi Spesies Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Tanaman
Campuran
Identifikasi epifauna dilakukan menggunakan buku identifikasi
Pengenalan Pelajaran Serangga oleh Borror (1992) dan buku identifikasi
Pictorial Keys To Soil Animals Of Chinaoleh Wenying (2000). Nama spesies
masing-masing epifauna tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Komposisi epifauna yang ditemukan pada lahan tanaman campuran lebih
banyak didapatkan hasilnya daripada lahan tanaman tebu. Pada lahan tanaman
tebu didapatkan hasil terdiri dari 21 spesies,20 genus dan17 familia, sedangkan
pada lahan tanaman campuran terdiri 25 spesies, 24 genus dan17 familia.
Berdasarkan kedua table menunjukkan bahwa ada perbedaan beberapa
family yaitu pada lahan tanaman tebu sebanyak 3 family antara lain Blatiidae,
Noctuidae, dan Forficulidae, sedangkan pada lahan tanaman campuran sebanyak 3
family antara lain Blattellidae, Corinnidae dan Symphyla
3
Tabel 1. Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu
No
1.
2.
Family
Scarabaeidae
Formicidae
3.
4.
5.
6.
Collembola
Carabidae
Philodromidae
Gryllidae
7.
8.
9.
10.
Acrididae
Gryllotalpidae
Anisolabididae
Cicindelidae
Genus
Onthopagus
Camponotus
Solenopsis
Entomobrya
Dolichoctis
Philodromus
Gryllus
Oecanthus
Metioche
Melanoplus
Neocurtilla
Euborelia
Calomera
11
12.
13.
14.
15.
16.
17.
Pheretideae
Diplopoda
Blattidae
Lycosidae
Tenebrionidae
Noctuidae
Forficulidae
Pheretima
Julus
Drymaplaneta
Pardosa
Promethis
Pseudaletia
Cosmiella
Spesies
Onthopagussp.
Camponotuscaryae
Solenopsis sp.
Entomobrya social
Dolichoctissp.
Philodromus sp.
Gryllussp.
Oecanthussp.
Metioche vittaticollis
Melanoplussp.
Neocurtillahexadactyla
Euborelliasp.
Calomera decemguttata
Calomerasp.
Pheretimasp.
Julusteretris
Drymaplaneta sp.
Pardosapseudoannulata
Promethis valga
Pseudaletiaunipuncta
Cosmiella sp.
Tabel 2. Epifauna pada Lahan Tanaman Campuran
No
1.
Family
Scarabaeidae
2.
Formicidae
3
4.
5.
Blattellidae
Collembola
Carabidae
6.
7.
Philodromidae
Gryllidae
8.
9.
10.
Acrididae
Gryllotalpidae
Tenebrionidae
11.
12.
Anisolabididae
Cicindelidae
Genus
Onthopagus
Apogonia
Camponotus
Solenopsis
Blattella
Entomobrya
Dolichoctis
Patrobus
Philodromus
Gryllus
Oecanthus
Metioche
Phillopalpus
Melanoplus
Neocurtilla
Platydema
Promethis
Euborelia
Calomera
13
14.
15.
16.
17
Pheretideae
Diplopoda
Corinnidae
Symphyla
Lycosidae
Pheretima
Julus
Phrurolithus
Scutigerella
Pardosa
Spesies
Onthopagussp.
Apogoniasp.
Camponotuscaryae
Solenopsis sp.
Blattellagermanica
Entomobrya social
Dolichoctissp.
Patrobuslongicornis
Philodromus sp.
Gryllussp.
Oecanthussp.
Metioche vittaticollis
Phillopalpussp.
Melanoplussp.
Neocurtillahexadactyla
Platydemasp.
Promethis valga
Euborelliasp.
Calomera decemguttata
Calomerasp.
Pheretimasp.
Julusteretris
Phrurolithussp.
Scutigerellasp.
Pardosapseudoannulata
4
B. Keanekaragaman dan Kemerataan Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu
dan Lahan Campuran
Hasil rincian analisis indeks keanekaragaman (H’) dan indeks kemerataan
(E) epifauna tanah pada lahan tanaman tebu dan tanaman campuran dapat dilihat
pada Tabel 3
Tabel 3. Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Epifauna pada Lahan
Tanaman Tebu dan Lahan Campuran
Indeks dan Kategori
No
1
2
Lahan
Tanaman
Tebu
Tanaman
Campuran
H’
Kategori
E
Kategori
1,3
sedang
0,3
tidak merata
1,5
sedang
0,4
tidak merata
Keterangan H’ = Indeks Keanekaragaman
E = Indeks Kemerataan
Indeks keanekaragaman epifauna pada kedualahan menurut indeks
keanekaragaman Shanon-Wiener sama-sama kategori sedang danIndeks
kemerataan (E) komunitas epifauna pada kedua lahan nilai yang didapatkan
termasuk dalam kategori tidak merata.
C. Kelimpahan Relatif Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan
Campuran
Kelimpahan relatif tertinggi dan terendah epifauna pada lahan tanaman
tebu dan tanaman campuran dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Berdasarkan analisis bahwa pada lahan tanaman tebu nilai kelimpahan
tertinggi sebesar 37,3% dimiliki oleh spesies Camponotus caryae dengan jumlah
individu sebanyak 405 ekor. Nilai kelimpahan terendah epifauna sebesar 0.09%
dengan jumlah individu sebanyak 1 ekor dimiliki oleh enam spesies yaitu
Oecanthus sp., Cosmiella sp., Calomera decemguttata, Euborilla sp., Pseudaletia
unipuncta, dan Metioche vittaticollis. Pada lahan tanaman campuran nilai
kelimpahan tertinggi yaitu sebesar 37,2% dimiliki oleh spesies Solenopsis sp.
dengan jumlah individu sebanyak 479. Nilai kelimpahan terendah epifauna
sebesar0,07 % dengan jumlah individu yang ditemukan sebanyak 1 ekor dimiliki
oleh spesies Calomera sp.Kedua tabel menunjukkan bahwa kelimpahan jumlah
individu tidak seimbang pada masing-masing lahan.
Tabel 5. Kelimpahan Relatif Spesies Tertinggi dan Terendah
Epifauna pada Lahan Tanaman Campuran
Kelimpahan
∑
No.
Nama Spesies
(%)
1
Solenopsis sp
306
37,2
2
1
0.07
Calomera sp.
5
Tabel 4.Kelimpahan Relatif Spesies Tertinggi dan Terendah
Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu
No.
Nama Spesies
∑
1
2
3
4
5
6
7
Camponotus caryae
Oecanthus sp.
Cosmiella sp.
Calomera decemguttata
Euborilla sp.
Pseudaletia unipuncta
Metioche vittaticollis
405
37,3
1
1
1
1
1
1
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
Kr (%)
PEMBAHASAN
A. Komposisi Spesies Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Tanaman
Campuran
Komposisi epifauna pada lahan tanaman tebu terdiri dari 21 spesies,20
genusdan17 familia, sedangkan pada lahan tanaman campuran terdiri dari 25
spesies, 24 genus dan 17 familia. Epifauna yang paling banyak ditemukan pada
kedua lahan yaitu Solenopsis sp dan Componotus caryae termasuk familia
formicidae dan ordo Hymenoptera. Ordo Hymenoptera lebih banyak ditemukan
dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena serangga
tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah ordo yang
beraktivitas di permukaan tanah (Borror dkk, 1992). Seperti yang dilaporkan oleh
Wahyoedy (2012) hasil penelitian yaitu struktur komunitas arthropoda predator di
area pertanian dan hutan lindung di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu bahwa
pada area pertanian spesies yang ditemukan dalam jumlah terbanyak adalah
spesies Solenopsis sp. yaitu dari famili Formicidae dengan jumlah 30 individu.
Perbedaan jumlah famili dari kedua lahan penelitian sangat tergantung
kondisi lahan tersebut. Dengan kata lain keberadaan dan komposisi populasi suatu
jenis epifauna pada suatu lahan sangat bergantung oleh faktor lingkungan yaitu
faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik sangat menentukan struktur
komunitas epifauna pada suatu habitat (Suin, 2003).
Dilihat dari segi jumlah individu epifauna pada lahan tanaman tebu dan
lahan tanaman campuran didapatkan hasil bahwa pada lahan tanaman tebu jumlah
individunya lebih sedikit daripada lahan tanaman campuran. Hal ini
dimungkinkan karena pada lahan tanaman campuran terdapat jumlah vegetasi dan
serasah lebih banyak daripada pada lahan tanaman tebu. Hal ini juga sesuai seperti
yang dilaporkan oleh penelitian Ruslan (2009) tentang komposisi dan
keanekaragaman serangga permukaan tanah kawasan hutan homogen dan
heterogen bahwa jumlah individu di kawasan hutan heterogen lebih banyak
dibandingkan hutan homogen. Faktor vegetasi dapat mempengaruhi penyediaan
habitat bagi serangga permukaan tanah. Serangga permukaan tanah sangat
tergantung pada tersedianya bahan organik berupa serasah atau lainnya yang
terdapat di atas permukaan tanah.
6
B. Keanekaragaman dan Kemerataan Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu
dan Lahan Campuran
Indeks keanekaragaman adalah perbandingan nilai spesies dengan nilai
total seluruh spesies dalam suatu komunitas. Hasil nilai indeks keanekaragaman
menggunakan indeks Shanon-Wiener, pada lahan tanaman tebu indeks
keanekaragaman epifauna dikategorikan sedang sama halnya dengan indeks
keanekaragaman pada lahan tanaman campuran. Indeks keanekaragaman epifauna
dalam penelitian ini menunjukkan bahwa epifauna pada lahan tanaman tebu dan
lahan tanaman campuran memiliki keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah
individu tiap spesies sedang dan kestabilan ekosistem sedang. Hal ini berdasarkan
klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener(Magurran, 1988).
Hasil perbedaan masing-masing indeks keanekaragaman dari lahan
tanaman tebu dan lahan tanaman campuran disebabkan perbedaan jumlah famili
dan individu yang terdapat pada kedua habitat tersebut. Darmawan, dkk (2005)
menjelaskan bahwa keanekaragaman cenderung akan rendah pada ekosistem yang
secara fisik terkendali, atau mendapatkan tekanan lingkungan. Variasi vegetasi
dan penetrasi cahaya matahari juga dapat menyebabkan keanekaragaman dari
kedua lahan tersebut berbeda. Pada lahan tanaman tebu variasi vegetasinya kurang
hanya satu macam tanamannya saja dan juga tutupan kanopi dari vegetasi
tanaman tebu lebih rapat sehingga menyebabkan penetrasi cahaya matahari
kurang. Berbeda halnya pada lahan tanaman tebu, variasi vegetasi lebih banyak
yaitu tanaman tebu dan tanaman mentimun dan tutupan kanopinya lebih lebar
sehingga penetrasi cahaya matahari lebih banyak.
Nilai indeks kemerataan epifauna yang didapatkan dari pencuplikan pada
lahan tanaman tebu diperoleh sebesar 0,35 dan tanaman campuran diperoleh
sebesar 0,42. Nilai yang didapatkan sama-samakurang dari 1 ini menunjukkan
bahwa sebaran kelimpahan individu pada setiap famili tidak merata. Ludwig dan
Reynolds (1988) dalam Syaufina, dkk (2007) mengatakan bahwa kemerataan
mengacu pada bagaimana kelimpahan spesies (jumlah individu) merata dalam
suatu komunitas. Evenness (kemerataan ) ini merupakan salah satu komponen dari
keanekaragaman. Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0 – 1. Indeks
kemerataan apabila mendekati 0 maka kemerataan spesiesnya sedikit, sedangkan
apabila indeks kemerataan mendekati 1 maka kemerataan spesiesnya merata
(Magurran, 1988 dalam Syaufina, dkk., 2007).
C. Kelimpahan Relatif Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan
Campuran
Kelimpahan relatif tertinggi pada tanaman tebu 37,3% dimiliki oleh
spesies Camponotus caryae, sedangkan kelimpahan relatif tertinggi pada tanaman
campuran sebesar 37,2% dimiliki oleh spesies Solenopsis sp. Kedua spesies
tersebut merupakantermasuk family formicidaedan ordo Hymenoptera.
Penelitian oleh Mas’ud (2011) tentang kajian struktur komunitas epifauna
tanah di kawasan hutan konservasi gunung sibela Halmahera Selatan Maluku
Utara yang menyebutkan bahwa family formicidae paling banyak ditemukan pada
kawasan hutan dan juga seperti yang dilaporkan oleh Ruslan (2009) tentang
penelitian komposisi dan keanekaragaman serangga permukaantanah pada habitat
hutan homogen dan heterogendi Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA)
7
Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat, bahwa jumlah famili dan individu serangga
permukaan tanah dari ordo Hymenoptera lebih banyak ditemukan dibandingkan
dengan ordo yang lain pada habitat hutan homogen maupun heterogen.
Handayanto dan Hairirah (2009) menyatakan bahwa semut merupakan
epifauna yang termasuk dalam karnivora, saprofit, predator dan bisa juga sebagai
perombak. Semut mempengaruhi sistem struktur tanah dengan menggali sarang
dan menimbun lapisan tanah tipis di permukaan tanah. Umumnya semut lebih
menyukai tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada tanah dengan
bahan organik rendah. Semut mempunyai pengaruh penting terhadap
produktivitas dan stabilitas ekosistem.
Riyanto (2007) juga menyatakan bahwa peran semut di alam dapat
memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap hewan dan manusia. Manfaat
segi positif tidak dapat secara langsung dinikmati oleh manusia misalnya
perannya sebagai predator, menguraikan bahan organik, mengendalikan hama dan
bahkan membantu penyerbukan. Semut dapat dijadikan sebagai indikator untuk
melihat kondisi perubahan lingkungan dan juga berperan memelihara siklus
nutrisi dan struktur tanah.
Perbedaan kelimpahan epifauna dari kedua lahan juga dapat disebabkan
oleh faktor lingkungan yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Dua faktor tersebut
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan epifauna atau
kemungkinan terjadinya proses imigrasi (Rahmi, 2005). Selain itu dapat juga
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi kandungan
bahan organik dalam tanah semakin tinggi pula tingkat kelimpahan epifauna pada
suatu lahan.
KESIMPULAN
1. Komposisi epifauna pada lahan tanaman tebu yang ditemukan terdiri dari 17
famili, 20 genus dan sebanyak 22 spesies, pada lahan tanaman campuran
terdiri dari 17 famili, 24 genus dan sebanyak 25 spesies
2. Indeks keanekaragaman pada lahan tanaman tebu dikategorikan
keanekaragaman sedang (1,3); indeks keanekaragaman pada lahan tanaman
campuran dikategorikan keanekaragaman sedang (1,5).
3. Indeks kemerataan pada lahan tanaman tebu memiliki nilai sebesar 0,3; pada
lahan tanaman campuran memiliki nilai indeks kemerataan sebesar 0,4.
4. Kelimpahan relatif spesies epifauna tertinggi pada lahan tanaman tebu
dimiliki oleh Camponotus caryae yaitu sebesar 37,3%, kelimpahan relatif
spesies epifauna tertinggi pada lahan tanaman campuran dimiliki oleh
Solenopsis sp yaitu sebesar 37,2%
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan sebagai
berikut.
1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada musim penghujan, agar dapat
diketahui pengaruh faktor abiotik terhadap komposisi dan kelimpahan
epifauna.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada lahan tanaman tebu dengan komoditi
selain tanaman mentimun.
8
DAFTAR RUJUKAN
Amir, A. M, Puspitarini, R. D., Astuti, L. P. 2012. Tungau Kuning Teh
Polyphagotarsonemus latus (Banks) (ACARI: TARSONEMIDAE):
Pada Berbagai Pola Tanam Wijen. Superman : Suara Perlindungan
Tanaman, Vol.2.,No.2 : 1-17
Borror, T.J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Diterjemahkan Oleh Gadjah
Mada University. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press.
Darmawan, A. Tuarita, H. Ibrohim. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press
Kunu, F., M. 2009. Keragaman Dan Kepadatan Populasi Fauna Tanah Pada
Areal Pertanaman Tebu Transgenik PS IPB 1 Di Kebun Penelitian
PG Jatiroto Jawa Timur. (Online),
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44767, diakses tanggal
24 November 2012
Lithourgidis, A.S., Dordas, C.A., Damalas, C.A., Vlachostergios, D.N. 2011.
Annual Intercrops: An Alternative Pathway for Sustainable
Agriculture. Australian Journal Crop of Science 5(4):396-410 (2011)
Magurran, Anne E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton
University Press. New Jersey
Mas’ud A, Sundari. 2011. Kajian Struktur Komunitas Epifauna Tanah di Kawasan
Hutan Konservasi Gunung Sibela Halmahera Selatan Maluku Utara.
Bioedukasi Volume 2, nomor 1: 7-15
Rahmi Yunika, 2005. Struktur Komunitas Mikroartopoda Tanah Di Lahan
Pertanian, Areal Perkemahan Dan Hutan Campuran Kawasan Hutan
Wisata Penggaron, Ungaran. Skripsi, (Online),
(http://eprints.undip.ac.id/29662/), diakses tanggal 12 Desember 2012
Riyanto, 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di
Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains: Volume
10, Nomor 2, Mei 2007. Hal 241-253
Rusastra, I.W., Saliem, H. P., Supriati, dan Saptana. 2004. Prospek
Pengembangan pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman pangan di
Indonesia. Forum Penelitian Agroekonomi, Volume 22 no 1
Ruslan, H. 2009. Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan
Tanah pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen
Di pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol,
Sukabumi, Jawa Barat. VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1: 1-11
Syaufina L, Haneda, N.F, Buliyansih A. 2007. Keanekaragaman Arthropoda
Tanah Di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Media Konservasi Vol.
XII, No. 2 Agustus 2007 : 57 – 66
Wahyoedy Rachmat, 2012. Struktur Komunitas Arthropoda Predator Pada Area
Pertanian Dan Area HutanLindung Di Cangar Kecamatan Bumiaji
Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM
Download