STRUKTUR KOMUNITAS EPIFAUNA PADA LAHAN TANAMAN TEBU DAN TANAMAN CAMPURAN DI DESA GANJARAN GONDANGLEGI KABUPATEN MALANG Faizah Maulida1, Fatchur Rohman 2, Sofia Ery Rahayu2 1 Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian untuk menganalisis komposisi, keanekaragaman, kemerataan, kelimpahan epifauna pada lahan tanaman tebu dan tanaman campuran telah dilakukan di desa Ganjaran Gondanglegi Kabupaten Malang. Jenis penelitian adalah deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel menggunakan metode pithfall trap sebanyak 50 titik pada setiap lahan yang dipasang secara acak. Komposisi epifauna pada lahan tanaman tebu terdiri dari 21 spesies,20 genus dan17 family. Nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,3; nilai kemerataan sebesar 0,3, dan kelimpahan relatif tertinggi dimiliki spesies Camponotus caryae sebesar 37,3%. Komposisi epifauna pada lahan tanaman campuran terdiri dari 25 spesies, 24 genusdan17 family.Nilai indeks keanekaragaman sebesar 1,5; nilai kemerataan sebesar 0,4, dan kelimpahan relatif tertinggi dimiliki spesies Solenopsis sp sebesar 37,2%. Kata kunci :struktur komunitas, epifauna, lahan tanaman tebu, lahan tanaman campuran PENDAHULUAN Tanaman tebu (Saccharum officcinarum) merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia. Tanaman ini merupakan komoditas penting dan merupakan bahan utama pembuatan gula. Desa Ganjaran merupakan daerah penghasil utama tebu yang menggunakan dua sistem pertanian yaitu lahan tanaman tebu dan lahan tanaman campuran yaitu tanaman tebu dengan tanaman mentimun. Lahan tanaman yang hanya ditanami satu komoditas saja menjadikan penggunaan lahan efisien karena pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya tenaga kerja karena lahan yang seragam (Rusastra, dkk., 2004). Pola tanam ini cukup menguntungkan, tetapi berdampak pada minimnya keragaman agen hayati yang berperan menghambat laju pertubuhan hama secara alami (Amir, dkk., 2012). Lahan tanaman campuran merupakan sistem pertanian dengan cara menanam dua atau lebih tanaman dalam satu tempat pada waktu yang sama. Ekosistem pada lahan tanaman campuran mempunyai tingkat keragaman vegetasi yang lebih tinggi dan lebih stabil (Amir,dkk., 2012). Lahan tanaman campuran mempunyai beberapa keuntungan yaitu meningkatkan konservasi tanah lebih baik daripada lahan tanaman tebu, mampu meminimalkan dampak lingkungan pada pertanian yang menggunakan pestisida, dan meningkatkan kesuburan tanah (Lithourgidis, et al., 2011). 1 2 Ragam tanam budidaya dalam suatu lahan cenderung juga mempengaruhi biota tanah. Kesuburan tanah dapat dilihat oleh adanya biota tanah salah satunya yaitu epifauna tanah. Epifauna tanah merupakan hewan yang hidup di permukaan tanah. Di dalam ekosistem tanah, epifauna berperan dalam proses dekomposisi. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan epifauna. Keberadaan epifauna dalam tanah sangat tergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya (Ruslan, 2009). Kunu (2009) menyatakan bahwa tingkat keanekaragaman dan kepadatan populasi epifauna pada suatu lahan dipengaruhi oleh keadaan faktor lingkungan habitat epifauna itu sendiri, ketersediaan energi dan sumber makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dengan ketersediaan energi dan unsur hara bagi epifauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas epifauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Salah satu faktor yang mempengaruhi keragaman dan kepadatan populasi epifauna adalah jenis vegetasi penutup lahan.Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan komposisi, keanekaragaman, kemerataan, dan kelimpahan relatif epifauna. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif eksploratif dengan pendekatan kuantitatif guna mengungkap struktur komunitas epifauna. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013. Populasi dalam penelitian yaitu semua epifauna yang berada pada lahan tanaman tebu dan tanaman campuran (tebu dengan mentimun). Sampel dalam penelitian yaitu epifauna yang tertangkap dengan metode pitfall trap pada kedua lahan di Desa Ganjaran Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang. Jebakan pitfall trap diletakkan secara acak sebanyak 50 titik yang seluas 63mx63m dalam setiap lahan penelitian.Pengukuran faktor abiotik pada tiap-tiap plot terdiri dari suhu tanah, pH tanah, kelembaban tanah dan pengukuran bahan organik berupa sampel tanah terdiri dari C,N,P,K. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Regresi Berganda. HASIL PENELITIAN A. Komposisi Spesies Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Tanaman Campuran Identifikasi epifauna dilakukan menggunakan buku identifikasi Pengenalan Pelajaran Serangga oleh Borror (1992) dan buku identifikasi Pictorial Keys To Soil Animals Of Chinaoleh Wenying (2000). Nama spesies masing-masing epifauna tercantum pada Tabel 1 dan Tabel 2. Komposisi epifauna yang ditemukan pada lahan tanaman campuran lebih banyak didapatkan hasilnya daripada lahan tanaman tebu. Pada lahan tanaman tebu didapatkan hasil terdiri dari 21 spesies,20 genus dan17 familia, sedangkan pada lahan tanaman campuran terdiri 25 spesies, 24 genus dan17 familia. Berdasarkan kedua table menunjukkan bahwa ada perbedaan beberapa family yaitu pada lahan tanaman tebu sebanyak 3 family antara lain Blatiidae, Noctuidae, dan Forficulidae, sedangkan pada lahan tanaman campuran sebanyak 3 family antara lain Blattellidae, Corinnidae dan Symphyla 3 Tabel 1. Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu No 1. 2. Family Scarabaeidae Formicidae 3. 4. 5. 6. Collembola Carabidae Philodromidae Gryllidae 7. 8. 9. 10. Acrididae Gryllotalpidae Anisolabididae Cicindelidae Genus Onthopagus Camponotus Solenopsis Entomobrya Dolichoctis Philodromus Gryllus Oecanthus Metioche Melanoplus Neocurtilla Euborelia Calomera 11 12. 13. 14. 15. 16. 17. Pheretideae Diplopoda Blattidae Lycosidae Tenebrionidae Noctuidae Forficulidae Pheretima Julus Drymaplaneta Pardosa Promethis Pseudaletia Cosmiella Spesies Onthopagussp. Camponotuscaryae Solenopsis sp. Entomobrya social Dolichoctissp. Philodromus sp. Gryllussp. Oecanthussp. Metioche vittaticollis Melanoplussp. Neocurtillahexadactyla Euborelliasp. Calomera decemguttata Calomerasp. Pheretimasp. Julusteretris Drymaplaneta sp. Pardosapseudoannulata Promethis valga Pseudaletiaunipuncta Cosmiella sp. Tabel 2. Epifauna pada Lahan Tanaman Campuran No 1. Family Scarabaeidae 2. Formicidae 3 4. 5. Blattellidae Collembola Carabidae 6. 7. Philodromidae Gryllidae 8. 9. 10. Acrididae Gryllotalpidae Tenebrionidae 11. 12. Anisolabididae Cicindelidae Genus Onthopagus Apogonia Camponotus Solenopsis Blattella Entomobrya Dolichoctis Patrobus Philodromus Gryllus Oecanthus Metioche Phillopalpus Melanoplus Neocurtilla Platydema Promethis Euborelia Calomera 13 14. 15. 16. 17 Pheretideae Diplopoda Corinnidae Symphyla Lycosidae Pheretima Julus Phrurolithus Scutigerella Pardosa Spesies Onthopagussp. Apogoniasp. Camponotuscaryae Solenopsis sp. Blattellagermanica Entomobrya social Dolichoctissp. Patrobuslongicornis Philodromus sp. Gryllussp. Oecanthussp. Metioche vittaticollis Phillopalpussp. Melanoplussp. Neocurtillahexadactyla Platydemasp. Promethis valga Euborelliasp. Calomera decemguttata Calomerasp. Pheretimasp. Julusteretris Phrurolithussp. Scutigerellasp. Pardosapseudoannulata 4 B. Keanekaragaman dan Kemerataan Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan Campuran Hasil rincian analisis indeks keanekaragaman (H’) dan indeks kemerataan (E) epifauna tanah pada lahan tanaman tebu dan tanaman campuran dapat dilihat pada Tabel 3 Tabel 3. Indeks Keanekaragaman dan Kemerataan Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan Campuran Indeks dan Kategori No 1 2 Lahan Tanaman Tebu Tanaman Campuran H’ Kategori E Kategori 1,3 sedang 0,3 tidak merata 1,5 sedang 0,4 tidak merata Keterangan H’ = Indeks Keanekaragaman E = Indeks Kemerataan Indeks keanekaragaman epifauna pada kedualahan menurut indeks keanekaragaman Shanon-Wiener sama-sama kategori sedang danIndeks kemerataan (E) komunitas epifauna pada kedua lahan nilai yang didapatkan termasuk dalam kategori tidak merata. C. Kelimpahan Relatif Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan Campuran Kelimpahan relatif tertinggi dan terendah epifauna pada lahan tanaman tebu dan tanaman campuran dapat dilihat pada Tabel 4 dan Tabel 5. Berdasarkan analisis bahwa pada lahan tanaman tebu nilai kelimpahan tertinggi sebesar 37,3% dimiliki oleh spesies Camponotus caryae dengan jumlah individu sebanyak 405 ekor. Nilai kelimpahan terendah epifauna sebesar 0.09% dengan jumlah individu sebanyak 1 ekor dimiliki oleh enam spesies yaitu Oecanthus sp., Cosmiella sp., Calomera decemguttata, Euborilla sp., Pseudaletia unipuncta, dan Metioche vittaticollis. Pada lahan tanaman campuran nilai kelimpahan tertinggi yaitu sebesar 37,2% dimiliki oleh spesies Solenopsis sp. dengan jumlah individu sebanyak 479. Nilai kelimpahan terendah epifauna sebesar0,07 % dengan jumlah individu yang ditemukan sebanyak 1 ekor dimiliki oleh spesies Calomera sp.Kedua tabel menunjukkan bahwa kelimpahan jumlah individu tidak seimbang pada masing-masing lahan. Tabel 5. Kelimpahan Relatif Spesies Tertinggi dan Terendah Epifauna pada Lahan Tanaman Campuran Kelimpahan ∑ No. Nama Spesies (%) 1 Solenopsis sp 306 37,2 2 1 0.07 Calomera sp. 5 Tabel 4.Kelimpahan Relatif Spesies Tertinggi dan Terendah Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu No. Nama Spesies ∑ 1 2 3 4 5 6 7 Camponotus caryae Oecanthus sp. Cosmiella sp. Calomera decemguttata Euborilla sp. Pseudaletia unipuncta Metioche vittaticollis 405 37,3 1 1 1 1 1 1 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 Kr (%) PEMBAHASAN A. Komposisi Spesies Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Tanaman Campuran Komposisi epifauna pada lahan tanaman tebu terdiri dari 21 spesies,20 genusdan17 familia, sedangkan pada lahan tanaman campuran terdiri dari 25 spesies, 24 genus dan 17 familia. Epifauna yang paling banyak ditemukan pada kedua lahan yaitu Solenopsis sp dan Componotus caryae termasuk familia formicidae dan ordo Hymenoptera. Ordo Hymenoptera lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat disebabkan karena serangga tersebut merupakan serangga yang umum dan banyak jumlah ordo yang beraktivitas di permukaan tanah (Borror dkk, 1992). Seperti yang dilaporkan oleh Wahyoedy (2012) hasil penelitian yaitu struktur komunitas arthropoda predator di area pertanian dan hutan lindung di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu bahwa pada area pertanian spesies yang ditemukan dalam jumlah terbanyak adalah spesies Solenopsis sp. yaitu dari famili Formicidae dengan jumlah 30 individu. Perbedaan jumlah famili dari kedua lahan penelitian sangat tergantung kondisi lahan tersebut. Dengan kata lain keberadaan dan komposisi populasi suatu jenis epifauna pada suatu lahan sangat bergantung oleh faktor lingkungan yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Faktor abiotik sangat menentukan struktur komunitas epifauna pada suatu habitat (Suin, 2003). Dilihat dari segi jumlah individu epifauna pada lahan tanaman tebu dan lahan tanaman campuran didapatkan hasil bahwa pada lahan tanaman tebu jumlah individunya lebih sedikit daripada lahan tanaman campuran. Hal ini dimungkinkan karena pada lahan tanaman campuran terdapat jumlah vegetasi dan serasah lebih banyak daripada pada lahan tanaman tebu. Hal ini juga sesuai seperti yang dilaporkan oleh penelitian Ruslan (2009) tentang komposisi dan keanekaragaman serangga permukaan tanah kawasan hutan homogen dan heterogen bahwa jumlah individu di kawasan hutan heterogen lebih banyak dibandingkan hutan homogen. Faktor vegetasi dapat mempengaruhi penyediaan habitat bagi serangga permukaan tanah. Serangga permukaan tanah sangat tergantung pada tersedianya bahan organik berupa serasah atau lainnya yang terdapat di atas permukaan tanah. 6 B. Keanekaragaman dan Kemerataan Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan Campuran Indeks keanekaragaman adalah perbandingan nilai spesies dengan nilai total seluruh spesies dalam suatu komunitas. Hasil nilai indeks keanekaragaman menggunakan indeks Shanon-Wiener, pada lahan tanaman tebu indeks keanekaragaman epifauna dikategorikan sedang sama halnya dengan indeks keanekaragaman pada lahan tanaman campuran. Indeks keanekaragaman epifauna dalam penelitian ini menunjukkan bahwa epifauna pada lahan tanaman tebu dan lahan tanaman campuran memiliki keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan ekosistem sedang. Hal ini berdasarkan klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener(Magurran, 1988). Hasil perbedaan masing-masing indeks keanekaragaman dari lahan tanaman tebu dan lahan tanaman campuran disebabkan perbedaan jumlah famili dan individu yang terdapat pada kedua habitat tersebut. Darmawan, dkk (2005) menjelaskan bahwa keanekaragaman cenderung akan rendah pada ekosistem yang secara fisik terkendali, atau mendapatkan tekanan lingkungan. Variasi vegetasi dan penetrasi cahaya matahari juga dapat menyebabkan keanekaragaman dari kedua lahan tersebut berbeda. Pada lahan tanaman tebu variasi vegetasinya kurang hanya satu macam tanamannya saja dan juga tutupan kanopi dari vegetasi tanaman tebu lebih rapat sehingga menyebabkan penetrasi cahaya matahari kurang. Berbeda halnya pada lahan tanaman tebu, variasi vegetasi lebih banyak yaitu tanaman tebu dan tanaman mentimun dan tutupan kanopinya lebih lebar sehingga penetrasi cahaya matahari lebih banyak. Nilai indeks kemerataan epifauna yang didapatkan dari pencuplikan pada lahan tanaman tebu diperoleh sebesar 0,35 dan tanaman campuran diperoleh sebesar 0,42. Nilai yang didapatkan sama-samakurang dari 1 ini menunjukkan bahwa sebaran kelimpahan individu pada setiap famili tidak merata. Ludwig dan Reynolds (1988) dalam Syaufina, dkk (2007) mengatakan bahwa kemerataan mengacu pada bagaimana kelimpahan spesies (jumlah individu) merata dalam suatu komunitas. Evenness (kemerataan ) ini merupakan salah satu komponen dari keanekaragaman. Nilai indeks kemerataan berkisar antara 0 – 1. Indeks kemerataan apabila mendekati 0 maka kemerataan spesiesnya sedikit, sedangkan apabila indeks kemerataan mendekati 1 maka kemerataan spesiesnya merata (Magurran, 1988 dalam Syaufina, dkk., 2007). C. Kelimpahan Relatif Epifauna pada Lahan Tanaman Tebu dan Lahan Campuran Kelimpahan relatif tertinggi pada tanaman tebu 37,3% dimiliki oleh spesies Camponotus caryae, sedangkan kelimpahan relatif tertinggi pada tanaman campuran sebesar 37,2% dimiliki oleh spesies Solenopsis sp. Kedua spesies tersebut merupakantermasuk family formicidaedan ordo Hymenoptera. Penelitian oleh Mas’ud (2011) tentang kajian struktur komunitas epifauna tanah di kawasan hutan konservasi gunung sibela Halmahera Selatan Maluku Utara yang menyebutkan bahwa family formicidae paling banyak ditemukan pada kawasan hutan dan juga seperti yang dilaporkan oleh Ruslan (2009) tentang penelitian komposisi dan keanekaragaman serangga permukaantanah pada habitat hutan homogen dan heterogendi Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) 7 Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat, bahwa jumlah famili dan individu serangga permukaan tanah dari ordo Hymenoptera lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain pada habitat hutan homogen maupun heterogen. Handayanto dan Hairirah (2009) menyatakan bahwa semut merupakan epifauna yang termasuk dalam karnivora, saprofit, predator dan bisa juga sebagai perombak. Semut mempengaruhi sistem struktur tanah dengan menggali sarang dan menimbun lapisan tanah tipis di permukaan tanah. Umumnya semut lebih menyukai tanah dengan kandungan bahan organik tinggi daripada tanah dengan bahan organik rendah. Semut mempunyai pengaruh penting terhadap produktivitas dan stabilitas ekosistem. Riyanto (2007) juga menyatakan bahwa peran semut di alam dapat memberikan pengaruh positif dan negatif terhadap hewan dan manusia. Manfaat segi positif tidak dapat secara langsung dinikmati oleh manusia misalnya perannya sebagai predator, menguraikan bahan organik, mengendalikan hama dan bahkan membantu penyerbukan. Semut dapat dijadikan sebagai indikator untuk melihat kondisi perubahan lingkungan dan juga berperan memelihara siklus nutrisi dan struktur tanah. Perbedaan kelimpahan epifauna dari kedua lahan juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan yaitu faktor abiotik dan faktor biotik. Dua faktor tersebut berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan epifauna atau kemungkinan terjadinya proses imigrasi (Rahmi, 2005). Selain itu dapat juga dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi kandungan bahan organik dalam tanah semakin tinggi pula tingkat kelimpahan epifauna pada suatu lahan. KESIMPULAN 1. Komposisi epifauna pada lahan tanaman tebu yang ditemukan terdiri dari 17 famili, 20 genus dan sebanyak 22 spesies, pada lahan tanaman campuran terdiri dari 17 famili, 24 genus dan sebanyak 25 spesies 2. Indeks keanekaragaman pada lahan tanaman tebu dikategorikan keanekaragaman sedang (1,3); indeks keanekaragaman pada lahan tanaman campuran dikategorikan keanekaragaman sedang (1,5). 3. Indeks kemerataan pada lahan tanaman tebu memiliki nilai sebesar 0,3; pada lahan tanaman campuran memiliki nilai indeks kemerataan sebesar 0,4. 4. Kelimpahan relatif spesies epifauna tertinggi pada lahan tanaman tebu dimiliki oleh Camponotus caryae yaitu sebesar 37,3%, kelimpahan relatif spesies epifauna tertinggi pada lahan tanaman campuran dimiliki oleh Solenopsis sp yaitu sebesar 37,2% SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan sebagai berikut. 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada musim penghujan, agar dapat diketahui pengaruh faktor abiotik terhadap komposisi dan kelimpahan epifauna. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan pada lahan tanaman tebu dengan komoditi selain tanaman mentimun. 8 DAFTAR RUJUKAN Amir, A. M, Puspitarini, R. D., Astuti, L. P. 2012. Tungau Kuning Teh Polyphagotarsonemus latus (Banks) (ACARI: TARSONEMIDAE): Pada Berbagai Pola Tanam Wijen. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.2.,No.2 : 1-17 Borror, T.J. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga. Diterjemahkan Oleh Gadjah Mada University. Yokyakarta: Gadjah Mada University Press. Darmawan, A. Tuarita, H. Ibrohim. 2005. Ekologi Hewan. Malang: UM Press Kunu, F., M. 2009. Keragaman Dan Kepadatan Populasi Fauna Tanah Pada Areal Pertanaman Tebu Transgenik PS IPB 1 Di Kebun Penelitian PG Jatiroto Jawa Timur. (Online), http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/44767, diakses tanggal 24 November 2012 Lithourgidis, A.S., Dordas, C.A., Damalas, C.A., Vlachostergios, D.N. 2011. Annual Intercrops: An Alternative Pathway for Sustainable Agriculture. Australian Journal Crop of Science 5(4):396-410 (2011) Magurran, Anne E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New Jersey Mas’ud A, Sundari. 2011. Kajian Struktur Komunitas Epifauna Tanah di Kawasan Hutan Konservasi Gunung Sibela Halmahera Selatan Maluku Utara. Bioedukasi Volume 2, nomor 1: 7-15 Rahmi Yunika, 2005. Struktur Komunitas Mikroartopoda Tanah Di Lahan Pertanian, Areal Perkemahan Dan Hutan Campuran Kawasan Hutan Wisata Penggaron, Ungaran. Skripsi, (Online), (http://eprints.undip.ac.id/29662/), diakses tanggal 12 Desember 2012 Riyanto, 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains: Volume 10, Nomor 2, Mei 2007. Hal 241-253 Rusastra, I.W., Saliem, H. P., Supriati, dan Saptana. 2004. Prospek Pengembangan pola Tanam dan Diversifikasi Tanaman pangan di Indonesia. Forum Penelitian Agroekonomi, Volume 22 no 1 Ruslan, H. 2009. Komposisi dan Keanekaragaman Serangga Permukaan Tanah pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen Di pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. VIS VITALIS, Vol. 02 No. 1: 1-11 Syaufina L, Haneda, N.F, Buliyansih A. 2007. Keanekaragaman Arthropoda Tanah Di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Media Konservasi Vol. XII, No. 2 Agustus 2007 : 57 – 66 Wahyoedy Rachmat, 2012. Struktur Komunitas Arthropoda Predator Pada Area Pertanian Dan Area HutanLindung Di Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM