Rekayasa Struktur PENINGKATAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA BERPENGAKU EKSENTRIK (SRBE) DENGAN KONFIGURASI PENGAKU LINK 2 3 Kurdi1 , Bambang Budiono , Muslinang Moestopo dan Yurisman 4 1 Program Doktor Bidang Keahlian Rekayasa Struktur, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung. Email: [email protected] 2 Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No.10 Bandung 40132. E-mail: [email protected] 3 Kelompok Keahlian Rekayasa Struktur, Program Studi Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No.10 Bandung 40132. E-mail: [email protected] 4 Staf Pengajar Politeknik Negeri Padang, Kampus Politeknik Limau Manis Padang. E-mail: [email protected] ABSTRAK Indonesia sebagai daerah rawan gempa sangat membutuhkan sistem portal tahan gempa yang handal. Kebutuhan ini semakin mendesak harus dipenuhi tidak hanya kuat tetapi juga ekonomis mengingat pengalaman gempa yang terjadi mulai dari Aceh (2004,2013), Nias (2005), Yogyakarta (2006), Jawa Barat (2009) dan Padang (2009,2010) telah mengakibatkan banyak korban jiwa serta berbagai kerugian harta benda. Penelitian ini menitik beratkan pada peningkatan kinerja struktur penahan gempa dari Sistem Rangka Baja Berpengaku Eksentrik (SRBE). Penelitian dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama sebanyak enam puluh delapan link dengan berbagai konfigurasi pengaku badan dimodelkan secara numerik menggunakan metode elemen hingga non linear. Selanjutnya, sebanyak sembilan portal dari SRBE dengan modifikasi pengaku link dimodelkan tahap kedua. Panjang link (e) yang digunakan dalam penelitian antara 0,99 sampai dengan 3,56 kali rasio perbandingan antara momen dengan gaya geser plastis (Mp/Vp ) yang merupakan link jenis geser (shear link), menengah (intermediate link) serta link panjang (flexure link). Pembebanan dilakukan secara siklik dengan kontrol perpindahan sesuai ketentuan Seismic Provisions for Structural Steel Buildings 2010. Hasil penelitian secara numerik menunjukkan peningkatan secara signifikan dari kinerja struktur baik dari segi kekuatan, kekakuan, daktilitas dan energi disipasi dibandingkan dengan SRBE dengan pengaku badan vertikal (standar) selanjutnya verifikasi secara eksperimental akan dilakukan. Kata kunci: Pengaku badan, kekuatan, kekakuan, daktilitas dan energi disipasi 1. PENDAHULUAN Pengalaman gempa yang terjadi mulai dari Aceh (2004), Nias (2005), Jogja (2006), Jabar dan Padang (2009), Sumatera Barat (2010, 2012) serta terakhir gempa Aceh (Juni 2013) telah mengakibatkan banyak korban jiwa dan berbagai kerugian harta benda. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang berada didaerah pertemuan tiga pelat/lempeng tektonik bumi yaitu : lempeng Samudra Hindia (Indo Australia), Eurasia, dan Filipina. Selain itu disebelah timur Indonesia juga diapit oleh lempeng Pasific. Oleh karena itu daerah-daerah yang berada di kepulauan Indonesia umumnya rawan terhadap gempa. Sebagai daerah rawan gempa tentu sangat membutuhkan sistem portal tahan gempa yang handal dan ekonomis karena dari pengalaman gempa, sebagian besar pola keruntuhan bangunan berupa keruntuhan secara tiba-tiba atau getas sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Pola keruntuhan ini selain menyebabkan korban jiwa yang banyak juga kerugian besar karena struktur tidak dapat diperbaiki segera. Solusinya merencanakan bangunan tahan gempa berbasis kinerja (performancebased seismic design) yang dapat digunakan untuk proses perencanaan bangunan baru maupun perkuatan (upgrade) bangunan yang sudah ada, dengan pemahaman yang realistik terhadap resiko keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta (economic loss) yang mungkin terjadi akibat gempa yang akan datang dengan ilustrasi Gambar 2. 1 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur PERILAKU HISTERETIK JOIN BALOK KOLOM REACTIVE POWDER CONCRETE PRATEGANG PARSIAL Nurjannah, S.A.1, Budiono, B.2, dan Imran, I2 1 Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Program Pasca Sarjana, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan,Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia, Email: [email protected] 2 Guru Besar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung (ITB), Indonesia ABSTRAK Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya mempunyai potensi gempa.Untuk mengantisipasi kejadian gempa, struktur bangunan gedung bertingkat tinggi harus memenuhi syarat teknis sehingga memenuhi kriteria ketahanan gempa.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kekuatan struktur didukung oleh kuat tekan beton yang tinggi dan suatu sistem struktur.Salah satu jenis beton dengan kuat tekan tinggi adalah Reactive Powder Concrete (RPC).Saat ini, penelitian tentang RPC dari sisi material telah banyak dilakukan, sementara penelitian mengenai RPC dari sisi struktur masih terbuka untuk pengeksplorasian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja sistem struktur join balok kolom RPC prategang parsial di bawah beban aksial konstan dan lateral siklik statik sebagai simulasi beban gempa. Sistem ini diharapkan mempunyai kinerja yang baik terhadap beban gempa.Penelitian dilakukan secara eksperimental dan numerik.Penelitian eksperimental material dilakukan terhadap 36 benda uji silinder berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm berdasarkan tiga jenis desain campuran beton dengan perbedaan pada komposisi bahan tambahan serat baja dan superplastisizer. Benda uji silinder diuji pada umur 7, 14, dan 28 hari. Parameter yang ditinjau adalah nilai kuat tekan beton, nilai kuat tarik beton, dan nilai modulus elastisitas. Untuk mengetahui kadar total total SiO2, Fe2O3,dan Al2O3 yang bersifat amorfos di dalam RPC, dilakukan uji XRF (X-Ray Fluorescence) dan dianalisis dengan XRD (X-Ray Diffraction). Penelitian eksperimental struktur menggunakan benda uji berupa dua sistem struktur yang masing-masing yang terdiri dari satu join balok kolom interior dan satu join balok kolom eksterior prategang parsial. Parameter yang ditinjau adalah nilai regangan beton di daerah sendi plastis balok, nilai regangan baja di titik-titik yang diperkirakan sebagai tempat terjadinya sendi plastis balok dan di daerah yang menerima beban terbesar pada kolom dan zona join. Hasil pengujian dianalisis untuk mengetahui kinerja benda uji join yang berupa nilai degradasi kekuatan, degradasi kekakuan, daktilitas,faktor reduksi gempa, disipasi energi, dan pola retak, serta untuk menilai kinerja struktur sesuai dengan kriteria di dalam ACI 318-08 Building Code Requirements for Structural Concretetentang kinerja struktur join balok kolom yang menahan beban gempa. Penelitian secara numerik dilakukan dengan menganalisis model konstitutif join balok kolom interior dan eksterior menggunakan Metoda Elemen Hingga. Pemodelan tersebut digunakan untuk memverifikasi hasil uji eksperimental struktur. Hasil penelitian ini adalah komposisi desain campuran RPC dengan material lokal serta kinerja sistem struktur sistem join balok kolom monolit RPC prategang parsial. Kata kunci: Reactive Powder Concrete, prategang parsial, disipasi energi. 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan potensi kegempaan yang besar. Penelitian di bidang gempa telah menghasilkan peta wilayah kegempaan di Indonesia di mana sebagian besar wilayah Indonesia berpotensi gempa yang cukup tinggi seperti yang diperlihatkan pada Gambar 1. Untuk mengantisipasi kejadian gempa, struktur bangunan gedung bertingkat tinggi harus memenuhi syarat teknis sehingga memenuhi kriteria ketahanan gempa. Pemilihan material beton Reactive Powder Conrete yang memiliki kuat tekan tinggi dan daktilitas tinggi serta perkuatan menggunakan baja prategang parsial yang terdiri dari baja tulangan biasa dan 12 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur KAJIAN NUMERIK PENGARUH KUAT TEKAN BETON PADA PERILAKU STRUKTUR FLAT SLAB AKIBAT BEBAN LATERAL SIKLIS Ruddy Kurniawan1, Bambang Budiono2 ,Awal Surono2 dan Ivindra Pane 2 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 3 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK Keruntuhan struktur flat slab seringkali disebabkan oleh kegagalan transfer gaya geser didaerah hubungan pelat – kolom yang ditimbulkan oleh unbalanced moment akibat beban lateral siklis. Makalah ini menampilkan investigasi dengan metoda elemen hingga terhadap pengaruh penggunaan material beton normal, mutu tinggi dan reactive powder concrete (RPC) pada hubungan pelat – kolom sebagai alternatif solusi untuk meningkatkan tahanan geser pelat. Meskipun studi dalam level material terhadap RPC telah menghasilkan sifat mekanis beton dengan kinerja sangat tinggi, namun studi untuk mengetahui keandalam RPC dalam peningkatan kinerja elemen struktur belum banyak dilakukan sampai saat ini. Spesimen dalam studi ini berupa hubungan pelat – kolom yang diberi beban gravitasi konstan diseluruh bidang pelat dan beban lateral siklis diujung atas kolom yang ditingkatkan secara bertahap sampai drift 5,5%. Mutu beton divariasikan sebesar 30 MPa untuk Normal Strength Concrete (NSC), 50 MPa dan 75 MPa untuk High Strength Concrete (HSC) serta 90 MPa untuk RPC. Beton dimodelkan dengan elemen solid 3 dimensi 8 titik nodal. Baja tulangan dimodelkan dengan elemen batang 2 titik nodal. Masing-masing titik nodal memiliki 3 perpindahan translasi. Model konstitutif NSC, HSC dan RPC dari studi terdahulu diadopsi untuk keperluan studi. Kriteria keruntuhan beton akibat tegangan multiaksial menggunakan model Willam – Warnke. Formulasi elemen hingga nonlinier material diaplikasikan pada spesimen untuk mendapatkan kurva histeresis beban – perpindahan dan distribusi tegangan spesimen. Hasil studi menunjukkan pada drift 5,5% hanya spesimen RPC yang belum mengalami degradasi kekuatan. Kapasitas beban lateral dan kekakuan sekan pada saat ultimit semakin meningkat seiring dengan meningkatnya mutu beton. Perpindahan spesimen RPC pada saat first yield lebih besar dibanding spesimen HSC dan NSC. Disipasi energi spesimen RPC dan HSC relatif jauh diatas NSC. Kata kunci: beban lateral siklis, nonlinier material, tahanan geser, degradasi kekuatan, kekakuan sekan, disipasi energi 1. PENDAHULUAN Sistem struktur flat slab beton bertulang telah dikenal secara luas pada sistem struktur bangunan. Pelaksanaan konstruksi dan penggunaannya relatif ekonomis dan sederhana. Tidak terdapatnya balok pada sistem ini menyebabkan acuan-perancah (formwork) dan tulangan menjadi lebih sedikit, ruang antar lantai menjadi lebih besar dan waktu pelaksanaan menjadi lebih cepat. Disain struktur flat slab umumnya ditentukan oleh dua kondisi, yaitu kondisi serviceability dan kondisi batas ultimit (ultimate limit state). Kondisi serviceability berkenaan dengan antispasi terhadap lendutan pelat yang berlebihan, sehingga disyaratkan struktur flat slab harus mempunyai kekakuan yang mencukupi selama masa layan. Kondisi batas ultimit berkenaan dengan antispasi terhadap keruntuhan yang mungkin terjadi, yaitu keruntuhan lentur atau keruntuhan geser. Dalam banyak kasus, keruntuhan geser dua arah (dikenal juga dengan sebutan keruntuhan punching shear) lebih sering terjadi pada pelat di sekililing daerah muka kolom (Robertson dan Durrani, 1991, Tian et.al. 2008). Keruntuhan punching shear disebabkan kegagalan pelat mentransfer tegangan geser ke kolom. Tegangan geser dapat timbul karena beban gravitasi yang bekerja pada seluas bidang pelat. Ketika struktur menerima beban lateral (seperti beban angin dan gempa), maka akan timbul momen tak imbang (unbalanced moment) didaerah hubungan pelat kolom yang dapat meningkatkan tegangan geser didaerah tersebut. Propagasi retak geser berlangsung sangat cepat, sehingga struktur flat slab seringkali tidak mempunyai daktilitas yang 21 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur ANALISIS PENYEBAB KERUSAKAN LOKAL PADA TOWER TRANSMISI 500 KV NO. 302 JALUR TANJUNG JATI-UNGARAN Meyriana1 dan Wiryanto Dewobroto2 1 Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Tarumanagara, Email: [email protected] 2 Dosen Profesional dan Lektor Kepala Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Universitas Pelita Harapan, Email: [email protected] ABSTRAK Tower transmisi merupakan komponen vital sehingga keakuratan prediksi penyebab kerusakan tower penting guna mengantisipasi kerusakan fatal. Fakta awal menunjukkan tower mengalami kerusakan lokal atau tekuk pada beberapa batangnya yang notabene tower masih utuh dan tegak berdiri. PT. PLN berinisiatif memberikan perkuatan darurat guna mengantisipasi kerusakan yang lebih fatal. Fakta lainnya menunjukkan lokasi tower secara spesifik berada di atas bukit, di sekitar penggiran lereng sungai, dan kondisi konstruksi pondasi berupa pondasi setempat tanpa konstruksi pengikat. Hipotesis adalah penurunan kaki pondasi tower mengakibatkan tekuk. Ini didukung oleh data pengamatan berupa foto dan data hasil pengukuran geometri eksisting tower 3D. Untuk menguji hipotesis dilakukan penelitian berupa analisis struktur statis tak tentu, analisis struktur biasa, dan analisis stabilitas DAM yang mengacu pada data teknis dan gambar pelaksanaan dengan bantuan program SAP 2000 v.14.0. Serta evaluasi kondisi kekuatan tower mengacu pada AISC-LRFD 2010. Dari hasil penelitian diperoleh pertama, tower merupakan struktur statis tak tentu sehingga penurunan berpengaruh. Kedua, penurunan memberikan pengaruh yang signifikan besar terhadap gaya dalam aksial batang pengaku yang notabene diindikasikan mengalami tekuk jika dibandingkan dengan beban lainnya akibat beban tetap, angin, dan putusnya kabel. Ketiga, penurunan mengakibatkan beberapa batang tower dalam kondisi tidak stabil dan kritis. Untuk itu, pemberian perkuatan darurat sudah tepat dan integritas pondasi dengan konstruksi pengikat tidak dapat diremehkan. Kata kunci: penurunan, pondasi, stabilitas, tekuk, tower transmisi 1. PENDAHULUAN Tower transmisi merupakan komponen yang sangat vital sehingga keakuratan prediksi terhadap indikasi kerusakan tower menjadi sangat penting guna menilai keandalan dan keamanan sistem tower. Ini diharapkan dapat meminimalkan pengeluaran tambahan berupa perbaikan serta resiko gangguan pasokan listrik. Begitu pula pada tower transmisi 500 kV no. 302 jalur Tanjung Jati-Ungaran yang merupakan salah satu komponen yang sangat vital guna memasok listrik di daerah tersebut. Tetapi kenyataannya adalah tower transmisi diindikasikan telah mengalami kerusakan pada batang-batangnya yang notabene telah mengalami tekuk (local buckling), lihat Gambar 1. Dan PT. PLN secara langsung berinisiatif memberikan perkuatan tambahan secara darurat dan tanpa perhitungan guna mengantisipasi kerusakan yang lebih fatal. Untuk itu perlu dilakukan penelitian dan evaluasi lebih lanjut guna menganalisis penyebab kerusakan pada batang tower transmisi tersebut. Fakta awal yang diperoleh menunjukkan bahwa pertama, kondisi tower transmisi saat ini masih tegak berdiri dan masih dipergunakan untuk melayani pasokan listrik. Kedua, lokasi tower transmisi secara spesifik berada di atas bukit dan di pinggiran lereng sungai yang beresiko terhadap pergeseran atau penurunan material tanah di sekitar kaki pondasi tower. Ketiga, kondisi konstruksi kaki pondasi tower transmisi berupa pondasi setempat tanpa adanya konstruksi pengikat (tie beam). Kondisi inilah yang mengerucut kepada suatu hipotesis bahwa kerusakan yang terjadi pada batang tower transmisi diindikasikan oleh penurunan yang terjadi pada kaki pondasi tower transmisi tersebut. Untuk menguji hipotesis maka dilakukan serangkaian penelitian dengan menggunakan direct analysis method (DAM) dengan bantuan program struktur SAP 2000 v.14.0. Penelitian ini didukung oleh data-data dari PT. PLN, yaitu oleh Pak Benaron Sulancana selaku engineer PT. PLN berupa data teknis, gambar pelaksanaan, foto kondisi aktual, dan data hasil pengukuran geometri eksisting tower 3D. 31 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur EKSPERIMENTAL STUDY ON CASTELLATED STEEL BEAM USING MONOTONIC LOADING Desi Sandy1, Henry Rante Limbong2, Herman Parung3, Wihardi Tjaronge4, Abd. Madjid Akkas5 , Dantje Runtulalo6 ,Rita Irmawaty7 1 Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, [email protected], 2 Mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, [email protected] 3 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar, [email protected] 4 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar 5 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar 6 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar 7 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin Makassar Email: Email: Email: ABSTRAK Konstruksi baja merupakan suatu alternatif yang menguntungkan dalam pembangunan gedung dan struktur yang lainnya baik dalam skala kecil maupun besar. Salah satu metode alternatif yang dapat digunakan yaitu baja castella yang dibuat menggunakan material baja profil H, I, U yang dibelah pada bagian tengah pelat badan. Setelah itu bagian bawah dari belahan tersebut dibalik dan disatukan kembali antara bagian atas dan bawah dengan cara digeser sedikit kemudian dilas. Balok baja Castella bisa menjadi solusi praktis dalam pengerjaan konstruksi, karena karakteristiknya yang cukup menguntungkan. Di antaranya : efisien digunakan pada bentang yang panjang, meningkatkan kekakuan lentur, momen inersia yang dihasilkan besar sehingga kekuatan dan kekakuan struktur lebih besar pula tanpa menambah berat balok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kapasitas beban maksimum balok baja castella dan untuk menganalisis model kegagalan/ kerusakan yang terjadi pada balok baja castella. Penelitian ini juga bertujuan menganalisis pengaruh kekakuan dan kekuatan balok baja castella dikompositkan dengan beton sebagai bahan pengisi pada sekeliling badan profil. Balok baja castella yang diteliti menggunakan profil IWF 200.100.8.6 yang dibagi dalam 3 bagian, yaitu dengan variasi sudut pemotongan (ϕ), variasi jarak bukaan badan (e) serta dengan penggunaan beton untuk membungkus bagian badan dari balok (bersifat komposit). Pada penelitian ini benda uji yang dibuat yakni 3 buah variasi sudut pemotongan yang berbeda dengan jarak bukaan tetap (ϕ50o, ϕ60o, ϕ70o ; e = 9 cm), 3 buah variasi jarak bukaan badan dengan sudut pemotongan tetap ( e = 6 cm, e = 9 cm, e = 12 cm ; ϕ60o), 2 buah profil solid IWF 200.100 dan 2 buah balok baja castella komposit. Panjang benda uji 150 cm, pengujian balok menggunakan alat Static Loading Frame - two point load, strain gauge, LVDT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balok baja castella dengan ϕ60o, e = 9 cm beban maksimum adalah 134 kN dengan lendutan 7,125 mm, untuk balok castella dengan ϕ60o, e = 6 cm beban maksimum adalah 365,25 kN dengan lendutan 7,25 mm. Sedangkan untuk tegangan lentur, balok baja castella dengan ϕ60o, e = 9 cm yakni 1705 kg/cm2 dan regangan = 0,0005. Untuk balok baja castella ϕ60o, e = 12 cm, tegangan yang diperoleh yakni 1313 kg/cm2 dan regangan = 0,00035. Untuk kapasitas momen menunjukkan bahwa, balok baja castella dengan e=9, 60 yakni 301500 kgcm, dan tekuk pada badan sebesar 4,84 mm , untuk baja castella ϕ70o, e = 9 beban maksimum yang dicapai 110 kN dengan lendutan maksimun 3,875 mm dan untuk hasil tekuk pada badan menunjukkan adalah 10,735 mm dengan beban 110 kN. Untuk balok baja profil normal, tegangan yang diperoleh yakni 1983,69 kg/cm2 dan kapasitas momen sebesar 328500 kgcm. Untuk balok baja castella yang komposit dengan beton, tegangan lentur yang diperoleh sebesar 4603,21 kg/cm2 atau meningkat sekitar 250% dari tegangan lentur normal atau 270% dari tegangan lentur profil castella. Kapasitas beban yang diperoleh sebesar 365 kN, sedangkan kapasitas momen yang diperoleh adalah 1436145,718 kgcm. Lendutan yang diperoleh sebesar 6,99 mm. Besarnya tekuk pada badan sangat kecil. Kata kunci : baja castella, sudut bukaan, jarak bukaan, baja castella komposit 41 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur SIMULASI NUMERIK PERILAKU MODEL PILAR JEMBATAN BERPENAMPANG PERSEGI BERONGGA DENGAN BETON BERKEKUATAN ULTRA TINGGI PADA PEMBEBANAN LATERAL Mohammad Junaedy Rahman1, Bambang Budiono2, Awal Surono3, Ivindra Pane 4 1 Mahasiswa S3 Program Pascasarjana Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 3 Staf Pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 4 Staf Pengajar Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] ABSTRAK Pilar beton bertulang dengan penampang persegi berlubang (Hollow Rectangular Section RC-Pier, HRSRCP) telah banyak dipakai sebagai elemen struktur jembatan dengan tujuan untuk mereduksi kontribusi massa pilar/kolom terhadap respon seismik. Bekerjanya gaya aksial tekan yang lebih dominan dibanding gaya-gaya lateral akan berimplikasi pada menurunnya kapasitas momen dan daktilitas pilar terhadap pada lateral. Inovasi penggunaan material beton yang memiliki kinerja mekanik ultra tinggi (Ultra High Perfirmance Concrete, UHPC) pada HRSRCP akan berpengaruh pada peningkatan kinerja dan kapasitas lenturnya terhadap eksitasi gempa. Sifat material yang daktail diharapkan dapat mengoptimalkan regangan baja tulangan untuk mencapai regangan maksimum sehingga dapat diperoleh kurvatur yang lebih besar sebelum keruntuhan. Penelitian ini merupakan simulasi tahap awal dari rangkaian penelitian yang secara komperhensip akan mengkomparasikan perilaku model HRSRCP secara numerik dan ekperimental. Analisis perilaku pilar secara numerik dikembangkan melalui 3D non linear finite element model pada paket perograman ANSYS dimana material beton menggunakan elemen SOLID65 dan baja tulangan dengan elemen LINK180 yang keduanya terkoneksi sebagai elemen diskrit. Investigasi dititik beratkan pada pengaruh parameter pemodelan material UHSC dan baja tulangan terhadap kenonlinearan perilaku HRSRCP yang disimulasikan pada kombinasi pembebanan lateral statik monotonik maupun siklik dengan variasi gaya aksial tekan. Hasil analisis menujukkan bahwa simulasi parameter-parameter plastisitas material UHPC memberi berpengaruh pada perilaku statik monotonik dan siklik elemen struktur HRSRCP dan peningkatan rasio beban aksial tekan terhadap fc’Ag berpengaruh signifikan terhadap penurunan displacement ductility pada pilar. Kata kunci: HRSRCP, UHPC, 3D non-linear finite element model, rasio gaya aksial tekan, dan displacement ductility 1. PENDAHULUAN Bangunan jembatan harus memiliki ketahanan dan sustainabilitas yang tinggi terhadap berbagai aksi-aksi beban kendaraan dan efek lingkungan yang dapat menimbulkan deteriorasi pada elemen-elemen strukturalnya, terutama di beberapa wilayah di Indonesia yang secara geografis memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gangguan gempa. Terjadinya keruntuhan progresif pada jembatan akibat berbagai kejadian gempa besar selama ini, terutama diakibatkan oleh ketidakmampuan pilarnya berperilaku daktail dalam simpangan inelastiknya. Untuk itu diperlukan suatu langkah strategis mengembangkan inovasi elemen-elemen struktur pilar beton yang memiliki daya tahan yang baik pada kondisi layan (service) maupun pada kondisi batas (ultimate). Elemen pilar atau kolom pada jembatan panjang berfungsi untuk mentransfer beban vertikal bangunan atas ke pondasi dan sebagai penahan gaya-gaya horisontal yang bekerja (Chen, W-F. and Duan, L., by Wang, J., 2003). Komponen pilar ini akan memikul gaya aksial tekan yang lebih dominan ketimbang gaya-gaya lateral 50 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur KINERJA DINDING BATAKO PADA STRUKTUR RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA Shikharini Perwitasari1, Mochamad Teguh2 1 Mahasiswa Program Studi Magister Rekayasa Kegempaan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, Email: [email protected] ABSTRAK Indonesia merupakan daerah rawan gempa, terbukti dengan terjadinya gempa besar yang telah melanda beberapa daerah di Indonesia seperti gempa Aceh (2004), Yogyakarta (2006), Padang (2007, 2009) dan Mentawai (2010). Tingginya jumlah kerusakan struktur bangunan akibat gempa menyebabkan korban jiwa yang yang cukup banyak, sehingga diperlukan perkuatan terhadap strukturnya agar dapat menahan gaya gempa. Kerusakan akibat gempa bumi dapat terjadi pada elemen struktur dan nonstruktur. Sampai saat ini kebanyakan orang hanya memperhatikan kekuatan elemen struktural saja dan cenderung mengabaikan kontribusi elemen nonstruktur seperti dinding. Oleh karena itu, kinerja dinding batako UII perlu diuji kontribusinya terhadap tambahan kekuatan. Penelitian ini menguji kinerja dinding terhadap potensi kerusakan akibat beban gempa dan beban gravitasi. Dinding batako UII dibingkai oleh struktur balok dan kolom praktis (portal) dari beton bertulang dan selanjutnya diuji di laboratorium dengan dipasang beban vertikal statis dan beban horisontal yang dipasang secara bertahap hingga keruntuhan terjadi. Pasca kerusakan, portal praktis beton bertulang beserta dinding yang dibingkainya dilakukan perbaikan melalui teknik retrofitting dan strengthening. Komponen dinding ini selanjutnya diuji kembali dengan mekanisme pembebanan yang sama untuk diketahui kinerjanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komponen dinding batako UII yang dipasang mengikuti kaidah desain struktur tahan gempa memberikan kinerja cukup baik dalam menahan beban vertikal dan beban lateral sebagai representasi simulasi beban gempa. Demikian juga, teknik retrofitting dan strengthening dapat memberikan restorasi kembali terhadap kekuatan pada komponen dinding. Kata kunci : dinding, retrofitting, strengthening, beban vertikal dan beban horisontal. 1. LATAR BELAKANG Bencana alam dapat terjadi dimana saja tetapi ragam bencana, intensitas, dan ancamannya berbeda-beda dari satu wilayah ke wilayah lainnya tergantung banyak factor penyebabnya, antara lain: letak geografis, kondisi geologis dan lingkungan wilayah tersebut. Secara geografis Indonesia merupakan negara yang terletak di antara empat sistem pelat tektonik yang aktif yaitu pelat Eruasia, Australia, Filipina dan pasifik yang aktif selalu bergerak. Kondisi tersebut memberikan efek positif yaitu banyak terdapat gunung berapi, sehingga tanahnya subur, tetapi terdapat juga efek negatifnya, yaitu merupakan daerah rawan gempa bumi. Indonesia termasuk salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki tingkat kerentanan tinggi terhadap resiko bencana gempa. Gempa Yogyakarta tahun 2006, Gempa Padang 2009 lalu telah menyisakan pengalaman yang memilukan bagi masyarakat Kota Yogyakarta, Padang dan sekitarnya, selain terjadi korban jiwa dan harta juga kerugian ekonomi yang serius (Teguh 2011). Dalam kejadian ini banyak bangunan gedung yang runtuh diakibatkan oleh kegagalan struktur, antara lain soft story effect, buckling pada kolom langsing, beam-column joint failure, pounding effect, shear failure pada kolom atas dan bawah, dan kerusakan pada non-struktur berupa dinding pasangan bata (Teguh 2013). Secara umum gempa bumi termasuk dalam kategori bencana alam yang tidak dapat diprediksi sebelumnya (unpredictable disaster), sehingga kapan akan terjadi, lokasi, kedalaman, dan intensitasnya belum dapat diperkirakan sebelumnya. Fakta sejarah menunjukkan bahwa peristiwa gempa bumi di beberapa wilayah di Indonesia menimbulkan banyak korban jiwa dan harta (Teguh 2011). Oleh karena itu gempa besar biasanya menimbulkan banyak korban baik harta maupun jiwa apabila tidak diantisipasi dengan baik. Peristiwa gempa juga berdampak 65 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur BETON NANOMATERIAL: INOVASI BARU DALAM PERKEMBANGAN TEKNOLOGI BETON Saloma1, Amrinsyah Nasution2, Iswandi Imran2, dan Mikrajuddin Abdullah3 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. 3 Staf Pengajar, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung. ABSTRAK Paper ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian disertasi mengenai beton ultra high performance concrete. Salah satu inovasi terbaru dalam perkembangan teknologi beton adalah Ultra High Performance Concrete (UHPC), yang dibentuk dari material dengan ukuran butiran skala nanometer. Nanomaterial memiliki nilai perbandingan antara luas permukaan dan volume yang lebih besar jika dibandingkan dengan partikel sejenis dalam ukuran besar. Hal ini membuat nanomaterial bersifat lebih reaktif, sehingga diharapkan susunan material pada suatu volume tertentu yang ultra padat. Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari semen tipe I, nanosilika (< 140 nm), pasir halus (0,125 mm - 0,50 mm), tepung quartz (10 m – 15 m), dan agregat kasar (< 10 mm). Penelitian sifat fisik dan mekanik beton nanomaterial ini memanfaatkan unsur nanosilika sebagai bahan campuran dalam pembuatan beton. Permasalahan mendasar yang dikaji bagaimana meningkatkan kepadatan dan memperkuat ikatan mortar dan zona antar permukaan pada beton nanomaterial. Penggunaan material skala nano diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bersifat simultan, yaitu selain memberikan efek pozzolanik, juga memberikan efek fisik yaitu efek penyelimutan (packing effect). Efek ini akan berdampak pada mengecilnya pori-pori beton sehingga beton menjadi lebih padat (packing density). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan nanomaterial sebagai bahan pembentuk beton mampu menghasilkan kuat tekan sebesar 129 MPa. Kata kunci: ultra high performance concrete, nanomaterial, packing density. 1. PENDAHULUAN Penggunaan beton kinerja tinggi dalam bidang konstruksi semakin berkembang. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, dibutuhkan inovasi baru di bidang teknologi material untuk mendapatkan beton kinerja tinggi dengan kekuatan yang lebih tinggi. Kriteria beton kinerja tinggi meliputi pemenuhan persyaratan terhadap kemudahan pekerjaan (workability), homogen, kuat, awet (durability), dan stabil. Perkembangan teknologi nano memungkinkan nanomaterial digunakan sebagai bahan pembentuk beton. Dengan berbasis teknologi nano diharapkan susunan material pada suatu volume tertentu yang ultra padat atau disebut sebagai packing density. Kepadatan yang sangat tinggi diperoleh karena ruang kosong yang ada di antara partikel-partikel berukuran relatif besar seperti partikel semen dapat diisi butiran debu halus berukuran nanometer baik yang bersifat reaktif maupun tidak. Khusus dalam penelitian ini digunakan bahan tambahan nanosilika. Hadirnya nanosilika dalam beton dimaksudkan untuk mengakomodir hasil sampingan produksi hidrasi semen yang berupa kalsium hidroksida bebas. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya silika oksida aktif yang terkandung dalam nanosilika. Namun, sebelum digunakan dalam campuran beton, nanomaterial tersebut perlu diketahui karakteristiknya agar kinerja beton yang dibentuk sesuai dengan kekuatan rencana dan tidak mempunyai dampak negatif terhadap beton yang dibentuknya. Tujuan penelitian ini antara lain untuk menentukan komposisi campuran optimum beton, mengkaji perilaku mekanis beton terhadap beban uniaksial, dan memformulasikan model konstitutif sifat mekanik beton nanomaterial. 74 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur STUDI EKSPERIMENTAL HUBUNGAN BALOK-KOLOM EKSTERIOR MENGGUNAKAN BETON BUBUK REAKTIF DENGAN BEBAN SIKLIK Pio Ranap Tua Naibaho1, Bambang Budiono2, Awal Surono3, Ivindra Pane4 1 Mahasiswa Program Studi Doktor Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, dan Staff Pengajar, Program Studi Teknik Sipil, FT, Universitas Tama Jagakarsa, Jl. TB. Simatupang No.152 Tanjung Barat, Jakarta Selatan 12530 Email: [email protected] 2 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 3 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: [email protected] 4 Staf Pengajar, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Email: ivpane@ si.itb.ac.id ABSTRAK Beton bubuk reaktif adalah jenis beton baru yang memiliki kuat tekan ultra tinggi. Komponen penyusunnya adalah powder sangat halus yang memiliki kandungan silika tinggi. Hal ini bertujuan untuk menyempurnakan reaksi yang terjadi pada beton dan meningkatkan homogenitas beton. Beton bubuk reaktif terdiri dari semen, silica fume, pasir kuarsa dengan diameter maksimum 300 μm, superplasticizer dan steel fibre untuk meningkatkan daktilitas. Beton bubuk reaktif yang memiliki kuat tekan yang tinggi dan daktilitas tinggi berpotensi untuk menggantikan material baja dalam pekerjaan konstruksi. Beton bubuk reaktif memiliki peluang yang sangat besar untuk material konstruksi di Indonesia mengingat tersedianya material yang dibutuhkan terutama kuarsa. Penelitian ini bertujuan mempelajari perilaku hubungan balok-kolom eksterior menggunakan beton bubuk reaktif dengan pembebanan siklik statik. Penelitian terdiri atas dua buah benda uji dengan kuat tekan beton bubuk reaktif 135 MPa. Benda uji pertama (BU-1) berupa hubungan balok-kolom konvensional dan benda uji kedua (BU-2) hubungan balok-kolom eksterior dengan meneruskan tulangan balok menembus kolom dan menambahkan pelat seukuran penampang balok pada sisi kolom dengan las. Hasil penelitian eksperimental dengan sistem pembebanan siklik statik benda uji2 lebih baik dibandingkan dengan benda uji-1 untuk pola retak, kurva histeretik, hubungan antara beban dan lendutan, disipasi energi, degradasi kekuatan, dan degradasi kekakuan pada setiap siklus pembebanan. Kata kunci: hubungan balok-kolom, eksterior, beban siklik, daktilitas, disipasi energi. 1. PENDAHULUAN Sebagian besar kondisi geografis Indonesia terletak di daerah yang rawan gempa. Oleh karena besaran dan waktu terjadinya gempa tidak dapat diprediksi sebelumnya, maka struktur bangunan harus direncanakan dengan daktilitas yang memadai untuk mampu berdeformasi secara inelastis pada saat terjadi gempa kuat. Hierarki keruntuhan elemen struktur harus direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan disipasi energi yang maksimal. Salah satu terobosan baru dalam bidang teknologi material beton adalah Reactive Powder Concrete (RPC). Material ini pertama kali dikembangkan pada awal tahun 1990-an oleh para peneliti di Laboratorium Henningston, Durham dan Richardson (HDR) pada Perusahaan Bouygues S.A di Paris, Perancis. Selanjutnya Pierre Claude Aitcin, Direktur Sains Beton Canada di Universitas Sherbrooke, mengaplikasikan RPC pada struktur Jembatan untuk pejalan kaki dan sepeda di Sherbrooke, Quebec, Canada. RPC mempunyai karakteristik berupa kuat tekan, daktilitas, dan durabilitas yang sangat tinggi. Properties yang telah dihasilkan di Laboratorium HDR Bouygues berupa kuat tekan yang mencapai 200 – 800 MPa (Richard, 1996), modulus elastisitas antara 50 dan 75 GPa, serta daktilitas dengan regangan ultimit sebesar 0,007. Energi fraktur RPC yang diperkuat dengan serat baja (steel fibers) dapat mencapai 40 kJ/m2 (Bonneau et.al, 1996). Shah 1996 mengklasifikasikan beton dengan kuat tekan diatas 200 MPa sebagai Ultra High Strength Concrete (UHSC), sehingga dengan kualifikasi yang telah dihasilkan di laboratorium HDR tersebut, RPC dapat digolongkan sebagai Ultra High Performance Concrete (UHPC). 85 KNPTS 2013 Rekayasa Struktur ANALISIS GETARAN NONLINIER DENGAN TANGGAP CHAOS DAN STOKASTIK Anwar Dolu1, Amrinsyah Nasution2, Ricky L. Tawekal3, Ichsan S. Putra4 1 Jurusan Teknik Sipil, UNTAD, Palu, Sulawesi Tengah, Email : [email protected] Jurusan Teknik Sipil, FTSL, ITB Bandung, Jawa Barat, Email: [email protected] 3 Jurusan Teknik Kelautan, FTSL, ITB Bandung, Jawa Barat, 4 Jurusan Teknik Penerbangan, FTMD, ITB Bandung, Jawa Barat 2 ABSTRAK Dalam tulisan ini mengkaji tanggap (response) dinamis berupa perpindahan x(t) dan kecepatan v(t) dalam kerangka tanggap chaos dan stokastik pada sistem nonlinier, yaitu model perpindahan besar (large deformation) dengan kekakuan non linier yang merupakan model persamaan Duffing. Untuk model chaos, gaya luar pada sistem nonlinier adalah beban sinusoidal. Tanggap chaos berdasarkan tinjauan sejarah waktu yang sangat sensitif terhadap syarat awal, dimana perubahan yang kecil terhadap syarat awalnya maka akan terjadi perubahan besar dalam sistem dalam hal ini tanggap perpindahan x(t) dan kecepatan v(t) dengan bertambahnya waktu (t). Berdasarkan bidang fase menunjukan lintasan yang tidak beraturan dan non stasioner, hal ini terlihat juga pada pemetaan Poincare yang menunjukan tarikan asing (strange attractor) dan menghasilkan pola fraktal (fractal pattern). Penyelesaian persamaan Duffing ini menggunakan numerik Runge – Kutta. Pada model stokastik, gaya luar pada sistem nonlinier adalah beban acak tipe derau putih (white noise). Tanggap stokastik dalam hal ini adalah perpindahan x(t) yang terdiri dari tanggap statistik orde rendah (low order statistic) berupa tanggap nilai rata-rata (mean value) dan varians (variance) serta tanggap statistik orde tinggi (high order statistic) yaitu fungsi kepadatan probabilitas (probability density function, PDF). Penyelesaian persamaan diferensial dengan model stokastik menggunakan perumusan kalkulus Ito dan persamaan Fokker-Planck-Kolmogorov (FPK equation) serta simulasi Monte Carlo. Kata Kunci : Duffing, chaos, stokastik, Poincare map, FPK, PDF. 1. MODEL NON LINIER Dalam kondisi nyata sebagaian besar sistem struktur bersifat non linier sampai taraf tertentu, untuk kasus khusus disederhanakan menjadi sistem yang linier. Pada sistem nonlinier hubungan antara sebab dan akibat ini tidak sebanding lagi. Berdasarkan Nayfeh dan Pai (2004), sumber-sumber dari nonlinieritas dapat berupa (a). Material atau konstitutif, (b). Geometri, (c). Inersia, (d). Gaya-gaya badan (body forces) dan (e). Gesekan (friction). Untuk model non linier geometri berhubungan dengan deformasi besar (large deformations) pada kontinum solid, balok, pelat, frame, dan cangkang yang menghasilkan hubungan perpindahan-regangan non linier (nonlinear strain-displacement relations) yang terdiri dari peregangan bidang tengah (mid-plane stretching) , kelengkungan besar (large curvatures), dan rotasi besar (large rotations) dari elemen. Model sistem mekanik dengan redaman linier dan kekakuan non linier berderajat tiga (3) yang berhubungan dengan non linier geometri disebut Persamaan Duffing sebagai berikut : mx cx k1x k3 x 3 f t ) (1) Jika k3 > 0, bahwa eksitasi gaya pemulih (restoring force) akan lebih besar dari yang model yang linier. Model ini dikenal sebagai ’hardening stiffness’. Kasus sistem ini terjadi pada balok dan pelat jepit serta struktur kabel (string & cable). Jika k1 < 0, k3 > 0 serta k3 < 0, kekakuan yang efektif berkurang ketika terjadi peningkatan eksitasi dan sistem disebut sebagai ’softening stiffness’. Sistem dengan model ini terjadi pada kasus tekuk (buckling). 96 KNPTS 2013