BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta desa disajikan untuk memberikan informasi-informasi berupa batas wilayah, sarana prasarana, bangunan, penggunaan lahan dan jalan. Batas wilayah sebagai salah satu unsur peta desa sehingga perlu dipetakkan secara detail dikarena hal tersebut kadang menjadi pemicu konflik wilayah di kawasan perdesaan. Pemetaan desa dilakukan sebagai implementasi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial dan Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, didefinisikan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Batas wilayah Desa yang dinyatakan dalam bentuk Peta Desa ditetapkan dengan peraturan Bupati/Walikota. Undang-Undang tersebut pada Pasal 17 mengamanatkan bahwa Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang pembentukan, penghapusan, penggabungan, dan perubahan status Desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi Desa diundangkan setelah mendapat nomor registrasi dari Gubernur dan kode Desa dari Menteri disertai Lampiran Peta Batas Wilayah Desa (BIG, 2016). Desa atau Kelurahan dipandang sebagai titik awal pemberdayaan potensi daerah, penyelesaian masalah dalam masyarakat, dan komunitas terkecil yang harus diperhatikan kesejahteraannya. Hal tersebut didukung pula oleh munculnya media sosial berbasiskan Desa atau Kelurahan, seperti blogger, website hingga peraturan (Sadarviana, 2014). Dalam pembuatan peta desa ada beberapa cara yang dapat digunakan, salah satunya yaitu dengan pemetaan partisipatif. Pemetaan partisipatif adalah suatu metode pemetaan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku pemetaan di wilayahnya, sekaligus juga akan menjadi penentu perencanaan pengembangan wilayah mereka sendiri. Pemetaan partisipatif memiliki peran dalam melibatkan seluruh anggota masyarakat, proses yang berlangsung disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, proses pemetaan dan peta yang dihasilkan bertujuan untuk 1 kepentingan masyarakat, sebagian besar informasi yang terdapat dalam peta berasal dari pengetahuan masyarakat setempat, dan peta yang dihasilkan dapat digunakan sesuai kebutuhan masyarakat (Daud, 2012). Pemetaan desa dilakukan dengan menggunakan teknologi OpenStreetMap untuk GIS fasilitas pelayanan umum berbasis Android (Studi Kasus Kota Palu) pada tahun 2012 yang bertujuan untuk menyediakan layanan informasi yang baik untuk membantu masyarakat mengetahui informasi mengenai fasilitas umum di Kota Palu dengan menggunakan teknologi SIG pada perangkat mobile android (Yustian, 2012). Semakin berkembangnya teknologi maka semakin banyak pengguna jaringan internet sehingga pemetaan desa saat ini tidak hanya dilakukan survei tetapi dapat dibuat suatu aplikasi yang berbasiskan internet dengan menggunakan aplikasi Web GIS yaitu OpenStreetMap. OpenStreetMap dapat memetakan peta desa lebih detail hingga tingkat bangunan. OpenStreetMap digunakan dalam pembuatan peta desa karena bersifat gratis (open source) dalam hal input, editing dan lebih mudah dalam pengaksesan atau pengeditan karena tidak harus disetujui oleh admin dibandingkan dengan Web GIS lainnya. Dalam pemetaan yang lebih detail hingga tingkat bangunan jarang sekali dilakukan dengan menggunakan Web GIS. Hal ini dikarenakan belum banyaknya orang yang mengetahui tentang pemetaan menggunakan OpenStreetMap. OpenStreetMap sangat membantu dalam pencarian suatu lokasi hingga tingkat bangunan secara cepat dan akurat tetapi OpenStreetMap belum banyak masyarakat yang mengetahui tentang hal tersebut. Padahal data pada OpenStreetMap pengguna bebas untuk mendownload beberapa atau semua peta secara offline. Berdasarkan hal tersubut maka peneliti terinspirasi untuk melakukan penelitian dengan judul, “Pemanfaatan OpenStreetMap Untuk Pembuatan Peta Dusun di Desa Argorejo Sedayu Bantul Tahun 2016”. Daerah kajian dipilih desa Argorejo karena termasuk wilayah pinggiran kota sehingga informasi-informasi yang terdapat didaerah pinggiran kota kurang diperhatikan. Padahal dinamika perubahan penggunaan lahan di desa tersebut sangat pesat dan juga semakin berkembangannya desa sehingga membutuhkan informasi yang lebih akurat maka perlu adanya data terbaru (update). Hal ini dapat dilihat secara visual dengan adanya pembangunan pabrik, rumah, fasilitas umum dan lain sebagainya. Informasi yang terdapat pada OpenStreetMap untuk wilayah kajian belum lengkap hingga tingkat bangunan. Berhubungan dengan hal tersubut maka 2 dilakukan pemetaan batas desa dan penomoran rumah menggunakan OpenStreetMap. Selain itu jarak tempuh untuk survei lapangan yang tidak terlalu jauh. 1.2 Rumusan Masalah Informasi mengenai batas dusun hingga tingkat bangunan pada skala desa masih kurang memadai, sehingga perlu dilakukan pemetaan yang detail untuk memperoleh informasi tersebut. Salah satu aplikasi berbasis Web GIS yang dapat mempermudah pembuatan peta dusun yaitu OpenStreetMap. OpenStreetMap dapat menampilkan informasi yang lengkap pada suatu objek yang mana informasi tersebut diperoleh dari pengguna OpenStreetMap. Berdasarkan dari hal tersebut maka penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana melakukan pemetaan batas dusun untuk memperoleh informasi yang lengkap? 2. Apakah teknik pemetaan OpenStreetMap mampu membantu proses pemetaan dusun? 1.3 Tujuan Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan: 1. Melakukan pemetaan batas dusun dengan pemetaan partisipatif 2. Memanfaatkan aplikasi OpenStreetMap untuk membantu proses pemetaan dusun 1.4 Manfaat Adapula manfaat yang ingin dituju dalam penelitian ini yaitu: 1. Memanfaatkan OpenStreetMap untuk pemetaan peta desa 2. Mengetahui peranan OpenStreetMap 3. Menampilkan peta desa dengan skala besar sehingga informasi yang ditampilkan lebih detail 4. Memanfaatkan OpenStreetMap untuk mempermudah masyarakat memperoleh informasi lokasi secara cepat dan akurat 3