SIARAN PERS Biro Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 www.kemendag.go.id Indonesia-Sri Lanka Jajaki Pembentukan Perjanjian Preferensi Perdagangan Kolombo, 25 Agustus 2017 – Indonesia dan Sri Lanka menjajaki pembentukan perjanjian preferensi perdagangan (Indonesia-Sri Lanka Preferential Trade Agreement/ISL-PTA) untuk meningkatkan kerja sama perdagangan dan investasi kedua negara. Penjajakan itu dilakukan dengan pembentukan joint study guna mengkaji ISL-PTA yang disepakati pada pertemuan antara delegasi Indonesia dan Sri Lanka yang berlangsung hari ini, Jumat (25/8) di Kolombo, Sri Lanka. Pada pertemuan tersebut Delegasi Indonesia dipimpin Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Iman Pambagyo dan Delegasi Sri Lanka dipimpin Chief Negotiator for Sri Lanka, Ministry of Development Strategies and International Trade K.J. Weerasinghe. "Pembentukan joint study akan mengkaji manfaat PTA kedua negara. Kajian ini diharapkan selesai sebelum akhir tahun 2017 sehingga kedua negara dapat segera melakukan perundingan putaran pertama agar terwujud kerja sama perdagangan yang lebih konkret," ungkap Iman. Menurut Iman, Indonesia sendiri sebenarnya telah melakukan kajian terkait ISL-PTA. Hasil kajian menunjukkan bahwa Indonesia dan Sri Lanka bisa saling mendapatkan manfaat dari perjanjian tersebut. "Indonesia menilai pembentukan PTA saat ini merupakan gagasan yang tepat," imbuhnya. Pertemuan Delegasi Indonesia dan Sri Lanka ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara-negara nontradisional, khususnya di kawasan Asia Selatan. Pertemuan ini, lanjut Iman, juga merupakan upaya tindak lanjut hasil pertemuan Presiden RI dan Presiden Sri Lanka yang berlangsung pada bulan Maret 2017 di Jakarta. Saat itu kedua Kepala Negara sepakat meningkatkan kerja sama perdagangan dengan membentuk PTA. WGTI Indonesia-Sri Lanka Dalam pertemuan ini, Delegasi Indonesia mengajukan sebuah usulan Terms of Reference (TOR) Working Group on Trade and Investment (WGTI) yang disambut positif oleh Sri Lanka. WGTI merupakan forum resmi untuk membahas isu perdagangan dan investasi. "Usulan ToR WGTI disampaikan karena selama ini Indonesia dan Sri Lanka belum memiliki forum khusus untuk membahas hubungan perdagangan dan investasi sebagaimana mitra dagang lainnya. Sehingga pembentukan WGTI diharapkan akan menjadi wadah bagi kedua negara untuk memaksimalkan potensi dan membahas hambatan yang muncul di bidang perdagangan dan investasi kedua negara," jelas Iman. Usulan ToR WGTI ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan Joint Comission for Bilateral Cooperation (JCBC) antara Indonesia dan Sri Lanka yang digelar tahun 2014. Pada saat itu, kedua negara sepakat membahas kerangka WGTI. Selain itu, dalam kunjungan ini, Delegasi Indonesia juga melakukan pertemuan dengan CEO Ceylon Chamber of Commerce Dhara Wijayatilake untuk mengaktifkan hubungan business-to-business (B-to-B). "Pertemuan membahas rencana pelaksanaan forum bisnis Indonesia-Sri Lanka dan membahas langkah konkret yang dapat dilakukan dunia usaha untuk meningkatkan hubungan perdagangan kedua negara," ujar Iman. Dalam pertemuan tersebut, Wijayatilake juga menyampaikan dukungannya terhadap ISL-PTA. Sekilas Hubungan Dagang Indonesia-Sri Lanka Berdasarkan data Badan Pusat Satatistik (BPS), nilai total perdagangan bilateral kedua negara pada tahun 2016 mencapai USD 306,5 juta. Neraca perdagangan Indonesia-Sri Lanka pada tahun 2016 surplus bagi Indonesia sebesar USD 217,9 juta. Ekspor Indonesia ke Sri Lanka pada periode Januari-Mei 2017 tercatat sebesar USD 119,6 juta atau naik 15,58% dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 103,5 juta. Sementara itu, impor Indonesia dari Sri Lanka pada periode Januari-Mei 2017 mencapai nilai USD 20,3 juta, atau turun 2,14% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai USD 20,7 juta. Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Sri Lanka pada tahun 2016 adalah unmanufactured tobacco, paper and paperboard, natural rubber, portland cement, dan industrial monocarboxylic fatty acids. Komoditas impor utama Indonesia dari Sri Lanka pada tahun 2016 adalah unmanufactured tobacco, brassieres, girdles, corsets, braces, suspenders, garters and similar articles and parts, wheat or meslin flour, tea, dan activated carbon. -- selesai-Informasi lebih lanjut hubungi: Marolop Nainggolan Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711 Email: [email protected] Ni Made Ayu Marthini Direktur Perundingan Bilateral Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Telp/Fax: 021-3442576/021-3858206 Email: [email protected]