BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stroke 2.1.1. Defenisi Stroke

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stroke
2.1.1. Defenisi Stroke
Stroke adalah serangan di otak yang timbulnya mendadak akibat tersumbat
atau pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan sel-sel otak tertentu
kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan akhirnya dapat terjadi kematian
sel-sel tersebut dalam waktu yang sangat singkat.(23)
Menurut WHO (2006), Stroke adalah sindrom klinis dengan gejala ganguan
fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih yang
dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan yang menetap lebih dari 24 jam tanpa
gejala lain kecuali gangguan pembuluh darah.(4)
2.1.2. Anatomi Dasar Otak (6,24)
Otak merupakan organ yang paling unik di dalam tubuh. Segala hal seperti
angan-angan, keinginan dan nafsu, perencanaan dan ingatan adalah aktivitas akhir
dari otak. Otak berisi 98% jaringan syaraf tubuh dan sekitar 10 miliar neuron. Berat
otak berkisar 1,4kg dan mempunyai volume sekitar 1200cc. Otak lebih kompleks
dari pada batang otak, kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa. Otak menerima
15% dari curah jantung, membutuhkan 20% pemakaian oksigen tubuh dan sekitar
400kkal energi setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
Struktur otak secara umum terbagi menjadi 4 bagian. yaitu:
a. Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar, serebrum memiliki dua
hemifer yang dihubungkan oleh korpus kallosum. Setiap hemifer terbagi atas empat
lobus yaitu:
1. Lobus frontal, berfungsi sebagai aktivitas motorik, intelektual, emosi dan
fisik.
2. Lobus parietal, berfungsi proses input sensori, sensasi posisi, sensasi raba,
tekanan dan perubahan suhu ringan.
3. Lobus temporal, berfungsi sebagai input perasa pendengaran, pengecap,
fungsi penciuman dan memori.
4. Lobus oksipital, berfungsi sebagai penerima informasi dan menafsirkan
warna dan refleksi visual
b. Diecephalon
Terletak di atas batang otak dan terdiri atas:
1. Thalamus, berfungsi untuk menghubungkan dan integrasi dari medulla
spinalis ke korteks serebri dan bagian lain dari otak
2. Hypothalamus, berfungsi dalam mempertahankan haemostatis seperti
pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar dan kontrol terhadap sekresi hormon.
3. Epithalamus, berfungsi dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan seksual.
Universitas Sumatera Utara
c. Batang otak
Berfungsi dalam pengaturan refleks untuk fungsi vital tubuh yang terdiri atas:
1. Otak tengah, berfungsi sebagai penghubung stimulus pergerakan otak dari
dan ke otak.
2. Pons, berfungsi sebgai pusat refleks pernafasan dan mempengaruhi tingkat
karbondioksida (CO2).
3. Medula oblongata¸ berfungsi dalam pusat refleks pernafasan, bersin,
menelan, batuk, muntah, dan sekresi saliva.
d. Serebellum
Serebellum besarnya kira-kira seperempat dari serebrum. Berfungsi sebagai
koordinasi aktivitas muskular, kontrol tonus otot, mempertahankan postus tubuh dan
keseimbanagan.
.
Gambar 2.1 Anatomi dasar otak
(25)
Universitas Sumatera Utara
Jaringan otak dan medula spinalis dilindungi oleh tulang tengkorak dan
tulang belakang, serta tiga lapis jaringan penyambung yaitu:
1. Piameter
: Lapisan vaskular, tempat pembuluh-pembuluh darah berjalan
menuju struktur dalam sistem saraf pusat untuk memberi nutrisi pada
jaringan otak.
2. Araknoid
: Suatu membran fibrosa yang tipis, halus dan avaskular. Daerah
antara piameter dan araknoid disebut subaraknoid.
3. Durameter : Jaringan liat, tidak elastis, dan mirip kulit sapi yang terdiri dari dua
lapisan bagian luar (dura endosteal) dan bagian dalam (dura
meningeal)
2.1.3. Klasifikasi Stroke (1,26)
Secara umum stroke diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu:
a. Stroke non haemoragik/iskemik (cerebral infection)
1. Stroke iskemik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis:
a. Serangan iskemik sepintas (Transient Ischemic Attack-TIA)
b. Defisit neurologik iskemik sepintas (Reversible Ischemic Neurological
Deficit-RIND)
c. Stroke progresif (Progessive stroke/stroke in evolution)
d. Stroke komplit (Completed stroke/Permanent stroke)
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke trombotik
b. Stroke emboli/non emboli
Universitas Sumatera Utara
b. Stroke haemoragik, berdasarkan bagian perdarahan:
1. Perdarahan intraserebral (PIS)
2. Perdarahan subaraknoidal (PSA)
3. Perdarahan subdural (PSD)
Gambar 2.2 Perbedaan Stroke Haemoragik dan Iskemik(51)
2.2. Stroke Haemoragik
2.2.1. Defnisi Stroke Haemoragik
Stroke haemoragik yaitu pecahnya dinding pembuluh darah, sehingga terjadi
perdarahan di otak. Umumnya terjadi pada saat penderita melakukan aktivitas.
Terjadi perdarahan dan penurunan kesadaran bersifat cepat dan nyata.(23)
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Klasifikasi Stroke Haemoragik.(26,27)
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
Perdarahan Intraserebral adalah perdarahan yang primer/awal berasal dari
pembuluh darah parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Sebagian besar
Perdarahan Intraserebral (PIS) disebabkan oleh hipertensi. Perdarahan Intraserebral
primer meliputi 10% dari seluruh kasus stroke, terjadi di hemifer serebri (80%) dan
batang otak serta serebelum (20%). Penelitian yang dilakukan oleh American Heart
Association (AHA) tahun 1999 Perdarahan Intraserebral merupakan penyebab
kematian dan kesakitan terbanyak dibandingkan dengan infark serebral dan
perdarahan subarakhoid, proporsi kesakitan mencapai 10-15% dari semua jenis
stroke.(28)
Ludendyk dan Schoen membagi Perdarahan Intraserebral menurut cepatnya
gejala klinis memburuk, yatiu:
1. Akut dan cepat memburuk dalam 24 jam
2. Subakut, dengan krisis terjadi antara 3 dan 7 hari
3. Subkronis, bila krisisnya 7 hari
Angka kematian (Case Fatality Rate-CFR ) PIS berkisar 60-90%, dari
seluruh yang meninggal 10% meninggal setelah 3 hari dan 72% setelah seminggu.
b. Perdarahan Subaraknoidal (PSA)
Perdarahan Subaraknoidal adalah keadaan dimana terdapatnya/ masuknya
darah ke dalam ruangan subaraknoid. Perdarahan Subaraknoidal menduduki 7-15%
dari seluruh kasus stroke. Perdarahan Subaraknoid akan menimbulkan gejala nyeri
Universitas Sumatera Utara
kepala hebat, kesadaran sering terganggu dan 90% dirasakan tanpa ada keluhan sakit
kepala.
Perdarah Subaraknoidal (PSA) di bagi menjadi 2 bagian utama, yaitu:
1. PSA spontan primer, yakni PSA yang bukan akibat trauma atau Perdarahan
Intraserebral
2. PSA sekunder, adalah perdarahan yang berasal di luar subaraknoid, seperti dari
PIS atau yang berasal dari tumor otak.
c. Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural merupakan perdarahan di otak yang terjadi di antara
durameter dan araknoid. Perdarahan dapat terjadi karena robeknya vena jembatan
yang menghubungkan vena di permukaan otak dengan sinus venosus di dalam
durameter dan bisa juga kerena robeknya araknoid
2.3. Epidemiologi Stroke Haemoragik
2.3.1. Distribusi dan Frekuensi Stroke Haemoragik
a. Menurut Orang
Di Amerika Serikat pada tahun 2008, stroke menjadi penyebab utama angka
kematian dan stroke menjadi penyebab utama kecacatan menetap/ permanen
sehingga dapat menghilangkan angka produktifitas. Hampir setengah dari penderita
stroke yang lebih tua mengalami kecacatan sedang hingga berat.
(29)
Berdasarkan
penelitian Béjot di Prancis tahun 2009 diperoleh angka insidens kasar pada laki-laki
pada Perdarah Intraserebral (PIS) sebesar 13,7 per 100.000 jiwa dan Perdarahan
Subraknoidal (PSA) 11,6 per 100.000 jiwa sedangkan pada perempuan pada PIS
Universitas Sumatera Utara
sebesar 11,5 per 100.000 jiwa dan PSA 3,6 per 100.000 jiwa.(30) Di india prevalensi
penderita stroke berkisar 90-222 per 100.000 penduduk dan 12 % dari stroke terjadi
pada penduduk usia <40 tahun. (31)
Usia rata-rata pada awalnya yang pernah menderita stroke adalah 68,6 tahun
pada laki-laki dan 72,9 tahun pada wanita. Angka kejadian stroke pada laki-laki
sebesar 33% dan prevalensinya 41% lebih tinggi daripada perempuan. Tingkat
kejadian dari infark otak dan perdarahan intraserebral lebih tinggi pada laki-laki,
sedangkan tingkat perdarahan subarachnoidal lebih tinggi pada wanita, meskipun
perbedaan ini secara statistik tidak signifikan. Stroke cenderung lebih parah pada
wanita, dengan kematian kasus 1 bulan 24,7% dibandingkan dengan 19,7% untuk
laki-laki. Stroke lebih sering terjadi pada pria, namun tingkat keparahan lebih tinggi
pada wanita. (32)
Pada tahun 1990 WHO memperkirakan jumlah kematian stroke di Asia
mencapai 2,1 juta jiwa. Di Asia Tenggara stroke menjadi penyebab kematian utama,
dimana di negara Indonesia stroke menjadi penyebab kematian pertama dan Philipina
dan Singapura menjadi penyebab kematian nomor tiga.(15) Di India pada tahun 1998
insidens penderita stroke pada laki-laki sebesar 15,2 per 100.000 jiwa dan pada
perempuan 10,8 per 100.000 jiwa.(33) Penelitian Venketasubramanian di Singapura
pada tahun 1998 proporsi penderita stroke haemoragik sebesar 26% (PIS 24,2% dan
PSA 5,8%) pada laki-laki berusia rata-rata 65,4 tahun.(34)
Berdasarkan Riskesdas tanun 2007 prevalensi penderita stroke di Indonesia
sebesar 8,3 per 1000 penduduk.(17) Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai
penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di Indonesia
Universitas Sumatera Utara
stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit.
(35)
Proporsi penderita stroke haemoragik berdasarkan kelompok umur dalam penelitian
Napitululu di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2009, jumlah tertinggi ada pada
kelompok umur 45-60 tahun sebesar 46,4%. (19)
b. Menurut Tempat dan Waktu
Distribusi penderita stroke berdasarkan daerah di dunia. (31)
Tabel 2.1 Insidens dan Prevalensi stroke berdasarkan daerah di dunia
Daerah
Insidens (juta)
Prevalensi (juta)
Dunia
9,0
30,7
Afrika
0,7
1,6
Amerika
0,9
4,8
Mediteranian Timur
0,4
1,1
Asia Tenggara
1,8
4,5
Pasifik Barat
3,3
9,1
12,6 juta orang memiliki cacat sedang-berat
8,9 dari 12,6 juta orang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah
Sumber: Agenda internasional untuk stroke (Fisher 2011). Konferensi global tentang
gaya hidup sehat dan menular tidak menular Moskow
Prevalensi penderita stroke tertinggi di Indonesia ada di Proppinsi Naggroe
Aceh Darusalam (NAD) sebesar 16,6 per 1.000 penduduk dan terendah di Papua
sebesar 3,8 per 1.000 penduduk.(17)
Distribusi penderita stroke berdasarkan waktu di negara India dan China.(31)
Tabel 2.2 Kematian akibat penyakit serebrovaskular di India dan China dalam
jutaan (ringkasan dari Ezzati et al 2004)
1990
India
China
0,45
1,27
2000
India
China
0,6
1,65
2010
India
China
0,75
1,91
2020
India
0,95
China
0,91
Universitas Sumatera Utara
Menurut penelitian Napitupulu (2009) jumlah penderita stroke haemoragik
yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2004-2008 ada
sebanyak 408 orang yang terdistribusi pada tahun 2004 sebanyak 94 orang, tahun
2005 sebanyak 80 orang, tahun 2006 sebanyak 75 tahun, sebanyak 61 orang, dan
tahun 2008 sebanyak 98 orang.(19)
2.3.2. Faktor Resiko Stroke Haemoragik
a.
Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol.
1. Usia
Perdarahan yang tiba-tiba dalam jaringan otak merupakan penyebab yang
berpengaruh besar didalam kejadian penyakit stroke haemoragik, akibat adanya
perdarahan diotak. Kejadian stroke lebih sering terjadi pada usia tua, karena semakin
berkurangnya elastisitas pembuluh darah.(36) Prevalensi stroke pada kelompok
berusia lebih dari 75 TAHUN meningkat di Inggris. Pada pria, prevalensi di
kelompok usia ini telah meningkat dari 9% pada tahun 1994 menjadi 13% pada tahun
2006.(13) Berdasarkan penelitian Asawavichienjinda Di Thailand pada tahun 1998
proporsi penderita stroke tertinggi pada kelompok umur 51-60 tahun.(37)
Menurut Yayasan Stroke Indonesia sebanyak 63,52 per 100.000 penduduk
Indonesia usia di atas 65 tahun mendapat serangan stroke.(23) Di Indonesia pada
pengumpulan data dari 28 rumah sakit diperoleh usia rata-rata pasien stroke adalah
58,8 tahun, 38,8% diantaranya berumur diatas 65 tahun, 12,9% berumur 45 tahun.(38)
Universitas Sumatera Utara
2. Jenis Kelamin
Data dari The British Heart Foundation and The Stroke Assocation, proporsi
angka kematian akibat stroke di Inggris berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki
sebesar 7% sedangkan pada wanita sebesar 11% dari 9 penyakit peyebab kematian
utama.(13) Dari penelitian didapatkan laki-laki cenderung terkena stroke 3 kali lipat
dibandingkan wanita dimana laki-laki cenderung menderita stroke iskemik
sedangkan wanita cenderung terkena stroke haemoragik.(39) Penelitian yang
dilakukan oleh Asawavichienjinda di Thailand tahun 1998 diperoleh persentase
penderita stroke pada laki-laki sebesar 10,6% dan pada perempuan 29,4%..(37)
Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia didapatkan bahwa laki-laki lebih
banyak menderita stroke dibandingkan perempuan.(38)
3. Ras dan suku bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada kulit putih. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Di Amerika (2004) terdapat
37,1% orang kulit putih dan 62,9% berkulit putih untuk jenis kelamin laki-laki
sedangkan untuk jenis kelamin perempuan 41,3% orang kulit putih dan 58,7 % orang
kulit hitam. Data sementara di Indonesia, suku minang lebih banyak menderita
stroke dari pada suku jawa (Yogyakarta), hal ini dipeengaruhi oleh kebiasaan suku
minang lebih banyak mengonsumsi makanan yang berkolesterol tinggi.(40)
4. Riwayat keluarga dan herediter (41)
Para ahli kesehatan meyakini ada hubungan antara risiko stroke dengan faktor
keturunan, walaupun tidak secara langsung. Keluarga yang banyak anggotanya
Universitas Sumatera Utara
menderita stroke perlu mewaspadai terhadap faktor-faktor yang menyebabkan stroke,
seperti hipertensi. Namun demikian, stroke bukan merupakan penyakit keturunan.
b.
Faktor yang dapat dikontrol
Ada beberapa hal yang dapat menimbulkan penyakit stroke, yaitu:(27,36)
1. Hipertensi
Faktor resiko penyebab terjadinya penyakit stroke yang paling besar adalah
hipertensi. Resiko yang ditimbulkan bisa mencapai 50-60% dari non trauma
perdarahan dalam otak. Sering juga disebut sebagai the silent killer karena hipertensi
meningkatkan resiko terjadinya stroke sebanyak 4 sampai 6 kali. Dikatakan darah
tinggi /hipertensi apabila tekanan darah >140/90 mmHg. Makin tinggi tekanan darah,
resiko untuk terjadinya penyakit stroke semakin besar. Stroke haemoragik terjadi
karena peningkatan tekanan darah yang mendadak sedemikian rupa sehingga
pembuluh darah pecah (karena tidak tahan menerima tekanan yang tinggi).
2. Merokok
Merokok meningkatkan risiko terjadinya stroke hampir 2 kali lipat. Untuk
perokok pasif kecendrungan terjadi penyakit stroke 1,2 kali lebih besar. Merokok
menjadi salah satu resiko penyebab terjadinya penyakit stroke. Merokok dapat
meningkatkan konsentrasi fibrinogen, peningkatan ini akan mempermudah terjadinya
penebalan dinding pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah. Hal ini sangat
memengaruhi aliran darah ke otak yang dapat menimbulkan penyakit stroke.
3. Diabetes mellitus
Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan obesitas, hipertensi, dan
stroke. Menurut WHO seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus apabila kadar
Universitas Sumatera Utara
glukosa darah vena dalam keadaan puasa lebih dari 140mg/desiliter dan kadar
glukosa dalam vena 2 jam setelah diberi minum 75mg glukosa lebih dari
200mg/desiliter. Diabetes mellitus dapat menebalkan dinding pembuluh darah otak
yang berukuran besar. Penebalan dinding pembuluh darah otak akan menyempitkan
diameter pembuluh darah tadi dan penyempitan tersebut kemudian akan menggangu
kelancaran aliran darah ke otak, yang pada akhirnya akan menyebabkan infark sel-sel
otak.
4. Gangguan aliran darah otak sepintas
Faktor risiko stroke pada seseorang dapat diakibatkan oleh berbagai hal yang
dapat berdampak pada gangguan aliran darah otak sepintas dengan gejala-gejala
yang dapat menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam. Ada banyak gejala-gejala
yang muncul tergantung daerah otak yang tergangu. Gangguan aliran darah otak
sepintas ini dapat terjadi beberapa kali dalam 24 jam. Makin sering seseorang
mengalami ganguan aliran darah ke otak ini maka kemungkinan untuk terjadi stroke
semakin besar.
5. Penyakit jantung
Penyakit jantung dapat menimbulkan penyakit stroke di kemudian hari.
Kondisi jantung yang tidak baik dapat memengaruhi irama denyut jantung, kejadian
ini dapat berpotensi untuk menimbulkan stroke. Faktor resiko ini pada umumnya
akan menimbulkan hambatan/sumbatan aliran darah ke otak diakibatkan jantung
memompa darah yang bergumpal atau sel/jaringan yang mati ke dalam aliran darah.
Apabila diberikan obat anti-penggumpalan darah dengan dosis yang tidak terkontrol
Universitas Sumatera Utara
kepada penderita penyakit jantung maka dapat memunculkan komplikasi yang serius
yaitu perdarahan otak
2.4. Gejala Stroke Haemoragik.(3,26)
2.4.1. Perdarahan Intraserebral
Gejala prodormal pada perdarahan intraserebral sering sekali tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan dapat terjadi pada siang hari,
beraktifitas, dan emosi/marah. Gejala yang dapat nampak pada awal serangan seperti,
nyeri kepala yang hebat, mual-muntah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat
masuk koma (65% terjadi < ½ jam, 23 % antara ½ - 2 jam, dan 12 % terjadi setelah 2
jam sampai 19 hari) .
2.4.2. Perdarahan Subaraknoidal
Penderita stroke haemoragik pada jenis perdarahan subaraknoidal dapat
dijumpai dengan gejala dan tanda-tanda klinis sebagai berikut:
a. Gejala prodormal, nyeri kepala hebat dan akut
b. Kesadaran sering terganggu, dapat bervariasi dari tak sadar sebentar sampai
koma.
c. Gejala/tanda rangsangan meningeal: kaku kuduk
d. Sering terdapat perdarahan subhialod karena pecahnya aneurisma pada
daerah anterior dam karotis interna
e. Gangguan fungsi saraf otonom yaitu demam setelah 24 jam, gangguan
hipotalamus (muntah, berkeringat, menggigil)
Universitas Sumatera Utara
f. Jika terjadi gangguan yang berat pada fungsi saraf otonom, maka dapat
terjadi ulkus peptikum disertai hematemesis dan melena dan seringkali
disertai peninggian kadar darah, glukosuria, albuminaria, dan perubahan pada
EKG
2.4.3. Perdarahan Subdural
Penderita yang mengalami perdarahan subdural akan mengalami nyeri kepala
ringan, lambat laun akan mengalami nyeri kepala yang hebat dan biasanya terjadi
didaerah dahi. Dapat disertai mual dan muntah, penglihatan dapat juga terganggu
karena pembengkakan pada papil.
2.5. Diagnosis Stroke Haemoragik (3,24)
2.5.1. Anamnesis
Anamnesis atau sering juga disebut dengan wawancara merupakan hal yang
utama dilakukan untuk dapat mengerti penyakit yang diderita oleh pasien.
Anamnesis secara umum yang dilakukan kepada pasien meliputi pengumpulan
informasi tentang status kesehatan pasien yang menyeluruh mengenai fisik,
psikologis, sosial-budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi,
kemampuan fungsi, dan gaya hidup penderita. Melalui anamnesis yang dilakukan
dapat dilihat dan ditentukan proses alamiah terjadinya penyakit.
2.5.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi keadaan fisik penderita
secara umun dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan
neurologis. Pemeriksaan fisik yang sering dilakukan pada pasien meliputi
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan umum (suhu tubuh, gizi, tekanan darah, anemia, paru, jantung, denyut
nadi) dan pemeriksaan fungsi saraf/mayor (tingkat kesadaran, fungsi serebri, saraf
kranial, sistem motorik, respons refleks, sistem sensorik).
2.5.3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan dengan tujuan untuk mencari penyebab
dan mencegah rekurensi dan pada pasien yang berat untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang dapat menyebabkan perburukan fungsi SSP. Pemeriksaan penunjang
yang biasa dilakukan antara lain darah lengkap dan LED, Ureum, glukosa, elektrolit,
lipid, rontgen dada dan EKG, dan CT Scan kepala.
Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan jumlah sel eritrosit, leukosit,
dan trombosit. Melalui pemeriksaan darah rutin dapat diketahui beberapa penyakit
atau kelainan darah seperti leukositosis, tromsosistosis dan penyakit anemia.
Pemeriksaan gula darah juga sangat diperlukan untuk menilai ada atau tidaknya
penyakit DM yang menjadi faktor resiko stroke. Pemeriksaan ini juga diperlukan
untuk melihat penurunan kesadaran apakah diakibatkan karena stroke atau penyakit
lain seperti DM. Demikian juga pemeriksaan lipid bertujuan untuk melihat faktor
resiko penyakit stroke.
Pemeriksaan EKG merupakan pemeriksaan rutin , murah dan mudah
dilakukan terhadap penderita stroke. Pemerikasaan ini dilakukan bertujuan untuk
menilai adanya kelainan aritma jantung diidap sebelumnya, seperti miokardium
(kematian sel-sel otot jantung). Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
kedokteran menjadi dampak pisitif seperti penemuan alat CT Scan.
Universitas Sumatera Utara
CT Scan (Computerized Tomograph Scanning) merupakan pengembangan
dari alat rontgen konvensional, secara sederhana pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan sinar-X yang berputar mengelilingi tubuh yang hendak diperiksa,
kemudian hasilnya akan nampak dilayar komputer yang telah tersedia. Tumor dan
perdarahan dalam otak dapat terlihat dengan gambar yang ditunjukkan seperti
bayangan-bayanagan dalam film, menunjukkan ukuran dan lokasi luka.
2.6. Letak Kelumpuhan (42)
2.6.1. Kelumpuhan Sebelah Kanan (Hemiparesis Dextra)
Pemeriksaan dilakukan pada lesi kortikal dan batang otak. Kerusakan pada
sisi sebelah kiri otak yang menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian kanan.
Kelumpuhan pada penderita sebelah kanan biasanya mempunyai kekurangan dalam
komunikasi verbal. Namun persepsi dan memori visiomotornya sangat baik,
sehingga dalam melatih perilaku tertentu harus dengan cermat diperlihatkan tahap
demi tahap secara visual. Dalam komunikasi kita harus lebih banyak menggunakan
body language (bahasa tubuh). Dari penelitian Napitupulu (2009), jumlah penderita
stroke haemoragik dengan letak kelumpuhan di sebelah kanan lebih besar
dibandingkan letak kelumpuhan lainnya sebanyak 48,5%.
2.6.2. Kelumpuhan Sebelah Kiri (Hemiparesis Sinistra)
Terjadinya kerusakan pada sisi sebelah kanan otak (hemiparesis kanan otak)
menjadi penyebab kelumpuhan tubuh bagian kiri. Pasien dengan kelumpuhan
sebelah kiri sering memperlihatkan ketidakmampuan persepsi visiomotor, kehilangan
memori visual dan mengabaikan sisi kiri. Sering juga dijumpai kelainan afasia yaitu
Universitas Sumatera Utara
ketidakmampuan untuk berbahasa dan pemahaman kata atau kalimat dengan baik.
Pemeriksaan lanjut yang dilakukan pada kelumpuhan sebelah kiri ditujukan pada
fungsi kortikal, subkortikal, batang ortak, dan medulla spinalis
2.6.3. Kelumpuhan Kedua Sisi (Paraparesis)
Kelumpuhan yang terjadi akibat kerusakan otak sebelah kanan dan kiri dari
penderita. Kelumpuhan yang sering terjadi yaitu kedua kaki tidak dapat digerakkan.
2.7. Lokasi Perdarahan Stroke Haemoragik (24,43)
a. Ganglion basalis
Ganglion atau ganglia basalis merupakan substansi grisea yang terletak di
diensepalon pada kedua sisi thalamus dan otak tengah bagian atas yang memproses
dan mempengaruhi informasi. Ganglia basalis penting untuk mengontrol gerakan
terampil yang memerlukan pola atau kecepatan respons tanpa pemikiran yang
disengaja.
b. Serebrum
Serebrum merupakan bagian otak yang paling besar yang terdiri dari lobus
frontal, lobus parietal, lobus temporal dan lobus oksipital. Serebrum berfungsi
sebagai proses pikiran alam sadar dan intelektual, pemproses dan menyimpan
memori, serta regulasi alam sadar dan bawah sadar dari kontraksi otot rangka.
Serebrum terdiri dari hemifer kanan dan kiri yang dibagi oleh suatu lekuk
atau celah dalam disebut fisura longitudinal mayor kedua hemifer saling
dihubungkan oleh suatu pita serabut lebar yang disebut korpus kolostum. Hemifer
Universitas Sumatera Utara
kanan berfungsi sebagai keterampilan, seni dan perasaan sedangkan hemifer kiri
mengendalikan bahasa serta berkaitan dengan pemikiran matematis atau logis
c. Serebelum
Serebelum berada di otak belakang sebelah posterior batang otak. Serebelum
membantu mempertahankan keseimbangan dan bertanggungjawab untuk respons
otot rangka halus menghasilkan gerakan volunteer yang baik dan terarah. Serebelum
atau otak kecil juga berfungsi untuk mengontrol gerakan cepat dan berulang yang
diperlukan untuk aktivitas seperti mengetik, bermain piano, dan mengendarai sepeda.
d. Batang otak
Batang otak tersusun dari pons, medulla oblongata, dan mensefalon (otak
tengah). Di batang otak terdapat sel yang mengontrol fungsi sistem kardiovaskular
dan pernafasan. Sepuluh dari dua belas saraf kranial yang mengontrol fungsi saraf
motorik dan sensorik mata, wajah, lidah, dan leher keluar dari batang otak. Fungsi
seksresi dan motorik saluran gastrointestinal dan fungsi sensorik pendengaran dan
pengecapan juga dikontrol oleh saraf kranial.
2.8. Tindakan Medis Stroke Haemoragik
2.8.1 Tindakan Konservatif (41)
Pada penderita stroke haemoragik dilakukan konservatif yaitu terapi obat.
Terapi konservatif meliputi:
a. Melakukan perawatan secara intensif
b. Mempertahankan fungsi vital (pernafasan dan sirkulasi)
c. Memberikan obat sedative dan penghilang nyeri
Universitas Sumatera Utara
d. Bedrest
e. Terapi odema otak dan anti hipertensi
f. Terapi Tarapi defisit neurolgis iskemik akibat vasospame
g. Antifibronolisis
h. Rehabilitasi
2.8.2. Tindakan Operatif
Tujuan
dilakukannya
tindakan
pembedahan
untuk
mengeluarkan,
menghentikan, dan mencegah perdarahan yang terjadi di pembuluh darah otak.
Pembedahan dilakukan 24-48 jam pertama setelah terjadinya stroke haemoragik.
Tindakan operasi segera setelah terjadi perdarahan merupakan tindakan berbahaya
karena terjadinya retraksi otak yang dalam keadaan membengkak. Sementara itu
tindakan operasi yang dini dapat menimbulkan komplikasi iskemi otak. Tindakan
pembedahan akan ditunda jika terjadi vasopasme (pengerutan) pembuluh darah otak
sebab jika dilakukan akan memperparah kondisi pasien.
2.9. Pencegahan Stroke Haemoragik. (3,26,,4139)
2.9.1. Pencegahan Primer
Sasaran utama adalah untuk orang yang belum pernah terkena penyakit
stroke. Upaya pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain;
a. Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke, meliputi:
1. Menghindari
: merokok, stress mental, alkohol, kegemukan, konsumsi
garam berlebihan, obat-obatan golongan amfetamin dan kokain.
2. Mengurangi
: kolesterol, lemak dalam makanan.
Universitas Sumatera Utara
3. Mengendalikan : Hipertensi, DM, penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark)
b. Menganjurkan pola konsumsi yang seimbang dan berolahraga secara teratur.
2.9.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mencegah berlanjutnya cedera atau
penyakit dari suatu kerusakan kearah ketidakmampuan. Suatu kerusakan sudah
terjadi tapi ketidakmampuan (ability) dapat dilakukan sedini mungkin. Pencegahan
sekunder lebih diarahkan untuk mengendalikan faktor resiko, medikamentosa, dan
tindakan invasive. Kecendrungan penderita stroke haemoragik dalam keadaan koma,
maka pengobatan yang akan dilakukan lebih menjaga kondisi penderita dengan
memperhatikan oksigen yang dibutuhkan cukup, menjaga tekanan dan komposisi
darah, mencegah timbulnya edema otak dan kejang otak, serta ginjal dan
gastrointestinum. Pengobatan yang dilakukan secara kausal dengan memberikan obat
seperti traneksamat dengan tujuan haemostatis.
2.9.3. Pencegahan Tersier
Salah satu pencegahan tersier yang dapat dilakukan adalah upaya rehabilitasi.
Maksud dan tujuan diadakannya rehabilitasi adalah menjaga kemampuan fisik,
rohani, sosial, dan kemampuan untuk bekerja seoptimal mungkin. Hal- hal yang
dapat dilakukan adalah fisioterapi, terapi bicara, terapi mental, psikoterapi, dan
lainnya. Hal ini dimaksudkan agar fungsi otak yang berkurang akibat stroke dapat
dirangsang untuk berfungsi seperti semula walaupun tidak maksimal. Pencegahan
yang terpenting oleh keluarga pada pasien adalah menjaga agar stroke tidak terulang
lagi, karena terjadinya stroke berulang akan meningkatakan resiko kematian dan
tingkat kecacatan.
Universitas Sumatera Utara
2.10 Kerangka Konsep
Karakteristik Penderita Stroke Haemoragik
1. Faktor sosiodemografi
Umur
Jenis kelamin
Suku
Agama
Pendidikan terakhir
Status perkawinan
Pekerjaan
Asal daerah
2. Keluhan utama saat pertamaa kali datang berobat
3. Letak kelumpuhan
4. Faktor risiko
5. Hasil CT-Scan
6. Lokasi perdarahan
7. Tindakan medis
8. Lama rawatan rata-rata
9. Sumber biaya
10. Keadaan sewaktu pulang
Universitas Sumatera Utara
Download