BAB III Kerangka Pemikiran

advertisement
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Definisi Pemasaran
Pemasaran sangat memegang peranan penting dalam daur produk dari
produsen ke tangan konsumen. Pemasaran didefinisikan sebagai suatu proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta
nilai dengan pihak lain (kottler, 2000). Menurut Boyd (2000), pemasaran adalah
suatu
proses
sosial
yang
melibatkan
kegiatan-kegiatan
penting
yang
memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan
hubungan pertukaran. Menurut kotler (2005), pemasaran (marketing) adalah
proses penciptaan nilai dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan,
dengan tujuan memperoleh nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.
3.1.2. Manajemen Pemasaran
Manajemen pemasaran (marketing management) merupakan seni dan ilmu
memilih target pasar serta menciptakan hubungan yang menguntungkan dengan
target
pasar
tersebut.
Dengan
kata
lain
yaitu
menemukan,
menarik,
mempertahankan, dan menumbuhkan pelanggan sasaran dengan menciptakan,
memberikan, dan mengkomunikasikan keunggulan nilai bagi pelanggan (Kotler,
2005). Manajemen pemasaran didefinisikan sebagai analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan
pembeli sasaran demi mencapai tujuan organisasi. Manajemen pemasaran berisi
pengelolaan permintaan, yang akhirnya berisi pengelolaan hubungan dengan
pelanggan.
Dewasa ini kegiatan pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting
dalam dunia usaha. Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasi
kebutuhan dan keinginan yang belum pernah terpenuhi, mengidentifikasi dan
mengukur besarnya, menentukan pasar sasaran yang paling baik yang dapat
dilayani, menentukan produk, jasa dan program yang sesuai untuk melayani
22
pasar-pasar ini dan meminta setiap orang dalam organisasi untuk berfikir dan
melayani pelanggan.
3.1.3. Perilaku dan Karakteristik Konsumen
Menurut Engel et al. (2002), perilaku konsumen adalah tindakan yang
langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk
dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan
tersebut. Perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan
jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka (Schiffman dan
Kanuk. 2000. diacu dalam Hasanah 2007).
Menurut Guiltinan dan Paul (1994. diacu dalam Hasanah 2007) terdapat
tiga karakteristik konsumen yang dapat digunakan untuk menguraikan konsumen
dari segi bentuk produk, yaitu lokasi, demografis dan gaya hidup. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa tingkat pembelian dari berbagai bentuk produk dapat
dipengaruhi keadaan lokasi dimana konsumen itu berada, keadaan lokasi tersebut
antara lain, iklim, kerapatan penduduk, tradisi budaya dan faktor-faktor lain yang
bervariasi menurut wilayah. Begitu juga faktor-faktor demografis seperti usia,
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan serta ukuran keluarga merupakan faktorfaktor yang dapat mencirikan pembeli atau konsumen dari bentuk atau kelas
produk yang dibeli. Selain itu ukuran gaya hidup dapat digunakan untuk
menentukan kesesuaian produk dengan pola hidup normal konsumen dengan cara
menelaah bagaimana konsumen menggunakan waktu, apa yang penting menurut
konsumen dan apa pendapat konsumen tentang dirinya sendiri dan lingkungannya.
Ukuran gaya hidup tersebut mencerminkan pengaruh kekuatan sosial terhadap
proses konsumsi.
3.1.4. Sikap Pembelian Konsumen
Proses pemasaran mengharuskan pemasar untuk memahami kebutuhan
dan keinginan konsumen, sehingga dapat menawarkan berbagai jenis produk
yang diminati oleh konsumen dan mengembangkan pesan-pesan promosi yang
23
akan menarik perhatian calon konsumen. Untuk alasan tersebut, mengapa
perilaku konsumen sangat penting untuk dipelajari oleh seorang pemasar.
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa,
dan bagaimana kebiasaan seseorang membeli produk tertentu dengan merek
tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer pemasaran di dalam
menyusun kebijakan pemasaran perusahaan.
Kanuk dan Schiffman (2000) menjelaskan bahwa :
“Customer behavior can be defined as the behavior that customer
display in searching for purchasing, using and evaluating product,
source, and idea which they satisfy their needs.”
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa perilaku
merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan seseorang dalam rangka
bereaksi terhadap rangsangan atau stimulus. Merupakan keinginan pemasar
untuk mendapatkan tanggapan kognitif dan afektif untuk membentuk perilaku
konsumen atas komunikasi pemasaran yang dilakukannya.
Salah satu perspektif riset yang digunakan sebagai pedoman pemikiran
dan pengidentifikasian faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen
adalah
perspektif
pengalaman
(experiental
perspective).
Perspektif
pengalaman menyatakan bahwa pembelian akan dilakukan karena dorongan
hati dan mencari variasi. Konsumen membeli produk atau jasa untuk
memperoleh kesenangan, menciptakan fantasi, atau perasaan emosi saja. Akar
dari pengalaman ini akan membentuk motivasi konsumen atas sikap
pembelian konsumen.
Motivasi dimulai dengan timbulnya rangsangan yang memacu
pengenalan kebutuhan. Rangsangan dapat berupa dari dalam diri konsumen
(contoh : rasa lapar atau rasa ingin mencari sesuatu yang lain) dan rangsangan
dari luar konsumen (contoh : store atmosphere).
Ada beberapa definisi tentang sikap, antara lain :
1. Menurut Rakhmat (2003), sikap merupakan kategorisasi objek pada
rangkaian kesatuan evaluatif.
24
2. Menurut Swastha (2001), sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak
suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak berwujud
tertentu.
Dapat disimpulkan bahwa sikap pembelian konsumen akan tercipta
akibat reaksi afektif pada diri konsumen. Afeksi (affect) atau perasaan,
menurut Mowen dan Minor (2002), adalah fenomena kelas mental yang
secara unik dikarakteristikkan oleh pengalaman yang disadari, yaitu keadaan
perasaan subjektif, yang biasanya muncul bersama-sama dengan emosi dan
suasana hati. Jadi, afeksi mencakup rasa marah, tertekan, takut, gembira,
minat, keheranan dan masih banyak lagi bentuk perasaan positif (minat, heran,
atau gembira) apabila konsumen terpuaskan dan menjadi negatif (marah,
muak, terhina, atau tertekan) jika konsumen tidak puas akan rangsangan atau
objek yang diciptakan pemasar.
Terdapat tiga mekanisme yang menjelaskan bagaimana sikap terbentuk
secara langsung, antara lain proses pembelajaran perilaku, proses eksposure
nyata, dan suasana hati. Jadi secara tidak langsung, sikap dapat membentuk
perilaku pembelian konsumen. Hubungan ini membentuk hierarki pengaruh
(hierarchies of effect) yang melukiskan urutan terjadinya kepercayaan, sikap,
dan perilaku, yang membentuk proses pembelian.
Tabel 8. Proses Pembelian dan Hirarki Pengaruh yang Mungkin Terjadi
Proses Pembelian
Keterlibatan Tinggi
Keterlibatan Rendah
Eksperiensial/imlusif
Pengaruh Perilaku
Hierarki Pengaruh
Hierarki pembelajaran standar
Kepercayaan – afeksi – perilaku
Hierarki keterlibatan rendah
Kepercayaan – perilaku – afeksi
Hierarki eksperiensial :
Afeksi – perilaku – kepercayaan
Hierarki pengaruh perilaku
Perilaku – kepercayaan - afeksi
Apabila konsumen berada dalam situasi keterlibatan tinggi, maka
hierarki pembelajaran standar berlaku : perilaku terjadi setelah kepercayaan
terbentuk dan sikap diciptakan. Pada keterlibatan rendah, perilaku hierarki
25
kelihatannya terjadi setelah sejumlah kepercayaan terbatas terbentuk sikap
hanya memainkan peran yang kecil dalam mempengaruhi perilaku dan hanya
terbentuk setelah konsumen membeli serta menggunakan produk. Pada
hierarki eksperiensial, afeksi terjadi pertama kali dilanjuti adanya perilaku.
Hierarki pengaruh perilaku biasanya diikuti dengan situasi dimana kekuatan
situasional atau lingkungan menggerakkan konsumen untuk terlibat dalam
berperilaku.
Proses pengambilan keputusan pembelian suatu barang atau jasa akan
melibatkan berbagai pihak sesuai dengan peran masing-masing. Menurut
Swastha dan Handoko (1997), peran yang dilakukan tersebut adalah:
1. Initiator, adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang
tertentu.
2. Influencer, adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan
pembelian.
3. Decider, adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa
yang akan dibeli, bagaimana membelinya.
4. Buyer,
adalah
individu
yang
melakukan
transaksi
pembelian
sesungguhnya.
5. User, yaitu individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
Proses konsumen membuat keputusan pembelian harus dipahami
dalam pengembangan aplikasi strategik. Pengambilan keputusan konsumen
bukan proses tunggal. Terdapat dua dimensi dalam keputusan pembelian
konsumen yaitu derajat pengambilan keputusan dan derajat keterlibatan dalam
pembelian.
Dimensi pertama menunjukkan keberlanjutan dari pengambilan
keputusan pada suatu kebiasaan. Konsumen dapat mendasarkan keputusan
mereka pada proses kognitif pencarian informasi dan evaluasi alternatif merek
dagang. Sebaliknya, sedikit atau tidak ada proses keputusan dapat terjadi
ketika konsumen merasa puas dengan merek tertentu dan membelinya secara
konsisten. Dimensi kedua menggambarkan secara berkelanjutan pembelian
keterlibatan tinggi ke rendah. Pembelian keterlibatan tinggi terjadi untuk
produk yang penting bagi konsumen. Pembelian seperti ini menunjukkan ego
26
konsumen serta cerminan diri dan melibatkan resiko keuangan, sosial dan
pribadi. Pembelian keterlibatan rendah tidak terlalu penting bagi konsumen
dan resiko keuangan, sosial dan psikologi.
Menurut Mowen dan Minor (2002), pelanggan atau konsumen dalam
memutuskan pembelian suatu produk ada 2 (dua) kepentingan utama yang
diperhatikannya yaitu:
1. Keputusannya pada ketersediaan dan kegunaan suatu produk. Konsumen
akan memutuskan untuk membeli suatu produk, jika produk yang
ditawarkan tersebut tersedia dan bermanfaat baginya.
2. Keputusan pada hubungan dari produk atau jasa, konsumen akan
memutuskan untuk membeli suatu produk jika produk tersebut
mempunyai hubungan dengan yang diinginkan konsumen.
Kotler (2000), menjelaskan bagaimana seseorang dalam mengambil
keputusan dalam pembelian suatu produk. Keputusan pembeli yang dilakukan
oleh konsumen melalui beberapa tahap yaitu:
1. Tahap pengenalan kebutuhan.
Pembeli mengenal suatu masalah atau kebutuhan, kebutuhan ini dipicu
oleh stimuli intern dan ekstern. Stimuli intern yakni dorongan yang
muncul dari diri pribadi pembeli, sedangkan stimuli ekstern adalah
dorongan yang berasal dari pengaruh luar pembeli. Hal inilah yang akan
memunculkan kebutuhan dari seorang konsumen.
2. Tahap pencarian informasi.
Setelah tersentuh oleh stimuli tersebut, seorang konsumen akan berusaha
untuk mencari informasi yang sebanyak-banyaknya tentang produk
tersebut. Informasi itu bisa bersumber dari pribadi (keluarga, teman,
tetangga), sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang perantara
dan lain-lain) dan sumber umum (media massa, organisasi ranting
konsumen)
serta
sumber
pengalaman
(penanganan,
pemeriksaan,
penggunaan produk).
3. Tahap evaluasi alternatif.
Dari berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya diproses untuk
mendapatkan keputusan atau pertimbangan nilai akan suatu produk, dan
27
akan menghasilkan beberapa atribut yang akan muncul, setelah itu baru
diberi bobot dari berbagai alternatif.
4. Tahap keputusan pembelian.
Ada 2 (dua) faktor yang dapat mempengaruhi maksud pembelian dan
keputusan pembelian yaitu: Pertama adalah sikap atau pendirian orang
lain. Kedua adalah faktor situasi yang tidak diantisipasi. Konsumen
membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti
pendapatan keluarga, harga yang diharapkan dan manfaat produk yang
diinginkan.
5. Tahap perilaku setelah pembelian.
Setelah membeli suatu produk seorang konsumen mungkin akan
menemukan kekurangan, cacat dan sebagainya, ataupun mungkin lebih
baik dari apa yang diharapkan. Sehingga dapat dibagi tingkat kepuasan
tersebut menjadi dua yaitu puas dan tidak puas. Kepuasan konsumen
merupakan fungsi dari seberapa dekat antara harapan pembeli atas suatu
produk dengan daya guna yang dirasakan dari produk tersebut. Jika daya
guna dari produk tersebut berada di bawah harapan pelanggan, maka
pelanggan tersebut merasa dikecewakan (tidak puas) dan jika memenuhi
harapannya maka pelanggan tersebut merasa puas.
3.1.4. Definisi Kepuasan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja/hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Sedangkan menurut Kotler
(2002: 42) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja (atau hasil)
suatu produk dan harapan-harapannya. Jadi, tingkat kepuasan merupakan fungsi
dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja di
bawah harapan, maka pelanggan akan kecewa. Bila kinerja sesuai dengan
harapan, pelanggan akan puas. Sedangkan bila kinerja melebihi harapan,
pelanggan akan sangat puas.
Harapan pelanggan dapat dibentuk oleh pengalaman masa lampau,
komentar dari kerabatnya serta janji dan informasi pemasar dan saingannya.
28
Pelanggan yang puas akan setia lebih lama kurang sensitif terhadap harga dan
memberi komentar yang baik tentang perusahaan. Untuk menciptakan kepuasan
pelanggan, perusahaan harus menciptakan dan mengelola suatu system untuk
memperoleh
pelanggan
yang
lebih
banyak
dan
kemampuan
untuk
mempertahankan pelanggannya.
3.1.5 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur kepuasan
pelanggan Kotler (2004) mengidentifikasikan 4 (empat) metode untuk mengukur
kepuasan pelanggan yaitu:
a.
Sistem keluhan dan saran
Pengukuran kepuasan pelanggan dilakukan melalui media komunikasi dengan
pelanggan yaitu: kotak saran, call center,website,dan lain-lain. Informasi
yang diperoleh dapat menjadi masukakn dan ide bagi perusahaan. Metode ini
bersifat
pasif
karena
perusahaan
menunggu
inisiatif
pelanggan
menyampaikan keluhan atau pendapat.
b.
Mysteri shopping (belanja siluman)
Pengukuran dilakukan dengan mempekerjakan beberapa orang ghost
shoppers untuk berperan sebagai pelanggan potensial produk perusahaan atau
pesaing lalu berinteraksi dengan karyawan pelayanan. Hasil temuan biasanya
tekait dengan kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing.
c.
Lost custumer analysis
Pengukuran dilakukan melalui hubungan dengan pelanggan yang sudah
keluar untuk melakukan interview keterkaitanya dengan alasan keluar.
d.
Survei kepuasan pelanggan
Pengukuran dilakukakn melaliu pos. telpon. email. website atau wawancara
langsung. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan balikan
langsung dari pelanggan.
Terdapat lima faktor utama yang mendorong kepuasan konsumen (Irwan.
2004). Faktor pendorong utama tersebut adalah kualitas produk, service quality,
harga, emotional factor dan kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa.
29
a.
Kualitas produk
Konsumen akan merasa puas bila hasil evaluasi menunjukkan bahwa produk
yang mereka gunakan berkualitas. Menurut Kotler (2000) kepuasan
pelanggan berkaitan erat dengan kualitas. Kualitas atau mutu mempunyai
pengaruh langsung terhadap kinerja produk dan dengan kepuasan pelanggan.
Mutu adalah keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang
dinyatakan atau yang tersirat.
b.
Service quality
Service quality atau kualitas pelayanan ini merupakan komponen atau driver
pembentuk kepuasan konsumen terutama untuk industri jasa. Pelanggan akan
merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai
dengan harapanya. Dalam banyak hal kualitas pelayanan sering kali
mempunyai daya differensiasi yang lebih kuat dibandingkan dengan kualitas
produk.
c.
Harga
Harga merupakan salah satu faktor pendorong kepuasan konsumen yang
dianggap paling sensitif bagi konsumen. Menurut Irwan (2004), faktor harga
merupakan faktor yang penting bagi pelanggan untuk evaluasi tingkat
kepuasan karena produk mempunyai kualitas yang sama tetapi harga relatif
murah dan akan memberikan value lebih tinggi kepada pelangganya.
d.
Emotional factor
Kepuasan yang ditimbulkan oleh konsumen bukan kerena kualitas dari
produk tersebut tetapi Self-esteem atau social value yang membuat
pelanggannya menjadi puas terhadap merek atau produk tertentu.
e.
Kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa
Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cendrung puas
terhadap produk atau jasa tersebut. Pelanggan akan semakin merasa puas
apabila dapat memperoleh produk atau jasa yang mereka inginkan relatif
mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkanya.
30
3.1.6. Produk
3.1.6.1. Definisi Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar
agar menarik perhatian, akuisisi, penggunaan, atau konsumsi yang bertujuan
untuk memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup lebih dari
sekadar barang-barang yang berwujud (tangible). Dalam arti luas, produk meliputi
objek-objek fisik, jasa, acara, orang, tempat, organisasi, ide atu bauran dari
entitas-entitas tersebut (Kotler, 2005).
Penawaran pasar perusahaan sering kali meliputi barang dan jasa yang
berwujud. Masing-masing komponen bisa menjadi bagian kecil atau bagian utama
dari penawaran. Pada satu sisi, penawaran bisa terdiri dari barang yang
sepenuhnya terwujud, tidak ada jasa yang menyertai produk tersebut. Pada sisi
yang lain, ada jasa sepenuhnya, dimana penawaran hanya terdiri dari jasa. Namun,
diantara dua sisi ini, banyak kombinasi barang dan jasa yang mungkin (Kotler,
2005).
Secara luas produk juga dapat didefinisikan meliputi sesuatu yang dapat
dipasarkan seperti pengalaman, organisasi, orang, tempat, dan ide. Menurut Kotler
(2005) berdasarkan konsumen yang menggunakannya, produk dibedakan menjadi
dua kategori yaitu produk konsumen dan produk industri. Produk konsumen
(consumer product) adalah semua produk yang dibeli oleh konsumen akhir untuk
dikonsumen akhir untuk dikonsumsi secara pribadi. Produk konsumsi ini
diklarifikasikan oleh para pemasar berdasarkan cara konsumen membelinya, yaitu
menjadi :
1. Produk sehari-hari (convenience product) adalah produk yang dibeli oleh
konsumen secara teratur, cepat, dan dengan perbandingan dengan produk
lain yang minimal serta usaha untuk mendapatkan produk tersebut yang
juga minimal.
2. Produk belanja (shopping product) adalah barang yang frekuensi
pembeliannya tidak sesering produk sehari-hari dan dalam pembeliannya
konsumen melakukan perbandingan dengan produk lain berdasarkan
kecocokan, kualitas, harga, dan gaya.
31
3. Produk khusus (speciality priduct) adalah produk konsumen yang
mempunyai karakteristik dan identifikasi merek yang unik sehingga
kelompok pembeli yang cukup signifikan bersedia melakukan usaha
pembelian yang khusus.
4. Produk yang tidak dicari (unsought product) adalah produk konsumen
yang konsumen tidak menyadari ataupun mengetahuinya sehingga
konsumen biasanya tidak terpikirkan untuk membeli produk tersebut.
Produk Industri (industrial product) adalah produk yang dibeli dengan
tujuan untuk diproses lebih lanjut atau digunakan untuk menjalankan bisnis.
Perbedaan antara produk konsumen dan produk industri adalah terletak pada
tujuan pembelian produk itu.
3.1.6.2. Atribut Produk
Atribut menurut Kotler (2005) adalah mutu ciri dan model produk.
Sementara menurut Engel et al 2002, keunikan suatu produk dapat dengan mudah
menarik perhatian konsumen. Keunikan ini dapat terlihat dari atribut-atribut yang
dimiliki oleh suatu produk. Atribut produk adalah karakteristik suatu produk yang
berfungsi sebagai atribut evaluasi selama pengambilan keputusan dimana atribut
tersebut tergantung pada jenis produk dan tujunannya. Atribut terdiri dari tiga tipe,
yaitu ciri-ciri atau rupa (features), fungsi (function), dan manfaat (benefit). Penjual
perlu mengetahui sikap konsumen yang mendukung atau tidak mendukung produk
mereka. Penjual perlu sekali mengetahui alasan pada sikap ini, terutama pada
atribut yang diinginkan konsumen seperti tipe ciri dan tipe manfaat.
Atribut pada tipe ciri dapat berupa ukuran, karakteristik suatu produk
(rasa, warna, harga), komponen atau bagian-bagiannya, bahan dasar, proses
manufaktur, service atau jasa, penampilan, harga, susunan maupun trademark atau
tanda merek dan lain-lain. Sementara tipe manfaat dapat berupa kegunaan,
kesenangan yang berhubungan dengan indera dan non material seperti kesehatan
dan kemudahan serta kenyamanan. Menurut Kotler (2005) pengembangan produk
memerlukan pendefinisian manfaat-manfaat yang ingin ditawarkan. Manfaatmanfaat tersebut kemudian dikomunikasikan dan disampaikan melalui atributatribut produk, seperti kualitas, fitur serta gaya dan desain. Kualitas produk
32
didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsifungsinya kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan, ketelititian yang
dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang berharga
pada produk secara keseluruhan.
Fitur produk menurut Kotler (2005) didefinisikan sebagai alat persaingan
untuk mendiferensiasikan produk perusahaan dengan produk pesaing. Sebuah
produk dapat ditawarkan dengan berbagai fitur. Sebuah model standar awal tanpa
tambahan yang menyertai produk tersebut dapat menjadi awal pengembangan
produk. Kemudian selanjutnya perusahaan dapat menciptakan model tingkatan
yang lebih tinggi dengan menambahkan berbagai fitur baru yang dibutuhkan dan
dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif untuk bersaing.
Gaya dan desian produk, yang khas adalah sala satu cara untuk
menambahkan nilai pada produk yang ditawarkan. desain dapat menjadi alat
persaingan yang sangat baik armada pemasaran perusahaan. Beberapa perusahaan
mempunyai reputasi yang baik dalam hal gaya desain. Untuk kualitas yang tidak
terlalu jauh berbeda pada produk-produk tertentu maka desain dan gaya sangat
mempengaruhi konsumen ingin membeli.
Konsep desain lebih luas dari gaya. Gaya semata-mata menjelaskan
penampilan produk tertentu, maksudnya gaya mengedepankan tampilan luar dan
berpotensi lebih besar untuk membuat orang bosan. Gaya yang sensasional
mungkin akan mendapat perhatian dan mempunyai nilai seni, tetapi tidak selalu
membuat produk tertentu berkinerja lebih baik. Berbeda dengan gaya, desain tidak
hanya sebatas tampilan luar produk, desain masuk kedalam jantung produk.
Desain yang baik dapat memberikan kontribusi dalam hal kegunaan produk dan
juga penampilannya.
33
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Lab Percontohan Pabrik Mini (LPPM) Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
Memproduksi dan mengembangkan Produk Nenas
Fruit Talk Pineapple Soft Candy
• Bagaimanakah penilaian konsumen terhadap atribut
produk Fruit Talk Pineapple Soft Candy
• Faktor-faktor apa yang mempengaruhi permintaan
produk Fruit Talk Soft Candy
Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan
•
•
•
•
Analisis penilaian konsumen
Harga produk,
Usia Responden,
Pekerjaan respoden,
Pendapatan responden
Atribut :
Rasa Manis, Rasa Asam,Rasa khas buah,Aroma khas
buah, Bentuk &ukuran,Warna,Kekenyalan,Tekstur,
Bentuk Kemasan, Bahan Kemasan,Manfaat produk,
Volume produk / ukuran saji, Label Halal MUI,
Perizinan BPOM / Kemenkes,Kejelasan Tanggal
Analisis Regresi Berganda
(Software SPSS)
Tingkat
kepentingan
n
Analisis Deskriptif
faktor yang mempengaruhi
frekuensi pembelian
Tingkat
kinerja
Analisis
IPA
Analisis CSI
Prioritas atribut
yang diperbaiki
Tingkat
kepuasan
Saran
Gambar 2. Kerangka pemikiran Operasional
34
Download