KONTEKSTUALITAS MAKNA THAGHUT DALAM PENAFSIRAN ALQUR'AN Abdul Ghaffar + Abstract This article wants to popuhrize and promote the undetsuilh-S and interpretation oi the meaning of the word "taghut" to tlte Iskmic community, so they do not get caught and entered into the circle of Euil, or at least they can understand the meaning taghout drlirrd by the uerses ofthe Koran and then leaue all tbe form of deeds, traits and its chararter Kqu.,orcb: 'Thaghut', Euil, Satan A. Pendahuluan Al-Qur'an sebagai hadan li al-nas' (petunjuk bagi manusia) Ketika al-.r.rp"k"r referensi utama dalam sains keislaman. Q,rr'an dikaitkan dengan sumber ajaran Islam dalam seluruh aspek kehidupan manusia di dunia ini, maka pada saat itu ia berada pada posisi tibyan li hulli syaf (penjelasan rentang segala ' penulis adalah Dosen Ulumul Qur'an pada Fakultas Ushuluddin LAIN STS Jambi 'q.S. Al-Baqarah: 185. d;r-tl ,J e,' at urr;lt 6'r-r 'ri -i'l n' J;;i {r''Jt ;)t''- r-it> (...!,u.-ijrr. Al-Qur'an sebagai perunjuk -menurut Quraish Shihab- mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: a) petunjuk akidah dan kepercayaan yang hatus dianut oleh manusia yang tersimpul dalam keimanan akan Ke-Esaan Tuhan dan kepercayaan akan kepasdan adanya hari pembalasan, b) petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jahn m.nerangkan norma-norma keagamaan dan susila yang individu atau kol&tif, c) petunjuk mengenai syari'at dan hukum dengan jdan menerangkan dasar-dasar hukum yang harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesamanya. Arau dengan kara lain, al-Qur'an adalah petunjuk bagi manusia ke jalan yang harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Lihat buku M. Quraish Shihab, Membumihan Al-Qurhn, cet. ke-6 (Bandung: Mizan, 1994), hlm.40 'q.S. A-N.hl: 89..tirr- 3(l ug.7r-4r 3.1Jo uy.r) Artinya: "dan Kami turunkan alKitab (al-Qur'an) Peranan al-Qur'an sebagai sumber ajaran sangat signifikan dalam mengambil suaru keputusan dalam kehidupan manusia, lebih-lebih bila peranan itu dikairkan dengan ayat 38 Surah al-An'am yang berfirman ;'- .7t-3t J ut, --il-.. .) l',\.lDtD !'ol. lX, No. 2,.lUU-DllSlii\tBIrR 2010 LL7 sanaDatRasulullah Saw., pada masa hidupnya merarang adanya ;JJ;;"y" u.,r.tk L.nulis hadits-haditsnya lantaran.al-Quran eyevayer kekhawatiran akan C.r."-pt" aduk dengan berlangsung' yang pada saat itu Proses nuzul al-.Qur'an" sedang 'Mi"';;;" ,"h"b"tiy" pada. saat itu hatty" m;nghafaf haditslangsung hadits y"ng m.r.ka dengar dan yang mereka sakstkan ini dari U.ti"i sampai --JiiJ","kiit h"y"my"' Kondisi - -sePerti kodifikasi Haditsdalam' "1"'"h (Jmar bin Abdul Az;i ' berlangsung hingga masa khalifah ;;s;;; Qur.andenganSunnalrshahihah,atautafsiral-Qur'andenganriwayat-rtwayat kitabnya ALMddhhal f dalam shahihah dari shahabat. Lihar rulisan Abd. Al-sanar wa al-Nasyr dJslamiyah' al-Thabaah (Kairo: Dar at-TaSir al-Mdud'hu'i, "* L-r bahwa tafsir bi al-Ma'tsur juga 16. Oleh al-Dzahabi ditambahkan bersumberdaririwayat.riwayatshahihahdaritabiinsebagaipenjelasalmaksuddari iqsd, hlm. kitabnya Al'Tafiir A-qrr,an. Lihar lr,iuh"-m"d Husein al-Dzahabi dalam (Kairo: Dar al-Kutub al-Haditsah, 2004), hlm. I12. "r",*y" *, uMaksud "ilu"r^ri*n,Jilidke-l N*U J-Q"r'an disini adalah proses dirurunkannya al-Qur'an sebagai Rasul hingga wafatnya. Jumhur Altah r..p"a"-N"ci sa*; seiakbiiau diutus berlangsung selama 23 tahun al-Qw'an ;il;_*g"takan bahwa masa rurunnya saat itu'. Sebahagian ulama pada terjadi sesuai dengan realitas perisdwa yang j-q"i* bt'la"gtung selama 20 mhun' dan bah*" prost ,o"'n"y" Perbedaan pendapat ini disebabkan tahun' sebahagian lagi mengatakan 25 setelah diutus meniadi Rasul' Mekkah di .i"r" aor.,iriti Nabi Saw ;;#;;r mengatakan ip"f."ft ;;;; masa domisilinya l0 tah.ul,atau L3.:St" atau 15 tahun' Namun mereka Madinah berlangsung selama l0 rahun i"i*" *.r" a#iriti Nabi saw., di setelahbeliauhijrah.LihatkiabMabahitsfulumal.Qurbn,olehManna'alal-Hadits, 1990), hlm. l0l. Q"rhrh"n, ..,. L.-3 (Riadh: Mansyurat -al-Ashr oleh at-suyuthi, Jilid I (Bairut: al-Q,'aa, IJtum B;;Ji;gk;, dengan kiiab at-pqaf Dar al-Fikr, t.t-), hlm.39' berkedudukan-di Damascus' 'Dia adalah khalifah ke-8 Dinasti Umayyah yang kodifikasi adalah.Tt"g:{"k* agama pengetahuan Salah satu inisiatifnya dibidang khawatir ia bahwa pendorongnya Faktn, hadits yang sebelumnya belum-ai". -adalalr hadits itu, waktu Pada muncul. palsu r-'t.ai* akan lenyap dan hadits-hadits t "ai ,"rri-pan dalam'h"p"l"n para sahabai dan rawi atau periwayat serta dalam -"rii memerintahkan seluruh wali negeri cataran peribadi. untuk us^ha r"aifiuti itu ia Semua hadits yang diperoleh dari hadits-hadits. dan ulama hadits agar mencatat Imam Muhammad bin Muslim besar ulama berbagai negeri ia percayakan kepada ditulis. dan Jadi Dia seorang Penggagas bin s"yihab"al-Zuhri untuk dihimpun Saw dalam bentuk rulisan Rasulullah ;;;;; untuk -.ngkodifikasi hadits-hadits atau tabiin. Baca buku sahabat para dari riwayar-riwayat dan buku melalui Van Hoeve' 1999)' hlm' inr;*t"p,A; Iskn, JrlidV, cet' kt'f' (l"k"n"' Ichtiar Baru t22-123 1'TUDID \t,1. IX, No. 2,.fUl'I-DESUIlBtilt 2010 t19 Abdul Ghaffar Disarnping itu, karena seiring dengan perkembangan zaman dan :.T."F" kompleksnya persoalan hidup dari berbagai aspek kehidupan manusia, maka sahabat dan ul"m" m.ng"mbll langlah ijtihad' untuk mencari makna ayat-ayet al-eur'ai, bila mJeka tidak menemukan nash-nash di dalam al-eur'an dan Hadits. Termasuk dalam hal ini, ijtihad dalam menafsirkan al-eur'an yang.dikenal dengan istilah al-tafir bi al-dirayah ateu at-tafir b; al-ra 1,f . Al-Qur'an sebagai tibyan (penjelasan) tidak menafsirkan setiap kata, kalimat dan ay^t-ayetnya secara menyeluruh melainkan hanya sebatas kata arau kalimat yang dipandang sulit untuk dipahami oleh manusia. Oleh karena itu daiam ker-angka tujuan realistik dan idealistik, al-Qur'an perlu ditafsirkan ayareyatnya,secara benar sesuai dengan makna yang sesunggulrnya atau makna yeng mendekati kebenaran yang diteh.ndaki ayatayat itu sendiri. Itulah sebabnya Rasulullalr Saw, memb.rik"n tafsiran.terhadap ayat-eyat yang turun bila diperlukan penjelasan. LTgka.h seperti ini sesungguhnya diikuti olih para oh"'b.tny*, tabiin dan para ulama sepanjang zeman. Adapun tujuan ilmu tafsir, rnenurur Muhammad Abduh, adalah merealisasikan keberadaan al-Qur'an iru sendiri sebagai petunjuk dan rahmat Allah, dengan menjelaskan hikmah dibJik plh" yang rerkandung di dalam ayet-eyatnya untuk mencari kebenaran atau mendekati kebenaran makna yang dikendaki oleh 'I,idh"d dalam rafsir berbeda dengan ijtihad daram fiqh. Ijrihad di dalam tafsir, menurur Abd al-Rahman al-ak, adalah upaya mufassir dengan berbagai capaliry dan abilitinya unruk memahami makna teks-teks al-erir'an, d"ti b.rus"ha menyingkap maksud-maksud redaksinya dan targer-targ.i y"ng ditunjuk oleh redaksi tersebur. Lihar kirabnya, Ushul al-Tafsir wa eawaiduhu, ),"cer. ke-i (Bairut, Dar al-Nafais, l936), hlm.176-177 '^Ta&i, bi nl-Dirayah rerkadang disebut dengan Tafir bi al-Rayi, yairu penafsiran al-Qur'an dengan ijrihad setelah menguasai kalam Arab dari berbagai aspeknya, mengetahui asbab al-nuzul, nasikh dan mansukh, dan ilmu lainnya yang dibutuhkan seorang mufassir dalam menafsirkan al-eur'an. Lihat al-ozahabi,-nl cit''r 183. Menurur abd. Al-sattar, Tafir bi al-Rayi adalah tafsir al-eur'an yang berdasarkan ijtihad ilmiah yang benar, dan mengacu pada kaedah-kaedah bahasa Arab dan pengamaran rerhadap dalil-dalil syariiyyah, sesuai dengan keretapan ulama. Baca kirabrrya, Ibid.abd.Al-Sartar, hlm. 16. r20 TAJDID \bl. lX, Nr>. 2,.f UIJ-DIiSEMBOR 2010 al-Qur'an itu sendiri''. Tulu"n ini dikembangkan oleh Amin alKhulli yang menyatakan bahwa tujuan ilmu tafsir adalah melakukan kontemplasi terhadap ay^t-^y^t al-Qur'an sebagai Kitab bahasa Arab yang Maha Agutg dan mempunyai darnpak kesusastraan yang paling besar (Kitab al-Arabiyyah al-Akbar)". Selanjutnya al-Qur'an menurutnya adalah Kitab y^n8 clan melanggengkan bahasa Arab dari kehancurannya, menjadikannya kriterium dalam penelitian tata bahasa dan sastra. Sehingga dengan demikian, pengkajian tafsir dari aspeh bahasa dan sastra dalam al-Qur'an merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melangkah penafsirannya lebih jauh ke tujuan selanjutnya". Kalau tidak demikian, menurut al-khulli, siapa pun yang melakukan penafsiran al-Qur'an tidak akan pernah sampai kepada tujuan. Jadi penaftiran kontemporer, menurutnya, adalah interpretasi bahasa dan sastra yang didasarkan atas metodologi ylng tepat, kelengkapan berbagai aspek, dan kesinkronan distribusi pembahasantu. Sejalan dengan ini, sebagaimana diketahui bahwa al-Qur'an banyak mengungkap kata " thaghuf"^ dalam berbagai surah atau ay^t-^y^tny^. Namun tidak ada satupun ayat al-Qur'an yang "'Muh"mmadAbduh dan Muhammad Rasyid Ndha, Tafir al-Qar'an alHahim, yang terkenal dengan Tafsir al-Manar, Jilid I (Bairun Dar al-Maarif, t.t.), hlm. l7 "Amin al-Khulli, Manahij Tajdid, dari kumpulan karangannya (al-A'rnal alKamilah), volX (Kairo: al-Hay'ah al-Mishriyyah al-A'mmah, tlq5), hlm. 5. ''Amin al-Khulli, Manahij Tajdid, h. 231. ''Arnin al-Khulli, Manahij Tajdid, h. 231. 'oThaghut adalah lafazh yang berulang ulang disebut di dalam ayar-ayar alQur'an. Makna dan tafsirannya berbeda persepsi di kalangan ulama mfsir. Namun di dalam Hadits Rasulullah Saw, sebagai dikutip oleh Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih al-Bukhari, mengungkapkan bahwa: Thaghut jamaknya Thawaghit, lafazh ini terdapat pada Hadits yang diriwayat oleh Muslim, Nasai, dan lbnu Majah dari jalur ibn Hassan dari al-Hasan al-Basri dari Abd alRahnran bin Sumarah yang diriwayatkan secara marfu'. Matan Haditsnya: .;--Jl )r JtJ +t! Ca gy ".r;t*-Ljtr" +L ;;r"9 *- -4-1], a-, ."1j;trt VJ c-+rr-LJl, rtrr y" "5:.dl'+J#l r-E .+ JF.;ru*ru(Jt ,.r!^LJrr-!r "-i1i rsi'cs''+i,tb";:-l ca-r.ll u' f-! ,,t.f4* : r-----a 3r----JtjJL Baca kitab, Ibn Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari Syarh Shahih al-Buhhri, (Kairo: Dar al-Hadits,2004), hhn. 606-607. Kitab ini terdiri dari l5 Jilid. 1',\IDID \bl. IX, No. 2, f ULl-DEStli\{Ulilt 2010 r2t Abdul Gh:rffar menafsirkan atau menginrerprerasilun makna thaghut secara rinci dan konkrit. Demikian pula kitab-kirab rurars (liitab-kitab tafsir klasik) belum menyenruh penafsirannya pada rararan relitas kehidupan manusia di era globalisasi sek"rang ini. oleh sebab itu berangkar dari sinilah, maka dibutuhkin penafsiran arau interpretasi renrang thaghat melalui pendekaran hermeneutik dengan metode rnaudhui' untuk mengungkap makna tekstual,t, makna kontekstual, dan makna relevan dibalikkata itu. Dalam kirab Mujarn al-Mufahras li Al-fAzh al-eur,an, diremukan bahwa kea " al-thaghut" didalam ,"rd"p". pada 5 surah, dalam 8 ayar. Akan tetapi"l-Qur'"., d.ng"r, beragam derivasinya tersebar pad,a 27 surat, dalam 3i thalhut ^y^t'u.k^r^ adalah l:fyl yang didalam al-eur;an, yang dirihng .terdapat sebanyak delapan kali. Namun dalam rararan realiras k.hid,rp"n manusia, rerurama umat- Islam yang mengimani al-eur'an sebagai petunjuk-dan pedoman hidupnya, belum banyak meng.r,al isriLh ini, dan bahkan boleh jadi ridak sedikit diantara mei.k" belum pernah mendengar istilah ini. Kalau mendengar saja belum pernah, apalagi memahaminya. Oleh sebab itu, ,i..,ur,rt penulis kata ini sebaiknya dipopulerkan dan disosialisasikan pengertian da.n. penafsirannya kepada masyarakat Islam, sehingga i.ereka tidak-terjebak masuk kedalam lingkaran thaghut, atau !-aling ddak mereka dapat memahami makna thaghut yang dikeh..td"ki ol.h 'tM"kna teksrual adalah makna sesungguhnya yang dimaksud dari lafazh iru sendiri. Makna konreksrual adalah rnakna yang dis.su"ikan dengan kajian bahasa, tata bahasa dan sastra. Sedangkan makna rele.ran adal:rh rnakna"yang'disesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan pengerahuan dengan diak inengabaikan makna aslinya. sebagai contoh: lafizh- "tioglr"t' m"ki" tekstualnya- adalah nrelanrpaui baras, dau makna konreksrualny, setan, berhala, dukun dan tukang sihir... sedangkan makna rel.uanirya"d"lrh adalah ,.g"1" p.rbu"r"' yang ntemf,t€ngaruhi nratrusia ,gar-melampaui batas yang relah digaiiskan syari'ar Allah. ' '"Di dalanr kirab ini, lafadz al-Thaghzr terdapat pad" QS. 2:256 dan 257, es. 4:51, 60.da.n 76, QS. 5j.60, QS. 16:36, QS. lC:tZ. Sedarlgka'berbagai derivisi kata al-thaglrur (asal-usul karanya) terdapar pada eS.2:r5, ds. 5:64,d2n6g, es. g:11.0, QS.7:186, QS. l0:tl, QS. tt:l-12, eS. t7:60, eS. i8:S0, eS.2O:24,43, 45_dan 81, QS.23:75, QS.37:30, eS.33:5i, eS.5o:27, eS.5r::i, eS.5z:tz, 95.51:lZ dan52, QS.55:8, eS.68:31, eS.69:j dan ll, dS. ZS,Zz, QS. Zl,tZ ly.37, QS 89:ll, QS.9l:ll, dan QS.96:6. Lihat kirab FiadRbd. at-iBaqi, a/_ (uian al-Mry'ithras li al-fizh al-Qur'in, cet. ke-4 (Bairut: Dar al-Ma'rifah, rig4), hlm.54t-542 t22 'l''\.tDIt) \'ol. IX, No 2,.fLII-I-DIj,Stit\'tBER 2010