BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan sampel TB-MDR dengan metode MIRU-VNTR 24-lokus, yang merupakan cara baru untuk mengetahui genotyping, klaster, dan pola strain M. tuberculosis melalui pembuatan peta phylotyping atau phylogenetic tree dengan membandingkan data strain yang ada di dunia melalui web. Analisis distribusi spasial dilakukan melalui Geographic Information System untuk daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Indonesia wilayah Barat. Kesimpulan penelitian adalah sebagai berikut: 1) Dari 59 sampel sputum yang didapat dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Indonesia wilayah Barat yang diperiksa menggunakan genotyping MIRU-VNTR 24-lokus didapatkan strain EAI, LAM, New-1, S, Haarlem, TUR, Ghana, Beijing, dan Canetti, dengan dominasi strain Beijing 2) Tidak terdapat klaster pada peta phlyotyping/pohon phylogenetic dari strain M. tuberculosis pada sampel penelitian. Hal tersebut menunjukkan pola keragaman genetik yang besar dari seluruh isolat atau belum dapat menunjukkan jejak transmisi dari sampel penelitian 3) Ditemukan dominasi strain Beijing pada penelusuran metode MIRU-VNTR dengan GIS pada isolat TB-MDR di berbagai daerah di Indonesia wilayah Barat. 124 125 Saran penelitian: 1) Untuk mengetahui peta genotip M. tuberculosis di Indonesia dapat dilaksanakan penelitian epidemiologi molekular dengan metode MIRU-VNTR 24-lokus dan GIS berbasis web yang tersedia 2) Agar diperoleh efek preventif yang lebih besar, pemetaan genotyping untuk surveilans sebaiknya dilakukan pada kasus TB yang bukan TB-MDR 3) Pada kasus TB-MDR primer maupun sekunder strain dominan yang ditemukan adalah strain Beijing, sehingga disarankan dilakukan pembatasan kontak pada penderita TB dengan strain Beijing sehingga dapat memutus transmisi guna mencegah potensi TB-MDR/XDR 4) Perlunya pemanfaatan analisis spasial Geographic Information System (GIS) untuk memperlihatkan sebaran kasus MDR baru (primer) dan lama (sekunder), MDR (hanya resisten terhadap INH dan Rifampisin) dan MDR(+) (resisten terhadap INH, Rifampisin, dan OAT lain), serta sebaran strain Beijing dan Non Beijing di berbagai wilayah 5) Penelitian lebih lanjut menggunakan lebih banyak sampel dengan menambahkan jenis pemeriksaan molekuler lain seperti spolygotyping dan whole genome sequencing membantu mempelajari aspek epidemiologi molekuler dalam penanggulangan TB dan TB-MDR di Indonesia di masa depan. 126 6) Diperlukan adanya surveilans epidemiologi molekular berkala di populasi sesuai standar internasional karena bermanfaat untuk pencegahan transmisi dan penting bagi data epidemiologi TB di Indonesia maupun di dunia.