NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY`ARI

advertisement
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
Ditulis oleh: Al-Ustadz Ruwaifi bin Sulaimi, Lc.
Mengkaji biografi ulama dan becermin dari perjalanan hidup mereka adalah bekal utama
menjalani kehidupan. Padanya terdapat berbagai pengajaran berharga (ibrah) dan nilai-nilai
keteladanan yang sangat berguna bagi setiap insan. Betapa banyak jiwa yang lalai menjadi
taat, yang sekarat menjadi sehat, yang lemah menjadi kuat, dan yang tersesat menjadi
terbimbing di atas jalan kebenaran.
Di antara para ulama yang mulia itu adalah al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah, sang
pencari kebenaran. Beliau adalah seorang ulama terkemuka dari keturunan sahabat Abu
Musa al-Asy’ari radhiyallahuanhu yang asal-usulnya dari negeri Yaman. Perjalanan hidup
beliau pun sangat menarik untuk disimak dan dijadikan bahan renungan, mengingat ada tiga
fase keyakinan yang beliau lalui. Fase pertama bersama Mu’tazilah, fase kedua bersama
Kullabiyah, dan terakhir bersama Salafiyah Ahlus Sunnah wal Jamaah setelah mendapatkan
hidayah dari ar-Rahman.
Nama beliau kesohor di berbagai penjuru dunia sebagai panutan mazhab Asy’ari (yang
hakikatnya adalah mazhab Kullabiyah), padahal itu adalah fase kedua dalam kehidupan
beragama yang telah beliau tinggalkan. Beliau pun wafat dalam keadaan berpegang teguh
dengan manhaj salaf, Ahlus Sunnah wal Jamaah, satu-satunya jalan kebenaran yang
diwariskan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam dan para sahabatnya yang budiman.
Nama dan Garis Keturunan al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
Beliau adalah Ali bin Ismail bin Ishaq (Abu Bisyr) bin Salim bin Ismail bin Musa bin Bilal bin
Abu Burdah bin Abu Musa al-Asy’ari. Beliau lahir di Bashrah (Irak) pada tahun 260 H dan
wafat di Baghdad (Irak) pada tahun 324 H. Beliau dikenal dengan sebutan Abul Hasan alAsy’ari. Abul Hasan adalah kuniah beliau.(1) Adapun al-Asy’ari adalah nisbah (penyandaran)
kepada kabilah al-Asy’ar (2), salah satu kabilah besar di negeri Yaman, yang berpangkal
pada diri Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthan. Laqab (julukan) beliau adalah
Nashiruddin (pembela agama). (3)
Ayah beliau, Ismail bin Ishaq, adalah seorang sunni yang mencintai ilmu hadits dan
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah, sebagaimana penuturan Abu
Bakr Ibnu Furak. Bahkan, menjelang wafatnya, sang ayah dengan penuh antusias berwasiat
agar Abul Hasan kecil dibimbing oleh al-Hafizh Abu Yahya Zakaria bin Yahya as-Saji, seorang
pakar fikih dan hadits kota Bashrah yang berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal
Jamaah. (Lihat Jamharah Ansabil Arab karya al-Imam Ibnu Hazm 1/163, al-Ansab karya alImam as-Sam’ani 1/266, Nihayatul Arab fi Ma’rifatil Ansab karya al-Qalqasandi, Tabyin
Kadzibil Muftari karya al-Imam Ibnu Asakir, hlm. 35, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits
Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 45)
Ditinjau dari garis keturunannya, al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari adalah keturunan dari
sahabat Abdullah bin Qais bin Hadhdhar al-Asy’ari al-Yamani radhiyallahuanhu, yang dikenal
dengan sebutan Abu Musa al-Asy’ari rahimahullah. Beliau adalah salah seorang sahabat Nabi
Shalallahu’alaihi wa sallam yang terkenal akan keilmuan dan keindahan suaranya dalam
membaca al-Qur’an. Adapun pernyataan Abu Ali al-Hasan bin Ali bin Ibrahim al-Ahwazi dalam
kitabnya Matsalib Ibni Abi Bisyr bahwa al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari bukan keturunan Abu
Musa al-Asy’ari radhiyallahuanhu, namun keturunan Yahudi yang kakeknya diislamkan oleh
sebagian orang dari kabilah al-Asy’ar, menurut al-Imam Ibnu Asakir rahimahullah hal ini
merupakan kedustaan dan kebodohan yang nyata. (Lihat al-Ansab karya al-Imam as-Sam’ani
1/266, Tahdzibut Tahdzib karya al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani 5/362, dan Tabyin Kadzibil
Muftari karya al-Imam Ibnu Asakir, hlm. 147)
Kepribadian al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
Al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah adalah seorang yang berbudi pekerti luhur dan
terkenal kejeniusannya. Pola hidupnya sederhana, selalu diiringi oleh sifat zuhud (tidak
tamak terhadap dunia), qana’ah (bersyukur dengan apa yang ada), penuh ta’affuf (jauh dari
sifat meminta-minta), wara’ (sangat berhati-hati dalam urusan dunia), dan sangat antusias
terhadap urusan akhirat. Di sisi lain, beliau adalah seorang yang suka humor dan tidak kaku.
(Lihat Tarikh Baghdad karya al-Khathib al-Baghdadi 11/347, Siyar A’lamin Nubala 15/86 dan
al-‘Ibar fi Khabari Man Ghabar karya al-Imam adz-Dzahabi 2/203, Tabyin Kadzibil Muftari, hlm.
141—142, serta al-Fihristi karya Ibnun Nadim, hlm. 257)
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
Menelusuri Tiga Fase Keyakinan yang Dilalui oleh al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
Faktor lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk keyakinan dan
kepribadian seseorang, terkhusus lingkungan intern keluarga, yaitu ayah dan ibu. Rasulullah
Shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Tidaklah seorang anak itu dilahirkan melainkan di atas fitrah (naluri keislaman). Kedua
orang tuanya yang sangat berperan dalam menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi. Ini
seperti halnya seekor binatang (pada umumnya) melahirkan anaknya dalam keadaan
sempurna fisiknya. Apakah kalian melihat pada anak binatang yang baru dilahirkan itu cacat
di telinga atau anggota tubuhnya yang lain?” Kemudian sahabat Abu Hurairah
radhiyallahuanhu berkata, “Jika kalian mau, bacalah firman Allah Subhanahuwata’ala (yang
artinya), ‘(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.’ (ar-Rum: 30)” (HR. Muslim no. 2658, dari sahabat
Abu Hurairah radhiyallahuanhu)
Demikian pula keadaan al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah. Pada usia belia, beliau
hidup di bawah asuhan seorang ayah yang berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah
wal Jamaah. Bahkan, menjelang wafatnya sang ayah berwasiat agar Abul Hasan kecil tumbuh
di bawah bimbingan al-Hafizh Abu Yahya Zakaria bin Yahya as-Saji, seorang pakar fikih dan
hadits kota Bashrah yang berpegang teguh dengan prinsip Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Sepeninggal ayah beliau, sang ibu menikah lagi dengan seorang tokoh Mu’tazilah yang
bernama Abu Ali al-Jubba’i. Kondisi pun berubah. Abul Hasan kecil tumbuh dan berkembang
di bawah asuhan ayah tiri yang berpaham Mu’tazilah tersebut dan dididik dengan doktrin
keilmuan ala Mu’tazilah yang sesat. Cukup lama al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari berguru
kepada Abu Ali al-Jubba’i. Semakin erat hubungan antara keduanya hingga al-Imam Abul
Hasan al-Asy’ari menjadi pewaris ilmu Abu Ali al-Jubba’i dan berposisi sebagai tokoh muda
Mu’tazilah yang disegani di kalangan kelompoknya.
Dalam banyak kesempatan Abu Ali al-Jubba’i mewakilkan urusan keagamaan kepada al-Imam
Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah. Bahkan, tak sedikit karya tulis yang beliau luncurkan
untuk kepentingan kelompok Mu’tazilah dan menyerang orang-orang yang berseberangan
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
dengannya. Demikianlah fase pertama dari tiga fase keyakinan yang dilalui oleh al-Imam
Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah. Fase kehidupan sebagai seorang mu’tazili (berpaham
Mu’tazilah) yang berjuang keras demi tersebarnya akidah sesat tersebut. (4) (Lihat Tabyin
Kadzibil Muftari, hlm. 35, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm.
46—47)
Fase kedua adalah fase bertaubatnya al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari dari akidah sesat
Mu’tazilah, setelah berlalu empat puluh tahun dari perjalanan hidup beliau rahimahullah,
tepatnya pada tahun 300 H. Tidak tanggung-tanggung, taubat dan sikap berlepas diri itu
beliau umumkan di atas mimbar Masjid Jami’ kota Bashrah, seusai shalat Jumat. Bahkan,
beliau meluncurkan beberapa karya tulis untuk membantah syubhat-syubhat Mu’tazilah dan
kesesatan mereka. Selang beberapa lama setelah pengumuman taubat tersebut, al-Imam
Abul Hasan al-Asy’ari meninggalkan Bashrah dan berdomisili di Baghdad. (Lihat Tabyin
Kadzibil Muftari, hlm. 39, Wafayatul A’yan karya al-Qadhi Ibnu Khallikan 3/285, dan
Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 19). Al-Imam Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Sungguh, Abul Hasan al-Asy’ari dahulunya adalah seorang yang
berakidah Mu’tazilah kemudian bertaubat di kota Bashrah. Beliau mengumumkan taubat
tersebut di atas mimbar. Setelah itu beliau membongkar berbagai kesesatan dan kejelekan
Mu’tazilah.” (al-Bidayah wan Nihayah 11/187)
Al-Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Ketika (al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari, pen.)
telah mendalami hakikat Mu’tazilah, muncullah kebencian beliau terhadapnya. Beliau lalu
berlepas diri darinya. Beliau naik ke atas mimbar (untuk mengumumkan sikapnya itu, pen.)
dan bertaubat kepada Allah Subhanahuwata’ala. Kemudian beliau meluncurkan bantahan
terhadap Mu’tazilah dan membongkar penyimpangan-penyimpangan mereka.” (Siyar A’lamin
Nubala’ 15/86).
Al-Qadhi Ibnu Khallikan rahimahullah berkata, “Dahulu, Abul Hasan al-Asy’ari adalah seorang
yang berakidah Mu’tazilah kemudian bertaubat darinya.” (Wafayatul A’yan 3/285)
Pada fase kedua ini al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah condong kepada para ulama
Ahlus Sunnah wal Jamaah, namun belum berpemahaman Ahlus Sunnah wal Jamaah. Beliau
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
lebih terpengaruh dengan kelompok Kullabiyah yang saat itu tergolong gencar dalam
membantah kelompok sesat Mu’tazilah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,
“Ketika keluar dari mazhab Mu’tazilah, Abul Hasan al-Asy’ari mengikuti jalan Ibnu Kullab dan
condong kepada Ahlus Sunnah wal Hadits.” (Dar’u Ta’arudhil Aqli wan Naqli, 2/16)
Al-Imam al-Maqrizi rahimahullah berkata, “Sesungguhnya, setelah al-Asy’ari keluar dari
Mu’tazilah dan melontarkan bantahan terhadap mereka, beliau mengikuti akidah Abu
Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Said bin Kullab al-Qaththan dan berpijak di atas
kaidah-kaidahnya.” (al-Khuthath karya al-Imam al-Maqrizi 4/191). Lebih rinci, al-Imam Ibnu
Katsir rahimahullah berkata, “Fase kedua (yang dilalui oleh Abul Hasan al-Asy’ari) adalah
menetapkan tujuh sifat ‘aqliyah bagi Allah Subhanahuwata’ala, yaitu al-hayat, al-ilmu, alqudrah, al-iradah, as-sam’u, al-bashar, dan al-kalam. Di sisi lain, beliau menakwilkan
(memalingkan dari makna yang sebenarnya) sifat khabariyah, seperti wajah, kedua tangan,
kaki, betis, dan yang semisalnya.” (Thabaqatul Fuqaha’‘Indas Syafi’iyyah, dinukil dari
Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 35)
Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, Ibnu Kullab (baca: kelompok Kullabiyah)
menetapkan sifat-sifat wajib bagi Allah Subhanahuwata’ala, seperti al-ilmu, al-qudrah, alhayat, dan yang semisalnya, namun mengingkari sifat-sifat fi’liyah (perbuatan) Allah
Subhanahuwata’ala yang berkaitan dengan kehendak dan takdir-Nya, seperti sifat datang
dan yang semisalnya. (Lihat Dar’u Ta’arudhil Aqli wan Naqli, 2/6). Dari sini dapat disimpulkan
bahwa pada fase kedua ini al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah menetapkan sebagian
sifat bagi Allah Subhanahuwata’ala (sifat wajib yang tujuh), menakwilkan sifat khabariyyah,
dan mengingkari sifat fi’liyah (perbuatan) Allah Subhanahuwata’ala yang berkaitan dengan
kehendak dan takdir-Nya.
Jadi, beliau berada di antara kelompok Mu’tazilah yang mengingkari semua sifat Allah
Subhanahuwata’ala dan Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menetapkan semua sifat-sifat Allah
Subhanahuwata’ala. Setelah berlalu sekian masa, al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
rahimahullah semakin mendekat kepada para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Akhirnya,
beliau meninggalkan akidah Kullabiyah dan berpegang teguh dengan akidah Ahlus Sunnah
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
wal Jamaah. Itulah fase ketiga kehidupan beragama beliau.
Pada fase ketiga ini, beliau banyak berguru kepada para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah,
seperti al-Muhaddits al-Musnid Abu Khalifah al-Fadhl al-Jumahi al-Bashri, al-Qadhi Abul Abbas
Ahmad bin Suraij al-Baghdadi—panutan mazhab Syafi’i di masa itu—, al-Imam al-Hafizh Abu
Yahya Zakaria bin Yahya as-Saji—pakar hadits Kota Bashrah—, dan al-Faqih Abu Ishaq
Ibrahim bin Ahmad bin Ishaq al-Marwazi—rujukan utama dalam hal fatwa dan ilmu di masa
itu. (Lihat Tabyin Kadzibil Muftari, hlm. 35, dan Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr bi
Babil Abwab, hlm. 46—47)
Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Fase ketiga (yang dilalui oleh Abul Hasan alAsy’ari) adalah menetapkan semua sifat-sifat Allah l, tanpa menganalogikan dan
menyamakannya dengan sesuatu pun, sebagaimana prinsip as-salafush shalih. Demikianlah
prinsip yang beliau torehkan dalam kitab al-Ibanah5, karya beliau yang terakhir.”
(Thabaqatul Fuqaha’‘Indas Syafi’iyyah, dinukil dari Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits
Tsaghr bi Babil Abwab, hlm. 35)
Asy-Syaikh Muhibbuddin al-Khatib rahimahullah berkata, “Kemudian al-Imam Abul Hasan alAsy’ari rahimahullah membersihkan jalan yang ditempuhnya dan mengikhlaskannya karena
Allah Subhanahuwata’ala dengan rujuk (kembali) secara total kepada jalan yang ditempuh
oleh as-salafush shalih… dan para ulama yang menyebutkan biografi beliau rahimahullah
menyatakan bahwa al-Ibanah adalah karya tulis beliau yang terakhir.” (Catatan kaki kitab alMuntaqa min Minhajil I’tidal hlm. 41, dinukil dari Muqaddimah kitab Risalah ila Ahlits Tsaghr
bi Babil Abwab, hlm. 36)
Keterangan di atas adalah bantahan terhadap orang yang mengklaim bahwa al-Ibanah
adalah kitab yang dipalsukan atas nama al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah.
Demikian pula, ini adalah bantahan terhadap orang yang mengklaim bahwa al-Ibanah
bukanlah karya tulis beliau yang terakhir. Tujuan mereka tiada lain adalah pengaburan
sejarah agar umat tetap berada di atas mazhab Asy’ari yang hakikatnya adalah mazhab
Kullabiyah—sebuah mazhab yang telah ditinggalkan oleh al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
rahimahullah. Setelah menyebutkan beberapa nukilan dari para imam terkemuka (6) tentang
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
sahnya penyandaran kitab al-Ibanah kepada al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah,
asy-Syaikh Hammad bin Muhammad al-Anshari rahimahullah mengatakan, “Beberapa nukilan
yang tegas dari para imam terkemuka ini—yang dua ekor kambing tidak saling beradu
tanduk karenanya dan dua orang takkan berselisih karenanya pula—menunjukkan bahwa
kitab al-Ibanah bukanlah kitab yang dipalsukan atas nama al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari
rahimahullah, sebagaimana halnya klaim para anak muda dari kalangan ahli taklid. Bahkan,
kitab tersebut merupakan karya tulis beliau yang terakhir.
Beliau tetap kokoh di atas kandungan kitab tersebut, yaitu akidah salaf yang bersumber dari
al-Qur’anul Karim dan Sunnah Nabi Subhanahuwata’ala.” (al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari,
hlm. 72). Satu hal yang penting untuk diingatkan bahwa mazhab yang hingga hari ini dikenal
dengan sebutan mazhab Asy’ari atau ASWAJA, tiada lain adalah kelanjutan dari mazhab
Kullabiyah, yang telah ditinggalkan oleh al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari sendiri. Bahkan,
dengan tegas beliau menyatakan bahwa beliau berada di atas jalan Rasulullah
Shalallahu’alaihi wa sallam dan as-salafush shalih, sejalan dengan al-Imam Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal rahimahullah, dan menyelisihi siapa saja yang berseberangan dengan
beliau (7). Hal ini sebagaimana yang beliau torehkan dalam kitab al-Ibanah.
Bisa jadi, di antara pembaca ada yang bertanya, bisakah disebutkan contoh pernyataan alImam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah yang ditorehkan dalam kitab al-Ibanah itu?
Jika demikian, perhatikanlah dengan saksama pernyataan beliau berikut ini, “Prinsip yang
kami nyatakan dan agama yang kami yakini adalah berpegang teguh dengan Kitab Suci (alQur’an) yang datang dari Rabb kami Subhanahuwata’ala dan Sunnah Nabi Muhammad
Shalallahu’alaihi wa sallam, serta apa yang diriwayatkan dari para sahabat, tabi’in, dan para
imam Ahlul Hadits. Kami berprinsip dengannya dan menyatakan seperti apa yang dinyatakan
oleh Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal—semoga Allah Subhanahuwata’ala
menyinari wajahnya, mengangkat derajatnya, dan membesarkan pahalanya. Kami
menyelisihi siapa saja yang berseberangan dengan beliau karena beliau adalah seorang
imam yang mulia dan pemimpin yang utama.
Allah Subhanahuwata’ala menampakkan kebenaran dengan beliau di kala muncul kesesatan.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
Dengan sebab beliau pula, Allah Subhanahuwata’ala memperjelas jalan yang lurus,
menghancurkan bid’ah yang diciptakan oleh ahli bid’ah, penyimpangan orang-orang yang
menyimpang, dan keraguan orang-orang yang bimbang. Semoga rahmat Allah
Subhanahuwata’ala selalu tercurahkan kepada beliau, imam yang terkemuka, mulia lagi
agung, dan besar lagi terhormat.” (al-Ibanah hlm. 20—21)
Bisa jadi pula, ada yang bertanya, semisal apakah prinsip keyakinan al-Imam Abul Hasan alAsy’ari rahimahullah yang sejalan dengan prinsip salaf, Ahlus Sunnah wal Jamaah, dan
bertentangan dengan prinsip Mu’tazilah (fase pertama beliau) dan prinsip
Kullabiyah/Asy’ariyah/ASWAJA (fase kedua beliau)? Tentang hal ini, al-Imam Abul Hasan alAsy’ari rahimahullah menyebutkannya secara terperinci dalam kitab al-Ibanah. Di antaranya
adalah keyakinan beliau bahwa Allah Subhanahuwata’ala dapat dilihat di akhirat kelak
dengan mata kepala, keyakinan bahwa al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah
Subhanahuwata’ala) bukan makhluk, keyakinan bahwa Allah Subhanahuwata’ala berada di
atas Arsy bukan di mana-mana, dan sebagainya.
Semua itu bertentangan dengan prinsip Mu’tazilah (fase pertama beliau) dan juga prinsip
Kullabiyah/Asy’ariyah/ASWAJA (fase kedua beliau). Untuk lebih rincinya, silakan Anda
membaca kitab al-Ibanah. Oleh karena itu, tidaklah adil manakala menyandarkan suatu
keyakinan/prinsip/mazhab kepada al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah selain apa
yang beliau torehkan dalam kitab al-Ibanah yang mulia, mengingat bahwa itulah potret akhir
dari kehidupan beragama yang beliau yakini. Beliau pun berharap bertemu dengan Allah
Subhanahuwata’ala di atasnya.
Para pembaca yang mulia. Demikianlah tiga fase keyakinan yang dilalui oleh al-Imam Abul
Hasan al-Asy’ari rahimahullah dalam kehidupan beragama yang penuh kesan. Perjalanan
hidup yang sarat akan pengajaran berharga (ibrah) dan renungan. Dari satu keyakinan
menuju keyakinan berikutnya, demi mencari kebenaran. Semuanya beliau lalui dengan
penuh kesungguhan dan kesabaran. Manakala tampak bagi beliau sebuah kebatilan, tiada
enggan beliau tinggalkan. Manakala tampak sebuah kebenaran, tiada enggan pula beliau
berpegang teguh dengannya selama hayat masih dikandung badan. Begitulah seharusnya
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
yang terpatri dalam sanubari setiap insan dalam menyikapi kebatilan dan kebenaran di
tengah kehidupan dunia yang penuh cobaan.
Akhir kata, sungguh rajutan kata-kata seputar al-Imam Abul Hasan al-Asy’ari rahimahullah di
atas belum cukup menggambarkan sosok seorang imam terkemuka yang diliputi oleh
keutamaan dan kemuliaan. Namun, semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat dan berkesan
bagi setiap insan yang haus akan kebenaran.
Wallahul musta’an.
Sumber: Majalah Asy Syariah
Catatan Kaki:
Kuniah adalah sebutan untuk seseorang selain nama dan julukannya, seperti Abul Hasan dan
Ummul Khair. Kuniah biasanya didahului oleh kata abu (ayah), ummu (ibu), ibnu (putra), akhu
(saudara laki-laki), ukhtu (saudara perempuan), ammu (paman dari pihak ayah), ammatu
(bibi dari pihak ayah), khalu (paman dari pihak ibu), atau khalatu (bibi dari pihak ibu).
Terkadang, kuniah disebutkan bersama nama dan julukan seseorang, dan terkadang pula
disebutkan secara tersendiri. Di kalangan bangsa Arab, kuniah digunakan sebagai panggilan
kehormatan bagi seseorang. (Lihat al-Mu’jamul Wasith 2/802)
2 Al-Asy’ar adalah julukan bagi Nabt bin Udad bin Zaid bin Yasyjub bin ‘Uraib bin Zaid bin
Kahlan bin Saba’ bin Yasyjub bin Ya’rub bin Qahthan. Al-Asy’ar artinya seorang yang banyak
rambutnya. Ia disebut demikian karena tubuhnya ditumbuhi oleh rambut sejak dilahirkan
oleh ibunya. (Lihat Nasab Ma’d wal Yaman al-Kabir 1/27)
Julukan tersebut muncul di hari kematian beliau, saat manusia saling berucap, “Telah
meninggal dunia pada hari ini Nashiruddin (Pembela Agama).” (Lihat Tabyin Kadzibil Muftari
karya al-Imam Ibnu Asakir, hlm. 375)
Untuk mengetahui hakikat kelompok sesat Mu’tazilah, silakan baca rubrik “Manhaji” Majalah
Asy-Syari’ah Vol. 1/No. 09/1425 H/2004.
Judul lengkapnya adalah al-Ibanah ‘an Ushulid Diyanah.
Di antara mereka adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, al-Imam Ibnu Asakir, al-Imam alBaihaqi, al-Imam Ibnul Qayyim, dll.
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
Perlu diketahui, mazhab Asy’ari atau ASWAJA atau Kullabiyah, semuanya berseberangan
dengan prinsip yang diyakini oleh al-Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal rahimahullah.
Dengan demikian, berseberangan pula dengan prinsip yang diyakini oleh al-Imam Abul Hasan
al-Asy’ari rahimahullah. Tajuddin as-Subki rahimahullah —seorang tokoh mazhab
Syafi’i—berkata, “Abul Hasan al-Asy’ari adalah tokoh besar Ahlus Sunnah setelah al-Imam
Ahmad bin Hanbal. Akidah beliau adalah akidah al-Imam Ahmad rahimahullah, tiada
keraguan dan kebimbangan padanya. Inilah yang ditegaskan berkali-kali oleh Abul Hasan alAsy’ari dalam beberapa karya tulis beliau.” (Thabaqat asy-Syafi’iyyah al-Kubra 4/236
Related Posts
SIAPAKAH ABUL HASAN AL-ASY'ARI?
SIAPAKAH ABUL HASAN AL-ASY'ARI? ___Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak
Penjelasan Singkat tentang Abul Hasan al-Asy’ari Abul Hasan al-Asy’ari adalah sosok yang
sangat terkenal di negeri kita…
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY'ARIYAH
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN ASY'ARIYAH Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman Mubarak
Setelah kita menelusuri sosok Imam Abul Hasan al-Asy’ari, ternyata beliau adalah salah
seorang ulama Ahlus Sunnah, bahkan dengan tegas…
ASY'ARIYAH BUKAN PENGIKUT ABUL HASAN AL-ASY'ARI
ASY'ARIYAH BUKAN PENGIKUT ABUL HASAN AL-ASY'ARI Ditulis oleh: Al-Ustadz Abdurrahman
Mubarak Telah kita ketahui bahwa Asy’ariyah adalah kelompok ahlul kalam yang muncul
setelah berakhirnya masa generasi…
Tuduhan Dan Kedustaan Terhadap Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
TUDUHAN DAN KEDUSTAAN TERHADAP SYAIKHUL ISLAM IBNU TAIMIYAH Ditulis oleh: AlUstadz Abu Muhammad Harits Syaikhul Islam pernah mengungkapkan: “Di antara
Sunnatullah yang ada, apabila Dia…
Agama Ini Telah Sempurna
AGAMA INI TELAH SEMPURNA Ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Harits Abrar Thalib Allah
subhanahuwata’ala menurunkan agama Islam dalam keadaan telah sempurna. Ia tidak
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
NAPAK TILAS PERJALANAN HIDUP AL IMAM ABUL HASAN AL ASY’ARI
membutuhkan penambahan…
ForumSalafy.net - Menjalin Ukhuwwah Diatas Minhaj Nubuwwah
Download