MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling P e n d e k at a n K o n se l in g r as i o n al e m ot i v e / R as io n a l E mot iv e T h e ra p y (RE T ) T e k n i k p e ng aj a r an , T e kn i k P er s u a s if, T e k n i k kon f ro nt a si , T e k n i k p e mb er i a n T u g a s . Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka 08 Kode MK Disusun Oleh MK 61033 Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog Abstract Kompetensi Modul berisi mengenai pemahaman akan teknik konseling : rational emotive therapy (RET). Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pendekatan konseling rational emotive theraph (RET). I. Pemahaman Dasar Rasional Emotive Therapy (RET) Rasional Emotif Behavior Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis pada tahun 1955 dan popular ”Reason an Emotion in Psychotherapy” pada tahun 1962. Ellis lahir oleh ibu yang tenggelam dalam kesibukannya sendiri dan merupakan pengoceh yang tidak pernah mendengar orang lain dan sama seperti ibunya, Ayah ayahnya, sangat sibuk dan tidak memiliki hubungan emosional dengan anak-anaknya. Awalnya, terapi rasional menekankan unsur kognitif dari perilaku manusia dan diperluas dengan memasukkan unsur perilaku disamping unsur kognitif. Selanjutnya berkembang pada unsur emosi dan mencakup teknik-teknik konseling perilaku seperti relaksasi, metode khayal, latihan menyerang perasaan malu. REBT dipandang sebagai model terapi perilaku yang berorientasi kognitif dan akhirnya menjelma menjadi pendekatan yang komprehensif dan ekletik yang menekankan unsurunsur berpikir, menimbang, memutuskan dan melakukan. Merupakan salah satu bentuk konseling aktif-direktif yang menyerupai proses pendidikan (education) dan pengajaran (teaching) dengan mempertahankan dimensi pikiran daripada perasaan. REBT tergolong pada rancangan konseling yang berorientasi kognitif-sejajar dengan konseling realitas yang dikembangkan oleh Glesser-dengan beberapa ciri menonjol, yaitu: bersifat didaktis, aktif, direktif, menekankan situasi sekarang dan berfikir yang lebih rasional serta menekankan pada segi aksi konseli. Terapi Rasional Emotif (REBT) yang dikembangkan oleh Albert ellis ini sebagai bahan pembahasan berdasarkan pemikiran bahwa REBT bisa menantang para mahasiswa untuk berpikir tentang sejumlah masalah dasar yang mendasari konseing dan psikoterapi. A. Pandangan tentang sifat manusia REBT adalah aliranpsikoterapi yang berandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir secara rasional dan jujur maupun untuk berpikir irasional dan jahat. Manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir dan mengatakan, mencintai bergabung dengan orang lain, serta tumbuh dan mengaktualkan diri. Akan tetapi, manusia juga memiliki kecenderungan-kecenderungan kearah kehancuran diri, menghindari pemikiran, 2016 2 berlambat-lambat, Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, menyesali kesalahan-kesalahan Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara tak berkesudahan, takhayul, intoleransi, perfeksionisme dan mencela diri, serta menghindari pertumbuhan dan aktualisasi diri. REBT menegaskan bahwa manusia memiiki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktuaisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuanketentuan pribadi dan masyarakatnya. Menurut REBT, manusia dilahirkan dengan kecenderungan untuk mendesakkan pemenuhan keinginan-inginan, tuntutantuntutan, hasrat-hasrat daan kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Jika tidak segera mencapai apa yang diinginkannya, manusia mempersalahkan dirinya sendiri ataupun orang lain (Ellis, 1973a,hlm.175-176 ). REBT menerangkan bahwa manusia berpikir, beremosi dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atau suatu situasi yang spesifiknya. Sebagaimana dinyatakan oeh Ellis (1974,hlm. 313), “Ketika mereka beremosi, mereka juga berpikir dan bertindak. Ketika mereka bertindak, mereka juga berpikir dan beremosi. Ketika mereka berpikir, mereka juga beremosi dan bertindak”. Untuk memperbaiki pola-pola yang disfungsional, seseorang ideainya harus menggunakan metode-metode perseptual-kognitif, emotif-evokatif dan behavioristik reedukatif (Ellis, 1973a, hlm. 171). Tentang sifat manusia, Ellis menyatakan bahwa baik pendekatan psikoanalitik Freudian maupun pendekatan eksistensial telah keiru dan bahwa metodologi-metodologi yang dibangun diatas kedua sistem psikoterapi tersebut tidak efektif dan tidak memadai. Ellis menandaskan bahwa pandangan Freudian tentang manusia itu keiru karena pandangan eksistensial humanistik tentang manusia, sebagai benar. Menurut Ellis, manusia bukanlah makhluk yang sepenuhnya ditentukan secara biologis dan didorong oleh naluri-naluri. Ia melihat individu sebagai makhluk unik dan memiliki kekuatan untuk memahami keterbatasan-keterbatasan, untuk mengubah pandangan-pandangan dan nilai-nilai dasar yang telah diintroyeksikannya secara tidak kritis pada masa kanak-kanak, dan untuk mengatasi kecenderungan-kecenderungan menolak dii dengan keyakinankeyakinan, gagasan-gagasan, dan nilai-nilai yang berbeda. Sebagai akibatnya, mereka akan bertingkah laku berbeda dengan cara mereka bertingkah laku dimasa lampau. Jadi, karena bisa berpikir dan bertindak sampai menjadikan dirinya berubha, mereka bukan korban-koban pengondisian masa lampau yang pasif. Dari situ Ellis menyatakan bahwa bila individu-individu tidak dikondisikan untuk berpikir daan merasa dengan cara tertentu, maka mereka cenderung untuk bertingkah laku dengan cara tertentu, maka mereka cenderung untuk bertingkah laku dengan cara demikian meskipun mereka menyadari bahwa tingkah laku mereka itu menolak atau 2016 3 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id meniadakan diri. Ellis berpendapat, tidaklah tepat anggapan yang menyebutkan bahwa pertemuan eksistensial dengan terapis yang bersikap menerima, permisif dan otentik biasanya membongkar pola-pola tingkah laku meniadakan diri yang berakar dalam. B. REBT dan Teori Kepribadian Neurosis yang didefinisikan sebagai “berpikir dan bertingkah laku irasional.”, adalah suatu keadaan alami yang pada taraf tertentu menimpa kita semua. Psikopatologi pada umumnya dipelajari dan dipehebat oeh timbunan keyakinan-keyakinan irasional yang berasal dari orang-orang yang berpengaruh selama masa kanak-kanak. Sikap-sikap yang disfungsional hidup dan bekerja didalam diri kita lebih disebabkan pada masa dini yang dilakukan oeh kita sendiri daripada oleh pengulangan yang dilakukan oleh orang tua. Emosi-emosi adalah produk pemikiran manusia. Ellis menyatakan bahwa “ gangguan emosi pada dasarnya terdiri dari atas kalimat-kalimat atau arrti-arti yang keiru, tidak logis dan tidak bisa disahihkan, yang diyakini secara dogmatis dan tanpa kritik, dan terhadapnya, orang yang tertanggung beremosi atau bertindak sampai ia kalah”. REBT menekankan bahw3a menyalahkan adalah inti sebagian besar gangguan emosional. Menurut REBT, kecemasan semacam tidak berguna. Orang bisa dibantu untuk menyadari bahwa putusan-putusan irasional yang dipertahankannya itu keiru dan untuk meihat penyalahan diri yang telah menjambaknya. Terapis mengajarkan para klien bagaimana merasakan kesakitan,bahkan apabila para klien itu memang tidak diterima dan tidak dicintai oeh orang-orang lain yang berarti. Meskipun mendorong oang-orang untuk mengalami kesedihan kerena tidak diterima oeh orang-orang lain yang berarti, terapis REBT berusaha membantu mereka untuk mengatasi segenap manifestasi dan depresi, kesakitan, kehilangan, rasa terbahagia, dan kebencian. REBT berhipotesis bahwa karena kita tumbuh dalam masyarakat, kita cenderung menjadi korban dari gagasan-gagasan yang keliru, cenderung mereindoktrinasi dari gagasan-gagasan tersebut berulang-ulang dengan cara yang tidak dipikirkan dan autosugestif, dan kita tetap mempertahankan gagasan-gagasan yang keiru itu dalam tingkah laku over kita. Beberapa gagasan irasiona yang menonjol yang terus-menerus diinternalisasi dan tanpa dapat dihindari mengakibatkan kekalahan diri. Ellis (1967, hlm.48) berpendapat sebagai berikut : 2016 4 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Gagasan bahwa sangat perlu bagi orang dewasa untuk discintai atau disetujui oleh setiap orang yang berarti dimasyaraakat. 2. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten, layak, dan berpotensi dalam segaa hal jika seseorang itu menginginkan dirinya dihormati. 3. Gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk, keji, atau jahat, dan harus dikutuk dan dihukum atas kejahatannya. 4. Gagasan bahwa ebih mudah menghindari daripada menghadapi kesulitankesuitan hidup dan tanggung jawab pribadi. 5. Gagasan bahwa merupakan bencana yang mengerikan apabila hal-hal menjadi tidak seperti yang digarapkan 6. Gagasan bahwa ketidak bahagiaan manusia terjadi oleh penyebab-penyebab dari luar dan bahwa orang-orang hanya memiliki sedikit atau idak memiliki kemampuan untuk mengendalikan kesusahan-kesusahan dan gagasangagasannya. 7. Gagasan bahwa masa lampau adalah diterminan yang terpenting dari tingkah laku seseorang sekarang dan bahwa karena dulu sesuatu pernah mempengaruhi kehidupan seseorang, maka sesuatu itu sekarang memiiki efek yang sama. C. Teori A-B-C tentang kepribadian Teori A-B-C tentang kepibadian sangatlah penting bagi teori dan praktek REBT. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah aku atau sikap seseorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang, reaksi ini biasanya rasional dan bisa juga irasional. A (peristiwa yang mengaktifkan)bukan penyebab timbunya C (konsekuensi emosional.) B yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional. Yaitu jika seseorang mengaami depresi sesudah perceraian bukan perceraian itu sendiri yang menjadikan penyebab timbunya reaksi ddepresif, melainkan keyakinan orang itu tentang perceeraian sebagai kegagalan, penolakan, atau kehilangan teman hidup. Ellis berkeyakinan akan penolakan dan kegagalan (B) adaah penyebab depresi (C), jadi bukan peristiwa perceraian yang sebenarnya (A). Pada kesempatan lain, Ellis menandaskan bahwa karena manusia memiliki kesanggupan untuk berpikir, maka manusia mampu melatih dirinya sendiri untuk mengubah dan menghapus keyakinan-keyakinan yang menyabotase diri sendiri. Untuk memahami dan mengonfrontasikan sistem-sistem keyakinan diperlukan disiplin diri, berpikir dan belajar. 2016 5 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id REBT berasumsi bahwa karena keyakinan-keyakinan dan nilai irasional orang-orang berhubungan secara kausal dengan gangguan-gangguan emosional dan behaviornya, maka cara yang paling efisien untuk membantu orang-orang itu dalam membuat perubahan-perubahan kepribadiannya adalah mengonfrontasikan mereka secara langsung dengan filsafat hidup mereka sendiri, menerangkan kepada mereka bagaimana gagasan-gagasan mereka sampai menjadikan mereka terganggu, menyerang gagasan-gagasan irasional mereka diatas dasar-dasar logika, dan mengajari mereka bagaimana berpikir secara logis dan karenanya mendorong mereka untuk mampu mengubah atau menghapus keyakinan-keyakinan irasionanya. Setelah A-B-C menyusul D, membahas bahwa pada dasarnya D adalah penerapan metode ilmiah untuk membantu para klien menantang keyakinankeyakinan yang irasional yang telah mengakibatkan gangguan emosi dan tingkah laku. D. Tujuan Terapi Ellis menunjukan bahwa banyak jaan yang digunakan dalam REBT yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh kehidupan yang lebih realistik. Menurut ellis tujuan utama psikoterapis yang lebih baik adalah menunjukan kepada klien bahwa verbalisasi-verbalisasi diri mereka telah dan masih merupakan sumber utama dari gangguan-gangguan emosional yang dialami oleh mereka. Prose terapi terdiri atas penyembuhan irasionalitas dengan rasionalitas. Karena individu pada dasarnya adalah makhluk rasional dan karena sumber ketidak bahagiannya adalah irasional, maka individu bisa mencapai kebahagiaan dengan belajar berpikir rasional. Secara khusus tujuan konseling REBT adalah : (Pujosuwono, 1993) Self interest Menciptakan kesehatan mental termasuk keseimbangan emosional pada seseorang terletak pada diri sendiri bukan dari orang lain, maka konseling harus berfokus pada kesadaran diri dari klien itu sendiri. Self direction : - Mendorong klien untuk mengarahkan dirinya sendiri - Klien harus menghadapi kenyataan-kenyataan hidupnya dengan bertanggung jawab sendiri, bukan tergantung kepada orang lain atau meminta bantuan orang lain. 2016 6 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tolerance Mendorong klien agar mempunyai toleransi terhadap orang lain, walaupun orang lain itu bersalah. Accepetance of uncertainty - Memberikan pemahaman yang rasional kepada klien untuk menghadapi kenyataan hidup secara rasional, logis, dan tidak emosional. - Di dunia ini segala kenyataan hidup mungkin terjadi, baik itu kenyataan hidup yang baik maupun buruk. - Baik-buruknya kenyataan hidup itu harus dihadapi dengan senang dan tabah. Fleksibel Mendorong klien luwes (fleksibel) dalam bertindak dan terbuka terhadap masalahnya, sehingga diperoleh cara-cara pemecahan masalah yang dapat memuaskan klien. Comitment Individu yang sehat perlu dan dapat mengembangkan sikap dan perasaan komitmen dengan lingkungannya. Jika tidak, individu itu sendiri akan mengalami keteganggan antara apa yang ia inginkan dengan kenyataan yang sebenarnya yang terjadi dilingkungannya. Karena itu konseling harus membangkitkan sikap objektifitas dan komitmen klien untuk menjaga keseimbangan klien dengan lingkungannya. Scientific thinking Klien harus dapat berpikir secara rasional terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Risk taking Konseling Rasional Emotif juga bertujuan mendorong dan membangkitkan sikap keberanian dalam diri klien untuk mengubah nasibnya melalui kehidupan nyata, meskipun belum tentu berhasil. Keberanian ini sangat penting dalam menanamkan kepercayaan diri kepada klien untuk menghadapi masa depan kehidupannya. Self acceptance Klien dapat menerima kemampuan dan kenyataan dirinya sendiri dengan perasaan gembira dan senang. 2016 7 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tiga tingkatan insight yang perlu dicapai klien dalam konseling dengan pendekatan rasional-emotif: 1. Insight dicapai ketika klien memahami tentang tingkah laku penolakan diri yang dihubungkan dengan penyebab sebelumnya yang sebagian besar sesuai dengan keyakinannya tentang peristiwa-peristiwa yang diterima (antecedent event) pada saat yang lalu. 2. Insight terjadi ketika konselor membantu klien untuk memahami bahwa apa yang menganggu klien pada saat ini adalah karena berkeyakinan yang irasional terus dipelajari dari yang diperoleh sebelumnya. 3. Insight dicapai pada saat konselor membantu klien untuk mencapai pemahaman ketiga, yaitu tidak ada jalan lain untuk keluar dari hembatan emosional kecuali dengan mendeteksi dan melawan keyakinan yang irasional. Klien yang telah memiliki keyakinan rasional terjadi peningkatan dalam hal : a. Minat kepada diri sendiri b. Minat sosial c. Pengarahan diri d. Toleransi terhadap pihak lain e. Fleksibel f. Menerima ketidakpastian g. Komitmen terhadap sesuatu di luar dirinya h. Penerimaan diri i. Berani mengambil risiko j. Menerima kenyataan. E. Fungsi dan Peran Terapis Terapis memiliki tugas-tugas yang spesifik. Langkah pertama adalah menunjukan kepada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya, menunjukan bagaimana klien mengembangkan nilai-nilai dan sikap-sikapnya, dan menunjukan secara kognitif bahwa klien telah memasukan banyak “keharusan”, “sebaiknya” dan “semestinya”. Terapis mendorong, membujuk dan suatu saat bahkan memerintah klien agar terlibat dalam kegiatan yang akan bertindak sebagai agen-agen kontra proganda. Langkah yang kedua adalah membawa klien keseberang tahap kesadaran dengan menunjukan bahwa dia sekarang mempertahankan dengan menunjukan bahwa dia sekarang mempertahankan gangguan-gangguan emosional untuk tetap 2016 8 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id aktif dengan terus menerus berpikir secara tidak logis dan dengan mengulang-ulang kalimat yang mengalahkan diri dan yang mengekalkan pengaruh masa kanak-kanak. Langkah ketiga yakni berusaha agar klien memperbaiki pikiran-pikiranny adan meninggalkan gagasan-gagasan irasionalnya.Langkah terakhir dalam proses ini adalah menanyang kien untuk mengembangkan hidup yang rasional sehingga dia bisa menghindari kemungkinan menjadi korban keyakinan-keyakinan yang irasional. REBT pada dasarnya adalah suatu proses erapi kognitif dan behaviora yang aktif-direktif, REBT sering meminimakan hubungan yang intes anatar terapi dan kien. REBT adalah suatu proses edukatif, dan tugas utama terapis adalah menjaarai klien cara-cara memahami dan mengubah diri. Teratis terutama menggunakan metodeogi yang gencar, sangat direktif dan persuasif yang menekankan aspek-aspek kognitif. Ellis memberikaan suatu gambaran tentang apa yang dilakukan oleh pempraktek REBT: Mengajak klien untuk berpikir tentang beberapa gagasan dasar yang irasional yang telah memotivasi banyak gangguan tingkah aku Menantang klien menguji gagasan-gagasannya Menunjukan kepada klien ketidak logisan pemikirannya Menggunakan satu analisis logika untuk meminimalkan keyakinan irasional klien Menunjukan bahwa keyakinan-keyakinan itu tidak ada gunanya dan bagaimana keyakinan-keyakinan akan mengakibatkan gangguan-gangguan emosional dan tingkah laku dimasa depan Menggunakan absurditas dan humor untuk menghadapi irasionaitas pikiran klien Menerangkan bagaimana gagasan-gagasan yang irasiona bisa diganti dengan gagasan yang rasional yang memiiki landasan empiris Mengajarkan kien bagaimana menerapkan pendekatan ilmiah pada cara berpikir sehingga kien bisa mengamai dan meminimalkan gagasan-gagasan yang irasional dan kesimpuan yang tidak logis sekarang maupun pada masa yang akan datang, yang teah mengenalkan cara-cara merasa dan berperilaku yang merusak diri. F. Hubungan antara Terapis dan Klien Masalah hubungan pribdi antara terapis dan klien dalam REBT memiliki arti yang berbeda dengan arti yang dapatdalam kebanykan bentuk terapi lainnya. Menurut Ellis, kehangatan pribadi, afeksi dan hubungan pribadi antara terapis dan klien yang intents memiliki arti yang sekunder. Ellis (1973a, hlm 72) tidak cukup 2016 9 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bahwa hubungan pribadi yang mendalam atau hangat merupakan kondisi yang diperlukan dan memadaibagi psikoterapi. Bagaimanapun, ia prcaya bahwa hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang sangat di harapkan. Menurut Ellis (1973a, hlm. 196), para pempraktek rasional-emotif cendrung tampil informal dan menjadi dirinya sendiri. Mereka sangat aktif dan direktif serta sering memberikan pandangan-pandangannya sendiri tanpa ragu. Mereka bisa menjadi objektif,dingin, dan hampir tidak menunjukkan kehangatan kepada sebagian besar kliennya.mereka bisa bekerja dengan baik dalam menangani para klien yang secara pribadi tidak mereka sukai sebab minat utama mereka bukan brhubungan secara pribadi. Melainkan membantu klien dalam mengatasi gangguan-gangguan emisionalnya. Patut di catat, meskipun hubungan pribadi atau kehangatan dan afeksi antara terapis dan klien tidak dipandang sangat penting dalam REBT, tidak berarti bahwa transfrensi tidak dianggap signifikan. Ellis ( 1967, hlm. 87) percaya bahwa hubungan antara terapis dan klie merupakan bagian yang berarti dari proses terapeutik, tetapi arti itu berbeda dengan arti yang terdapat dalam sebagian besar psikoterapi yang lain. Ellis menyatakan bahwa REBT menekankan pentingnya peran terapis sebagai model bagi para klien. Selama pertemuan terapis, terapis memainkan peran peran sebagai model yang tidak terganggu secara emosional dan yang hidup secara rasional. Teraois juga menjadi model orang yang berani bagi klien yang irasional tanpa takut kehilangan rasa suka dan persetujuan dan klien. REBT karenanya menekankan bahwa bantuan bagi klien bisa di peroleh dari terapis yang sangat terlatih dan rasional. Lebih dari itu, REBT menekankan toleransi penuh dan penghormatan positif tanpa syarat dari terapis terhadap kepribadian klien dalam arti terapis menghindari sikap menyalahkan klien. Terapis secara sinambung menerima klien sebagai manusia yang pantas dihormati, karerna keberadannya, dan bukan karena apa yang di capainya. II. Penerapan RET A. Teknik-teknik dan prosedur terapeutik REBT REBT memberikan keluluasaan kepada pempraktek untuk menjadi eklektik. Sebagian besar sistem psikoterapi mengandaikan suatu kondisi tunggal yang diperlukan bagi pengubahan kepribadian. Ellis (1967, hlm 89), berpendapat bahwa mungkin tidak ada kondisi tunggal atau sekumpulan kondisi yang memadai dan yang 2016 10 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id esensial bagi terjadi perubahan. REBT menandakan bahwa orang-orang bisa mengalami perubahan melalui banyak jalan yang berbeda seperti memiliki pengalaman-pengalaman, orang lain. Memasuki hubungan dengan terapis menonton film. Mendengarkan rekaman-rekaman, mempraktekan pekerjaan rumah yang spesifik, melibatkan diri ke dalam korespondensi melalui saluran-saluran REBT, menghabiskan waktu sendirian untuk berpikir dan bermeditasi, dan dengan banyak cara lain untuk menetukan perubahan kepribadiaan yang tahan lama. Teknik REBT yang esensial adalah mengajar secara aktif-direktif. Segera setelah terapi dimulai, terapis memainkan peran sebagai pengajar yang aktif untuk meredukasi klien. Terapi menunjukan penyebab ketidaklogisan gangguan-gangguan yang didalami klien dan verbalisasi-verbalsi diri yang telah mengekalkan gangguangangguan dalam hidu klien. Lebih dari itu REBT adalah suatu proses didaktik dan karenanya menekankan mtode-metode kognitif. Ellis (1974, hlm. 231) menunjukan bahwa penggunaan metode-metode terapi tingkah laku seperti pelaksanaan pekerjaan rumah, desensitisasi,pengondisian operan,hipnoterapi, dan latihan asertif cendrung digunakan secara aktif-direktif i mana terapis lebih banyak berperan sebagai guru di bandingkan sebagai pasangan yang berelasi secara intens. Terapis secara khas aktif dalam pertemuan terapi REBT dan lebih suka berbicara daripada mendengarkan klien secara pasif. Bahkan selama pertemuanpertemuan pertama terapi, terapis bisa mengonfrontasikan kliennya dengan pembuktian atas pemikiran dan tingkah laku yang irasional. Terapis menggunakan penafsiran secara bebas dan tidak terlalu memperhatikan resistensi-resistensi klien. Dia menyerang filsafat-filsafat yang menyalahkan diri,menerangkan,membujuk, dan mengajari klien. Ellis (1967, hlm. 85) mencatat bahwa “pada teknik-teknik psikoterapi yan lumrah seperti eksplorasi,ventilasi,eksvakasi, dan penfsiran, terapis rasional menambahkan tekni-teknik yang lebih langsung seperti konfrontasi, pembantahan, deindoktrinasi ,dan reedukasi. Karenanya, secara terbuka ia menghadapi dan dengan sabar menangani pola-pola gangguan yang paling berakar dalam dan membandel”. ketika berbicara tentang prosedur-prosedur terapeutik yang digunakan oleh terapis REBT, ellis (1973a, hlm. 172) menyatkan bahwa “metode-metoe yang bervariasi itu paling efektif digunakan dengan maksud membantu klien untuk mencapai suatu perubahan kognitif yang mendasar”. 2016 11 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam memilihara semangat didaktif, penggunaan aktivitas “melaksanakan pekerjaan rumah” telah dimasukkan sebagai bagian yang integral dari praktek REBT (ellis, 1973, hlm 192-195 ; 1974. Hlm. 322-325) pelaksanaan pekerjaan rumah dimaksudkan untuk membantu klien dalam upayanya mempraktekan perlawanannya atas ketakutan-ketakutan yang irasional. Metodologi pekerjaan rumahnya berlandaskan proses desenditisasi dan sering di jalankan dengan mengikuti suatu hierarki tugas-tugas yang bertingkat yang kesulitannya secara perlahan meningkat. Teori yang menopang pelaksanaan pekerjaan rumah dalam REBT adalah bahwa karena orang-orang-orang biasa mengatakan kepada diri sendiri kalimatkalimat irasional yang menciptakan gangguan-ganngguan emosional. Maka mereka mengondisikan diri dengan proses-proses berpikir dan pembayangannya sendiri. Jadi mereka sering menciptakan suatu ramalan pemenuhan hasrat diri yang negatif dan menjadi sunggu-sungguh gagal karena mereka selalu lebih dahulu mengatakan kepada diri mereka sendiri bahwa mereka akan gagal. Tambahan pula, Ellis(1974, hlm. 324) melihat sebagian besar klien sebagai “para hedonis jangka pendek dengan taraf toleransi terhadap frustasi yang rendah”. Ia menyatakan bahwa kebanyakan orang cendrung menghindari ketidaknyamanan sesaat yang di timbulkan oleh kecemasan bahkan dengan mengorbankan kepuasan-kepuasan terdahulu yang berlangsung lebih lama. Prosedur-prosedur pekerjaan dirumah dirancang untuk membanu para klien agar mereka mengalami kecemasan yang bisa di tembus oleh mereka bagi pertumbuhan pribadi. Sebagaimana dikatakan oleh ellis (1974, hlm 324325) “pelaksanaan pekerjaan rumah REBT biasannya merupakan cara-cara untuk mendorong mereka agar menjadi hedonis-hedonis jangka panjang untuk tetap dengan kesakitan-kesakitan mereka sekarang ...bahkan kadang-kadang memperhebatnya agar akhirnya menghapus atau memusnahkan tingkah laku mengalah diri”. Menurut ellis, para klien telah mempraktekan verbalisasi-verbalisasi diri yang menimbulkan gangguan-ganggaun emosional dan tingkah laku, dan pelaksannan pekerjaan rumah mendorong mereka untuk mempraktekan pengondisiaan balik dengan seperangkat keyakinan yang rasional. Sebelum menutup pembahasan mengenai teknik-teknik dan presedur-prosedur terapeutik ini, penulisn ingin mengeksplorasi jenis masalah yang menyangkut populasi klien yang paling bisa di bantu secara efektif oleh metode-metode REBT. Ellistidak mengatakan bahwa semua klien bisa dibantu secara efektif melalui analisa dan rekontruksi yang logis. Sejumlah klien tidak cukup cerdas untuk mengikuti analisa rasional yang ketat, sejumlah klien yang lainnya terlalu terlepas dari kenyataan. Beberapa klien terlalu tua dan tidak luwes dan beberapa klien yang lain 2016 12 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id lagi terlalu berprasangka secara filosofi terhadap logika untuk meneriman analisis rasional. Orang-orang macam apa yang paling efektif ditangani dengan REBT? Elli (1973a, hlm. 191) menyatakan bahwa kesediaan klien untuk bekerja keras mempraktekan pelaksanaan pekerjaan rumah adalah variable yang sangat penting bagi keberhasilan terapi. Juga REBT lebih efektif menangani para klien yang tidak terganggu secara serius atau para klien yang memiliki hanya satu gejala utama. Tipe-tipe klien yng ditangani dengan prosedur-prossedur REBT mencakup para klien yang mengalami perkawinan,yang kecemasan mengalami yang moderat, kesulitan-kesulitan yang menghadapi seksual, yang masalah mengalami gangguan-gangguan kepribadian neurotik, yang mengalami gangguan-gangguan karakter, para remaja nakal dan para kriminal dewasa, para psikotik borderline, para psikotik yang memiliki kontak tertentu dengan kenyataan, dan para klien mengalami masalah-masalah psikosomatik. Teknik-teknik Konseling : a) Teknik Kognitif Teknik Pengajaran -Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut. Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar. Teknik Konfrontasi - Konselor menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik. Teknik Pemberian Tugas - Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir b) Teknik Emotif Assertive Training, yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan. 2016 13 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sosiodrama, yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui suatu suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya sendiri secara lisan, tulisan, ataupun melalui gerakan-gerakan dramatis Self Modeling, yakni teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengan konselor untuk menghilangkan perasaan atau perilaku tertentu Imitasi, yakni teknik yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu dengan maksud menghadapi dan menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif. c) Teknik Behavioristik Reinforcement (penguatan), yakni teknik yang digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan jalan memberikan pujian verbal (reward) ataupun punishment (hukuman). Social Modeling (pemodelan sosial), yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien. Live Models (model dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan memecahkan masalah-masalah. B. Penerapan pada Terapi Individual REBT yang diterapkan pada penanganan seorang kepada seorang pada umumnya dirancang sebagai terapi yang relatif singkat. Ellis (1973a hlm. 193) menyatakan bahwa orang-orang yang mengalami gangguan-gangguan emosional yang berat sebaiknya menjalani terapi individual maupun kelompok dalam perode tujuh bulan sampai satu tahun agar mereka memiliki kesempatan untuk mempraktekan apa yang sedang mereka pelajari. Kepad orang-orang yang memiliki suatu masalah yang spesifik atau yang ingin menjalani terapi singkat. Terapis biasanya mengajarkan dasar-dasar tentang penanganan sumber-sumber yang melandasi masalah mereka dalam satu sampai sepuluh kali pertemuan terapi. Pada dasarnya pertemuanpertemuan ini terdiri atas pemberian penerangan mengenai metode A-B-C untuk memahami suatu gangguan emosional. Penunjukan dalil-dalil yang irasional yang 2016 14 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mendasari masalah. Dan pengajaran tentang bagaimana mulai bekerja dan melakukan gagasan-gagasan yang irasional dengan yang rasional. Ellis (1973a, hlm. 192) menyatakan bahwa kebanyakan klien yang ditangani secara individual memiliki satu session seiap minggunya dengan sejumlah antara lima sampai lima puluh session, klien mulai mendiskusikan masalah-masalah yang paling menekan dan menjabarkan perasaan-perasaan yang paling membingunkan dirinya. Kemudian terapis mencari peristiwa-peristiwa pencetus yang mengakibatkan perasaan-perasaan membingungkan itu.terapis juga mengajak klien untuk melihat keyakinan-keyakinan irasional yang diasosiasikan dengan kejadian-kejadian pencetus dan mengajak klien untuk mengatasi keyakinan-keyakinan irasionalnya dengan menugaskan kegiatan-kegiatan pekerjaan rumah yang akan membantu klien secara langsung melumpuhkan gagasan-gagasan irasionalnya itu serta membantu klien dalam mempraktekan cara-cara hidup yang lebih rasional. Setiap minggu terapis memeriksa kemajuan kliennya, dan klien secara sinambungan belajar mengatasi keyakinan-keyakinan irasionalnya sampai ia lebih dari sekedar menghilangkan gejala-gejala, yakni sampai mereka belajar cara-cara hidup yang lebih toleran dan rasional. C. Penerapan pada Terapi Kelompok REBT sanagat cocok untuk diterapkan pada terapi kelompok karena semua anggota diajari untuk menerapkan prinsi-prinsip REBT pada rekan-rekannya dalam setting kelompok mereka memperoleh kesempatan untuk mempraktekan tingkah lakutingkah laku baru yang melibatkan pengambilan resiko dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan rumah. Dalam setting kelompok para anggota juga memiliki kesempatan untuk menjalani latihan asertif, permainan peran dan berbagai kegiatan pengambilan resiko lainnya. Mereka bisa belajar kecakapan-kecakapan sosial dan berinteraksi dengan orang lain sesudah pertemuan-pertemuan kelompok. Baik para anggota lain maupun pemimpin kelompok bisa mengamati tingkah laku seorang anggota serta memberikan umpan balik atas tingkah lakunya itu.dalam terapi individual,klien biasanya memberikan laporan-laporan after-the fact, terapi dalam suatu setting kelompok para klien biasanya melibatkan diri ke dalam peristiwa kontak-kontak dalam kelompok yang dirancang untuk menunjang suatu perubahan filosofis yang radikal. Ellis menyarankan agar kebanyakan klien mengalami terapi kelompok maupun erapi individual pada beberapa butir dalam terapi mereka. Ellis (1969) telah mengembangkan suatu bentuk terapi kelompok yang dikenal dengan nama A WEEKEND OF RATIONAL ENCOUNTER yang memanfaatkan 2016 15 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id metode-metode dan prinsip-prinsip REBT. Terapi kelompok ini di bagi ke dalam dua bagian utama. Bagian pertama terdiri atas 14 jam terapi RATIONAL-ENCOUNTER tanpaberhenti, yang diikuti oleh waktu istirahat selama delapan jam ; bagian ke dua mencakup terapi 10 jam lagi. Selama tahap-tahap permulaan dari pertemuan akhir pekan ini para anggota mengalami serangakaian kegiatan yang diarahkan, baik verbal maupun nonverbal. Yang dirancang untuk menjadikan mereka saling mengenal. Para peserta diminta untuk berbagi pengalaman yang paling memalukan dan didorong terlibat di dalam pengambilan risiko. Pada tahap-tahap permulaan, prosedur-prosedur emotif-evokatif tidak digunakan dan tidak pula diusahakan pemecahan masalah dan pembuatan putusan. Setelah terapi berjalan lancar prinsip-prinsip logika berfikir rasional yang biasa digunakan dalam terapi individual di terapkan pada kelompok jadi terapi maraton yang terdiri atas suata dosis berat metode-metode rasional-kognitif dan tingkah laku-tindakan lebih dari suatusession eksperisiensial dimana perasaan-perassan dieksplorasi dan di bagi. Pada tahap-tahap selanjutnnya. Masalah-masalah pribadi yang terdalam dari para anggota dieksplorasi dengan prosedur-prosedur kognitif. Ellis ( 1969, hlm 121) menunjukkan bahwa pada jam-jam terakhir dan terapi maraton akhir pekan RATIONAL-ENCOUNTER ini “ kelompok dan pimpinananya biasanya menegur anggota yang belum mengemukakan suatu masalah yang akan dibahas secara rinci. Orang-orang seperti ini langsung ditanya mengapa mereka sebelumnya tidak banyak bercerita tentang diri mereka sendiri dan di bujuk agar mencari suatu masalah pokok untuk di diskusikan secara terbuka”. Juga menjelang akhir pertemuan terapi. Pelaksanaan pekerjaan rumah yang spesifik diberikan kepada masing-masing anggota. Suatu pertemuan akhir dilangsungkan tujuh atau delapan minggu kemudian guna memeriksa kemajuan para klien dalam melaksanakan pekerjaan rumahnya dan guna mengevaluasi keadaan para klien tersebut. Meskipun ellis (1969) yakin bahwa akhir pekan RATIONAL-ENCOUNTER sangat mungkin bukan kata akhir dalam terapi kelompok maraton, ia memandangnyasebagai suatu pengalaman yang intensif yang berfungsi sebagai pengantar yang baik kepada REBT. Ia menyatakan bahwaformat ini khusus dirancang untuk menunjukan para anggot kelompok. Filsafat-filsafat mendasar apa yang mengalahkan dirinya dan menunjukkan bagaimana mereka bisa bekerja menantang filsafat-filsafat itu di sini dan sekarang dan di kemudian hari. Jadi merupakan suatu pengalaman terapeutik yang di orientasikan ke arah mengalami dan memodifikasi tingkah laku menuju ekspresi diri dan pengajaran khusus tentang kecakapan-kecakapan kepribadian baru ( ellis 1069, hlm 126-127). 2016 16 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id D. Karakteristik proses Rational Emotive Behavior Therapy : 1. Aktif-direktif, artinya bahwa dalam hubungan konseling konselor lebih aktif membantu mengarahkan konseli dalam menghadapi dan memecahkan masalahnya. 2. Kognitif-eksperiensial, artinya bahwa hubungan yang dibentuk berfokus pada aspek kognitif dari konseli dan berintikan pemecahan masalah yang rasional. 3. Emotif-ekspreriensial, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan juga memfokuskan pada aspek emosi konseli dengan mempelajari sumbersumber gangguan emosional, sekaligus membongkar akar-akar keyakinan yang keliru yang mendasari gangguan tersebut. 4. Behavioristik, artinya bahwa hubungan konseling yang dikembangkan hendaknya menyentuh dan mendorong terjadinya perubahan tingkah laku konseli E. Kelebihan Dan Kekurangan Rational Emotive Therapy Kelebihan Rasional Kekurangan Emotif menawarkan tidak menekankan kepada masa lalu klienuntuk sehingga dalam proses terapeutik meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil ada serta nilai yang klien anut. diperhatikan. Rasional Emotif memberikan hal-hal Rasional yang tidak emotif kurang penekanan untuk mengaktifkan melakukan pemahaman yang di dapat oleh hubungan antara klien dan terapis klien sehingga klien mudah diintimidasi sehingga klien akan Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik pembangunan oleh konfrontasi cepat terapis. perilaku baru mereka. emotif dimensi kognitif dan menantang langsung mampu mempraktekkan Rasional Klien dengan mudahnya terbius dengan kekuatan dan wewenang terapis dengan komprehensif dan eklektik. menerima pandangan terapis Rasional tanpa benar-benar menantangnya klien emotif cara-cara yang oleh mengajarkan mereka atau bisa ide-ide baru. melakukan terapi sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis. menginternalisasi Kurang memperhatikan faktor ketidaksadaran dan pertahanan ego. 2016 17 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id F. Gangguan-gangguan menengah yang dapat diatasi dengan teori REBT Gangguan Neorosis Gangguan Karakteristik Problem Psikosomatik Gangguan Makan Ketidak mampuan menjalin interpersonal Masalah perkawinan Kecanduan Adiktif Disfungsi seksual G. Gangguan-gangguan menengah yang dapat diatasi dengan teori REBT Autisme Kasus anak keterbelakangan mental Skizofren Manic depresif Daftar Pustaka Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama. 2016 18 Psikologi Konseling Muhammad Ramadhan M.Psi, Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id