BAB I - E-Journal STIESIA Surabaya

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
1
PENGARUH LEVERAGE, UMUR PERUSAHAAN DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP PROFITABILITAS
Gilang Suryamis
[email protected]
Hening Widi Oetomo
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out and to analyze the influence of leverage, firm age, and firm size to the
profitability. The population in this research is 10 companies which engage in the field of automotive and its
components which are listed in the IDX and the sample collection technique has been carried out by using
purposive sampling method. The multiple linear regressions analysis is used as analysis technique in this
research.The result of the research shows that leverage has positive and not significant influence to the
profitability. This condition reflects that the company is incapable of using the flow of fund which comes from
external parties in order to increase the profit properly since the appropriate use of fund has an important role in
supporting the company’s sustainability of in achieving its objectives. The firm age variable shows positive and
significant influence to the profitability. This condition reflects that when the firm age is getting high, it will
increase the company’s profitability on automotive companies which are listed in Indonesia Stock Exchange
whereas firm size has an influence to the profitability. By seeing the result of determination coefficient it can be
concluded that variable which has dominant influence is firm age variable since it has the highest determination
coefficient value when it is compared to leverage and firm size variable.
Keywords:
Leverage, Firm Age, Firm Size, and Profitability
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel leverage, umur
perusahaan, ukuran perusahaan terhadap profitabilitas Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang otomotif dan komponennya di BEI dengan teknik
pengambilan sampel berupa purposive sampling sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 10
perusahaan. Adapun teknik analisa menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil pengujian
menunjukkan leverage mempunyai pengaruh namun tidak signifikan dan positif terhadap
profitabilitas.Kondisi ini mencerminkan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan aliran dana
yang berasal dari untuk meningkatkan laba dengan baik karena penggunaan dana yang tepat sangat
berperan dalam menunjang kelangsungan perusahaan dalam pencapaian tujuan. Variabel umur
perusahaan menunjukkan pengaruh signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Kondisi ini
mencerminkan bahwa semakin tinggi umur perusahaan akan semakin meningkatkan profitabilitas
pada perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan ukuran perusahaan juga mempunyai
pengaruh terhadap profitabilitas. Melihat dari hasil koefisien determinasi dapat disimpulkan bahwa
variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan adalah umur perusahaan yang memiliki nilai
koefisien determinasi paling tinggi dibandingkan variabel leverage dan ukuran perusahaan.
Kata Kunci : Leverage, Umur Perusahaan, Ukuran perusahaan, dan Profitabilitas
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk menunjang jalannya aktifitas
perusahaan, baik itu perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa. Dana dapat
diperoleh perusahaan dari pemilik perusahaan maupun dari pihak luar perusahaan. Dalam
usaha pemenuhan kebutuhan pendanaan yang memang dibutuhkan oleh perusahaan,
peranan manajer dalam hal ini sangat penting dalam menjalanlan keputusan - keputusan
pendanaan yang tentu saja dengan mempertimbangkan tingkat efektifitas dan efesiensinya,
dengan demikian maka setiap rupiah dana yang tertanamkan didalam aktiva harus dapat
dipergunakan seefisien mungkin untuk dapat menghasilkan tingkat keuntungan investasi
atau rentabilitas yang maksimal, efesiensi dari setiap penggunaan dana akan berimplikasi
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
2
dalam penentuan besar kecilnya return yang dihasilkan dari investasi tersebut, perusahaan
harus selektif dalam mengalokasikan dana yang tersedia, karena pada umumnya jumlah
kebutuhan yang harus dipenuhi lebih banyak dari pada jumlah yang tersedia, maka dari itu
pihak manajemen perlu mengusahakan agar dapat memperoleh dana yang diperlukan
dengan biaya (cost of capital) yang minimal dan syarat - syarat yang menguntungkan.
Pada prinsipnya dalam pemenuhan dana perusahaan dapat disediakan dari dua
sumber yaitu pihak intern maupun ekstern perusahaan, sumber pendanaan intern
perusahaan merupakan sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan sendiri dari dalam
perusahaan, misalnya dana dari investasi pemilik perusahaan, ataupun dari dana yang
berasal dari keuntungan yang tidak dibagi kepada para pemegang saham. Sumber dana
ekstern adalah sumber dana yang dihimpun dari luar perusahaan, misalnya emisi saham
baru, penjualan obligasi maupun pinjaman dari pihak lain (Bank). Dana yang terhimpun
baik dari intern ataupun ekstern perusahaan akan terangkum dalam struktur modal
perusahaan. Menurut Weston dan Brigham (2005) Struktur modal perusahaan merupakan
bauran ataupun perpaduan dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang dikehendaki
perusahaan.
Penggunaan dana yang tepat sangat berperan dalam menunjang kelangsungan
perusahaan dalam pencapaian tujuan. Dalam memenuhi kebutuhan dana yang dibutuhkan
untuk menunjang kelancaran aktivitas perusahaan, maka terdapat berbagai model alternatif
yang dapat ditempuh dalam pemenuhan kebutuhan modal perusahaan yaitu apakah akan
menggunakan modal sendiri ataupun modal pinjaman. Dalam memenuhi kebutuhan dana
perusahaan penggunaan pinjaman atau hutang akan menghasilkan keuntungan atau dapat
berdampak pada kerugian yang tentu saja berasal dari resiko penggunaan hutang. Dari
hutang tersebut akan menimbulkan beban yang bersifat tetap yaitu beban bunga dan pokok
pinjaman yang akan harus dibayar. Di lain pihak hutang merupakan sumber dana dapat
digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan dalam usahanya menghasilkan laba. Selain
itu beban bunga yang harus dibayar pun dapat digunakan sebagai elemen pengurang pajak
penghasilan nantinya.
Dalam keadaan demikian, manajer dalam mengoperasikan
perusahaan tidak hanya berfokus pada kelangsungan hidup perusahaan, tetapi juga harus
berfokus pada laba dan resiko yang menyertai. Perlu diketahui bahwa keputusan berhutang
yang dilakukan oleh manajer keuangan berpengaruh terhadap laba dan resiko.
Perusahaan seharusnya mengetahui apakah return yang diharapkan dapat tercapai
atau tidak, yang berarti perusahaan harus mengenali segala elemen resiko dalam setiap
proses pengambilan keputusan, dimana resiko dapat didefenisikan sebagai variabilitas
return dari apa yang diharapkan. Dalam teori manajemen keuangan, akan selalu ada trade-off
antara resiko dan return. Jika resiko suatu investasi tinggi, maka return yang akan dihasilkan
akan berbanding lurus, begitu juga sebaliknya. Maka, para manajer harus mengetahui resiko
untuk dipertimbangkan dalam menilai dan memutuskan suatu keputusan investasi.
Pemahaman akan penilaian trade-off antara resiko dan return ini akan membentuk landasan
komposisi struktur modal dalam usaha memaksimalkan kesejahteraan para pemegang
saham.
Menurut Weston dan Brigham (2005), menyatakan bahwa ukuran yang menunjukkan
sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap digunakan dalam struktur modal
perusahaan dinamakan leverage keuangan. Konsep leverage sangat penting untuk
menunjukkan analisis keuangan dalam melihat trade off antara resiko dan tingkat
keuntungan dari berbagai sudut keputusan yang terbaik. Ini merupakan tugas manajer
keuangan agar dapat membuat perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan. Seperti
yang telah di singgung bahwa hutang (yang menimbulkan leverage keuangan) yang
diganakan dalam pendanaan perusahaan sehingga perusahaan dapat beroperasi,
berinvestasi, dan mengembangkan usahanya, Akan tetapi bagaikan mata pisau yang bersisi
dua leverage keuangan juga akan menimbulkan resiko bagi perusahaan. Perusahaan yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
3
memiliki tingkat leverage keuangan yang tinggi dapat berakibat adanya kesulitan keuangan
(financial distress) untuk dapat menyelesaikan kewajiban hutangnya. Dengan kata lain
leverage keuangan meiliki dampak baik dan buruk bagi perusahaan,dapat menyebabkan
perusahaan menjadi berkembang lebih baik (kinerja baik), akan tetapi juga dapat
mengakibatkan kemunduran bagi perusahaan (kinerja buruk) bahkan dapat berakibat pada
kondisi kepailitan atau bangkrut.
Ukuran perusahaan dianggap mampu mempengaruhi profitabiltas (return). Karena
semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah pula perusahaan
memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Ukuran
perusahaan dinyatakan berhubungan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
(Rachmawati dan Hanung, 2007). Namun ukuran perusahaan mempunyai nilai negatif dan
signifikan oleh Siallagan dan Mas’ud (2006). Ukuran perusahaan menunjukkan besar
kecilnya suatu perusahaan. Ulum (2009) mengemukakan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan, maka semakin banyak ia akan mengungkapkan informasi di dalam laporan
tahunannya, baik informasi keuangan maupun non-keuangan, baik mandatory maupun
voluntary.
Umur perusahaan disinyalir merupakan faktor yang juga dapat mempengaruhi return.
Umur perusahaan menunjukan kemampuan perusahaan untuk tetap eksis dan mampu
bersaing dalam dunia usaha. Perusahaan yang berumur lebih tua memiliki pengalaman
lebih banyak sehingga akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan informasi
tentang perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang lebih tua akan mengungkapkan
lebih banyak informasi termasuk pengalaman dan intuisi.
Tabel 1
Presentase Leverage, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan dan Profitabilitas Perusahaan
Otomotif dan komponennya Tahun 2006-2007
No
Kode
Leverage %
Size %
Umur
Profitabilitas
Perusahaan
2006
2007
2006
2007
2006
2007
2006
2007
1
ASII
0,39
0,41 16,23
16,38
22
23
23,92
27,17
2
AUTO
0,40
0,40 13,51
13,96
18
19
12,95
19,58
3
BRAM
0,30
0,37 12,51
12,71
15
16
28,05 239,15
4
GDYR
0,51
0,56 11,80
12,02
13
14
19,97
31,39
5
GJLT
0,37
0,25 13,28
13,28
10
11
24,14
39,50
Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2008.
Dari tabel 1 dapat dilihat pada variabel leverage menunjukkan bahwa peningkatan
presentase leverage akan meningkatkan profitabilitas, hal ini contohnya ditunjukkan oleh
perusahaan terdapat pada tabel 1, yang mengalami kenaikan profitabilitas perusahaan.
Leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas perusahaan dapat pula dipengaruhi oleh besar kecilnya leverage yang
dihasilkan oleh perusahaan. Leverage sebagai kemampuan perusahaan membayar hutangnya
dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir
dari risiko yang melekat pada suatu perusahaan. artinya leverage yang semakin besar
menunjukkan resiko investasi yang semakin besar pula. Perusahaan dengan rasio leverage
nya yang rendah memiliki rasio leverage yang lebih kecil. Beberapa perusahaan mengalami
penurunan profitabilitas perusahaan, walaupun mereka meningkatkan kepemilikan.
Bahwa kenaikan presentase ukuran perusahaan akan meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Hal ini senada yang dikemukakan Rachmawati dan Hanung (2007) yang
menyatakan ukuran perusahaan dinyatakan berhubungan positif dan signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan. Ukuran perusahaan dianggap mampu dan mempengaruhi
profitabilitas perusahaan. Karena semakin besar ukuran perusahaan maka akan semakin
mudah pula perusahaan memperoleh sumber pendanaan baik yang bersifat internal
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
4
maupun eksternal. Hal ini berlawanan yang dialami perusahaan yang presentase ukuran
perusahaan yang mengalami kenaikan tetapi nilai perusahaan mengalami penurunan.
Berdasarkan latara belakang diatas rumusan masalah yang dapat dikemukan dalam
penelitian ini antara lain ; 1) Apakah leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan
berpengaruh positif secara simultan terhadap profitabilitas perusahaan otomotif dan
komponennya di BEI ?, 2) Apakah leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan
berpengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan otomotif dan
komponennya di BEI ?, 3) Seberapa besar pengaruh dominan variabel leverage, umur
perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan otomotif
dan komponennya di BEI ?
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah; 1)Untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh variabel leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh positif
secara simultan terhadap profitabilitas perusahaan otomotif dan komponennya di BEI. 2)
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel leverage, umur perusahaan, ukuran
perusahaan berpengaruh positif secara parsial terhadap profitabilitas perusahaan otomotif
dan komponennya di BEI. 3) Untuk mengetahui dan menganalisis seberapa besar pengaruh
dominan salah satu diantara variabel leverage, umur perusahaan, ukuran perusahaan
terhadap profitabilitas perusahaan otomotif dan komponennya di BEI.
TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
Leverage
Leverage adalah penggunaan assets dan sumber dana (source of funds) oleh perusahaan
yang memiliki biaya tetap (beban tetap) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham, (Sartono, 2008). Sedangkan Sjahrian (2009) mendefinisikan
leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya
tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga
sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang
saham. selanjutnya definisi leverage menurut Fakhrudin (2008) merupakan jumlah utang
yang digunakan untuk membiayai / membeli aset-aset perusahaan. Perusahaan yang
memiliki utang lebih besar dari equity dikatakan sebagai perusahaan dengan tingkat leverage
yang tinggi.
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat diketahui bahwa leverage adalah
penggunaan assets dan sumber dana yang memiliki biaya atau beban tetap yang bersal dari
pinjaman dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham
sehingga dapat menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap utang
maupun aset.
Beberapa literatur membedakan leverage menjadi tiga, yaitu; 1) operating leverage,
operating leverage menurut Brigham dan Houston (2006) adalah tingkat sampai sejauh mana
biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi suatu perusahaan. Operating leverage sebagai
ukuran bauran relatif dari biaya variabel dan biaya tetap suatu usaha, yaitu margin
kontribusi dibagi laba operasi. Dengan menggunakan operating leverage perusahaan
mengharapkan bahwa perubahan penjualan akan mengakibatkan perubahan laba sebelum
bunga dan pajak yang lebih besar, ( Sartono, 2008). 2) Financial Leverage , adalah penggunaan
sumber dana yang memiliki beban tetap dengan beranggapan bahwa akan memberikan
tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya sehingga akan
meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang saham, (Sartono, 2008). Selanjutnya
Rodoni (2010) mendefinisikan financial leverage adalah penggunaan modal pinjaman
disamping modal sendiri dan untuk itu perusahaan harus membayar beban tetap berupa
bunga. 3) Combined leverage. Combined leverage terjadi apabila perusahaan memiliki baik baik
operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham biasa (Sartono, 2008).
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
5
Terdapat beberapa jenis rasio yang ada dalam rasio leverage. Kasmir (2012)
mengemukakan bahwa, dalam praktiknya, terdapat beberapa jenis rasio solvabilitas yang
sering digunakan perusahaan, antara lain: 1) Debt to asset tario , 2) Debt to equity ratio, 3) Long
term to equity ratio, 4) Tangible assets debt coverage, 5) Current liabilities to net worth , 6) Times
interest earned, 7) Fixed chared coverage. Selanjutnya Menurut Fahmi (2012) secara umum
terdapat tujuh rasio leverage, yaitu Debt to Total Assets atau Debt Ratio, Debt to Equity Ratio,
Times interest earned, Cash flow coverage, Long- term debt to total capitalization, Fixed charge
coverage, Cash flow adequancy.
Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang
lacar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini
berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan
utang (Kasmir, 2012). Rumusan untuk mencari Debt To Equity Ratio dapat digunakan
perbandingan antara total utang dengan total ekuitas sebagai berikut:
Menurut Kasmir, (2012). Bagi bank (kreditor), semikin besar rasio ini, akan semakin
tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang ditanggung atas kegagalan
yang mungkin terjadi di perusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio
akan semakin baik.
Umur Perusahaan
Menurut Poerwadarminta (2003) definisi umur adalah lama waktu hidup atau ada
(sejak dilahirkan atau diadakan). Sedangkan dalam Undang-Undang No.8 tahun 1997
perusahaan didefinisikan sebagai setiap bentuk usaha yang melakukan kegiatan secara tetap
dan terus menerus dengan tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba , baik yang
diselenggarakan oleh orang perorangan, maupun badan usaha yang berberentuk badan
hukum atau bukan badan hukum, yang didirikan dan berkedudukan di wilayah Indonesia.
Dari kedua pengertian terpisah tersebut dapat diketahui bahwa definisi dari umur
perusahaan adalah lama waktu hidup atau ada suatu oraganisasi atau bentuk usaha yang
bergerak dalam bisnis dan memiliki tujuan memperoleh keuntungan atau laba.
Umur dalam suatu perusahaan adalah bagian dari dokumentasi yang menunjukkan
tentang apa yang tengah dan yang akan diraih oleh perusahaan, (Ulum, 2009). Persero
memiliki umur yang tidak terbatas, sesuai dengan asumsi kesinambungan usaha/going
consern. Artinya umur perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mempertahankan kesinambungan usahanya, (Harry, 2011).
Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang
menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha dan
mampu mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian dari
dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut. Dalam melakukan suatu
pengukuran terhadap umur perusahaan dihitung mulai tanggal IPO hingga tanggal laporan
tahunan, (Ulum, 2009). Sedangkan Collins dan Porras (2001) mengemukakan bahwa,
perusahaan termuda yang kami pelajari didirikan pada tahun 1945 dan perusahaan tertua
yang kami pelajari didirikan tahun 1812. Pernyataan ini menunjukkan bahwa umur
perusahaan juga dapat diukur dari tahun pendirian suatu perusahaan.
Ukuran Perusahaan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
6
Ukuran perusahaan merupakan besar kecilnya perusahaan dilihat dari besarnya nilai
equity, nilai penjualan atau nilai aktiva, (Riyanto, 2008). Selanjutnya ukuran perusahaan
menurut Scott dalam Torang (2012) mendifinisikan ukuran organisasi adalah suatu variabel
konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi. Sementara itu
Longenecker (2001) mengemukakan bahwa terdapat banyak cara untuk mendefinisikan
skala perusahaan, yaitu dengan menggunakan berbagai kriteria, seperti jumlah karyawan,
volume penjualan, dan nilai aktiva.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut maka dapat diketahui bahwa ukuran
perusahaan adalah suatu skala yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat
dilahat dari nilai equity, nilai penjualan, jumlah karyawan dan nilai total aktiva yang
merupakan variabel konteks yang mengukur tuntutan pelayanan atau produk organisasi.
UU No. 20 Tahun 2008 mengklasifikasikan ukuran perusahaan ke dalam empat
kategori yaitu 1) Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau
badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini. 2) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang
memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3) Usaha
menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. 4) Usaha besar adalah
usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahu nan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha
nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan
kegiatan ekonomi di Indonesia.
Adapun kriteria ukuran perusahaan yang diatur dalam UU No.20 tahun 2008
diuraikan dalam tabel 2.
Tabel 2
Kriteria Ukuran Perusahaan
Kriteria
Ukuran Perusahaan
Assets (tidak termasuk tanah &
Penjualan Tahunan
banguan tempat usaha)
Usaha Mikro
Maksimal 50 juta
Maksimal 300 juta
Usaha Kecil
>50 juta – 500 juta
>300juta – 2,5 M
Usaha Menengah
>10 juta – 10 M
2,5 M – 50 M
Usaha Besar
>10 M
> 50 M
Sumber : UU No.20 tahun 2008
Klasifikasi ukuran perusahaan menurut Stanley dan Morse dalam Suryana (2006:119)
adalah industri yang menyerap tenaga kerja 1-9 orang termasuk industri kerajianan rumah
tangga. Industri kecil menyerap 10-49 orang, industri sedang menyerap 50-99 orang, dan
industri besar menyerap tenaga kerja 100 orang lebih. Pernyataan ini menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah tenaga kerja dalam
industri tersebut.
Dalam peraturan yang dibuat oleh Bursa Efek Indonesia, saham yang dicatatkan
dibuat atas dua papan pencatatan, yaitu papan utama dan papan pengembangan.papan
utama ditujukan untuk perusahaan tercatat yang berskala besar, sementara papan
pengembangan dimaksudkan untuk perusahaan yang belum memenuhi syarat pencatatan
di papan utama, termasuk perusahaan yang prospektif namun belum membukukan
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
7
keuangan. Peraturan Bursa Efek Indonesia menyebutkan bahwa salah satu syarat untuk
tercatat di papan utama berdasarkan Laporan Keuangan Auditan terakhir memiliki Aktiva
Berwujud Bersih (Net Tangible Asset) minimal Rp100.000.000.000,-. Hal tersebut
menunjukkan bahwa perusahaan berskala besar menurut peraturan Bursa Efek Indonesia
memiliki Aktiva Berwujud Bersih minimal Rp100.000.000.000.
Untuk melakukan pengukuran terhadap ukuran perusahaan Prasetyantoko (2008)
mengemukakan bahwa aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar
aset biasanya perusahaan tersebut semakain besar. Sementara itu, untuk menghitung nilai
total asset Asnawi (2005) mengemukakan bahwa: “Nilai total asset biasanya bernilai sangat
besar dibandingkan dengan variabel keuangan lainnya, untuk itu variabel asset diperhalus
menjadi log asset atau ln asset. Ukuran perusahaan yang didasarkan pada total assets yang
dimiliki oleh perusahaan diatur diatur dengan ketentuan BAPEPAM No. 11/PM/1997, yang
menyatakan bahwa perusahaan menengah atau kecil adalah badan hukum yang didirikan di
Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan (total assets) tidak lebih dari Rp. 100.000.000.000
(seratus milyar rupiah).
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan ukuran perusahaan digunakan
ukaran aktiva. Ukuran aktiva tesebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Logaritma
digunakan untuk memperhalus asset karena nilai dari asset tersebut yang sangat besar
dibanding variabel keuangan lainnya.
Profitabilitas
Tujuan utama dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan bukan hanya dilihat dari
besarnya laba yang diperoleh atau dihasilkan oleh perusahaan, tetapi hal ini haru
dihubungkan dengan jumlah modal yang digunakan untuk memperoleh laba yang
dimaksud. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas adalah lebih penting dari
persoalan laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan
itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba tersebut, atau dengan kata lain menghitung tingkat profitabilitasnya.
Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah tidak hanya
bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk
meningkatkan profitabilitasnya. Berhubung dengan itu maka bagi perusahaan pada
umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik profitabilitas maksimal dari
pada laba maksimal. Oleh karena itu semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka
mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat efesiensi perusahaan.
Profitabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau
modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain profitabilitas adalah kemampuan
suatu perusahaan untuk menghasilkan laba untuk periode tertentu, (Riyanto, 2008).
Sedangkan Harahap (2010) mengemukakan profitabilitas atau disebut juga rentabilitas
adalah kemempuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber
yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya.
Dari kedua defenisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa profitabilittas adalah
prestasi yang dicapai perusahaan pada periode tertentu yang diperoleh dengan
menggunakan semua kemampuan baik itu modal perusahaan atau aktiva. Cara untuk
menilai profitabilitas suatu perusahaan bermacam – macam tergantung pada laba dan aktiva
atau modal mana yang akan di perbandingkan satu dengan yang lainnya. Dengan adanya
bermacam – macam cara penilaian profitabilitas suatu perusahaan, maka tidak
mengehrankan jika ada beberapa perusahaan yang berbeda – beda dalam cara menghitung
profitabilitasnya. Yang penting adalah profitabilitas yanga mana yanga akan digunakan
sebagai alat pengukur efesiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan.
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
8
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis profitabilitas yang akan dibahas satu persatu,
pertama, ROE ( Return on Equity ). Return on Equity merupakan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada
yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri . Return on Equity merupakan alat analisis
keuangan untuk mengukur profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan keuntungan berdasarkan modal tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham (Halim dan Hanafi, 2005). Salah satu
alasan utama perusahaan beroperasi adalah menghasilkan laba yang bermanfaat bagi para
pemegang saham, ukuran dari keberhasilan pencapaian alasan ini adalah angka ROE
berhasil dicapai. Semakin besar ROE mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi pemegang saham.
Kedua, ROA (Return on Assets ). Return on Assets juga sering disebut sebagai rentabilitas
ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. ROA sering disebut sebagai rentabilitas
ekonomi memberikan informasi seberapa efisien suatu perusahaan dalam melakukan
kegiatan usahanya. Rasio ini menunjukan kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (Riyanto,
2008). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan
dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Semakin tinggi keuntungan
yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham.
Pengembangan Hipotesis
Hubungan leverage terhadap profitabilitas
Menurut Horne (2009), semakin tinggi rasio debt to total asset, semakin besar risiko
keuangannya. Yang dimaksudkan dengan terjadinya peningkatan risiko adalah
kemungkinan terjadinya default karena perusahaan terlalu banyak melakukan pendanaan
aktiva dari hutang. Dengan adanya risiko gagal bayar, maka biaya yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mengatasi masalah ini semakin besar. Rasio leverage (utang)
menekankan pada peran penting pendanaan utang bagi perusahaan dengan menunjukkan
persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh pendanaan utang. Berdasarkan Pecking
Order Theory , semakin besar rasio ini, menunjukkan bahwa semakin besar biaya yang harus
ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang dimilikinya. Hal ini dapat
menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Dari uraian diatas, dapat ditarik
hipotesis sebagai berikut:
H1 : Leverage berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Hubungan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas
Teori critical menyebutkan, semakin besar skala perusahaan maka profitabilitas juga
akan meningkat, tetapi pada titik atau jumlah tertentu ukuran perusahaan akhirnya akan
menurunkan laba (profit) perusahaan. Teori critical menekankan pada pengendalian oleh
pemilik perusahaan terhadap sumber daya perusahaan seperti aset, teknologi, kekayaan
intelektual sebagai faktor-faktor yang menentukan ukuran perusahaan. Dengan adanya
sumber daya yang besar, maka perusahaan dapat melakukan investasi baik untuk aktiva
lancar maupun aktiva tetap dan juga memenuhi permintaan produk. Hal ini akan semakin
memperluas pangsa pasar. Dengan adanya penjualan yang semakin meningkat, perusahaan
dapat menutup biaya yang keluar pada saat proses produksi. Dengan begitu, laba
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
9
perusahaan akan meningkat. Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis sebagai
berikut :
H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas
Hubungan umur perusahaan terhadap profitabilitas
Dalam suatu perusahaan, umur perusahaan dapat menunjukkan bahwa perusahaan
tetap eksis dan mampu bersaing. Menurut Harianto dan Sudomo (2008) umur perusahaan
merupakan bagian dari dokumentasi yang menunjukkan tentang apa yang tengah dan yang
akan diraih oleh perusahaan. Dalam pengukurannya umur perusahaan dihitung dari
tanggal IPO sampai tanggal laporan tahunan. Umur perusahaan diduga sebagai faktor yang
berpengaruh terhadap profitabilitas. Kamaliah (2009) mengemukakan bahwa perusahaan
yang berumur lebih tua memiliki pengalaman lebih banyak sehingga akan lebih mengetahui
kebutuhan konstituennya akan informasi tentang perusahaan. Dengan demikian,
perusahaan yang lebih tua akan mengungkapkan lebih banyak informasi termasuk
informasi mengenai modal intelektual. Dari uraian tersebut, maka dapat ditarik hipotesis
sebagai berikut :
H3 : Umur perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian dirarik kesimpulan (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, yang
menjadi populasi adalah perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI
periode 2009-2013. Data tersebut diperoleh dari data yang dipublikasikan oleh BEI
(http://www.idx.co.id) yang meliputi neraca dan laba rugi tahunan periode 2009-2013. Selain
itu data yang digunakan dalam penelitian ini juga berasal dari berbagai literatur, seperti
ICMD, penelitian lain, referensi pasar modal indonesia, buku-buku, beserta sumber lainnya
yang berhubungan. Dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling,
sehingga didapat 10 perusahaan perusahaan otomotif dan komponennya yang dijadikan
sampel penelitian.
Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variable bebas
merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri dan
variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya tidak
dapat berdiri sendiri. Adapun variabel yang diindentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas, yaitu : leverage, umur perusahaan dan ukuran perusahan
2. Variabel tergantung, yaitu : profitabilitas
Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran
1. Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang-hutang
yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditur, bukan dari pemegang
saham ataupun dari investor. Leverage atau solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya apabila
perusahaan tersebut likuidasi pada suatu waktu. Weston dan Copeland (2002)
merumuskan rasio leverage sebagai berikut :
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
10
2. Umur perusahaan merupakan awal perusahaan melakukan aktivitas operasional hingga
dapat mempertahankan going concern perusahaan tersebut atau mempertahankan
eksistensi dalam dunia bisnis. Dalam melakukan suatu pengukuran terhadap umur
perusahaan Ulum (2009) mengemukakan bahwa umur perusahaan dihitung mulai
tanggal IPO hingga tanggal laporan tahunan.
3. Ukuran Perusahaan (Firm Size). Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan
dengan total aktiva, maka semakin besar semakin besar total aktiva perusahaan maka
akan semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin
banyak modal yang ditanam. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang
dimiliki oleh perusahaan (Suharli,2006). Dalam ini ukuran perusahaan dinilai dengan log
of total assets. Log Of Total Assets ini digunakan untuk mengurangi perbedaan signifikan
antara ukuran perusahaan yang terlalu besar dengan ukuran perusahaan yang terlalu
kecil, maka nilai total asset dibentuk menjadi logaritma natural, konversi kebentuk
logaritma natural ini bertujuan untuk membuat data total asset terdistribusi normal.
Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan log natural dari total asset (Klapper
dan Love, 2002 dalam Darmawati, 2005).
SIZE = log of total assets.
4. Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis
besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan. Serta profitabilitas juga merupakan gambaran dari kinerja
manajemen dalam mengelola perusahaan (Suharli,2006). Profitabilitas dapat diukur
menggunakan ROE (return on equity) yang merupakan tingkat pengembalian atas ekuitas
pemilik perusahaan. Menurut Weston dan Copeland (2002), Baigham dan Houston
(2006) ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Teknik Analisis Data
Uji Normalitas
Sebelum pengujian hipotesis dilakukan, terlebih dahulu akan dilakukan pengujian
normalitas data. Data yang diteliti harus diketahui terlebih dahulu apakah terdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas ini akan dapat menentukan alat uji selanjutnya
yang digunakan dalam penelitian. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data
normal. Uji normalitas data menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test, dengan
membandingkan asymptotic significance dengan α = 0,05.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Autokorelasi, adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan
menurut waktu (seperti dalam data time series) atau ruang seperti dalam data cross
sectional). Adanya autokorelasi dalam model regresi artinya ada korelasi antara anggota
sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Cara mendeteksi adanya gejala autokorelasi
adalah dengan melihat nilai Durbin-Watson (DW). Asumsi penggunaan analisis DW ini
jika digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama dan model regresi yang ada
mempunyai intercept (costant) serta tidak terdapat variabel lagi.
2. Multikolinearitas merupakan situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas diantara
satu dengan yang lain, yaitu variabel bebas yang tidak orthogonal. Sedangkan variabel
bebas yang bersifat orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi diantara
sesamanya sama dengan nol (Sritua, 2006). Uji multikolinearitas dapat diukur dengan
collinearity statistics dengan menggunakan Tolerance Value atau lawannya Variance
Inflation Factor (VIF). Dengan menggunakan VIF nilai yang terbentuk harus kurang dari
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
11
10 dan nilai tolerance harus lebih dari 10%, bila tidak maka terjadi multikolinearitas dan
model regresi tidak layak untuk digunakan.
3. Uji Heteroskedastisitas dilakukan dalam sebuah model regresi, dengan tujuan bahwa
apabila suatu regresi tersebut terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari setiap
pengamatan. Jika varians residual dari pengamatan kepengamatan lainnya berbeda
maka disebut heteroskedastisitas. Dalam perhitungan heteroskedastisitas dapat
dilakukan dalam banyak model salah satunya adalah menggunakan chart (diagram
scatterplot)
Model Penelitian
Model analisis selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh Leverage, Umur perusahaan, dan Ukuran Perusahaan secara simultan terhadap
Profitabilitas perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di BEI. Model analisis ini
dipilih karena penelitian ini dibuat untuk meneliti variabel bebas yang berpengaruh
terhadap variabel terikat. Dimana variabel terikat (Y) dihubungkan dengan lebih dari satu
variabel bebas (X1, X2, X3), persamaan yang digunakan sebagai berikut:
Y = α + b1X1 + b2X2+b3X3+e
Dimana:
Y
= Profitabilitas (ROE)
α
= Konstanta
= Koefisien regresi dari setiap variabel independen
b1, b2, b3
X1
= Leverage
= Umur Perusahaan
X2
X3
= Ukuran Perusahaan
e
= Standar error (kesalahan estimasi)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Leverage
Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang-hutang
yang digunakan untuk membiayai aktiva berasal dari kreditur, bukan dari pemegang
saham ataupun dari investor. Tingkat leverage dari perusahaan yang tergabung
dalam perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa efek
Indonesia selama tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Tingkat Leverage Perusahaan Otomotif
Tahun
No
Kode
2009
2010
2011
1
ASII
44.98%
48.00%
50.60%
2
AUTO
27.18%
26.54%
32.18%
3
BRAM
16.66%
19.02%
27.61%
4
GDYR
63.17%
63.80%
63.93%
5
GJTL
69.92%
66.00%
61.65%
6
IMAS
87.22%
79.86%
60.63%
7
INDS
73.33%
70.49%
44.53%
8
LPIN
32.70%
46.38%
24.86%
9
MASA
42.44%
46.38%
62.69%
10 NIPS
59.61%
56.11%
62.84%
Rate
47.02%
47.51%
44.68%
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah
2. Umur Perusahaan
2012
50.73%
38.24%
29.42%
57.84%
58.62%
68.10%
32.80%
21.75%
45.36%
60.96%
42.16%
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
12
Umur perusahaan merupakan awal perusahaan melakukan aktivitas operasional hingga
dapat mempertahankan going concern perusahaan tersebut atau mempertahankan
eksistensi dalam dunia bisnis. Tingkat umur perusahaan yang tergabung dalam
perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama
tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 4
Tingkat Umur Perusahaan Otomotif
Sumber Data : Bursa Efek Indonesia Diolah
3. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan total aktiva, maka semakin
besar semakin besar total aktiva perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Tingkat firm size
dari masing-masing perusahaan otomotif dan
komponennya yang terdaftar di Bursa efek Indonesia selama tahun 2009-2012 adalah
sebagai berikut :
Tabel 5
Tingkat Ukuran Perusahaan Otomotif
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah
4. Profitabilitas Perusahaan
Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam
mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan oleh laba yang dihasilkan. Secara
garis besar laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
13
dilakukan oleh perusahaan. Tingkat return on equity
dari masing-masing
perusahaan otomotif dan komponennya yang terdaftar di Bursa efek Indonesia
selama tahun 2009-2012 adalah sebagai berikut :
Tabel 6
Tingkat Return On Equity Perusahaan Otomotif
Tahun
No
Kode
2009
2010
2011
2012
ASII
1
25.17%
29.13%
28.15%
25.01%
AUTO
2
23.94%
29.56%
23.41%
19.62%
BRAM
3
7.34%
12.51%
4.58%
11.09%
GDYR
4
29.15%
16.04%
8.70%
11.04%
GJTL
5
33.94%
23.55%
21.35%
13.40%
IMAS
6
26.89%
35.13%
20.97%
9.79%
INDS
7
35.49%
31.28%
19.05%
46.06%
LPIN
8
11.00%
10.81%
9.57%
10.50%
MASA
9
11.98%
10.81%
8.08%
0.36%
10 NIPS
2.90%
8.56%
10.74%
8.70%
Rate
18.89%
18.85%
14.05%
14.14%
Sumber Data : Laporan Keuangan Diolah
Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Dari grafik uji normalitas dapat diketahui bahwa distribusi data telah mengikuti garis
diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu
X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah
berdistribusi normal.
b. Multikolinieritas
Hasil uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Variance Influence Factor
(VIF) pada seluruh variabel tersebut lebih kecil dari 10, dan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut juga dengan bebas dari
Multikolinieritas, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam penelitian.
c. Autokolrealsi
Dari pengujian terlihat batas-batas distribusi nilai test durbin-Watson dan kurva
pengujian auto korelasi Durbin-Watson di atas dapat disimpulkan bahwa nilai test
durbin-Watson berada pada daerah nonautokorelasi sehingga dapat disimpulkan model
yang digunakan penelitian tidak terjadi gangguan otokorelasi.
d. Heteroskedastisitas
Hasil uji heteroskedastisitas terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk
sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada
sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas
pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda
layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu leverage, umur perusahaan
serta ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan yang tergabung dalam
industri otomotif di Bursa Efek Indonesia secara linier.
Tabel 7
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
14
Hasil Uji Regresi Berganda
Variabel Bebas
Leverage
Umur Perusahaan
Ukuran Perusahaan
Konstanta
Sig F
R
R2
Koefisien Regresi
Sig.
r
0,125
0,587
2,210
0,694
0,048
0,048
0,066
0,324
0,323
3,595
0,038
0,571
0,326
Sumber Data : output regression diolah
Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah:
ROE = 3,595 + 0,125Lev + 0,587UP+ 2,210Size
Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut; 1) nilai konstanta yang
dihasilkan sebesar -3,595 menunjukkan bahwa jika variabel independen yang terdiri dari
leverage, umur perusahaan serta ukuran perusahaan = 0, maka variabel profitabilitas pada
perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia sebesar 3,595. Hasil ini mencerminkan bahwa
jika indikator tidak mengalami perubahan atau kenaikan maka tingkat return on equity yang
dimiliki perusahaan mengalami penurunan sebesar 3,59%, 2) leverage, umur perusahaan
serta ukuran perusahaan menunjukkan hubungan positif dengan profitabilitas pada
perusahaan otomotif di Bursa Efek Indonesia. Hasil ini mengindikasikan bahwa jika variabel
leverage, umur perusahaan serta ukuran perusahaan meningkat akan diikuti dengan
peningkatan profitabilitas dan sebaliknya.
Pembahasan
Keberhasilan suatu perusahaan bukan hanya dilihat dari besarnya laba yang diperoleh
atau dihasilkan oleh perusahaan, tetapi hal ini harus dihubungkan dengan jumlah modal
yang digunakan untuk memperoleh laba yang dimaksud. Bagi perusahaan pada umumnya
masalah profitabilitas adalah lebih penting dari persoalan laba, karena laba yang besar saja
belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien.
Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut, atau dengan kata lain
menghitung tingkat profitabilitasnya.
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya
dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2008). Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dapat
dihitung berdasarkan penjualan atau aktiva atau modal sendiri. Profitabilitas adalah hasil
akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaaan.
Hasil ini menunjukkan bahwa variabel leverage, umur perusahaan serta ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan. Hasil ini
mencerminkan bahwa model yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat
dipergunakan analisis berikutnya. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa naik turunnya
tingkat profitabilitas perusahaan otomotif yang diproksi melalui return on equity tergantung
dengan naik turunnya tingkat leverage, ukuran perusahaan serta besarnya umur perusahaan
tersebut. hasil ini diperkuat dengan perolehan koefisien korelasi berganda sebesar 57,1 %
yang menunjukkan bahwa hubungan antara variabel bebas tersebut terhadap tingkat
profitabilitas pada perusahaan yang tergabung dalam industri otomotif di Bursa Efek
Indonesia memiliki hubungan yang kuat.
Pengaruh Leverage terhadap Profitabilitas
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
15
Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva
perusahaan dibiayai dengan utang sehingga dapat menggambarkan hubungan antara utang
perusahaan terhadap modal maupun aset. Dari rasio ini dapat diketahui besarnya jumlah
utang yang digunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan
dengan modal sendiri.
Hasil pengujian menunjukkan leverage mempunyai pengaruh namun tidak signifikan
dan positif terhadap profitabilitas perusahaan yang bergerak dalam bidang industry
otomotif. Kondisi ini mencerminkan bahwa perusahaan tidak dapat memanfaatkan aliran
dana yang berasal dari pihak luar untuk meningkatkan laba dengan baik. Penggunaan dana
yang tepat sangat berperan dalam menunjang kelangsungan perusahaan dalam pencapaian
tujuan. Dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan penggunaan pinjaman atau hutang
akan menghasilkan keuntungan atau dapat berdampak pada kerugian yang tentu saja
berasal dari resiko penggunaan hutang. Dari hutang tersebut akan menimbulkan beban yang
bersifat tetap yaitu beban bunga dan pokok pinjaman yang akan harus dibayar. Di lain pihak
hutang merupakan sumber dana dapat digunakan untuk mendanai aktivitas perusahaan
dalam usahanya menghasilkan laba.
Hasil ini tidak sejalan dengan pendapat Horne (2009), semakin tinggi rasio debt to
total asset, semakin besar risiko keuangannya. semakin besar rasio ini, menunjukkan bahwa
semakin besar biaya yang harus ditanggung perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang
dimilikinya. Hal ini dapat menurunkan profitabilitas yang dimiliki oleh perusahaan.
Pengaruh Umur Perusahaan Dengan Profitabilitas
Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang menunjukkan
bahwa perusahaan tetap eksis, mampu bersaing dalam dunia usaha dan mampu
mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian dari dokumentasi yang
menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut. Umur perusahaan juga dapat dikatakan awal
perusahaan melakukan aktivitas operasional hingga dapat mempertahankan going concern
perusahaan tersebut atau mempertahankan eksistensi dalam dunia bisnis. (Nugroho, 2012)
Hasil pengujian menunjukkan umur perusahaan mempunyai pengaruh signifikan dan
positif terhadap profitabilitas pada perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif. Hasil
ini mencerminkan bahwa semakin panjang umur perusahaan menunjukkan semakin eksis
perusahaan tersebut dalam melakukan kegiatan operasional sehari-hari. Semakin panjang
umur perusahaan menunjukkan semakin berpengalaman perusahaan tersebut dalam
menjalankan bisnisnya, sehingga profitabilitas semakin tinggi. Sebuah perusahaan yang
telah lama berdiri akan lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri.
Umur perusahaan ini adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan tersebut
masih mampu menjalankan operasinya. Perusahaan yang berumur lebih tua memiliki
pengalaman lebih banyak sehingga akan lebih mengetahui kebutuhan konstituennya akan
informasi tentang perusahaan. Dengan demikian, perusahaan yang lebih tua akan
mengungkapkan lebih banyak informasi termasuk informasi mengenai modal intelektual.
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap Profitabilitas
Ukuran perusahaan (size firm) merupakan salah satu alat untuk mengukur besar
kecilnya suatu perusahaan. Perusahaan besar mungkin lebih memiliki pemikiran yang luas,
skill karyawan yang tinggi, sumber informasi yang banyak dibandingkan dengan
perusahaan kecil. Karyawan, aktiva, penjualan, market value dan value added adalah beberapa
ukuran umum untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan.
Hasil pengujian menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas. Kondisi ini menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan akan memiliki
akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih
kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal, sehingga
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
16
semakin besar ukuran perusahaan semakin mudah untuk mendapatkan modal eksternal
untuk meningkatkan keuntungan yang diharapkan. Faktor ukuran perusahaan yang
menunjukkan besar kecilnya perusahaan merupakan faktor penting dalam pembentukan
laba. Perusahaan besar yang dianggap telah mencapai tahap kedewasaan merupakan suatu
gambaran bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan lebih mampu menghasilkan
laba dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan yang stabil biasanya dapat
memprediksi jumlah keuntungan di tahun–tahun mendatang karena tingkat kepastian laba
sangat tinggi. Sebaliknya bagi perusahaan yang belum mapan, besar kemungkinan laba
yang diperoleh juga belum stabil karena kepastian laba lebih rendah. Dengan demikian
semakin besar ukuran suatu perusahaan maka akan dapat menghasilkan laba yang lebih
besar sehingga dapat membagikan dividen dalam jumlah yang lebih besar juga.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : 1) Hasil pengujian
pada tingkat tingkat nyata 5% menunjukkan leverage mempunyai pengaruh namun tidak
signifikan dan positif terhadap profitabilitas. Kondisi ini mencerminkan bahwa perusahaan
tidak dapat memanfaatkan aliran dana yang berasal dari untuk meningkatkan laba dengan
baik karena penggunaan dana yang tepat sangat berperan dalam menunjang kelangsungan
perusahaan dalam pencapaian tujuan. 2) Hasil pengujian pada tingkat nyata 5%
menunjukkan umur perusahaan mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap
profitabilitas pada perusahaan yang bergerak dalam industri otomotif. Hasil ini
mencerminkan bahwa semakin panjang umur perusahaan menunjukkan semakin eksis.
Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila dibandingkan dengan
perusahaan yang baru berdiri. 3) Hasil pengujian pada tingkat nyata 5% menunjukkan
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas. Hasil ini
mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya.
Semakin besar ukuran perusahaan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal,
sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan
untuk memiliki akses ke pasar modal, sehingga semakin besar ukuran perusahaan semakin
mudah untuk mendapatkan modal eksternal untuk meningkatkan keuntungan yang
diharapkan.
Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disarankan ; 1) Bagi perusahaan hendaknya
dipertimbangkan untuk memanfaatkan dan mengolah segala sumber daya yang dimiliki
yang dipercayakan kepadanya, untuk meningkatkan pertumbuhan usahanya, sehingga para
investor lebih percaya lagi untuk menanamkan investasinya kedalam perusahaan, serta
perusahaan juga memperhatikan tingkat leverage perusahaan, yaitu
dengan lebih
mengoptimalkan penggunaan dana yang diperoleh dari hutang baik jangka pendek maupun
jangka panjang untuk operasi perusahaan sehingga beban yang ditanggung perusahaan
tidak terlalu berat. 2) Hendaknya perusahaan lebih menekan lagi biaya-biaya operasional
perusahaan, hal ini dilakukan agar laba yang diharapkan dapat ditingkatkan. 3) Bagi peneliti
berikutnya hendaknya lebih diperbanyak jumlah sampel, periode serta pengamatan untuk
lebih diperpanjang, serta memperhitungkan kondisi ekonomi makro, internal non finansial,
situasi politik dan kondisi umum regional serta internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Asnawi. S.K 2005. Riset Keuangan:Pengujian-Pengujian Empiris. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 9 (2014)
17
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Indonesia.Press Release Penerbitan
Peraturan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.(BAPEPAM No.
11/PM/1997)
Brigham dan Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Collins. J. I dan J. I. Porras. 2001. Build to Last: Tradisi Sukses Perusahaan-Perusahaan Visioner.
Erlangga. Jakarta
Darmawati. D. 2005. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium
Nasional Akuntansi VII. Denpasar
Fakhrudin. H. 2008. Istilah Pasar Modal A-Z. Elex Media Komputindo. Jakarta
Halim. A. dan Hanafi. 2005. Analisa Laporan Keuangan. UPP YKPN MPYKPN. Yogyakarta.
Harahap. 2010. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta
Harianto. F. dan Sudomo. 2008. Perangkat dan Teknik Analisa Investasi di Pasar Modal Indonesia.
PT. BEJ. Jakarta.
Harry. 2011. Akuntansi Perusahaan Dagang dan Jasa. Alfa Beta. Bandung
Horne.V. 2009. Prinsip Manajemen Keuangan. Edisi Kesembilan. Salemba Empat. Jakarta.
Kamaliah. 2009. Analisis Pengaruh Rasio Aknvitas. Leverage Keuangan. Ukuran. Dan Umur
Perusahaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Wholesale And Retail Trade Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Riau. Jurnal Ekonom Volume 17. Nomor 3 Desember.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Rajawali Pers. Jakarta
Longenecker. 2001. Kewirausahaan: Manajemen Usaha Kecil. Salemba Empat. Jakarta
Nugroho. A. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intellectual Capital Disclosure (ICD).
Accounting Analysis Journal.Vol 1.No 2.
Pemerintah Republik Indonesia. 2008.Undang_undang Dasar Republik Indonesia. No. 20.
Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta
Poerwadarminta. W.J. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.
Prasetyantoko. A. 2008. Bencana Finansial. Stabilitas Sebagai Barang Publik. Kompas Media
Nusantara. Jakarta
Rachmawati. A. dan Hanung. 2007. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas laba
dan nilai perusahaan. SNA 10 Makasar. hal. 1-26
Riyanto. B. 2008. Dasar-Dasar Pembelanjaan Negara. BPFE. Yogyakarta.
Rodoni. A. dan H. Ali. 2010 Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta:
Sartono. A. 2008. Manajemen Keuangan. BPFE. Yogyakarta
Siallagan. H. dan Mas’ud. 2006. Mekanisme Corporate Governance. kualitas laba dan nilai
perusahaan. SNA 9 Padang. hal. 1-23
Sjahrian. D. 2009. Manajemen Keuangan. Mitra Wacana Media. Jakarta
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung
Suharli. M. 2006. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor yang Mempengaruhi Return Saham
Pada Industri Food & Beverages di BEJ. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.7. No.2.
Hal 99-116.
Torang. S. 2012. Metode Riset Struktur Dan Perilaku Organisasi. Alfabeta. Bandung
Ulum. I. 2009. Intellectual Capital: Konsep dan Kajian Empiris. Graha Ilmu. Yogyakarta
Weston. J.F.. dan E.F. Brigham. 2005. Manajemen Keuangan. Penerjemah Djoerban Wahid.
Edisi Ketujuh. Jilid II. Erlangga. Jakarta
Weston. J.F dan T.E. Copeland. 2002. Manajemen Keuangan. Jilid 1. Binarupa Aksara: Jakarta.
…
Download