Pengaruh Electronic Word of Mouth dan Brand Image terhadap Purchase Intention (Studi pada Peminat Shampoo Pantene di Purworejo) Ananta Riyanti [email protected] Intan Puspitasari, S.E., M.Sc. Endah Pri Ariningsih, S.E., M.Sc Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Dalam memasarkan produknya, salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan yaitu dengan memanfaatkan media sosial facebook melalui electronic word of mouth agar dapat menarik minat beli konsumennya. Dikalangan masyarakat Indonesia shampoo Pantene merupakan shampoo yang memiliki citra yang kuat dibandingkan dengan shampoo merek lain. Dengan adanya produk yang memiliki citra merek (brand image) yang baik seperti produk shampoo Pantene, keinginan konsumen atau minat beli (purchase intention) konsumen akan semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk: menguji pengaruh electronic word of mouth dan brand image secara parsial terhadap purchase intention pada peminat Shampoo Pantene di Purworejo. Populasi penelitian ini adalah peminat produk Shampoo Pantene di Purworejo. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 100 orang. Teknik pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang sudah diujicoba dan telah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Analisis data yang digunakan adalah regresi liniear berganda. Berdasarkan hasil Hasil analisis regresi liniear berganda dapat disimpulkan bahwa electronic word of mouth dan brand image secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo. Kata kunci: electronic word of mouth, brand image, purchase intention. 1 A. PENDAHULUAN Kebutuhan manusia pada era globalisasi ini semakin tidak terbatas, selain kebutuhan manusia akan sandang, pangan dan papan manusia juga memiliki keinginan untuk memenuhi kebutuhan akan barang perlengkapan mandi seharihari seperti sabun, shampoo, pasta gigi, dan lain-lain. Industri barang konsumsi merupakan suatu industri yang sangat besar dan pesat dalam perkembangannya. Shampoo adalah suatu produk yang sering digunakan sehari-hari oleh konsumen untuk merawat keindahan dan kesehatan rambut. Dalam memasarkan produknya, salah satu cara yang digunakan oleh perusahaan yaitu dengan memanfaatkan media sosial agar dapat menarik minat beli dari konsumennya. Minat beli adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2000:206). Senecal dan Nantel (2004) juga menemukan bahwa konsumen yang menggunakan rekomendasi produk dari konsumen lain secara online, memilih produk yang direkomendasikan dua kali lebih sering dibandingkan dengan konsumen yang tidak menggunakan menggunakan rekomendasi dari manapun. Pada akhirnya, belakangan ini konsumen sudah semakin terbiasa melihat atau mencari produk review secara online ketika mereka mengumpulkan informasi mengenai suatu produk sebelum mereka melakukan keputusan pembelian. (Zhu dan Zang, 2010) dan dari situlah kemudian terbentuk minat beli dari konsumen atau biasa disebut sebagai purchase intention. Dengan penggunaan media sosial yang semakin meningkat, komunikasi word of mouth juga dapat meningkat. WOM (word of mouth) yang positif dianggap sebagai media pemasaran yang kuat bagi perusahaan untuk mempengaruhi konsumen. Fungsi komunikasi WOM yang didasarkan pada jejaring sosial dan kepercayaan antara lain: orang mengandalkan keluarga, teman, dan orang lain dalam jejaring sosialnya. Menurut Kotler dan Keller (2012:479) word of mouth adalah pembicaraan dari satu orang ke orang lain, bisa juga secara tertulis atau melalui alat elektronik terkait dengan pengalaman mereka menggunakan barang atau jasa. Menurut Hennig-Thurau et al., (2004) electronic word of mouth (eWOM) adalah 2 pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh pelanggan potensial, pelanggan aktual dan mantan pelanggan tentang produk atau perusahaan melalui internet. Dalam hal ini pentingnya komunikasi eWom juga dirasakan oleh perusahaan produk shampoo Pantene yang menggunakan strategi electronic word of mouth dalam mengkomunikasikan produknya. Sesuai dengan perkembangan teknologi, perusahaan dapat menggunakan media sosial dengan baik dan efektif dalam memberikan informasi pada konsumen seperti eWom. Hal ini tidak lepas dari gencarnya aksi inovasi serta promosi yang terus menerus dilakukan oleh perusahaan dalam penyampaian informasi mengenai produk shampoo Pantene melalui media sosial facebook. Lalu bagaimana hubungannya citra merek dengan minat membeli, brand image (citra merek) merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna. Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada pengalaman dan mendapat banyak informasi. Image atau asosiasi merepresentasikan persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Image yang terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari purchase intention konsumen. Konsumenn lebih sering memilih produk dengan merek yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal yang sudah dikenal, adanya asumsi bahwa merek terkenal lebih dapat diandalkan, selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan, sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih konsumen daripada merek yang tidak dikenal (Aaker, 2000). Pada tahun 2016 Pantene menjadi top brand dengan presentase sebesar 22,0%, pada tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi top brand dengan presentase sebesar 22,6% dibandingkan dengan merek shampoo lain. Dengan melihat perbandingan tersebut, akan semakin menjadikan tantangan perusahaan untuk bersaing dan berlomba dalam melakukan inovasi produk serta mampu mempertahankan top of mind yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan serta daya beli konsumen. Oleh karena itu perusahaan harus mempunyai strategi pemasaran yang tepat untuk produk yang dihasilkannya. Fenomena persaingan menuntut para pemasar untuk selalu menginovasi strategi bisnisnya. Salah satu asset untuk mencapai hal tersebut adalah melalui 3 manajemen merek. Brand image (citra merek) yang kuat memungkinkan preferensi dan loyalitas dari konsumen terhadap perusahaan semakin kuat. Citra merek yang kuat merupakan hal yang sangat penting untuk membedakan produk dari pesaing. Menurut Kotler dan Keller (2012:260) citra merek adalah proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, dan mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. Adanya kedudukan merek yang kuat memberikan keunggulan bagi shampoo Pantene dibanding merek-merek lain. Dengan menjadi satu-satunya merek yang mudah diingat brarti shampoo Pantene telah memiliki dominan merek yang tidak bersaing dengan merek lain dalam ingatan konsumen sehingga dalam pembeliannya konsumen hanya akan mempertimbangkan produk shampoo Pantene Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah diatas, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Electronic Word Of Mouth dan Brand Image terhadap Purchase Intention (Studi pada Peminat Shampoo Pantene di Purworejo)”. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah Electronic Word Of Mouth berpengaruh positif terhadap Purchase Intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo? 2. Apakah Brand Image berpengaruh positif terhadap Purchase Intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo? C. KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 1. KAJIAN TEORI a. PEMASARAN Pemasaran umumnya, hanya dipandang sebagai kegiatan menjual produk dan atau jasa. Akan tetapi, lebih dari itu pemasaran adalah suatu proses kegiatan mulai dari penciptaan produk dan atau jasa, menawarkan, dan menyerahkannya kepada konsumen dan atau pihak lain (Surachman, 2008:1). 4 b. KOMUNIKASI PEMASARAN Komunikasi pemasaran atau promosi harus diintegrasikan dengan strategi perusahaan. Pada dasarnya, komunikasi pemasaran merupakan pengembangan dari komunikasi secara umum. Komunikasi pemasaran biasanya disebut juga sebagai bauran promosi (promotion mix) yang mengacu kepada bauran spesifik iklan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan pribadi, dan pemasaran langsung ditambah dengan point of purchase communication (pop communication) sebagai alat-alat dari perusahaan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan perusahaan. Hal ini sesuai dengan pandangan konsep 4P’s dari penjual bila dihubungkan dengan konsep 4C’s akan menunjukkan unsur promosi, berarti sama dengan komunikasi. (product = convinence, price = cost, promotion = communication, place = chanel distribution). Jadi, komunikasi pemasaran adalah perwujudan dari kumpulan semua elemen-elemen bauran pemasaran yang memfasilitasi pertukaran melalui penetapan kesamaan arti atau pengertian dengan pelanggan (Surachman, 2008:180). c. SUMBER DAYA MANUSIA (PEMASAR) Sumber daya manusia yang terlibat dalam melakukan pemasaran memiliki peran yang sangat penting dapat dikatakan sebagai “the man behind the gun”. Sehebat apapun alat-alat bauran pemasaran yang akan digunakan dalam melayani pasar sasaran, faktor manusia merupakan penentu atas keberhasilan pemasaran. Dalam komunikasi pemasaran dikenal “word-of-mouth communication”, komunikasi dari “mulut ke mulut” yang dilakukan dapat membantu pemasaran (Surachman, 2008:30). d. PURCHASE INTENTION (MINAT BELI) Minat beli adalah perilaku yang muncul sebagai respon terhadap obyek, atau juga pembelian ulang. Minat beli adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2000:206). 5 e. WORD OF MOUTH (WOM) WOM secara umum memainkan peran penting dalam memberikan pengaruh dalam pembentukan sikap dan perilaku konsumen (Jalilvand dan Samiei, 2012). Banyak penelitian telah menemukan bagaimana WOM memberikan pengaruh yang lebih kuat terhadap pembelian dibandingkan media-media komunikasi tradisional lainnya seperti iklan maupun rekomendasi editorial (Jalilvand dan Samiei, 2012). f. ELECTRONIC WORD OF MOUTH eWOM menjadi sebuah tempat yang sangat penting untuk konsumen memberikan opininya dan dianggap lebih efektif dibandingkan WOM karena tingkat aksesibilitas dan jangkauannya yang lebih luas daripada WOM tradisional yang bermedia offline (Jalilvand dan Samiei, 2012). Henning-Thurau et al., (2004) berpendapat bahwa eWom komunikasi pada web-based opinion platforms dapat dimulai karena keinginan untuk membantu konsumen lain dengan keputusan pembelian mereka, untuk meyelamatkan orang lain dari pengalaman negatif, atau keduanya. g. MEREK Merek merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan pemasaran karena kegiatan memperkenalkan dan menawarkan produk atau jasa tidak terlepas dari merek yang dapat diandalkan. Hal itu berarti bahwa merek tidak berdiri sendiri. Merek harus sesuai dengan komponen-komponen proses pemasaran yang lain, termasuk alat-alat bauran pemasaran produk yang telah dikenal. Merek juga harus sesuai dengan alat bauran pemasaran lain, seperti harga, promosi, distribusi, dan pelayanan yang dilakukan. Merek merupakan masalah utama dalam strategi produk karena biasanya merek menempel pada produk, ibarat orang dengan namanya. Orangnya adalah produk, nama orang adalah merek (Surachman, 2008:2). h. BRAND IMAGE (CITRA MEREK) Citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan dalam asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:403). Citra merek merupakan kumpulan asosiasi merek yang membentuk suatu persepsi tertentu 6 terhadap merek tersebut. Citra merek merupakan bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus, atau persepsi pelanggan atas sebuah produk atau jasa yang diwakili oleh mereknya. 2. KERANGKA PIKIR Electronic Word of H1+ Mouth (X1) H2+ Purchase Intention (Y) Brand Image (X2) Keterangan: : berpengaruh parsial Gambar 1. Kerangka Pemikiran D. HIPOTESIS 1. Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap Purchase Intention Electronic Word of Mouth (eWOM) erat kaitannya dengan minat beli konsumen. Melalui sosial media, perusahaan dapat mempromosikan sebuah produk dan membentuk komunitas atau group online untuk konsumen yang menyukai merek yang digunakan (Kaplan dan Haenlein, 2010). Adanya komunitas atau group online tersebut akan memungkinkan terjadinya suatu interaksi sosial secara elektronik yang akan mendorong terjadinya electronic word of mouth (eWOM). Menurut Sari (2014) dalam penelitiannya disimpulkan bahwa variabel elektronik word of mouth berpengaruh positif terhadap variabel purchase intention. Sedangkan penelitian yang dilakukan Prastyo (2013) menunjukkan bahwa electronic word of mouth di media sosial twitter berpengaruh positif terhadap minat beli. H1: Electronic word of mouth secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention 7 2. Pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention Surachman (2008:108) menyatakan bahwa brand image merupakan representasi dari identitas produk yang akan menimbulkan kesan terhadap suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Minat beli adalah suatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2000:206). Menurut Sari (2014) dalam penelitiannya disimpulkan bahwa variabel brand image berpengaruh positif terhadap variabel purchase intention. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shanti (2014) menunjukkan bahwa variabel brand image memiliki pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap variabel minat beli, serta berpengaruh dominan terhadap minat beli. H2: Brand Image secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention E. METODE PENELITIAN 1. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL a. Electronic Word of Mouth (X1) Menurut Hennig-Thurau et al., (2004) electronic word of mouth sebagai pernyataan positif atau negatif yang dibuat oleh pelanggan potensial, aktual, mantan pelanggan tentang suatu produk atau perusahaan yang dibuat tersedia untuk banyak orang dan lembaga melalui internet. Indikator eWOM sebagai berikut: 1) Concern for others/Kepedulian terhadap orang lain 2) Expressing positive feelings/Mengekspresikan perasaan positif 3) Helping the company/Membantu perusahaan 4) Platform assistance/Bantuan platform b. Brand Image (X2) Citra merek adalah persepsi dan keyakinan yang dipegang oleh konsumen, seperti yang dicerminkan dalam asosiasi yang tertanam dalam ingatan konsumen (Kotler dan Keller, 2009:403). Untuk mengukur variabel 8 brand image digunakan tiga item yang diadopsikan dari Davis et al., (2009). Indikator brand image sebagai berikut: 1) Dibandingkan dengan produk atau merek lain, produk atau merek ini memiliki kualitas tinggi. 2) Produk atau merek ini memiliki nilai sejarah yang bagus. 3) Pelanggan bisa dengan handal memprediksi bagaimana produk ini bekerja. c. Purchase Intention (Y) Minat beli adalah sesuatu bentuk pikiran yang nyata dari refleksi rencana pembeli untuk membeli beberapa unit dalam jumlah tertentu dari beberapa merek yang tersedia dalam periode waktu tertentu (Schiffman dan Kanuk, 2000:206). Indikator minat beli sebagai berikut: 1) Tertarik untuk mencari informasi tentang produk 2) Mempertimbangkan untuk membeli 3) Tertarik untuk mencoba 4) Ingin mengetahui produk 5) Ingin memiliki produk 2. PENGUJIAN INSTRUMEN PENELITIAN Untuk menguji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indikator dengan total skor konstruk, atau yang biasa dikenal dengan rumus Product Moment (Ghozali, 2011:54). Pernyataan dikatakan valid ketika nilai signifikansi dari korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk menunjukkan hasil yang signifikan (p value < 0,05) dan lebih dari 0,3. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rhitung per item pernyataan nilainya positif dan lebih dari 0,3 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item peryantaan yang diujikan adalah valid. Artinya bahwa butir pernyataan (instrumen) dalam kuesioner tersebut dapat mengukur variabel penelitian Electronic Word of Mouth (X1), Brand Image (X2), dan Purchase Intention (Y). Hasil uji reliabilitas (Cronbach’s Alpha) selanjutnya diinterpretasikan dengan tingkat keandalan koefisien korelasi (Arikunto, 2010:319). Pada penelitian ini batasan tingkat keandalan koefisien korelasi minimal sebesar 0,600 9 (kategori cukup) (Arikunto, 2010:319). Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menunjukkan bahwa semua variabel menghasilkan nilai Alpha lebih besar dari 0,6 dan Cronbach’s Alpha if Item Deleted lebih besar dari 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pernyataan adalah reliabel. Artinya butir pernyataan (instrumen) dalam kuesioner memiliki konsistensi untuk mengukur konstruk atau variabel penelitian Electronic Word of Mouth (X1), Brand Image (X2), dan Purchase Intention (Y). F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Linear Berganda Tabel 1 Hasil Analisis Regresi Standardized Variabel Coefficients p value Keterangan Beta Electronic Word of 0,434 0,000 0,379 0,000 Mouth (X1) Brand Image (X2) Positif dan Signifikan Positif dan Signifikan Sumber: Data Primer Diolah (2017) Berdasarkan hasil uji regresi liniear berganda pada Tabel 1 diatas, maka dapat dituliskan model persamaan regresinya sebagai berikut: Y = 0,434 X1 + 0,379 X2 2. Uji Signifikansi Hasil uji signifikansi pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. Jika dilihat pada Tabel 1 diketahui bahwa variabel electronic word of mouth memiliki nilai koefisien beta 0,434 dan nilai signifikansi 0,000. Variabel brand image memiliki nilai koefisien beta 0,379 dan nilai signifikansi 0,000. Masing-masing nilai signifikansi tersebut dibawah 0,05 maka dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel electronic word of mouth dan brand image 10 berpengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap purchase intention atau minat beli. 3. PEMBAHASAN a. Pengaruh Electronic Word of Mouth terhadap Purchase Intention H1 : electronic word of mouth berpengaruh positif terhadap purchase intention Hasil pengujian dengan menggunakan uji analisis berganda yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel Electronic Word of Mouth memiliki nilai beta sebesar 0,434 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, hal ini menunjukkan bahwa Electronic Word of Mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap Purchase Intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo. Elektronik word of mouth erat kaitannya dengan minat beli konsumen. Melalui sosial media facebook, perusahaan dapat mempromosikan sebuah produk dan membentuk komunitas atau group online untuk konsumen yang menyukai merek yang digunakan (Kaplan dan Haenlin, 2010). Semakin sering orang yang membicarakan tentang kelebihan shampoo Pantene, semakin sering orang yang merekomendasikan tentang shampoo Pantene serta semakin sering percakapan yang terjadi antara satu orang dengan orang yang lain melalui media sosial facebook, maka akan semakin banyak pula orang yang mengetahui tentang kelebihan shampoo Pantene. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014), dalam penelitiannya disimpulkan bahwa variabel elektronik word of mouth berpengaruh positif terhadap variabel purchase intention. Sedangkan penelitian yang dilakukan Prastyo (2013) menunjukkan bahwa electronic word of mouth di media sosial twitter berpengaruh positif terhadap minat beli. b. Pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention H2 : brand image berpengaruh positif terhadap purchase intention Hasil pengujian dengan menggunakan uji analisis regresi berganda yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa variabel Brand Image memiliki nilai beta sebesar 0,379 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, hal ini menunjukkan bahwa brand image berpengaruh positif dan signifikan terhadap purchase intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo. Surachman (2008:108) 11 menyatakan bahwa brand image merupakan representasi dari identitas produk yang akan menimbulkan kesan terhadap suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Semakin tinggi kualitas produk yang dikeluarkan oleh perusahaan shampoo Pantene maka akan semakin sering konsumen mengingat bahkan menanamkan persepsi positif tentang shampoo Pantene dengan kualitas baik dibanding merek shampoo lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014), dalam penelitiannya disimpulkan bahwa variabel brand image berpengaruh positif terhadap variabel purchase intention. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Shanti (2014) menunjukkan bahwa variabel brand image memiliki pengaruh yang signifikan baik secara simultan maupun parsial terhadap variabel minat beli, serta berpengaruh dominan terhadap minat beli. G. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Electronic Word of Mouth berpengaruh positif dan signifikan terhadap Purchase Intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo. 2. Brand Image berpengaruh positif dan signifikan terhadap Purchase Intention pada peminat shampoo Pantene di Purworejo. DAFTAR PUSTAKA Aaker, David. 2000. Brand Leadership. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendektan Praktik. Jakarta; Rineka Cipta. Davis, D.F., Golicic, S.L. dan Marquardt, A. 2009. “Measuring Brand Equity for Logistics Services”, International Journal of Logistics Management, Vol. 20, No. 2, 201212. Ghozali, Imam. 2011. Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: BP UNDIP. Hennig-Thurau, T., Gwinner, K.P., Walsh, G. dan Gremler, D.D. 2004. Electronic Word of Mouth via Consumer – Opinion Platforms: What Motivates Consumer to 12 Articulate Themselves On the Internet”, Jurnal of Interactive Marketing, Vol. 18, No. 1, 38-52. Jalilvand, Mohammad Reza dan Samiei, Neda. 2012. “The Effect of Electronic Word of Mouth on Brand Image and Purchase Intention, Marketing Intelligence & Planning, Vol. 30. No. 4, 1-5. Kaplan, M. A dan Haenlein, M. 2010. Users of the world, unite! The challenges and opportunities of Social Media, Business Horizons, Vol. 53, 59-68. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi ke 13. Alih Bahasa: Bob Sabran. Jakarta: Erlangga. Kotler, Philip dan Keller, Kevin Lane. 2012. Marketing Management 14th edition. Harlow: Pearson Education. Prastyo, Kutut. 2013. Pengaruh Electronic Word-of-Mouth di Media Sosial Twitter terhadap Minat Beli Konsumen pada Restoran Cepat Saji Hoka Hoka Bento. Diunduh dari https:// publikasiilmiah.ums.ac.id/ pada Oktober 2015. Sari, Hutami Permita. 2014. Pengaruh Elektronik Word Of Mouth dan Brand Image terhadap Purchase Intention pada Konsumen Smartphone Samsung Yang Berbasis Android. Jurnal Ilmu Manajemen – Special issues for AEC Marketing Opportunities, Vol. 11, No. 2, 30-48. Schiffman, L.G. dan Kanuk, L.L. 2000. Consumer Behavior. Fifth Ediotion. New Jersey: Prentice Hall. Senecal, Sylvain dan Nantel, Jacques. 2004. The influence of online product recommendations on consumers’ online choices, Journal of Retailing, Vol. 80, 159-169. Shanti, Mardhatillah. 2014. Pengaruh Brand Image, Kualitas Produk, dan Reference Group terhadap Minat Beli Produk Kosmetis Lipstik Wardah di Kota Malang. Diunduh dari https://jimfeb.ub.ac.id/article/download pada Oktober 2015. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi. Dilengkapi dengan Metode, R & D. Edisi Ke 17. Bandung: Alfabeta. Surachman. 2008. Dasar-Dasar Manajemen Merek. Malang: Bayumedia Publishing. Zhu, Feng dan Zhang, Xiaoquan. 2010. Impact of Online Consumer Reviews on Sales: The Moderating Role of Product and Consumer Characteristics, Journal of Marketing, Vol. 74, 133-148. 13