asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada pasien ulkus

advertisement
ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI PADA
PASIEN ULKUS DIABETIK DI MAJAPAHIT WOUND CARE
CANTRE MOJOKERTO
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH
NIM : 1312010010
SUBJECT
Asuhan Keperawatan, Diabetes Melitus, Ulkus Diabetik, Nutrisi.
DESCRIPTION:
Banyak penderita diabetes mellitus yang mengalami kegagalan dalam
pengobatan, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya tidak
menjalani diet dengan baik, ketidakpatuhan tersebut akan mengakibatkan adanya
gangguan nutrisi pada penderita ulkus diabetik. Studi kasus ini bertujuan untuk
melakukan asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada pasien ulkus
diabetik.
Desain penelitian ini adalah studi kasus, jumlah responden yang diambil 2
Ny. B dan Ny. N dengan kriteria pasien yang kooperatif, pasien rawat jalan di
majapahit Wound Care Centre Mojokerto, yang mengalami Diabetes Mellitus tipe
1 dan 2. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi,
dan dokumentasi dengan menggunakan format pengkajian keperawatan medikal
bedah. Pengkajian menggunakan 4 sumber utama yaitu perawat, keluarga klien,
dan status medis klien. Pada penelitian ini responden mengalami gangguan
ketidakseimbangan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh, dengan total kalori yang
dikonsumsi responden pertama 750 kkal sedangkan kalori yang dibutuhkan
perhari 2.275 kkal, responden kedua 950 kkal sedangkan kalori yang dibutuhkan
perharinya 1.750 kkal, intervensi yang dilakukan memberikan Health Education
tentang makanan yang boleh dimakan, yang di batasi, dan yang tidak boleh
dimakan, serta membuatkan jadwal makan interval 3 jam sekali sesuai kebutuhan
kalori klien.
Hasil yang ditunjukkan dari pola makan interval 3 jam sekali pada kedua
responden yaitu glukosa darahnya mengalami penurunan mendekati seimbang
pada responden pertama GDA saat pengkajian 210 mg/dl setelah dilakukan
intervensi selama tiga hari GDA menjadi 120 mg/dl, pada responden kedua GDA
saat pengkajian 250 mg/dl, setelah dilakukan intervensi GDA turun menjadi 210
mg/dl. Dapat disimpulkan bahwa dengan mejalani diet secara tepat dan teratur
yaitu interval 3 jam sekali glukosa dalam darah akan mengalami penurunan /
dalam batas normal. Pada penederita ulkus diabetik yang mengalami
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, diharapkan dapat
mengatur pola makan dengan memeperhatikan kebutuhan kalorinya.
ABSTRACT
Many diabetes mellitus patients failed in medical treatment, this can
caused by several factors one of them is by not doing diet properly, this
disobedience could lead to nutrient disorder in ulcer diabetic patients. This study
aimed to do nursing care of nutrient imbalance in ulcer diabetic patients.
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
1
The research desing was case study, there were two participants named
Mrs. B and Mrs. N an outpatient at Majapahit Wound Care Centre Mojokerto.
Data collection method using interview, observation, and documentation using
the format for medical surgical nursing care. The assesment using 4 principal
sources of client, nurse, family of the client, and medical status of the client. The
result of assessment this study, respondents suffering from nutrient imbalance
disorder less than body requirements, with total calories consumed by the first
respondent was 750 kcal calories needed daily was 1.650 kcal, second respondent
was 950 kcal calories needed daily was 1.465 kcal. The nursses intervention
conducted was giving Health Education about foods they can consume, that need,
and the can’t consume, also made a diet schedule that appropriate with clients
need of calories.
The result offer intervention of eating pattern with use interval every 3
hour and the two respondent showed that their blood glucose level has decreased
close to normal. The first respondent’s randome blood glucose in assesment was
210 mg/dl, after intervention for three days 120 mg/dl, the second respondent’s
randome boold glucose in assesment was 250 mg/dl, after intervention 210 mg/dl.
So, it can be concluded that by doing a proper diet which was 3 hour interval,
blood glucose will decrese. Ulcer diabetic patients who suffer from nutrient
disorder less than body’s requirements are expected to control their food
consumption by paying attention to calorie need.
Keyword : Nursing Care, Diabetes Mellitus, Ulcer Diabetic, Nutrient.
Cortibutor
Date
Type Material
Identifier
Right
Summary
: 1. Eka Diah K, M.Kes
2. Vonny Nurmalya Megawasinta, M.Kep
: 03 September 2016
: Laporan Penelitian
:: Open Document
: Latar belakang, Metodologi, Hasil, Simpulan dan
Rekomendasi
LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (Brunner &
Sudarth, 2001 dalam Santy, 2013 ). Penderita diabetes mellitus berisiko 50 kali
terjadikomplikasi ulkus diabetes mellitus (Waspadji, 2006 dalamSetyoningrum,
2013). Ulkus diabetik merupakan salahsatu bentuk komplikasi kronik DM yang
berupa luka terbuka pada permukaan kulit dan dapat disertai dengan kematian
jaringan setempat (Robert, 2003 dalam Setyoningrum, 2013).
Banyak penderita diabetes melitus yang mengalami kegagalan dalam
pengobatan, hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya tidak
menjalani diit dengan baik (Tjokroprawiro, 2003 dalam Mona, 2012).
Ketidakpatuhan tersebut akan mengakibatkan adanya gangguan nutrisi pada
penderita ulkus diabetik.
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
2
Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO),
memperkirakan Indonesia 21, 3 juta jiwa. Kondisi ini membuat indonesia
menduduki peringkat empat, setelah amerika serikat, china, dan india (Asep, 2012
dalam Arwani , 2014), jumlah prevalensi Indonesia, mencapai 8,6% (Depkes RI,
2008 dalam Setyoningrum, 2013). Sedangkan menurut Pengurus Persatuan
Diabetes Indonesia (Persaida) Subagio Adi di Jawa Timur jumlah penderita
diabetes melitus 6% atau 2.248.605 orang dari total jumlah penduduk Jawa Timur
sebanyak 37.476.757 orang (Persi, 2011 dalam aifah, 2015). Prevalensi di
indonesia Sekitar 15% penderita diabetes melitus akan mengalami komplikasi
berupa ulkus diabetik, 14-24% di antaranya penderita ulkus diabetik tersebut
memerlukan tindakan amputasi (Asep, 2012 dalam Arwani, 2014). Angka
amputasi di indonesia mencapai 30%, angka mortalisasi 32% (Ridwan, 2011
dalam Sulistyowati, 2015). Berdasarkan data studi pendahuluan di Majapahit
Wound Care Centre, tiap bulannya terdapat 7 - 10 pasien penderita diabetes
mellitus yang melakukan perawatan luka.
Ulkus diabetik sendiri merupakan komplikasi kronik dari diabetes melitus
(Asep, 2012 dalam Arwani, 2014). Ada tiga faktor yang menunjang timbulnya
ulkus diabetik yaitu gangguan persarafan (neuropati), infeksi, dan gangguan aliran
darah. Gangguan saraf dapat berupa mati rasa, akibatnya kaki tidak dapat
merasakan nyeri. Karena tak ada nyeri, penderita tak akan menyadari gesekan atau
tumbukan kaki dengan benda-benda yang dapat menimbulkan luka. Rusaknya
kulit akibat luka menyebabkan hilangnya pelindung fisik jaringan terhadap invasi
kuman, sehingga kaki rentan infeksi. Pada penderita diabetes, infeksi pada kaki
diabetik relatif sulit diatasi karena rusaknya pembuluh darah menuju lokasi luka.
Keadaan ini akan menghambat proses penyembuhan, jika luka sudah kronis dan
sulit disembuhkan, amputasi menjadi salah satu alternatif jalan keluar (Smeltzer,
2002 dalam Purnomo, 2014).Ulkus diabetik juga merupakan penyebab tersering
dilakukan amputasi non traumatik , resiko amputasi 15-40 kali lebih sering pada
penderita DM (Decroli, 2010 dalam Sunaryo, 2014). Ulkus diabetik juga
merupakan penyebab dari (kesakitan) morbiditas, (ketidakmampuan) disabilitas,
dan (kematian) mortalitas ( Prabowo, 2007 dalam Santy, 2013)
Hasil penelitian Basuki, 2004 terhadap pasien DM mengatakan bahwa
terdapat 75% penderita DM tidak patuh terhadap diet yang dianjurkan.
Ketidakpatuhan ini merupakan salah satu hambatan untuk tercapainya tujuan
pengobatan, glukosa darah akan mengalami kenaikan dan kegagalan sekresi
insulin atau penggunaan insulin dalam metabolisme yang tidak adekuat yang
mengakibatkan antibiotik, oksigen, zat makanan, perangkat kekebalan tubuh (sel
darah putih, dll) sulit mencapai lokasi sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadi gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita ( Trisna, 2013).Oleh sebab
itu, studi kasus ini ingin mengetahui tentang status nutrisi penderita ulkus diabetes
militus dengan melakuakan “asuhan keperawatan ketidakseimbangan nutrisi pada
penderita ulkus diabetik”.
METODE PENELITIAAN
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
3
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif dan rancangan
penelitian yang digunakan adalah studi kasus asuhan keperawatan
ketidakseimbangan nutrisi pada penderita ulkus diabetik di Majapahit Wocare
Clinic Mojokerto, jumlah populasi seebanyak 2 orang dengan kriteria, pasien yang
kooperatif, pasien rawat jalan di majapahit Wound Care Centre Mojokerto yang
mengalami Diabetes mellitus tipe 1 dan 2. Penelitian ini di lakukan selama 8 hari
pada tanggal 27 juli sampai tanggal 04 Agustus 2016 di Majapahit Wound Care
Cantre Mojokerto. Pengukuran data dilakukn oleh peneliti sendiri dengan
melakukan intervensi keperawata yaitu, Observasi TTV, observasi pemberiaan
makan 3 jam sekali, Observasi GDA, Observasi luka, Memberikan jadwal makan
yang sesuia menu diet, Memberikan edukasi makanan yang boleh dimakan, yang
dibatasi, dan yang tidak boleh, selama 3 hari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengkajian pada tanggal 27-07-2016 Ny. B telapak kaki sebelah kiri
terasa cenut-cenut, 4 bulan yang lalu terdapat benjolan di telapak kaki sebelah
kiri, karena sering dibuat jalan dan tergesek sendal, benjolan tersebut meletus
timbulah luka.
Klien dilakukan pemeriksaan data fokus Luka, panjang luka 3 cm, lebar
2,5 cm, terdapat go’a sedalam 3 cm jarak antara jam 7 sampai jam 11, luka
terdapat di telapak kaki sebelah kiri, dengan skal nyeri 3 / ringan.Pada penderita
Diabetes Melitus komplikasi jangka panjang salah satunya adalah ulkus dibetik
(Waspadji, 2006 dalam Setyoningrum, 2013).
Pada pengkajian Nutrisi di dapatkan hasil sebelum sakit, Klien makan tiga
kali sehari, dengan porsi makan 1 piring, dengan lauk tahu, tempe, telur, ayam,
semua makanan di makan dan tidak ada yang dibatasi, setelah sakit klien makan 2
x/hari di pagi hari dan sore hari, pada saat pengkajian klien sarapan pada jam
08.00 WIB dengan menu makan nasi putih satu centong (200 kkal), tempe satu
potong (35 kkal), sayur asam (30 kkal), jam 10.00 WIB pasien mekanan kue yang
terbuat dari jagung 5 keping (60 kkal), jam 17.00 WIB makan sore dengan menu
yang sama, jumlah kalori (700 kkal) yang di makan setiap hari, sedangkan kalori
setiap hari yang dibutuhkan adalah (2.275 kkal), hasil kalori menunjukan klien
mengalami ketidakseimbangan nutrisi . Proses penyembuhan luka juga di dukung
dengan pola asupan nutrisi klien, tanpa nutrisi yang adekuat proses penyembuhan
luka akan memanjang atau lama, ( Ferdiana, 2013 ).
Syarat diet Diabetes Melitus dengan komplikasi ulkus/gangren sama
dengan syarat diet Diabetes Melitus pada umumnya hanya prosentasi protein lebih
banyak ( Wahyuni, 2008 ).
Di dapatkan hasil pemeriksaan fisik pada Ny. B adalah keadaan umum cukup,
suhu 36,50C, Tekanan Darah140/90 mmHg, Nadi 87 x/menit, RR 20 x/menit,
Tinggi badan 160 cm, Berat Badan 65 kg, GDA 210 mg/dl.
Pada tanggal 01 -08-2016 Ny.N Mengeluh jempol kaki sebelah kiri terasa
cenut-cenut, klien mengatakan sudah 3 tahun menderita diabetes melitus , 1 bulan
yang lalu klien berjalan lalu tersandung tangga di jempol kaki sebelah kiri.
Klien dilakukan pemeriksaan dengan data fokus Luka, panjang luka 1 cm,
lebar 1 cm, luka terdapat di jempol kaki sebelah kiri, dengan skal nyeri 3 / ringan.
Pada saat pengkajian nutrisi didapatkan hasil sebelum sakit, Klien makan tiga kali
sehari dengan lauk nasi putih, tempe, telur, ayam, daging, sayur sop, klien tidak
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
4
membatasi dietnya, setelah sakit saat pengkajian klien sarapan pada jam 11.30
WIB dengan menu makan nasi rawon (400 kkal), daging 1 potong (80 kkal),
snack kuping-kupingan 5 keping (100 kkal), jam 14.00 WIB mie goreng 3 sendok
(170 kkal), jam 17.00 WIB makan 2 pisang rebus (200 kkal), jumlah kalori (950
kkal) setiap hari yang dihabiskan, sedangkan kalori setiap hari yang di butuhkan
adalah 1750 kkal, data kalori ini menunjukan bahwa klien mengalami
ketidakseimbangan nutrisi.
Didapatkan pemeriksaan fisik Ny. N Nadi 88 x/menit, pernapasan 20
x/menit, suhu 360 celcius, Nadi 88 x/menit, Tinggi Badan 152 cm, Berat Badan 50
kg, GDA 250 mg/dl. Pendapat penulis antara fakta dan teori sama, bahwa dengan
banyak penderita ulkus diabeteik yang tidak patuh dengan dietnya sehingga dapat
memeperlambat penyembuhan luka.
1.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua responden
sama ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tetapi faktor
penyebabnya yang berbeda. Ketidakseimbangaan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh sendiri adalah asupan nutrisi yang yang tidak mencukupi
untuk memenuhi kebutuhan metaboilik dengan batasan karakteristik, berat
badan kurang dari berat badan ideal, kehilangan berat badan dengan
asupan makanan yang adekut ( Wilkinson, 2012 )
Pada pasien pertama mengalami hiperglikemia, karen
menjalani diet ketat makan 2 kali sehari. Diet yang benar yaitu dengan 3
kali makan makanan utama, dan tiga kali makan makanan selingan, dengn
interval 3 jam sekali ( Waspadji, 2007 ). Makanan yang dikonsumsi
dengan kandungan kalori 700 kkal perhari, tidak sesuai dengan kebutuhan
kalori, sedangkan yang di butuhkan yaitu 1.650 kkal perhari.
Pada pasien ke dua klien mengalami stress tinggi yang
mengakibatkan hiperglikemia. Stress menyebabkan produksi berlebih pada
kortisol, kortisol adalah, suatu hormon yang melawan efek insulin dan
menyebabkan kadar gula darah tinggi, juka seseorang mengalami stress
berat yang dihasilkan dalam tubuhnya, maka kortisol yang dihasilkan akan
semakin banyak, ini akan mengurangi sensitivitas tubuh terhadap insulin.
Kartisol merupakan musuh dari insulin sehingga membuat glukosa lebih
sulit untuk memasuki sel dan meningkatkan gula darah ( Watkins, 2010
dalam Nugroho, 2010 ). Dari stress tersebut klien membatasi makannya
sehingga pola makan klien tidak teratur, kalori yang di konsumsi setiap
harinya 950 kkal, sedangkan kalori yang dibutuhkan 1495 kkal perhari.
Pendapat penulis tentang penegakan diagnosa diatas sama bahwa dengan
melakukan diet yang teratur dapat mengontrol kadar glukosa darah dan
tingkat stress yang tinggi dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
2.
Intervensi
Intervensi yang akan dilakukan pada kedua partisipan tidak
sama. Untuk klien yang pertama :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
kebutuhan nutrisi teratasi sebagian atau terpenuhi dengan kriteria hasil
GDA dalam batas normal, TTV dalam batas normal, luka tidak bau, tidak
bengkak, klien patuh dengan menu dietnya. Intervensi yang dilakukan
adalah observasi TTV, observsi GDA, observasi Luka, Modifikasi
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
5
makanan apa saya yang boleh dikonsumsi, yang dibatasi, dan yang tidak
boleh dikonsumsi, oleh penderita Diabetes Melitus dengan penyakit
penyerta Asam Urat, membuatkan jadwal makan yang sesuai. Diet yang
benar yaitu dengan 3 kali makan makanan utama, dan tiga kali makan
makanan selingan, dengn interval 3 jam sekali ( Waspadji, 2007 ). .
Klien kedua setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x 24 jam
diharapkan kebutuhan nutrisi teratasi sebagian atau terpenuhi dengan
kriteria hasil GDA dalam batas normal, TTV dalam batas normal, luka
tidak bau, tidak bengkak, klien patuh dengan menu dietnya. Intervensi
yang dilakukan adalah observasi TTV, observsi GDA, observasi Luka,
Menjelaskan makanan apa saya yang boleh dikonsumsi, yang dibatasi, dan
yang tidak boleh dikonsumsi, oleh penderita Diabetes Melitus,
membuatkan jadwal makan yang sesuai.
Pendapat penulis antara fakta dan teori sama bahwa dengan
melakukan jadwal makan interval 3 jam sekali dapat mengontrol glukosa
dalam darah.
3. Implementasi
Hasil pengkajian bahwa responden 1 dan 2 mengalami masalah
yang sama. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Dalam melaksanakan diet diabetes sehari-hari hendaklah di ikuti pedoma 3
J yaitu:
J I : Jumlah makanan, jumlah makanana yang diberikan dengan status gizi
penderita DM, bukan berdasarkan tinggi rendahnya guladarah. Jumlah
kalori yang disarankan berkisar antara 1100-2900 kkal.
J 2 : Jenis makanan, penderita diabetes melitus harus mengetahui dan
memahami jenis makanan apa yang bebas dimakan, dibatasi dan yang
tidaak boleh dimakan
J 3 : Jadwal makan, penerita diabetes melitus harus membiasakan diri
untuk makan tepat pada waktu yang telah ditentukan.. Penerita diabetes
melitus makan sesuai jadwal, yaiu 3 kli makan utama, 3 kali makanan
selingan, dengan interval 3 jam sekali. Ini dimaksudkan agar terjadi
perubahan pada kandungan glukosa darah penderita DM, sehingga
diharapkan dengan perbandingan jumlah makanan dan jadwal yang tepat
maka kadar glukosa darah akan tetap stabil dan penderita DM tidak
merasa lemas akibat kekurangan zat gizi. Jadwal makan standar yang
digunakan oleh penderita DM ( Waspadji, 2007 ).
Rencana tindakan yang dilakukan pada kedua Responden
mengobservasi TTV, Mengobservasi GDA untuk mengetahui glukosa
darah dalam batas normal atau tidak, Mengobservasi luka karena proses
penyembuhan luka juga di dukung dengan pola asupan nutrisi klien, tanpa
nutrisi yang adekuat proses penyembuhan luka akan memanjang / lama, (
Ferdiana, 2013 ). Menjelaskan makanan apa saya yang boleh dikonsumsi,
yang dibatasi dan yang tidak boleh dikonsumsi, memberikan jadwal
makan sesuai kebutuhan klien.
Pendapat penulis tentang teori dan fakta sama, bahwa dengan
membatasi makanan apa yang boleh dimakan, yang dibatasi, dan yang
tidak bolek dimakan dapat mengontrol kadar glukosa darah.
4.
Evaluasi
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
6
Responden pertama pada tanggal 29 Juli 2016 klien mematuhi
dietnya dengan makan pertiga jam sekali, dengan menu makanJam 07.00
WIB, nasi putih 1 centong, sambal 1 sendok, 1 butir telor, 1 potong tempe,
Jam 10.00 WIB, 1 buah pisang, 13.00 WIB, Nasi putih 1 centong, Sambai
1 sendok, 1 butir telur, 1 potong tempe, Jam 16.00 WIB, kue jagung 5
keping. Tekanan darah 140/90 mmHg, Suhu 30,6 celcius, Nadi 88 x/menit,
RR 20x/menit, GDA :189 ml/dl , Luka tertutup perban. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi sebagian, Melanjutkan intervensi 1, 2, 3, 6.
Pada tanggal 30 juli 2016 klien mengatakan sudah patuh dengan
makan pertiga jam sekali, dengan menu makan Jam 07.00 WIB, Nasi putih
1 centong, Sayur sop, 1 potong tempe, 1 potong tahu, Jam 10.00 WIB,
Makan kerupuk 2, Kue jagung 3 keping, 13.00 WIB, Nasi putih 1 centong,
Sayur sop, 1 potong tempe, 1 potong tahu, Jam 16.00 WIB, Singkong 1
potong. Tekanan darah 140/90 mmHg, Suhu 30,6 celcius, Nadi 88
x/menit, RR 20x/menit, GDA : 170 mg/dl, luka tertutup perban.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi sebagian, Melanjutkan intervensi 1, 2, 3, 6.
Pada tanggal 31 juli 2016 klien mengatakan sudah patuh dengan
makan pertiga jam sekali, Jam 07.00 WIB, Nasi putih satu centong,
Lalapan bayam, 2 potong tempe, Sambal, Jam 10.00 WIB, Makan pepes
tahu, 13.00 WIB, Nasi putih 1 centong, Sambal, Pepes tahu, Kerupuk 2,
16.00 WIB, 1 buah pisng. Tekanan darah 150/90 mmHg, Suhu 30,6
celcius, Nadi 88 x/menit, RR 20x/menit, GDA 120 mg/dl , luka tertutup
perban. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sebagian< melanjutkan intervensi 1,
2, 3, 6.
Hasil yang didapatkan pada responden pertama dari evaluasi
pertama sampai ketiga kadar glukosa darah turun pada, glukosa darah saat
pengkajian 210 mg/dl, evaluasi hari pertama 189 mg/dl, evaluasi hari
kedua 170 mg/dl, hari ketiga 120 mg/dl.
Responden kedua pada tanggal 02 Agustus 2016 Pasien
mengatakan sudah patuh dengan dietnya dengan menu makan, Jam 07.00
WIB, 1 centong nasi jagung, 1 potong ayam, 2 sendok tumis pepaya, Jam
10.00 WIB, Makan buah pepaya 1 potong, Jam 13.00 WIB, Makan nasi
jagung, 1 potong ayam, 2 sendok tumis pepaya, Jam 16.00 WIB, Makan 2
buah pisang rebus. Tekanan darah saat pengkajian 120/90, Suhu 30,6
celcius, nadi 88 x/menit, RR : 20x/menit, dengan GDA 212 mlg/dl.
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi sebagian, Melanjutkan intervensi 1, 2, 3,
6.
Pada tanggal 03 Agustus 2016 pasien mengatakan sudah patuh
dengan dietnya dengan menu makan, jam 07.00 WIB, 1 centong nasi, 1
potong ayam, Sayur sop, Jam 10.00 WIB, Makan buah pisang 1 potong, Jam 13.00 WIB,
1 centong nasi putih, 1 potong ayam, Sayur sop, Jam 16.00 WIB, Makan 2 buah pisang
rebus. Tekanan darah saat pengkajian 110/90, Suhu 30,6 celcius, nadi 88
x/menit, RR : 20x/menit, dengan GDA 179 mlg/dl. Kebutuhan nutrisi
klien terpenuhi sebagian, Melanjutkan intervensi 1, 2, 3, 6.
Hasil yang didapatkan pada responden kedua dari evaluasi pertama
sampai kedua kadar glukosa darah turun, glukosa darah saat pengkajian
250 mg/dl, evaluasi hari pertama 210 mg/dl, evaluasi hari kedua 179
mg/dl.
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
7
Salah satu tujuan diet Diabetes Melitus yang dilakukan secara
teratur adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah sekitar normal (
Wahyuni, 2008 ). Dari penelitian yang sudah dilakukan dengan
memperhatikan kebutuhan kalori perhari pasien yang dihitung dari tinggi
badan dan berat badan, memberikan jadwal makan yang tepat, dan
dilakukan secara teratur dapat memurunkan kadar glukosa darah yang
tidak terkontrol bisa menjadi normal ( Wahyuni, 2008 ). Menurut penulis
antara teori dan fakta sama bahwa dengan memeperhatikan kebutuhan
kalori pasien perhari, dan memperhatiakan jadwal makan pasien jika
dilkaukan dengan tarut dapat mempertahankan kadar glukosa darah yang
tidak terkontrol bisa turun menjadi normal atau mendekati normal.
Perawat perlu mengevaluasi kriteria hasil dari tindakan
keperawatan dan waspada akan tanda-tanda bahwa tujuan telah tercapai.
Pastikan waktu yang adekuat untuk menguji setiap pendekatan
keperawatan terhadap masalah.(Perry dan Potter, 2010). Pendapat penulis
antara fakta dan teori sama bahwa perkembangan kebutuhan nutrisi pasien
dapat tercapai sebagian.
SIMPULAN
Data hasil pengkajian tanda dan gejala ulkus diabetik yang dialami kedua
klien sama yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh. Tetapi
terdapat perbedaan dari manifestasi klinis pada klien pertama ulkus diabetik
dengan komplikasi asam urat, pada klien kedua tingkat stresnya tinggi. Setelah
dilakukan intervnsi pada opasien pertama dengan modifikasi makanan yang boleh
dimakan, dibatassi, dan yang tidak boleh oleh pnderita ulkus diabetik dan asam
urat selama hari tingkat glukossa darah turun, pada pasien kedua setelah
dilakukan modifikasi makanan yang boleh dimakan, yang dibatasi dan yang tidak
boleh selam tiga hari juga menglami penurunan.
REKOMENDASI
Diharapkan asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetik selalu
dilakukan pelayanan seoptimal mungkin dan selalu meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit / klinik.
Institusi kesehatan harus lebih mengoptimalkan program standar praktek
keperawatan dan meningkatkan mutu dari keperawatan dimana tenaga
keperawatan tidak hanya memberikan pelayanan pada klien sakit tetapi juga
sebagai tenaga pendidik, agar klien dapat memperoleh pelayanan kesehatan
dengan baik. Hasil studi kasus ini dapat dijadikan data dasar untuk studi kasus
lebih lanjut tentang klien ulkus diabetik.
Alamat Correspondensi :
Email : [email protected]
No. Hp : 085731999552
Alamat : Dsn.Pamotan RT/R 014/007
Kec.Sambeng Lamongan
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
Ds.Pamotan
8
DAFTAR PUSTAKA
Aifah, Siti Nur. 2015. Perkembangan Luka Gangren Pada Penderita Diabetes
Melitus di Rsud dr. Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto.
Arwani, SiswantoPuji, Sugijana Ramelan. 2014. Perbedaan Tingkat Perfusi
Perifer Ulkus Kaki Diabetik Sebelum Dan Sesudah olahraga pernafasan
Dalam di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. RS soeprapto cepu. Vol.1 No.1
Mona Eva, Bintanah Sufiati, Astuti rahayu. 2012. Hubungan Frekuensi
pemberian konsultasi gizi dengan kepatuhan diit serta kadar gula darah
penderita diabetes melitustipe II rawatjalan di RSUD tugu rejo
semarang.Vol.1 No.1
Nugroho, S. A, 2010. Hubungan Antara Tingkat Stress Dengan Kadar Gula
Darah Pada Pasien Dibetes Melitus Di Wilayah Kerja Pukesmas Sukoharjo
1 Kabupaten Sukoharjo. Vol.1 No.1
Potter Patricia A, Perry Anne G 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 1.
Jakarta : Salema Medikal.
Purnomo S Eko, Dwiningsih Sri Utami, Lestari Kurniatipuji. 2014. Efektifitas
Penyembuhan luka Menggunakan NaCl 0,9% dan Hydrogel pada ulkus
diabetes melitus di RSU kota semarang. Vol.2 No.1
Puspitaningsih, Dwi Harini. Kartiningrum, Eka Diah. Puspitasari, Widya. 2015.
Buku Panduan Studi Kasus Prodi D3 keperawatan , LPPM Politeknik
Kesehatan Majapahit Mojokerto.
Setyoningrum Irma Astuti, Yunie Armiyati, Rahayu Astuti. 2013. Tingkat Depresi
Berdasarkan Derajat ulkus Diabetes Meitus Yang Berobat di Rsud Kota
Semarang.
Sulistyowati dwi arini . 2015. Efektifitas Elevasi Ekstermitas Bawah Terhadap
Proses Penyembuhan Ulkus Diabetik Di Ruang Melati Rsud dr.Moewardi.
Vol.3 No.1
Wahyuni, S. 2008. Gambaran Asupan Energi, Zat Gizi Mikro, Kadar Gula Darah
dan Perkembangan Kesembuhan Luka Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe II Dengan Komplikasi Gangren Di Bangsal Melati 1 RSUD
Dr.Moewardi Surakarta. Program Studi Diploma III Gizi Fakultas ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Waspadji, 2007. Komplikasi Kronik Diabetes : Mekanisme Terjadinya Diagnosa
dan Strategi Pengelolaan. In d. Aru W, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Jakarta : FKUI.
Wesiana Heris Santy. 2013. Negative Pressure Wound Therapy (NPWT) For the
Management Of Diabetic Food wound.
Wilikonson Judith M., Nancr R. Ahern. 2012. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Edisi 9. Jakarta : EGC
ENDIKE KHIFTIYAH MAISAROH |Poltekkes Majapahit
Mojokerto
9
Download