MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Website : http://e-journal.stain-pekalongan.ac.id/index.php/Muwazah PERAN TEORI QIRA’AT DALAM MEMAHAMI AYAT RELASI GENDER Ahmad Muttaqin Pondok Pesantren. Al-Junaidiyah, Bone Sulawesi Email: [email protected] Abstract : Al-Quran at the first time was sent down to transform the bias gender relation. In relation to this, it is necessary to let the Quranic verses to talk about gender itself by using the variant readings (Qira’at) of the Al-Quran. This paper aims to built the argument how important the qira’at is to understand the verses talking about gender. For example, this will analyze the Q.S. Al-Nisa’ (4): 19. This concludes that variant readings (qira’at) contributes to understand the Quran thematically and contextually. Second, using the qira’at in Q.S. Al-Nisa’ (4): 19, we understand how to position the women more respectfully. Keywords: Qira’at, Gender, Thematic-Contextual Abstrak: Al-Quran pada saat pertama diturunkan untuk mengubah hubungan bias gender. Sehubungan dengan ini, perlu untuk membiarkan ayat-ayat Al-Quran berbicara tentang gender itu sendiri dengan menggunakan bacaan varian (Qira'at) dari Al-Quran. Paper ini bertujuan untuk membangun argumen tentang pentingnya Qira'at untuk memahami ayat-ayat Al-Quran berbicara tentang gender. Misalnya, analisis Q.S. Al-Nisa '(4): 19, dengan kesimpulan bahwa varian bacaan (Qira'at) memberikan kontribusi untuk memahami Quran tematis dan kontekstual dan menggunakan Qira'at dalam Q.S. Al-Nisa '(4): 19, bisa memahami posisi kaum perempuan dengan lebih terhormat. Kata kunci: Qira’at, Gender, Tematik-Kontekstual 1. PENDAHULUAN Quran melakukan transformasi dan reformasi Penafsiran tidak terlepas dari bias untuk menghapuskan bias dalam keadilan ideologi sang penafsir. Konstruk sosial dan gender. Hal ini dapat dilihat dari usaha Al- budaya turut Quran yang menyinggung persoalan rumah membentuk hasil penafsiran ketika menafsiran tangga, perkawinan, warisan dan persoalan Al-Quran. Tidak terkecuali budaya patriarkal. lain Budaya patriarkal adalah sebuah budaya yang perempuan. Oleh karenanya, Al-Quran pada mengunggulkan masa sekarang harus tetap dibiarkan untuk di mana penafsir posisi hidup laki-laki di atas yang terkait relasi laki-laki dan perempuan. Ketika menafsiran Al-Quran para menyuarakan penafsir yang hidup pada masa tersebut, jika memberikan ruang kepada dirinya. Untuk itu, tidak akan sebagai upaya memahami semangat Al-Quran keterpengaruhan worldview-nya, maka produk dalam menghapuskan ketim-pangan gender penafsirannya sangat mungkin mengandung pada masa ia diturunkan, seorang penafsir bias gender. harus mempertimbangkan ragam qira’at untuk memiliki kesadaran Al-Quran sendiri sejak pertama turun keadilan gender dengan kemudian dikonteks-tualisasikan pada masa sangat memperjuangkan keadilan gender. Al- 14 | Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 sekarang. Qira’at dan Al-Quran tidak dapat yang tak dapat dipisahkan. Al-Quran tanpa dipisahkan antara satu dengan lainnya. qira’at tidak mungkin menjadi bacaan. Ini Posisi ragam qira‘at dalam sebuah berarti qira‘at pada dasarnya adalah wahyu penafsiran sering dijadikan bahan untuk sama dengan Al-Quran itu sendiri. Ragam menafsiran sebuah ayat. Dalam tafsir bercorak qira’at tersebut diturunkan kepada Nabi. fiqih misalnya, qira‘at kerap kali mewarnai Qira’at yang berderajat mutawatir adalah Al- hasil olah pemikiran para penafsir. Qira‘at Quran, sedangkan yang tidak sampai kepada sendiri merupakan ragam bacaan Al-Quran derajat mutawatir, tidak termasuk kategori yang telah dipraktekkan oleh Nabi maupun qira’at maupun Al-Quran. Karenanya, dalam para Sahabat. menafsirkan Al-Quran, qira‘at mutawatirah Berangkat dari latar belakang di atas, bukan lagi harus diposisikan sebagai sumber tulisan ini secara spesifik akan menawarkan sekunder, tetapi menjadi sumber utama atau ragam qira‘at dalam penafsiran ayat relasi bahkan objek penafsiran itu sendiri. gender. Oleh karena-nya, rumusan masalah Salah satu metode penafsiran Al- yang akan dijawab dalam makalah ini ada dua. Quran adalah metode tematik atau maudu’i. Pertama, bagaimana peran ragam qira’at Metode ini berangkat dari Al-Quran yufassiru dalam memahami ayat Al-Quran. Kedua, ba’d}uhu ba’d}an. Artinya, metode tematik bagai-mana penafsiran ayat-ayat relasi gender mengarah pada tema tertentu kemudian dengan menggunakan ragam qira’at. mencari pandangan Al-Quran mengenai tema tersebut dengan cara menghimpun semua ayat 2. PEMBAHASAN yang membicarakannya, menganalisis, dan 2.1. Sumbangsih Ragam Qira‘at dalam Kajian memahami ayat demi ayat (Shibab, 2013, Tematik-Kontekstual. Selama penafsir selangkah lebih maju ke arah penafsiran Al- memposisikan qira‘at sebagai salah satu Quran yang lebih mempertimbangkan faktor sumber dalam menafsirkan ayat Al-Quran. Hal maqasid (purposeful). Metode memahami Al- tersebut dapat dilihat dalam kitab-kitab tafsir Quran dengan tematik, prinsip dan nilai yang bercorak fiqih yang menggunakan ragam lebih tinggi berangkat dari anggapan bahwa qira‘at untuk mengoksplorasi implikasi hukum Al-Quran adalah keseluruhan yang menyatu dari keragaman qira‘at terhadap ayat tersebut. (Auda, 2007, h. 132). Al-Quran ini, h.385.). Metode ini, menurut Jasser Auda, adalah sebagian kalam Tuhan yang Agak berbeda dengan di atas, kajian diturunkan kepada Nabi Muhammad secara tematik dalam hal ini adalah bagaimana mutawatir. Sedangkan qira’at adalah cara baca keragaman qira‘at dalam satu ayat digunakan atau pengucapan. Walaupun kedua istilah ini untuk melihat pesan ayat tersebut. Keragaman terkesan berbeda, namun pada hakikatnya qira‘at adalah wahyu. Karenanya, keragaman antara keduanya seperti dua sisi mata koin ini perlu dilihat untuk menentukan pesan Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) | 15 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 umum yang yang ingin disampaikan ayat Dasar dari pandangan ini adalah hadis riwayat tersebut dari berbagai bacaan yang telah ‘Ubaid bin Ka’ab yang menyatakan Nabi dilegalkan oleh Nabi. Ketika qira‘at tersebut memohon sampai empat kali agar umatnya terverifikasi berasal dari Nabi, maka qira‘at diberi kemudahan dalam membaca Al-Quran. tersebut adalah bagian dari Al-Quran sendiri. Kemudian Maka memahami ayat dengan menggunakan membaca Al-Quran dengan tujuh huruf dan ragam qira‘at yang meliputinya adalah bagian huruf manapun yang dibaca adalah benar. dari usaha memberikan ruang kepada Al- Hadis-hadis ini diriwayatkan dalam S{ah}ih} Quran untuk berbicara dengan sendirinya. Muslim no. 1943, Sunan Abu Daud no. 1480, baru, Jibril menyampaikan untuk Sebenarnya gagasan ini bukan hal Sunan al-Nasa’i no. 939, Musnad Ah}mad no. sebab 21210, 21214. praktik penafsiran dengan menggunakan qira’at telah diaplikasikan oleh Selain itu terdapat hadis-hadis yang para sahabat. Keragaman qira’at, sebagaimana menceritakan yang diungkap oleh Abdul Mustaqim, telah Muhammad. menjadi salah satu sumber penafsiran di era bahwa saya diutus kepada umat yang ‘ummi. sahabat. Qira‘at dengan qira’at yang lain bisa Di antara mereka ada orang tua dan orang saling lemah yang belum pernah membaca kitab memperjelas kandungan ayat( Mustaqim, 2012), h. 61). Lantas sekalipun. kemudian Kemudian Jibril Nabi mengatakan mengatakan bisa sesungguhnya Al-Quran diturunkan dengan di atas? tujuh huruf. Hadis-hadis ini terdapat dalam mempertimbangkan Sunan al-Tirmiz\i no. 2944, Musnad Ah}mad berbagai qira’at akan mampu memberikan no. 21242, 23446 dan 23494. Pada hadis lain, pemahaman yang lebih komprehensif. Jika Nabi menyatakan di antara umatnya ada orang beberapa penafsir masih memposisikan qira’at ummi, anak-anak dan tua renta yang belum adalah pilihan; mana yang lebih tepat dan pernah membaca kitab sebelumnya (Athaillah, sesuai, maka kajian tematik ini memposisikan , 2010, h. 176.). Beragam hadis di atas ragam qira’at dalam satu ayat sebagai satu menunjukkan kesatuan bacaan sab’ah ah}ruf bertujuan untuk memberi Penafsiran dari dengan yang apa Nabi mendatangi yang dikembangkan tawaran Jibril penjelasan saling berhubungan (wholeness). Kesemua qira’at yang muncul dalam lingkup sebuah ayat harus menjadi bahwa fleksibilitas dalam kemudahan. Abdullah Saeed(2006, h. 69-76), pertimbangan untuk menarik signifikansi ayat memberikan dari berbagai qira’at tersebut. fleksibilitas dalam bacaan Al-Quran adalah penjelasan bahwa fenomena Bagi sebagian orang, kemunculan lampu hijau untuk mendekati pemahaman Al- ragam qira‘at masih dianggap sebatas media Quran dengan berbagai cara yang berbeda. untuk dalam Nabi melegalkan perbedaan pengucapan tentu pengucapan Al-Quran bagi bangsa Arab dulu. agar sahabat dan umat Islam pada waktu itu 16 | memberikan kemudahan Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 mudah dalam membaca Al-Quran. Oleh meliputi perbedaan komposisi kimia dan karenanya, bisa saja hikmah dibalik fenomena hormon itu ditarik dalam ranah interpretasi Al-Quran reproduksi, dan karakteristik biologis lainnya ( bahwa Al-Quran bisa saja didekati dengan Hidayatullah, , 2010,h.. 9-10). berbagai pendekatan untuk dalam tubuh, anatomi fisik, Adapun istilah “gender” bisa diartikan memudahkan dalam memahami Al-Quran pada konteks sebagai kekinian. Penjelasan Saeed di atas mendukung terhadap perbedaan kelamin yakni laki-laki pemahaman dan perempuan. Gender dipergunakan untuk kontekstual ayat dengan interpretasi mental dan kultural menunjukkan pembagian kerja yang dianggap penggunaan ragam qira’at-nya. Mendudukkan ragam qira’at pada tepat bagi laki-laki dan perempuan. Artinya posisi ini, bukan hanya menjadi alternatif gender sebagai konsep yang digunakan untuk dalam memahami ayat Al-Quran secara mengidentifikasi kontekstual, tetapi juga berusaha menun- perempuan dilihat dari pengaruh sosial budaya. jukkan bahwa fenomena fleksibilitas qira’at Pengertian ini menunjukkan bahwa gender tidak hanya diperuntukkan bagi bangsa adalah suatu bentuk rekayasa masyarakat Arab. Adanya fleksibilitas qira’at tersebut (social constructions), bukannya sesuatu yang memiliki fungsi dan manfaat bagi bangsa bersifat kodrati (Hidayatullah, 2010, h.. 9). non-Arab yang tidak bermasalah dalam Jadi istilah seks mengacu kepada sifat biologis, persoalan kesulitan pengucapan. Bangsa sedangkan gender merupakan persepsi dan non-Arab tetap dapat menggunakan ragam harapan-harapan qira’at dalam memahami ayat Al-Quran seharusnya kepada laki-laki dan perempuan. sesuai konteksnya masing-masing. Dengan begitu, ragam qira’at bukan hanya merespon bangsa Arab, tetapi non-Arab pun juga mendapat perhatian dari fenomena fleksibilitas bacaan Al-Quran. bersifat perlu dibedakan pengertian dari “seks” dan “gender”. Terma “seks” secara mengidentifikasi umum digunakan perbedaan untuk laki-laki dan perempuan dari segi atonomi biologi. Makanya dalam kamus Indonesia seks diartikan dengan jenis kelamin, karena lebih kultural dan yang gender, yaitu kedudukan perempuan pada wilayah sosial kultural. Aliran feminisme memandang perbedaan gender melahirkan ketidakadilan baik stereotipe, telah berupa subordinasi, kekerasan dan beban kerja bagi perempuan. 2.2. Persoalan Gender dalam Islam kali laki-laki Gerakan feminisme lebih kepada aspek marginalisasi, Pertama perbedaan Sebab sifat gender adalah sifat yang bisa diubah dan ditukar dan dipengaruhi oleh konstruk sosial. Sifat gender inilah yang ingin diperjuangkan agar baik laki-laki maupun perempuan tidak menjadi korban dalam konstruk gender. banyak berkonsentrasi pada aspek biologi seseorang, Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) | 17 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 2.3. Nabi seorang feminis Feminisme tentang memanusiakan perempuan, seperti larangan diawali ketimpangan oleh posisi persepsi perempuan mengubur larangan bayi perempuan menjadikan hidup-hidup, perempuan sebagai dibandingkan laki-laki di masyarakat. Dari warisan, perempuan sekarang memiliki hak ketimpangan ini kemudian muncul berbagai waris, perempuan tidak bisa dikawin cerai upaya seenaknya, perempuan memiliki hak dan untuk menemukan formula untuk menyatarakan perempuan dan laki-laki dalam kewajiban yang sama di hadapan-Nya. segala bidang sesuai dengan potensi yang Adapun yang sifatnya evolutif yaitu dimiliki sebagai umat manusia. Upaya tersebut perubahan yang dilakukan secara bertahap, kemudian dikenal dengan gerakan feminisme adaptif, dan sifatnya kondisional seperti kadar (Anshori dkk, , 1997, h.19). warisan perempuan yang berbeda dengan laki- Al-Quran sebagai rujukan pertama laki, kesaksian perempuan dianggap setengah pada dasarnya berusaha memposisikan laki- dari kesaksian laki-laki, adanya ‘iddah, nikah laki dan perempuan secara adil. Kedudukan harus diwakilkan wali, saksi nikah tidak boleh perempuan seperti yang digambarkan dalam perempuan, adanya hak ijbar, poligami dan Al-Quran merupakan suatu peningkatan nyata adanya hak talak pada laki-laki. Berbagai dari keadaan yang berlangsung sebelumnya di bentuk aturan tersebut untuk konteks masa Arabia pra-Islam (Schimmel, 1998, h. 92). kini masih menunjukkan adanya diskriminasi Bahkan, sesuatu yang tidak bisa dipungkiri, terhadap perempuan. Namun dalam konteks salah satu kunci sukses dakwah Nabi dalam historis Nabi, kasus tersebut bisa dimaklumi melakukan dalam karena sangat terkait dengan sosio-kultural masyarakat Arab, adalah karena ajaran-ajaran masa itu yang mengharuskan perempuan yang dibawanya berisi pembebasan dari diposisikan berbagai aspek penindasan dan persamaan. Wadud (2001,h. 147-148), Al-Quran memang Sebuah bagi lebih sering menganjurkan reformasi gradual, komunitas yang selama ini termarginalkan dan sebab jika kebiasaan tersebut dihapuskan tidak secara perubahan-perubahan ajaran yang dimanusiakan, menyejukkan termasuk kaum seperti masif justru itu. Menurut akan Amina menimbulkan perempuan (Najwah, 2006, Vol. 7, h. 77). Bisa masalah baru, makanya tetap dijalankan secara dikatakan Nabi Muhammad sendiri adalah pelan-pelan mengikuti konteks perubahan itu seorang feminis, karena memperjuangkan hak terjadi. perempuan atas ketimpangan sosial yang ada. Secara garis besar gaung kebebasan 2.4. Mufassir dan budaya Patriarkal yang dibawa oleh Nabi, ada yang bersifat Jika Al-Quran dan hadis berbicara perombakan total dan ada pula yang sifatnya demikian, lantas mengapa justru beberapa evolutif. Perombakan secara total yaitu persoalan ketidakadilan gender pada masa kini tradisi yang tidak bersumber dari teks Al-Quran dan hadis? Hal penghapusan bentuk 18 | Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 yang perlu disadari adalah produk pemahaman cukup banyak disebutkan dalam beberapa dan interpretasi Al-Quran dan hadis pasti surah. Hal ini yang kurang dieksplorasi dalam dipengaruhi oleh penafsirnya. Cara pandang kitab-kitab tafsir klasik. Oleh karenanya, pada penafsir juga terkadang dipengaruhi oleh sub-bagian tradisi ataupun konstruk sosial di mana dia bagaimana pemahaman ayat relasi gender hidup. Hal ini senada dengan jawaban Hamim dengan Ilyas bahwa lebih dahulu harus dibedakan melingkupinya. Sebagai contoh aplikasi teori antara Islam orisinil, historis dan kultural. qira’at, penulis akan mencoba menganalisis Islam orisinil adalah pengamalan Islam yang Q.S. Al-Nisa’ (4): 19. selanjutnya melihat akan ragam membahas qiraat yang berkembang pada masa Nabi. Islam historis adalah tradisi yang berkembang di tengah masyarakat, terutama setalah wafatnya Nabi. Sedangkan Islam kultural dipahami sebagai penerjemahan nilai-nilai agama dalam 2.5. Peran qira’at dalam memahami ayat relasi gender (Al-Nisa’(4): 19). ﻦ ﻫ ﻀﻠُﻮ ُ ﻌ ﻭﻟَﺎ َﺗ ﺎﺮﻫ ﺀ َﻛ ﺎﻨﺴﻥ َﺗﺮِﺛُﻮﺍ ﺍﻟ ﻢ َﺃ ﱡﻞ َﻟ ُﻜﻳﺤ ﻮﺍ ﻟَﺎﻣﻨ ﻦ ﺁ ﻳﺎ ﺍﱠﻟﺬﻳﻬﺎ َﺃﻳ kebudayaan maupun karya-karya dalam Islam. ﻦ ﻫ ﺮﻭ ﺎﺷﻭﻋ ﻨﺔﻴﺒﻣ ﺸﺔ ﲔ ﺑِﻔَﺎﺣ ﻳ ْﺄﺗ ﻥ ﻦ ﺇِﻟﱠﺎ َﺃ ﻫ ﻮﻴُﺘﻤﺎ ﺁَﺗﻌﺾِ ﻣ ﺒِﻮﺍ ﺑﻫﺒ َﺘ ْﺬﻟ Feminis Islam sepakat bahwa ketidakadilan ﻴﻪﻪ ﻓ ﻌ َﻞ ﺍﻟﱠﻠ ﺠ ﻳﻴﺌًﺎ ﻭﺷ ﻮﺍﺮﻫ ﻥ َﺗ ْﻜ ﻰ َﺃﻌﺴ ﻦ َﻓ ﻫ ﻮﻫُﺘﻤ ِﻥ َﻛﺮ ِ َﻓﺈﻭﻑﻌﺮ ﻤ ﺑِﺎْﻟ gender tidak muncul pada masa Islam orisinil. Ketidakadilan itu baru muncul pada Islam ﺍﲑﺍ َﻛﺜﻴﺮﺧ Artinya: historis dan kultural (Wijaya, 2011), h. XIV- Wahai orang-orang yang beriman! XV.). Oleh karena itu, melakukan studi Tidak halal bagi kamu mewarisi agama, terutama kajian atas teks Al-Quran perempuan dengan jalan paksa dan dan Hadis, perlu menggunakan pendekatan janganlah feminisme untuk mengembalikan semangat mereka karena hendak mengambil keadilan gender yang dulu telah diperjuangkan kembali sebagian dari apa yang telah oleh bisa kamu berikan kepadanya, kecuali memberikan solusi baik atas problem gender apabila mereka melakukan perbuatan yang muncul dari kesalahan interpretasi keji yang nyata. Dan bergaullah agama (internal) maupun ketidakadilan gender dengan mereka dengan cara yang yang berbuah dari pola struktur budaya patut. Jika kamu tidak menyukai patriarkal masyarakat (eksternal). mereka, (maka bersabarlah) karena Nabi. Para menggunakan Dengan begitu mufassir ragam agama klasik qira’at kamu menyusahkan telah boleh jadi kamu tidak menyukai dalam sesuatu, padahal Allah menjadikan menafsirkan Al-Quran. Tetapi, kecenderungan kebaikan yang banyak padanya. penggunaan qira’at lebih dominan dalam penafsiran ayat-ayat hukum, teologi dan fiqih. Padahal dalam Al-Quran isu relasi gender Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) | 19 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 a. Ragam Qira‘at saat berhenti ((Al-Khatib, 2000), h. 1) ﻞ ﺤﱡ ِ ﻟَﺎ َﻳ 41). Na’im bin Maisarah membaca ()ﻻ ﻳﺤﻞ dengan huruf ta dengan taqdir-nya la 6) ﻦ َ َﻳ ْﺄﺗِﻴ tahillu lakum al-waras\atu. Adapun Abu ‘Amru, Abu Ja’far, Al-As{bihaniy, Imam yang lain membaca dengan Warasy, huruf ya membaca dengan mengganti hamzah al-Azraq dan al-Susi menjadi alif ()ﻳﺎﺗﻴﻦ. (Al-Khatib, 2000), 2) َآ ْﺮهًﺎ h. 41). Ibn Kas\ir, Nafi’, Abu ‘Amru, Ibn ‘Amir, ‘As}im, Abu Ja’far danYa’qum 7) ﺸ ٍﺔ َﺡ ِ ﻦ ِﺏﻔَﺎ َ ن َﻳ ْﺄﺗِﻴ ْ ِإﻟﱠﺎ َأ men-fathah-kan Ubay bin Ka’ab membaca dengan ( إﻻ huruf kaf () َآ ْﺮهًﺎ. Sedangkan H{amzah, )أن ﻳﻔﺤﺸﻦ ﻋﻠﻴﻜﻢ. Adapun Ibn Mas’ud al-Kisa’i, Khalaf, al-H{asan dan al- membaca dengan (ﻦ ّ إﻻ أن ﻳﻔﺤﺸﻦ و ﻋﺎﺵﺮوه A’masy men- ). Bacaan ini juga bacaan Ibn ‘Abbas dhommah-kan huruf kaf ((( ) ُآ ْﺮهًﺎAl- dan ‘Ikrimah. Namun Ibnu H{ayyan Khatib, 2000), h. 40.). mengomentari bahwa kedua bacaan ini membaca dengan membaca dengan bertentangan dengan mushaf Imam 3) ﻀﻠُﻮ ُهﻦﱠ ُ َوﻟَﺎ َﺗ ْﻌ Ibn Mas’ud dan lebih condong kepada penafsiran membaca dengan menambahkan ( )أنmenjadi ( َوﻟَﺎأن ﻀﻠُﻮ ُهﻦﱠ ُ ) َﺗ ْﻌ. menambahkan Adapun ha saktah atau penjelasan, bukan Al-Quran ((AlKhatib, 2000), h. 41.). Ya’qub ketika 8) ُﻡ َﺒ ﱢﻴ َﻨ ٍﺔ berhenti menjadi (ﻀﻠُﻮ ُه ﱠﻨ ْﻪ ُ (( ) َوﻟَﺎ َﺗ ْﻌAl- Nafi’, Khatib, 2000), h. 40.). H{amzah, al-Kisa’i, H{afs} ‘an ‘As}im, Abu ‘Amru, Ibn ‘Amir, Abu Ja’far, Ya’qub membaca dengan meng-kasrah huruf ya atau mengikuti 4) ِﻟ َﺘ ْﺬ َهﺒُﻮا Zaid Ibn ‘Ali< membaca dengan men- wazan isim fa’il dari “bayyana”. Ibnu d}ammah-kan huruf ta dan men-kasrah- Kas}ir, Abu Bakar ‘an ‘A<s}im, al-H{asan, kan huruf ha menjadi ()ِﻟ ُﺘ ْﺬ ِهﺒُﻮا.( (Al- Ibn Muh}ais}in membaca dengan men- Khatib, 2000), h. 41.). fatah-kan huruf ya (ٍ) ُﻡ َﺒ ﱠﻴ َﻨﺔ. Adapun Ibn ‘Abbas membaca dengan kasrah huruf ba dan sukun huruf ya ( )ﻡﺒﻴﻨﺔmenjadi 5) ﻦ ﺁ َﺗ ْﻴ ُﺘﻤُﻮ ُه ﱠ Ya’qub membaca dengan isim fa’il dari verba ()أﺏﺎن. Ada riwayat menambahkan huruf ha saktah pada juga dari Ibn ‘Abbas membaca dengan bayyinah. Selain ragam di atas al- 20 | Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Kisa’i dan H{amzah juga membaca Ibn Manzur (tt, h.3875), dengan ima<lah huruf ha dan huruf menjelaskan panjang lebar perbe-daan sebelumnya ()ﻡﺒﻴﻨﻪ.( (Al-Khatib, 2000), antara kata al-kurhu dan al-karhu. Ia h. 42). mengutip pendapat al-Farra’ bahwa kata al-kurhu berarti masyaqqah (kesulitan atau kesukaran) Adapun arti kata al- 9) ن ْ ف َﻓِﺈ ِ ﺏِﺎ ْﻟ َﻤ ْﻌﺮُو Abu “Amru dan Ya’qub dengan cara karhu adalah ijbar, dengan pemaksaan. meng-idgham-kan huruf fa dengan fa Ibnu Abbas dalam menafsirkan kata setelahnya ((Al-Khatib, 2000), h. 42). kurhan ditujukan kepada perbuatannya yang ingin memperdayai perempuan 10) َﻓ َﻌﺴَﻰ karena kebencian. H{amzah, al-Kisa’i membacanya dengan dan Kata karhan berasal dari kata Khalaf imalah((Al- Khatib, 2000), h. 43). اآﺮاﻩ yang berarti yang dipaksakan kepada seseorang untuk melakukannya. 11) ﻞ اﻟﱠﻠ ُﻪ َ ﺠ َﻌ ْ َو َﻳ sesuatu dengan kata qiraat Penggunaan karhan menunjukkan Imam Jumhur membaca dengan nas}ab bahwa perempuan itu dipaksa agar mau sebagai ‘at}af dari an takrahu. Adapun dimiliki (Fahrudin, 2006,h.10).. ‘Isa ibn ‘Umar membaca denfan me- Kedua, kata ﻡﺒﻴﻨﺔbisa dibaca rafa’-kan huruf lam dengan asumsi dengan mubayyinah atau mubayyanah. kalimatnya wa huwa yaj’alu. Adapun Kata mubayyinah adalah bentuk wazan al-Zamakhsyari setuju jika diabca isim fa’il dari verba bayyana. Adapun dengan rafa’ karena posisinya sebagai arti bayyana adalah tampak, jelas dan hal.( (Al-Khatib, 2000), h. 43) terang seperti kata tabayyana yang menunjukkan makna fi’il lazim. Al- 12) ﺧ ْﻴﺮًا َآﺜِﻴﺮًا َ Qasimi mengutip perkataan Abu al- Al-Azraq dan Warasy membaca huruf Su’ud bahwa kata mubayyinah memiliki ra secara tarqiq pada keduanya ((Al- arti tampaknya perilaku keji tersebut Khatib, 2000), h. 43). lantaran, misalnya, karena istri nusyuz (membangkang), mencela suami dan b. Implikasi makna keluarganya dengan ucapan yang tidak Di antara perbedaan qira’at sopan, serta karakternya yang pemarah. dalam ayat di atas, ada dua kata kunci Adapun kata mubayyanah merupakan yang akan menjadi fokus kajian yang ism terkait relasi gender yaitu kata آﺮهﺎdan muta’addi. ﻡﺒﻴﻨﺔ. ditampakkan, maf’ul yang Kata berarti ini maka Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) bentuk berarti objek jika yang | 21 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 dimaksud adalah dijelaskan atau istri yang sudah tua, sementara dibuktikan kondisi perbuatan keji itu seleranya tertuju pada istri mudanya, dilakukan atau dengan menghadirkan lalu dia menahan dan menelantarkan empat saksi yang melihat peristiwa istri tersebut. menggaulinya sampai istri tuanya minta tuanya. Dia tidak pernah untuk diceraikan dengan memberikan c. Makna relasi gender tebusan Pertama, kata آﺮهﺎ Ayat ini atau dia tetap menahannya hingga perempuan tersebut adalah larangan meninggal dunia, menjadikan perempuan sebagai barang mewarisi hartanya. warisan yang dapat dipindahtangankan menganjurkan dari ayah kepada anak atau dari anak menceraikan istrinya, jika dia tidak mau kepada walinya. Dalam tradisi jahiliyah, menggaulinya dengan baik dan dilarang seseorang yang meninggal dunia dan untuk meninggalkan istri lebih dari satu, maka kebencian kepadanya. lalu dapat Ayat kepada mewarisi dia suami hartanya ini untuk kerena walinya (yang laki-laki) lebih berhak Kata yang berarti pemaksaan dari pada orang tua perempuan. Jika maupun kebencian ini bukan merupakan mereka mengawini perempuan tersebut sebab haramnya perempuan dijadikan atau mereka menikahkannya dengan sebagai orang lain, maka maharnya diambil ditegaskan walinya, atau yang lebih kejam lagi, peristiwa yang terjadi pada masa itu. perempuan Pada masa tersebut, mereka mewarisi tersebut ditahan dalam harta warisan, untuk melainkan menerangkan rumah walinya hingga meninggal dunia. perempuan Oleh karenanya, ketika Islam datang, sepengetahuannya. Jadi, tanpa sebab perlakuan seperti ini dilarang dan ada pemaksaan atau kebencian, perilaku dihapuskan. ini tetap dilarang dalam agama Islam. Qira’ah fathah 22 | padanya (آﺮهﺎ yang ) menggunakan mengandung arti tanpa ridho dan Melihat sebab turunnya ayat ini, setidaknya dapat disimpulkan dua hal. kebencian pada perempuan tersebut. Pertama, Bentuk qira’ah ini bisa dimaknai bahwa perempuan sebagaimana harta warisan jika perempuan yang ditinggalkan itu yang dapat dikuasai oleh ahli waris laki- tidak cantik, maka dia ditahan sampai laki dengan cara paksa. Penafsiran ini meninggal dunia lalu hartanya diwarisi merupakan oleh walinya. Dalam penafsiran lain Ibn larangan menelantarkan istri karena Adil berkata bahwa ayat ini berkenaan kebencian kepadanya lalu dia menunggu dengan seorang laki-laki yang memiliki agar istri menggugat cerai dengan larangan qira’ah menjadikan karhan. Kedua, Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Dari pemaparan di atas, qira’ah membayar tebusan atau membiarkannya sampai meninggal, sehingga ia mendapatkan harta warisan darinya. Ini merupakan penafsiran dari qira’ah kurhan. Al-Quran diturunkan dengan qira’at ragam mempertegas tersebut bahwa motif untuk apapun dengan mubayyinah kata perilaku yang keburukannya, adalah jelas seperti terlihat nusyuz atau melecehkan suami. Adapun qira’ah dengan kata mubayyanah, perbuatan istri yang melakukan perbuatan dibalik praktik mewariskan perempuan menyimpang secara sembunyi-sembunyi tidak dibenarkan sama sekali. sehingga perlu dibuktikan dengan menghadirkan saksi yang melihat atau Kedua, kata ﻣﺒﻴﻨﺔ bukti yang jelas. Dengan begitu, Menurut Ibn Kas\ir, ayat ini turun seorang suami tidak bisa semena-mena berkenaan dengan seorang laki-laki menuduh atau mengambil keputusan yang memiliki istri tetapi tidak ingin menceraikan istri tanpa bukti yang jelas. menggauli dengan baik, bahkan sering menyakitinya. Di sisi lain istrinya d. Kontekstualisasi tersebut memiliki harta atau mahar Dari pemaparan di atas dapat yang dulu telah diberikan. Perilaku ini dipahami bahwa Al-Quran berusaha dilakukan agar mahar tersebut menjadi menghapuskan tebusan buruk perempuan dengan berbagai motif pada suami. Seorang suami menyakiti istri saat itu. Motif-motif tersebut dapat untuk meminta kembali sesuatu yang dipahami dari ragam qira’at yang telah telah diberikan kepada istrinya, baik diturunkan (dilegalkan) kepada Nabi. Al- berupa mahar, uang belanja maupun Quran menghadir-kan berbagai motif harta lainnya. dengan terhadap perlakuan maksud praktik pewarisan menjelaskan bahwa Kata ta’d}uluhunna berasal dari pelarangan mad}i berarti bukan hanya sekedar motif pemaksaan menekan, mempersempit, mencegah, tetapi lebih kepada upaya membebaskan menghalangi, memukul menahan atau keter-belengguan perempuan dari tradisi mempersulit. Dari pengertian ini, ayat jahiliah yang ada pada saat itu. Se- ini mangat pembebasan inilah yang harus fi’il “’ad}d}ala” ditujukan juga yang kepada setiap me-wariskan perempuan tindakan negatif negatif suami terhadap ditarik istinya. Ayat ini tidak memperkenankan signifikasi dari ayat tersebut. suami untuk menganiaya istri dengan maksud ingin menguasai hartanya. dalam rangka mema-hami Jika dikontekskan pada berbagai fenomena mewariskan pada saat perempuan Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) ini, praktik kepada ahli | 23 MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 waris mungkin tidak dijumpai lagi. relasi gender sebagaimana contoh pada Q.S. Tetapi al-Nisa’ (4): 19 di atas. dalam model memperlakukan lain, perempuan praktik sebagai barang dagangan yang bisa dipindah- REFERENCE tangankan dapat dilihat dalam berbagai Anshori, Dadang S. dkk, 1997,. Membincang fenomena. Beberapa contoh, misalnya Feminisme: Refleksi Muslimah atas perdagangan perempuan, wanita PSK Peran yang terbelenggu kondisi ekonomi dan Bandung: Pustaka Hidayah. sebagainya. Berbagai fenomena inilah al-Khatib, Abdul Latif. 2000, Mu’jam al- yang harus diperjuangkan untuk membebaskan perempuan dari ketertindasan. Jika zaman dahulu kultur jahiliyah yang memaksa mereka Sosial Kaum Wanita. Qira’at. Dimasqi: Dar Sa’d al-Din. al-Manzur, Ibn,tt, Lisan al-‘Arabi. Kairo: Dar al-Ma’arif. Athaillah. 2010, Sejarah Al-Quran: Verifikasi dipindahtangankan, maka pada saat ini tentang sistem Yogyakarta: Pustaka Pelajar. keamanan Otentisitas Al-Quran. dan kondisi yang harus diperbaiki Auda, Jasser. 2007, Maqas}id al-Syari’ah as dalam rangka menghapuskan berbagai Philosophy of Islamic Law: A bentuk Systems Approach. London: The kesejahteraan penistaan terhadap kaum International Institute of Islamic perempuan. Thought. Connolly, Peter (ed.). 2011, Aneka Pendekatan 3. KESIMPULAN Ragam qira’at adalah bagian dari wahyu sehingga perlu diperhatikan ketika memahami Studi Agama terj. Imam Khoiri. Yogyakarta: Lkis. 2011. membantu Fahrudin, Ali, tt, Pengaruh Perbedaan Qira’at memahami kandungan ayat secara tematik dan dalam Penafsiran Ayat-Ayat tentang kontekstual Persoalan ketimpangan gender Relasi tidak terlepas dari pemahaman teks Al-Quran Hidayatullah. Tidak dipublikasikan. qira’at Ragam ayat. yang dipandang keterpengaruhan dapat tekstual konteks serta sosial-kultural penafsir. Oleh karena itu perlu meninjau ulang ayat gender maksud dengan Al-Quran mempertimbangkan sejak pertama kali Gender.Tesis UIN Syarif Fakih, Mansoer, 2001, Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hidayatullah, Syarif, 2010, Teologi Feminisme Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. memberikan Mustaqim, Abdul, 2012, Dinamika Sejarah kontribusi untuk mengungkap dan memahami Tafsir Al-Quran: Studi Aliran-Aliran hal-hal yang ingin disuarakan oleh ayat-ayat Tafsir diturunkan. Ragam qira’at dari Pertengahan 24 | Periode hingga Klasik, Modern- Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) MUWAZAH ISSN 2502-5368 (Paper) ISSN 2085-8353 (Online) Vol. 8, No.1, Juni 2016 Kontemporer. Yogyakarta: Adab Spritualitas Najwah, Nurun, 2006, Perempuan dalam Shibab, Muhammad Quraish, 2013, Kaidah Tafsir . Tangerang: Lentera Hati. Sejarah Awal Islam dalam Esensia: Ilmu-Ilmu Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin. Ushuluddin Saeed, Abdullah, 2006, Interpreting the Quran towards a Contemporary Approach. Schimmel, Annemarie, 1998, Jiwaku adalah Feminim Amina, 2001, Perempuan: Quran Meluruskan Menurut Bias Abdullah Ali. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. Wijaya, Aksin, 2011, Menggugat Otentisitas New York: Routledge. Aspek Wadud, Gender dalam Tradisi Tafsir terj. UIN Sunan Kalijaga. Wanita: Rahmani Astuti. Bandung: Mizan. Press. Jurnal terj. Islam dalam Wahyu Tuhan: Kritik Atas Nalar Tafsir Gender. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama. Peran Teori Qira’at dalam Memahami Ayat Relasi Gender (Ahmad Muttaqien) | 25