ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. A UMUR 25 TAHUN DI BPM NY.SURTI PRASTYANING Amd. Keb JATISARI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG ARTIKEL Disusun: LINA RAHMAWATI NIM.0131667 AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016 ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. AYU UMUR 25 TAHUN DI BPM SURTI RASETYANING AMD.KEB JATISARI MIJEN KOTA SEMARANG Lina Rahmawati1, Chichik Nirmasari2, Heni Setyowati3 Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo INTISARI Rahmawati, Lina, 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Ayu di BPM Surti Prasetyaning Amd.Keb, Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Pembimbing I : Chichik Nirmasari, S.SiT, M.Kes., Pembimbing II : Heni Setyowati, S.SiT, M.Kes Latar Belakang : Tahun 2014 angka kematian ibu dan angka kematian Bayi di Kota Semarang mengalami peningkatan cukup tinggi. Tahun 2013 AKI sebanyak 109,2 per 100.00 kelahiran hidup sedangkan tahun 2014 sebanyak 122,25 per 100.00 kelahiran hidup. Tahun 2013 AKB sebanyak 251 kasus kematian bayi sedangkan pada tahun 2014, jumlah kematian bayi di Kota Semarang, sebanyak 253 dari 26.992 kelahiran hidup, sehingga di dapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,37 per 1.000 kelahiran hidup. Tujuan Penelitian : Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny.Ayu dengan pendekatan manajemen kebidanan Helen Varney Metode : Penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu penulisan yang bertujuan untuk menjelaskan peristiwa kejadian sekarang Hasil : Asuhan pada kasus Ny.Ayu telah dilakukan pengkajian sampai pelaksanan dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan Kb, sejak tanggal 8 November 2015 sampai dengan 15 Mei 2016. Evaluasi hasil yang diperoleh setelah dilakukan asuhan berkelanjutan pada Ny.Ayu kehamilan dengan sirotinus, dan mengalami penyulit persalinan partus tak maju dan dilakukan tindakan SC, pada ibu dan bayi tidak terjadi komplikasi selama hamil sampai Kb. TD : 110/70 mmHg, Nadi : 80x/menit, suhu : 360C, PPV 200 cc, BBL: 3200 gram, PB : 50 cm, LD: 31 cm, LK: 32 cm, LILA: 11 cm, Ny.Ayu menggunakan KB suntik DMPA Kesimpulan : Tenaga kesehatan hendaknya melakukan asuhan sesuai dengan standar pelayanan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan senantiasa mengembangan ilmu yang dimiliki. Kata kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan, Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi Baru Lahir, KB Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo 1 ABSTRACT Rahmawati, Lina, 2016; Advanced Midwifery on mrs Ayu at Midwife Clinic of Surti Prasetyaning Amd.Keb, Scientific Paper. DIII of Midwifery Academy of Ngudi Waluyo. Supervisor 1: Chichik Nirmasari, S.SiT, Kes., Supervisor 2: Heni Setyowati, S.SiT, Kes. Background: In 2014 the maternal mortality rate and infant mortality figures in Semarang has increased quite high. The maternal mortality rate by 2013 as many as 109.2 per 100.00 live births, while in 2014 as many as 100.00 122.25 every live birth. The infant mortality rate in 2013 as many as 251 cases of infant mortality, while in 2014, the number of infant deaths in the city, as many as 253 out of 26 992 live births, resulting in getting the infant mortality rate of 9.37 per 1,000 live births. Objective: The objective is to be able to implement an advanced midwifery care on Mrs Ayu with Helen Varney management approach. Methods: The study used descriptive method of research that aimed to explain the current events. Results: the care in the case of Mrs Ayu has been conducted assessments to the implementation of pregnancy, childbirth, postpartum, newborn, and contraception, from November 8, 2015 to May 15, 2016. Evaluation of the results obtained after being done the advanced care in pregnancy it was found sirotinus, and it is found stagnant partus,it is not found any complication in maternal and infant during regnancy and it is done sectio caesarea, to family planning. Blood pressure: 110/70 mmHg, Pulse: 80x / min, temperature: 360C, Vaginal bleeding 200 cc, newborn weight: 3200 grams, body height: 50 cm, chest circumference: 31 cm, Head Circumference: 32 cm, upper circumference : 11 cm, mrs Ayu use injectable DMPA contraseption. Conclusion: health workers should do care in accordance with service standards or policies set by the government and continue to increase the knowledge. Keywords: Advanced Midwifery Care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum, Newborn, Contraception PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kebidanan dinilai baik dalam suatu Negara atau daerah dilihat dari ukuran kematian maternal. Menurut World Helth Organization (WHO) kematian maternal adalah kematian seorang wanita hamil atau selama 42 hari sesudah kehamilan oleh sebab apapun terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Namun ukuran yang lebih peka dalam menilai kualitas pelayanan kebidanan adalah kematian perinatal.Angka kematian parinafal terdiri atas jumlah anak yang tidak menunjukkan hidup waktu dilahirkan ditambah meninggal dalam minggu ke Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo pertama untuk 1000 kelahiran (Saifuddin 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu Negara AKI dan AKB juga mengindikasikan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, social budaya serta hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan (Depkes 2012). Salah satu tujuan pembangunan millennium (Millennium Development Goals /MDGs) adalah menurunkan AKI sebanyak tiga perempat dari angka 2 nasional pada tahun 2015.MDGs menargetkan AKI di Indonesia dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan untuk AKB adalah 23/100.000. Berdasarkan survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, maka angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangga (Kemenkes RI, 2014). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 116,34/100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 angka kematian ibu 116,34/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi adalah 10,66/100.000 (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2013). Terjadi kematian ibu terkait dengan faktor penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih di dominasi oleh perdarahan 20 – 25 % , eklamsi 13 %, dan infeksi 11 %. Sedangkan factor tidak langsung penyebab kematian ibu karena masih banyaknya kasus 4 Terlalu, yang terkait dengan faktor akses, social budaya pendidikan, dan ekonomi. Kasus 4 Terlalu 1).Terlalu tua hamil(hamil diatas umur 35 tahun) sebanyak 27% 2).Terlalu muda hamil (hamil dibawah 20 tahun) sebanyak 26% 3).Terlalu banyak anak jumlah anak lebih dari 4 sebanyak 11,8% 4).Terlalu dekat (jarak antar kelahiran kurang dari 2 tahun).(Depkes, 2012) Penyebab kematian bayi di kota Semarang dikelompokkan berdasarkan usia yaitu kematian p(0 – 6 hari), terbanyak disebabkan karena BBLR sebesar 43 %, sedangkan penyebab kematian yang paling sedikit adalah ikterus sebesar 1,56 %.Untuk penyebab Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo kematian neonatus (7 – 28 hari) terbanyak juga disebabkan karena BBLR sebesar 43 %, baik cukup bulan maupun kurang bulan (premature). Sedangkan penyebab kematian yang paling sedikit adalah ikterus sebesar 3 % AKB (usia 29 hari – 11 bulan) dari jumlah 53 kasus kematian bayi kelompok umur 29 – 11 bulan tahun 2013 penyebabnya adalah pneumonia sebesar 16,9%, diare sebesar 20,75%, kelainan saluran cerna 7,55%, kelainan syaraf sebesar 1,8% dan penyebab lain sebesar 52,83% (Dinkes Kota Semarang, 2013) Indikator untuk mewujudkan akses dalam menurunkan AKI di provinsi Jawa Tengah adalah dengan adanya cakupan pelayanan kesehatan ibu yang meliputi pelayanan kesehatan antenatal , pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, perawatan bayi baru lahir, dan kunjungan masa nifas. Angka cakupan kunjungan ibu hamil K – 4 pada triwulan ketiga tahun 2014 baru sebesar 45,42 %, sedangkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan pada trismester ketiga tahun 2014 yaitu 47,93 % (Dinkes Prov. Jateng 2014). Upaya yang telah dilakukan oleh Kota Semarang untuk menurunkan AKI yaitu dengan meningkatkan kunjungan ibu hamil K – 1 dan K – 4, meningkatkan fasilitas pelayanan jampersal, program P4K, dan kelas ibu hamil (Kemenkes, 2014). Sedangkan indikator untuk cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn) dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan, dan ini menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai standar cakupan pelayanan masa nifas oleh tenaga kesehatan (KF 3) adalah cakupan pelayanan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6 jam s/d hari ke-3 (KF 1) hari K – 4 s/d hari ke – 28 hari (KF 2) dan hari 29 s/d hari K – 42 (KF 3) setelah bersalin disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Dengan indikator ini dapat 3 diketahui cakupan pelayanan nifas secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan serta untuk menjaring KB pasca persalinan), yang menggambarkan jangkauan dan pelayanan kesehatan ibu nifas, Keluarga Berencana di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA (Kemenkes 2014). Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KNI) adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun waktu.Berbagai upaya memang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit (Kemenkes, 2014). Pada tahun 2012 Kementrian Kesehatan RI meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival), bekerja sama dengan USAID dengan kurun waktu 2012 – 2016, yang diluncurkan 26 Januari 2012 sebagai salah satu bentuk kerja sama Pemerintah Indonesia dengan USAID dalam rangka percepatan penurunan kematian ibu dan bayi baru lahir di provinsi terpilih yaitu Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menyumbangkan kurang lebih 50 persen dari kematian ibu dan bayi di Indonesia. Dalam program ini Kementrian Kesehatan RI bekerjasama dengan JHPIEGO, serta mitra-mitra lainnya seperti save the children, Research Triangle Internasional, Muhammadiyah dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan (Kemenkes, 2014). Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Upaya yang akan dilaksanakan adalah dengan peningkatan kualitas pelayanan emergensi obstetric dan neonatal dengan cara memastikan intervensi media prioritas yang mempunyai dampak besar pada penurunan kematian dan tata kelola klinis (clinical governance) diterapkan di RS dan puskesmas. Upaya lain dalam program EMAS ini dengan memperkuat system rujukan yang efisien dan efektif mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan dasar di puskesmas sampai ke RS rujukan di tingkat kabupaten/kota. Masyarakatpun dilibatkan dalam menjamin kualitas rujukan fasilitas kesehatan ini. Untuk itu, program ini juga akan mengembangkan mekanisme umpan balik dari masyarakat ke pemerintah daerah menggunakan teknologi informasi seperti media social atau SMS gateway, dan memperkuat forum masyarakat agar dapat menuntut pelayanan yang lebih efektif dan efisien melalui maklumat pelayanan (service character) dan Citizen Report Card (Depkes, 2012). Pelayanan yang diberikan bidan diantaranya pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.Pelayanan kehamilan dimulai sejak wanita hamil karena kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan social di dalam keluarga.Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan harapan. Oleh karena itu pelayanan kehamilan merupakan cara penting untuk memonitor kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Prawiro hardjo, 2009). Pelayanan yang diberikan saat persalinan bertujuan untuk memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek asuhan saying ibu dan saying bayi.Sedangkan pada masa nifas sering terjadi berbagai masalah seperti infeksi, perdarahan, bendungan payudara dan sebagainya (Marmi, 2012). 4 Puskesmas Mijen Kota Semarang di dapatkan bulan Oktober 2015 presentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di puskesmas Mijen 98,2%, cakupan ini sudah melampaui target sebesar 95%, karena semakin meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya antenatal care (ANC), cakupan ibu hamil K-4 sebesar 90,1% dari target yang di tetapkan 94,01% hal ini di sebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya pemantauan kesehatan ibu pada trimester 1 serta mobilitas ibu hamil di daerah industri yang semakin tinggi, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memilki kompetensi kebidanan 94,5%, cakupan kunjungan neonatun (KN Lengkap) sebesar 95,2% dengan target 95%, cakupan Keluarga Berencana sebesar 83,2% dari target yang di tetapkan 83,5 %, hal ini di sebabkan kurangnya pengetahuan tentang pengertian dan cmacam - macam Keluarga Berencana, BPM Surti Prasetyaning, Amd.Keb Perum Jatisari, Kecamatan Mijen, Kota Semarang pada tahun 2015jumlah ibu hamil K-1 sebanyak 120orang,jumlah ibu hamil K-4 sebanyak 115 orang, jumlah persalinan normal sebesar 90 orang, jumlah ibu nifas 90 orang, jumlah bayi baru lahir 90 bayi,jumlah akseptor KB suntik sebesar 879 orang. Pada satu bulan terakhir di BPM Ny. Surti Prasetyaning di dapatkan data akseptor KB baru 16 orang. Dari 16 orang tersebut 6 orang bersalin secara normal, 2 orang di rujuk. Kemudian 6 orang melakukan ANC secara teratur, 8 orang tidak melakukan ANC tidak teratur, kemudian 8 orang kunjungan nifas. Dan pada bayi baru lahir 13 bayi di berikan imunisasi. Berdasarkan data tersebut dapat di simpulkan sejumlah 6 orang (37.5%) melakukan asuhan berkelanjutan, dan 10 orang (62.5%) tidak melakukan asuhan berkelanjutan karena 2 orang tidak bersalin di bidan dan 8 tidak melakukan ANC teratur. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan Asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. A usia 25 tahun dari mulaikehamilan, Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan Keluarga Berencana di BPM Surti Prasetyaning, Am. Keb. Kota Semarang. Sehingga penulis mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Ayu umur 25 tahun G1P0A0 UK 32 Minggu di BPM Ny. Surti Prasetyaning Amd. Jatisari Kecamatan Mijen Kota Semarang. B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. A G1P0A0 umur 25 tahun secara berkelanjutandi BPM Surti Prasetyaning Amd.Keb Jatisari, Kecamatan Mijen Kota Semarang dengan pendokumentasian SOAP dan dengan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan Khusus. a. Menganalisis dan melakukan manajemen asuhan kehamilan pada Ny. A G1P0A0umur kehamilan 32 minggu di BPM Surti Prastyaning Jatisari, Mijen b. Menganalisis dan melakukan manajemen asuhan persalinanpada Ny.A P1A0umur kehamilan 32 minggu di BPM Surti Prastyaning Jatisari, Mijen c. Menganalisis dan melakukan manajemen asuhan nifas pada Ny.AP1A0 umur kehamilan 32 minggu di BPM Surti Prastyaning Jatisari, Mijen d. Menganalisisdan melakukan manajemen asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.A P1A0 umur kehamilan 32 minggu di BPM Surti Prastyaning Jatisari, Mijen e. Menganalisis dan melakukan asuhan Keluarga Berencana pada Ny.A P1A0 umur kehamilan 32 minggu di BPM Surti Prastyaning Jatisari, Mijen C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Dinas Kesehatan Dapat dijadikan sebagai masukan dalam memberikan informasi dan mengambil kebijakan mengenai asuhan kebidanan untuk menurunkan AKI dan AKB. 5 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah bahan referensi di perpustakaan dan menambah masukan untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dan menerapkan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan keluarga berencana. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Dapat dijadikan sebagai acuan untuk mempertahankan mutu pelayanan terutama dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan. 4. Bagi Masyarakat Memberikan informasi pada masyarakat tentang pentingnya asuhan kebidanan. 5. Bagi Peneliti Dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan, serta sebagai bahan evaluasi dalam menilai kemampuan menyiapkan materi untuk persiapan praktek kebidanan secara langsung. D. HASIL DAN PEMBAHASAN Kehamilan Data subjektif Ny. A umur 25 tahun dengan kehamilan normal yang dimulai sejak tanggal 08 november 2015 sampai 15 Maret 2016 dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, sampai dengan kb ada beberapa hal yang penulis uraikan pada bab pembahasan ini dimana penulis akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara teori dan penatalaksanaan di kasus yang ada. Untuk lebih sistematis maka penulis membuat pembahasan dengan mengacu pada pendekatan Asuhan Kebidanan menyimpulkan data, menganalisis data dan melakukan penatalaksanaan asuhan sesuai dengan Data objektif Data subjektif yang didapatkan ibu bernama Ny A umur 25 Tahun, hamil pertama dan belum pernah keguguran, HPHT 27 Maret 2015 dan Hari Perkiraan Lahir yaitu tanggal 3 januari 2016. Pada kehamilan ini ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 7 kali yang terdiri dari 2 kali pada trimester I, 3 kali pada trimester ke-dua dan 2 kali Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo pada trimester ke-tiga. Pada pemeriksaan yang keenam merupakan kunjungan ulang ibu memeriksakan kehamilannya dan juga merupakan pengkajian pertama. Menurut Walyani (2015), standar asuhan antenatal minimal 14 T Pada kunjungan pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh Ny A terdapat kesenjangan antara teori dan praktek karena pada pemeriksaan kehamilan Ny A hanya dilakukan 11 T yaitu pemeriksaan VDRL tidak dilakukan karena hanya pada pasien tertentu yang mempunyai riwayat penyakit dan dilakukan di puskesmas, pemberian kapsul yodium dan terapi anti malaria tidak dilakukan karena rumah Ny A bukan merupakan tempat endemik perkembangan malaria. Ny.A mengatakan sudah mendapatkan TT sebanyak 5 kali, dan pada saat kehamilan ibu sudah mendapatkan TT 2kali, dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. Menurut (Walyani,2015) Jarak pemberian TT 2 ke TT 3 adalah 6 bulan dengan masa perlindungan 5 tahun. Data objektif pada usia kehamilan 32 minggu TFU teraba pertengahan pusat – prosesus xypoideus dan pada usia kehamilan 35 minggu 4 hari TFU teraba di 1 jari dibawah prosessus xypoideus. Mengukur tinggi fundus uteri untuk mengetahui tuanya masa kehamilan dalam kandungan dengan mengukur tinggi fundus uteri dari tepi atas simpisis sampai pada fundus uteri menurut perlimaan jari (sulistyawati, 2009). Hal ini sesuai dengan Hai ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Pada kunjungan pertama ibu mengatakan punggung terasa pegalpegal. Asuhan yang di berikan oleh untuk Ny.A supaya mengatasi keluhannya yaitu pasien di ajarkan melakukan gerakan body mekanik. pada teori keluhan pegal-pegal ibu itu termasuk fisiologis menurut (Suryati,2011) karena perut ibu semakin membawa beban yang berat dan cara mencegahnya dengan melakukan posisi yang benar pada saat hamil atau melakukan body mekanik. Dalam 6 pemberian asuhan tersebut pasien sangat kooperatif, pasien bisa mengulangi apa yang di ajarkan. (Suryati, 2011), pada kunjungan yang ke dua ibu mengatakan belum mengetahui tentang tanda bahaya kehamilan pada trimester III menurut(walyani,2015) salah satu asuhan yang dilakukan bidan untuk menapis adanya resiko yaitu melakukan deteksi dini adanya komplikasi/atau penyakit yang mungkin terjadi selama kehamilan trimester III. Assessment Pada pengkajian pertama diagnosa kebidanan didapatkan dari data subjektif dan data objektif sehingga muncul diagnosa kebidanan Ny. A umur 25 tahun G1P0A0 umur kehamilan 33 minggu , janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen. Planning Pada kasus ini Asuhan yang di berikan pada pada Ny.A body mekanik karena perut ibu semakin membawa beban yang berat dan cara mencegahnya dengan melakukan posisi yang benar pada saat hamil atau melakukan body mekanik. Asuhan yang di berikan oleh untuk Ny.A supaya mengatasi keluhannya yaitu pasien di ajarkan melakukan gerakan body mekanik. . Pada kasus Ny A dilakukan kunjungan 2 kali, pengkajian pertama dilakukan pada tanggal 13 November 2015 di dapatkan hasil pada kunjungan rumah ke dua tanggal 27 November 2015 ibu mengatakan sudah tidak merasa pegal-pegal pada punggung.setelah dilakukan KIE tentang tanda bahaya trimester 3 dan tandatanda persalinan ibu sudah mengerti tentang tanda-tanda persalin dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan praktik di lahan. PERSALINAN Data subjektif Data subjektif yang didapatkan dalam pengkajian persalinan ini seperti identitas, riwayat kehamilan, gerekan janin, riwayat nutrisi, eliminasi, istirahat. Dari data identitas di dapatkan hasil bahwa bu mengatakan bernama Ny A, Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo ibu berumur 25 tahun, hamil yang ke pertama dan belum pernah keguguran, ibu datang ke BPM tanggal 13 januari 2016 pukul 10.00 WIB mengatakan belum ada tanda-tanda persalinan dan umur kehamilan 42 minggu sudah melebihi HPL yaitu tanggal 3 januari 2016 20.00 WIB, ibu makan terakhir jam 09.30 WIB, BAB terakhir pada jam 06.30 WIB dan BAK terakhir pada jam 07.00 WIB. Data objektif Data objektif yang didapatkan pada tanggal 13 januari 2016 jam 10.00 WIB di dapatkan hasil keadaan umum ibu baik, kesadaran komposmentis, TTV dalam batas normal, BB 73 kg, TB 162 cm, Lila 28 cm, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetri di dapatkan hasil Leopod 1 teraba 3 jari di bawah PX, bulat, lunak, tidak melenting (bokong), leopod 2 Kanan : teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas), kiri teraba keras, memanjang seperti papan (punggung), leopod III teraba bulat, keras, melenting (kepala), tidak dapat dogoyangkan, leopod IV divergen ,TBJ : (31 – 11) X 155 = 3100 gram, DJJ :145 x/ menit, HIS : -. Pemeriksaan dalam didapatkan hasil VU kosong, vagina elastis, porsio lunak, pembukaan 0 cm, effacement 0 %, kulit ketuban masih utuh, presentasi kepala, POD belum teraba, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan H2 , tidak ada molase. Pada pukul 11.55 WIB Bidan melakukan rujukan dikarenakan umur kehamilan sudah melebihi HPL dan bidan menyiapkan rujukan yaitu bidan, alat, kendaraan, surat, obat kemudian keluarga serta obat dan uang bidan memasang infuse RL pada tangan kiri ibu dengan tetesan 12 tpm, menurut (yulifah,2013) rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi bidan, Alat,Surat, keluarga, surat, obat, kendaraan, dan uang, dalam hal ini tidak ada kesenjangan teori dan praktek di lahan karena system rujukan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh yulifah 2013 dalam buku konsep kebidanan 7 Pada pukul 12.30 WIB sampai di IGD RS Tugurejo Semarang sudah di pasang infuse RL. Kemudian dari IGD di bawa ke ruang persalinan pada pukul 13.40 WIB Asessment Diagnosa kebidanan Ny A umur 25 tahun G1P0A0 hamil 42 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri,letak memanjang punggung kiri presentasi belakang kepala, divergen, dengan sirotinus sedangkan diagnosa masalah pada kasus Ny A adalah kehamilan serotinus.kehamilan sirotinus. menurut (Nugroho, 2012) Kehamilan Serotinus atau kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42 minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus neagele atau dengan tinggi fundus uteri serial. Pada tanggal 14 januari 2016 pukul 06.30 WIB dilakukan pemeriksaan dalam pada Ny A didapatkan diagnosa kebidanan Ny A umur 25 tahun G1P0A0, UK 42 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri,puki, pressentasi kepala, divergen, inpartu kala 1 fase laten dengan partus tak maju. Diagnosa masalah pada kasus Ny A adalah partus tak maju. (Prawirohardjo, 2005) Menurut Partus tak maju adalah His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persaiinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian Kasus Ny A di temukan masalah sehingga pada langkah ini terdapat diagnosa potensial. Diagnose potensial yang muncul pada Ny.A apabila tidak di tangani segera akan mengakibatkan gawat janin dan afiksia pada janin sedangkan pada ibu akan mengakibatkan rupture uteri serta mortalitas pada ibu. Antisipasi perencanaan segera, antisipasi merupakan penerapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera tahap ini dilakukan Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo oleh bidan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan (Ambarwati dkk, 2009). Dalam kasus Ny A dilakukan antisipasi karena ditemui masalah dalam diagnosa potensial. Antisipasi segera yang dilakukan adalah lakukan kolaborasi dengan dokter SpOG. Planning Planning mengambarkan pendokumentasiaan dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment menurut (walyani,2015)Langkah ini memberitahukan pada Ny A bahwa keadaan ibu dan janin baik, lapor dokter SpOG kemudian dokter memberikan advise untuk melakukan induksi persalinan pada ibu dengan melakukan drip oksitosin dengan tetesan awal 8 tpm kemudian di naikan 4 tetes setiap 30 menit menurut (mochtar 2010) Bila serviks telah matang dilakukan induksi persalinan dan dilakukan pengawasan intrapartum terhadap jalannya persalinan dan keadaan janin. Induksi pada serviks yang telah matang akan menurunkan risiko kegagalan ataupun persalinan tindakan, menganjarkan ibu ,menganjurkan ibu untuk miring ke kiri untuk mempercepat pembukaan, meyiapkan alat persalinan , melakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali jam 14.00 WIB, kemudian jam 18.00 WIB pembukaan serviks tetap 2 cm kemudian dilakukan kembali pada pukul 22.00 Vulva: tenang Portoi:tipis lunak, Pembukaan:2cm , Eff: 20% Bagian terendah: kepala Kulit ketuban: (+) menonjol, POD:UUK belum teraba dilakukan kembali pemeriksaan dalam, melakukan pengawasan 10. Kemudian pada pukul 06.00WIB di lakukan lagi pemeriksaan dalam dan hasilnya masih sama pembukaan masih 2cm. menurut (prawirodihardjo 2005), Partus tak maju adalah His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian.setelah dilakukan induksi persalinan selama kurang lebih 16 jam hasil masih sama kemudian lapor dokter 8 SpOG bahwa Ny A umur 25 tahun G1P0A0 umur kemhamilan 42 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan partus tak maju. Kemudian dokter memberikan advise untuk di lakukan tindakan SC atas indikasi partus tak maju karena bias mengakibatkan gawat janin serta mortalitas pada ibu. karena Terapi pada partus tak maju bersifat darurat, koreksi adanya dehidrasi dan segera lakukan rujukan pada sebagian besar kasus partus tak maju diakhiri dengan SC. Menurut ( sarwono 2009) Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan tindakan SC dikarenakan apabila tidak dilakukan memembahayakan ibu dan janin. Planning Pada pukul 07.30 WIB dilakukan persiapan preoperasi menurut (manjoer 2011) meliputi Informed concent, mencukur daearah pembedahan, Melepas baju pasien dan memakaikan baju operasi, memindah pasien ke branckar kemudian di bawa masuk ke ruang operasi, pasien di pindahkan ke meja operasi, meletakkan pasien dengan posisi melentang, mempersiapkan pasien untuk pemberian anasthesi, desinfeksi daearah operasi dengan betadhine, bersihkan dan keringkan dengan kasa, pemasangan duk pada daerah operasi Dalam persiapan preoperasi tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek kemudian pada pukul 08.15 dilakukan insisi daera pembedahan untuk mengeluarkan janin dan plasenta, pukul 08.45 WIB bayi lahir dengan tindakan SC dengan berat badan 3200 gram da panjang badan 50 cm, lingkar dada 32 cm, lingkar kepala 31 cm, dan LILA 11 cm. menurut (APN 2008) dilakukan inisiasi menyusui dini satu jam pertama atau segera setelah lahir tetapi di lahan terjadi kesenjangan antara teori dan praktek dikarenakan prosedur di rumah sakit tidak ada prosedur melakukan imd kemudian Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo dilakukan perawatan postoperasi menurut (manjoer 2011) meliputi Observasi Kesadaran,dan di dapatkan hasil Keadaan umum Lemah, Kesadaran composmentis Observasi TTV yang meliputi TD 120/70 mmhg N 78x/m, S 36C, RR 20X/m. Mobilisasi dini dan bertahap, Melakukan kateterisasi, menganjurkan ibu untuk menjaga luka insisi, pemberian cairan dan diit, memberikan ibu obat antibiotic dan analgetik, mengatasi nyeri yang ada Dalam pelaksanaan tindakan post operasi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek di lahan Pengawasan 2 jam post SC, Pada langkah ini memberitahu ibu penyebab mulas, mengajarkan pada ibu untuk merasakan kontraksi, membereskan alat dan merapikan pasien, meganjurkan ibu untuk makan dan minum, edukasi tentang mobilisasi dini dan melakukan pengawasan kala IV. Tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek lahan. Menurut (sulistyawati, 2013) lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm per jam sedangkan multigravida 2 cm per jam. Dalam kasus ini terjadi terjadi kesenjangan karena lamanya kala I fase laten Ny A adalah 16 jam atau terjadi kala 1 fase laten memanjang dan terjadi partus tak maju. menurut (Saifuddin,2009)Adalah fase pembukaan serviks yang tidak melewati 3 cm setelah 8 jam inpartu. Pada kala 1 dilakukan induksi persalinan atas advise dokter dengan infuse RL 500 cc drip oksitosin 5 IU dengan 8 tpm kemudian dinaikan 4 tetes setiap 30 menit Dalam hal pemberian advise induksi oksitosin terdapat kesenjangan karena dalam teori mengatakan induksi oksitosin di ldi berikan pada infuse dextrose tetapi dalam praktek di lahan menggunakan infuse RL. Induksi persalinan dinyatakan gagal apabila Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan kontraksi yang lebih tinggi, pada 9 multigravida induksi dianggap gagal, lakukan seksio sesarea. Pada primigravida, infus oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu 10 unit dalam 500 ml dekstrose (garam fisiologik) 30 tetes/ menit, naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat. Jika kontraksi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes/menit, lakukan seksio sesarea(Wiknjosastro,2007).dalam hal ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktek karena dilahan induksi dinyatakan gagal tidak terjadi kemajuan persalinan selama 16 jam dan pembukaan 2 cm kemudian dokter memberikan advise SC Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono,2009) Pada kasus Ny. A Sectio caesarea di lakukan atas indikasi partus tak maju dalam hal ini tidak ada kesenjangan di karenakan apabila tidak dilakukan akan mengakibatkan gawat janin dan rupture uteri sesuai dengan teori (Wiknjosastro, 2007) menyatakan komplikasi akselerasi persalinan yang mungkin terjadi Tetania uteri dan ruptura uteri., Gawat janin Pelaksanaan operasi meliputi Persiaapan preoperasi, intraoperasi dan postoperasi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Pengawasan 2 jam post SC, Kala IV pada Ny A. Penulis melakukan pemantauan kala IV selama 2 jam dengan 4x15 menit pada 1 jam pertama, 2x30 menit pada 1 jam kedua dengan hasil terlampir dipartograf. Dalam pemantauan 2 jam tidak didapatkan adanya tanda-tanda penyulit pada kala IV. Pengeluaran darah selama persalinan kala 1 ± 0 cc, kala II ± 300 cc, dan kala IV ± 50 cc. Menurut prawiroharjo (2009) pengeluaran darah normal pada sc ≥ ± 500 cc. .dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan di karenakan pengeluaran darah lebih dari 500 cc pada pasien dengan sc adalah hal yang normal. Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo NIFAS Data subjektif Data subjektif yang diperoleh meliputi ibu mengatakan bernama Ny A ibu mengatakan melahirkan anak yang pertama secara SC pada tanggal 14 januari 2016 jam 14.35 WIB, belum pernah keguguran, ibu mengatakan berumur 25 tahun, ibu merasa nyeri daerah insisi bekas SC, Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman (saifuddin 2019). ibu merasa perutnya masih mulas, ibu mengatakan ASI keluar sedikit - sedikit dan ibu sudah menyusui bayinya Data objektif Data objektif didapatkan keadaan umum Ny A baik,kesadaran composmentis, TTV dalam batas normal, pemeriksaan fisik yang didapatkan dari Ny A dalam batas normal, asi sudah keluar, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, terdapat luka jahitan yang masih basah pada luka bekas SC, pengeluaran lokea rubra, jumlah perdarahan ± 50 cc. Asessment diagnose yang muncul adalah Ny. A umur 25 tahun 6 hari post SC – 6 minggu post SC tidak ditemukan kesenjangan dan tanda-tanda infeksi masa nifas Planning memastikan involusi uteri sudah kembali normal, pastikan ibu makan makanan yang bergizi, istirahat cukup tetap memberikan asi eksklusif, dalam hal ini tidak kesenjangan antara teori dan praktek menurut ( Vivian 2013) dalam pelaksanaan kunjungan yang ketiga tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek di lahan. Bayi Baru Lahir Data subjktif data subjektif bahwa indentitas By Ny A, bayi merupakan anak kedua, hahir pada tanggal 14 januari 2016 pukul 08.50 WB, bayi belum BAB dan BAK dan bayi menengis kuat, gerakan aktif serta kulit kemerahan. Data objektif Pada pemeriksaan objektif di dapatkan keadaan umum baik, nadi 126 x/m, suhu 10 36,70C, respirasi 38x/m. Pada pemeriksaan antopometri BB 3200 gram, PB 50 cm, LD 32 cm, LK 31 cm, Lila 11 cm. Pada pemeriksaan fisik bayi tidak ditemukan kelainan bawaan dari ujung kepala hingga kaki bayi. Menurut (Marmi dkk, 2014), Ciri-ciri bayi normal, antara lain sebagai berikut : Berat badan 2500-4000 gram, Panjang badan 48-52 cm, Lingkar badan 30-38 cm, Lingkar kepala 33-35 cm, Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 x/menit kemudian menurun sampai 120-160 x/menit, Pernafasan pada menit pertama kira-kira 80 x/menit kemudian turun sampai 40 x/menit. Pada kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Assessmet Diagnosa kebidanan yang di peroleh By Ny A umur 1 jam, Planning telah diberikan salep mata pada kedua mata bayi yang bertujuan agar mata bayi tidak infeksi, tidak ditemukan perdarahan tali pusat. Pada asuhan bayi baru lahir, pemberian vit K, memberi salep mata, menjaga kehangatan, memberi asi pada bayi. Setelah 1 jam pemberian vit k kemudian berikan tetes mata antibiotik profilaksis (APN, 2008). Dalam pelaksanaan ini terdapat kesenjangan antara teori dan praktek yaitu dalam penyuntikan vit K pelaksanaan tidak memcuci JNPK-KR 2008 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan pasien. Keluarga Berencana Data subjektif Pada kunjungan pertama penulis pada tanggal 20 februari 2016 jam 13.45 WIB. Dengan didapatkan data subjektif ibu belum berhubungan seksual dengn suami, ibu sudah pernah menggunakan alat kontrasepsi dan ibu belum menstruasi. Data objektif Data objektif yang didapatkan adalah keadaan umum ibu baik, TTV Tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 84x / menit, Respirasi: 22 x /menit, Suhu: 36, C dan pemeriksaan fisik normal. Asssment Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo diagnosa kebidanan Ny.A umur 25 tahun akseptor KB suntik 3 bulan. Planning hasil ibu sudah di suntik kb 3 bulan dan member tahu untuk suntik kembali taggal 15 mei 2015, .dalam pelaksanaan penyuntikan kb suntik terjadi kesenjangan yaitu tidak mencuci tangan dan menggunakan hanscoon untuk pencegahan infeksi Menurut JNPK-KR 2008 Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan pasien. Pada pelaksanaan ini terjadi senjangan antara teori dan lahan praktek, di lahan praktek pencegahan infeksi sering tidak dilakukan seperti mencuci tangan sebelum dan melakukan tindakan karena dari segi kebiasaan di masyarakat yang belum membiasakan mencuci tangan. Pada tanggal 15 mei 2015 ibu dating kembali untuk melakukan kb suntik setelah di evaluasi ibu mengatakan menstruasi hanya keluar flek-flek, kemudian jelaskan pada ibu bahwa efek kb suntik 3 bulan salah satunya adalah menstruasi yang tidak teratur. Kesimpulan Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan manajemen kebidanan dengan menggunakan pendekatan komprehensif dan pendokumentasian secara SOAP pada Ny.A dari kehamilan TM 3,bersalin,nifas,BBL dan Kb maka dapat disimpulkan: 1. Kehamilan Asuhan kehamilan yang dilakukan pada Ny.A terdapat kesenjangan berdasarkan asuhan standar 14T yang tidak dilakukan yaitu VDLR, pemberian kapsul yodium, dan terapi anti malaria. Selama pengkajian dua kali tidak terdapat penyulit dalam melakukan asuhan pada masa kehamilan. 2. Persalinan Asuhan Persalinan yang dilakukan pada Ny. A, pada saat akhir kehamilan mengalami penyulit yaitu kehamilan sirotinus atau posterem, sehingga harus di rujuk ke rumah sakit dan dilakukan induksi persalinan, setelah dilakukan induksi 11 selama 16 pembukaan 2 cm dan induksi persalinan dinyatakan gagal karena mengalami penyulit kala 1 yaitu partus tak maju kemudian dilakukan section caesarea. 3. Nifas Asuhan masa nifas yang dilakukan pada Ny.A dari 6 jam post SC sampai dengan 6 minggu post SC, selama pemantauan masa nifas,berlangsung baik, involusi pada ibu berjalan dengan lancar dan tidak ada komplikasi masa nifas. 4. Bayi baru lahir Asuhan bayi baru lahir pada bayi Ny.A berjenis kelamin perempuan ,BB 3200 gram,PB 50 cm. Tidak ditemukan adanya cacat serta tanda bahaya bbl. Bayi setelah lahir segera di suntik vitamin K dan salep mata telah diberikan, imunisasi Hb 0 di suntikkan pada saat bayi akan di bawa pulang dari rumah sakit. Pemantauan bayi sampai usia 6 minggu tidak ditemukan komplikasi dan tanda bahaya. 5. Keluarga berencana Asuhan keluarga berencana pada Ny.A ,ibu menggunakan KB suntik 3 bulan, ibu mengatakan mengalami keluhan menstruasi tidak lancar hanya keluar flek-flek dan ibu mengerti bahwa keluhan tersebut adalah salah satu efek samping dari kb suntik 3 bulan. Saran 1. Bagi penulis Mampu mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus –kasus pada saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP serta menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan.serta diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakuan asuhn kebidanan secara komprehensif terhadap pasien. 2. Bagi Institusin Mampu meningkatkan kualitas pendidikan bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo dengan penyediaan sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan kompetensi mahasiswa sehingga dapat menghasilkan bidan yang berkualitas 3. Bagi lahan Mampu meningkatkan mutu pelayanan agar dapat memberikan asuhan yang lebih baik sesuai standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan asuhan kebidanan yang sesuai teori dari mulai kehamilan, bersalin, nifas, bbl dan kb. 4. Bagi pasien Mampu untuk memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan kehamilannya secara teratur sehingga akan lebih yakin dan nyaman karena mendapat gambaraan tentang pentingnya pengawasa pada saat hamil, bersalin, nifas, bbl dan kb dengan melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan DAFTAR PUSTAKA Dewi. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika ; 2010. JNPK_KR. APN. Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo. Jakarta : 2008. Kusmiati. Perawatan ibu hamil (Asuhan Ibu hamil).Yogyakarta : Fitramaya ; 2009 Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian KesehatanRI 2014. Profil kesehatan Jawa tengah 2014. Jawa Tengah Profil Kesehatan kota Semarang 2013. Semarang Kemenkes, 2014 Depkes,2012 12 Rukiyah. Asuhan Kebidanan II. CV. Jakarta: Trans Info Media.; 2009. Saifuddin. Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono ; 2006. Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika ; 2009. Simatupang. Penerapan Unsur-Unsur Manajemen Praktik Kebidanan. Jakarta : Ambarwati,dkk ; 2009 Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Yogyakarta : Hanafiah ; 2008. (Tambunan dkk, 2011; h. 48). pusdiknakes, 2003 Varney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC ; 2007. Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Fitramaya Pedoman Asuhan Kebidanan Pada Kasus Rujukan Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, dan BBL Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan Neonatal di Tingkat Kabupaten/Kota Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC (Rynerson, Lowdermilk, 1993 dalam Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005). Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo 13