ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. A UMUR 25

advertisement
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. A UMUR 25 TAHUN
DI BPM NY.SURTI PRASTYANING Amd. Keb
JATISARI KECAMATAN MIJEN
KOTA SEMARANG
ARTIKEL
Disusun:
LINA RAHMAWATI
NIM.0131667
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. AYU UMUR 25 TAHUN DI BPM SURTI
RASETYANING AMD.KEB JATISARI MIJEN KOTA SEMARANG
Lina Rahmawati1, Chichik Nirmasari2, Heni Setyowati3
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo
INTISARI
Rahmawati, Lina, 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Ayu di BPM
Surti Prasetyaning Amd.Keb, Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi
Waluyo.
Pembimbing I : Chichik Nirmasari, S.SiT, M.Kes., Pembimbing II : Heni Setyowati,
S.SiT, M.Kes
Latar Belakang : Tahun 2014 angka kematian ibu dan angka kematian Bayi di
Kota Semarang mengalami peningkatan cukup tinggi. Tahun 2013 AKI sebanyak 109,2
per 100.00 kelahiran hidup sedangkan tahun 2014 sebanyak 122,25 per 100.00
kelahiran hidup. Tahun 2013 AKB sebanyak 251 kasus kematian bayi sedangkan pada
tahun 2014, jumlah kematian bayi di Kota Semarang, sebanyak 253 dari 26.992
kelahiran hidup, sehingga di dapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,37 per
1.000 kelahiran hidup.
Tujuan Penelitian : Penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan
berkelanjutan pada Ny.Ayu dengan pendekatan manajemen kebidanan Helen Varney
Metode : Penelitian menggunakan metode deskriptif yaitu penulisan yang
bertujuan untuk menjelaskan peristiwa kejadian sekarang
Hasil : Asuhan pada kasus Ny.Ayu telah dilakukan pengkajian sampai
pelaksanan dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan Kb, sejak tanggal 8
November 2015 sampai dengan 15 Mei 2016. Evaluasi hasil yang diperoleh setelah
dilakukan asuhan berkelanjutan pada Ny.Ayu kehamilan dengan sirotinus, dan
mengalami penyulit persalinan partus tak maju dan dilakukan tindakan SC, pada ibu
dan bayi tidak terjadi komplikasi selama hamil sampai Kb. TD : 110/70 mmHg, Nadi :
80x/menit, suhu : 360C, PPV 200 cc, BBL: 3200 gram, PB : 50 cm, LD: 31 cm, LK: 32
cm, LILA: 11 cm, Ny.Ayu menggunakan KB suntik DMPA
Kesimpulan : Tenaga kesehatan hendaknya melakukan asuhan sesuai dengan
standar pelayanan atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan
senantiasa mengembangan ilmu yang dimiliki.
Kata kunci :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan, Kehamilan, Persalinan, Nifas, Bayi
Baru Lahir, KB
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
1
ABSTRACT
Rahmawati, Lina, 2016; Advanced Midwifery on mrs Ayu at Midwife Clinic of
Surti Prasetyaning Amd.Keb, Scientific Paper. DIII of Midwifery Academy of
Ngudi Waluyo.
Supervisor 1: Chichik Nirmasari, S.SiT, Kes., Supervisor 2: Heni Setyowati, S.SiT,
Kes.
Background: In 2014 the maternal mortality rate and infant mortality figures in
Semarang has increased quite high. The maternal mortality rate by 2013 as many as
109.2 per 100.00 live births, while in 2014 as many as 100.00 122.25 every live birth.
The infant mortality rate in 2013 as many as 251 cases of infant mortality, while in
2014, the number of infant deaths in the city, as many as 253 out of 26 992 live births,
resulting in getting the infant mortality rate of 9.37 per 1,000 live births.
Objective: The objective is to be able to implement an advanced midwifery
care on Mrs Ayu with Helen Varney management approach.
Methods: The study used descriptive method of research that aimed to explain
the current events.
Results: the care in the case of Mrs Ayu has been conducted assessments to
the implementation of pregnancy, childbirth, postpartum, newborn, and contraception,
from November 8, 2015 to May 15, 2016. Evaluation of the results obtained after being
done the advanced care in pregnancy it was found sirotinus, and it is found stagnant
partus,it is not found any complication in maternal and infant during regnancy and it is
done sectio caesarea, to family planning. Blood pressure: 110/70 mmHg, Pulse: 80x /
min, temperature: 360C, Vaginal bleeding 200 cc, newborn weight: 3200 grams, body
height: 50 cm, chest circumference: 31 cm, Head Circumference: 32 cm, upper
circumference : 11 cm, mrs Ayu use injectable DMPA contraseption.
Conclusion: health workers should do care in accordance with service
standards or policies set by the government and continue to increase the knowledge.
Keywords: Advanced Midwifery Care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum, Newborn,
Contraception
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kebidanan dinilai baik
dalam suatu Negara atau daerah dilihat
dari ukuran kematian maternal. Menurut
World Helth Organization (WHO)
kematian maternal adalah kematian
seorang wanita hamil atau selama 42
hari sesudah kehamilan oleh sebab
apapun terlepas dari tuanya kehamilan
dan tindakan yang dilakukan untuk
mengakhiri kehamilan. Namun ukuran
yang lebih peka dalam menilai kualitas
pelayanan kebidanan adalah kematian
perinatal.Angka
kematian
parinafal
terdiri atas jumlah anak yang tidak
menunjukkan hidup waktu dilahirkan
ditambah meninggal dalam minggu ke
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
pertama untuk 1000 kelahiran (Saifuddin
2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
salah satu indikator utama derajat
kesehatan suatu Negara AKI dan AKB
juga mengindikasikan kemampuan dan
kualitas pelayanan kesehatan, kapasitas
pelayanan
kesehatan,
kualitas
pendidikan
dan
pengetahuan
masyarakat,
kualitas
kesehatan
lingkungan,
social
budaya
serta
hambatan dalam memperoleh akses
terhadap pelayanan kesehatan (Depkes
2012). Salah satu tujuan pembangunan
millennium (Millennium Development
Goals /MDGs) adalah menurunkan AKI
sebanyak tiga perempat dari angka
2
nasional pada tahun 2015.MDGs
menargetkan AKI di Indonesia dapat
diturunkan menjadi 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015,
sedangkan
untuk
AKB
adalah
23/100.000.
Berdasarkan
survey
Demografi dan kesehatan Indonesia
(SDKI) tahun 2012, maka angka
kematian ibu (yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas)
sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini masih cukup tinggi
apalagi jika dibandingkan dengan
Negara-negara tetangga (Kemenkes RI,
2014).
Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 berdasarkan
laporan dari kabupaten/kota sebesar
116,34/100.000
kelahiran
hidup
mengalami
peningkatan
bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun
2011 sebesar 116,01/100.000 kelahiran
hidup, sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun
2012
angka
kematian
ibu
116,34/100.000 kelahiran hidup dan
angka
kematian
bayi
adalah
10,66/100.000
(Dinas
Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2013).
Terjadi kematian ibu terkait dengan
faktor
penyebab
langsung
dan
penyebab tidak langsung. Faktor
penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia masih di dominasi oleh
perdarahan 20 – 25 % , eklamsi 13 %,
dan infeksi 11 %. Sedangkan factor
tidak langsung penyebab kematian ibu
karena masih banyaknya kasus 4
Terlalu, yang terkait dengan faktor
akses, social budaya pendidikan, dan
ekonomi. Kasus 4 Terlalu 1).Terlalu tua
hamil(hamil diatas umur 35 tahun)
sebanyak 27% 2).Terlalu muda hamil
(hamil dibawah 20 tahun) sebanyak
26% 3).Terlalu banyak anak jumlah
anak lebih dari 4 sebanyak 11,8%
4).Terlalu dekat (jarak antar kelahiran
kurang dari 2 tahun).(Depkes, 2012)
Penyebab kematian bayi di kota
Semarang dikelompokkan berdasarkan
usia yaitu kematian p(0 – 6 hari),
terbanyak disebabkan karena BBLR
sebesar 43 %, sedangkan penyebab
kematian yang paling sedikit adalah
ikterus sebesar 1,56 %.Untuk penyebab
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
kematian neonatus (7 – 28 hari)
terbanyak juga disebabkan karena
BBLR sebesar 43 %, baik cukup bulan
maupun kurang bulan (premature).
Sedangkan penyebab kematian yang
paling sedikit adalah ikterus sebesar 3
% AKB (usia 29 hari – 11 bulan) dari
jumlah 53 kasus kematian bayi
kelompok umur 29 – 11 bulan tahun
2013 penyebabnya adalah pneumonia
sebesar 16,9%, diare sebesar 20,75%,
kelainan saluran cerna 7,55%, kelainan
syaraf sebesar 1,8% dan penyebab lain
sebesar
52,83%
(Dinkes
Kota
Semarang, 2013)
Indikator untuk mewujudkan akses
dalam menurunkan AKI di provinsi Jawa
Tengah adalah dengan adanya cakupan
pelayanan kesehatan ibu yang meliputi
pelayanan kesehatan antenatal ,
pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan, perawatan bayi baru lahir,
dan kunjungan masa nifas. Angka
cakupan kunjungan ibu hamil K – 4
pada triwulan ketiga tahun 2014 baru
sebesar 45,42 %, sedangkan cakupan
pertolongan persalinan
oleh tenaga
kesehatan pada trismester ketiga tahun
2014 yaitu 47,93 % (Dinkes Prov.
Jateng 2014). Upaya yang telah
dilakukan oleh Kota Semarang untuk
menurunkan
AKI
yaitu
dengan
meningkatkan kunjungan ibu hamil K – 1
dan K – 4, meningkatkan fasilitas
pelayanan jampersal, program P4K,
dan kelas ibu hamil (Kemenkes, 2014).
Sedangkan
indikator
untuk
cakupan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan (Pn) dapat diperkirakan
proporsi persalinan yang ditangani oleh
tenaga
kesehatan,
dan
ini
menggambarkan
kemampuan
manajemen
program
KIA
dalam
pertolongan persalinan sesuai standar
cakupan pelayanan masa nifas oleh
tenaga kesehatan (KF 3) adalah
cakupan pelayanan kepada ibu pada
masa 6 jam sampai dengan 42 hari
pasca bersalin sesuai standar paling
sedikit 3 kali dengan distribusi waktu 6
jam s/d hari ke-3 (KF 1) hari K – 4 s/d
hari ke – 28 hari (KF 2) dan hari 29 s/d
hari K – 42 (KF 3) setelah bersalin
disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat
3
diketahui cakupan pelayanan nifas
secara lengkap (memenuhi standar
pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan serta untuk menjaring KB
pasca
persalinan),
yang
menggambarkan
jangkauan
dan
pelayanan
kesehatan
ibu
nifas,
Keluarga
Berencana
di
samping
menggambarkan
kemampuan
manajemen ataupun kelangsungan
program KIA (Kemenkes 2014).
Cakupan
Pelayanan
Neonatus
Pertama
(KNI)
adalah
cakupan
neonatus yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar pada 6 – 48 jam setelah
lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu.Berbagai upaya memang telah
dilakukan untuk menurunkan kematian
ibu, bayi baru lahir, bayi dan balita.
Antara lain melalui penempatan bidan di
desa, pemberdayaan keluarga dan
masyarakat dengan menggunakan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan
Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), serta
penyediaan
fasilitas
kesehatan
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar
(PONED)
di
Puskesmas
perawatan dan Pelayanan Obstetri
Neonatal
Emergensi
Komprehensif
(PONEK) di rumah sakit (Kemenkes,
2014).
Pada tahun 2012 Kementrian
Kesehatan RI meluncurkan program
EMAS
(Expanding
Maternal
and
Neonatal Survival), bekerja sama
dengan USAID dengan kurun waktu
2012 – 2016, yang diluncurkan 26
Januari 2012 sebagai salah satu bentuk
kerja sama Pemerintah Indonesia
dengan
USAID
dalam
rangka
percepatan penurunan kematian ibu dan
bayi baru lahir di provinsi terpilih yaitu
Sumatera Utara, Sulawesi
Selatan,
Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan
Jawa Timur yang menyumbangkan
kurang lebih 50 persen dari kematian
ibu dan bayi di Indonesia. Dalam
program ini Kementrian Kesehatan RI
bekerjasama dengan JHPIEGO, serta
mitra-mitra lainnya seperti save the
children,
Research
Triangle
Internasional,
Muhammadiyah
dan
Rumah
Sakit
Budi
Kemuliaan
(Kemenkes, 2014).
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Upaya yang akan dilaksanakan
adalah dengan peningkatan kualitas
pelayanan emergensi obstetric dan
neonatal dengan cara memastikan
intervensi
media
prioritas
yang
mempunyai
dampak
besar
pada
penurunan kematian dan tata kelola
klinis (clinical governance) diterapkan di
RS dan puskesmas. Upaya lain dalam
program EMAS ini dengan memperkuat
system rujukan yang efisien dan efektif
mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan
dasar di puskesmas sampai ke RS
rujukan di tingkat kabupaten/kota.
Masyarakatpun
dilibatkan
dalam
menjamin kualitas rujukan fasilitas
kesehatan ini. Untuk itu, program ini
juga akan mengembangkan mekanisme
umpan balik dari masyarakat ke
pemerintah
daerah
menggunakan
teknologi informasi seperti media social
atau SMS gateway, dan memperkuat
forum masyarakat agar dapat menuntut
pelayanan yang lebih efektif dan efisien
melalui maklumat pelayanan (service
character) dan Citizen Report Card
(Depkes, 2012).
Pelayanan yang diberikan bidan
diantaranya
pelayanan
kehamilan,
persalinan, nifas dan bayi baru
lahir.Pelayanan kehamilan dimulai sejak
wanita
hamil
karena
kehamilan
melibatkan perubahan fisik maupun
emosional dari ibu serta perubahan
social di dalam keluarga.Pada umumnya
kehamilan berkembang dengan normal
dan menghasilkan kelahiran bayi sehat
cukup bulan melalui jalan lahir namun
kadang-kadang tidak sesuai dengan
harapan. Oleh karena itu pelayanan
kehamilan merupakan cara penting
untuk memonitor kesehatan ibu hamil
normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal (Prawiro hardjo,
2009). Pelayanan yang diberikan saat
persalinan bertujuan untuk memberikan
asuhan
yang
memadai
selama
persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan persalinan yang bersih dan
aman dengan memperhatikan aspek
asuhan saying ibu dan saying
bayi.Sedangkan pada masa nifas sering
terjadi berbagai masalah seperti infeksi,
perdarahan, bendungan payudara dan
sebagainya (Marmi, 2012).
4
Puskesmas
Mijen
Kota
Semarang di dapatkan bulan Oktober
2015 presentase cakupan kunjungan ibu
hamil K-1 di puskesmas Mijen 98,2%,
cakupan ini sudah melampaui target
sebesar
95%,
karena
semakin
meningkatnya kesadaran masyarakat
tentang pentingnya antenatal care
(ANC), cakupan ibu hamil K-4 sebesar
90,1% dari target yang di tetapkan
94,01% hal ini di sebabkan oleh
kurangnya
pemahaman
tentang
pentingnya pemantauan kesehatan ibu
pada trimester 1 serta mobilitas ibu
hamil di daerah industri yang semakin
tinggi, cakupan pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memilki
kompetensi kebidanan 94,5%, cakupan
kunjungan neonatun (KN Lengkap)
sebesar 95,2% dengan target 95%,
cakupan Keluarga Berencana sebesar
83,2% dari target yang di tetapkan 83,5
%, hal ini di sebabkan kurangnya
pengetahuan tentang pengertian dan
cmacam - macam Keluarga Berencana,
BPM
Surti
Prasetyaning,
Amd.Keb Perum Jatisari, Kecamatan
Mijen, Kota Semarang pada tahun
2015jumlah ibu hamil K-1 sebanyak
120orang,jumlah
ibu
hamil
K-4
sebanyak 115 orang, jumlah persalinan
normal sebesar 90 orang, jumlah ibu
nifas 90 orang, jumlah bayi baru lahir 90
bayi,jumlah akseptor KB suntik sebesar
879 orang.
Pada satu bulan terakhir di BPM
Ny. Surti Prasetyaning di dapatkan data
akseptor KB baru 16 orang. Dari 16
orang tersebut 6 orang bersalin secara
normal, 2 orang di rujuk. Kemudian 6
orang melakukan ANC secara teratur, 8
orang tidak melakukan ANC tidak
teratur, kemudian 8 orang kunjungan
nifas. Dan pada bayi baru lahir 13 bayi
di berikan imunisasi. Berdasarkan data
tersebut dapat di simpulkan sejumlah 6
orang (37.5%) melakukan asuhan
berkelanjutan, dan 10 orang (62.5%)
tidak melakukan asuhan berkelanjutan
karena 2 orang tidak bersalin di bidan
dan 8 tidak melakukan ANC teratur.
Berdasarkan latar belakang diatas
penulis tertarik melakukan Asuhan
kebidanan berkelanjutan pada Ny. A
usia 25 tahun dari mulaikehamilan,
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
persalinan, nifas, bayi baru lahir, dan
Keluarga Berencana di BPM Surti
Prasetyaning, Am. Keb. Kota Semarang.
Sehingga penulis mengambil kasus
dengan judul “Asuhan Kebidanan
Berkelanjutan pada Ny. Ayu umur 25
tahun G1P0A0 UK 32 Minggu di BPM
Ny. Surti Prasetyaning Amd. Jatisari
Kecamatan Mijen Kota Semarang.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan
pada Ny. A G1P0A0 umur 25 tahun
secara berkelanjutandi BPM Surti
Prasetyaning
Amd.Keb
Jatisari,
Kecamatan Mijen Kota Semarang
dengan pendokumentasian SOAP
dan dengan pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan Khusus.
a. Menganalisis
dan
melakukan
manajemen asuhan kehamilan pada
Ny. A G1P0A0umur kehamilan 32
minggu di BPM Surti Prastyaning
Jatisari, Mijen
b. Menganalisis
dan
melakukan
manajemen asuhan persalinanpada
Ny.A P1A0umur kehamilan 32
minggu di BPM Surti Prastyaning
Jatisari, Mijen
c. Menganalisis
dan
melakukan
manajemen asuhan nifas pada
Ny.AP1A0 umur kehamilan 32
minggu di BPM Surti Prastyaning
Jatisari, Mijen
d. Menganalisisdan
melakukan
manajemen asuhan bayi baru lahir
pada bayi Ny.A P1A0 umur kehamilan
32 minggu di BPM Surti Prastyaning
Jatisari, Mijen
e. Menganalisis
dan
melakukan
asuhan Keluarga Berencana pada
Ny.A P1A0 umur kehamilan 32
minggu di BPM Surti Prastyaning
Jatisari, Mijen
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Dinas Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai masukan
dalam memberikan informasi dan
mengambil kebijakan mengenai
asuhan
kebidanan
untuk
menurunkan AKI dan AKB.
5
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan referensi di
perpustakaan
dan
menambah
masukan
untuk
mengevaluasi
kemampuan
mahasiswa
dan
menerapkan Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil, bersalin, nifas dan
keluarga berencana.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk
mempertahankan mutu pelayanan
terutama dalam memberikan asuhan
pelayanan kebidanan.
4. Bagi Masyarakat
Memberikan
informasi
pada
masyarakat tentang pentingnya
asuhan kebidanan.
5. Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan
dan
kemampuan
dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan,
serta sebagai bahan evaluasi dalam
menilai kemampuan menyiapkan
materi untuk persiapan praktek
kebidanan secara langsung.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kehamilan
Data subjektif
Ny. A umur 25 tahun dengan
kehamilan normal yang dimulai sejak
tanggal 08 november 2015 sampai 15
Maret 2016 dari kehamilan, persalinan,
nifas, bayi baru lahir, sampai dengan kb
ada beberapa hal yang penulis uraikan
pada bab pembahasan ini dimana
penulis akan membahas kesenjangan
dan kesesuaian antara teori dan
penatalaksanaan di kasus yang ada.
Untuk lebih sistematis maka penulis
membuat
pembahasan
dengan
mengacu pada pendekatan Asuhan
Kebidanan
menyimpulkan
data,
menganalisis data dan melakukan
penatalaksanaan asuhan sesuai dengan
Data objektif
Data subjektif yang didapatkan
ibu bernama Ny A umur 25 Tahun, hamil
pertama dan belum pernah keguguran,
HPHT 27 Maret 2015 dan Hari
Perkiraan Lahir yaitu tanggal 3 januari
2016. Pada kehamilan ini ibu melakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 7 kali
yang terdiri dari 2 kali pada trimester I, 3
kali pada trimester ke-dua dan 2 kali
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
pada
trimester
ke-tiga.
Pada
pemeriksaan yang keenam merupakan
kunjungan ulang ibu memeriksakan
kehamilannya dan juga merupakan
pengkajian pertama. Menurut Walyani
(2015), standar asuhan antenatal
minimal 14 T Pada kunjungan
pemeriksaan kehamilan yang dilakukan
oleh Ny A terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek karena pada
pemeriksaan kehamilan Ny A hanya
dilakukan 11 T yaitu pemeriksaan VDRL
tidak dilakukan karena hanya pada
pasien tertentu yang mempunyai riwayat
penyakit dan dilakukan di puskesmas,
pemberian kapsul yodium dan terapi anti
malaria tidak dilakukan karena rumah
Ny A bukan merupakan tempat endemik
perkembangan malaria.
Ny.A
mengatakan
sudah
mendapatkan TT sebanyak 5 kali, dan
pada saat kehamilan ibu sudah
mendapatkan TT 2kali, dalam hal ini
tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan praktek. Menurut (Walyani,2015)
Jarak pemberian TT 2 ke TT 3 adalah 6
bulan dengan masa perlindungan 5
tahun.
Data objektif
pada usia kehamilan 32 minggu
TFU teraba pertengahan pusat –
prosesus xypoideus dan pada usia
kehamilan 35 minggu 4 hari TFU teraba
di 1 jari dibawah prosessus xypoideus.
Mengukur tinggi fundus uteri untuk
mengetahui tuanya masa kehamilan
dalam kandungan dengan mengukur
tinggi fundus uteri dari tepi atas simpisis
sampai pada fundus uteri menurut
perlimaan jari (sulistyawati, 2009). Hal
ini sesuai dengan Hai ini tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada kunjungan pertama ibu
mengatakan punggung terasa pegalpegal. Asuhan yang di berikan oleh
untuk
Ny.A
supaya
mengatasi
keluhannya yaitu pasien di ajarkan
melakukan gerakan body mekanik. pada
teori keluhan pegal-pegal ibu itu
termasuk
fisiologis
menurut
(Suryati,2011) karena perut ibu semakin
membawa beban yang berat dan cara
mencegahnya dengan melakukan posisi
yang benar
pada saat hamil atau
melakukan body mekanik. Dalam
6
pemberian asuhan tersebut pasien
sangat
kooperatif,
pasien
bisa
mengulangi apa yang di ajarkan.
(Suryati, 2011), pada kunjungan yang ke
dua ibu mengatakan belum mengetahui
tentang tanda bahaya kehamilan pada
trimester
III
menurut(walyani,2015)
salah satu asuhan yang dilakukan bidan
untuk menapis adanya resiko yaitu
melakukan
deteksi
dini
adanya
komplikasi/atau penyakit yang mungkin
terjadi selama kehamilan trimester III.
Assessment
Pada
pengkajian
pertama
diagnosa kebidanan didapatkan dari
data subjektif dan data objektif sehingga
muncul diagnosa kebidanan Ny. A umur
25 tahun G1P0A0 umur kehamilan 33
minggu , janin tunggal hidup intra uteri,
letak memanjang, puki, presentasi
kepala, divergen.
Planning
Pada kasus ini Asuhan yang di
berikan pada pada Ny.A body mekanik
karena perut ibu semakin membawa
beban
yang
berat
dan
cara
mencegahnya dengan melakukan posisi
yang benar
pada saat hamil atau
melakukan body mekanik. Asuhan yang
di berikan oleh untuk Ny.A supaya
mengatasi keluhannya yaitu pasien di
ajarkan melakukan gerakan body
mekanik. .
Pada kasus Ny A dilakukan
kunjungan 2 kali, pengkajian pertama
dilakukan pada tanggal 13 November
2015 di dapatkan hasil pada kunjungan
rumah ke dua tanggal 27 November
2015 ibu mengatakan sudah tidak
merasa
pegal-pegal
pada
punggung.setelah dilakukan KIE tentang
tanda bahaya trimester 3 dan tandatanda persalinan ibu sudah mengerti
tentang tanda-tanda persalin dalam hal
ini tidak terdapat kesenjangan antara
teori dengan praktik di lahan.
PERSALINAN
Data subjektif
Data subjektif yang didapatkan
dalam pengkajian persalinan ini seperti
identitas, riwayat kehamilan, gerekan
janin, riwayat nutrisi, eliminasi, istirahat.
Dari data identitas di dapatkan hasil
bahwa bu mengatakan bernama Ny A,
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
ibu berumur 25 tahun, hamil yang ke
pertama dan belum pernah keguguran,
ibu datang ke BPM tanggal 13 januari
2016 pukul 10.00 WIB mengatakan
belum ada tanda-tanda persalinan dan
umur kehamilan 42 minggu sudah
melebihi HPL yaitu tanggal 3 januari
2016 20.00 WIB, ibu makan terakhir
jam 09.30 WIB, BAB terakhir pada jam
06.30 WIB dan BAK terakhir pada jam
07.00 WIB.
Data objektif
Data objektif yang didapatkan
pada tanggal 13 januari 2016 jam 10.00
WIB di dapatkan hasil keadaan umum
ibu baik, kesadaran komposmentis, TTV
dalam batas normal, BB 73 kg, TB 162
cm, Lila 28 cm, pemeriksaan fisik dalam
batas normal. Pada pemeriksaan
obstetri di dapatkan hasil Leopod 1
teraba 3 jari di bawah PX, bulat, lunak,
tidak melenting (bokong), leopod 2
Kanan : teraba bagian kecil-kecil janin
(ekstremitas),
kiri
teraba
keras,
memanjang seperti papan (punggung),
leopod III teraba bulat, keras, melenting
(kepala), tidak dapat dogoyangkan,
leopod IV divergen ,TBJ : (31 – 11) X
155 = 3100 gram, DJJ :145 x/ menit,
HIS : -. Pemeriksaan dalam didapatkan
hasil VU kosong, vagina elastis, porsio
lunak, pembukaan 0 cm, effacement 0
%, kulit ketuban masih utuh, presentasi
kepala, POD belum teraba, tidak ada
bagian yang menumbung, penurunan H2 , tidak ada molase.
Pada pukul 11.55 WIB Bidan
melakukan rujukan dikarenakan umur
kehamilan sudah melebihi HPL dan
bidan menyiapkan rujukan yaitu bidan,
alat, kendaraan, surat, obat kemudian
keluarga serta obat dan uang bidan
memasang infuse RL pada tangan kiri
ibu dengan tetesan 12 tpm, menurut
(yulifah,2013) rujukan tepat waktu
merupakan unggulan asuhan saying ibu
dalam mendukung keselamatan ibu dan
bayi baru lahir, yang meliputi bidan,
Alat,Surat,
keluarga,
surat,
obat,
kendaraan, dan uang, dalam hal ini tidak
ada kesenjangan teori dan praktek di
lahan karena system rujukan yang
dilakukan sudah sesuai dengan teori
yang diungkapkan oleh yulifah 2013
dalam buku konsep kebidanan
7
Pada pukul 12.30 WIB sampai di
IGD RS Tugurejo Semarang sudah di
pasang infuse RL. Kemudian dari IGD di
bawa ke ruang persalinan pada pukul
13.40 WIB
Asessment
Diagnosa kebidanan Ny A umur
25 tahun G1P0A0 hamil 42 minggu,
janin tunggal, hidup intra uteri,letak
memanjang punggung kiri presentasi
belakang kepala, divergen, dengan
sirotinus sedangkan diagnosa masalah
pada kasus Ny A adalah kehamilan
serotinus.kehamilan sirotinus. menurut
(Nugroho, 2012) Kehamilan Serotinus
atau kehamilan lewat waktu adalah
kehamilan yang telah berlangsung
selama 42 minggu (294 hari) atau lebih,
pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari
dan hari pertama haid terakhir diketahui
dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan
lebih dari 42 minggu didapatkan dari
perhitungan rumus neagele atau dengan
tinggi fundus uteri serial.
Pada tanggal 14 januari 2016
pukul 06.30 WIB dilakukan pemeriksaan
dalam pada Ny A didapatkan diagnosa
kebidanan Ny A umur 25 tahun
G1P0A0, UK 42 minggu, janin tunggal,
hidup intra uteri,puki, pressentasi
kepala, divergen, inpartu kala 1 fase
laten dengan partus tak maju. Diagnosa
masalah pada kasus Ny A adalah partus
tak
maju.
(Prawirohardjo,
2005)
Menurut Partus tak maju adalah His
yang tidak normal dalam kekuatan atau
sifatnya menyebabkan bahwa rintangan
pada jalan lahir yang lazim terdapat
pada setiap persaiinan, tidak dapat
diatasi sehingga persalinan mengalami
hambatan atau kematian
Kasus Ny A di temukan masalah
sehingga pada langkah ini terdapat
diagnosa potensial. Diagnose potensial
yang muncul pada Ny.A apabila tidak di
tangani segera akan mengakibatkan
gawat janin dan afiksia pada janin
sedangkan
pada
ibu
akan
mengakibatkan rupture uteri serta
mortalitas pada ibu.
Antisipasi perencanaan segera,
antisipasi
merupakan
penerapan
kebutuhan
yang
memerlukan
penanganan segera tahap ini dilakukan
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
oleh bidan melakukan identifikasi dan
menetapkan
beberapa
kebutuhan
setelah
diagnosis
dan
masalah
ditegakkan (Ambarwati dkk, 2009).
Dalam kasus Ny A dilakukan antisipasi
karena ditemui masalah dalam diagnosa
potensial. Antisipasi segera yang
dilakukan adalah lakukan kolaborasi
dengan dokter SpOG.
Planning
Planning
mengambarkan
pendokumentasiaan dari perencanaan
dan evaluasi berdasarkan assessment
menurut
(walyani,2015)Langkah
ini
memberitahukan pada Ny A bahwa
keadaan ibu dan janin baik, lapor dokter
SpOG kemudian dokter memberikan
advise
untuk
melakukan
induksi
persalinan pada ibu dengan melakukan
drip oksitosin dengan tetesan awal 8
tpm kemudian di naikan 4 tetes setiap
30 menit menurut (mochtar 2010) Bila
serviks telah matang dilakukan induksi
persalinan dan dilakukan pengawasan
intrapartum
terhadap
jalannya
persalinan dan keadaan janin. Induksi
pada serviks yang telah matang akan
menurunkan risiko kegagalan ataupun
persalinan tindakan, menganjarkan ibu
,menganjurkan ibu untuk miring ke kiri
untuk
mempercepat
pembukaan,
meyiapkan alat persalinan , melakukan
pemeriksaan dalam setiap 4 jam sekali
jam 14.00 WIB, kemudian jam 18.00
WIB pembukaan serviks tetap 2 cm
kemudian dilakukan kembali pada pukul
22.00 Vulva: tenang Portoi:tipis lunak,
Pembukaan:2cm , Eff: 20% Bagian
terendah: kepala Kulit ketuban: (+)
menonjol, POD:UUK belum teraba
dilakukan kembali pemeriksaan dalam,
melakukan pengawasan 10. Kemudian
pada pukul 06.00WIB di lakukan lagi
pemeriksaan dalam dan hasilnya masih
sama pembukaan masih 2cm. menurut
(prawirodihardjo 2005), Partus tak maju
adalah His yang tidak normal dalam
kekuatan atau sifatnya menyebabkan
bahwa rintangan pada jalan lahir yang
lazim terdapat pada setiap persalinan,
tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami
hambatan
atau
kematian.setelah
dilakukan
induksi
persalinan selama kurang lebih 16 jam
hasil masih sama kemudian lapor dokter
8
SpOG bahwa Ny A umur 25 tahun
G1P0A0 umur kemhamilan 42 minggu
inpartu kala 1 fase laten dengan partus
tak maju. Kemudian dokter memberikan
advise untuk di lakukan tindakan SC
atas indikasi partus tak maju karena
bias mengakibatkan gawat janin serta
mortalitas pada ibu. karena Terapi pada
partus tak maju bersifat darurat, koreksi
adanya dehidrasi dan segera lakukan
rujukan pada sebagian besar kasus
partus tak maju diakhiri dengan SC.
Menurut ( sarwono 2009) Sectio
caesaria adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram. Memberitahu ibu dan
keluarga bahwa ibu akan dilakukan
tindakan SC dikarenakan apabila tidak
dilakukan memembahayakan ibu dan
janin.
Planning
Pada pukul 07.30 WIB dilakukan
persiapan preoperasi menurut (manjoer
2011) meliputi Informed concent,
mencukur
daearah
pembedahan,
Melepas baju pasien dan memakaikan
baju operasi, memindah pasien ke
branckar kemudian di bawa masuk ke
ruang operasi, pasien di pindahkan ke
meja operasi, meletakkan pasien
dengan
posisi
melentang,
mempersiapkan
pasien
untuk
pemberian
anasthesi,
desinfeksi
daearah operasi dengan betadhine,
bersihkan dan keringkan dengan kasa,
pemasangan duk pada daerah operasi
Dalam persiapan preoperasi
tidak ada
kesenjangan antara teori
dengan praktek kemudian pada pukul
08.15
dilakukan
insisi
daera
pembedahan untuk mengeluarkan janin
dan plasenta, pukul 08.45 WIB bayi lahir
dengan tindakan SC dengan berat
badan 3200 gram da panjang badan 50
cm, lingkar dada 32 cm, lingkar kepala
31 cm, dan LILA 11 cm. menurut (APN
2008) dilakukan inisiasi menyusui dini
satu jam pertama atau segera setelah
lahir tetapi di lahan terjadi kesenjangan
antara teori dan praktek dikarenakan
prosedur di rumah sakit tidak ada
prosedur melakukan imd kemudian
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
dilakukan
perawatan
postoperasi
menurut (manjoer 2011) meliputi
Observasi Kesadaran,dan di dapatkan
hasil
Keadaan
umum
Lemah,
Kesadaran composmentis Observasi
TTV yang meliputi TD 120/70 mmhg N
78x/m, S 36C, RR 20X/m. Mobilisasi dini
dan bertahap, Melakukan kateterisasi,
menganjurkan ibu untuk menjaga luka
insisi, pemberian cairan dan diit,
memberikan ibu obat antibiotic dan
analgetik, mengatasi nyeri yang ada
Dalam pelaksanaan tindakan
post operasi tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek di lahan
Pengawasan 2 jam post SC,
Pada langkah ini memberitahu ibu
penyebab mulas, mengajarkan pada ibu
untuk
merasakan
kontraksi,
membereskan alat dan merapikan
pasien, meganjurkan ibu untuk makan
dan minum, edukasi tentang mobilisasi
dini dan melakukan pengawasan kala
IV. Tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktek lahan.
Menurut
(sulistyawati,
2013)
lamanya kala I untuk primigravida
berlangsung 12 jam sedangkan pada
multigravida berlangsung sekitar 8 jam.
Diperhitungkan pembukaan primigravida
1 cm per jam sedangkan multigravida 2
cm per jam. Dalam kasus ini terjadi terjadi
kesenjangan karena lamanya kala I fase
laten Ny A adalah 16 jam atau terjadi kala
1 fase laten memanjang dan terjadi partus
tak
maju.
menurut
(Saifuddin,2009)Adalah
fase
pembukaan serviks yang tidak melewati
3 cm setelah 8 jam inpartu.
Pada kala 1 dilakukan induksi
persalinan atas advise dokter dengan
infuse RL 500 cc drip oksitosin 5 IU
dengan 8 tpm kemudian dinaikan 4 tetes
setiap 30 menit
Dalam hal pemberian
advise induksi oksitosin terdapat
kesenjangan
karena
dalam
teori
mengatakan induksi oksitosin di ldi
berikan pada infuse dextrose tetapi
dalam praktek di lahan menggunakan
infuse RL.
Induksi persalinan dinyatakan
gagal apabila Jika masih tidak tercapai
kontraksi
yang
adekuat
dengan
kontraksi yang lebih tinggi, pada
9
multigravida induksi dianggap gagal,
lakukan
seksio
sesarea.
Pada
primigravida, infus oksitosin bisa
dinaikkan konsentrasinya yaitu 10 unit
dalam 500 ml dekstrose (garam
fisiologik) 30 tetes/ menit, naikkan 10
tetes tiap 30 menit sampai kontraksi
adekuat. Jika kontraksi tetap tidak
adekuat setelah 60 tetes/menit, lakukan
seksio
sesarea(Wiknjosastro,2007).dalam hal
ini terjadi kesenjangan antara teori dan
praktek
karena
dilahan
induksi
dinyatakan gagal tidak terjadi kemajuan
persalinan selama 16 jam dan
pembukaan 2 cm kemudian dokter
memberikan advise SC
Sectio caesaria adalah suatu
persalinan
buatan
dimana
janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan
utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono,2009) Pada kasus Ny. A
Sectio caesarea di lakukan atas indikasi
partus tak maju dalam hal ini tidak ada
kesenjangan di karenakan apabila tidak
dilakukan akan mengakibatkan gawat
janin dan rupture uteri sesuai dengan
teori (Wiknjosastro, 2007) menyatakan
komplikasi akselerasi persalinan yang
mungkin terjadi Tetania uteri dan ruptura
uteri., Gawat janin
Pelaksanaan operasi meliputi
Persiaapan preoperasi, intraoperasi dan
postoperasi tidak ada kesenjangan
antara
teori
dan
praktek.
Pengawasan 2 jam post SC, Kala IV
pada Ny A. Penulis melakukan
pemantauan kala IV selama 2 jam
dengan 4x15 menit pada 1 jam pertama,
2x30 menit pada 1 jam kedua dengan
hasil terlampir dipartograf. Dalam
pemantauan 2 jam tidak didapatkan
adanya tanda-tanda penyulit pada kala
IV.
Pengeluaran
darah
selama
persalinan kala 1 ± 0 cc, kala II ± 300
cc, dan kala IV ± 50 cc. Menurut
prawiroharjo (2009) pengeluaran darah
normal pada sc ≥ ± 500 cc. .dalam hal
ini tidak terjadi kesenjangan di
karenakan pengeluaran darah lebih dari
500 cc pada pasien dengan sc adalah
hal yang normal.
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
NIFAS
Data subjektif
Data subjektif yang diperoleh meliputi
ibu mengatakan bernama Ny A ibu
mengatakan melahirkan anak yang
pertama secara SC pada tanggal 14
januari 2016 jam 14.35 WIB, belum
pernah keguguran, ibu mengatakan
berumur 25 tahun, ibu merasa nyeri
daerah insisi bekas SC, Nyeri adalah
salah utama karena insisi yang
mengakibatkan gangguan rasa nyaman
(saifuddin 2019). ibu merasa perutnya
masih mulas, ibu mengatakan ASI
keluar sedikit - sedikit dan ibu sudah
menyusui bayinya
Data objektif
Data objektif didapatkan keadaan umum
Ny A baik,kesadaran composmentis,
TTV dalam batas normal, pemeriksaan
fisik yang didapatkan dari Ny A dalam
batas normal, asi sudah keluar, TFU 2
jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih kosong, terdapat
luka jahitan yang masih basah pada
luka bekas SC, pengeluaran lokea
rubra, jumlah perdarahan ± 50 cc.
Asessment
diagnose yang muncul adalah Ny. A
umur 25 tahun 6 hari post SC – 6
minggu post SC tidak ditemukan
kesenjangan dan tanda-tanda infeksi
masa nifas
Planning
memastikan involusi uteri sudah kembali
normal, pastikan ibu makan makanan
yang bergizi, istirahat cukup tetap
memberikan asi eksklusif, dalam hal ini
tidak kesenjangan antara teori dan
praktek menurut ( Vivian 2013) dalam
pelaksanaan kunjungan yang ketiga
tidak ada kesenjangan antara teori
dengan praktek di lahan.
Bayi Baru Lahir
Data subjktif
data subjektif bahwa indentitas By Ny A,
bayi merupakan anak kedua, hahir pada
tanggal 14 januari 2016 pukul 08.50
WB, bayi belum BAB dan BAK dan bayi
menengis kuat, gerakan aktif serta kulit
kemerahan.
Data objektif
Pada pemeriksaan objektif di dapatkan
keadaan umum baik, nadi 126 x/m, suhu
10
36,70C,
respirasi
38x/m.
Pada
pemeriksaan antopometri BB 3200
gram, PB 50 cm, LD 32 cm, LK 31 cm,
Lila 11 cm. Pada pemeriksaan fisik bayi
tidak ditemukan kelainan bawaan dari
ujung kepala hingga kaki bayi. Menurut
(Marmi dkk, 2014), Ciri-ciri bayi normal,
antara lain sebagai berikut : Berat badan
2500-4000 gram, Panjang badan 48-52
cm, Lingkar badan 30-38 cm, Lingkar
kepala 33-35 cm, Bunyi jantung dalam
menit pertama kira-kira 180 x/menit
kemudian menurun sampai 120-160
x/menit,
Pernafasan
pada
menit
pertama kira-kira 80 x/menit kemudian
turun sampai 40 x/menit. Pada kasus ini
tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
Assessmet
Diagnosa kebidanan yang di peroleh
By Ny A umur 1 jam,
Planning
telah diberikan salep mata pada kedua
mata bayi yang bertujuan agar mata
bayi tidak infeksi, tidak ditemukan
perdarahan tali pusat. Pada asuhan bayi
baru lahir, pemberian vit K, memberi
salep mata, menjaga kehangatan,
memberi asi pada bayi. Setelah 1 jam
pemberian vit k kemudian berikan tetes
mata antibiotik profilaksis (APN, 2008).
Dalam
pelaksanaan
ini
terdapat
kesenjangan antara teori dan praktek
yaitu
dalam
penyuntikan
vit
K
pelaksanaan tidak memcuci JNPK-KR
2008 Cuci tangan dengan seksama
sebelum dan setelah bersentuhan
dengan pasien.
Keluarga Berencana
Data subjektif
Pada kunjungan pertama penulis pada
tanggal 20 februari 2016 jam 13.45 WIB.
Dengan didapatkan data subjektif ibu
belum berhubungan seksual dengn
suami, ibu sudah pernah menggunakan
alat kontrasepsi dan ibu belum
menstruasi.
Data objektif
Data objektif yang didapatkan adalah
keadaan umum ibu baik, TTV Tekanan
darah: 110/70 mmHg, Nadi: 84x / menit,
Respirasi: 22 x /menit, Suhu: 36, C dan
pemeriksaan fisik normal.
Asssment
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
diagnosa kebidanan Ny.A umur 25
tahun akseptor KB suntik 3 bulan.
Planning
hasil ibu sudah di suntik kb 3 bulan dan
member tahu untuk suntik kembali
taggal 15 mei 2015, .dalam pelaksanaan
penyuntikan
kb
suntik
terjadi
kesenjangan yaitu tidak mencuci tangan
dan menggunakan hanscoon untuk
pencegahan infeksi Menurut JNPK-KR
2008 Cuci tangan dengan seksama
sebelum dan setelah bersentuhan
dengan pasien. Pada pelaksanaan ini
terjadi senjangan antara teori dan lahan
praktek, di lahan praktek pencegahan
infeksi sering tidak dilakukan seperti
mencuci
tangan
sebelum
dan
melakukan tindakan karena dari segi
kebiasaan di masyarakat yang belum
membiasakan mencuci tangan. Pada
tanggal 15 mei 2015 ibu dating kembali
untuk melakukan kb suntik setelah di
evaluasi ibu mengatakan menstruasi
hanya
keluar
flek-flek,
kemudian
jelaskan pada ibu bahwa efek kb suntik
3
bulan
salah
satunya
adalah
menstruasi yang tidak teratur.
Kesimpulan
Setelah
penulis
melakukan
asuhan
kebidanan
manajemen
kebidanan
dengan
menggunakan
pendekatan
komprehensif
dan
pendokumentasian secara SOAP pada
Ny.A
dari
kehamilan
TM
3,bersalin,nifas,BBL dan Kb maka dapat
disimpulkan:
1. Kehamilan
Asuhan kehamilan yang
dilakukan pada Ny.A terdapat
kesenjangan berdasarkan asuhan
standar 14T yang tidak dilakukan
yaitu VDLR, pemberian kapsul
yodium, dan terapi anti malaria.
Selama pengkajian dua kali tidak
terdapat penyulit dalam melakukan
asuhan pada masa kehamilan.
2. Persalinan
Asuhan Persalinan yang
dilakukan pada Ny. A, pada saat
akhir kehamilan mengalami penyulit
yaitu kehamilan sirotinus atau
posterem, sehingga harus di rujuk
ke rumah sakit dan dilakukan induksi
persalinan, setelah dilakukan induksi
11
selama 16 pembukaan 2 cm dan
induksi persalinan dinyatakan gagal
karena mengalami penyulit kala 1
yaitu partus tak maju kemudian
dilakukan section caesarea.
3. Nifas
Asuhan masa nifas yang
dilakukan pada Ny.A dari 6 jam post
SC sampai dengan 6 minggu post
SC, selama pemantauan masa
nifas,berlangsung baik, involusi pada
ibu berjalan dengan lancar dan tidak
ada komplikasi masa nifas.
4. Bayi baru lahir
Asuhan bayi baru lahir pada
bayi Ny.A
berjenis kelamin
perempuan ,BB 3200 gram,PB 50
cm. Tidak ditemukan adanya cacat
serta tanda bahaya bbl. Bayi setelah
lahir segera di suntik vitamin K dan
salep mata telah diberikan, imunisasi
Hb 0 di suntikkan pada saat bayi
akan di bawa pulang dari rumah
sakit. Pemantauan bayi sampai usia
6 minggu tidak ditemukan komplikasi
dan tanda bahaya.
5. Keluarga berencana
Asuhan keluarga berencana
pada Ny.A ,ibu menggunakan KB
suntik 3 bulan, ibu mengatakan
mengalami keluhan menstruasi tidak
lancar hanya keluar flek-flek dan ibu
mengerti bahwa keluhan tersebut
adalah salah satu efek samping dari
kb suntik 3 bulan.
Saran
1. Bagi penulis
Mampu
mendapatkan
pengalaman dalam mempelajari
kasus –kasus pada saat praktik
dalam bentuk manajemen SOAP
serta menerapkan asuhan sesuai
standar pelayanan kebidanan yang
telah ditetapkan sesuai dengan
kewenangan bidan yang telah
diberikan kepada profesi bidan.serta
diharapkan mampu meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakuan asuhn kebidanan secara
komprehensif terhadap pasien.
2. Bagi Institusin
Mampu
meningkatkan
kualitas pendidikan bagi mahasiswa
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
dengan penyediaan sarana dan
prasarana
yang
mendukung
peningkatan kompetensi mahasiswa
sehingga dapat menghasilkan bidan
yang berkualitas
3. Bagi lahan
Mampu meningkatkan mutu
pelayanan agar dapat memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai
standar asuhan kebidanan serta
dapat mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan kesehatan agar dapat
menerapkan asuhan kebidanan
yang sesuai teori dari mulai
kehamilan, bersalin, nifas, bbl dan
kb.
4. Bagi pasien
Mampu
untuk
memiliki
kesadaran
untuk
selalu
memeriksakan kehamilannya secara
teratur sehingga akan lebih yakin
dan nyaman karena mendapat
gambaraan
tentang
pentingnya
pengawasa pada saat
hamil,
bersalin, nifas, bbl dan kb dengan
melakukan pemeriksaan rutin di
pelayanan kesehatan
DAFTAR PUSTAKA
Dewi. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta:
Salemba
Medika ; 2010.
JNPK_KR. APN. Yayasan Bina Pustaka
Prawiroharjo. Jakarta : 2008.
Kusmiati. Perawatan ibu hamil (Asuhan
Ibu
hamil).Yogyakarta
:
Fitramaya ; 2009
Prawirohardjo. Ilmu kebidanan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2010.
Profil
Kesehatan Indonesia 2014.
Jakarta:
Kementerian
KesehatanRI 2014.
Profil kesehatan Jawa tengah 2014.
Jawa Tengah
Profil Kesehatan kota Semarang 2013.
Semarang
Kemenkes, 2014
Depkes,2012
12
Rukiyah. Asuhan Kebidanan II. CV.
Jakarta: Trans Info Media.; 2009.
Saifuddin.
Pelayanan
Kesehatan
Maternal & Neonatal. Jakarta :
Yayasan
Bina
Pustaka
Sarwono ; 2006.
Saleha. Asuhan Kebidanan Pada Masa
Nifas. Jakarta : Salemba Medika
; 2009.
Simatupang. Penerapan Unsur-Unsur
Manajemen Praktik Kebidanan.
Jakarta : Ambarwati,dkk ; 2009
Sumarah. Perawatan Ibu Bersalin :
Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Bersalin Yogyakarta : Hanafiah ;
2008.
(Tambunan dkk, 2011; h. 48).
pusdiknakes, 2003
Varney. Buku Ajar Asuhan Kebidanan.
Jakarta : EGC ; 2007.
Meilani Niken dkk, 2009. Kebidanan
Komunitas.
Yogyakarta
:
Fitramaya
Pedoman Asuhan Kebidanan Pada
Kasus Rujukan Ibu Hamil,
Bersalin, Nifas, dan BBL
Pedoman Sistem Rujukan Maternal dan
Neonatal
di
Tingkat
Kabupaten/Kota
Syafrudin & Hamidah, 2009. Kebidanan
Komunitas. Jakarta : EGC
(Rynerson, Lowdermilk, 1993 dalam
Bobak, Lowdermilk, & Jensen,
2005).
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
13
Download