38 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Pada bab ini

advertisement
38
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis akan melakukan analisis data yang sudah terkumpul.
Data ini terkumpul dalam bentuk prospektus perusahaan-perusahaan yang
melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia dalam rentang tahun 2008-2014. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh variabel tujuan
penggunaan dana untuk investasi, ROE, kepemilikan dewan komisaris, ukuran
perusahaan, return pasar dan tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia terhadap
underpricing.
Berdasarkan perumusan model penelitian yang telah diungkapkan
sebelumnya, sekaligus untuk kepentingan pengujian hipotesis maka teknik
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, uji asumsi
klasik, dan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan bantuan
program aplikasi SPSS 17.0.
4.1
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang melakukan
IPO di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 yang
berjumlah 158 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini 103
perusahaan. Daftar perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada lampiran 1.
39
4.2
Analisis Deksriptif
Analisis deksriptif digunakan untuk menjelaskan deskripsi data dari
seluruh variabel yang digunakan pada penelitian ini. Selain itu, Dalam statistik
deskriptif dapat diketahui karakteristik variabel penelitian dari perusahaan yang
dijadikan sampel. Uji statistik ini dilakukan terhadap data undepricing, tujuan
penggunaan dana untuk investasi, ROE, kepemilikan dewan komisaris, ukuran
perusahaan, return pasar, dan tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
n
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
UP
103
.0035
.7000
.286046
.2354999
TPDI
103
.0000
1.0000
.638005
.3062221
ROE
103
-.4460
1.0143
.157432
.1988362
KDK
103
.0000
.8852
.132874
.2146338
LNTA
103
23.8227
31.4375
27.634041
1.5225765
RP
103
-.0807
.0648
.006540
.0271296
TBSBI
103
.0382
.0975
.063707
.0132098
Valid N (listwise)
103
Sumber : Data sekunder diolah 2016
Dari hasil deskriptif terhadap variabel dependen underpricing, diketahui
nilai terkecil untuk underpricing sebesar 0,35% yaitu terjadi pada PT Golden
Plantation Tbk. Nilai terbesar dari underpricing sebesar 70% yaitu terjadi pada PT
Bank Agris Tbk, PT Bank Dinar Indonesia Tbk, PT Multifilling Mitra Indonesia
Tbk, PT Bekasi Asri Pemula Tbk, PT Destinasi Tirta Nusantara Tbk, dan PT
40
Triwira Insan Lestari Tbk. Rata-rata tingkat underpricing sebesar 28,6%, hal ini
menunjukkan bahwa tingkat underpricing yang terjadi di Indonesia bisa dikatakan
cukup besar, melampaui return IHSG tahun 2014 yang hanya mencapai 23,37%
(Zuhri, 2014). Standar deviasi lebih rendah daripada nilai rata-ratanya
menunjukkan bahwa tingkat sebaran underpricing memiliki variasi yang cukup
rendah.
Dari hasil deskriptif terhadap variabel independen tujuan penggunaan dana
untuk investasi, diketahui nilai terkecil sebesar 0% dan nilai terbesar sebesar
100%. Rata-rata tujuan penggunaan dana untuk investasi oleh perusahaan yang
melakukan IPO sebesar 63,8%. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan IPO sebagian
besar perusahaan di Indonesia adalah untuk keperluan belanja modal atau
ekspansi bisnis. Standar deviasi lebih rendah daripada nilai rata-ratanya
menunjukkan bahwa tingkat sebaran tujuan penggunaan dana untuk investasi
memiliki variasi yang cukup rendah.
Dari hasil deskriptif terhadap variabel independen ROE, diketahui nilai
terkecil sebesar -44,60% yaitu pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk dan nilai
terbesar sebesar 101,43% yaitu pada PT Harum Energy Tbk. Rata-rata ROE
perusahaan yang melakukan IPO sebesar 15,74%. Hal ini menunjukkan rata rata
perusahaan yang melakukan IPO mampu memberikan imbal hasil atas ekuitas
pemegang saham sebesar 15,74%. Standar deviasi lebih tinggi daripada nilai rataratanya menunjukkan bahwa tingkat sebaran ROE memiliki variasi yang cukup
tinggi.
41
Dari hasil deskriptif terhadap variabel independen kepemilikan dewan
komisaris diketahui nilai terkecil sebesar 0% dan nilai terbesar sebesar 88,52%.
Rata-rata kepemilikan dewan komisaris pada perusahaan yang melakukan IPO
sebesar 13,28%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase kepemilikan dewan
komisaris di perusahaan yang akan melakukan IPO di Indonesia bisa dikatakan
tidak terlalu besar. Standar deviasi lebih tinggi daripada nilai rata-ratanya
menunjukkan bahwa tingkat sebaran kepemilikan dewan komisaris memiliki
variasi yang cukup tinggi.
Dari hasil deskriptif terhadap variabel independen ukuran perusahaaan
diketahui nilai terkecil sebesar 23,82 dan nilai terbesar sebesar 31,44. Rata-rata
ukuran perusahaan sebesar 27,63. Jika diinterpretasikan dengan fungsi
eksponensial, maka diketahui nilai terkecil sebesar 22.185.000.000 yaitu pada PT
Skybee Tbk, nilai terbesar sebesar 44.992.171.000.000 yaitu pada PT Bank
Tabungan Negara (Persero Tbk), dan rata-rata sebesar 1.003.024.219.740. Standar
deviasi lebih rendah daripada nilai rata-ratanya menunjukkan bahwa tingkat
sebaran ukuran perusahaaan memiliki variasi yang cukup rendah.
Dari hasil deskriptif terhadap variabel independen return pasar diketahui
nilai terkecil sebesar -8,07% dan nilai terbesar sebesar 6,48%. Rata-rata return
pasar saat IPO sebesar 0,65%. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum saham
tercatat di Bursa Efek Indonesia, IHSG cenderung mengalami kenaikan. Standar
deviasi lebih tinggi daripada nilai rata-ratanya menunjukkan bahwa tingkat
sebaran return pasar memiliki variasi yang cukup tinggi.
42
Dari hasil deskriptif terhadap variabel independen tingkat suku bunga SBI
diketahui nilai terkecil sebesar 3,82% dan nilai terbesar sebesar 9,75%. Rata-rata.
tingkat suku bunga SBI 6,37%. Standar deviasi lebih rendah daripada nilai rataratanya menunjukkan bahwa tingkat sebaran tingkat suku bunga SBI memiliki
variasi yang cukup rendah.
4.3
Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk melihat apakah model regresi untuk
peramalan memenuhi asumsi-asumsi dalam regresi berganda. Tahap uji asumsi
klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
4.3.1 Uji Normalitas
Uji normalitas diukur menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji
normalitas digunakan untuk menguji apakah data yang digunakan dalam
penelitian berdistribusi normal. Jika probabilitas > 0,05 maka data berdistribusi
normal. Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 berikut ini:
43
Tabel 4.2
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Residual
n
103
Normal Parameters
a,,b
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000
.21718
Absolute
.108
Positive
.108
Negative
-.089
Kolmogorov-Smirnov Z
1.099
Asymp. Sig. (2-tailed)
.178
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data sekunder diolah 2016
Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov menghasilkan
nilai Asymp.Sig.(2-tailed) sebesar 0,178. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa data residual dalam model regresi ini terdistribusi normal
karena nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05.
4.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi
terjadi
korelasi
antar
variabel-variabel
multikolinearitas dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
independen.
Hasil
uji
44
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
TPDI
.940
1.064
ROE
.984
1.016
KDK
.968
1.033
LNTA
.935
1.070
RP
.978
1.023
TBSBI
.969
1.032
a. Dependent Variable: UP
Sumber : Data sekunder diolah 2016
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa semua variabel independen
memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0.1 dan memiliki nilai VIF kurang dari
10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang kuat
antar variabel independen.
4.3.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah gangguan yang muncul dalam fungsi regresi
populasi yang mempunyai variabel tidak sama. Uji heteroskedastisitas dilakukan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik
adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
45
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.507
.204
TPDI
.035
.036
ROE
-.173
KDK
LNTA
RP
TBSBI
Coefficients
Beta
t
Sig.
2.482
.015
.096
.975
.332
.054
-.311
-3.236
.002
-.068
.050
-.131
-1.358
.178
-.010
.007
-.134
-1.357
.178
.063
.393
.015
.159
.874
-.603
.811
-.072
-.744
.459
a. Dependent Variable: ABS
Sumber : Data sekunder diolah 2016
Berdasarkan hasil uji Glejser, diketahui bahwa tingkat signifikansi dari
masing-masing variabel bebas adalah di atas 5%, kecuali variabel ROE yaitu
0,002. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ROE mengandung adanya
heteroskedastisitas. Oleh karena itu, dilakukan transformasi data ROE ke bentuk
Logaritma Natural.
46
Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas 2
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.511
.214
TPDI
.027
.037
LNROE
-.055
KDK
LNTA
RP
TBSBI
Coefficients
Beta
t
Sig.
2.390
.019
.074
.728
.468
.032
-.173
-1.742
.085
-.090
.053
-.173
-1.716
.089
-.012
.007
-.166
-1.635
.105
.075
.411
.018
.182
.856
-.300
.847
-.035
-.354
.724
a. Dependent Variable: ABS2
Sumber : Data sekunder diolah 2016
Setelah variabel ROE ditransformasi ke bentuk Logaritma Natural,
diketahui bahwa tingkat signifikansi dari masing-masing variabel bebas adalah di
atas 5%. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun variabel independen yang
signifikan mempengaruhi nilai absolut. Jadi dapat disimpulkan model regresi
tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.3.4 Uji Autokorelasi
Autokorelasi asdalah gejala terjadinya korelasi diantara kesalahan
pengganggu (ei) dari suatu observasi lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson. Hasil Uji Durbin Watson
dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
47
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
.388a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.150
.097
Durbin-Watson
.22373872
1.901
a. Predictors: (Constant), TBSBI, KDK, RP, TPDI, LNROE, LNTA
b. Dependent Variable: UP
Sumber : Data sekunder diolah 2016
Berdasarkan hasil olah data, diketahui bahwa nilai Durbin Watson sebesar
1,901 yang berada pada daerah 1,55 – 2,46 yaitu berada pada daerah tidak ada
autokorelasi. Dengan demikian dari model regresi tidak terjadi gejala autokorelasi
dan model regresi yang diajukan dapat diterima.
4. 4
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisa regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan enam
hipotesis penelitian. Analisa regresi linier berganda digunakan dengan bantuan
software SPSS 17.0. Pengujian keenam hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:
UP = 1,375 + 0,038 TPDI -0,139 LNROE -0,070 KDK -0,047 LNTA-0,290
RP5 + 2,061 TBSBI
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh
variabel tujuan penggunaan dana untuk investasi, ROE, kepemilikan dewan
komisaris, ukuran perusahaan, return pasar dan tingkat bunga sertifikat Bank
48
Indonesia terhadap underpricing perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek
Indonesia tahun 2008-2014. Hasil regresi linier berganda ditunjukkan pada Tabel
4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Uji t
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
1.375
.429
.038
.075
LNROE
-.139
KDK
Coefficients
Beta
t
Sig.
3.207
.002
.050
.514
.609
.064
-.207
-2.173
.032
-.070
.106
-.063
-.657
.513
LNTA
-.047
.015
-.304
-3.127
.002
RP
-.290
.826
-.033
-.351
.726
TBSBI
2.061
1.700
.116
1.212
.228
TPDI
a. Dependent Variable: UP
Sumber : Data sekunder diolah 2016
4.4.1 Uji t
Dalam persamaan regresi tersebut nilai koefisien konstanta sebesar 1,375
menyatakan bahwa jika variabel independen dianggap nol atau tidak ada, maka
nilai underpricing adalah sebesar 137,5%.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel tujuan penggunaan dana untuk investasi adalah 0,038 dan nilai
signifikansi sebesar 0,609. Hal ini berarti tujuan penggunaan dana untuk
49
investasitidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing pada
tingkat keyakinan 95%.Sementara itu, koefisien bertanda positif, berarti bahwa
setiap kenaikan rasio tujuan penggunaan dana untuk investasi sebesar 1% akan
menaikkan underpricing sebesar 0,038%. Dengan demikian hipotesis pertama
yang menyatakan bahwa “H1 : tujuan penggunaan dana untuk investasi
berpengaruh negatif terhadap underpricing” tidak didukung.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel ROE adalah -0,139 dan nilai signifikansi sebesar 0,032. Hal ini
berarti ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing pada
tingkat keyakinan 95%. Sementara itu, koefisien bertanda negatif, berarti bahwa
setiap kenaikan LNROE sebesar 1% akan mengurangi underpricing sebesar
0,139%, atau jika diinterpretasikan dengan fungsi eksponensial sama dengan
setiap kenaikan ROE sebesar 1% akan mengurangi underpricing sebesar 0,308%.
Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan bahwa “H2 : Return on
Equity berpengaruh negatif terhadap underpricing” didukung.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel kepemilikan dewan komisaris adalah -0,070 dan nilai signifikansi
sebesar 0,513. Hal ini berarti kepemilikan dewan komisaris tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap underpricing pada tingkat keyakinan 95%.
Sementara itu, koefisien bertanda negatif, berarti bahwa setiap kenaikan rasio
kepemilikan dewan komisaris sebesar 1% akan mengurangi underpricing sebesar
0,070%. Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa “H3 :
kepemilikan dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap underpricing”
50
tidak didukung.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel ukuran perusahaan adalah -0,047 dan nilai signifikansi sebesar
0,002. Hal ini berarti ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap underpricing pada tingkat keyakinan 95%. Sementara itu, koefisien
bertanda negatif, berarti bahwa setiap kenaikan ukuran perusahaan sebesar 1%
akan mengurangi underpricing sebesar 0,047%. Dengan demikian hipotesis
keempat yang menyatakan bahwa “H4 : ukuran perusahaan berpengaruh
negatif terhadap underpricing” didukung.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel return pasar adalah -0,290 dan nilai signifikansi sebesar 0,726. Hal
ini berarti return pasar tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
underpricing pada tingkat keyakinan 95%. Sementara itu, koefisien bertanda
negatif, berarti bahwa setiap kenaikan return pasar sebesar 1% akan mengurangi
underpricing sebesar 0,290%. Dengan demikian hipotesis kelima yang
menyatakan bahwa “H5 : return pasar berpengaruh positif terhadap
underpricing” tidak didukung.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah 2,061dan nilai
signifikansi sebesar 0,228. Hal ini berarti tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap underpricing pada tingkat
keyakinan 95%. Sementara itu, koefisien bertanda positif, berarti bahwa setiap
kenaikan rasio tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia sebesar 1% akan
51
menaikkan underpricing sebesar 2,061%. Dengan demikian hipotesis keenam yang
menyatakan bahwa “H6 : tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia berpengaruh
negatif terhadap underpricing” tidak didukung.
4.4.2 Uji Adjusted R Square (Adj. R2)
Koefisien determinasi (Adjusted R2) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu.
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui koefisien determinasi sebesar 0,097 dapat
diartikan bahwa underpricing 9,7% dapat dijelaskan oleh variabel tujuan
penggunaan dana untuk investasi, ROE, kepemilikan dewan komisaris, ukuran
perusahaan, return pasar dan tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia. Sedangkan
sisanya sebesar 90,3%, dijelaskan oleh variabel lainnya.
4.5
Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda menunjukkan bahwa ROE
dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Variabel
tujuan penggunaan dana untuk investasi, kepemilikan dewan komisaris, return
pasar dan tingkat bunga sertifikat Bank Indonesia tidak berpengaruh terhadap
underpricing.
4.5.1 Hipotesis Pertama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tujuan penggunaan dana
52
untuk investasi tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil ini didasari oleh
hasil uji regresi dimana nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,609. Hasil
perhitungan ini membuat hipotesis pertama yang menyatakan bahwa tujuan
penggunaan dana untuk investasi berpegaruh negatif terhadap underpricing
ditolak.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wicaksono (2012) dan
Ismiyanti dan Armansyah (2010) yang menyatakan bahwa tujuan penggunaan
dana untuk investasi tidak berpengaruh terhadap underpricing. Menurut
Wicaksono (2012), informasi tentang tujuan penggunaan dana tidak menjadi
penilaian utama investor dalam mengambil keputusan, sebaliknya investor lebih
memperhatikan informasi tentang kinerja perusahaan.Sementara itu, hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Kristiantari (2013) dan
Kim dkk. (1993) yang menyatakan bahwa tujuan penggunaan dana IPO untuk
investasi berpengaruh negatif terhadap underpricing.
4.5.2 Hipotesis Kedua
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE berpengaruh negatif
terhadap underpricing. Hasil ini didasari oleh hasil uji regresi dimana nilai
koefisien regresi adalah -0,139 dan nilai signifikansi sebesar 0,032. Hasil
perhitungan ini membuat hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ROE
berpegaruh negatif terhadap underpricing diterima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013) yang menyatakan bahwa ROE berpengaruh
53
negatif terhadap underpricing. Semakin tinggi nilai ROE, maka semakin baik pula
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan hal ini akan mengurangi
ketidakpastian bagi investor. Menurut Ratnasari dan Hudiwinarsih (2013) IPO
dari emiten dengan ROE yang tinggi akan menciptakan sentimen positif bagi
investor dalam membeli saham perusahaan tersebut, sehingga dalam pelaksanaan
IPO underwriter dan emiten kemudian cenderung untuk tidak menentukan harga
penawaran perdana yang jauh lebih rendah dibawah harga sewajarnya atau dengan
kata lain menurunkan besarnya underpricing.
4.5.3 Hipotesis Ketiga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan dewan
komisaris tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil ini didasari oleh hasil
uji regresi dimana nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,513. Hasil
perhitungan ini membuat hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kepemilikan
dewan komisaris berpegaruh negatif terhadap underpricing ditolak.
Kepemilikan dewan komisaris di perusahaan yang melakukan IPO
tidaklah membuat emiten dan underwriter menetapkan harga penawaran yang
tinggi untuk menurunkan tingkat underpricing. Selain itu, kepemilikan dewan
komisaris juga tidak menjadi penilaian utama investor dalam mengambil
keputusan di pasar sekunder. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dilakukan oleh Deb (2013) yang menyatakan bahwa kepemilikan
dewan komisaris berpengaruh negatif terhadap underpricing.
54
4.5.4 Hipotesis Keempat
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan
berpengaruh negatif terhadap underpricing. Hasil ini didasari oleh hasil uji regresi
dimana nilai koefisien regresi adalah -0,047 dan nilai signifikansi sebesar 0,002.
Hasil perhitungan ini membuat hipotesis keempat yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpegaruh negatif terhadap underpricing diterima.
Menurut Wicaksono (2012), semakin besar suatu perusahaan, maka
semakin kecil tingkat ketidakpastian prospek perusahaan di masa yang akan
datang. Perusahaan besar juga lebih dikenal oleh investor, hal ini akan
mengurangi asimetri informasi pada perusahaan yang besar sehingga dalam
pelaksanaan IPO underwriter dan emiten kemudian cenderung untuktidak
menentukan harga penawaran perdana yangjauh lebih rendah dibawah harga
sewajarnya atau dengan kata lain mengurangi tingkat underpricing (Kristiantari,
2013). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Kristiantari (2013),
Wicaksono (2012), dan Sulistyawati (2006) yang menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap underpricing. Sementara itu, hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Hidayat dan Kusumastuti
(2014) dan Handayani (2008) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap underpricing.
4.5.5 Hipotesis Kelima
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel return pasar tidak
berpengaruh terhadap underpricing. Hasil ini didasari oleh hasil uji regresi dimana
55
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,726. Hasil perhitungan ini membuat
hipotesis kelima yang menyatakan bahwa return pasar berpegaruh positif terhadap
underpricing ditolak.
Informasi yang berasal dari eksternal seperti return IHSG tidak menjadi
penilaian utama investor dalam mengambil keputusan. Hal ini menunjukkan
bahwa investor fokus pada faktor internal perusahaan dalam mengambil
keputusan. Hasil penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Martani
(2003) yang menyatakan bahwa return pasar berpengaruh positif terhadap
underpricing.
4.5.6 Hipotesis Keenam
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat bunga Sertifikat
Bank Indonesia tidak berpengaruh terhadap underpricing. Hasil ini didasari oleh
hasil uji regresi dimana nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,228. Hasil
perhitungan ini membuat hipotesis keenam yang menyatakan bahwa tingkat bunga
Sertifikat Bank Indonesia berpegaruh negatif terhadap underpricing ditolak.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam menentukan harga penawaran, emiten
dan underwriter tidak terpengaruh oleh tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia.
Investor juga tidak terpengaruh oleh tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia
dalam mengambil keputusan investasi. Kondisi internal perusahaan seperti kinerja
keuangan dianggap lebih penting daripada indikator ekonomi secara makro. Hasil
penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Martani (2003) yang
menyatakan bahwa tingkat bunga SBI berpengaruh negatif terhadap underpricing.
Download