pengaruh modal ke terhadap likuiditas akademi akun ngaruh modal

advertisement
PENGARUH MODAL KERJA DAN PERPUTARAN PIUTANG
TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT. ZONA ASIA FORWADDING
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh:
ZEA RIZA LESTARI
NIM.12000815
AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN
BATAM
2016
1
2
ABSTRAK
PENGARUH MODAL KERJA DAN PERPUTARAN PIUTANG
TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT.ZONA ASIA FORWADDING
Zea Riza Lestari
Dosen Pembimbing:
Asih Purwana Sari, SE., M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh modal
kerja dan perputaran piutang terhadap likuiditas pada perusahaan jasa dari tahun
2013 sampai dengan tahun 2015. Data yang digunakan adalah laporan keuangan
dan summary dari laporan keuangan tersebut dari perusahaan zona asia
forwadding.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kuantitatif, dengan pengujian analisis statistik yaitu analisis regresi linear
berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive
sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari modal kerja (X1) dan perputaran
piutang (X2) sebagai variabel independen, dan likuiditas (Y) sebagai variabel
dependen dengan total sampel per bulan sebanyak 36. Hasil penelitian ini adalah
variabel independen modal kerja (X1) berpengaruh positif signifikan terhadap
likuiditas dan variable independen perputaran piutang (X2) berpengaruh secara
signifikan terhadap variable dependen likuiditas (Y), dan secara parsial perputaran
piutang tidak berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas.
Kata Kunci: Modal Kerja, Perputaran Piutang, Likuiditas.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan,
tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan
manajemen. Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas
usaha yang dijalankannya. Karena setiap pemilik menginginkan modal yang telah
ditanamkan dalam usahanya segera kembali, disamping itu pemilik juga
mengharapkan adanya hasil atas modal yang ditanamkannya sehingga mampu
memberikan tambahan modal (investasi baru) dan kemakmuran bagi pemilik dan
seluruh karyawannya (Kasmir, 2012:2)
Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak
yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Likuiditas dinyatakan dalam perbedaan tingkatan. Kurangnya
likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon
atau kesempatan mendapatkan keuntungan juga berarti pembatasan kesempatan
dan tindakan manajemen. Masalah likuiditas yang lebih parah mencerminkan
ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Masalah ini
dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam
bentuk yang paling parah, mengarah pada kebangkrutan (Wild, 2010:241).
4
Likuiditas menunjukan rasio yang berfungsi untuk menunjukan atau
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas
badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan) yang akan
mempengaruhi laba perusahaan yang di dapat, dengan kata lain, dapat dikatakan
bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan
dalam membiayai dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih
dalam memperoleh laba (Kasmir, 2012:129).
Berbagai skenario ini memperlihatkan mengapa ukuran likuiditas sangat
penting dalam analisis suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan gagal memenuhi
kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. Dipandang
dari sisi ini, semua ukuran analisis menjadi kurang penting dibandingkan
likuiditas. Meskipun ukuran akuntansi mengasumsikan kelangsungan hidup
perusahaan, analisis perlu selalu menilai keabsahan asumsi ini dengan
menggunakan ukuran likuiditas (Wild, 2010:241).
Perputaran piutang merupakan posisi piutang dan transaksi waktu
pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut
(turnover receivable). Yaitu dengan membagi total penjualan (netto) dengan
piutang rata-rata. Selain itu Perputaran piutang berasal dari lamanya piutang
diubah menjadi kas. Investasi yang tertanam dalam piutang diharapkan terjadi
perputaran piutang yang relatif cepat dengan periode rata-rata pengumpulan
piutang yang pendek antara lain dilakukan dengan cara menetapkan periode kredit
.
5
Karena pemberian kredit sudah lazim dilakukan oleh perusahaan saat ini,
jika melakukan pembayaran tunai seperti yang ditawarkan perusahaan, kontinuitas
perusahaan akan menjadi sesuatu yang sulit direalisasikan, karena mungkin saja
perusahaan lain menawarkan kemudahan lewat pemberian kredit. Oleh karena itu
penjualan secara kredit menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan dalam
meningkatkan volume penjualannya dan dalam mempertahankan eksistensinya.
penjualan secara kredit ini tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi
menimbulkan piutang dan akan berubah menjadi kas pada saat terjadi pelunasan
piutang oleh pelanggan atau konsumen. Perusahaan pasti memiliki beberapa
pelanggan yang tidak sanggup membayar atau melunasi hutang mereka. Rekening
pelangggan seperti itu umumnya disebut piutang tidak tertagih atau piutang raguragu, dan merupakan suatu kerugian atau beban penjualan secara kredit. Ada dua
metode untuk mengukur piutang ragu-ragu yaitu metode cadangan dan metode
penghapusan langsung (Rahma :2008).
Perputaran piutang yang tinggi maka kondisi modal yang ada akan
semakin tinggi dan perusahaan dikatakan liquid. Apabila perputaran piutang
rendah, maka kondisi modal yang ada juga akan rendah sehingga dikatakan
illiquid atau tidak liquid. Jadwal jatuh tempo akan mengarahkan perusahaan pada
kondisi likuiditas perusahaan yang baik. Perusahaan harus benar-benar teliti
didalam menginvestasikan dana perusahaan dengan tujuan untuk menjaga kualitas
perusahaan (Rahmat:2008).
6
Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam
perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya (Sutrisno, 2009:49).
Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan
dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off), Jika perusahaan
memutuskan untuk menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar,
kesempatan akan berakibat menurunnya profitabilitas dan likuiditas (Van Horne,
2007:206).
Dalam arti modal kerja sangat penting bagi perusahaan sebagai motor
penggerak didalam sistem keuangan perusahaan. Mengingat pentingnya modal
kerja dalam perusahaan menejemen keuangan harus dapat merencanakan dengan
baik besarnya modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi
tingkat likuiditas perusahaan (Nusa Muktiadji:2007)
Sebagian besar perencanaan keuangan jangka pendek memfokuskan dari
pada variansi dalam modal kerja. Aset jangka pendek atau asset dan kewajiban
lancar seperti kas, piutang, persediaan, dan utang usaha sangat bervariasi ketika
perusahaan bergerak melalui sebuah siklus dimana bahan mentah dibeli, barangbarang diproduksi dan dijual, dan pelanggan membayar tagihan mereka. Untuk
merencanakan cara guna menghadapi variasi ini, sebaliknya kita mulai dengan
mempertimbangkan berbagai komponen modal kerja dan faktor-faktor yang
menentukan tingkat masing-masing komponen (Brealey, 2007:96).
7
Aspek modal kerja bagi perusahaan cukup penting, kaitannya dengan
tingkat pengembalian likuiditas yang baik adalah dilihat bahwa perusahaan yang
mampu mengelola sumber dana baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang
berasal dari hutang kemudian melakukan investasi untuk membiayai usahanya
dalam bentuk modal kerja secara optimal dan efisien agar dapat meningkatkan
likuiditas.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut serta membahas masalah tersebut dan menuangkannya dalam bentuk
skripsi yang berjudul: “Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Piutang
Terhadap Likuiditas” ( Studi Kasus pada PT Zona Asia Forwadding ).
8
1.2.
Rumusan Masalah
Adapun uraian dari latar belakang penelitian dan identifikasi penelitian
yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Modal Kerja berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia
Forwadding.
2.
Apakah Perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona
Asia Forwadding.
3. Apakah Modal Kerja dan Perputaran Piutang secara bersama-sama
berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding.
1.3.
Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih khusus maka perlu adanya
batasan penelitian tentang ‘’ pengaruh Modal Kerja dan Perputaran piutang
terhadap Likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding, Ruko Kintamani Blok D No.
03 Sungai Panas / Depan Wihara maitreya telp ; 0778-469206.
1.4.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut
1.
Untuk mengetahui apakah Modal Kerja berpengaruh terhadap
likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding
2.
Untuk mengetahui apakah Perputaran Piutang berpengaruh terhadap
likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding
9
3.
Untuk mengetahui apakah modal kerja dan Perputaran Piutang secara
bersama-sama berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia
Forwadding
1.5.
Manfaat Penelitian
Peneliti melalui penelitian ini berharap dapat memberikan kegunaan,
adalah sebagai berikut:
1.5.1
Manfaat Teoritis
Bagi pengembangan ilmu akuntansi, memberikan referensi tentang
keterkaitan antara Modal Kerja dan Perputaran piutang terhadap
Likuiditas.
1.5.2
Manfaat Praktis
1. Bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,
memberikan informasi tentang modal kerja dan perputaran
piutang sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan cepat terkait dengan likuiditas
perusahaan.
2. Bagi investor, memberikan informasi tentang hal-hal yang
mempengaruhi likuiditas yang bermanfaat sebagai sumber
informasi untuk pengambilan keputusan investasi pada
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
10
3. Bagi civitas akademika, dapat menambah informasi sumbangan
pemikiran dan kajian dalam penelitian pengaruh Modal Kerja
dan perputaran piutang terhadap likuiditas
4. Bagi Penulis, sebagai wahana latihan atau pengembangan
kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang
telah diperoleh dibangku kuliah.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, PERUMUSAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pengertian Modal Kerja
Menurut Jumingan (2009: 66) modal kerja sebagai berikut :
“Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap utang jangka pendek.
Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan
ini merupakan jumlah asset lancar yang berasal dari utang jangka panjang
dan modal sendiri”. Sedangkan modal kerja menurut Sofyan Syafri
Harahap (2007: 288), sebagai berikut : “Modal kerja adalah asset lancar
dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang
tersedia untuk diinvestasikan dalam asset tidak lancar atau untuk
membayar utang tidak lancar”.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal
kerja merupakan aktiva lancar yang digunakan untuk membelanjai
operasional perusahaan sehari-hari
Menurut Sutrisno (2007: 39) menyatakan bahwa :
“Modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk
memenuhi
kebutuhan
operasional
perusahaan
sehari-hari,
seperti
pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan
pembayaran lainnya”.
12
2.1.1.1 Unsur-unsur Modal Kerja
Menurut Munawir (2007: 114) mengemukakan bahwa : “Modal kerja
merupakan jumlah dana yang tersedia untuk membiayai seluruh operasi
kebutuhan – kebutuhan perusahaan. suatu analisa terhadap sumber dan
penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun ekstern,
disamping masalah modal kerja ini erat hubungannya dengan operasi perusahaan
sehari
hari
juga
menunjukkan
tingkat
keamanan
atau
margin
of
safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Mengelola aktiva lancar
dan Kewajiban lancar agar terjamin jumlah net modal kerja yang layak diterima
(acceptable) yang menjamin tingkat likuiditas badan usaha”
Adapun rumus dari Munawir untuk menentukan modal kerja, yaitu :
Modal kerja = Aktiva Lancar – Hutang lancar
Dari rumus diatas maka dapat dijabarkan unsur-unsur dari modal kerja itu
sendiri yaitu : 1. Aktiva Lancar Menurut Munawir (2006: 14) menyatakan
bahwa: “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan
untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer
dalam periode berikutnya .
13
2.1.1.2 Metode Penentuaan modal kerja menurut para ahli
Menurut Brigham dan Daves (2010) kebijakan modal kerja adalah
menyangkut keputusan yang berkaitan dengan aktiva lancar dan pembiayaannya.
Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung
terhadap sikap manajemen terhadap laba dan risiko. Taylor dan Riyanto ( 2011)
mengklasifikasikan modal kerja menjadi dua yaitu :
A. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja
yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya,
atau modalkerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha.
B. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah–ubah sesuai dengan perubahan keadaan. (Husnan,
2012). Masing-masing elemen modal kerja tersebut wajib dikelola agar
berada pada keadaan optimal.
2.1.2
Pengertian Peputaran Piutang
2.1.2.1 Perputaran Piutang
Menurut Kasmir (2012: 176) perputaran piutang merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode
atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode.
Menurut Darsono (2006: 59) Definisi perputaran piutang sebagai berikut:
“Perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang dikonversi ke
dalam kas selama periode tertentu.” Adapun pengertian perputaran piutang yang
seperti dinyatakan oleh Bambang Riyanto (2008: 90) sebagai berikut: “Perputaran
14
piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung
kepada syarat pembayaran. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya,
berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin
rendah.” Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran
piutang terdiridari dua variabel yaitu total penjualan bersih dan rata-rata piutang.
2.1.2.2 Pengertian Piutang
Menurut KR Subramanyam dialihbahasakan oleh Dewi Yanti
(2012: 274) bahwa: “Piutang (receivables) adalah nilai jatuh tempo yang
berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang.
Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktifitas seperti sewa dan
bunga” Menurut Rudianto (2009: 224) piutang adalah klaim perusahaan atas
uang, barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu.
Sedangkan Menurut PSAK No. 43 menyebutkan piutang adalah jenis
pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan
jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha.
Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi
menjadi kas dalam waktu satu tahun dalam satu periode akuntansi. Piutang
pada umunya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu
piutang juga dapat timbul dari adanya usaha diluar kegiatan pokok perusahaan.
2.1.2.3 Jenis-jenis Piutang
Menurut Kieso (2009: 512) diahlibahasakan oleh Ali Akbar Yulianto Jenis
jenis Piutang terdiri dari :
15
1. Piutang Usaha ( account receivable ) Jumlah pembelian secara kredit
dari pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan atau
barang jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam
waktu 30 sampai 60hari. Secara umum jenis piutang ini merupakan
piutang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan.
2. Wesel tagih ( Notes receivable ) Surat utang formal yang diterbitkan
sebagai bentuk pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu
antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang
beruntung untuk membayar bunga. Wesel tagih dan piutang usaha
disebabkan karena transaksi penjualan biasa disebut dengan piutang
dagang.
3. Piutang lain ( other receivable ) Mencakup selain piutang dagang.
Contoh piutang lain lain adalah piutang bunga, piutang karyawan, uang
muka karyawan, dan restitusi pajak penghasilan.
2.1.2.4 Hal-hal dalam Proses Perputaran Piutang menurut para ahli
Menurut Darsono (2006: 95) Umur piutang adalah jangka waktu sejak
dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang.
Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas,
proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran
piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang
(receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih
16
secara kredit dibagi rata-rata piutang. Rumus Perputaran Piutang sebagai
berikut :
Perputaran piutang = Penjualan Bersih
Rata – Rata Piutang
Menurut Bambang Riyanto (2008: 90) Bahwa : “Perputaran Piutang (
Receivable Turnover ) dapat di ketahui dengan membagi penjualan Kredit
selama periode tertentu dengan jumlah rata – rata piutang ( Average receivable )
pada periode tersebut”. Dapat disimpulkan Tingkat perputaran piutang dapat
digunakan sebagai gambaran keefektifan pengelolaan piutang, karena semakin
tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berarti semakin baik
pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat dipertinggi dengan
jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit misalnya dengan jalan
memperpendek jangka waktu pembayaran.
2.1.3
Pengertian Liquiditas
Menurut Irham Fahmi (2011: 174) bahwa likuiditas merupakan ganbaran
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
secara lancar dan tepat waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short
term liquidity. Menurut Kasmir (2012: 130) rasio likuiditas merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya
adalah dengan membandingkan komponen yang ada dineraca, yaitu total aktiva
lancar dengan total pasiva lancar (utang jagka pendek). Penilaian dapat
dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas
17
perusahaan dari waktu ke waktu. Berdasarkan pengertian diatas peneliti
mengambil kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada
perusahaan untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi. Berdasarkan
pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa likuiditas adalah
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada
kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi yang harus
segera dipenuhi.
2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Liquiditas
Menurut Subramanyam (2011: 239) yang dialihbahasakan oleh Dewi
Yanti, tentang faktor-faktor likuiditas sebagai berikut: “Likuiditas mengacu
pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas
jangka pendek. Likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk
dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan.
Jadi, likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dan
jumlah kas yang dapat diperoleh dalam periode singkat”.
Menurut Subramanyam (2012: 273) yang dialihbahasakan oleh Dewi
Yanti, faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut :
1. Kas. Aset yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito dana,
money orders, cek; dan
2. Setara kas (Cash equivalents) juga tergolong sangat lancar, investasi
jangka pendek yang (1) siap dikonversi menjadi kas dan (2) hampir
18
jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan
pergerakan tingkat bunga yang hanya minimal. Investasi ini biasanya
jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang. Contoh ;
setara kas adalah treasury bill (surat berharga yang dikeluarkan oleh
pemerintah AS) jangka pendek, commercial paper, dan dana pasar
uang. Setara kas sering kali digunakan sebagai wadah sementara
kelebihan kas”.
Menurut Arfan (2009: 202) faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas
sebagai berikut: “Kas. Kas adalah uang tunai yang tersedia, baik di laci, di
dompet, tabungan di bank, maupun dalam deposito yang jatuh temponya di
bawah satu tahun. Perlu diperhatikan, kas bukan merupakan persediaan barang
dagangan, piutang, tanah ataupun bangunan yang kita miliki. Memang hal-hal
tersebut bisa dijadikan uang namun biasanya akan membutuhkan waktu, yang
kadang kala memakan waktu cukup lama. Sering kali karena kita terdesak oleh
kebutuhan uang atau kas yang cukup besar, sementara di sisi lain uang/kas di
tangan tidak mencukupi untuk berbagai keperluan seperti untuk membayar gaji
karyawan, membayar pemasok barang, membayar utang bank, dan lain
sebagainya. Sebagai jalan keluar untuk menutup keperluan pengeluaran yang
besar tersebut maka langkah yang dapat di ambil adalah berutang. Namun
berhutang akan menjadi maksimal pada satu titik (ada batasnya) dan tidak
mungkin mendapatkan utang lagi. Sehingga langkah terakhir yang dapat di
ambil adalah harus menjual sebagian aktiva yang kita miliki seperti modal,
tanah, bangunan, dan lain-lain. Karena harus segara menjadi uang, maka harga
19
jualnya menjadi rendah bahkan mungkin di bawah harga pasar. Malah dalam
banyak kasus seiring terjadi kerugian karena harga jual lebih sedikit
dibandingkan dengan harga beli.
2.1.3.2 Pengukuran Liquiditas
Menurut Lukas (2008: 415) rasio likuiditas sebagai berikut: “Rasio
likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo”. Menurut Kasmir (2012: 129) rasio
likuiditas sebagai berikut: “Rasio likuiditas merupakan analisis keuangan yang
berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau
kewajibannya”. Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan
bahwa rasio likuiditas adalah ukuran yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi utang-utang lancarnya yang telah jatuh tempo.
Menurut Kasmir (2012: 130) tentang rasio likuiditas sebagai berikut: “Rasio
likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di
neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka
pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat
perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu”.
Menurut Kasmir (2012: 133) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat
digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya sebagai berikut:
20
1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan
kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi
kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rumus untuk mencari
rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut:
Rasio lancar = Aktiva Lancar
Utang Lancar
Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang
dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi
kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka,
pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva
lancar lainnya. Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek
(maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu
paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang
bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya
diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta
utang jangka pendek lainnya. Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar
rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang.
Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan
baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin.
21
2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test) Rasio cepat merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar
kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar
tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya, nilai persediaan kita
abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini
dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama
untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk
membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk
mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi
dengan nilai persediaan. Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan
sebagai berikut.
Rasio cepat atau Quick ratio = Aktiva Lancar – Persediaan
Utang Lancar
3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang.
Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang
setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat
dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan
untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari rasio
kas dapat di gunakan sebagai berikut:
Rasio Kas = Kas + Bank
Utang Lancar
22
4. Rasio Perputaran Kas Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar
tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan
biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus yang digunakan untuk
mencari rasio ini adalah sebagai berikut:
Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih
Modal Kerja Bersih
5. Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan
modal kerja perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory to
Net Working Capital sebagai berikut:
Inventory to NWC =
Inventory
Current assets – Current Liabilities
Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan
utang lancar”. Penulis menggunakan rasio lancar (current ratio) karena
Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total
aktiva lancar dengan total utang lancar. Sehingga perusahaan yang memiliki total
aktiva lancar yang tinggi dapat dijadikan jaminan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dan menarik calon investor serta investor dalam membuat
keputusan investasi atau kebijakan ekonomi sebuah perusahaan
23
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian
terdahulu
yang
digunakan
sebagai
bahan
perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama Peneliti
(Tahun)
Judul Penelitian
Variabel
Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil
penelitian, maka pengaruh
modal kerja terhadap
likuiditas memiliki
hubungan positif yang kuat
dan modal kerja
berpengaruh signifikan
terhadap likuiditas
Berdasarkan hasil
penelitian, ada pengaruh
yang signifikan antara
perputaran piutang dan
pengumpulan piutang secara
simultan terhadap likuiditas
1
Yoyon Supriyadi
dan dan Fani
Fazriani Jir (2011:
1- 11)
Pengaruh modal kerja
terhadap likuiditas dan
profitabilitas
X1 = Pengaruh modal
kerja
Y1 = Terhadap
Likuiditas
Y2 = Profitabilitas
2
Rahmat Agus
Santoso dan
Mohammad Nur.
Jurnal Logos
(2008)
Pengaruh Perputaran
Piutang dan
pengumpulan piutang
terhadap likuiditas
3
Nusa Muktiadji,
Lukman Hidayat
dan Merlinda Jir
(2007: 37-44)
Analisis modal kerja
dalam pengendalian
likuiditas dan
profitabilitas
X1 = Pengaruh
Perputaran Piutang
X2= Pengumpulan
Piutang
Y1 = Terhadap
Likuiditas
X1 = Analisis modal
kerja
Y1 = Terhadap
Likuiditas
Y2 = Profitabilitas
Mengingat pentingnya
modal kerja dalam
perusahaan, manajemen
keuangan harus dapat
merencakan dengan baik
besarnya jumlah modal
kerja yang tepat dan sesuai
dengan kebutuhan
perusahaan karena jika
terjadi kelebihan dan
kekurangan dana hal ini
akan
mempengaruhi tingkat
24
4
Perlindungan
Dongoran Nomor :
XI Vol. 11 (2009
ISSN : 1411-545X)
Pengaruh perputaran
piutang dan perputaran
kas terhadap tingkat
likuiditas pada
perusahaan tesktil yang
terdapat di bursa efek
Indonesia (BEI)
X1 = Analisis modal
kerja
Y1 = Terhadap
Likuiditas
Y2 = Profitabilitas
5
Tarida Marlin
Surya Manurung
dan Achmad Fajar
Nugraha JIR,( 2012
: 39 – 46)
Analisis perputaran
piutang vs perputaran
hutang lancar dalam
rangka meningkatkan
tingkat likuiditas PT
Unilever Indonesia PT
Mayora Indah
X1 = Analisis
perputaran piutang
X2 = Perputaran
hutang lancar
Y1 = Terhadap
Likuiditas
likuiditas perusahaan
Dari
hasil
pengajuan
statistic yang dilakukan
untuk
mengetahui
ada
tidaknya pengaruh antara
perputaran piutang terhadap
likuiditas
dinyatakan
memiliki hubungan yang
kuat dan berpengaruh secara
signifikan
Berarti persamaan diatas
menunjukkan
bahwa
perputaran
piutang
mempunyai pengaruh yang
positif terhadap likuiditas
perusahaan. Hal ini berarti
jika perputaran piutang
semakin meningkat, maka
terdapat
kecenderungan
yang dapat meningkatkan
tingkat
likuiditas
perusahaan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Komposisi asset lancar dan utang lancar pada neraca merupakan cerminan
dari kebijakan modal kerja (working capital) suatu perusahaan. Sebagian besar
kegiatan harian manajer keuangan berhubungan dengan pengelolaan modal kerja.
Suatu pekerjaan yang tampaknya sederhana, tetapi apabila tidak dikelola dengan
sungguhsungguh, berpeluang memperburuk tingkat likuiditas, yang pada akhirnya
memungkinkan perusahaan mengalami kebangkrutan.
Dalam menjalankan usahanya sebuah peusahaan harus memiliki modal kerja
yang cukup dalam melangsungkan aktivitas usahanya. Menurut Sutrisno (2009:
39) pengertian modal kerja adalah :
25
“Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam
perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi
kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.”
Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja
merupakan hal penting perusahaan, karena modal kerja perusahaan dibutuhkan
untuk memenuhi kegiatan opersional perusahaan dalam jangka pendek.
Menurut Bambang Riyanto (2008: 90) bahwa :
“Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk
mengubah piutang menjadi kas” Perusahaan menginginkan agar piutang yang
dikelola itu baik sehingga akan bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya
Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh pendapat
para ahli serta penelitian terdahulu, maka dapat diuraikan kerangka yang disajikan
dengan gambar 2.2 sebagai berikut:
26
MODAL KERJA
H1
X1
LIKUIDITAS
H3
Y1
H2
PERPUTARAN
PIUTANG
X2
Gambar 2.2
Kerangka Penelitian
2.4 Hubungan antar variabel
2.4.1 Hubungan Modal Kerja Terhadap Likuiditas
Menurut Kasmir (2012: 252) Modal kerja memiliki suatu yang penting bagi
operasional suatu perusahaan. Disamping itu manajemen modal kerja juga memiliki
tujuan tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha
memenuhi kebutuhan modal kerjanya, agar dapat meningkatkan likuiditas. Kemudian
27
dengan terpenuhi modal kerja, perusahaan juga dapat memaksimalkan perolehan
Likuiditas Perusahaan
dalam
kekurangan
modal
kerja
dapat
membahayakan
kelangsungan hidup perusahaan akibat tidak dapat memenuhi likuiditas dan target yang
laba yang diinginkan.
Menurut Subramanyam (2011: 241) yang dialihbahasakan oleh Dewi Yanti,
Modal kerja juga penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang tersedia untuk
memenuhi kontijensi dan ketidakpastian yang terkait dengan keseimbangan antara arus
kas masuk dengan arus kas keluar perusahaan. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni
(2006:17) adalah sebagai berikut:
“Komposisi modal kerja akan mempengaruhi resiko yang berkaitan dengan
likuiditas.” Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan membutuhkan
modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya. Bila perusahaan tidak memiliki modal
kerja yang cukup, maka kegiatan operasional perusahaan sehari-hari terhambat. Jadi,
kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuiditas, karena kewajiban
membayar utang jangka pendek perusahaan terhambat.
2.4.2 Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas
Menurut Jopie Jusuf (2008: 53) Bila seluruh perputaran piutang dapat tertagih
tepat waktu dan memiliki jangka waktu yang relatif pendek, maka perusahaan lebih
likuid.
Tarida Marlin Surya Manurung dan Achmad Fajar Nugraha JIR, volume 12 No.
1, April 2012: 39 – 46 Analisis pengeruh perputaran piutang terhadap likuiditas
perusahaan Berarti persamaan diatas menunjukkan bahwa perputaran piutang
28
mempunyai pengaruh yang positif terhadap likuiditas perusahaan. Hal ini berarti jika
perputaran piutang semakin meningkat, maka terdapat kecenderungan yang dapat
meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan.
2.5 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011: 64) hipotesis adalah sebagai berikut: “Hipotesis
merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan
masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan
hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:
H1 : Adanya pengaruh signifikan antara Modal Kerja terhadap Likuiditas
H2 : Adanya pengaruh signifikan antara Perputaran piutang terhadap likuiditas.
H3 : Adanya pengaruh signifikan antara Modal Kerja dan Perputaran piutang secara
bersama - sama terhadap likuiditas.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Populasi dan Sample
3.1.1
Populasi
Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi sebagai berikut: “Populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi pada penelitian ini pada PT
Zona Asia Forwadding, Ruko Kintamani Blok D No. 03 Sungai Panas / Depan
Wihara maitreya telp ; 0778-469206 dari tahun 2013 – 2015.
3.1.1
Sampel
Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh
akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.
Menurut Sugiyono (2011: 81) sampel sebagai berikut: “Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”.
Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi harus dilakukan
dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling.
Menurut Sugiyono (2011: 85) purpossive sampling sebagai berikut:
“Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu”.
30
Dengan sampel yang diambil untuk diteliti yaitu laporan keuangan yaitu
neraca dan laba rugi tahunan yang mana laporan keuangaan dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015 .
Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai berikut ;
1. Laporan keuangan yang memuat informasi mengenai modal kerja,
Perputaran piutang dan likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding
2. Sample yang diambil sebanyak tiga tahun dari periode 2013-2015 karena
sudah dianggap respresentatif (mewakili) untuk dilakukan uji penelitian.
Dari Kriteria yang diajukan di atas maka dapat ditarik sejumlah sampel 36 laporan
keuangan bulanan dari PT Zona Asia Forwadding.
3.2
Data Penelitian
3.2.1
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Menurut Sugiyono (2011: 137) sumber data sekunder sebagai berikut:
“Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data”. Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti
mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu
informasi mengenai laporan keuangan PT Zona Asia Forwadding.
3.2.2
Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
31
1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan yaitu penelitian
yang
dilakukan secara langsung diperusahaan yang menjadi objek
penelitian. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh
dengan cara:
a) Observasi (Pengamatan Langsung) Dengan cara melakukan
pengamatan secara langsung ke bagian staf yang ada di PT Zona
Asia Forwadding untuk memperoleh data berupa laporan keuangan
tahun 2013-2015 PT Zona Asia Forwadding
b) Dokumen-dokumen Pengumpulan data dengan cara mencatat data
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari
dokumen-dokumen
yang
berhubungan
dengan
perusahaan.
Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan memperoleh data
mengenai modal kerja dan perputaran piutang terhadap likuiditas
pada laporan keuangan PT Zona Asia Forwadding serta informasiinformasi lain yang diperlukan.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data dilakukan
dengan
membaca
literatur-literatur,
bukubuku
mengenai
teori
permasalahan yang diteliti dan menggunakan media internet sebagai media
pendukung dalam penelusuran informasi tambahan mengenai teori
maupun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.
3.3
Variabel Penelitian
32
Umi Narimawati (2010: 31) operasionalisasi variabel sebagai berikut:
“Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel
yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat
digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga
memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan
cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih
baik”.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga
pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai
dengan judul penelitian mengenai pengaruh Modal kerja dan Perputaran piutang
terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding
Skala atau ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Moh.
Nazir (2009: 132) mendefinisikan ukuran rasio sebagai berikut: “Ukuran rasio
adalah ukuran yang mencakup semua ukuran yang memberikan keterangan
tentang nilai absolute dari objek yang diukur”. Dalam skala rasio, angka nol
mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar
dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti. Berdasarkan
judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu “Pengaruh modal
kerja dan perputaran piutang Terhadap likuiditas (Studi Kasus Pada PT Zona Asia
Forwadding) “. Maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua
:
33
a. Variabel Bebas / Independent (X) Menurut Sugiyono (2009: 4)
pengertian variabel bebas yaitu : “Variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat )”. Dalam
hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang
akan diteliti adalah variabel modal kerja dan Perputaran piutang.
Dalam operasionalisasinya variabel ini semua variabel ini semua
variabel di ukur oleh instrument pengukur dalam bentuk rasio.
b. Variabel tidak Bebas / dependent (variabel Y) Menurut Sugiyono
(2009: 4) pengertian variabel terikat yaitu : “Variabel terikat
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas”. Dalam hal ini variabel bebas yang
akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah variabel
modal kerja dan Perputaran piutang.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga
pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai
dengan judul penelitian mengenai Pengaruh modal kerja dan Perputaran piutang
dalam meningkatkan likuiditas pada PT Zona Asa Forwadding .
Tabel 3.2.
Operasionalisasi Variabel
Variabel
Modal Kerja ( X1)
Konsep Variabel
Indikator
“Modal kerja adalah asset lancar =asset lancar - hutang
Jenis
Data
34
Perputaran Piutang
( X2 )
Likuiditas (Y)
dikurangi utang lancar. Modal kerja jangka pendek
juga bisa dianggap sebagai dana yang
tersedia untuk diinvestasikan dalam Munawir (2007: 114)
asset tidak lancar atau untuk membayar
utang
tidak
lancar”.
Syafri Harahaf (2007:288)
Perputaran piutang merupakan periode
Perputaran Piutang
terikatnya modal dalam piutang yang
tergantung kepada syarat pembayaran.
=Penjualan Bersih
Makin lunak atau makin lama syarat
Rata – Rata Piutang
pembayarannya, berarti bahwa tingkat
perputarannya selama periode tertentu
Hery, S.E, M.Si
adalah makin rendah.
(2012)
”Bambang Riyanto (2001:90)
rasio likuiditas merupakan rasio yang
Rasio lancar =
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
likuidnya
suatu
Aktiva Lancar
perusahaan. Caranya adalah dengan
Utang Lancar
membandingkan
komponen
yang
ada dineraca, yaitu total aktiva
Kasmir (2012:43)
lancar dengan total pasiva lancar
(utang jagka pendek). Penilaian
dapat dilakukan untuk beberapa
periode
sehingga
terlihat
perkembangan likuiditas perusahaan
dari waktu ke waktu.
Kasmir (2012:43)
3.4
Metode Analisa Data
3.4.1
Uji Asumsi Klasik
3.4.1.1
Uji Normalitas
Menurut Husein Umar (2011: 182) uji normalitas sebagai berikut: “Uji
normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau
keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”.
Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati
normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui
Rasio
Rasio
Rasio
35
dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data
menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada
pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi, apabila model regresi
tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan,
karena statistik uji F dan uji t pada analisis regresi diturunkan dari distribusi
normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk
menguji normalitas model regresi.
Untuk melihat apakah data yang di analisis memiliki residual di sekitar nol
/ data normal dengan menggunakan Statistical Package For The Social Sciences
(SPSS ‘’23 For Window)
3.4.1.2
Uji Autokorelasi
Menurut Husein Umar (2011: 182) uji autokorelasi sebagai berikut:
“Autokorelasi adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data
yang ada pada variabel-variabel penelitian”.
Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat
di antara data pertama dan kedua, data kedua dengan ke tiga dan seterusnya. Jika
ya, telah terjadi autokorelasi. Hal ini akan menyebabkan informasi yang diberikan
menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, perlu tindakan agar tidak terjadi
autokorelasi. Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk
36
mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi dan berikut nilai
Durbin-Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regresi. Car
Cara untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah denga
dengan
menggunakan perhitungan nilai statistik Durbin-Watson (D-W):
Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umum adalah
sebagai berikut:
3.4.1.3
Uji Heteroskedastisitas
Menurut Husein Umar (2011: 179) uji heteroskedastisitas sebagai berikut:
“Heteroskedastisitas adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lain”. Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual
tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi
efisien. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji rank
Spearman,, yaitu dengan mengkorelasikan
mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai absolut
37
dari residual (error).. Apabila ada koefisien korelasi yang signifikan pada tingkat
kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Cara pengujian
untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas juga
juga dapat dilakukan
dengan melihat grafik plot antara nilai produksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot.
3.4.1.4
Uji Multikolinieritas
Menurut Husein Umar (2011: 177) mendefinisikan uji multikolinieritas
sebagai berikut: “Multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen”. Jika terjadi
korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Multikolinieritas
berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas
pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi
tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai
dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar, tetapi pada pengujian
pearson koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali
koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian
ian ini digunakan nilai variance
inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas diantara
variabel bebas.
38
Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan
meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika
nilai VIF < 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2003:
362). Menurut Husein Umar (2011: 178) untuk mengatasi terjadinya
multikolinieritas, dapat diupayakan melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Evaluasi apakah pengisian data telah berlangsung secara
efektif atau terdapat kecurangan dan kelemahan lain;
2. Jumlah data ditambah lagi;
3. Salah satu variabel independen dibuang karena data dari
dua variabel independen ternyata mirip atau digabungkan
jika secara konsep relatif sama; dan
4. Gunakan metode lanjut seperti regresi bayesian atau regresi
tolerance”.
3.4.2
Pengujian Hipotesis
Menurut Andi Supangat (2007: 293) pengujian hipotesis sebagai berikut:
“Pengujian hipotesis adalah salah satu cara dalam statistika untuk menguji
“parameter” populasi berdasarkan statistik sampelnya, untuk dapat diterima atau
ditolak pada tingkat signifikansi tertentu”. Menurut Sugiyono (2011: 159)
hipotesis sebagai berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah
39
membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau
pembenaran dari masalah yang akan ditelaah.
3.4.2.1 Uji Analisis regresi berganda
Menurut Sugiyono (2011: 277) analisis regresi linier berganda sebagai
berikut: “Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan peneliti,
bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor
prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)”. Pada dasarnya teknik analisis
ini merupakan kepanjangan dari teknik analisis regresi linier sederhana. Regresi
berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel
independen dalam suatu model persamaan matematis untuk hubungan yang
dihipotesiskan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + e
Dimana :
α = konstanta
Y = Variabel dependen kualitas audit
X1 = Variabel independen kompetensi auditor
X2 = Variabel independen independensi auditor
e = error term
40
3.4.2.2 Uji Parsial ( T-Test )
T-Statistik dipergunakan untuk sampel kecil, dimana sampel tersebut
diambil atau dipilih secara acak dari populasi yang memiliki distribusi normal (
Efferin 2008: 248 ).
Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis sacara parsial guna
menunjukan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variable
dependen.Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Menurut Jonathan Sarwono (2006: 89) pengertian Uji T (T Test) adalah
untuk membandingkan rata-rata dua sampel. Menurut Sugiyono (2012: 250),
mencari :
Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji t adalah sebagai berikut:
1) Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5% Tingkat signifikansi
0.05% atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan
memiliki profitabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%
2) Menghitung Uji t
r√n – 2
thitung = __________________
1–r2
Keterangan:
r : Koefisien korelasi
n : Jumlah sampel
41
3)
Kriteria Pengambilan Keputusan
a. H0 ditolak jika t statistik < 0,05 atau thitung > ttabel
b. H0 diterima jika t statistik > 0,05 atau thitung < ttabel nilai ttabel
didapat
dari : df = n-k-1
keterangan :
n : jumlah observasi
k : variabel independen
3.4.2.3 Uji Simultan ( F-Test )
Perbandingan dua populasi merupakan permasalahan yang sering
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan uji beda diantara populasi dengan
menggunakan uji F ( Efferin 2008: 246).
Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan
untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkahlangkah pengujian
dengan menggunakan Uji F adalah sebgai berikut :
1) Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5% Tingkat signifikansi
0.05% atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan
memiliki profitabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%.
2) Menghitung Uji F (F-test)
R² / k
Fhitung = ______________________
(1-R² ) / (n-k-1)
Keterangan:
42
R² : Koefisien determinasi gabungan
k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
3) Kriteria Pengambilan Keputusan
a. H0 ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung > Ftabel
b. H0 tidak berhasil ditolak jika F statistik > 0,05 atau Fhitung < Ftabel
nilai ftabel didapat dari :
df1 (pembilang) = jumlah variabel independen
df2 (penyebut) = n-k-1
Download