PENGARUH MODAL KERJA DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT. ZONA ASIA FORWADDING TUGAS AKHIR Disusun Oleh: ZEA RIZA LESTARI NIM.12000815 AKADEMI AKUNTANSI PERMATA HARAPAN BATAM 2016 1 2 ABSTRAK PENGARUH MODAL KERJA DAN PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP LIKUIDITAS PADA PT.ZONA ASIA FORWADDING Zea Riza Lestari Dosen Pembimbing: Asih Purwana Sari, SE., M.Si Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaruh modal kerja dan perputaran piutang terhadap likuiditas pada perusahaan jasa dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dan summary dari laporan keuangan tersebut dari perusahaan zona asia forwadding. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, dengan pengujian analisis statistik yaitu analisis regresi linear berganda. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah puposive sampling. Variabel penelitian ini terdiri dari modal kerja (X1) dan perputaran piutang (X2) sebagai variabel independen, dan likuiditas (Y) sebagai variabel dependen dengan total sampel per bulan sebanyak 36. Hasil penelitian ini adalah variabel independen modal kerja (X1) berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas dan variable independen perputaran piutang (X2) berpengaruh secara signifikan terhadap variable dependen likuiditas (Y), dan secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh positif signifikan terhadap likuiditas. Kata Kunci: Modal Kerja, Perputaran Piutang, Likuiditas. 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan, tentulah memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pemilik dan manajemen. Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha yang dijalankannya. Karena setiap pemilik menginginkan modal yang telah ditanamkan dalam usahanya segera kembali, disamping itu pemilik juga mengharapkan adanya hasil atas modal yang ditanamkannya sehingga mampu memberikan tambahan modal (investasi baru) dan kemakmuran bagi pemilik dan seluruh karyawannya (Kasmir, 2012:2) Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas dinyatakan dalam perbedaan tingkatan. Kurangnya likuiditas menghalangi perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atau kesempatan mendapatkan keuntungan juga berarti pembatasan kesempatan dan tindakan manajemen. Masalah likuiditas yang lebih parah mencerminkan ketidakmampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar. Masalah ini dapat mengarah pada penjualan investasi dan aktiva dengan terpaksa, dan dalam bentuk yang paling parah, mengarah pada kebangkrutan (Wild, 2010:241). 4 Likuiditas menunjukan rasio yang berfungsi untuk menunjukan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan) yang akan mempengaruhi laba perusahaan yang di dapat, dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kegunaan rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih dalam memperoleh laba (Kasmir, 2012:129). Berbagai skenario ini memperlihatkan mengapa ukuran likuiditas sangat penting dalam analisis suatu perusahaan. Jika suatu perusahaan gagal memenuhi kewajiban lancarnya, maka kelangsungan usahanya dipertanyakan. Dipandang dari sisi ini, semua ukuran analisis menjadi kurang penting dibandingkan likuiditas. Meskipun ukuran akuntansi mengasumsikan kelangsungan hidup perusahaan, analisis perlu selalu menilai keabsahan asumsi ini dengan menggunakan ukuran likuiditas (Wild, 2010:241). Perputaran piutang merupakan posisi piutang dan transaksi waktu pengumpulannya dapat dilihat dengan menghitung perputaran piutang tersebut (turnover receivable). Yaitu dengan membagi total penjualan (netto) dengan piutang rata-rata. Selain itu Perputaran piutang berasal dari lamanya piutang diubah menjadi kas. Investasi yang tertanam dalam piutang diharapkan terjadi perputaran piutang yang relatif cepat dengan periode rata-rata pengumpulan piutang yang pendek antara lain dilakukan dengan cara menetapkan periode kredit . 5 Karena pemberian kredit sudah lazim dilakukan oleh perusahaan saat ini, jika melakukan pembayaran tunai seperti yang ditawarkan perusahaan, kontinuitas perusahaan akan menjadi sesuatu yang sulit direalisasikan, karena mungkin saja perusahaan lain menawarkan kemudahan lewat pemberian kredit. Oleh karena itu penjualan secara kredit menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan dalam meningkatkan volume penjualannya dan dalam mempertahankan eksistensinya. penjualan secara kredit ini tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang dan akan berubah menjadi kas pada saat terjadi pelunasan piutang oleh pelanggan atau konsumen. Perusahaan pasti memiliki beberapa pelanggan yang tidak sanggup membayar atau melunasi hutang mereka. Rekening pelangggan seperti itu umumnya disebut piutang tidak tertagih atau piutang raguragu, dan merupakan suatu kerugian atau beban penjualan secara kredit. Ada dua metode untuk mengukur piutang ragu-ragu yaitu metode cadangan dan metode penghapusan langsung (Rahma :2008). Perputaran piutang yang tinggi maka kondisi modal yang ada akan semakin tinggi dan perusahaan dikatakan liquid. Apabila perputaran piutang rendah, maka kondisi modal yang ada juga akan rendah sehingga dikatakan illiquid atau tidak liquid. Jadwal jatuh tempo akan mengarahkan perusahaan pada kondisi likuiditas perusahaan yang baik. Perusahaan harus benar-benar teliti didalam menginvestasikan dana perusahaan dengan tujuan untuk menjaga kualitas perusahaan (Rahmat:2008). 6 Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya (Sutrisno, 2009:49). Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan dihadapkan pada masalah adanya pertukaran (trade off), Jika perusahaan memutuskan untuk menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kesempatan akan berakibat menurunnya profitabilitas dan likuiditas (Van Horne, 2007:206). Dalam arti modal kerja sangat penting bagi perusahaan sebagai motor penggerak didalam sistem keuangan perusahaan. Mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan menejemen keuangan harus dapat merencanakan dengan baik besarnya modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena jika terjadi kelebihan atau kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan (Nusa Muktiadji:2007) Sebagian besar perencanaan keuangan jangka pendek memfokuskan dari pada variansi dalam modal kerja. Aset jangka pendek atau asset dan kewajiban lancar seperti kas, piutang, persediaan, dan utang usaha sangat bervariasi ketika perusahaan bergerak melalui sebuah siklus dimana bahan mentah dibeli, barangbarang diproduksi dan dijual, dan pelanggan membayar tagihan mereka. Untuk merencanakan cara guna menghadapi variasi ini, sebaliknya kita mulai dengan mempertimbangkan berbagai komponen modal kerja dan faktor-faktor yang menentukan tingkat masing-masing komponen (Brealey, 2007:96). 7 Aspek modal kerja bagi perusahaan cukup penting, kaitannya dengan tingkat pengembalian likuiditas yang baik adalah dilihat bahwa perusahaan yang mampu mengelola sumber dana baik modal sendiri maupun modal pinjaman yang berasal dari hutang kemudian melakukan investasi untuk membiayai usahanya dalam bentuk modal kerja secara optimal dan efisien agar dapat meningkatkan likuiditas. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut serta membahas masalah tersebut dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pengaruh Modal Kerja Dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas” ( Studi Kasus pada PT Zona Asia Forwadding ). 8 1.2. Rumusan Masalah Adapun uraian dari latar belakang penelitian dan identifikasi penelitian yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah Modal Kerja berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding. 2. Apakah Perputaran piutang berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding. 3. Apakah Modal Kerja dan Perputaran Piutang secara bersama-sama berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding. 1.3. Batasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas dan lebih khusus maka perlu adanya batasan penelitian tentang ‘’ pengaruh Modal Kerja dan Perputaran piutang terhadap Likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding, Ruko Kintamani Blok D No. 03 Sungai Panas / Depan Wihara maitreya telp ; 0778-469206. 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui apakah Modal Kerja berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding 2. Untuk mengetahui apakah Perputaran Piutang berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding 9 3. Untuk mengetahui apakah modal kerja dan Perputaran Piutang secara bersama-sama berpengaruh terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding 1.5. Manfaat Penelitian Peneliti melalui penelitian ini berharap dapat memberikan kegunaan, adalah sebagai berikut: 1.5.1 Manfaat Teoritis Bagi pengembangan ilmu akuntansi, memberikan referensi tentang keterkaitan antara Modal Kerja dan Perputaran piutang terhadap Likuiditas. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, memberikan informasi tentang modal kerja dan perputaran piutang sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan cepat terkait dengan likuiditas perusahaan. 2. Bagi investor, memberikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi likuiditas yang bermanfaat sebagai sumber informasi untuk pengambilan keputusan investasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 10 3. Bagi civitas akademika, dapat menambah informasi sumbangan pemikiran dan kajian dalam penelitian pengaruh Modal Kerja dan perputaran piutang terhadap likuiditas 4. Bagi Penulis, sebagai wahana latihan atau pengembangan kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang telah diperoleh dibangku kuliah. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, PERUMUSAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Menurut Jumingan (2009: 66) modal kerja sebagai berikut : “Modal kerja adalah kelebihan asset lancar terhadap utang jangka pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital). Kelebihan ini merupakan jumlah asset lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri”. Sedangkan modal kerja menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 288), sebagai berikut : “Modal kerja adalah asset lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam asset tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”. Dari kedua pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja merupakan aktiva lancar yang digunakan untuk membelanjai operasional perusahaan sehari-hari Menurut Sutrisno (2007: 39) menyatakan bahwa : “Modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang dan pembayaran lainnya”. 12 2.1.1.1 Unsur-unsur Modal Kerja Menurut Munawir (2007: 114) mengemukakan bahwa : “Modal kerja merupakan jumlah dana yang tersedia untuk membiayai seluruh operasi kebutuhan – kebutuhan perusahaan. suatu analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun ekstern, disamping masalah modal kerja ini erat hubungannya dengan operasi perusahaan sehari hari juga menunjukkan tingkat keamanan atau margin of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Mengelola aktiva lancar dan Kewajiban lancar agar terjamin jumlah net modal kerja yang layak diterima (acceptable) yang menjamin tingkat likuiditas badan usaha” Adapun rumus dari Munawir untuk menentukan modal kerja, yaitu : Modal kerja = Aktiva Lancar – Hutang lancar Dari rumus diatas maka dapat dijabarkan unsur-unsur dari modal kerja itu sendiri yaitu : 1. Aktiva Lancar Menurut Munawir (2006: 14) menyatakan bahwa: “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya . 13 2.1.1.2 Metode Penentuaan modal kerja menurut para ahli Menurut Brigham dan Daves (2010) kebijakan modal kerja adalah menyangkut keputusan yang berkaitan dengan aktiva lancar dan pembiayaannya. Besar kecilnya modal kerja yang disediakan oleh perusahaan terutama tergantung terhadap sikap manajemen terhadap laba dan risiko. Taylor dan Riyanto ( 2011) mengklasifikasikan modal kerja menjadi dua yaitu : A. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau modalkerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. B. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah–ubah sesuai dengan perubahan keadaan. (Husnan, 2012). Masing-masing elemen modal kerja tersebut wajib dikelola agar berada pada keadaan optimal. 2.1.2 Pengertian Peputaran Piutang 2.1.2.1 Perputaran Piutang Menurut Kasmir (2012: 176) perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode. Menurut Darsono (2006: 59) Definisi perputaran piutang sebagai berikut: “Perputaran piutang adalah seberapa kali saldo rata-rata piutang dikonversi ke dalam kas selama periode tertentu.” Adapun pengertian perputaran piutang yang seperti dinyatakan oleh Bambang Riyanto (2008: 90) sebagai berikut: “Perputaran 14 piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayaran. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah.” Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang terdiridari dua variabel yaitu total penjualan bersih dan rata-rata piutang. 2.1.2.2 Pengertian Piutang Menurut KR Subramanyam dialihbahasakan oleh Dewi Yanti (2012: 274) bahwa: “Piutang (receivables) adalah nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau dari pemberian pinjaman uang. Piutang mencakup nilai jatuh tempo yang berasal dari aktifitas seperti sewa dan bunga” Menurut Rudianto (2009: 224) piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu. Sedangkan Menurut PSAK No. 43 menyebutkan piutang adalah jenis pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan yang berasal dari transaksi usaha. Piutang merupakan aktiva lancar yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun dalam satu periode akuntansi. Piutang pada umunya timbul dari hasil usaha pokok perusahaan. Namun selain itu piutang juga dapat timbul dari adanya usaha diluar kegiatan pokok perusahaan. 2.1.2.3 Jenis-jenis Piutang Menurut Kieso (2009: 512) diahlibahasakan oleh Ali Akbar Yulianto Jenis jenis Piutang terdiri dari : 15 1. Piutang Usaha ( account receivable ) Jumlah pembelian secara kredit dari pelanggan. Piutang timbul sebagai akibat dari penjualan atau barang jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan tertagih dalam waktu 30 sampai 60hari. Secara umum jenis piutang ini merupakan piutang terbesar yang dimiliki oleh perusahaan. 2. Wesel tagih ( Notes receivable ) Surat utang formal yang diterbitkan sebagai bentuk pengakuan utang. Wesel tagih biasanya memiliki waktu antara 60-90 hari atau lebih lama serta mewajibkan pihak yang beruntung untuk membayar bunga. Wesel tagih dan piutang usaha disebabkan karena transaksi penjualan biasa disebut dengan piutang dagang. 3. Piutang lain ( other receivable ) Mencakup selain piutang dagang. Contoh piutang lain lain adalah piutang bunga, piutang karyawan, uang muka karyawan, dan restitusi pajak penghasilan. 2.1.2.4 Hal-hal dalam Proses Perputaran Piutang menurut para ahli Menurut Darsono (2006: 95) Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dengan saat dibuatnya daftar piutang. Piutang sebagai unsur modal kerja dalam kondisi berputar, yaitu dari kas, proses komoditi, penjualan, piutang, kembali ke kas. Makin cepat perputaran piutang makin baik kondisi keuangan perusahaan. Perputaran piutang (receivable turnover) dapat disajikan dengan perhitungan: penjualan bersih 16 secara kredit dibagi rata-rata piutang. Rumus Perputaran Piutang sebagai berikut : Perputaran piutang = Penjualan Bersih Rata – Rata Piutang Menurut Bambang Riyanto (2008: 90) Bahwa : “Perputaran Piutang ( Receivable Turnover ) dapat di ketahui dengan membagi penjualan Kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata – rata piutang ( Average receivable ) pada periode tersebut”. Dapat disimpulkan Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran keefektifan pengelolaan piutang, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan berarti semakin baik pengelolaan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat dipertinggi dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit misalnya dengan jalan memperpendek jangka waktu pembayaran. 2.1.3 Pengertian Liquiditas Menurut Irham Fahmi (2011: 174) bahwa likuiditas merupakan ganbaran kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara lancar dan tepat waktu sehingga likuiditas sering disebut dengan short term liquidity. Menurut Kasmir (2012: 130) rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada dineraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jagka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas 17 perusahaan dari waktu ke waktu. Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi. Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditor yang diberikan kepada perusahaan untuk mendanai operasi yang harus segera dipenuhi. 2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Liquiditas Menurut Subramanyam (2011: 239) yang dialihbahasakan oleh Dewi Yanti, tentang faktor-faktor likuiditas sebagai berikut: “Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan. Jadi, likuiditas berarti jumlah kas atau setara kas yang dimiliki perusahaan dan jumlah kas yang dapat diperoleh dalam periode singkat”. Menurut Subramanyam (2012: 273) yang dialihbahasakan oleh Dewi Yanti, faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut : 1. Kas. Aset yang paling likuid, mencakup mata uang, deposito dana, money orders, cek; dan 2. Setara kas (Cash equivalents) juga tergolong sangat lancar, investasi jangka pendek yang (1) siap dikonversi menjadi kas dan (2) hampir 18 jatuh tempo sehingga risiko perubahan harga yang disebabkan pergerakan tingkat bunga yang hanya minimal. Investasi ini biasanya jatuh tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang. Contoh ; setara kas adalah treasury bill (surat berharga yang dikeluarkan oleh pemerintah AS) jangka pendek, commercial paper, dan dana pasar uang. Setara kas sering kali digunakan sebagai wadah sementara kelebihan kas”. Menurut Arfan (2009: 202) faktor-faktor yang mempengaruhi likuiditas sebagai berikut: “Kas. Kas adalah uang tunai yang tersedia, baik di laci, di dompet, tabungan di bank, maupun dalam deposito yang jatuh temponya di bawah satu tahun. Perlu diperhatikan, kas bukan merupakan persediaan barang dagangan, piutang, tanah ataupun bangunan yang kita miliki. Memang hal-hal tersebut bisa dijadikan uang namun biasanya akan membutuhkan waktu, yang kadang kala memakan waktu cukup lama. Sering kali karena kita terdesak oleh kebutuhan uang atau kas yang cukup besar, sementara di sisi lain uang/kas di tangan tidak mencukupi untuk berbagai keperluan seperti untuk membayar gaji karyawan, membayar pemasok barang, membayar utang bank, dan lain sebagainya. Sebagai jalan keluar untuk menutup keperluan pengeluaran yang besar tersebut maka langkah yang dapat di ambil adalah berutang. Namun berhutang akan menjadi maksimal pada satu titik (ada batasnya) dan tidak mungkin mendapatkan utang lagi. Sehingga langkah terakhir yang dapat di ambil adalah harus menjual sebagian aktiva yang kita miliki seperti modal, tanah, bangunan, dan lain-lain. Karena harus segara menjadi uang, maka harga 19 jualnya menjadi rendah bahkan mungkin di bawah harga pasar. Malah dalam banyak kasus seiring terjadi kerugian karena harga jual lebih sedikit dibandingkan dengan harga beli. 2.1.3.2 Pengukuran Liquiditas Menurut Lukas (2008: 415) rasio likuiditas sebagai berikut: “Rasio likuiditas adalah mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban yang jatuh tempo”. Menurut Kasmir (2012: 129) rasio likuiditas sebagai berikut: “Rasio likuiditas merupakan analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk membayar utang atau kewajibannya”. Berdasarkan pengertian diatas peneliti mengambil kesimpulan bahwa rasio likuiditas adalah ukuran yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang-utang lancarnya yang telah jatuh tempo. Menurut Kasmir (2012: 130) tentang rasio likuiditas sebagai berikut: “Rasio likuiditas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya perusahaan. Caranya adalah dengan membandingkan komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva lancar (utang jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu”. Menurut Kasmir (2012: 133) jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya sebagai berikut: 20 1. Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rumus untuk mencari rasio lancar dapat digunakan sebagai berikut: Rasio lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar Aktiva lancar merupakan harta perusahaan yang dapat dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva lancar meliputi kas, bank, surat-surat berharga, piutang, persediaan, biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva lancar lainnya. Utang lancar merupakan kewajiban perusahaan jangka pendek (maksimal satu tahun). Artinya, utang ini segera harus dilunasi dalam waktu paling lama satu tahun. Komponen utang lancar terdiri dari utang dagang, utang bank satu tahun, utang wesel, utang gaji, utang pajak, utang dividen, biaya diterima di muka, utang jangka panjang yang sudah hampir jatuh tempo, serta utang jangka pendek lainnya. Dari hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah, dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang. Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi perusahaan baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak digunakan sebaik mungkin. 21 2. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test) Rasio cepat merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan. Artinya, nilai persediaan kita abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini dilakukan karena persediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama untuk diuangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Untuk mencari quick ratio, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi dengan nilai persediaan. Rumus untuk mencari rasio cepat dapat digunakan sebagai berikut. Rasio cepat atau Quick ratio = Aktiva Lancar – Persediaan Utang Lancar 3. Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio kas merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan di bank. Dapat dikatakan rasio ini menunjukan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Rumus untuk mencari rasio kas dapat di gunakan sebagai berikut: Rasio Kas = Kas + Bank Utang Lancar 22 4. Rasio Perputaran Kas Rasio perputaran kas berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan. Rumus yang digunakan untuk mencari rasio ini adalah sebagai berikut: Rasio Perputaran Kas = Penjualan Bersih Modal Kerja Bersih 5. Inventory to Net Working Capital merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah persediaan yang ada dengan modal kerja perusahaan. Rumus yang digunakan untuk mencari Inventory to Net Working Capital sebagai berikut: Inventory to NWC = Inventory Current assets – Current Liabilities Modal kerja tersebut terdiri dari pengurangan antara aktiva lancar dengan utang lancar”. Penulis menggunakan rasio lancar (current ratio) karena Perhitungan rasio lancar dilakukan dengan cara membandingkan antara total aktiva lancar dengan total utang lancar. Sehingga perusahaan yang memiliki total aktiva lancar yang tinggi dapat dijadikan jaminan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan menarik calon investor serta investor dalam membuat keputusan investasi atau kebijakan ekonomi sebuah perusahaan 23 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian, maka pengaruh modal kerja terhadap likuiditas memiliki hubungan positif yang kuat dan modal kerja berpengaruh signifikan terhadap likuiditas Berdasarkan hasil penelitian, ada pengaruh yang signifikan antara perputaran piutang dan pengumpulan piutang secara simultan terhadap likuiditas 1 Yoyon Supriyadi dan dan Fani Fazriani Jir (2011: 1- 11) Pengaruh modal kerja terhadap likuiditas dan profitabilitas X1 = Pengaruh modal kerja Y1 = Terhadap Likuiditas Y2 = Profitabilitas 2 Rahmat Agus Santoso dan Mohammad Nur. Jurnal Logos (2008) Pengaruh Perputaran Piutang dan pengumpulan piutang terhadap likuiditas 3 Nusa Muktiadji, Lukman Hidayat dan Merlinda Jir (2007: 37-44) Analisis modal kerja dalam pengendalian likuiditas dan profitabilitas X1 = Pengaruh Perputaran Piutang X2= Pengumpulan Piutang Y1 = Terhadap Likuiditas X1 = Analisis modal kerja Y1 = Terhadap Likuiditas Y2 = Profitabilitas Mengingat pentingnya modal kerja dalam perusahaan, manajemen keuangan harus dapat merencakan dengan baik besarnya jumlah modal kerja yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena jika terjadi kelebihan dan kekurangan dana hal ini akan mempengaruhi tingkat 24 4 Perlindungan Dongoran Nomor : XI Vol. 11 (2009 ISSN : 1411-545X) Pengaruh perputaran piutang dan perputaran kas terhadap tingkat likuiditas pada perusahaan tesktil yang terdapat di bursa efek Indonesia (BEI) X1 = Analisis modal kerja Y1 = Terhadap Likuiditas Y2 = Profitabilitas 5 Tarida Marlin Surya Manurung dan Achmad Fajar Nugraha JIR,( 2012 : 39 – 46) Analisis perputaran piutang vs perputaran hutang lancar dalam rangka meningkatkan tingkat likuiditas PT Unilever Indonesia PT Mayora Indah X1 = Analisis perputaran piutang X2 = Perputaran hutang lancar Y1 = Terhadap Likuiditas likuiditas perusahaan Dari hasil pengajuan statistic yang dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara perputaran piutang terhadap likuiditas dinyatakan memiliki hubungan yang kuat dan berpengaruh secara signifikan Berarti persamaan diatas menunjukkan bahwa perputaran piutang mempunyai pengaruh yang positif terhadap likuiditas perusahaan. Hal ini berarti jika perputaran piutang semakin meningkat, maka terdapat kecenderungan yang dapat meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan. 2.3 Kerangka Pemikiran Komposisi asset lancar dan utang lancar pada neraca merupakan cerminan dari kebijakan modal kerja (working capital) suatu perusahaan. Sebagian besar kegiatan harian manajer keuangan berhubungan dengan pengelolaan modal kerja. Suatu pekerjaan yang tampaknya sederhana, tetapi apabila tidak dikelola dengan sungguhsungguh, berpeluang memperburuk tingkat likuiditas, yang pada akhirnya memungkinkan perusahaan mengalami kebangkrutan. Dalam menjalankan usahanya sebuah peusahaan harus memiliki modal kerja yang cukup dalam melangsungkan aktivitas usahanya. Menurut Sutrisno (2009: 39) pengertian modal kerja adalah : 25 “Modal kerja merupakan salah satu unsur aktiva yang sangat penting dalam perusahaan karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.” Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja merupakan hal penting perusahaan, karena modal kerja perusahaan dibutuhkan untuk memenuhi kegiatan opersional perusahaan dalam jangka pendek. Menurut Bambang Riyanto (2008: 90) bahwa : “Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas” Perusahaan menginginkan agar piutang yang dikelola itu baik sehingga akan bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran diatas dan di dukung oleh pendapat para ahli serta penelitian terdahulu, maka dapat diuraikan kerangka yang disajikan dengan gambar 2.2 sebagai berikut: 26 MODAL KERJA H1 X1 LIKUIDITAS H3 Y1 H2 PERPUTARAN PIUTANG X2 Gambar 2.2 Kerangka Penelitian 2.4 Hubungan antar variabel 2.4.1 Hubungan Modal Kerja Terhadap Likuiditas Menurut Kasmir (2012: 252) Modal kerja memiliki suatu yang penting bagi operasional suatu perusahaan. Disamping itu manajemen modal kerja juga memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai. Oleh karena itu, setiap perusahaan berusaha memenuhi kebutuhan modal kerjanya, agar dapat meningkatkan likuiditas. Kemudian 27 dengan terpenuhi modal kerja, perusahaan juga dapat memaksimalkan perolehan Likuiditas Perusahaan dalam kekurangan modal kerja dapat membahayakan kelangsungan hidup perusahaan akibat tidak dapat memenuhi likuiditas dan target yang laba yang diinginkan. Menurut Subramanyam (2011: 241) yang dialihbahasakan oleh Dewi Yanti, Modal kerja juga penting untuk mengukur cadangan likuiditas yang tersedia untuk memenuhi kontijensi dan ketidakpastian yang terkait dengan keseimbangan antara arus kas masuk dengan arus kas keluar perusahaan. Menurut G. Sugiyarso dan F. Winarni (2006:17) adalah sebagai berikut: “Komposisi modal kerja akan mempengaruhi resiko yang berkaitan dengan likuiditas.” Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa perusahaan membutuhkan modal kerja untuk menjalankan aktivitasnya. Bila perusahaan tidak memiliki modal kerja yang cukup, maka kegiatan operasional perusahaan sehari-hari terhambat. Jadi, kekurangan modal kerja akan mengurangi tingkat likuiditas, karena kewajiban membayar utang jangka pendek perusahaan terhambat. 2.4.2 Hubungan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Menurut Jopie Jusuf (2008: 53) Bila seluruh perputaran piutang dapat tertagih tepat waktu dan memiliki jangka waktu yang relatif pendek, maka perusahaan lebih likuid. Tarida Marlin Surya Manurung dan Achmad Fajar Nugraha JIR, volume 12 No. 1, April 2012: 39 – 46 Analisis pengeruh perputaran piutang terhadap likuiditas perusahaan Berarti persamaan diatas menunjukkan bahwa perputaran piutang 28 mempunyai pengaruh yang positif terhadap likuiditas perusahaan. Hal ini berarti jika perputaran piutang semakin meningkat, maka terdapat kecenderungan yang dapat meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan. 2.5 Hipotesis Menurut Sugiyono (2011: 64) hipotesis adalah sebagai berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.” Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut: H1 : Adanya pengaruh signifikan antara Modal Kerja terhadap Likuiditas H2 : Adanya pengaruh signifikan antara Perputaran piutang terhadap likuiditas. H3 : Adanya pengaruh signifikan antara Modal Kerja dan Perputaran piutang secara bersama - sama terhadap likuiditas. 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sample 3.1.1 Populasi Menurut Sugiyono (2011: 80) populasi sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Adapun populasi pada penelitian ini pada PT Zona Asia Forwadding, Ruko Kintamani Blok D No. 03 Sungai Panas / Depan Wihara maitreya telp ; 0778-469206 dari tahun 2013 – 2015. 3.1.1 Sampel Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi. Menurut Sugiyono (2011: 81) sampel sebagai berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Penentuan jumlah sampel yang akan diolah dari jumlah populasi harus dilakukan dengan teknik pengambilan sampling yang tepat. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purpossive sampling. Menurut Sugiyono (2011: 85) purpossive sampling sebagai berikut: “Purpossive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. 30 Dengan sampel yang diambil untuk diteliti yaitu laporan keuangan yaitu neraca dan laba rugi tahunan yang mana laporan keuangaan dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 . Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai berikut ; 1. Laporan keuangan yang memuat informasi mengenai modal kerja, Perputaran piutang dan likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding 2. Sample yang diambil sebanyak tiga tahun dari periode 2013-2015 karena sudah dianggap respresentatif (mewakili) untuk dilakukan uji penelitian. Dari Kriteria yang diajukan di atas maka dapat ditarik sejumlah sampel 36 laporan keuangan bulanan dari PT Zona Asia Forwadding. 3.2 Data Penelitian 3.2.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder. Menurut Sugiyono (2011: 137) sumber data sekunder sebagai berikut: “Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”. Peneliti menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai laporan keuangan PT Zona Asia Forwadding. 3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 31 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung diperusahaan yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data sekunder yang diperoleh dengan cara: a) Observasi (Pengamatan Langsung) Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke bagian staf yang ada di PT Zona Asia Forwadding untuk memperoleh data berupa laporan keuangan tahun 2013-2015 PT Zona Asia Forwadding b) Dokumen-dokumen Pengumpulan data dengan cara mencatat data yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perusahaan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan memperoleh data mengenai modal kerja dan perputaran piutang terhadap likuiditas pada laporan keuangan PT Zona Asia Forwadding serta informasiinformasi lain yang diperlukan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Pengumpulan data dilakukan dengan membaca literatur-literatur, bukubuku mengenai teori permasalahan yang diteliti dan menggunakan media internet sebagai media pendukung dalam penelusuran informasi tambahan mengenai teori maupun data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. 3.3 Variabel Penelitian 32 Umi Narimawati (2010: 31) operasionalisasi variabel sebagai berikut: “Operasionalisasi variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”. Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh Modal kerja dan Perputaran piutang terhadap likuiditas pada PT Zona Asia Forwadding Skala atau ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio. Moh. Nazir (2009: 132) mendefinisikan ukuran rasio sebagai berikut: “Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolute dari objek yang diukur”. Dalam skala rasio, angka nol mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini diperlukan sebagai dasar dalam perhitungan dan pengukuran terhadap objek yang diteliti. Berdasarkan judul usulan penelitian yang telah dikemukakan diatas yaitu “Pengaruh modal kerja dan perputaran piutang Terhadap likuiditas (Studi Kasus Pada PT Zona Asia Forwadding) “. Maka variabel-variabel yang diteliti dapat dibedakan menjadi dua : 33 a. Variabel Bebas / Independent (X) Menurut Sugiyono (2009: 4) pengertian variabel bebas yaitu : “Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependent (terikat )”. Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah variabel modal kerja dan Perputaran piutang. Dalam operasionalisasinya variabel ini semua variabel ini semua variabel di ukur oleh instrument pengukur dalam bentuk rasio. b. Variabel tidak Bebas / dependent (variabel Y) Menurut Sugiyono (2009: 4) pengertian variabel terikat yaitu : “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Dalam hal ini variabel bebas yang akan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti adalah variabel modal kerja dan Perputaran piutang. Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian mengenai Pengaruh modal kerja dan Perputaran piutang dalam meningkatkan likuiditas pada PT Zona Asa Forwadding . Tabel 3.2. Operasionalisasi Variabel Variabel Modal Kerja ( X1) Konsep Variabel Indikator “Modal kerja adalah asset lancar =asset lancar - hutang Jenis Data 34 Perputaran Piutang ( X2 ) Likuiditas (Y) dikurangi utang lancar. Modal kerja jangka pendek juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam Munawir (2007: 114) asset tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”. Syafri Harahaf (2007:288) Perputaran piutang merupakan periode Perputaran Piutang terikatnya modal dalam piutang yang tergantung kepada syarat pembayaran. =Penjualan Bersih Makin lunak atau makin lama syarat Rata – Rata Piutang pembayarannya, berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu Hery, S.E, M.Si adalah makin rendah. (2012) ”Bambang Riyanto (2001:90) rasio likuiditas merupakan rasio yang Rasio lancar = digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya suatu Aktiva Lancar perusahaan. Caranya adalah dengan Utang Lancar membandingkan komponen yang ada dineraca, yaitu total aktiva Kasmir (2012:43) lancar dengan total pasiva lancar (utang jagka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa periode sehingga terlihat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke waktu. Kasmir (2012:43) 3.4 Metode Analisa Data 3.4.1 Uji Asumsi Klasik 3.4.1.1 Uji Normalitas Menurut Husein Umar (2011: 182) uji normalitas sebagai berikut: “Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak”. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui Rasio Rasio Rasio 35 dengan menggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi, apabila model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji t masih meragukan, karena statistik uji F dan uji t pada analisis regresi diturunkan dari distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji satu sampel Kolmogorov-Smirnov untuk menguji normalitas model regresi. Untuk melihat apakah data yang di analisis memiliki residual di sekitar nol / data normal dengan menggunakan Statistical Package For The Social Sciences (SPSS ‘’23 For Window) 3.4.1.2 Uji Autokorelasi Menurut Husein Umar (2011: 182) uji autokorelasi sebagai berikut: “Autokorelasi adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antar data yang ada pada variabel-variabel penelitian”. Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat di antara data pertama dan kedua, data kedua dengan ke tiga dan seterusnya. Jika ya, telah terjadi autokorelasi. Hal ini akan menyebabkan informasi yang diberikan menjadi menyesatkan. Oleh karena itu, perlu tindakan agar tidak terjadi autokorelasi. Pada pengujian autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson untuk 36 mengetahui ada tidaknya autokorelasi pada model regresi dan berikut nilai Durbin-Watson yang diperoleh melalui hasil estimasi model regresi. Car Cara untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah denga dengan menggunakan perhitungan nilai statistik Durbin-Watson (D-W): Dasar yang digunakan untuk pengambilan keputusan secara umum adalah sebagai berikut: 3.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas Menurut Husein Umar (2011: 179) uji heteroskedastisitas sebagai berikut: “Heteroskedastisitas adalah dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain”. Heteroskedastisitas merupakan indikasi varian antar residual tidak homogen yang mengakibatkan nilai taksiran yang diperoleh tidak lagi efisien. Untuk menguji apakah varian dari residual homogen digunakan uji rank Spearman,, yaitu dengan mengkorelasikan mengkorelasikan variabel bebas terhadap nilai absolut 37 dari residual (error).. Apabila ada koefisien korelasi yang signifikan pada tingkat kekeliruan 5%, mengindikasikan adanya heteroskedastisitas. Cara pengujian untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas juga juga dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai produksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. 3.4.1.4 Uji Multikolinieritas Menurut Husein Umar (2011: 177) mendefinisikan uji multikolinieritas sebagai berikut: “Multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen”. Jika terjadi korelasi, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. Multikolinieritas berarti adanya hubungan yang kuat di antara beberapa atau semua variabel bebas pada model regresi. Jika terdapat Multikolinieritas maka koefisien regresi menjadi tidak tentu, tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan biasanya ditandai dengan nilai koefisien determinasi yang sangat besar, tetapi pada pengujian pearson koefisien regresi, tidak ada ataupun kalau ada sangat sedikit sekali koefisien regresi yang signifikan. Pada penelitian ian ini digunakan nilai variance inflation factors (VIF) sebagai indikator ada tidaknya multikolinieritas diantara variabel bebas. 38 Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF < 10 maka dalam data tidak terdapat Multikolinieritas (Gujarati, 2003: 362). Menurut Husein Umar (2011: 178) untuk mengatasi terjadinya multikolinieritas, dapat diupayakan melalui hal-hal sebagai berikut: 1. Evaluasi apakah pengisian data telah berlangsung secara efektif atau terdapat kecurangan dan kelemahan lain; 2. Jumlah data ditambah lagi; 3. Salah satu variabel independen dibuang karena data dari dua variabel independen ternyata mirip atau digabungkan jika secara konsep relatif sama; dan 4. Gunakan metode lanjut seperti regresi bayesian atau regresi tolerance”. 3.4.2 Pengujian Hipotesis Menurut Andi Supangat (2007: 293) pengujian hipotesis sebagai berikut: “Pengujian hipotesis adalah salah satu cara dalam statistika untuk menguji “parameter” populasi berdasarkan statistik sampelnya, untuk dapat diterima atau ditolak pada tingkat signifikansi tertentu”. Menurut Sugiyono (2011: 159) hipotesis sebagai berikut: “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Pada prinsipnya pengujian hipotesis ini adalah 39 membuat kesimpulan sementara untuk melakukan penyanggahan dan atau pembenaran dari masalah yang akan ditelaah. 3.4.2.1 Uji Analisis regresi berganda Menurut Sugiyono (2011: 277) analisis regresi linier berganda sebagai berikut: “Analisis regresi linier berganda adalah analisis yang digunakan peneliti, bila bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya)”. Pada dasarnya teknik analisis ini merupakan kepanjangan dari teknik analisis regresi linier sederhana. Regresi berganda menghubungkan satu variabel dependen dengan beberapa variabel independen dalam suatu model persamaan matematis untuk hubungan yang dihipotesiskan dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = α + β1X1 + β2X2 + e Dimana : α = konstanta Y = Variabel dependen kualitas audit X1 = Variabel independen kompetensi auditor X2 = Variabel independen independensi auditor e = error term 40 3.4.2.2 Uji Parsial ( T-Test ) T-Statistik dipergunakan untuk sampel kecil, dimana sampel tersebut diambil atau dipilih secara acak dari populasi yang memiliki distribusi normal ( Efferin 2008: 248 ). Uji t (t-test) digunakan untuk menguji hipotesis sacara parsial guna menunjukan pengaruh tiap variabel independen secara individu terhadap variable dependen.Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Jonathan Sarwono (2006: 89) pengertian Uji T (T Test) adalah untuk membandingkan rata-rata dua sampel. Menurut Sugiyono (2012: 250), mencari : Langkah-langkah pengujian dengan menggunakan Uji t adalah sebagai berikut: 1) Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5% Tingkat signifikansi 0.05% atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5% 2) Menghitung Uji t r√n – 2 thitung = __________________ 1–r2 Keterangan: r : Koefisien korelasi n : Jumlah sampel 41 3) Kriteria Pengambilan Keputusan a. H0 ditolak jika t statistik < 0,05 atau thitung > ttabel b. H0 diterima jika t statistik > 0,05 atau thitung < ttabel nilai ttabel didapat dari : df = n-k-1 keterangan : n : jumlah observasi k : variabel independen 3.4.2.3 Uji Simultan ( F-Test ) Perbandingan dua populasi merupakan permasalahan yang sering dilakukan dengan tujuan untuk menentukan uji beda diantara populasi dengan menggunakan uji F ( Efferin 2008: 246). Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkahlangkah pengujian dengan menggunakan Uji F adalah sebgai berikut : 1) Menentukan tingkat signifikansi sebesar α = 5% Tingkat signifikansi 0.05% atau 5% artinya kemungkinan besar hasil penarikan kesimpulan memiliki profitabilitas 95% atau toleransi kesalahan 5%. 2) Menghitung Uji F (F-test) R² / k Fhitung = ______________________ (1-R² ) / (n-k-1) Keterangan: 42 R² : Koefisien determinasi gabungan k : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel 3) Kriteria Pengambilan Keputusan a. H0 ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung > Ftabel b. H0 tidak berhasil ditolak jika F statistik > 0,05 atau Fhitung < Ftabel nilai ftabel didapat dari : df1 (pembilang) = jumlah variabel independen df2 (penyebut) = n-k-1