FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRATEGI KOPING PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS SUNGAI PANCUR KECAMATAN SUNGAI BEDUK KOTA BATAM Adi Arianto Dosen Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Batam ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi koping pada penderita diabetes melitus. Jumlah subjek 29 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yang diambil berdasarkan data pasien yang datang berobat di Puskesmas Sungai Pancur tahun 2013. Kriteria untuk sampel penelitian yaitu (1) Pasien DM yang ada di Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai Beduk (2) Dapat membaca dan menulis (3) Sehat jiwa (4) Mampu mendengar. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan positif berdasarkan Scale Survey Strategies Coping yang sesuai dengan teori Lazarus dan Folkman (1984). Adapun hasil yang diperoleh pada penelitian ini yaitu responden yang berumur dewasa tengah (41-60 th) sebanyak 72,4 %, dewasa akhir (>60 th) sebesar 17,2% dan dewasa awal (21-40 th) sebesar 10,4 %. Pada kepribadian didapat sebesar 75,9 % berkepribadian tipe A dan yang berkepribadian tipe B 24,1 %. Sedangkan 96,6 % mempunyai kecakapan tinggi dan yang memiliki kecakapan rendah sebesar 3,4 %. Pada dukungan sosial didapat 69,0 % mempunyai dukungan sosial tinggi dan dukungan sosial rendah sebesar 31,0 %. Selanjutnya pada strategi koping adaptif diperoleh sebesar 51,7% dan yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 48,3 %. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur, kepribadian individu, kecakapan dan dukungan social dengan strategi koping pada penderita diabetes melitus. Kata Kunci : Diabetes Melitus, Strategi Koping dukungan sosial PENDAHULUAN sempurna menjadi CO2 dan air 5% diubah menjadi glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Latar Belakang Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuria, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia kronik. Bila diabetes melitus tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, protein dan resiko timbulnya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular meningkat. Hiperglikemia timbul akibat berkurangya insulin sehingga glukosa dan tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose atau hepar dan metabolismenya terganggu. Dalam keadaan normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami metabolism Pada diabetes melitus semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel hingga energy terutama diperoleh dari metabolism protein dan lemak. Penyakit diabetes melitus merupakan suatu keadaan yang memberikan rasa kekhawatiran bagi seseorang saat didiagnosa dokter adalah terkena diabetes melitus atau kencing manis. Sebagian besar penderita diabetes melitus yang putus asa karena penyakitnya. Seseorang yang kehilangan sebagian anggota 17 tubuh maka akan mengalami trauma karena merasa dirinya tidak sempurna. Khususnya bagi pria yang masih berusia produktif, ia akan kehilangan jati dirinya sebagai seorang pria. Penyakit diabetes melitus banyak menarik perhatian karena prevalensinya yang semakin meningkat. Terdapat 350 juta penderita diabetes melitus di dunia pada tahun 2011. Diperkirakan jumlah penderita diabetes melitus di dunia akan mencapai 479 juta jiwa pada tahun 2017. menimbulkan dampak masalah yang sangat kompleks dan luas. Masalah yang ditimbulkan bukan hanya dilihat dari segi medis saja, tetapi bisa meluas sampai kepada masalah ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan ketahanan sosial (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2008). Dampak terhadap psikologi dapat berupa marah, cemas, depresi, ketakutan, rasa bersalah atau rasa malu. Selain itu juga berdampak bagi tubuh yang berupa metabolik kontrol yang jelek. Masalah yang timbul akibat diabetes melitus tersebut membutuhkan penyusuaian diri karena dapat mengganggu kesimbangan. Jika tidak dapat dikendalikan dengan baik, maka akan muncul gangguan badan atau jiwa. Masalah yang dialami eleh penderita diabetes melitus akan mendorong penderita tersebut untuk melakukan adaptasi dengan cara mengatasi masalah yang muncul dengan menggunakan strategi mecahan masalah atau mekanisme koping. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organisation) memperkirakan jumlah penyandang diabetes di Indonesia akan melonjak drastis. Bila di tahun 2000 jumlah penyandangnya baru sekitar 8,4 juta, diprediksi meningkat menjadi 21,3 juta di tahun 2030. Diperkirakan prevalensi penyakit diabetes melitus di Indonesia menurut penelitian berkisar 1,5 – 2,3 % dari penduduk diatas usia 15 tahun. Berdasarkan data dari Puskesmas Sungai Pancur pada tahun 2013 jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 20 orang dan pada tahun 2014 penderita diabetes melitus sebanyak 24 orang. Jumlah itu merupakan gabungan dari rawat inap dan rawat jalan sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan penderita diabetes melitus. Rata-rata penderita diabetes melitus tersebut adalah usia 45-54 tahun. Puskesmas Sungai Pancur merupakan Puskesmas yang memiliki pelayanan yang bersifat komprehensif baik rawat jalan maupun rawat inap bagi semua jenis penyakit yang ada di Puskesmas tersebut. Koping didefinisikan pikiran dan perilaku yang digunakan untuk mengatur tuntutan internal maupun eksternal dari situasi yang menekan. Koping dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, kepribadian individu, kecakapan, dan dukungan sosial. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Prambandani (2005) mengatakan bahwa faktor-faktor tersebut mampu mengatasi masalah pada penderita. Tetapi terkadang hal ini kurang di perhatikan penderita, maka hal ini bisa dijadikan dasar bagi penderita untuk menyesuaikan diri dalam menghadapi masalah. Penelitian ini diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi koping penderita diabetes melitus. Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan sehingga dapat menimbulkan masalah. Penyakit diabetes melitus dapat 18 METODE Subjek penilitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai Beduk Kota Batam. Jumlah penderita diabetes melitus di Puskesmas Sungai Pancur sebanyak 29 orang pada tahun 20132014. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner dalam bentuk pertanyaan positif berdasarkan scale survey strategies coping yang sesuai dengan teori Lazarus dan Folkman (1984). Jumlah kuesioner sebanyak 36 pertanyaan, yang akan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu bagian A berisi 4 pertanyaan yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Bagian B berisi 12 pertanyaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi strategi koping. Bagian C berisi 15 pertanyaan positif dan 5 pertanyaan negatif tentang strategi koping penderita diabetes melitus. Penulis mengumpulkan data untuk mendapatkan data dengan kuesioner yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner yang sebelumnya telah diuji validitanya dengan teknik kolerasi product Moment, dan reabilitas kuesioner dengan menggunakan teknik Alfa Cronbach. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Kuesioner terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi dan responden, pertanyaan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi koping, dan pertanyaan tentang strategi koping. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada tanggal 27 April sampai 17 februari 2014 pada 29 responden di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk. Karakteristik Umur Responden Tabel 1. Distribusi penderita diabetes melitus berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29). No Karakteristik Umur Frekuensi (n) Presentase (%) 1 Dewasa awal (21-40) tahun 3 10,3 2 Dewasa tengah (41-60) tahun 21 72,4 3 Dewasa akhir (>60) tahun 5 17,2 Total 29 100 Hasil penelitian ini dapat diketahui pada tabel 1. bahwa jumlah responden yang berumur dewasa tengah lebih banyak dibanding dengan umur dewasa awal dan dewasa lanjut: dengan jumlah proporsi dewasa awal sebanyak 3 orang (10,4%), dewasa tengah sebesar 21 orang (72,4%), dan dewasa lanjut sebanyak 5 orang (17,2%). 19 Keperibadian individu responden Tabel 2. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan Kepribadian individu di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29). No Kepribadian individu Frekuensi (n) Prosentase (%) 1 Tipe A 22 75,9 2 Tipe B 7 24,1 Total 29 100,0 Berdasarkan tabel 2. diatas diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai kepribadian tipe A dengan artian memliki jenis kepribadian individu bersifat kompetitif dan agresif. Jumlah responden yang berkepribadian tipe A sebanyak 22 orang (75,9%) dan Responden yang berkepribadian tipe B sebanyak 7 orang (24,1%). Kecakapan responden Tabel 3. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan Tingkat kecakapan di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29). No Kecakapan Frekuensi (n) Prosentase (%) 1 Rendah 1 3,4 2 Tinggi 28 96,6 Total 29 100,0 Gambaran hasil data yang terlihat pada tabel 3. diketahui bahwa dari sebagian besar responden mempunyai kecakapan tinggi dengan artian mampu menyelesaikan masalah secara terencana, dengan proporsi responden yang mempunyai kecakapan tinggi sebanyak 28 orang (96,6%) dan responden yang mempunyai kecakapan rendah sebanyak 1 orang (3,4%). Hal ini berarti kecakapan tinggi lebih besar dari pada kecakapan rendah. Dukungan Sosial responden Tabel 4. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan tingkat dukungan sosial responden di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29). No Dukungan sosial Frekuensi (n) Prosentase (%) 1 Rendah 9 31,0 2 Tinggi 20 69,0 Total 29 100,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa tabel 4. sebagian besar mempunyai dukungan sosial tinggi dengan artian hubungan antara keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan sebagainya sangat baik. Responden yang mempunyai dukungan sosial tinggi frekuensinya sebanyak 20 orang (69,0%) dan responden yang mempunyai dukungan sosial rendah sebanyak 9 orang (31,0%). 20 Strategi Koping Tabel 5. Distribusi Penderita Diabetes Melitus berdasarkan Strategi Koping di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk (N=29) No Strategi Koping Frekuensi (n) Prosentase (%) 1 Maladaptif 13 44,8 2 Adaptif 16 55,2 29 100,0 Total Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui pada table 5. bahwa responden yang menggunakan strategi koping adaptif lebih banyak dari pada responden yang menggunakan strategi koping maladaptif. Ini menandakan bahwa sebagian besar responden mampu mengatasi masalah yang muncul baik dari dalam maupun dari luar. Responden yang menggunakan strategi koping adaptif sebanyak 16 orang (55,2%) dan responden yang menggunakan strategi koping m aladaptif sebanyak 13 orang (44,8%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan strategi koping Tabel 6. Hubungan antara umur, kepribadian, kecakapan, dukungan sosial dengan strategi koping di Puskesmas Sungai Pancur Kecamatan Sungai Beduk (N=29) Variabel Strategi Koping Maladaptif (n) / % Umur Dewasa awal (21-40) thn Dewasa tengah (41-60) thn Dewasa lanjut (>60) thn Total Kepribadian Individu Tipe A Tipe B Total Kecakapan Rendah Tinggi Total Dukungan Sosial Rendah Tinggi Total *p < 0,05, dan **p < 0,01 Adaptif Correlation Nilai r Nilai p (n) / % 1 (33,3) 9 (42,9) 3 (60,0) 13 2 (66,7) 12 (57,1) 2 (40,0) 16 0,519** 0,004 9 (40,9) 4 (57,1) 13 13 (59,1) 3 (42,9) 16 0,508** 0,005 1 (100) 12 (42,9) 13 0 (0) 16 (57,1) 16 0,210 0,275 6 (66,7) 7(35,0) 13 3 (33,3) 13(65,0) 16 0,744** 0,000 Pada penelitian ini digunakan uji korelasi Pearson Product Moment yaitu pada hubungan antara umur, kepribadian, kecakapan dan dukungan sosial terhadap strategi koping. Pada hasil uji Pearson 21 Product Moment didapatkan ada hubungan antara umur dengan strategi koping dilihat pada tabel 4.6. didapat r = 0,519 dan p = 0,004 (p< 0.05). Dengan proporsi responden yang berumur dewasa awal dengan koping maladaptif sebanyak 1 orang (33,3%) dan adaftif sebanyak 2 orang (66,7%), responden dengan umur dewasa tengah yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 9 orang (42,9%) dan adaptif sebanyak 1 2 orang (57,1) dan responden yang berumur dewasa lanjut yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 3 orang (60,0%) dan adaptif sebanyak 2 orang (40,0%). Setelah dilakukan uji Pearson Product Moment diperoleh hasil tidak ada hubungan antara kecakapan dengan strategi koping. Dengan nilai r = 0,210 dan p = 0,275 (p > 0,05). Sebagian besar responden mempunyai kecakapan tinggi yaitu proporsi responden yang kecakapannya rendah menggunakan strategi koping maldaptif sebanyak 1 orang (100%), responden yang kecakapannya tinggi menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 12 orang (42,9%), dan responden yang menggunakan strategi koping adaptif sebesar 16 orang (57,1%). Sedangkan pada dukungan sosial didapatkan hasil adanya hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping dengan nilai r = 0,744 dan p = 0,000 (p < 0,05). Jumlah responden dengan dukungan sosial rendah yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 6 orang (66,7%), dan adaptif sebanyak 3 orang (33,3%). Sedangkan jumlah responden dengan dukungan sosial tinggi yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 7 orang (35,0%) dan responden yang menggunakan strategi koping adaptif sebesar 13 orang (65,0%). Sedangkan pada kepribadian individu didapatkan hasil ada hubungan antara kepribadian individu dengan strategi koping. Dengan nilai r = 0,508 dan p = 0,005 (p < 0,05). Jumlah responden yang berkepribadian tipe A yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 9 orang (40,9%) dan adaptif sebanyak 13 orang (59,1%). Sedangkan responden yang berkepribadian tipe B yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 4 orang (57,1%) dan adaptif sebanyak 3 orang (42,9%). PEMBAHASAN yang berkurang, obat-obatan, genetik dan adanya penyakit-penyakit lain yang terdapat bersamaan pada usia lanjut akan mempermudah seseorang tersebut terkena diabetes melitus. Umur Secara umum dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar penderita diabetes melitus berumur dewasa tengah (41–60 th) sebesar 72,4 %. Sedangkan pada umur dewasa awal (21–40 th) sebesar 10,4 %, dan pada umur dewasa akhir sebesar 17,2 ( > 61 th). Menurut Askandar (1994) diabetes melitus sering terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Pada tingkat umur tersebut fungsi alat tubuh mengalami kemunduran, selain itu juga terdapat faktor obesitas, aktifitas Kepribadian Individu Penelitian ini menunjukkan dari 29 responden sebagian besar memiliki kepribadian tipe A sebanyak 75,9 %. Kepribadian tipe A pada penderita diabetes melitus yaitu suatu tipe yang besifat kompetitif dan agresif, kepribadian tersebut muncul karena 22 responden mampu menghadapi masalah dengan penuh semangat. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Friediabetes melitusan dan Rosenman dalam buku Abraham C (1997) yang mengatakan bahwa seseorang dengan kepribadian tipe A itu bersifat kompetitif dan agresif, sebaliknya pada kepribadian tipe B yang bersifat lamban dalam merespon masalah Kepribadian pada penderita diabetes melitus adalah bersifat kompetitif, agresif dan cekatan dalam menghadapi masalah. disekitarnya. Selain itu penderita juga mempunyai sumber koping yang baik, bersifat terbuka terhadap orang lain sehingga banyak orang yang memberikan dukungan terhadap dirinya. Hal ini sesuai pendapat Wiscar dan Sandra bahwa dukungan sosial bersumber dari dukungan emosi dimana seseorang merasa dicintai, dukungan harga diri berupa pengakuan dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki, dan perasaan yang dimiliki dalam sebuah kelompok. Kecakapan Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh jumlah responden yang kecakapannnya tinggi lebih besar dari pada responden yang kecakapannya rendah. Responden yang mempunyai kecakapan tinggi sebesar 96,6 % dan yang mempunyai kecakapan rendah sebesar 3,4 %. Kecakapan yang tinggi tersebut disebabkan karena penderita diabetes melitus sudah banyak mendapatkan pengalaman tentang pengelolan diabetes melitus. Dengan pengalaman tersebut penderita mampu merencanakan penyelesaian masalah dengan baik Hubungan antara umur dengan strategi koping Berdasarkan hasil uji dengan metode Pearson Product Moment didapatkan hasil ada hubungan antara umur dengan strategi koping pada penderita diabetes melitus dengan nilai r sebesar 0,519 dan p 0,004 (p<0,05). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Arifin (2005) yang menyatakan ada hubungan antara umur dengan tingkat kecemasan pada penderita gagal ginjal, dengan nilai X2 = 6,724 dan Hasil ini sesuai dengan penelitiannya Atik Kadaryati yang menyatakan bahwa kecakapan yang tinggi itu akan mampu menetapkan prioritas masalah, identifikasi respon perasaan, pikiran dan perilaku terhadap masalah, memperhatikan semua kemungkinan penyelesaian, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian setiap tindakan, dan memiliki penyelesain yang terbaik p= 0.010 (p < 0,05). Umur dengan strategi koping mempunyai arah hubungan yang positif. Nur Arifin dalam penelitiannya tentang tingkat kecemasan menyatakan bahwa pada umur dewasa muda terdapat 87,6 % pasien mengalami tingkat kecemasan berat. Hal ini disebabkan karena penderita yang harus menjalani terapi hemodialisa yang membutuhkan biaya cukup banyak dan waktu yang tidak diketahui sampai kapan pengobatan itu berakhir. Sedangkan dalam penelitian ini didapatkan semua penderita diabetes melitus pada usia dewasa awal lebih banyak menggunakan strategi koping adaptif dari pada Dukungan sosial Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penderita diabetes melitus mempunyai dukungan sosial tinggi sebesar 69,0 %. Dukungan sosial itu diperoleh karena penderita diabetes melitus yang tinggal di daerah pinggiran kota, sehingga penderita dekat dengan orang 23 maladaptif. Cara tersebut digunakan penderita karena penderita belum semuanya banyak mendapatkan pengalaman tentang penanganan masalah diabetes melitus, sehingga penderita masih ada menggunakan strategi koping yang maladaptif. strategi koping dengan nilai r = 0,508 dan p = 0,005 (p < 0,05). Hasil ini sesuai dengan pendapat Friediabetes melitusan dan Rosenman pada tahun 1974 dalam buku Abraham C (1997) yang menyatakan bahwa kepribadian akan mempengaruhi seseorang dalam menyelesaikan masalah. Dalam buku itu menyatakan bahwa kepribadian individu dengan strategi koping mempunyai arah hubungan yang positif. Pada penelitian ini responden yang berkepribadian jenis A sebagian besar mempunyai strategi koping adaptif, hal ini terjadi karena responden mempunyai sifat kompetitif dan merasa terlibat dalam suatu persaingan untuk mencapai lebih dalam waktu yang singkat, hal ini terbukti dengan jumlah responden sebesar 59,1 % menggunakan koping adaptif. Sebaliknya dengan tipe B yang menunjukkan sikap tidak kompetitif, tidak begitu memperdulikan waktu dan lamban dalam merespon suatu masalah, dalam penelitian ini terdapat 57,1 % responden yang menggunakan koping maladaptif. Namun penelitian ini berbada dengan penelitian yang dilakukan oleh Parjiem yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan antra umur dengan strategi koping pada orang tua anak penderita Leukemia, 2 dengan nilai X = 2.318 dan p= 0.350. Tidak adanya hubungan antara umur dengan strategi koping dikarenakan adanya pengalaman yang sama pernah menghadapi anak yang harus menjalani terapi hemodialisa, sehingga orang tua sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi. Oleh karena itu orang tua cenderung melakukan strategi koping konstruktif. Tetapi ada orang tua yang mengatakan bahwa terapi hemodialisa merupakan pengalaman yang pertama kali, sehingga orang tua cenderung melakukan strategi koping destruktif karena tidak mampu menyelesaikan stresor yang dihadapi, maka akan terjadi masalah yang berkepanjangan. Hubungan antara kecakapan dengan strategi koping Setelah dilakukan uji Pearson Product Moment diketahui tidak ada hubungan antara kecakapan dengan strategi koping, nilai r = 0,210 dan p = 0,275 (p > 0,05). Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Atik Kadaryati (2005) yang menyatakan menyelesaikan masalah secara terencana merupakan koping yang tepat. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Parjiem (disebabkan karena tempat penelitian yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sungai Pancur yang mayoritas penderita tinggal di pinggiran kota. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Parjiem dilakukan di Yayasan Leukimia di Semarang yang respondennya bertempal tinggal didaerah yang berbeda-beda. Pada penelitian ini responden yang menggunakan Kecakapan tinggi dengan koping adaptif sebesar 57,1 %. Hal ini disebabkan karena penderita diabetes melitus yang sudah banyak mendapatkan pengalaman namun tidak dapat menginterpretasikannya. Pada penelitian Atik Kadaryati yang mempunyai kecakapan tinggi dengan Hubungan antara kepribadian individu dengan strategi koping Berdasarkan analisis dengan metode Pearson Product Moment penelitian ini didapat ada hubungan antara kepribadian individu dengan 24 strategi koping adaptif sebanyak 55,5%, hal ini disebabkan karena responden mampu menetapkan prioritas masalah, identifikasi respon perasaan, pikiran dan perilaku terhadap masalah, memperhatikan semua kemungkinan penyelesaian, mengidentifikasi keuntungan dan kerugian tiap tindakan, dan memilih penyelesaian yang terbaik Dalam penelitian Suhartini tentang dukungan sosial itu terjadi karena adanya dukungan emosi, dukungan instrumental, dukungan informasi, dan dukungan penghargaan. Hal ini disebabkan karena responden yang mempunyai sifat terbuka terhadap orang lain. Oleh karena itu responden mendapatkan support dari orang di sekitarnya. Hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping Berdasarkan hasil analisa dengan metode Pearson Product Moment didapat ada hubungan antara dukungan sosial dengan strategi koping dengan nilai r = 0,744 dan p = 0,000 (p < 0,05). Penelitian sesuai derngan penelitian Suhartini (2005) yang menyatakan ada hubungan antara dukungan sosial dengan tingkat ketaatan pasien diabetes melitus menjalankan diet diabetes melitus, dengan nilai X2 = Hasil dalam penelitian ini diperoleh sebagian besar responden mempunyai dukungan sosial tinggi menggunakan strategi koping adaptif. hal ini terjadi karena dukungan tersebut mampu menekan tingkat stresor yang muncul. tetapi ada beberapa responden yang mempunyai dukungan sosial rendah mampu menggunakan strategi koping yang adaptif. Hal ini terjadi karena responden mempunyai sumber koping yang baik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Suhartini disebabkan karena jenis penyakitnya yang sama, yaitu sama-sama penyakit diabetes melitus sehingga karakter orangnya cederung sama. 6,434 dan p = 0,011 (p < 0,05). KESIMPULAN Dari penelitian yang dilakukan pada 29 responden pederita diabetes melitus di Puskesmas Sungai Pancur Kabupaten Sungai Beduk dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Responden yang berumur dewasa tengah (41-60 th) sebanyak 72,4 %, dewasa akhir (>60 th) sebesar 17,2% dan dewasa awal (21-40 th) sebesar 10,4 %. 2. Responden yang memiiliki kepribadian tipe A didapat sebesar 75,9 % dan yang berkepribadian tipe B 24,1 %. 3. Responden yang mempunyai k ecakapan tinggi sebesar 96,6 % dan yang memiliki kecakapan rendah sebesar 3,4 %. 4. Responden yang mempunyai dukungan sosial tinggi didapat 69,0% dan dukungan sosial rendah sebesar 31,0 %. 5. Responden yang menggunakan strategi koping adaptif diperoleh sebesar 55,2% dan yang menggunakan strategi koping maladaptif sebanyak 44,8%. Ada hubungan signifikan antara umur, kepribadian individu, dukungan sosial dengan strategi koping pada penderita diabetes melitus masing masing secara berurutan dengan nilai p = 0,004, 0,005, 0,000. 25 SARAN Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis maka penulis memberikan saran-saran yaitu: 1. Bagi Responden Berkepribadian Individu Tipe B Perlu menciptakan rasa percaya diri dalam menghadapi masalah dengan penuh semangat agar terciptanya sifat yang kompetitif dan agresif. 2. Bagi Responden Yang Kecakapannya Rendah Perlu memiliki penyelesaian yang terbaik, mampu menetapkan prioritas masalah, identifikasi respon perasaan, pikiran dan perilaku terhadap masalah. 3. Bagi Responden Yang Dukungan Sosialnya Rendah Perlu menciptakan sifat yang terbuka terhadap orang lain sehingga banyak orang yang akan memberikan dukungan terhadap dirinya. 4. Bagi Puskesmas Meningkatkan penyuluhan kepada penderita diabetes mellitus agar tetap mempertahankan strategi koping yang adaptif. DAFTAR PUSTAKA Abraham. C. (1997). Psikososial untuk perawat. Alih bahasa Leoni Sall Maitimu. Jakarta: EGC. Atik Kadaryati. (2005). Strategi koping pasien karsinoma stadium I dan stadium II dibeberapa rumah sakit. Barry, P.D. (1996). Psychososial nursing:care of pysically ill patients and their families 3rd edition, New York: pengembangan tenaga kerja Republik Indonesia. Hadjono Suprapto. (2002). Mewarnai gambar pada anak.Jakarta: FKUI Lazarus.Ricard.S.& Folkman. (1964). Stress, apprasial, and coping. New York: Spinger Publishing Company. Marimis,W.F, Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga University Press, Surabaya, 2005. Mc. Cartney, dkk. (1994). Psychososial issue in the care of gynecologic cancer patiens. National Safety Council. T.c. Gilchrest. (2004). Manajemen stress alih bahasa Widyastutik. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nur Arifin (2000). Analisis faktorfaktor yang berhubungan dengan kecemasan pasien gagal ginjal terminal selama menjalani terapi hemodialisis di bidang pelayanan kesehatan RSU tidar kota Magelang Lippincoott revem Pubiseers. Brouwer M.A.W. (1984). Kepribadian dan Perubahannya. Jakarta: Gramedia. Cancer Bacups Cancer Support Services. (2003). Coping with depresion and cabcer. http// www. Cancerbacup. org. uk Chaims Douglas. (2007). Diabetes dan penurunan kualitas hidup. http//www. Ikkc.or.id. Departemen Tenaga kerja. (2006). Hiperkes dan keselamatan kerja. Pusat hiperkes dan keselamatan kerja badan perencanaan dan 26 Parjiem. (2006). Hubungan antara karakteristik orang tua dengan strategi koping yang digunakan orang tua anak leukemia di yayasan hematologi yasmia Semarang Jawa Tengah. Skripsi (tidak diterbitkan). PERKENI. (2006). Konsesus pengelolan DM di Indonesia.Jakarta. Pilletry. (1999). Adolle child health nursing, care of child and family. Philadelphia: Lippinchott. Purnamasari Dyah. (2009). Diagnosis dan klasifikasi diabetes ajar ilmu melitus : buku penyakit dalam. Jakarta Smeltzer, Suzanne C. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah (Edisi 8).Jakarta:EGC. Soegondo Sidartawan. (2009). Farmakoterapi pada pengendalian glikemia diabetes mellitus tipe 2: buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta Stuart dan Sundeen. (1998). Buku saku keperawatan jiwa edisi 3 alih bahasa Achir Yani.s. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta. Suhartini (2005). Hubungan antara dukungan sosial keluarga dengan ketaatan pasien DM dalam menjlankan diet DM di wilayah kerja Puskesmas Gemuh Kendal. Suherman, Suharti. K. 2007. Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam: Farmakologi Taylor dan Carol. (2009). Fundamental of nursing; the Art and science of nursing care3rd edition. Philadelphia: Lippinchott. Tjokroprawiro. Askandar. (1994). Simposium national diabetes & lipid. Surabaya: FK UNAIR Waspadji, S. (2007). Diabetes Melitus: Mekanisme dasar dan pengelolaanya yang rasional. Dalam Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. WHO. Programmes and projects. Diabetes Action Online. Defining diabetes. Dikutip 3 December 2010. Dapat di akses di : http://www. who. int / diabetesactiononline / diabetes / en . 27