BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan. Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh publik atau pengguna laporan keuangan, hal ini disebabkan untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh manajemen dalam laporan keuangan. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi inilah masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Guna menunjang profesionalismenya sebagai akuntan publik maka auditor dalam melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Profesi akuntan publik saat ini merupakan salah satu profesi kunci di era globalisasi untuk mewujudkan era transparansi bisnis yang fair, oleh karena itu profesionalisme akuntabilitas mutlak diperlukan, dengan mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi, yaitu keahlian, berpengetahuan, dan berkarakter. Profesi akuntan publik atau auditor mempunyai standar yang seharusnya bisa mencegah terjadinya kegagalan audit. Auditor tidak boleh memihak kepada kepentingan siapapun, sebab 1 jika auditor memihak maka dia akan kehilangan sikap untuk mempertahankan kebebasan berpendapatnya. Profesi akuntan dihadapkan pada krisis kepercayaan (Arfan Ikhsan et al, 2005:64). Hal ini disebabkan karena sejak terjadinya skandal Enron yang melibatkan Arthur Andersen. Krisis kepercayaan ini seharusnya menjadi pelajaran bagi para anggota profesi akuntan untuk lebih berbenah diri, memperkuat kedisiplinan, mengatur dirinya dengan benar serta menjalin hubungan khusus yang membedakan jasa profesi yang mempunyai tingkat keahlian intelektual yang lebih tinggi dibandingkan dengan klien. Kasus yang paling fenomenal mengenai pembuat keputusan tanpa memperhatikan kode etik profesi yang pernah terjadi di dunia adalah kasus mengenai Enron. Kasus penipuan data laporan keuangan PT Enron dan KAP Arthur Andersen. Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun 1985. Kasus Enron mulai terungkap pada tahun 2001-2002 berimplikasi sangat luas terhadap pasar keuangan global yang ditandai dengan menurunnya harga saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia. Enron merupakan perusahaan energi terbesar di Amerika Serikat jatuh bangkrut dengan meninggalkan hutang hampir sebesar US $31,2 milyar. Dalam kasus Enron diketahui terjadinya perilaku moral hazard di antaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat keuntungan US $600 juta padahal perusahaan mengalami kerugian. 2 Fenomena konflik audit merupakan hal yang lazim terjadi di Kantor Akuntan Publik (KAP). Konflik merupakan proses yang dimulai saat salah satu pihak merasa dikecewakan oleh pihak yang lain (French dan Allbright, 1998 dalam Renata Zoraifi, 2005:12). Auditor yang memiliki profesi sebagai penyediaan jasa pemeriksaan laporan keuangan, menyimpan banyak konflik dalam pekerjaannya. Hal ini berhubungan dengan kedudukan auditor sebagai pihak independen. Independensi merupakan sikap dimana auditor tidak dapat dipengaruhi oleh pihak lain yang memiliki kepentingan pribadi. Hal ini mengharuskan auditor tidak boleh berpihak dengan siapapun dan dapat menghadapi tekanan apa pun dari klien sehingga auditor harus memiliki sikap independensi dalam menjalankan tugasnya dalam melakukan audit. Independensi juga merupakan sikap dimana seorang auditor mampu mempertahankan temuannya dan tidak dapat dipengaruhi oleh klien atau pihak lain yang memiliki kepentingan dengan hasil audit auditor. Namun, di era persaingan yang sangat ketat seperti sekarang ini, perusahaan dan profesi auditor sama-sama dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat. Mereka sama-sama harus mempertahankan eksistensinya di peta persaingan dengan perusahaan kompetitor atau rekan seprofesinya. Perusahaan menginginkan Unqualified Opinion sebagai hasil dari laporan audit, agar performanya terlihat bagus di mata publik sehingga ia dapat menjalankan operasinya dengan lancar. Disinilah auditor berada dalam situasi yang dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang berkaitan dengan kepentingan banyak pihak, namun di sisi lain dia juga harus bisa memenuhi tuntutan 3 yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang. Posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi yang dilematis sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya (Singgih dan Bawono, 2010). Pentingnya sikap independensi yang dimiliki para akuntan publik adalah karena adanya kondisi dimana klien dan para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan para pemakai laporan keuangan. Kepentingan para pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda dengan yang lain, sehingga dalam memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksanya, akuntan publik harus bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Ningrum, 2012). Akuntan publik atau auditor independen dalam tugasnya mengaudit perusahaan klien memiliki posisi yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan perusahaan klien yakni ketika akuntan publik mengemban tugas dan tanggung jawab dari manajemen untuk mengaudit laporan keuangan perusahaan yang dikelolanya. Dalam hal ini manajemen ingin supaya kinerjanya terlihat selalu baik dimata pihak eksternal perusahaan terutama pemilik. Akan tetapi disisi lain, pemilik menginginkan supaya auditor melaporkan dengan sejujurnya keadaan yang ada pada perusahaan yang telah dibiayainya. Dari uraian tersebut terlihat adanya suatu kepentingan yang berbeda antara manajemen 4 dan pemakai laporan keuangan.Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh akuntan publik inilah yang akhirnya mengharuskan akuntan publik memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya. Adapun pertanyaan dari masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak skandal yang melibatkan akuntan publik baik diluar negeri maupun didalam negeri. Selain fenomena di atas, kualitas audit yang dihasilkan akuntan publik juga tengah mendapat sorotan dari masyarakat banyak yakni seperti kasus yang menimpa akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional,Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Sehingga berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003. 5 Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut mengamankan praktik kejahatan tersebut. Tentu saja jika yang terjadi adalah auditor tidak mampu mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan, maka yang menjadi inti permasalahannya adalah kompetensi atau keahlian auditor tersebut. Namun jika yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut, seperti yang terungkap juga pada skandal yang menimpa Enron, Andersen, Xerox, WorldCom, Tyco, Global Crossing, Adelphia dan Walt Disney (Sunarsip 2002 dalam Christiawan 2003:83) maka inti permasalahannya adalah independensi auditor tersebut. Terkait dengan konteks inilah, muncul pertanyaan seberapa tinggi tingkat kompetensi dan independensi auditor saat ini dan apakah kompetensi dan independensi auditor tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh akuntan publik. Kasus kegagalan perusahaan yang dikaitkan dengan kegagalan auditor yang terjadi salah satunya ialah kegagalan audit atas laporan keuangan PT. Telkom yang melibatkan KAP “Eddy Pianto & Rekan”, dimana laporan auditan PT. Telkom ini tidak diakui oleh SEC. Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya audit ulang terhadap laporan keuangan PT. Telkom oleh KAP yang lain. SEC menyatakan bahwa kasus ini terjadi mengindikasikan masih kurangnya kompetensi yang dimiliki oleh auditor, sementara kompetensi merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki oleh seorang auditor. 6 Menurut De Angelo (1981) kualitas audit adalah probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Seorang auditor dalam menemukan pelanggaran harus memiliki kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional. Seorang auditor harus mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam bidang akuntan untuk menjalankan profesinya berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan. Sementara itu, melaporkan pelanggaran klien merupakan sikap independensi yang harus dimiliki oleh auditor. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independent), patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental. Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya meneliti kualitas audit melalui kompetensi dan independensi namun ditambah dengan integritas sebagai pemoderasi. Pentingnya integritas berasal dari ide bahwa profesi adalah "panggilan" dan membutuhkan profesional untuk fokus pada gagasan bahwa mereka melakukan pelayanan publik. Integritas mempertahankan standar prestasi yang tinggi dan melakukan kompetensi yang berarti memiliki kecerdasan, pendidikan, dan pelatihan untuk dapat nilai tambah melalui kinerja (Mutchler, 2003). Prinsip integritas mengharuskan auditor untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur kejujuran, keberanian, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun 7 kepercayaan guna memberi dasar dalam mengambil suatu keputusan yang dapat diandalkan (Pusdiklatwas BPKP, 2008:21). Penelitian mengenai integritas pernah dilakukan sebelumnya. Mabruri dan Winarna (2010), dalam penelitiannya menunjukan hasil bahwa integritas auditor berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit di lingkungan pemerintah daerah. Begitu juga hasil penelitian Ayuningtyas (2012), bahwa integritas berpengaruh siginifikan terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi integritas yang dimiliki oleh auditor sector publik pada saat melaksanakan penugasan profesional auditnya akan mendorong meningkatnya kualitas hasil pemeriksaan. Nugraha (2012) menyatakan independensi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit dan kompetensi berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Penelitian Nur’aini (2013) menyatakan kompetensi dan independensi tidak berpengaruh pada kualitas audit. Castellani (2008) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi dan independensi auditor berpengaruh pada kualitas audit baik secara parsial maupun simultan. Suraida (2005) menyatakan bahwa pengalaman audit dan kompetensi berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor akuntan publik. Penelitian mengenai independensi yang dilakukan oleh Christiawan (2002) dan Alim dkk., (2007) menunjukkan Independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 8 Berdasarkan uraian diatas maka usulan penelitian ini diberi judul Integritas Auditor Sebagai Pemoderasi Pengaruh Kompetensi dan Independensi pada Kualitas Audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, maka permasalahan dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah kompetensi berpengaruh pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali? 2) Apakah independensi berpengaruh pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali? 3) Apakah integritas memoderasi pengaruh kompetensi pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali? 4) Apakah integritas memoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat diketahui tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali 2) Untuk mengetahui pengaruh independensi pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali 9 3) Untuk mengetahui integritas auditor dalam memoderasi pengaruh kompetensi pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali 4) Untuk mengetahuhi integritas auditor dalam memoderasi pengaruh independensi pada kualitas audit di Kantor Akuntan Publik Provinsi Bali 1.4 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun praktis untuk berbagai pihakpihak yang berkepentingan. Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Kegunaan teoritis Penelitian ini dapat memberikan bukti empiris bagi teori sikap dan perilaku, yang dalam hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian akibat moderasi integritas auditor atas pengaruh independensi pada kualitas audit di kantor akuntan publik Provinsi Bali. Kualitas audit yang baik tidak hanya dilihat dari bagaimana seorang auditor menemukan suatu laporan keuangan dapat disajikan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, namun kualitas audit juga ditentukan oleh independensi yang dimiliki oleh auditor, dimana dalam melakukan pemeriksaan seorang auditor harus terlepas dari intervensi kliennya sehingga laporan keuangan dapat dilaporkan sesuai dengan kenyataannya. Semakin tinggi tingkat independensi maka kualitas audit juga semakin baik, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat akan kualitas audit yang dimiliki Kantor Akuntan Publik. 10 2) Kegunaan praktis Penelitian ini menyarankan auditor agar dapat meningkatkan kompetensi dan independensinya guna meningkatkan kualitas auditnya, dimana saat ini telah terdapat beberapa kasus yang melibatkan Kantor Akuntan Publik karena auditornya tidak mampu mengelola kompetensi dan independensinya sehingga menyebabkan krisis kepercayaan dari masyarakat. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan hubungan. Gambaran dari masing-masing bab adalah sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini menjabarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini menjabarkan teori-teori penunjang terhadap masalah yang diangkat dalam skripsi ini, konsep-konsep, antara lain uraian mengenai teori sikap dan perilaku, auditing, jenis-jenis auditor, akuntan publik, kompetensi, independensi, integritas auditor, kualitas audit, dan pembahasan penelitian sebelumnya beserta rumusan hipotesis. 11 Bab III Metode Penelitian Bab ini menjabarkan desain penelitian, lokasi penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, subyek dan obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menjabarkan gambaran umum Kantor Akuntan Publik, karakteristik responden, deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti, hasil penelitian, serta pembahasan hasil dalam penelitian. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil analisis dalam bab pembahasan hasil penelitian dan saran-saran yang diberikan sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari penelitian. 12