CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERSPEKTIF HUKUM

advertisement
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
SKRIPSI
Oleh:
Ainun Fatimah Anam
NIM. 12220003
JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Demi Allah SWT,
Dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan,
penulis menyatakan bahwa skripsi dengan judul:
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Benar-benar merupakan karya ilmiah yang disusun sendiri, bukan duplikat atau
memindah data milik orang lain, kecuali yang disebutkan referensinya secara
benar.
Jika di kemudian hari terbukti disusun orang lain, ada penjiplakan,
duplikasi, atau memindah data orang lain, baik secara keseluruhan atau sebagian,
maka skripsi dan gelar sarjana yang saya peroleh karenanya, batal demi hukum.
Malang, 25 Agustus 2016
Penulis,
AINUN FATIMAH ANAM
12220003
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Setelah membaca dan mengoreksi skripsi saudara Ainun Fatimah Anam NIM:
12220003 Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan judul:
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Maka pembimbing menyatakan bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syaratsyarat ilmiah untuk diajukan dan diuji pada Majelis Dewan Penguji.
Malang, 25 Agustus 2016
Mengetahui,
Ketua Jurusan
Dosen Pembimbing,
Hukum Bisnis Syari’ah
Dr. H. Mohamad Nur Yasin, S.H., M.Ag
H. Ali Hamdan, M.A., Ph.D.
NIP. 196910241995031003
NIP.197601012011011004
iii
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS SYARI’AH
Terakreditasi “B” SK BAN-PT Depdiknas Nomor: 021/BAN-PT/Ak-XIV/S1/VIII/2011
Jl. Gajayana 50 Malang Telp. (0341) 551354 Fax. (0341) 572533
Website: http://syariah.uin-malang.ac.id E-mail: [email protected]
BUKTI KONSULTASI SKRIPSI
Nama
Nim
Jurusan
Dosen Pembimbing
:
:
:
:
Ainun Fatimah Anam
12220003
Hukum Bisnis Syariah
H. Ali Hamdan, M.A., Ph.D.
Judul Skripsi
: Corporate Social Responsibility Perspektif Hukum
Islam
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Hari/Tanggal
Kamis, 26 Mei 2016
Senin, 30 Mei 2016
Kamis, 2 Juni 2016
Senin, 6 Juni 2016
Kamis, 9 Juni 2016
Selasa, 16 Agustus 2016
Jum’at, 19 Agustus 2016
Senin, 22 Agustus 2016
Rabu, 24 Agustus 2016
Kamis, 25 Agustus 2016
Materi Konsultasi
Paraf
Perbaikan revisi Proposal
BAB I
Revisi BAB I
BAB II
Revisi BAB II
BAB III
Revisi BAB III
BAB IV dan Abstrak
Revisi BAB IV dan Abstrak
ACC Skripsi
Mengetahui a.n Dekan
Ketua Jurusan Hukum Bisnis Syariah
Dr. H. Mohamad Nur Yasin, S.H., M.Ag
NIP. 196910241995031003
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Dewan Penguji Skripsi saudara Ainun Fatimah Anam NIM: 12220003,
Mahasiswa Jurusan Hukum Bisnis Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, dengan judul:
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Telah dinyatakan lulus dengan nilai: B+
Dewan Penguji:
1
2
3
Burhanuddin Susamto, M. Hum
(____________________)
NIP. 197801302009121002
Ketua
H. Ali Hamdan, M.A., Ph.D.
(____________________)
NIP. 197601012011011004
Sekretaris
Dr. Fakhruddin, M.H.I
(____________________)
NIP. 197408192000031002
Penguji Utama
Malang, 14 September 2016
Dekan
Dr. H. Roibin, M.HI
NIP. 1968090200031002
v
MOTTO
          
              
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.
(An-Nisaa’:29)
vi
KATA PENGANTAR
   
Alhamd li Allâhi Rabb al-„Âlamîn, lâ Hawl walâ Quwwat illâ bi Allâh al„Âliyy al-„Âdhîm, dengan hanya rahmat serta hidayah-Nya dalam penulisan skripsi
yangberjudul “CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM“ dapat diselesaikan dengan curahan kasih sayang-Nya,
kedamaian dan ketenangan jiwa. Shalawat dan salam tetap dan selalu kita
haturkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan serta
membimbing kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang dengan
adanya Islam. Semoga kita tergolong orang-orang yang beriman dan mendapatkan
syafaat dari beliau dihari akhir kelak. Amien…
Dengan segala daya dan upaya serta bantuan, bimbingan maupun
pengarahan dan hasil diskusi dari berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi
ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang tiada batas kepada:
1. Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Dr. H. Roibin, M.Hi., selaku Dekan Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
vii
3. Dr. Mohammad Nur Yasin, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Hukum Bisnis
Syariah Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
4. H. Ali Hamdan, M.A., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing penulis. Terima
kasih banyak penulis haturkan atas waktu yang telah beliau limpahkan untuk
bimbingan, arahan serta motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Dr. H. Moh. Toriquddin, Lc., M.HI selaku Dosen Penasihat Akademik
penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Syariah Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Terima kasih penulis haturkan
kepada beliau yang telah memberikan bimbingan, arahan serta motivasi
selama menempuh perkuliahan.
6. Segenap Dosen Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim
Malang
yang
telah
menyampaikan
pengajaran,
mendidik,
membimbing serta mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Semoga Allah SWT
memberikan pahala-Nya yang sepadan kepada beliau semua.
7. Kepada kedua orang tua serta keluarga yang telah banyak memberikan
dukungan baik yang bersifat materi dan imateri sehingga membuat penulis
dapat menyelesaikan masa perkuliahan dan menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
8. Kepada kedua adik saya yang setiap hari memberikan semangat kepada saya
untuk mengerjakan skripsi ini
9. Seseorang yang telah membantu saya dari awal hingga berakhirnya skripsi
ini, yang tak segan-segan waktunya tersita hanya untuk membantu saya
viii
10. Segenap sahabat-sahabat Hukum Bisnis Syariah angkatan 2012 yang selalu
menemani dan merasakan perjuangan bersama dari awal sampai akhir dan
atas dukungan para sahabat pula, penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
11. Kepada sahabat-sahabat saya, Rani Yunitawati, Kharisna cantik, Kak Ika,
Kak Nia, Kak Sely, Kak Intan, Arista Widiyantoro, Dei Gresia dan yang
masih banyak lagi yang selalu memberikan dukungan untuk mengerjakan hal
yang sangat penting untuk masa depan saya ini
Semoga apa yang telah kami peroleh selama kuliah di Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang ini, bisa bermanfaat
bagi semua pembaca, khususnya bagi kami pribadi. Penulis sebagai manusia
biasa yang tak pernah luput dari salah dan dosa, menyadari bahwasanya skripsi ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Malang, 25 Agustus 2016
Penulis,
Ainun Fatimah Anam
NIM 12220003
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Umum
Transliterasi yang dimaksud di sini adalah pemindahalihan dari bahasa
Arab ke dalam tulisan Indonesia (Latin), bukan terjemahan bahasa Arab ke dalam
bahasa Indonesia.
B. Konsonan
1
Tidak ditambahkan
‫ض‬
Dl
‫ب‬
B
‫ط‬
Th
‫ت‬
T
‫ظ‬
Dh
‫ث‬
Ts
‫ع‬
، (koma menghadap keatas)
‫ج‬
J
‫غ‬
Gh
‫ح‬
H
‫ؼ‬
F
‫خ‬
Kh
‫ؽ‬
Q
‫د‬
D
‫ؾ‬
K
‫ذ‬
Dz
‫ؿ‬
L
‫ر‬
R
‫ـ‬
M
‫ز‬
Z
‫ف‬
N
‫س‬
S
‫ك‬
W
x
‫ش‬
Sy
‫ق‬
H
‫ص‬
Sh
‫ي‬
Y
C. Vokal, Panjang dan Diftong
Setiap penulisan Arab dalam bentuk tulisan Latin vokal fathah ditulis
dengan “a”, kasrah dengan “i”, dlommah dengan “u”, sedangkan bacaan panjang
masing-masing ditulis dengan cara berikut:
Vokal (a) panjang = â
misalnya ‫قاؿ‬
menjadi qâla
Vokal (i) panjang = î
misalnya ‫قيل‬
menjadi qîla
Vokal (u) panjang = û
misalnya ‫دكف‬
menjadi dûna
Khusus bacaan ya’ nisbat, maka tidak boleh digantikan dengan “î”, melainkan
tetap ditulis dengan “iy” agar dapat menggambarkan ya’ nisbat di akhirnya.
Begitu juga untuk suara diftong, wawu dan ya’ setelah fathah ditulis dengan
“aw”dan “ay” seperti contoh berikut:
Diftong (aw) = ‫ك‬
misalnya ‫قوؿ‬
menjadi qawlun
Diftong (ay) = ‫ي‬
misalnya ‫خري‬
menjadi khayrun
D. Ta’ Marbûthah (‫)ة‬
Ta‟ Marbûthahditransliterasikan dengan “t” jika berada ditengah kalimat,
tetapi apabila ta‟ marbûthah tersebut berada di akhir kalimat, maka
ditaransliterasikan dengan menggunakan “h” misalnya: ‫ الرسالة للمدرسة‬menjadi alrisâlatli al-mudarrisah, atau apabila berada ditengah-tengah kalimat yang terdiri
xi
dari susunan mudlâf dan mudlâf ilayh, maka ditransliterasikan dengan
menggunakan “t” yang disambungkan dengan kalimat berikutnya, misalnya: ‫يف رمحة‬
‫ اهلل‬menjadi fi rahmatillâh.
E. Kata Sandang Dan Lafadh al-Jalalah
Kata sandang berupa "al" (‫ )اؿ‬ditulis dengan huruf kecil kecuali terletakdi
awal kalimat, sedangkan "al" dalam lafadh jalâlah yang berada di tengah-tengah
kalimat yang disangdarkan pada (idhafah) maka dihilangkan,perhatikan contohcontoh berikut ini :
1. Al-Imâm al-Bukhâriy mengatakan...
2. Al-Bukhâriy dalam muqaddimah kitabnya menjelaskan...
3. Masyâ‟ Allah kâna wa mâ lam yasyâ lam yakun
4. Billâh „assa wa jalla
F. Nama dan Kata Arab Terindonesiakan
Pada prinsipnya setiap kata yang berasal dari bahasa Arab harus ditulis
dengan menggunakan sistem transliterasi. Apabila kata tersebut merupakan nama
Arab dari orang Indonesia atau bahasa Arab yang sudah terindonesiakan, tidak
perlu ditulis dengan menggunakan sistem transliterasi. Seperti penulisan nama
“Abdurrahman Wahid”, “Amin Rais” dankata “salat”ditulis dengan menggunakan
tata cara penulisan bahasa Indonesia yang disesuaikan dengan penulisan namanya.
xii
Kata-kata tersebut sekalipunberasal dari bahasa Arab, namun ia berupa
nama dari orang Indonesia dan terindonesiakan, untuk itu tidak ditulis dengan cara
“Abd al-Rahmân Wahîd”, “Amîn Raîs,” dan bukan ditulis dengan “shalât”.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……..………………………………….…i
HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………….ii
BUKTI KONSULTASI SKRIPSI ……………………………………………….iii
PENGESAHAN SKRIPSI……………………………………………………..…iv
MOTTO…………………………………………………………………………....v
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ..vi
PEDOMAN TRANSILITERASI…………………………………………………ix
DAFTAR ISI………………………………………………………………….…xiii
ABSTRAK………………………………………………..……………………...xv
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………1
A. Latar Belakang Masalah…………………………….……………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………7
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….7
D. Manfaat Penelitian…………………………………………………………...7
E. Batasan Masalah……………………………………………………………..8
F. Definisi Operasional…………………………………………………………8
G. Penelitian Terdahulu…………………………………………………….…10
H. Metode Penelitian………………………………………………………….13
1. Jenis Penelitian …………………………………………………...…….13
2. Pendekatan Penelitian ………………………………………………...…14
3. Sumber Bahan Hukum …………………………………………………..14
4. Metode Pengumpulan Data …………………………………………...…15
5. Analisis Data …………………………………………………………….15
I. Sistematika Pembahasan…………………………………………………….16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………..18
A. Kerangka Teori……………………………………………………………..18
xiv
1. Corporate Social Responsibility ………………………………………..18
a. Pengertian ……………………………………………………………...18
b. Ruang Lingkup ………………………………………………………...21
c. Prinsip-prinsip ……………………………………………………...….26
2. Maqashid Syariah …………………………………………………….….32
a. Pengertian Maqashid Syariah …………………………………………35
b. Unsur-Unsur Maqashid Syariah ……………………………...……….35
c. Prinsip-Prinsip Agama Islam ………………………….………………36
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………….................42
A. Gambaran Umum Penelitian…………………………………………….....42
1. Konsep CSR Pada Perusahaan ……………………………………..….42
2. Manfaat dan Risiko CSR ………………………………………………..46
B. Bidang atau Perusahaan yang Menjadi Penyaluran CSR ………………….50
C. Tinjauan Hukum Islam terhadap Corporate Social Responsibility………...61
1. CSR dalam Maqashid Syariah ………………………………………...61
2. Implementasi CSR dalam Islam ………………………………………....64
BAB IV PENUTUP………………………………….…………………………..70
A. Kesimpulan ………………………………………………………………....70
B. Saran ………………………………………………………………………..73
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………74
xv
ABSTRAK
Ainun Fatimah Anam, 12220003, 2016, CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERSPEKTIF HUKUM ISLAM, Skripsi, Jurusan Hukum
Bisnis Syari’ah, Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. Pembimbing: H. Ali Hamdan, M.A., Ph.D.
Kata Kunci: Corporate Social Responsibility, Hukum Islam
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) ini adalah tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh perusahaan untuk
masyarakat yang ada di sekitar perusahaan. Pengimplementasiannya apakah
sudah sesuai dengan hukum Islam apa belum. Karena itu, penelitian ini
mempunyai dua rumusan masalah, pertama, bidang atau perusahaan apa saja yang
menjadi penyaluran dana Corporate Social Responsibility di Indonesia?, kedua,
bagaimana Corporate Social Responsibility ditinjau dari Hukum Islam?
Fokus dan tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sesuai
atau tidaknya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Sosial
Responsibility) selanjutnya bisa disebut CSR jika ditinjau dari Hukum Islam.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis
penelitian yuridis normatif atau penelitian pustaka (library research). Kemudian
pendekatan yang digunakan adalah pendekatan konseptual (conceptual aproach).
Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu buku-buku yang relevan
sebagai refrensi berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian
ini dan data tersier yaitu bahan hukum yang bersumber dari atau berupa, kamus,
ensiklopedia, indeks komulatif dan yang lainnya. Dan dianalisis bersifat
deskriptif kualitatif.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam menjalankan tanggung jawab
sosialnya, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu
keuntungan (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) ditinjau dari
Hukum islam sudah sesuai, yaitu bisa memelihara agama dengan cara masyarakat
yang akan diberi dana CSR tidak dituntut untuk memaksakan keyakinannya untuk
mengikuti keyakinan tertentu atau agama tertentu., memelihara jiwa dengan
melindungi masyarakat dari bahanya limbah yang dihasilkan perusahaan atau
pabrik dan memelihara harta benda dengan mengeluarkan dana CSR untuk
mengantisipasi apabila adanya kerusakan-kerusakan yang dialami masyarakat
xvi
ABSTRACT
Ainun Fatimah Anam, 12220003, 2016, Essay, CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY PERSPECTIVE OF ISLAMIC LAW, Depertment of
Sharia Business Law, Sharia Faculty, The State Islamic University (UIN)
Maulana Malik Ibrahim Malang, Supervising: H. Ali Hamdan, M.A., Ph.D.
Key Words: Corporate Social Responsibility, Islamic Law
Corporate Social Responsibility (CSR) is a social responsibility undertaken by
the company's existing community around the company. Implementation is
already in line with what the Islamic law yet. Therefore, this study has two
formulation of the problem, firstly, field or company whatever the disbursement
of Corporate Social Responsibility in Indonesia ?, secondly, how Corporate Social
Responsibility in terms of Islamic law?
The focus and goal of this study was to determine the appropriateness of CSR
(Corporate Social Responsibility) can then be called CSR if the terms of Islamic
law.
The method used in this study include the type of normative juridical research
or library research. Then the approach used is a conceptual approach. Source data
used are secondary data relevant books as reference with regard to the issues to be
examined in this study and the data that is tertiary legal materials sourced from or
form, dictionaries, encyclopedias, and other cumulative index. And analyzed
qualitative descriptive.
The study concluded that in carrying out its social responsibility, the company
focuses its attention to three issues profit (profit), society (people), and
environmental (planet). Corporate Social Responsibility (CSR) in terms of Islamic
law is appropriate, that could preserve the religion by the people who will be
given the CSR funds are not required to impose his conviction to follow a
particular faith or religion., Nourishes the soul with protecting the public from the
resulting waste is a danger of companies or factories and maintain the property by
issuing a CSR fund to anticipate when the damage experienced by the community
xvii
‫ملخص البحث‬
‫عني فاطمة أناـ‪ " 12220003, ,‬ادلسؤكلية االجتماعية للشركات يف نظريّة حكم اإلسالـ" ‪.‬‬
‫حبث جامعي‪ ,‬بقسم احلكم اإلقتصاداإلسالمي يف كلية الشريعة جبا معةموالناما لك إبراهيم‬
‫اإلسالمية احلكوميةمباالنخ‪ ,‬ادلشرؼ‪ :‬علي محدا ادلاجسرت‪.‬‬
‫الكلمة الرئيسية‪:‬ادلسؤكلية االجتماعية للشركات‪ ,‬حكم اإلسالـ‬
‫ادلسؤكلية االجتماعية للشركات هي ادلسؤكلية م الشركا ت للمتتم ايحميةة‪ .‬أ نااس أـ ال‬
‫يف اعتقادها عاد حكم اإلسالـ ؟ لذلك‪ ,‬للباحث مسألتاف هي كيف نظريّة حكم االسالـ ع‬
‫ادلسؤكلية االجتماعية للشركات ؟‬
‫اذلدؼ م هذا البحث هو للتّعريف نااس أـ ال يف اعتقاد ادلسؤكلية االجتماعية للشركات عاد‬
‫حكم اإلسالـ‬
‫استخدـ الباحث يف هذا البحث ماهج ادلكتيب بالاّهج إيل اخلياؿ‪ .‬كمصدر البيانات اليت‬
‫استخدمت يف هذا البحث البيانات الثانوية كهي البيانات اليت نااؿ م اإلعالنات يف شكل الوثاقية‬
‫ك حتلل بالوصفي الكيفي‪.‬‬
‫استابط الباحث أ ّف اعتقاد ادلسؤكلية االجتماعية للشركات قصد الشركات إيل ثالثة حاؿ‬
‫هي‪ :‬ادلافغة‪ ,‬اجملتم ‪ ,‬كاألحياء‪ .‬نااس ادلسؤكلية االجتماعية للشركات حبكم االسالـ يف حفظ‬
‫الدي بةريقة الجيرب علي أحد يف إدخاؿ الدي ‪ .‬يف حفظ الافس حبماية اجملتم م الضرر‪ .‬كحبفظ‬
‫ادلاؿ بتبديلها‪.‬‬
‫‪xviii‬‬
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) telah ada sejak dahulu dan
makin popular saat ini, namun definisi tunggal dari CSR itu sendiri belum ada.
Terdapat banyak definisi mengenai konsep CSR. The International Organization
of Employers (IOE) memberi definisi CSR sebagai “Initiatives by companies
voluntary integrating social an environmental concerns in their business
1
2
oprations and in their interaction with their stakeholders”. Dari definisi ini dapat
dipahami bahwa CSR merupakan suatu inisiatif dari perusahaan yang bersifat
voluntair atau sukarela dan melampaui kewajiban hukum terhadap peraturan
perundang-undangan
dimana
kegiatannya
dilakukan
dengan
melibatkan
pemangku kepentingan.1
Tanggung
Jawab
Sosial
atau
sering
disebut
Corporate
Social
Responsibility (selanjutnya disebut CSR) merupakan wacana yang makin umum
dalam dunia bisnis di Indonesia, dimana fenomena ini dipicu oleh semakin
mengglobalnya tren mengenai praktek CSR dalam bisnis.2
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wacana penting dalam
dunia bisnis sejak tahun 1970-an. Praktik CSR sendiri berawal dari tahap yang
paling sederhana, yakni sifat kedermawanan pemilik perusahaan. Pada saat ini
CSR merupakan kegiatan penting bagi perusahaan-perusahaan modern, terutama
dipelopori oleh MNCs (Multinational Corporations).
Pada tahun 1950-an,
persoalan-persoalan kemiskinan dan keterbelakangan yang semula terabaikan
mulai mendapatkan perhatian
lebih luas dari berbagai kalangan. Beberapa
kalangan bahkan menyebutkan bahwa saat inilah era modern dari CSR dimulai.
Mereka menganggap bahwa buku yang bertajuk Social Responsibilities of the
Businessman karya Howard R. Bowen yang ditulis pada tahun 1953 merupakan
1
Bambang Ruditio dkk, Corporate Social Responsibility: Jawaban Bagi Modal Pembangunan
Indonesia Masa Kini, (Jakarta: ICSD, 2003), hal. 67
2
Soraya Fitria dan Dwi Hartanti, Islam dan Tanggung Jawab Sosial: Studi Perbandingan
Pengungkapan Berdasarkan GLOBAL REPORTING INITIATIVE INDEKS dan ISLAMIC SOCIAL
REPORTING INDEKS, Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman, 2010, hal. 2
3
literatur awal yang menjadi tonggak sejarah modern CSR. Dan karena karyanya
itu Bowen mendapat sebutan sebagai Bapak CSR.
Saat ini banyak perusahaan di Indonesia yang listing di bursa telah
memiliki kesadaran akan pentingnya pengungkapan kegiatan tanggung jawab
sosial perusahaan yang lebih sering dikenal dengan istilah Corporate Social
Responsibility (CSR).
Perusahaan menilai CSR bukan hanya meningkatkan
image semata tetapi juga merupakan salah satu aspek penunjang bisnis yang
berdampak jangka panjang. Pemerintah pun telah mewajibkan perusahaan seperti
yang tercantum dalam UU tentang Perseroan Terbatas: “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”3.
Implementasi CSR diterapkan oleh perusahaan-perusahaan yang berbadan
hukum, salah satunya adanya BNI Syariah Malang. Konsepnya yang diterapkan
dalam bank ini adalah CSR tersebut sudah tergabung dalam Yayasan Hasanah
Titik, jadi sifatnya CSR tidak berdiri sendiri tetapi tergabung dalam yayasan
tersebut yang isinya bukan hanya CSR saja melainkan apapun yang berhubungan
dengan dana sosial dan amal yang ada di BNI Syariah Malang tersebut. Dari
pusat BNI sendiri sudah diberi modal sekian persen untuk hasanah titik setelah itu
baru hasanah titik mengelola sendiri dana tersebut. Contohnya saja pada saat BNI
Syariah Malang ini ulang tahun biasanya dana CSR diberikan kepada cabangcabang dengan nominal-nominal yang sudah ditentukan oleh pusat, dan pusat
3
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas Pasal 74 (1)
4
memprogramkan kepada setiap cabang diharuskan untuk melakukan yang
bermanfaat bagi fasilitas umum sekitar.4
BNI Syariah Malang ini akhirnya mencari objek yaitu sebuah masjid yang
mana masjid ini sangat belum layak dipakai untuk tempat ibadah. Dan BNI
Syariah Malang sendiri mau untuk melakukan pembenahan. Bank ini pun tidak
hanya memberi dana saja, melainkan mereka (pimpinan, karyawan-karyawan BNI
Syariah Malang) sendiri juga ikut turun tangan membantu membenahi masjid
tersebut, dengan membersihkan karpet, merenovasi masjid tersebut karena belum
layak untuk digunakan tempat ibadah. Dari membuat bahan dasar temboknya,
mengecat tembok dan mengamplas temboknya.
Mereka mengerjakan hal ini
hingga masjid tersebut layak untuk digunakan sebagai tempat ibadah.
Ada lagi program CSR dari BNI Syariah Malang yaitu mengalirkan air
bersih di daerah Malang Selatan. Di daerah sana tidak ada air bersih sama sekali,
sekalipun ada itu harus menuju ke sungai sekitar 5 km. Akhirnya BNI Syariah
Malang membantu menyalurkan air dengan bekerja sama dengan PDAM
sekaligus bank ini turun tangan untuk menyalurkan air bersih tersebut. Akhirnya
air tersebut masih lancar hingga masuk ke pedesaan.
BNI Syariah Malang sendiri sudah sering bekerja sama dengan Yayasan
Dana Sosial Al Falah (YDSF) untuk menyalurkan dana CSR tersebut. Dari proses
lokasinya daerah mana yang masih kekurangan, atau pada saat bank ini bingung
untuk menyalurkan hewan qurban, YDSF pun membantu mencarikan tempat dan
4
Dahlia, Wawancara (Malang, 29 Mei 2016)
5
BNI Syariah Malang terjun sendiri untuk menyurvey tempat tersebut layak atau
tidak bila hewan qurban disumbangkan di tempat tersebut.
ِِ
ِ
ِ
ِ ِ‫ض بػع َد إ‬
ِ
)٦٥( ‫ني‬
َ ‫صالح َها َك ْادعُوهُ َخ ْوفًا َكطَ َم ًعا إِ َّف َر ْمحَةَ اللَّه قَ ِري ٌ م َ الْ ُم ْحسا‬
ْ ْ َ ِ ‫األر‬
ْ ‫َكال نػُ ْفس ُدكا ِيف‬
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat
dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.5
Kecenderungan bisnis modern untuk melakukan aktifitas sosial telah
merubah arah bisnis. Dunia bisnis yang selama ini terkesan profit-oriented (hanya
mencari untung) hendak merubah citranya menjadi organisasi yang memiliki
tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan menggelar aktifitas Corporate Social Responsibility
(CSR) atau Tanggung jawab Sosial Perusahaan (TSP).6
CSR dalam perspektif Islam màerupakan konsekuensi inheren dari ajaran
Islam sendiri. Tujuan dari syariat Islam adalah maslahah sehingga bisnis adalah
upaya untuk menciptakan
maslahah,
bukan sekedar mencari keuntungan.
Menurut Sayyid Qutb, Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang
seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara
individu dan keluarga, antara individu dan sosial dan, antara suatu masyarakat
5
QS. Al-A’raf (7): 56
Sari Hardiyanti, Analisis Hubungan Shari‟a Governance Structures Terhadap Tingkat
Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Pervankan Syariah Di Indonesia, Fakultas
Ekonomi Program Studi Ekstensi Akuntansi Depok, 2012, hal. 15
6
6
dengan masyarakat yang lain. Tanggung jawab sosial merujuk ada kewajibankewajiban sebuah perusahaan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada
masyarakat di mana perusahaan itu berada.
Sebuah perusahaan mengemban
tanggung jawab sosial dalam tiga domain, yaitu:
1. Pelaku-pelaku organisasi, meliputi:
a. Hubungan perusahaan dengan pekerja
b. Hubungan pekerja dengan perusahaan
c. Hubungan perusahaan dan pelaku usaha lain; distributor,
konsumen dan pesaing
2. Lingkungan alam
3. Kesejahteraan social masyarakat
Islam mengatur sangat jelas etika dalam melakukan setiap aktivitas bisnis.
Islam mengharuskan setiap pelaku usaha untuk selalu berbuat adil dengan
menjamin terpenuhinya hak orang lain, hak lingkungan sosial dan hak alam
semesta. Oleh karena itu keseimbangan sosial dan keseimbangan alam harus tetap
terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis.
CSR saat ini tidak lagi
ditujukan untuk membayar hutang sosial, melainkan sudah menjadi sebuah
tanggung jawab yang mutlak yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam
menjaga dan menjalin komunikasi sosialnya terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitar.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, menarik untuk dicermati lebih
lanjut mengenai pengimplementasian bagaimana penerapan Corporate Social
7
Responsibility bila dilihat dari perspektif Hukum Islam, sehingga dipandang perlu
untuk mengadakan sebuah penelitian yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Oleh karena itu, penulis merumuskan sebuah penelitian dengan judul “Corporate
Social Responsibility Perspektif Hukum Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bidang atau perusahaan yang menjadi penyaluran dana
Corporate Social Responsibility di Indonesia?
2. Bagaimana Corporate Social Responsibility ditinjau dari hukum
Islam?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan gambaran bagaiamana tujuan akhir dari
sebuah penelitian yang dilakukan.
Dalam penelitian ini penulis melakukan
penelitian dengan tujuan berikut ini:
1. Mengetahui bidang atau perusahaan yang menjadi penyaluran dana
Corporate Social Responsibility di Indonesia
2. Mengetahui Corporate Social Responsibility ditinjau dari hukum Islam
D. Manfaat Penelitian
Tujuan akhir dari sebuah penelitian tidak lain adalah untuk mendapatkan
manfaat. Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan penulis yaitu:
8
1. Manfaat Teoritis
Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk memberikan
sumbangsih terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di lingkungan
akademis fakultas Syari’ah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dengan
adanya penelitian ini bisa menambah khazanah pengetahuan secara teoritis
bagi kalangan akademisi secara umum.
2. Manfaat Praktis
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah mengetahui tentang
Corporate Social Responsibility ditinjau dari Hukum Islam
E. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan gambaran bagaimana batasan permasalahan
yang akan dibahas dalam penelitian. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka
batasan masalah penelitian yang dilakukan yaitu:
1. Apa saja bidang atau perusahaan yang menerapkan konsep Corporate
Social Responsibility yang berada di Indonesia
2. Bagaimana Corporate Social Responsibility ditinjau dari Hukum Islam
tentang Maqashid Syariah dan konsep Al-Adl, Al-Ihsan, manfaat dan
amanah
9
F. Definisi Operasional
1. Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menurut Undang-Undang
Perseroan Terbatas Pasal 1 (3), adalah komitmen perseroan untuk berperan
serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan
kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan
sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Tanggung jawab sosial juga dapat diartikan sebagai kewajiban perusahaan
untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan dan melaksanakan
tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat.7
Dari pasal dan uraian pengertian tersebut dapat kita ketahui bahwa
CSR berhubungan erat dengan pembangunan ekonomi berkelanjutan
dimana ada argumentasi bahwa suatu perusahaan dalam melaksanakan
aktivitasnya
harus
berdasarkan
keputusannya
tidak
semata-mata
berdasarkan faktor keuangan misalnya keuntungan atau dividen melainkan
juga harus berdasarkan konsekuensi sosial dan lingkungan untuk saat ini
dan jangka panjang.
2. Hukum Islam
Prinsip dasar ajaran Islam berpusat pada prinsip tauhid yang akan
berbuah pada etika Islam sehingga mampu mewujudkan tujuan syariat
(maqashid syariah), yaitu memelihara iman (faith), hidup (life), nalar
(intellect), keturunan (posterity), dan kekayaan (wealth). Dengan konsep
7
Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility, (Harvindo: Jakarta, 2008), hal. 161.
10
ini menurut Umar Chapra, berkeyakinan bahwa sistem ekonomi dapat
dibangun sejak awal dari suatu keyakinan (iman) dan berakhir dengan
kekayaan (wealth or capital).
Pada gilirannya tidak akan muncul
kesenjangan ekonomi atau perilaku ekonomi yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip syariat.8
G. Penelitian Terdahulu
Dalam proposol skripsi ini, penulis akan memaparkan beberapa penelitian
terdahulu dari beberapa sumber baik skripsi maupun literatur lain yang terkait,
sehingga terlihat perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang
penulis teliti.
1. Soraya Fitria dan Dwi Hartanti, Islam dan Tanggung Jawab Sosial:
Studi Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting
Initiative Indeks dan Islamic Social Reporting Indeks, Purwokerto:
Universitas Jenderal Sudirman, 2010.
Peneliti ini mencoba untuk melihat bagaimana praktik pengungkapan
CSR di Bank Syariah ditinjau dari dua macam skoring index, yaitu
Global Reporting Inititive dan Islamic Social Reporting mengingat
masing-masing indeks tersebut berangkat dari filosofi yang berbeda.
Hasil penelitian ini memberikan bukti empiris bagaimanakah kondisi
perbankan syariah di Indonesia dalam melakukan praktek pelaporan
8
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 7-8
11
CSR berdasarkan GRI indeks dan ISR indeks. Juga perbandingan
hasil antara pengungkapan CSR pada perusahaan sampel perbankan
syariah
dan
perbankan
konvnsional
serta
akhirnya
melihat
kemungkinan pola konvergensi antara indeks GRI dan indeks ISR.
2. Sari Hardiyanti, Analisis Hubungan Shari‟a Governance Structures
Terhadap Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Pada Perbankan Syariah Di Indonesia, Fakultas Ekonomi Program
Studi Ekstensi Akuntansi Depok, 2012.
Dalam penelitian ini dibahas mengenai pengungkapan CSR pada
perbankan syariah di Indonesia.
Dimana standar pelaporan yang
digunakan untuk menunjukan pengungkapan CSR telah dilakukan
sesuai dengan standar berbasis syariah adalah ISR. Indeks ISR berisi
kompilasi item-item standar CSR yang di tetapkan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para
peneliti mengenai item-item CSR yang diungkap oleh suatu entitas
Islam.
3. Nadia Rahma, Analisis Penerapan Islamic Social Reporting Index
Dalam Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perbankan
Syariah Indonesia, Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi
Keuangan Islam Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2012.
Penelitian yang dilakukan oleh penyusun adalah menganalisis
penerapan Islamic Social Reporting Index (indeks ISR) dalam
12
pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) perbankan
syariah di Indonesia. Peneliti menemukan bahwa pengungkapan indeks
ISR pada enam bank syariah Indonesia dapat dikatakan baik, yakni
sebesar 64,83% secara keseluruhan, walaupun masih belum mencapai
angka sempurna 100%, dikarenakan masih adanya item-item indeks
ISR yang belum diungkapkan secara penuh.
TABEL
N
Nama, PT,
Judul
Objek Formal
Objek Matetil
o
Tahun
1
Soraya Fitria
Islam dan
Objek yang
Hasil pengungkapan
dan Dwi
Tanggung Jawab
diteliti adalah
CSR pada perusahaan
Hartanti,
Sosial: Studi
praktek CSR
Universitas
Perbandingan
berdasarkan
Jenderal
Pengungkapan
GRI indeks dan
Sudirman
Berdasarkan Global
ISR indeks
Purwokerto,
Reporting Initiative
2010
Indeks dan Islamic
Social Reporting
Indeks
2
Sari
Analisis Hubungan
Objek yang
CSR telah dilakukan
Hidayanti,
Shari’a Governance
diteliti adalah
sesuai dengan standart
Universitas
Structures
standart
berbasis syariah
Indonesia
Terhadap Tingkat
pelaporan CSR
13
Depok, 2012
Pengungkapan
yang berada di
Corporate Social
perbankan
Responsibility Pada
syariah
Perbankan Syariah
Di Indonesia
3
Nadia
Analisis Penerapan
Objek yang
Pengunhkapan CSR
Rahma,
Islamic Social
diteliti adalah
pada bank syariah
Universitas
Reporting Index
penerapan ISR
Islam Negeri
Dalam
index dalam
Sunan
Pengungkapan
pengungkapan
Kalijaga
Corporate Social
CSR
Jogjakarta,
Responsibility
2012
Perbankan Syariah
Indonesia
H. Metode Penelitian
Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara untuk memecahkan
masalah dengan jalan menemukan, mengumpulkan dan menyusun data guna
mengambangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan yang hasilnya
dituangkan dalam karya tulis ilmiah dalam hal ini skripsi. Adapun meteode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Jenis penelitian
14
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian
kepustakaan (library research), yaitu penelitian hukum yang difokuskan
untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma hukum dalam
hukum positif.9 Dalam hal ini yang berkaitan dengan masalah yang akan
diteliti
oleh
peneliti
yaitu
berkaitan
dengan
Corporate
Social
Responsibility di Perseroan Terbatas Perspektif Hukum Islam
2. Pendekatan Penelitian
Karena jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian hukum
normatif, maka pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach) yaitu pendekatan
ini beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin0doktrin yang
ebrkembang di dalam ilmu hukum. Pendekatan ini menjadi penting sebab
pemahaman terhadap pandangan/doktrin yang berkembang dalam ilmu
hukum dapat menjadi pijakan untuk membangun argumentasi hukum
ketika menyelesaikan isu hukum yang dihadapi. Padangan/doktrin akan
memperjelas ide-ide dengan memberikan pengertian-pengertian hukum,
konsep hukum, maupun asas hukum yang relevan dengan permasalahan.10
Mengacu pada permasalahan yang akan dikaji yaitu sesuai tidaknya
ketentuan Corporate Social Responsibility (CSR) bila ditinjau dari
Perspektif Hukum Islam.
9
Jhonny Ibrahim, 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Malang; Bayumedia),
h26.
10
Peter Mahmud Marzuki, 2014. Penelitian Hukum. (Jakarta: Kencana), h.177.
15
3. Sumber Bahan Hukum
Jenis penelitian yang dilakukan adalah normatif maka sumber data
yang digunakan adalah data sekunder, yakni data yang diperoleh melalui
informasi yang sudah tertulis dalam bentuk dokumen yang dalam hal ini
disebut dengan bahan hukum yaitu:
a. Bahan Hukum Sekunder
Sedangkan sumber hukum sekundernya adalah buku-buku yang
relevan sebagai refrensi berkaitan dengan permasalahan yang akan
dikaji dalam penelitian ini. Contohnya buku-buku tentang Corporate
Social Responsibility
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah studi dokumen atau bahan pustaka. Studi dokumen merupakan
suatu alat pengumpulan data tertulis dengan menggunakan content
analysis.11 Dengan demikian maka langkah awal yang akan dilakukan
peneliti adalah menentukan bahan-bahan hukum yang akan diperiksa.
5. Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikelompokkan menurut
permasalahan yang selanjutnya dilakukan analisis secara kualitatif.
Analisis secara kualitatif dimaksudkan bahwa analisis tidak tergantung
11
Soerjono Soekamto, 1986. Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: UI Press), h.21.
16
dari jumlah data berdasarkan angka-angka melainkan data yang dianalisis
digambarkan dalam bentuk kalimat-kalimat. Pendekatan hukum normatif
artinya data penelitian dianalisis menurut norma-norma hukum tertentu
dalam peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan analisis terhadap
pokok bahasan tersebut di atas, maka dapat dilakukan penafsiran dengan
metode interpretasi yang dikenal dalam ilmu hukum.
Hasil dari
interpretasi yuridis ini, diharapkan dapat menjawab segala permasalahan
hukum yang diajukan dalam tesis ini secara lengkap.
I. Sistematika Pembahasan
Dengan maksud agar dalam penyusunan proposal skripsi nanti lebih
sistematis dan terfokus pada satu pemikiran, peneliti menyajikan sistematika
pembahasan gambaran umum penulisan penelitian nantinya.
Pertama adalah
bagian formalitas meliputi halaman sampul, halaman judul, halaman pernyataan
keaslian, halaman pengesahan, kata pengantar, pedoman transliterasi, daftar isi,
dan abstrak.
Bab I yaitu pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penelitian
terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab II yaitu tinjauan pustaka, terdiri dari penelitian terdahulu dan
kerangka teori atau landasan teori. Penelitian terdahulu berisi informasi tentang
penelitian yang telah dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, baik dalam buku
17
yang sudah diterbitkan maupun masih berupa disertasi, tesis, atau skripsi yang
belum diterbitkan. Adapun kerangka teori atau landasan teori terdiri dari tiga
pembahasan.
Bab III yaitu hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini menguraikan
hasil penelitian yang membahas tentang Corporate Social Responsibility ditinjau
dari Perspektif Hukum Islam
Bab IV yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran, terdiri dari
kesimpulan (jawaban singkat atas rumusan masalah yang ditetapkan) dan saran.
Pada bagian yang terakhir berisi tentang daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
daftar riwayat hidup peneliti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Corporate Social Responsibility (CSR)
1) Pengertian Corporate Social Responsibility
Definisi CSR adalah kepedulian perusahaan yang menyisihkan
sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan
manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur
18
19
yang tepat dan professional12. Sedangkan menurut sisi etimologi CSR
kerap diterjemahkan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau
tanggung jawab sosial korporasi atau tanggung jawab social dunia
usaha.
Yusuf Wibisono mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab
perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis
meminimalkan dampak negative dan memaksimalkan dampak positif
yang mencangkup aspek sosial dan lingkungan (triple bottom line)
dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan13.
Versi lain mengenai definisi CSR dikemukakan oleh World Bank.
Lembaga keuangan global ini memandang CSR sebagai: “the
commitment of business to contribute to sustainable economic
development working with employees and thei representatives the local
community and society and large to improve quality of life, in ways
that are both good for business and good for development” 14. Yang
artinya adalah komitmen bisnis yang berlaku etis dan memberikan
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui
kerjasama dengan semua pemangku kepentingan guna memperbaiki
kehidupan mereka denga cara bermanfaat bagi bisnis, agenda
pembangunan yang berkelanjutan maupun masyarakat umum.
12
Bambang Rudito dan Melia Famiola, Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan,
Bandung: Rekayasa Sains, 2007, hal 220
13
Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik: Fascho Publishing, 2007, hal 7
14
Sutarto, Good Corporate Governance: Corporate Social Responsibility dan Pemberdayaan
UKM, http://www.diskopjatim.go.id/, terakhir kali diakses tanggal 25 April 2016
20
Rumusan atau definisi atau pengertian yang diberikan atas
menunjukan kepada masyarakat bahwa setidaknya ada hal pokok yang
membentuk pemahaman atau konsep mengenai CSR.
Ketiga hal
tersebut adalah:
1.) Bahwa sebagai suatu artificial person, perusahaan atau
korporasi tidaklah berdiri sendiri dan terisolasi, perusahaan
atau perseroan tidak dapat menyatakan bahwa mereka tidak
memiliki
tanggung
jawab
terhadap
keadaan
ekonomi,
lingkungan maupun sosialnya.
2.) Keberadaan (eksistensi) dan keberlangsungan (sustainability)
perusahaan atau korporasi sangatlah ditentukan oleh seluruh
stakeholders-nya
dan
bukan
shareholdersnya.
Para
stakeholdersnya ini, terdiri dari shareholdersnya, konsumen,
pemasok, klien, customer, karyawan dan keluarganya,
masyarakat sekitar dan mereka yang terlibat baik secara
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan (the local
community and society at large).
3.) Melaksanakan CSR berarti juga melaksanakan tugas dan
kegiatan sehari-hari perusahaan atau korporasi, sebagai wadah
untuk memperoleh keuntungan melalui usaha yang dijalankan
dan/atau dikelola olehnya. Jadi ini berarti CSR adalah bagian
terintregasi dari kegiatan usaha (business), sehingga CSR
21
berarti juga menjalankan perusahaan atau korporasi untuk
memperoleh keuntungan.
Dalam melakukan analisis pada penelitian ini, penyusun akan
menggunakan teori Maqasid Asy-syari‟ah sebagai
pisau analisis
terhadap data yang diperoleh dalam penelitian ini. Sebagaimana telah
disebutkan pada latar belakang bahwa inti dari CSR adalah hendaknya
setiap perusahaan tidak cukup hanya memfokuskan pada pertumbuhan
usahanya semata, akan tetapi setiap perusahaan dituntut untuk menjaga
suatu pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) yaitu
upaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi
kemampuan dan kesempatan generasi berikutnya untuk dapat
memenuhi kebutuhannya.
b. Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility
Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap
kepentingan para stakeholders dalam arti luas daripada sekedar
kepentingan perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik
suatu perusahaan mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan
dibenarkan mencapai keuntungan tersebut dengan mengorbankan
kepentingan-kepentingan pihak lain yang terkait. Oleh karena, setiap
perusahaan harus bertanggung jawab atas tidakan dan kegiatan
usahanya yang mempunyai dampak baik langsung maupun tidak
langsung terhadap stakeholders-nya dan lingkungan dimana perusahaan
22
melakukan aktivitas usahanya.15
Sehingga secara positif, hal ini
bermakna bahwa setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya
sedemikian rupa, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan
para stakeholders-nya dengan memperhatikan kualitas lingkungan ke
arah yang lebih baik.
Perkembangan CSR dalam praktik etika dunia usaha modern
dewasa ini mencoba memberikan pembatasan ruang lingkup CSR.
Menurut Jack Mahoney dalam orasinya menegaskan bahwa melalui
praktik etis dunia usaha modern dewasa ini, ruang lingkup CSR
minimal dapat dibedakan atas empat, yaitu:16
1.) Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang
berguna bagi kepentingan masyarakat luas
Kegiatan ini dapat dilakukan dalam bentu membangun pola
kemitraan dan pembinaan antara pengusaha besar, kecil, dan
koperasi.
Ada beberapa alasan mengapa perusahaan dilibatkan
dan/atau melibatkan diri dalam kegiatan sosial tersebut
a.) Perusahaan dan karyawan adalah bagian integral dari
masyarakat setempat
b.) Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak
untuk mengelola sumber daya alam atau aktivitas lainnya
yang ada dalam masyarakat dan mendatangkan keuntungan
bagi perusahaan. Pada tingkat tertentu masyarakat telah
15
Busrya Azheri, Corporate Social Responsibility dari Voluntary Menjadi Mandatory, Depok: PT
RajaGrafindo Persada, 2012, h 34
16
Azheri, Corporate Social Responsibility, h 36-37
23
berjasa dengan menyediakan tenaga professional bagi
perusahaan
c.) Perusahaan tidak memperlihatkan komitmen moralnya
untuk
tidak
melakukan
aktivitas
yang
merugikan
masyarakat
d.) Sebagai upaya menjalin interaksi dan komunikasi antara
perusahaan
dengan
masyarakat,
supaya
keberadaan
perusahaan dapat diterima di tengah-tengah masyarakat.
Pada tingkatan tertentu akan melahirkan rasa memiliki
(sense of belongings) masyarakat terhadap perusahaan.
2.) Keuntungan ekonomis yang diperoleh perusahaan
Kegiatan usaha dewasa ini, sulit untuk memisahkan antara
keuntungan ekonomis dengan keuntungan sosial. Fakta empiris
menunjukkan bahwa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial
sangat menunjang aktivitas usaha itu sendiri, yang pada akhirnya
akan menguntungkan perusahaan.
Namun, masih ada perusahaan yang menganut paham klasik
sebagaimana yang diungkapkan M. Friedman bahwa satu-satunya
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
adalah
mendatangkan
keuntungan yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.17
Dalam
kerangka, keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah lingkup
tanggung jawab moral dan sosial yang sah dari suatu perushaan.
17
Azheri, Corporate Social Responsibility, h 38
24
Lalu timbul pertanyaan, apakah ini merupakan satu-satunya
lingkup tanggung jawab sosial dan moral perusahaan?. Apakah
keuntungan ekonomis merupakan satu-satunya dsar untuk menilai
sukses tidaknya suatu perusahaan, baik secara ekonomis maupun
moral?18
Bila dilihat dari teori ekonomi klasik pertanyaan tersebut tidak
ada artinya, karena satu-satunya tanggung jawab perusahaan adalah
bagaimana menghimpun keuntungan sebanyak-banyaknya. Tetapi
bila dilihat dari optik bisnis modern, sangat sulit memisahkan
antara keuntungan ekonomis dari keterlibatan sosial.
Fakta
menunjukkan bahwa dengan keterlibatan aktivitas sosial sebagai
wujud CSR sangat menunjang kegiatan bisnis dan akhirnya
menguntungkan perusahaan itu sendiri.
3.) Memenuhi aturan hukum yang berlaku, baik yang berkaitan
dengan kegiatan dunia usaha maupun kehidupan sosial
masyarakat pada umumnya
Berkaitan dengan hal tersebut, Jack Mahoney menegaskan betul
bahwa lingkup tanggung jawab sosial perusahaan yang “paling
penting dan urgent” dewasa ini adalah bagaimana suatu perusahaan
mematuhi aturan hukum.19 Hal ini tidak terlepas dari integritas
masyarakat
itu
sendiri,
karena
perusahaan
adalah
bagian
masyarakat yang bertanggung jawab dan berkewajiban untuk
18
19
Azheri, Corporate Social Responsibility, h 39
Azheri, Corporate Social Responsibility, h 39
25
menjaga ketertiban dan keteraturan tatanan sosial. Dengan kata
lain, perusahaan sebagai subjek hukum mempunyai kedudukan
yang sama dengan individu yaitu sama-sama sebagai pengemban
hak dan kewajiban.
Asumsi dasar yang digunakan Jack Mahoney adalah jika suatu
perusahaan tidak mematuhi aturan hukum yang ada, sebagaimana
halnya orang lain, maka ketertiban dan keteraturan masyarakat
tidak akat terwujud. Demikian pula halnya dengan perusahaan,
jika tidak menaati ketentuan hukum, maka tidak aka nada
ketenangan, ketentraman, dan rasa aman dalam melakukan setiap
aktivitas usahanya.
4.) Menghormati hak dan kepentingan stakeholders atau pihak
terkait yang mempunyai kepentingan langsung maupun tidak
langsung atas aktivitas perusahaan
Hal ini dapat perhatian khusus dari pemerintah, praktisi,
akademisi dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) dewasa ini,
dengan asumsi bahwa suatu perusahaan punya tanggung jawab
moral dan sosial. Sehingga perusahaan secara moral dituntun dan
menuntut dirinya sendiri untuk bertanggung jawab atas hak dan
kepentingan stakeholders. Tanggung jawab sosial perusahaan akan
menjadi hal yang begitu konkret, demi terciptanya suatu kehidupan
sosial, maupun demi keberlanjutan dan keberhasilan aktivitas
perusahaan itu sendiri.
26
Setyadi menjelaskan bahwa fenomena kemitraan antara pelaku
bisnis dan lingkungan sosial yang semakin erat akan menjanjikan
beberapa hal yang bersifat positif diantaranya:20
a.) Menjawab isu-isu kemanusiaan dan kemasyarakatan dengan
pengaruh yang luar biasa besarmya melalui cara-cara baru
dalam menyelesaikan permasalahan bisnis dan sosial yang
membutuhkan sumber daya dari multi sector dan multi
sumber
b.) Meningkatkan nilai budaya masyarakat madani melalui
semangat partisipasi dalam kerja sama lintas kelompok dan
lintas sector
c.) Membantu bisnis lebih berkemanusiaan dan organisasi
layanan masyarakat lebih berorientasi bisnis, pelaku bisnis
dan organisasi nirlaba dapat lebih baik dalam mencapai
misinya
c. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility
Sebagaimana
telah
dijelaskan
sebelumnya,
dimana
sampai
sekarang ini belum ada kesatuan pandang, baik kalangan ahli maupun
lembaga-lembaga di bidang dunia usaha terhadap pengertian, ruang
lingkup dan sifat CSR. Kondisi ini berdampak pada implementasinya,
sehingga tidak salah bila pelaku usaha melaksanakan CSR sesuai
dengan pemahaman dan kebutuhan mereka. Namun sebagai acuannya
20
Azheri, Corporate Social Responsibility, h 41
27
dalam penerapannya dapat merujuk pada prinsip-prinsip dasar CSR
sebagaimana dinyatakan oleh salah seorang pakar CSR dari University
of Bath Inggris yaitu Alysin Warhurst. Dimana pada tahun 1998
beliau menjelaskan bahwa ada enam belas prinsip yang harus
diperhatikan dalam penerapan CSR yaitu:21
1.) Prioritas perusahaan
Perusahaan harus menjadikan tanggung jawab sosial sebagai
prioritas tertinggi dan penentu utama dalam pembangunan
berkelanjutan. Sehingga perusahaan dapat membuat kebijakan,
program, dan praktik dalam menjalankan aktivitas bisnisnya
dengan cara lebih bertanggung jawab secara sosial
2.) Manajemen terpadu
Manajer sebagai pengendali dan pengambil keputusan harus
mampu mengintegrasikan setiap kebijakan dan program dalam
aktivitas bisnisnya, sebagai salah satu unsur dalam fungsi
manajemen
3.) Proses perbaikan
Setiap kebijakan, program dan kinerja sosial harus dilakukan
evaluasi secara berkesinambungan didasarkan atas temuan riset
mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan
kriteria sosial tersebut secara global
4.) Pendidikan karyawan
21
Wibisono, Membedah Konsep, h 39-41
28
Karyawan sebagai stakeholders primer harus ditingkatkan
kemampuan dan keahliannya, oleh karena itu perusahaan harus
memotivasi mereka melalui program pendidikan dan pelatihan
5.) Pengkajian22
Perusahaan sebelum melakukan sekecil apapun sesuatu
kegiatan harus terlebih dulu melakukan kajian mengenai
dampak sosialnya. Hal ini tidak sengaja dilakukan pada saat
mulai suatu kegiatan. Tapi juga pada saat seblum mengakhiri
atau menutup suatu kegiatan
6.) Produk dan jasa
Suatu perusahaan harus senantiasa berusaha mengembangkan
suatu produk dan jasa yang tidak mempunyai dampak negative
secara sosial
7.) Informasi publik
Memberikan informasi dan bila perlu mengadakan pendidikan
terhadapa konsumen, distributor, dan masyarakat umum tentang
penggunaan, penyimpanan dan pembuangan atas suatu produk
barang dan /atau jasa
8.) Fasilitas dan operasi
Mengembangka, merancang dan mengoperasikan fasilitas serta
menjalankan kegiatan dengan mempertimbangkan temuan yang
berkaitan dengan dampak sosial dari suatu kegiatan perusahaan
22
Wibisono, Membedah Konsep, h 39-41
29
9.) Penelitian
Melakukan dan/atau mendukung suatu riset atas dampak sosial
dari penggunaan bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah
yang dihasilkan sehubungan dengan kegiatan usaha. Penelitian
itu sendiri dilakukan dalam upaya mengurangi dan/atau
meniadakan dampak negative kegiatan dimaksud23
10.) Prinsip pencegahan
Memodifikasi manufaktur, pemasaran dan/atau penggunaan
atas produk barang atau jasa yang sejalan dengan hasil
penelitian mutakhir.
Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya
mencegah dampak sosial yang bersifat negative
11.) Kontraktor dan pemasok
Mendorong
kontraktor
dan
pemasok
untuk
mengimplementasikan dari prinsip-prinsip tanggung jawab
sosial perusahaan, baik yang telah maupun yang akan
melakukannya. Bila perlu menjadikan tanggung jawab sosial
sebagai bagian dari suatu persyaratan dalam kegiatan usahanya
12.) Siaga menghadapi darurat
Perusahaan harus menyusun dan merumuskan rencana dalam
menghadapi keadaan darurat.
Dan bila terjadi keadaan
berbahaya, perusahaan harus bekerja sama dengan layanan
gawat darurat (emergency), instansi berwenang, dan komunitas
23
Wibisono, Membedah Konsep, h 39-41
30
local. Selain itu perusahaan berusaha mengenali poteni bahay
yang muncul
13.) Transfer best practice
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer bisnis praktis
sepanjang bertanggung jawab secara sosial pada semua
industry dan sector public24
14.) Memberikan sumbangan
Sumbangan ini ditujukan untuk pengembangan usaha bersama,
kebijakan public dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas
departemen serta lembaga pendidikan yang akan membantu
meningkatkan kesadaran akan tanggung jawab sosial
15.) Keterbukaan (disclosure)
Menumbuhkembangkan budaya keterbukaan dan dialogis
dalam lingkungan perusahaan dan dengan unsur public. Selain
itu perusahaan harus mampu mengantisipasi dan memberi
respon terhadap risiko potensial (potencial hazard) yang
mungkin muncul, dan dampak negative dari operasi, produk,
limbah dan jasa
16.) Pencapaian dan pelaporan
Melakukan evaluasi atas hasil kinerja sosial, melaksanakan
audit
sosial
secara
berkala
dan mengkaji
pencapaian
berdasarkan kriteria perusahaan dan ketentuan peraturan
24
Wibisono, Membedah Konsep, h 39-41
31
perundangan-undangan serta menyampaikan informasi tersebut
kepada dewan direksi, pemagang saham, pekerja dan publik25
Ranah tanggung jawab sosial (social responsibility) mengandung
dimensi yang sangat luas dan kompleks. Di samping itu, tanggung
jawab sosial (social responbility) juga mengandung interprettasi yang
sangat berbeda, terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku
kepentingan (stakeholders).
Kasali Reinald menunjukkan bahwa keterbukaan perusahaan atas
aktivitas tanggung jawab sosial menentukan respon masyarakat bagi
perusahaan. Namun, informasi yang bersifat negatif justru bersifat
boomerang bagi perusahaan, dan cenderung memunculkan image
negatif. Crowther David menyatakan akuntabilitas dan keterbukaan
(disclosure) memiliki kemanfaatan secara sosial dan ekonomi. Lebih
lanjut menyatakan bahwa informasi yang disampaikan perusahaan
bermanfaat bagi para pemangku kepentingan dalam mendukung
pengambilan keputusan. Agar informasi dalam laporan perusahaan
sebagai wujud akuntabilitas memenuhi kualifikasi, maka akuntabilitas
seharusnya mencerminkan karakteristik, antara lain:26
1.) Understand ability to al paries concerned
2.) Relevance to the users of the information provided
3.) Reliability
and
terms
of
occuracy
of
representatiom of impact and freedom from bias
25
26
Wibisono, Membedah Konsep, h 39-41
Nor Hadi, Corporate Sosial Responsibility, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011, h 60
measurement,
32
4.) Comparability, which implies consistency, both over time and
between diferent organisations
2. Maqasid Asy-syari’ah (Hubungan Hukum Islam dengan Maqashid
Syariah)
1) Pengertian Maqashid syariah
Hukum yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia, pasti
memeliki tujuan untuk kemaslahatan manusia, karena hukum diciptakan
oleh Allah tentu bukan untuk Allah sebagai Syari’ (Lawgiver) karena
Allah tidak membutuhkan suatu hukum untuk diriNya, dan tentu bukan
pula diciptakan untuk hukum itu sendiri karena kalau demikian maka
keberadaan hukum itu akan sia-sia, akan tetapi hukum diciptakan untuk
manusia di dunia. Dengan demikian hukum yang terkndung dalam ajaran
agama Islam memiliki dinamika yang tinggi, oleh karena itu, Hukum
Islam dibangun di atas karakteristik yang sangat mendasar, antara lain:
Rabbany, Syumuly, Akhlaqy, Insany, Waqi‟iy.
Dari kelima karakter
tersebut dapat dikatakan bahwa hukum Islam berakar pada prisnnsipprinsip universal yang mencakup atau meliputi sasaran atau keadaan yang
sangat luas, dapat menampung perubahan-perubahan yang sesuai dengan
kebutuhan ummat yang terus berkembang mengikuti perubahan tanpa
bertentangan dengan nilai-nilai yang digariskan oleh Allah SWT.
Hukum Islam (Syari’ah) merupakan norma Allah yang prinsip dan
sumbernya berasal dari wahyu (Al-Qur’an dan Sunnah). Namun, Allah
sebagai Syari’ (lawgiver) tetap memberikan ruang bagi manusia melalui
33
nalar akar pikirannya untuk terlibat langsung baik dalam memberi
pemahaman terhadap wahyu tersebut ataupun dalam mengaplikasikan
hukum itu sendiri sebagai pedoman hidupnya. Sekalipun demikian, dalam
perjalanan sejarah pembangunan hukum Islam masih ditemukan sebagian
ahli fiqh sering terkesan sangat berhati-hati dan teliti, bahkan cenderung
takut dalam menangani perubahan hukum akibat adanya perubahan waktu,
tempat dan keadaan. Sementara di sisi lain ada sebagian mereka (ulama)
yang terkesan berani melakukan perannya baik dalam posisinya subyek
hukum ataupun sebagai objek hukum.
Dari kondisi tersebut diatas, para ahli hukum Islam (faqih) telah
berhasil membentuk sistem hukum Islam dan membangun metode
penemuan hukum (Islamic Jurisprudence) sehingga munculah metodemetode dalam beristinbat dengan menggunakan kaidah ushuliyah dan
kaidah fiqhiyah sarana penemuan hukum Islam. Artinya kedua metode
tersebut telah banyak memberikan ruang gerak dalam menggali teks (nash
Al-Quran dan as-Sunnah) guna memenuhi kebutuhan hukum bagi umat
manusia, sehingga dalam perkembangannya, telah memunclkan kajiankajian kritis yang menghendaki agar hukum islam dapat lebih
mendatangkan kemaslahatan bagi manusia dan dianggap penting untung
diformulasikan berdasarkan nilai-nilai esensialnya yang disebut sebagai
Maqashid Asy-Syari‟ah.
Maqasid Asy-syari‟ah adalah terdiri dua kata, maqashid dan syari‟ah.
Kata maqashid merupakan bentuk jama’ dari maqshad yang berarti
34
maksud dan tujuan, sedangkan syari‟ah mempunyai pengertian hukumhukum Allah yang ditetapkan untuk manusia agar dipedomi untuk
mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Maka dengan
demikian, maqashid asy-syari‟ah adalah tujuan-tujuan yang hendak
dicapai dari suatu penetapan hukum.27
Kajian teori maqashid asy-syari‟ah dalam hukum islam adalah sangat
penting. Urgensi itu didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai
berikut: Pertama, hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari wahyu
Tuhan dan diperuntukkan bagi manusi. Oleh karena itu, ia akan selalu
berhadap dengan perubahan sosial. Dalam posisi seperti itu, apakah hukum
Islam yang sumber utamanya (Al-Qur’an dan sunnah) turun pada beberapa
abad yang lampu dapat beradaptasi dengan perubahan sosial. Jawaban
terhadapa pertanyaan itu baru bisa diberikan setelah diadakan kajian
terhadap berbagai elemen hukum Islam, dan salah satu elemen yang
terpenting adalah teori maqashid asy-syari‟ah. Kedua, dlihat dari aspek
historis, sesungguh perhatian terhadap teori ini telah dilakukan oleh
Rasulullah SAW, para sahabat, generasi mujtahid sesudahnya. Ketiga,
pengetahuan
tentang
maqashid
asy-syari‟ah
merupakan
kunci
keberhasilan mujtahid dan ijtihadnya, karena di atas landasan tujuan
hukum itulah setiap persoalan dalam bermu’amalah antar sesama manusia
dapat dikembalikan.
27
Ghofar Shidiq, Teori Maqashid Al-Syari‟ah dalam Hukum Islam, Fakultas Agama Islam
Universitas Islam Sultan Agung, 2009, hal. 118-119
35
2) Unsur-Unsur Maqashid Syariah
Syariat yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat kebutuhan
primer manusia (maqashid ad-dharuriyat)
1) Memelihara agama
Agama merupakan persatuan akidah, ibadah, hukum dan undangundang yang telah disyariatkan oleh Allah SWT untuk mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya (hubungan vertikal), dan
hubungan antara sesama manusia (hubungan horizontal).
Agama
Islam juga merupakan nikmat Allah yang tertinggi dan sempurna.
Agama Islam juga harus dipelihara dari ancaman orang-orang
yang tidak bertanggung jawab, yang hendak merusak akidahnya,
ibadah-ibadah akhlaknya, atau yang akan mencampur adukkan
kebenaran ajaran Islam dengan berbagai paham dan aliran yang batil.
Walau begitu, agama Islam memberi perlindungan dan kebebasan
bagi penganut agama lain untuk meyakini dan melaksanakan ibadah
menurut agama yang diyakininya, orang-orang Islam tidak memaksa
seseorang untuk memeluk agama Islam.
2) Memelihara jiwa
Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam
dengan hukuman Qisas (pembalasan yang seimbang), Diyat (denda)
dan Kafarat (tebusan) sehingga dengan demikian diharapkan agar
36
seseorang sebelum melakukan pembunuhan, berfikir secara dalam
terlebih dahulu, karena jika yang dibunuh mati, atau jika yang
dibunuh cedera, maka si pelakunya akan cedera yang seimbang
dengan perbuatannya
3) Memelihara akal
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk
ciptaan Allah yang lainnya. Allah telah menciptakan manusia dengan
sebaik-baik bentuk, dan melengkapi bentuk itu dengan akal.
Untuk menjaga akal tersebut, Islam telah melarang minum khamr
(jenis minuman keras) dan setiap yang memabukkan dan menghukum
orang yang meminumnya atau menggunakan jenis apa saja yang
dapat merusak akal
4) Memelihara keturunan
Untuk memelihara keturunan, Islam telah mengatur pernikahan
dan mengharamkan zina, menetapkan siapa-siapa yang tidak boleh
dikawini, sebagaimana cara-cara perkawinan itu dilakukan dan
syarat-syarat apa yang harus dipenuhi sehingga perkawinan itu
dianggap sah dan percampuran antara dua manusia yang berlawanan
jenis itu tidak dianggap zina dan anak-anak yang lahir dari hubungan
itu dianggap sah dan menjadi keturunan sah dari ayahnya. Islamtak
hanya melarang zina, tapi juga melarang perbuatan-perbuatan dan apa
saja yang dapat membawa pada zina.
37
5) Memelihara harta benda
Meskipun pada hakikatnya semua harta benda itu milik Allah,
namun Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena
manusia sangat tama’ kepada harta benda, dan mengusahakannya
melalui jalan apapun, maka Islam mengatur supaya jangan sampai
terjadi bentrokan antara satu sama lain.
Untuk itu, Islam
mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai mu’amalat seperti jual
beli, sewa menyewa, gadai menggadai.
Indonesia adalah negara hukum yang menganut desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintah, sebagaimana dalam Pasal 18 (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 “Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah-daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota mempunyai pemerintah daerah yang
diatur dengan Undang-Undang”.28 Jadi sudah selayaknya jika segala kehidupan
di Indonesia memiliki landasan hukum, termasuk mengenai CSR yang secara
tegas
diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
terbatas.
Allah SWT menghendaki segala sesuatu sudah memiliki tujuan, begitu
pula dengan ditetapkannya hukum Islam. Tujuan dari syariat Islam (Maqasid
Asy-syari‟ah) adalah maslahah sehingga bisnis adalah upaya untuk menciptakan
maslahah, bukan sekedar mencari keuntungan semata.
Dalam konsep fikih
Muamalat untuk mewujudkan kemaslahatan, ada peringatan bahwa sesuatu bentuk
28
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 17
38
muamalat dilakukan atas dasar mendatangkan manfaat dan menghindari mudzarat
dalam kehidupan masyarakat.
Jadi hukum Islam di bidang muamalat ini
didasarkan pada prinsip bahwa segala sesuatu yang bermanfaat boleh dilakukan,
sedangkan yang mendatangkan mudzarat dilarang.29
c.Prinsip-Prinsip Islam
Menurut Muhammad Djakfar, implementasi CSR dalam Islam secara rinci
harus memenuhi beberapa unsur, antara lain:30
1) Al-Adl
Dalam beraktifitas di dunia bisnis, Islam mengharuskan berbuat adil
yang diarahkan kepada hak orang lain, hak lingkungan social, dan hak
alam semesta. Jadi, keseimbangan alam dan keseimbangan social harus
tetap terjaga bersamaan dengan operasional usaha bisnis. Seperti dalam
firman Allah:
ِ
ِ ِِ ِ
ِ
ِ ‫األر‬
‫ض‬
ْ ‫َّاس أَ ْشيَاءَ ُه ْم َكال نَػ ْعثَػ ْوا ِيف‬
َ ‫َكيَا قَػ ْوـ أ َْكفُوا الْمكْيَ َاؿ َكالْم َيزا َف بالْق ْسط َكال نَػْب َخ ُسوا الا‬
)٥٦( َ ‫ُم ْف ِس ِدي‬
Dan Syu‟aib berkata: “Hai kaumku, cukuplah takaran dan timbangan
dengan adil, dan jangankah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
29
TM. Hasbi as-Shiddiqy, Falsafah Hukum Islam, Cet. I, Jakarta: Bulan Bintang, 1996, hal. 29
Muhammad Djakfar, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam, Malang: UIN Malang Press, 2007, hal.
160-163
30
39
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan”31
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis atau usaha yang
mengandung kedzaliman atau mewajibkan terpenuhinya keadilan yang
teraplikasikan dalam hubungan usaha dan kontrak-kontrak serta
perjanjian bisnis. Sifat keseimbangan atau keadilan dalam bisnis adalah
ketika perusahaan mampu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
2) Al-Ihsan
Ihsan adalah melakukan perbuatan baik, tanpa adanya kewajiban
tertentu untuk melakukan hal tersebut.
Implementasi CSR dengan
semangat ihsan akan dimiliki ketika individu atau kelompok melakukan
kontribusi dengan semangat ibadah dan berbuat atas dasar mendapat
ridho Allah. Ihsan adalah beauty dan perfection dalam sistem sosial.
Bisnis yang dilandasi unsur ihsan dimaksudkan sebagai proses niat, sikap
dan perilaku yang baik, transaksi yang baik, serta berupaya memberikan
keuntungan lebih pada stakeholder.
Dalam firman Allah disebutkan:
ِِ
ِ
ِ ‫كأَنِْف ُقوا ِيف سبِ ِيل اللَّ ِه كال نػُْل ُقوا بِأَي ِدي ُكم إِ ََل التػَّهلُ َك ِة كأ‬
)٥٩٦( ‫ني‬
َ ‫َحساُوا إِ َّف اللَّهَ ُُي ُّ الْ ُم ْحسا‬
ْ َ ْ
َ
ْ ْ
َ
َ
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat
31
QS. Huud (11): 85
40
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.32
3) Manfaat
Konsep ihsan yang telah dijelaskan di atas seharusnya memenuhi
unsur manfaat bagi kesejahteraan masyarakat (internal maupun eksternal
perusahaan).
Konsep manfaat dalam CSR lebih dari aktivitas ekonomi Perusahaan
sudah seharusnya memberikan manfaat yang lebih luas dan tidak statis
namun harus dinamis misalnya terkait bentuk filantropi dalam berbagai
aspek sosial seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat
dan pelestarian lingkungan.
4) Amanah
Perusahaan yang menerapkan CSR, harus memahami dan menjaga
amanah dari masyarakat misalnya dengan menghindari perbuatan tidak
terpuji dalam setiap aktivitas bisnis. Amanah dalam skala makro dapat
direalisasikan dengan melaksanakan perbaikan sosial dan menjaga
keseimbangan
lingkungan.
Dalam
perspektif
Islam,
kebijakan
perusahaan yang mengemban CSR terdapat tiga bentuk implementasi
yang dominan yaitu: tanggung jawab sosial terhadap para pelaku dalam
perusahaan dan stakeholder, tanggung jawab sosial terhadap lingkungan
alam dan tanggung jawab sosial terhadap kesejahteraan sosial secara
umum.
32
QS. Al-Baqarah (2): 195
41
Dalam firman Allah disebutkan:
ِ
ِ
ِ
ِ ‫ني الا‬
‫َّاس أَ ْف َْحت ُك ُموا بِالْ َع ْد ِؿ إِ َّف اللَّهَ نِعِ َّما‬
َ ْ َ‫األمانَات إِ ََل أ َْهل َها َكإِ َذا َح َك ْمتُ ْم بػ‬
َ ‫إ َّف اللَّهَ يَأْ ُم ُرُك ْم أَ ْف نػُ َؤُّدكا‬
ِ ‫يعِظُ ُكم بِِه إِ َّف اللَّه َكا َف ََِسيعا ب‬
)٦٥( ‫ص ًريا‬
َ
َ ً
ْ َ
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat33
33
QS. An-Nisa (4): 58
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Penelitian
1. Konsep Corporate Social Responsibility pada perusahaan
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep atau
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab
perusahaan terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan
itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan
beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk
pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun infrastruktur
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
42
43
perusahaan tersebut berada.
CSR merupakan sebuah fenomena dan
strategi yang digunakan perusahaan untuk mengakomodasi kebutuhan dan
kepentingan stakeholders-nya. CSR dimulai sejak era dimana kesadaran
akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting
daripada sekedar profitability perusahaan.
Dalam undang-undang telah dikatakan bahwa perusahaan yang
berstatus perseroan wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Dalam UUPT, disebutkan pada ayat 1 pasal 74 berbunyi
“Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan /atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan”. Hal ini merupakan salah satu representasi dari
kegiatan CSR sebuah perusahaan. Kalimat dalam undang-undang tersebut
hanya merupakan salah satu dari sekian banyak dari definisi CSR. Sampai
saat ini belum disepakati tentang definisi CSR. Dengan tidak adanya
kesepakatan ilmiah tentang CSR, maka konsekuensinya adalah setiap
pihak dapat menginterpretasikan CSR sesuai kepentingan dan selera
mereka.
Dari undang-undang di atas sudah dijelaskan bahwa perseroan yang
menjalankan Corporate Social Responsibility adalah perseroan terbatas,
karena pelaksanan CSR masuk dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas
Pasal 74 ayat 1.
Banyak pendapat tentang definisi CSR. Namun secara umum dapat
dimengerti bahwa CSR adalah kontribusi perusahaan untuk pencapaian
44
tujuan pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan yang berkelanjutan
merupakan kata kunci pada pengertian CSR. Kalau bukan ditujukan untuk
pembangunan berkelanjutan negara dimana perusahaan itu berada, maka
CSR tersebut merupakan sekedar kosmetik untuk perbaikan citra. Jadi,
dengan menggunakan pembangunan berkelanjutan sebagai konsep kunci,
ada perbedaan yang tegas antara CSR dan greenwash atau pengelabuan
citra. Komponen ekonomi, sosial dan lingkungan menekankan bahwa
CSR dengan pembangunan berkelanjutan tidak dapat dipisahkan.
Bagi perusahaan, CSR dapat dipandang menjadi dua hal yang saling
bertolak belakang, yaitu apakah CSR bersifat sukarela atau wajib.
Beberapa ahli menyatakan CSR seharusnya didasarakan pada kesukarelaan
dengan pendirian Ketua Panitia Khusu UU. Dengan demikian kegiatan
CSR perusahaan harus diregulasi.
Namun, sampai saat ini banyak
perusahaan yang memandang CSR bukan sebagai kewajiban, tetapi suatu
kesukarelaan.
Pemahaman yang dipromosikan oleh perusahan-perusahaan yang
berkomitmen CSR tinggi maupun banyak ahli yang sependapat adalah
bahwa sukarela bukan berarti perusahaan bisa semaunya saja memilih
untuk menjalankan atau tidak menjalankan tanggung jawabnya atau
selektif pada tanggung jawab itu. Yang dimaksud dengan kesukarelaan
adalah perusahaan juga menjalankan tanggung jawab yang tidak diatur
oleh regulasi. Jadi, apa yang sudah diatur oleh pemerintan harus dipatuhi
dahulu sepenuhnya, kemudian perusahaan menambahkan lagi hal-hal
45
positif yang tidak diatur. Semakin banyak hal positif yang dilakukan
perusahaan, padahal hal itu tidak diharuskan oleh pemerintah, maka
kinerja CSR itu semakin tinggi.
UUPT mewajibkan perusahaan yang berbasis sumber daya alam
menyisihkan anggaran untuk tanggung jawab sosial perusahaan dan
lingkungan. Perdebatan banyak terjadi di seputar CSR yang seharusnya
berlandaskan kerelaan, tetapi menjadi kewajiban. Tetapi karena sudah
menjadi UU, yang bisa dilakukan adalah justru bagaimana merumuskan
dalam Peraturan Pemerintah yang akan menjaadi strategi baru dalam
menjalankan perusahaannya. CSR telah mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Komisi eropa membuat definisi yang lebih praktis, yang
pada intinya adalah bagaimana perusahaan secara sukarela memberi
kontribusi bagi terbentuknya masyarakatnya yang lebih baik dan
lingkungan yang lebih bersih.34
Tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun
ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, tanggung jawab ini diarahkan
kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan.
Keluar, tanggung jawab ini berkaitan engan peran perusahaan sebagai
pembayar pajak dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan
dan
kompetensi
masyarakat,
serta
memelihara
lingkungan
bagi
kepentingan generasi mendatang. Dengan hal ini dapat disimpulkan begitu
luasnya makna CSR. Dapat digambarkan CSR sebagai sebuah piramida,
34
Muhammad Fadli, Pengertian Corporate Sosial Responsibility, Manfaat, dan Perusahaan yang
Menerapkan CSR, http://fadlimuhammadfadli.blogspot.co.id/, terakhir diakses tanggal 5 Juni
2016
46
yang tersusun dari tanggung jawab ekonomi sebagai landasannya,
kemudian tanggung jawab hukum, lantas tanggung jawab etik, dan
tanggung jawab filantropis berada di puncak piramida.
Kegiatan CSR akan menjamin keberlanjutan bisnis yang dilakukan.
Hal ini disebabkan karena:
a.
Menurunnya
gangguan
sosial
yang
sering
terjadi
akibat
pencemaran lingkungan, bahkan dapat menumbuhkembangkan
dukungan atau pembelaan masyarakat setempat
b. Terjaminnya pasokan bahan baku secara berkelanjutan untuk
jangka panjang
c. Tambahan keuntungan dari unit bisnis baru, yang semula
merupakan kegiatan CSR yang dirancang oleh korporat
Adapun 5 pilar yang mencakup kegiatan CSR yaitu:
a. Pengembangan kapasitas SDM di lingkungan internal perusahaan
maupun lingkungan masyarakat sekitarnya
b. Penguatan ekonomi masyarakat sekitar kawasan wilayah kerja
perusahaan
c. Pemeliharaan hubungan antara korporasi dan lingkungan sosialnya
yang tidak dikelola dengan baik sering mengundang kerentanan
konflik
d. Perbaikan tata kelola perusahaan yang baik
e. Pelestarian lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial serta budaya
2. Manfaat dan risiko Corporate Social Responsibility
47
Pertimbangan menerapkan kemitraan tiga sector berdasarkan alasanalasan berbeda dari masing2 perusahaan. Donaldson dan Preston secara
teoritis
menyatakan,
tanggapan
perusahaan
terhadap
pemangku
kepentingan bisa berada di dimensi deskriptif, instrumental atau
normatif.35
Pada
dimensi
deskriptif,
perusahaan
menciptakan
pengkarakterisasian realitas, perilaku dan berbagai kemungkinan. Dimensi
instrumental merujuk pada hubungan kausal cause-effect (jika-maka)
dalam menentukan aksi untuk pencapaian tujuan, khususnya bagi yang
mengelola asset milik pihak lain. Sementara dimensi normatif bisa dikata
sebagai evaluasi, tepatnya dalam hal moral tujuan-tujuan yang akan
dicapai dan alat yang digunakan.
Berdasarkan pandangan tersebut, perilaku perusahaan mempraktikkan
CSR dan pelibatan pemangku kepentingan dalam kemitraan tiga sector
dapat diletakkan secara deskriptif, instrumental maupun normative.
Donaldson dan Preston menganologikannya dengan “bawang merah”:
dimensi normative menjadi inti, ditutupi dimensi deskripsi di kulit
berikutnya, dan dimensi instrumental sebagai kulit terluar.36 Pengandaian
ini sejalan dengan kasat mata dimana yang terlihat adalah upaya-upaya
yang dilakukan perusahaan pada dimensi instrumental.
Memiliki jalinan yang baik dengan para pemangku kepentingan,
misalnya, membantu manajemen memusatkan penyelesaian masalah sosial
yang dihadapi perusahaan. Pendakatan ini memberi pemahaman lebih luas
35
Sonny Sukada dkk, Membumikan Bisnis Berkelanjutan Memahami Konsep dan Praktik
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, Jakarta: Yayasan Indonesia Business Links, 2007, h 104
36
Sonny Sukada dkk, Membumikan Bisnis, h 104
48
dan mengurangi kemungkinan resiko masalah yang tak diharapkan yang
bisa muncul kemudian. Selain itu, keuntungan yang diperoleh perusahaan
sebagai akibat langsung penyelenggaraan CSR dan membangun kemitraan
tiga sector adalah:
a. Memperoleh izin sosial bagi kelangsungan operasinya
b. Mengurangi ketergantungan jangka panjang dari masyarakat
c. Meminimumkan kemungkinan keterlambatan atau penghentian
pembiayaan
oleh
investor
atau
agen
pembiayaan
akibat
perselisihan perusahaan dengan masyarakat
d. Membentuk hubungan baik dan mengurangi keberatan politis,
misalnya saat perusahaan memperpanjang kontrak operasinya
e. Mengurangi risiko pemasaran akibat persepsi asosiasi penjualan
maupun konsumen terhadap salah kelola dampak sosial dan
lingkungan
f. Menyediakan bukti bagi perusahaan di hadapan pemagang saham
berkaitan demgan kebijakan terhadap isu sustainable development
dan corporate citizenship
g. Mengurangi risiko reaksi negative public terkait permasalahan
dengan masyarakat setempat, HAM, maupun isu kerusakan
lingkungan
h. Meningkatkan motivasi personil perusahaan
Selain keuntungan dari pelaku perusahaan konvensional tersebut,
melalui kemitraan tiga sector masyarakat sipil memetik manfaat lain, yaitu
49
kemungkinan kesinambungan program karena pengelolaannya tidak hanya
bertumpu pada salah satu pihak saja.
Masyarakat juga memperoleh
peningkatan pelayanan public dari pemerintah.
Dan karena kemitraan
dapat dipastikan mengambil bentuk dialog, dimana tiap proses melibatkan
pihak
terkait,
masyarakat
mendapatkan
kesempatan
menentukan
kebutuhan serta membangun program yang sesuai dengan karakteristik
(tingkatan teknologi, pengetahuan dan ketrampilan) mereka.
Melalui kemitraan pemerintah dapat memperbaiki kinerja pelayanan
public untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, serta meningkatkan
persepsi dan kepercayaan terhadap legitimasinya.
Perkembangan
pemerintahan saat ini, khususnya kewenangan pemerintah daerah serta
pengelolaan
keuangan,
membutuhkan
penguatan
kapasitas
untuk
menjawab ekspetasi masyarakat dan bagaimana seharusnya pelayanan
public diberikan.
Kemitraan tiga pihak memberi peluang peningkatan
pengetahuan dan ketrampilan tersebut, dengan menarik pelajaran dari
perusahaan maupun masyarakat sipil.
Walaupun kemitraan memiliki banyak sisi positif, terdapat potensi
risiko yang perlu diwaspadai. Risiko yang dimaksud diartikan sebagai
factor pengancam proses pembentukan kemitraan tiga pihak dan
kelanggengannya bila terbentuk. Yang terpenting adalah, jika inisiasi awal
bermitra muncul dari perusahaan, apabila mitra gagal dibangun karena
alasan apapun akan banyak dihubungkan sebagai kegagalan perusahaan.
Pelibatan pihak-pihak tertentu dalam kemitraan sering kali juga dianggapa
50
eksklusif oleh pihak yang tidak terlingkupi secara structural, misalnya
masyarakat
luar
yang
dilibatkan
untuk
program
pengembangan
masyarakat.
Mitra berpotensi pula menanggung risiko sebagaimana perusahaan.
Bagi kalangan Ornop misalnya, kerjasama dengan perusahaan atau Ornop
lainnya potensial melahirkan kritik konstituennya, yang boleh jadi belum
menerima adanya hubungan sebab trauma masa lampau.37
Di sana
reputasi mitra dipertaruhkan, terutama karena kemungkinan timbul
persepsi terjadi kooptasi kepentingan dari pihak perusahaan.
Di luar risiko-risiko itu mungkin pula lahir ekpetasi pihak lain
(masyarakat dan pemerintah) yang jauh dari kemampuan yang dapat
diberikan perusahaan.
Situasi ini menghadapkan perusahaan pada
permasalahan baru. Apalagi jika perusahaan tidak melakukan apa yang
telah disanggupi pada pertemuan dengan para pihak.
B. Bidang atau Perusahaan yang Menjadi Penyaluran Corporate Social
Responsibility di Indonesia
Dalam menjalankan tanggung jawab sosialnya, perusahaan memfokuskan
perhatiannya kepada tiga hal yaitu keuntungan (profit), masyarakat (people), dan
lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang
memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang
dan mempertahankan eksistensinya. Perhatian terhadap masyarakat dapat
37
Sonny Sukada dkk, Membumikan Bisnis, h 107
51
dilakukan dengan cara perusahaan melakukan aktivitas-aktivitas serta pembuatan
kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan, kualitas hidup dan
kompetensi masyarakat diberbagai bidang. Dengan memperhatikan lingkungan,
perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam usaha pelestarian lingkungan demi
terpeliharanya kualitas hidup umat manusia dalam jangka panjang.
Tabel
Motivasi CSR
Semangat/Prinsip
Misi
Karitatif
Filantropis
Kewargaan
Agama, tradisi dan
Norma, etika dan
Pencerahaan diri
adat
hukum universal:
dan rekonsiliasi
redistribusi
dengan ketertiban
kekayaan
sosial
Menolong sesama
Mencari dan
Mengatasi
masalah sesaat
mengatasi akar
atau saat itu
masalah,
memberikan
kontribusi kepada
masyarakat
Pengelolaan
Pengorganisasian
Jangka pendek
Terencana,
Terinternalisasi
dan parsial
terorganisasi,
dalam kebijakan
terprogram
perusahaan
Yayasan atau
Profesional:
Dana Abadi
keterlibatan
Kepanitiaan
52
tenaga-tenaga ahli
di dalamnya
Penerimaan
Orang miskin
Masyarakat luas
manfaat
Masyarakat luas
dan perusahaan
Kontribusi
Hibah sosial
Hibah
Hibah sosial
pembangunan
maupun
pembangunan dan
keterlibatan sosial
Inspirasi
Kewajiban
Kemanusiaan
Kepentingan
bersama
Sumber: Saidi dan Abidin (2004 ) dalam Edi Suharto PhD. Pekerjaan Sosial, CSR
dan ComDev
Pada tataran praktis CSR biasanya berupa program yang memiliki tujuan
mengembangkan
masyarakat.
Konsep
memiliki tujuan pemberdayaan.
pengembangan
masyarakat
sendiri
Proses pengembangan masyarakat mengajak
masyarakat agar turut serta dalam berkembang, bukan hanya mendapat bantuan.
Konsep Community Development mengajak dan merangkul seluruh masyarakat
untuk dapat bekerja sama dan berpartisipasi penuh dalam pengembangan dan
pembangunan
masyarakat.
Sehingga
setelah
adanya
bentuk
kegiatan
pengembangan masyarakat ini, mereka dapat lebih mandiri dan berdaya dari
sebelumnya. Setelah dipetakan ada beberapa motivasi yang melandasi sebuah
perusahaan untuk melakukan CSR, dari mulai menjalankan kewajiban hingga
53
demi membantu sesama, dan beramal kepada sesama menjadi memberdayakan
dan membangun masyarakat.38
Kegiatan program CSR pun beragam, tidak hanya terbatas pada program
sosial maupun secara ekonomi. Ada beberapa bidang lain yang dapat dijadikan
sasaran pertanggungjawaban sosial perusahaan seperti, sosial, pendidikan, dan
lingkungan. Upaya tersebut kemudian diperkuat dengan dikeluarkannya UndangUndang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UndangUndang No. 25 tahun 2007. Sesuai dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2007
pasal 74 dan Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UUPM). Kedua undang-undang tersebut mengatur bahwa setiap perseroan atau
penanam modal diwajibkan untuk melakukan sebuah upaya pelaksanaan tanggung
jawab perusahaan (CSR). Sangat banyak data yang mencatat usaha perusahaan
yang berkontribusi dalam pembangunan fisik maupun sosial melalui program
CSR nya, berikut diantaranya:
Tabel
Kegiatan CSR di beberapa perusahaan
No
Jenis/sector kegiatan
Jumlah kegiatan
1
Pelayanan sosial
2
Pendidikan dan penelitian
3
Kesehatan
4
Kedaruratan (emergency)
5
Lingkungan
95 kegiatan
(34,1%)
71 kegiatan
(25,4%)
46 kegiatan
(16,4%)
30 kegiatan
(10,8%)
15 kegiatan
38
Jumlah dana
(rupiah)
38 miliar (33,0%)
66,8 miliar
(57,9%)
4,4 miliar (3,8%)
2,9 miliar (2,5%)
395 juta (0,5%)
Tim Universitas Katolik Parahyangan, Corporate Social Responsibility: Konsep, Regulasi dan
Implementasi, hal. 7
54
6
Ekonomi produktif
7
8
(15,4%)
10 kegiatan
(3,6%)
7 kegiatan (2,5%)
5 kegiatan (1,8%)
640 juta (0,6%)
Seni, olah raga dan pariwisata
1,0 miliar (0,9%)
Pembangunan prasarana dan
1,3 miliar (1,0%)
perumahan
9
Hukum, advokasi dan politik
0
0
Jumlah total
279 kegiatan
115,3 miliar
Sumber: Saidi dan Abidin (2004) dalam Edi Suharto PhD. Pekerjaan Sosial, CSR
dan ComDev
Dalam bidang ekonomi, model kegiatannya yang dapat dilakukan dalam
membangun hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar yang lebih
berkualitas adalah melalui pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Peran perusahaan dalam pengembangan UMKM dapat dilakukan
dengan memberikan bantuan kepada UMKM sehingga UMKM tersebut dapat
membentuk capacity building, financial support dan jalur pemasaran yang kuat.
CSR sebagai salah satu solusi kemitraan dapat memperkuat daya saing UMKM.
Dalam kaitan ini, kepedulian perusahaan besar akan memberi manfaat kepada
kedua belah pihak, khususnya dalam rangka pengurangan dampak gejolak sosial
sebagai akibat adanya kecemburuan sosial – si kaya semakin kaya dan si miskin
semakin miskin. Secara spesifik menyebutkan bahwa CSR bisa diarahkan bantuan
permodalan, atau dalam bentuk peningkatan kapasitas seperti inovasi packaging,
inovasi branding, inovasi produk, serta penampilan produk.
Selain hal-hal
tersebut, bentuk program CSR lainnya yang juga bisa dilakukan adalah
pengembangan lembaga layanan bisnis dan yayasan lain yang intinya diarahkan
untuk pengembangan UMKM. Tabel di bawah ini akan menjelaskan pelaksanaan
55
CSR kemitraan di tiga perusahaan yaitu PT. Bio Farma, PT. Jasa Marga, dan PT.
Unilever.
Tabel
Model CSR di Bidang Ekonomi
Perusahaan
PT. Bio Farma
Pelaksanaan
Program kemitraan dan
bina lingkungan (PKBL)
diluncurkan pada tahun
1992
PT. Bio Farma telah
membina sebanyak 2300
usaha Mikro kecil dan
menengah (UMKM) dan
sudah merealisasikan
bantuan berupa dana dan
material senilai Rp 9,26
miliar
Kelemahan
1. penerima dana
program
kemitraan
(pengusaha kecil)
sebagian tidak
tepat sasaran,
yaitu tidak
termasuk kategori
pengusaha kecil,
karena omzet
setahun sudah
melebihi Rp 1
miliar. Selain itu
masih banyak
pengusaha yang
sudah
mendapatkan
pinjaman dari
pihak perbankan
(bankable) atau
telah
mendapatkan
dana program
kemitraan dari
perusahaan lain.
2. tingkat kemacetan
kredit (dana
bergulir) yang
diberikan kepada
usaha kecil
ternyata masih
cukup tinggi.
3. dana yang
bergulir ternyata
tidak digunakan
untuk
56
mengembangkan
usaha, namun
sebagian untuk
keperluan
konsumtif atau
investasi,
misalnya beli
kendaraan dan
tanah.
4. Adanya anggapan
dari pihak
penerima dana
bergulir (para
pengusaha kecil)
bahwa dana
bergulir tersebut
merupakan hibah,
sehingga tidak
perlu
dikembalikan.
PT jasa Marga
PT Unilever
Dana pelaksanaan
program kemitraan
berasal dari laba bersih
perseroan, yang
disisihkan sebesar
maksimal 2%. Jasa
Marga menyelenggarakan
program pendampingan
yang bertujuan unuk
meningkatkan akselerasi
kinerja dan produktifitas
UKM, dan program ini
difasilitasi oleh Jasa
Marga. Program ini
mencakup
penyelenggaraan
pendidikan dan latihan
dibidang manajemen
usaha kecil, serta
melibatkan mitra binaan
dalam ajang pameran dan
promosi di dalam dan
luar negeri.
Program Pengembangan
Petani Kedelai Hitam :
Mengajak kelompok tani
57
kedelai hitam menjadi
pemasok pabrik Kecap
Bango. Dengan cara
mendampingi dan
memberikan bibit kedelai
hitam terbaik, pengarahan
mengenai penanaman,
dan pinjaman tanpa
bunga
Dalam praktenya, perusahaan tidak hanya memfokuskan pada pemberian
bantuan secara financial. Sangat banyak data yang mencatat usaha perusahaan
yang berkontribusi dalam pembangunan fisik maupun sosial melalui program
CSR nya, berikut diantaranya:39
1. PT Freeport Indonesia mengklaim telah menyediakan layanan medis
bagi masyarakat Papua melalui klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit
modern di Banti dan Timika. Di bidang pendidikan, PT Freeport
menyediakan bantuan dana pendidikan untuk pelajar Papua, dan bekerja
sama dengan pihak pemerintah Mimika melakukan peremajaan gedunggedung dan sarana sekolah. Selain itu, perusahaan ini juga melakukan
program pengembangan wirausaha seperti di Komoro dan Timika.
2. Pertamina terlibat dalam aktivitas pemberdayaan ekonomi dan sosial
masyarakat, terutama di bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan.
Pada aspek pendidikan BUMN ini menyediakan beasiswa pelajar mulai
dari tingkatan sekolah dasar hingga S2, maupun program pembangunan
rumah baca, bantuan peralatan atau fasilitas belajar. Sementara di bidang
kesehatan Pertamina menyelanggarakan program pembinaan posyandu,
39
Rahmat Ginanjar, Corporate Social Responsibility, 2009
58
peningkatan gizi anak dan ibu, pembuatan buku panduan untuk ibu hamil
dan menyusui dan berbagai pelatihan guna menunjang kesehatan
masyarakat. Sedangkan yang terkait dengan persoalan lingkungan,
Pertamina melakukan program kali bersih dan penghijauan seperti pada
DAS Ciliwung dan konservasi hutan di Sangatta
3. PT HM Sampoerna, salah satu perusahaan rokok besar di negeri ini juga
menyediakan beasiswa bagi pelajar SD, SMP, SMA maupun mahasiswa.
Selain kepada anak-anak pekerja PT HM Sampoerna, beasiswa tersebut
juga diberikan kepada masyarakat umum. Selain itu,melalui program
bimbingan anak Sampoerna, perusahaan ini terlibat sebagai sponsor
kegiatan-kegiatan konservasi dan pendidikan lingkungan.
4. PT Coca Cola Bottling Indonesia melalui Coca Cola Foundation –
didirikan pada Agustus 2000 - melakukan serangkaian aktivitas yang
terfokus
pada
infrastruktur
bidang-bidang:
masyarakat,
pendidikan,
kebudayaan,
lingkungan,
kepemudaan,
bantuan
kesehatan,
pengembangan UKM, juga pemberian bantuan bagi korban bencana alam.
5. PT Bank Central Asia, Tbk berkolaborasi dengan PT Microsoft
Indonesia menyelenggarakan pelatihan IT bagi para guru SMP dan SMA
negeri di Tanggamus, Lampung. Pelatihan ini sebagai pelengkap dari
pemberian bantuan pendirian laboratorium komputer untuk beberapa SMP
dan SMA di Gading Rejo, Tanggamus yang merupakan bagian dari
kegiatan dalam program Bakti BCA.
59
6. Nokia Mobile Phone Indonesia telah memulai program pengembangan
masyarakat yang terfokus pada lingkungan dan pendidikan anak-anak
perihal konservasi alam. Perusahaan ini berupaya meningkatkan kesadaran
sekaligus melibatkan kaum muda dalam proyek perlindungan orangutan,
salah satu fauna asli Indonesia yang dewasa ini terancam punah.
7. PT Timah, dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosialnya
menyebutkan bahwa ia telah menyelenggarakan program-program yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Perusahaan ini
menyatakan bahwa banyak dari program tersebut yang terbilang sukses
dalam menjawab aspirasi masyarakat diantaranya berupa pembiakan ikan
air tawar, budidaya rumput laut dan pendampingan bagi produsen garmen.
8. Astra Group, melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra menyebutkan bahwa
mereka
telah
melakukan
program
pemberdayaan
UKM
melalui
peningkatan kompetensi dan kapasitas produsen. Termasuk di dalam
program ini adalah pelatihan manajemen, studi banding, magang, dan
bantuan teknis. Di luar itu, grup Astra juga mendirikan yayasan Toyota
dan Astra yang memberikan bantuan pendidikan. Yayasan ini kemudian
mengembangkan beberapa program seperti: pemberian beasiswa, dana
riset, mensponsori kegiatan ilmiah universitas, penerjemahan dan donasi
buku-buku teknik, program magang dan pelatihan kewirausahaan di
bidang otomotif.
9. Unilever Program Sekolah Pepsodent Kampanye yang berkelanjutan ke
sekolah-sekolah dasar dalam memahami pentingnya kesehatan mulut, serta
60
menankam pengertian pada anak-anak mengenai pentingnya mengunjungi
dokter gigi secara teratur. Dalam pelestarian lingkungan hidup Unilever
membuat program pelestarian sumber air di Kali Brantas. Tujuannya yaitu
untuk mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat di sepanjang
Sungai Brantas dalam menyikapi sungai.
Dari rentetan contoh kecil data yang menggambarkan aktifitas sosial
lingkungan
perusahaan
di
atas
dapat
kita
lihat
perkembangan
yang
menggembirakan dari penerapan CSR di Indonesia baik dari segi kuantitas
maupun kualitas program. Namun, Masih banyak perusahaan tidak mau
menjalankan program-program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai
pengeluaran biaya (cost center). Bagi perusahaan, CSR memang tidak
memberikan hasil keuntungan dalam jangka pendek, justru CSR dapat dianggap
sebagai pemborosan anggaran perusahaan.
Ditambah dengan ditemukannya
berbagai kelemahan dari skema CSR yang selama ini diimplementasikan oleh
banyak perusahaan. Banyak kalangan berpendapat terdapat kelemahan yang
sangat mendasar dari konsep tersebut. Ketidakjelasan perusahaan mana dan
seperti apa yang wajib melakukan CSR. Apakah semua perusahaan mempunyai
kewajiban yang sama untuk melaksanakan CSR? Jika, CSR dijadikan kewajiban
setiap perusahaan, maka nilai dasar CSR yang bersifat sukarela akan hilang. Pada
akhirnya, hal ini berpulang pada komitmen dan kesadaran perusahaan masingmasing, karena dasar dari pelaksanaan CSR ini secara teoritis lebih bersifat
sukarela.
61
C. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Corporate Social Responsibility
1. Corporate Social Responsibility dalam Maqashid Syariah
a. Memelihara Agama
Dalam sebuah perusahaan yang akan menerapkan Corporate Social
Responsibility. Oleh perusahaan, masyarakat yang akan diberi dana
CSR tidak dituntut untuk memaksakan keyakinannya untuk mengikuti
keyakinan tertentu atau agama tertentu.
Artinya, mereka bebas
memilih mana keyakinan yang mereka percayai ataupun yang mereka
anut tanpa paksaan dari pihak manapun. CSR pun tidak menerapkan
syarat atau tuntutan bagi masyarakat mana saja yang akan diberi dana
dari CSR untuk memeluk agama tertentu.
Siapapun yang membutuhkan, dimana pun mereka, apapun yang
mereka anut, CSR tidak mempermasalahkannya. CSR hanya melihat
seberapa membutuhkannya masyarakat di sekitar perusahaan tersebut.
Mereka tidak memilih haruskah yang beragama Islam, ataupun tidak.
Dalam hal ini, berarti CSR sudah memenuhi ketentuan maqashid
syariah yang pertama yaitu memelihara agama, dimana CSR
memberikan kebebasan kepada masyarakat sekitarnya yang akan
diberi dana CSR untuk memeluk agama dan kepercayaannya masingmasing.
    
62
Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.40
b. Memelihara Jiwa
Ketika sebuah perusahaan atau pabrik yang memiliki CSR
memproduksi sesuatu, sebelumnya mereka harus memeriksa terlebih
dahulu dampak positif dan negative dari membuat sesatu tersebut.
Apakah nanti hasilnya menguntungkan atau merugikan, dan ataukah
bukan hasilnya yang merugikan melainkan limbahnya. Jika pada saat
pembuangan limbah di daerah masyarakat di sekitar perusahaan atau
pabrik tersebut yang sekiranya limbah tersebut membahayakan atau
merugikan masyarakat sekitarnya, masyarakat akhirnya tidak nyaman
dan memandang buruk perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, sebelum melakukan sesuatu yang dapat merugikan
masyarakat dan juga perusahaan atau pabrik tersebut, terlebih dahulu
untuk memeriksa apakah limbah ini bisa diproduksi kembali atau
didaur ulang dan/atau dibuang jauh dari masyarakat sekitar supaya
masyarakat sekitar tidak terkena dampak negative tersebut. Dengan
menggunakan dana dari CSR, perusahaan atau pabrik tersebut bisa
membuatkan sesuatu yang bisa langsung melenyapkan limbah yang
membahayakan bagi masyarakat sekitarnya. Atau jika limbah tersebut
tidak membahayakan, tetapi sebaliknya, sangat menguntungkan dan
bisa didaur ulang, bisa memanfaatkan masyarakat untuk mengambil
40
QS. Al-Kafiruun (109):6
63
dan mengolah lagi limbah tersebut dengan dibantu oleh perusahaan
atau pabrik yang menghasilkan limbah.
Dari hal ini, bisa dilihat bahwa Corporate Social Responsibility
atau biasa disebut CSR, sudah dikatakan bisa memelihara jiwa dengan
melindungi masyarakat dari bahanya limbah yang dihasilkan
perusahaan atau pabrik yang ada di sekitar masyarakat tersebut.
Dengan adanya dana CSR masyarakat sekitar menjadi tenang karena
ada sokongan untuk membangun desa yg ketika terdapat dampak dari
limbah perusahaan maka jiwa dari masyarakat menjadi tenang.
c. Memelihara Harta benda
Sebuah perusahaan jika akan mendirikan atau membuat sesuatu di
sekitar masyarakat sekitar, haruslah berunding terlebih dahulu kepada
mereka.
Memelihara harta benda adalah kewajiban bagi seluruh
manusia yang ada di muka bumi ini. Oleh karena itu, masyarakat
punya kewajiban untuk melindungi harta bendanya apabila terjadi
sesuatu.
Contohnya saja, pada saat sebuah pabrik atau perusahaan membuat
sesuatu, aromanya saja sudah membuat tanaman atau sawah
berhektar-hektar yang dimiliki masyarakat yang ada di sekitar
perusahaan rusak.
Hal ini, membuat masyarakat resah akhirnya
menuntut pabrik atau perusahaan tersebut.
Atau ada sebuah perusahaan akan mendirikan sebuah pabrik yang
mana lokasinya di daerah yang penuh masyarakat, dan harus
64
menggusur mereka sehingga mereka tidak ada tempat tinggal. Hal ini
sama sekali tidak baik bagi perusahaan karena akan dipandang buruk
nantinya dan tidak dipercaya oleh masyarakat.
Oleh karena itu, perusahaan atau pabrik tersebut bisa mengeluarkan
dana CSR untuk mengantisipasi apabila adanya kerusakan-kerusakan
yang dialami masyarakat yang terjadi karena dampak negative dari
perusahaan tersebut. Dengan begitu perusahaan atau pabrik maupun
masyarakat di sekitarnya bisa saling menjaga harta bendanya. Hal ini
bisa dilihat apabila CSR bisa melakukan hal itu, maka perusahaan
tersebut sudah memenuhi kriteria maqashi syariah yaitu memelihara
harta benda.
2. Implementasi Corporate Social Responsibility dalam Islam
a. Al-Adl
Pada saat sebuah perusahaan sedang melakukan sesuatu yang
mengandung CSR, akan mendapatkan keuntungan di dalamnya.
Begitu juga seharusnya terhadap masyarakat sekitar, mereka juga
seharusnya mendapatkan keuntungan dari perusahaan. Contohnya,
BNI Syariah yang terjun langsung membangun kembali atau
merenovasi masjid belum layak yang berada di sekitar masyarakat.
Dari situ bisa dilihat bahwa hal itu sangat menguntungkan bagi
masyarakat maupun bagi bank tersebut.
Dengan adanya keadilan seperti sama sama mendapatkan
keuntungan, baik pihak masyarakat ataupun perusahaan itu sendiri,
65
otomatis perusahaan akan dipandang baik oleh masyarakat sekitar dan
mereka pasti akan memberikan feedback juga terhadap perusahaan
tersebut.
Apabila sebuah perusahaan melakukan sesuatu tetapi
keuntungannya pun masyarakat tidak memetiknya, maka bisa saja
perusahaan dipandang buruk dan masyarakat tidak akan memberikan
feedback terhadap perusahaan.
Bisa dilihat dari uraian diatas, bahwasannya apabila sebuah
perusahaan melakukan suatu hal dengan menggunakan CSR dan
keuntungannya bisa didapatkan perusahaan dan masyarakatpun juga
merasakannya maka, perusahaan sudah menerapkan prinsip keadilan
atau al-adl. Atau sebaliknya, apabila perusahaan pada saat melakukan
sesuatu
dengan
menggunakan
CSR,
pada
saat
perusahaan
mendapatkan keuntungan dari hasil CSR tersebut sedangkan
masyarakat tidak merasakannya sama sekali, maka bisa dikatakan
bahwa perusahaan tersebut tidak menerapkan prinsip keadilan atau aladl.
b. Al-Ihsan
Bagi perusahaan, CSR dapat dipandang menjadi dua hal yang
saling bertolak belakang, yaitu apakah CSR bersifat sukarela atau
wajib. Beberapa ahli menyatakan CSR seharusnya didasarakan pada
kesukarelaan dengan pendirian Ketua Panitia Khusu UU. Dengan
demikian kegiatan CSR perusahaan harus diregulasi. Namun, sampai
66
saat ini banyak perusahaan yang memandang CSR bukan sebagai
kewajiban, tetapi suatu kesukarelaan.
Artinya, CSR tidak menuntut bagi sebuah perusahaaan untuk
mengeluarkan dana sosialnya, bukan kewajiban bagi mereka untuk
mengeluarkan, tetapi setidaknya perusahaan mempunyai anggaran
untuk dana CSR tersebut. Hal ini berarti perusahaan menerapkan
kebaikan kepada masyarakat dengan adanya CSR ini, perusahaan
tidak
berkewajiban
mengeluarkan
melainkan
dengan
sukrela
mengeluarkan dana sosial yang mana hasilnya bisa dipetik bersama
oleh perusahaan maupun masyarakat.
Begitu juga dengan salah satu prinsip CSR yaitu memberikan
pendidikan karyawan pada perusahaan tersebut, hal ini sudah
menerapkan prinsip kebaikan. Perusahaan tersebut tidak ada tuntutan
dari manapun untuk memberikan pendidikan lanjut atau pelatihan
kepada karyawan yang nantinya juga akann berguna bagi perusahaan.
Dalam Islam terdapat prinsip yang disebut Al-Ihsan yaitu kebaikan.
Melakukan perbuatan baik dianjurkan dalam Islam yaitu tanpa adanya
kewajiban tertentu dan paksaan dari manapun. Oleh karena itu, ketika
CSR diterapkan tanpa adanya sebuah kewajiban berarti perusahaan
tersebut telah menerapkan CSR sesuai dengan Al-Ihsan dalam Islam.
Hal tersebut juga akan mengurangi resiko reaksi negative dari
masyarakat.
Begitu juga halnya dengan memberikan pendidikan
kepada karyawan, hal tersebut sudah memenuhi prinsip Al-Ihsan.
67
c. Manfaat
Ada dua pilar yang mencakup kegiatan CSR, yaitu pengembangan
kapasitas SDM di lingkuungan internal perusahaan maupun
lingkungan masyarakat sekitar dan penguatan ekonomi masyarakat
sekitar kawasan wilayah kerja perusahaan.
Yang pertama, yaitu
pengembangan kapasitas SDM, disini yang dimaksud adalah
pengembangan ketrampilan seseorang agar tidak terjadi banyak
pengangguran
di
sekitar
bermanfaat bagi wilayahnya.
wilayah
perusahaan,
sehingga
bisa
Dilakukannya pelatihan, penyuluhan
agar masyarakat mengerti betapa pentingnya kehidupan ini dengan
tidak adanya penganggutan di sekitar.
Yang kedua, yaitu penguatan ekonomi. Yang dimaksud adalah
adalah memberikan kekuatan ekonomi pada masyarakat sekitar
perusahaan yang mana mereka sangat membutuhkan atau kekurangan.
Misalnya, saat waktunya menyekolahkan anak, tetapi orang tua tidak
mampu untuk membayar sekolah anaknya. Maka, perusahaan bisa
menguatkan ekonomi dengan memberikan beasiswa terhadap anak2
masyarakat sekitar.
Salah satu prinsip CSR yaitu memberikan sumbangan. Hal ini
yang dimaksud adalah memberikan sumbangan di sekitar wilayah
perusahaan yang mana wilayah tersebut sangat membutuhkan,
contohnya BNI Syariah menyalurkan air bersih di daerah Malang
Selatan dikarenakan daerah sana belum ada air bersih yg bisa
68
mengalir, sekalipun ada harus menempuh jarak sekitar 5km dari
pedesaan. Hal ini sangat bermanfaat bagi warga Malang Selatan,
karena air bersih memang sangat dibutuhkan oleh manusia. Dan juga
meningkatkan kesadaran sosial bagi perusahaan.
Menurut uraian diatas, sudah bisa dilihat bahwa CSR sudah
memenuhi prinsip manfaat, gunanya memberikan manfaat bagi
masyarakat sekitar dan menguntungkan bagi perusahaan yaitu
mengurangi reaksi negative yang ada dalam perusahaan tersebut.
d. Amanah
Salah satu tujuan diterapkannya CSR dalam sebuah perusahaan
adalah untuk menunjukkan rasa tanggung jawab perusahaan kepada
masyarakat. Yang dimaksud adalah, pada saat melakukan kegiatan
CSR, sebuah perusahaan tersebut harusnya bertanggung jawab dari
awal hingga akhir, sehingga masyarakat sekitar akan memandang
bahwa perusahaan ini memang bertanggung jawab pada saat
melakukan kegiatan CSR.
Ketika perusahaan sudah bertanggung jawab terhadap bisnis yang
dikelolanya berarti perusahaan itu dapat dipercaya.
Sehingga
masyarakat akan mengurangi atau menghilangkan reaksi negative
yang ada pada perusahaan tersebut. Ketika CSR pada perusahaan
sudah menerapkan tanggung jawab tersebut dengan baik dari awal
hingga akhir kegiatan maka prinsip amanah dalam Islam sudah
69
diterapkan oleh perusahaan tersebut, artinya perusahaan ini dapat
dipercaya ketika melakukan kegiatan CSR yaitu bertanggung jawab.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
dalam
menjalankan
tanggung
jawab
sosialnya,
perusahaan
memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu keuntungan (profit),
masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Dari undang-undang
Perseroan Terbatas bahwa
yang menjalankan Corporate Social
Responsibility adalah perseroan terbatas, karena pelaksanan CSR
masuk dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1.
70
71
2.
Corporate Social Responsibility atau bisa disebut CSR ini bisa
dikatakan sudah memenuhi atau sudah sesuai dengan salah satu
hukum Islam yaitu maqashid syariah. Yang mana maqashid syariah
terdiri dari lima yaitu, memelihara agama, memelihara jiwa,
memelihara akal, memelihara keturunan dan memlihara harta benda.
CSR sudah memenuhi 3 dari maqashid syariah tersebut yaitu
pertama, memelihara agama. CSR tidak memandang siapapun yang
akan diberi dana ini, tidak pernah memandang apapun agama yang
akan dianut oleh masyarakatnya.
Perusahaan hanya memandang
siapapun yang membutuhkan, siapapun yang kekurangan, dana sosial
ini siap membantu. Kedua, memelihara jiwa.
Disini CSR sangat
menjaga sekali jiwa-jiwa masyarakat yang ada di sekitarnya.
Perusahaan sebelum melakukan apapun, mereka tidak lupa untuk
memikirkan dampak positif dan negatifnya.
Sehingga jiwa-jiwa
masyarakat yang ada di sekitarnya tidak merasa dirugikan pada saat
perusahaan tersebut melakukan penyaluran dana CSR tersebut, dan
bisa mengurangi dampak pikiran negative dari masyarakat sekitar.
Ketiga, memelihara harta benda. CSR sendiri juga bisa memlihara
harta benda milik masyarakat sekitar perusahaan.
Pada saat
perusahaan akan melanjankan penyaluran dana sosial berupa CSR,
mereka juga akan berpikir dampak positif dan dampak negative dari
penyaluran dana tersebut sehingga dampak tersebut bisa diketahui
bahwa CSR bisa memanfaatkan atau merugikan harta benda milik
72
masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tersebut. CSR sendiri
selain sudah memenuhi hukum Islam yang sudah disebutkan di atas,
tanggung jawab sosial perusahaan ini juga sudah memenuhi prinsipprinsip Islam yang ada 4 yaitu, Al-Adl, Al-Ihsan, manfaat dan amanah.
Pertama, Al-Adl. Perusahaan pada saat melakukan penyaluran dana
CSR, hendaknya bersikap adil dalam hal keuntungan. Dari sini bisa
dilihat contoh BNI Syariah yang membangun masjid yang belum
layak layak. Hal ini membuat keuntungan yang sangat besar bagi
masyarakat sekitar masjid tersebut maupun BNI Syariah sendiri. Adil
disini artinya tidak ada yang merasa dirugikan atau merasa
teruntungkan sendiri. Masyarakat untung karena masjid akhirnya bisa
terpakai kembali, BNI Syariah pun untung karena dari sini akhirya
mereka bisa membuat masjid yang akan berguna bagi masyarakat
setempat dan mengurangi dampat berpikir negative dari masyarakat
setempat tentang BNI Syariah itu sendiri. Kedua, Al-Ihsan.
CSR
sendiri bukan kewajiban yang harus dilakukan bagi perusahaan untuk
masyarakat setempat, melainkan adalah kesukarelaan yang mana
perusahaan boleh atau tidak untuk menjalankan CSR tersebut. Namun
paling tidak ada tanggung jawab sosial perusahaan yang setidaknya
dilakukan oleh perusahaan itu sendiri agar masyarakat tidak berpikir
negative terhadap perusahaan tersebut. Ketiga, manfaat. Dari dana
CSR, perusahaan juga bisa membuat karyawannya jadi lebih terampil,
yaitu dengan mengadakan pelatihan-pelatihan skill agar karyawan-
73
karyawan yang ada di sebuah perusahaan bisa lebih maju kedepannya.
Atau dengan memberikan beasiswa bagi anak-anak masyarakat sekitar
perusahaan yang kurang mampu dan masih ingin melanjutkan
sekolah. Hal ini juga bisa mengurangi dampak berpikir negative dari
masyarakat terhadap perusahaan. Keempat, amanah.
Perusahaan
dalam menjalankan penyaluran dana CSR, harus bertanggung jawab
dari awal hingga akhir. Sehingga masyarakat sekitar perusahaan akan
mempercayakan apapun yang berhubungan dengan CSR terhadap
perusahaan. Contohnya penyaluran air yang dilakukan BNI Syariah,
dimana mereka juga membantu dari awal dengan bekerja sama dengan
PDAM. Dari awal hingga akhir mereka sangat membantu, sehingga
masyarakat di daerah tersebut sangat senang.
B. Saran
Hasi penelitian ini diharapakan memberi dampak positif bagi semua orang,
khususnya bagi perusahaan yang hendak melakukan penyaluran dana CSR dan
masyarakat sekitar perusahaan yang akan diberi dana penyaluran CSR atau
tanggung jawab sosial perusahaan tersebut.
Dari penelitian ini penulis
memberikan saran kepada dua belah pihak yaitu pihak perusahaan dan pihak
masyarakat sekitar perusahaan.
Kepada pihak perusahaan di seluruh Indonesia agar pada saat akan
menyalurkan dana CSR, hendaknya dipikir terlebih dahulu dampak positif dan
74
negative yang kan diterima perusahaan. Agar nantinya keuntungan juga akan bisa
dipetik oleh perusahaan itu sendiri.
Kepada pihak masyarakat agar selalu beritikad baik dalam bertransksi
dengan beragai perusahaan manapun. Agar nantinya pada saat sebuah perusahaan
melakukan penyaluran dana CSR tersebut, masyarakat juga ikut memtik hasil
yang sudah diperoleh dari penyaluran dana tersebut, dan tidak merasa dirugikan
oleh masyarakat.
Sehingga pada kehidupan selanjutnya masyarakat lebih
mempercayakan sepenuhnya tanggung jawab sosial tersebut terhadap perusahaan.
75
Daftar Pustaka
Al-Qur’ân al-Karîm.
Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adilatuhu. Jakarta: Gema Insani. 1986.
Djakfar,Muhammad.Etika Bisnis dalam Perspektif Islam.Malang: UIN Malang
Press. 2007.
Fitria,Soraya dan Dwi Hartanti.Islam dan Tanggung Jawab Sosial: Studi
Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan
GLOBAL
REPORTING
INITIATIVE INDEKS dan ISLAMIC SOCIAL REPORTING INDEKS.
Purwokerto: Universitas Jenderal Sudirman. 2010.
Hardiyanti,Sari.Analisis Hubungan Shari‟a Governance Structures Terhadap
Tingkat Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada
Pervankan Syariah Di Indonesia.Fakultas Ekonomi Program Studi
Ekstensi Akuntansi Depok. 2012.
Hasbi as-Shiddiqy,TM.Falsafah Hukum Islam.Cet. I. Jakarta: Bulan Bintang,
1996.
HR,Ridwan.Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
Ibrahim,Jhonny.Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif.Malang;
Bayumedia.2006.
Marzuki,Peter Mahmud.Penelitian Hukum.Jakarta: Kencana. 2014.
Rudito,Bambang dan Melia Famiola.Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan, Bandung: Rekayasa Sains. 2007.
Shidiq, Ghofar. Teori Maqashid Al-Syari‟ah dalam Hukum Islam. Fakultas
Agama Islam Universitas Islam Sultan Agung. 2009.
76
Sutarto.Good Corporate Governance: Corporate Social Responsibility dan
Pemberdayaan
UKM.http://www.diskopjatim.go.id/.
Terakhir
kali
diakses tanggal 25 April 2016
Soekamto,Soerjono.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press. 1986.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Peseroan
Terbatas Pasal 74 (1)
Wibisono,Yusuf.Membedah Konsep dan Aplikasi CSR.Gresik: Fascho Publishing.
2007.
Download