Analisis Pengaruh Pertumbuhan PBD, Suku Bunga SBI, IHK

advertisement
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN PDB, SUKU BUNGA SBI, IHK,
CADANGAN DEVISA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP
PERTUMBUHAN JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA
Oleh:
Drs. Bonaraja Purba, M.Si*)
*)
Dosen Universitas Negeri Medan
Abstract
This study aimed to determine the effect of GDP growth, the SBI rate, CPI, foreign exchange reserves
(CDS), and the exchange rate (ER) on the growth of the money supply (JUB) in Indonesia. This
research is a descriptive study using secondary data in the form of time series data obtained from the
BPS and Bank Indonesia. Methods of data analysis using OLS. Based on the analysis of data obtained:
(1) there is a significant effect on the growth of GDP growth JUB, this is indicated by the value of t
(6,24)> t table (1.70), (2) there is no significant effect on growth JUB SBI , this is indicated by the
value of t (0,07) <t table (1.70), (3) there is a significant positive effect on the growth of CPI JUB, this
is indicated by the value of t (1,22) <t table (1 , 70), (4) there is a significant positive effect on the
growth of CDS JUB, this is indicated by the value of t (2.22)> t table (1.70) and (5) there is no
significant effect on the growth of ER JUB, it this is indicated by the value of t (0,06) <t table (1.70) at
the 95% significance level.
Keywords: GDP, SBI, CPI, foreign exchange reserves, the money supply
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembangunan suatu negara
adalah untuk mempertinggi kapasitas produksi
nasional yang berdampak pada tingkat
pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan
dalam jangka panjang (sustainable growth). Hal
ini akan tercapai apabila kondisi stabilitas
ekonomi jangka pendek berada dalam kondisi
yang baik. Oleh karena itu, pembuat
kebijakan dituntut agar mampu membuat
suatu formulasi kebijakan yang dapat
menjaga stabilitas dalam perekonomian dan
mengurangi fluktuasi perekonomian. Kestabilan
laju inflasi merupakan unsur yang sangat
penting dalam menjaga kestabilan ekonomi.
Berdasarkan hal tersebut, tingkat inflasi di
Indonesia juga mendapat perhatian yang
sangat besar. Karena dalam kenyataannya
bahwa implementasi kebijakan moneter
ditujukan untuk mencapai tingkat inflasi yang
rendah dan stabil.
Dalam perkembangan ilmu ekonomi dari
berbagai permasalahan perekonomian jangka
pendek, para ekonom sepakat bahwa
pengendalian inflasi merupakan permasalahan
ekonomi yang paling penting pada akhir-akhir
ini. Inflasi merupakan variabel makroekonomi
penting yang turut menentukan kinerja suatu
perekonomian (Bayu Wijayanto, 2003). Karena
tingkat inflasi yang tidak stabil akan membawa
permasalahan, antara lain: pertama, inflasi yang
tinggi akan menyebabkan pendapatan rill
masyarakat akan terus menurun sehingga
standar hidup masyarakat juga menurun.
Kedua, inflasi yang tidak stabil akan
menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi
pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
Karena inflasi yang tidak stabil akan
menyulitkan masyarakat dalam mengambil
keputusan untuk melakukan konsumsi,
investasi dan produksi, yang pada akhirnya
akan
berdampak
pada
penurunan
pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat
17
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
inflasi domestik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tingkat inflasi di
negara tetangga akan mengakibatkan
menjadikan tingkat bunga domestik rill
menjadi tidak kompetitif yang berdampak pada
tekanan nilai rupiah.
Perkembangan tingkat inflasi, jumlah uang
beredar, dan PDB Riil di Indonesia untuk kurun
waktu 2002 – 2007 terlihat pada tabel 1 berikut
:
Tabel 1. Perkembangan Tingkat Inflasi. Jumlah Uang Beredar, dan PDB Riil di Indonesia
Inflasi ( INF )
Jumlah Uang Beredar
%
( JUB ) M1
2002
12.59
954,776.00
2003
6.79
954,776.00
2004
6.06
1,033,523.00
2005
10.40
264,712.08
2006
13.33
313,451.42
2007
6.40
385,826.83
Total
55.57
3,907,065.33
Rata-rata
9.26
651,177.56
Sumber : Bank Indonesia, Laporan Tahunan
Tahun
Nilai rupiah yang stabil dapat
menghasilkan interpretasi yang berbeda.
Kestabilan secara internal yaitu kestabilan
harga (stable in terms of prices of goods and
services), dan kestabilan secara eksternal yaitu
kestabilan nilai fakir (stable in terms of prices
of
other
currencies)
(Erwin, 2000).
Pemberlakuan nilai fakir mengambang tahun
1997 menjadikan kestabilan nilai rupiah
secara internal yang dipilih sebagai sasaran
akhir kebijakan moneter. Artinya, tingkat
inflasi merupakan sasaran akhir kebijakan
moneter.
Kebijakan moneter memberikan manfaat,
antara lain: (1) mudah dipahami oleh
masyarakat, karena masyarakat hanya akan
melihat
ukuran
keberhasilannya
pada
pencapaian laju inflasi, (2) dapat menciptakan
ekspektasi yang rendah terhadap inflasi
sehingga pada akhirnya dapat menghasilkan
tingkat inflasi aktual (actual inflation) sesuai
dengan yang diinginkan, (3) dapat menghindari
kemungkinan munculnya kebijakan-kebijakan
yang dapat menimbulkan deviasi terhadap
pencapaian target inflasi (diseretionary policy)
(Edi Susianto, 2002).
Kurva Philips menggambarkan hubungan
searah (positif) antara tingkat inflasi dan
pendapatan riil dalam jangka pendek.
Adanya hubungan positif antara inflasi dan
pendapatan riil merupakan suatu hal yang
tidak mungkin,
18
PDB Riil ( PDB ) Milyar
Rp.
1,863,274.70
2,045,853.50
2,303,031.50
2,729,700.00
1,847,292.90
1,963,974.30
12,753,126.90
2,125,521.15
yang menyebabkan tingkat inflasi yang rendah
tanpa menimbulkan resesi ekonomi atau dapat
pula dikatakan kebijakan ekspansif yang
membuat harga naik kelihatannya juga diikuti
oleh kenaikan pendapatan riil. Memelihara
kestabilan harga disamping untuk menunjang
proses pertumbuhan ekonomi merupakan salah
satu tugas penting kebijakan moneter. Untuk itu
diperlukan pertumbuhan uang beredar yang
jumlahnya sesuai dengan laju pertumbuhan
sektor riil dimana hal-hal lainnya dianggap
tetap (cateris paribus). Terjadinya perubahan
jumlah
uang
beredar
sebagai
akibat
meningkatnya penawaran uang yang dilakukan
dalam rangka kebijakan moneter akan
menyebabkan turunnya tingkat bunga.
Berdasarkan
tabel
1
di
atas,
pertumbuhan
uang
beredar
cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2004, terjadi peningkatan yang
sangat signifikan hingga mencapai nilai Rp.
1.033.523 milyar. Sementara itu pada tahun
2005 jumlah uang beredar mengalami
penurunan hingga mencapai Rp. 267.712,08
milyar. Peningkatan jumlah uang beredar yang
melambat pada tahun 2005-2007 sejalan dengan
upaya otoritas moneter untuk memelihara
kestabilan nilai mata uang rupiah.
Dalam teori ekspektasi rasional
disebutkan bahwa masyarakat melakukan
kesalahan dalam mengekspektasi jumlah uang
beredar sehingga menciptakan keterkaitan
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
antara perubahan tingkat inflasi dan
perubahan tingkat pendapatan riil. Studi
empiris yang telah dilakukan Barro (1977,
1978) memberikan dukungan yang kuat pada
hipotesa ekspektasi rasional tersebut, bahwa
hanya pertumbuhan jumlah uang beredar yang
mempunyai pengaruh pada variabel riil
(pendapatan riil dan pengangguran) atau dengan
kata lain, adanya pertumbuhan jumlah uang
beredar
akan
menyebabkan
tingkat
pendapatan riil dan pengangguran akan
berfluktuasi dari tingkat alamiahnya sedangkan
untuk tingkat harga dipengaruhi pertumbuhan
jumlah uang beredar.
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (
PDB ) dapat digunakan sebagai alat ukur
untuk melihat struktur perekonomian, apakah
suatu perekonomian tumbuh berkembang atau
tidak.
Suatu
perekonomian
dikatakan
mengalami pertumbuhan atau berkembang
apabila tingkat kegiatan ekonomi yang
dicapai pada saat ini lebih tinggi dari pada
tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai pada
masa sebelumnya. Perkembangan PDB riil
yang paling signifikan terjadi pada tahun 2005
yaitu sebesar Rp. 2.729.700 milyar, yang
disebabkan oleh semakin membaiknya kondisi
perkonomian Indonesia terutama di sektor riil.
Hal ini terkait dengan jumlah uang beredar di
masyarakat yang cukup besar pada tahun 2004.
Pendekatan
ekspektasi
rasional
yang
dikembangkan dalam penelitian ini, mencari
hubungan kebijakan moneter terhadap tingkat
pendapatan riil dan tingkat inflasi. kebijakan
moneter dalam penelitian ini mengacu pada
jumlah uang beredar. Dan dalam penelitian ini
akan menginvestigasi pengaruh pertumbuhan
uang beredar terhadap t ingkat pendapat an
riil dan inflasi di Indonesia.. Atas dasar
permasalahan di atas maka penelitian tentang
“Analisis Pengaruh Pertumbuhan Produk
Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Indeks Harga Konsumen
(IHK), Cadangan Devisa (CDS), dan Nilai
Tukar (ER) terhadap Pertumbuhan Jumlah
Uang Beredar di Indonesia”penting dilakukan.
1.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB)
b.
c.
d.
e.
terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar
di Indonesia.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
suku bunga (SBI) terhadap pertumbuhan
jumlah uang beredar di Indonesia.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
indeks harga konsumen (IHK) terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar di
Indonesia.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
cadangan
devisa
(CDS)
terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar di
Indonesia.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
nilai
tukar
rupiah
(ER)
terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar di
Indonesia.
II. Kajian Teori
2.1. Persamaan Pertumbuhan Jumlah Uang
Beredar
Persamaan pertumbuhan jumlah uang
beredar ini digunakan untuk memisahkan
pertumbuhan jumlah uang beredar dalam
komponen yang tidak terantisipasi dan
komponen yang terantisipasi. Bila dinyatakan
(DM,) sebagai ekspektasi pertumbuhan jumlah
uang beredar yang akan terjadi pada periode t,
maka
akan
mendapatkan
komponen
pertumbuhan jumlah uang beredar yang tidak
terantisipasi (DMRt ) adalah sebagai berikut:
DM R t = DM 1 -DMt.........................................(1)
Dan sebagaimana telah disebutkan di
awal, bahwa dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan ekspektasi rasional, sehingga disini
di asumsikan bahwa masyarakat akan
menggunakan teori-teori ekonomi dan
seluruh informasi yang relevan tersedia dalam
membuat ekspektasi. Dalam menentukan
ekspektasi tentang jumlah uang beredar
masyarakat akan menggunakan seluruh variabel
yang secara teoritis dapat mempengaruhi
jumlah uang beredar.
Secara teoritis, besarnya jumlah uang
beredar dalam perekonomian akan sangat
ditentukan oleh hasil interaksi pihak-pihak yang
keputusannya mempengaruhi jumlah uang
beredar yaitu penguasa moneter (bank central),
bank komersial dan lembaga keuangan (sistem
perbankan), serta masyarakat. Secara umum,
hubungan antara ketiga tersebut dapat
19
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
digambarkan pada persamaan berikut:
MS =
1 cu
re ce
H = mm.H
....................................................................... (2)
dimana:
Ms adalah jumlah uang beredar
cu adalah rasio uang kartal terhadap uang
giral
re adalah rasio cadangan terhadap uang giral
H adalah uang primer
mm adalah multiplier uang
Uang inti terdiri dari uang kartal dan
simpanan bank komersial pada bank central.
Uang inti merupakan "inti" dari proses
penciptaan uang, baik bagi penciptaan uang
kartal maupun uang giral. Tanpa ada uang inti,
tidak akan ada uang kartal maupun uang giral
(Boediono, 1982). Sehingga dapat dikatakan
perubahan uang inti merupakan penyebab
utama perubahan jumlah uang beredar. Dengan
asumsi bahwa multiplier uang konstan dapat
diprediksi, bank sentral dapat sepenuhnya
mengendalikan jumlah uang beredar. Sehingga
di sini diharapkan bahwa uang primer memiliki
hubungan yang positif dengan pertumbuhan
jumlah uang beredar. Perubahan perilaku dari
kedua pihak yang akan mempengaruhi
jumlah uang beredar melalui angka
pengganda
uang.
Masyarakat
dapat
mempengaruhi angka pengganda uang
melalui rasio kartal-uang giral, sedangkan
bank
komersial
mempengaruhi
angka
pengganda melalui rasio cadangan uang giral.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
perubahan rasio-rasio tersebut adalah tingkat
bunga, pendapatan riil, dan tingkat harga.
Dengan mempertimbangkan variabel di
atas
maka
masyarakat
akan
dapat
memperkirakan jumlah uang beredar yang akan
terjadi. Dalam ekspektasi rasional masyarakat
akan menggunakan informasi yang tersedia
pada periode t-1 variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap variabel yang akan
diekspektasi. Bila kita upayakan variabelvariabel diatas kecuali tingkat bunga dalam
bentuk pertumbuhan maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut.
DMt=D0+D1DMt-1+D2DMt-2+D3DM0t-1D4i ....(3)
Dimana,
20
DM,
= pertumbuhan jumlah uang beredar
pada periode t
DMr-r = pertumbuhan jumlah uang beredar
pada periode t-1
DMt_ 2 = pertumbuhan jumlah uang beredar
pada periode t-2
DMOt-1 = pertumbuhan uang inti pada periode
t-1
it-1
= tingkat bunga diskonto pada periode
t-1
= pertumbuhan pendapatan riil pada
DYt-1
periode t-1
Nilai residu pada persamaan diatas
kemudian
didefinisikan
sebagai
nilai
pertumbuhan uang tidak terantisipasi (DMR).
2.2.
Persamaan
Pertumbuhan
Pendapatan Riil
Tingkat
Dalam perekonomian terbuka seperti
Indonesia, nilai tukar memberikan pengaruh
besar terhadap perekonomian. Nilai tukar
akan mempengaruhi pendapatan riil melalui
komponen net export. Depresiasi mata uang
dalam negeri terhadap mitra dagang akan
menyebabkan barang produksi dalam negeri
menjadi lebih murah dan akibatnya hal ini
akan memperbesar export di satu sisi dan di
sisi lain akan menyebabkan turunnya import
karena barang impor akan dirasa lebih mahal
dari pada sebelumnya. Karena nilai tukar
dinyatakan dengan banyaknya rupiah untuk satu
unit dollar (Rp/$) maka nilai tukar diharapkan
memiliki hubungan yang positif terhadap
tingkat pendapatan riil.
Kemudian, dengan mengasumsikan bahwa y t 1
sebagai kondisi keseimbangan awal (yp) maka
persamaan akan menjadi seperti dibawah ini.
Log (yt) = G0 +G1 log (yt-1) + G2 DMR1 + G3
DMRt-1 + G4DMR1-2 + G5 log (ERt) +ut
.....................................................................(4)
Dimasukkannya dua nilai log dari
pertumbuhan uang yang tidak terantisipasi
(DMR) dimaksudkan untuk menangkap efek
persisten pendapatan riil akibat shock moneter.
Pemasukkan nilai lag variabel DMR dalam
persamaan pendapatan riil dapat dijelaskan dari
pengaruh shock pada variabel stok persediaan
(stock of inventories) (Blinder dan Fiseher
dalam Seffrin,1983).
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
2.3. Persamaan Tingkat Harga
Permintaan uang untuk transaksi
dipengaruhi oleh pendapatan sedangkan
permintaan uang untuk spekulasi dipengaruhi
oleh variabel tingkat bunga. Sehingga secara
sederhana hubungan tersebut dapat danyatakan
dalam persamaan berikut:
log(Mt –log(Pt =b0+ b1 log (yt) – b2r1 + t .. (5)
Dengan substitusi persamaan (4) ke
dalam persamaan (5) maka
dihasilkan
persamaan tingkat harga sebagai berikut:
Log (Pt) = b0 + log (Mt) – b1 (G1 log (yt-1) + G2
DMRt-1 + G4 DMR t-2 _ G5 log (ER1)) + b2r – (t +
b1ut)
...........................................................(6)
III. Metode Penelitian
3.1. Data dan Sumber Data.
Data dalam penelitian ini adalah data
sekunder, yaitu data yang telah diolah
menjadi laporan dari sumber yang asli atau
data yang tidak diperoleh langsung dari
lapangan. Adapun jenis data yang digunakan
adalah data time series, yaitu data triwulan
dari tahun 1992:3 sampai dengan 2007:3
yang bersumber dari laporan-laporan yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan
instansi-instansi lain yang berhubungan dengan
penelitian.
3.2. Metode Analisis
Untuk penelitian ini digunakan metode
kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square
(0LS)) dalam melakukan estimasi terhadap
jumlah uang beredar, tingkat pendapatan riil
maupun tingkat harga. Penggunan metode
OLS dilakukan untuk mendapatkan estimasi
yang BLUE (Best, Liner, Unbiased Estimator).
3.3. Definisi Operasional Variabel
Definisi variabel yang diamati pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
x Untuk menggambarkan tingkat harga yang
terjadi, digunakan IHK adalah karena
tingkat harga konsumen ini dapat
menggambarkan tingkat kesejahteraan
masyarakat. IHK juga menentukan uang
yang harus dipegang masyarakat dalam
bentuk cair, karena IHK menunjukkan
seberapa besar kebutuhan uang untuk
melakukan transaksi
x Jumlah uang beredar akan digunakan
uang dalam arti sempit (MI) dan arti luas
(M2). Dimana M1 terdiri dari uang kartal dan
uang giral. Sedangkan M2 terdiri dari M1
ditambah dengan uang kuasi (time
deposit).
x Nilai tukar merupakan banyaknya mata
uang domestik untuk dikonversi dengan
satu unit mata uang asing. Dalam
penelitian ini, nilai tukar didefinisikan
banyaknya rupiah untuk dikonversikan satu
unit dollar (Rp/$).
x Penelitian ini menggunakan 2 variabel
tingkat suku bunga yang berbeda yaitu;
suku bunga SBI 3 bulan dan suku bunga
Deposito 3 bulan. Tingkat suku bunga
SBI (i) digunakan dalam persamaan (3),
karena tingkat bunga SBI merupakan
instrumen yang sering digunakan oleh Bank
Indonesia untuk mempengaruhi jumlah
uang beredar. Sedangkan suku bunga
deposito 3 bulan (r) akan digunakan pada
persamaan (6) yang menunjukkan biaya
oportunitas memegang uang kas.
x Pendapatan riil merupakan banyaknya
pendapatan
riil
yang
dihasilkan
perekonomian suatu negara pada periode
tertentu berdasarkan harga konstan.
Pendapatan riil dalam penelitian ini akan
menggunakan nilai produk domestik bruto
berdasarkan harga konstan.
x Uang inti disebut juga dengan highpowered money. Uang inti terdiri dari uang
kartal dan simpanan sistem perbankan pada
bank sentral. Untuk simpanan sistem
perbankan pada bank sentral terdiri dari
cadangan
minimum
(minimum
requirement) dan cadangan lebih (excess
reserve).
x Pertumbuhan jumlah uang beredar yang
tidak terantisipasi (DMR) merupakan nilai
residual dari persamaan (2) yang
menunjukkan selisih antara pertumbuhan
jumlah uang beredar aktual dengan
pertumbuhan jumlah uang beredar yang
diharapkan.
3.4. Uji Statistik
Pengujian hipotesis terhadap parameter
dugaan dilakukan dengan cara, yaitu: uji t (t
test), dimana t hitung dibandingkan dengan t
21
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
tabel pada tingkat keyakinan tertentu, dan uji
F (F test), di mana nilai F hitung dibandingkan
dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan
tertentu. Dari uji F ini selanjutnya diputuskan
untuk menerima atau menolak hipotesa yang
diajukan.
3.5. Koefisien determinasi (R2)
Yaitu pengujian di gunakan untuk
mengukur seberapa besar sumbangan
variabel bebas secara keseluruhan untuk
menjelaskan perubahan variabel terikat. R2
mempunyai nilai di antara 0 dan 1 (0 < R 2
< 1). Semakin tinggi nilai R 2 suatu regresi
atau semakin mendekati nilai 1, berarti regresi
tersebut semakin baik hasilnya.
3.6. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan estimasi yang
BLUE (Best, Linier, Unbiased Estimator)
maka hasil estimasi harus melalui uji asumsi
klasik ini terlebih dahulu. Adapun uji asumsi
klasik ini meliputi: uji multikolineritas, uji
heteroskedastisitas, uji autokorelasi.
IV. Hasil Dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
Pada tabel 2 dipaparkan pertumbuhan
jumlah uang beredar (M1), PDB atas dasar
harga konstan, suku bunga (SBI) pada periode
tahun 2000-2008.
Tabel 2. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar (M1), PDB Atas Dasar Harga Konstan, Suku Bunga
(SBI) di Indonesia
JUB (M1)
No
Tahun
Value
Pertumbuha
(Milyar)
n (%)
1
2000
139,027.75
2
2001
162,621.25
0.170
3
2002
178,480.00
0.098
4
2003
201,961.00
0.132
5
2004
237,113.25
0.174
6
2005
268,496.50
0.132
7
2006
321,356.00
0.197
8
2007
398,833.00
0.241
9
2008
461,140.50
0.156
Rata-rata 263,225.47
0.162
Sumber : Bank Indonesia, (www.bi.go.id)
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas
dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu
periode 2000-2008, jumlah uang beredar M1
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000,
jumlah uang beredar M1 hanya sekitar
139.027,75 milyar rupiah namun pada tahun
2008, jumlah uang beredar M1 telah menjadi
461.140,50 milyar rupiah. Kurun waktu periode
2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun
jumlah uang beredar M1 adalah sekitar
263.227,47 milyar dengan pertumbuhan rata
rata pertahun adalah 0,162%. Pertumbuhan
terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar
0,098 %, sedangkan pertumbuhan terbesar
terjadi pada tahun 2007 sebesar 0,24%. Apabila
22
PDB Atas Dasar Harga
Konstan 2000
Value
Pertumbuha
(Milyar)
n (%)
347,442.48
360,101.43
0.036
376,304.10
0.045
394,292.83
0.048
414,129.20
0.050
437,703.80
0.057
461,823.23
0.055
490,993.58
0.063
519,498.40
0.058
422,476.56
0.052
Suku Bunga (SBI)
%
12.88
16.85
14.51
9.48
7.40
9.61
11.56
8.44
9.31
11.11
Pertumbuha
n (%)
0.309
-0.139
-0.347
-0.220
0.300
0.203
-0.270
0.103
-0.008
dilihat dari tahun 2000 hingga 2008 maka
pertumbuhan jumlah uang beredar M1 di
Indonesia telah bertumbuh sebesar 2,32 %.
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas
dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu
periode 2000-2008, PDB terus mengalami
peningkatan. Pada tahun 2000, PDB hanya
sekitar 347.442,48 milyar rupiah namun pada
tahun 2008 PDB telah menjadi 519.498,40
milyar rupiah. Kurun waktu periode 200020008 terlihat bahwa rata-rata pertahun PDB
adalah sekitar 422.476,56 milyar dengan
pertumbuhan rata rata pertahun adalah 0,52%.
Pertumbuhan dimulai terjadi pada Tahun 2001
sebesar 0,098%, sedangkan pertumbuhan pada
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
tahun 2008 sebesar 0,058%. Apabila dilihat dari
tahun 2000 hingga tahun 2008 maka
pertumbuhan PDB di Indonesia telah
bertumbuh sebesar 0,495%.
Berdasarkan data pada tabel 2 di atas
dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu
periode 2000-2008, suku bunga Indonesia (SBI)
terus mengalami fluktuasi. Tahun 2000, SBI
mengalami penurunan terendah sebesar 7,40%
sedangkan yang terbesar terjadi pada Tahun
2001 sebesar 16,85%. Kurun waktu periode
2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun
SBI
adalah
sekitar
11,11%,
dengan
pertumbuhan rata rata pertahun adalah -0,008%.
Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2003
yaitu sebesar -0,347%, sedangkan pertumbuhan
terbesar terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar
0,3%. Pada tahun 2008 SBI telah bertumbuh
sebesar 0,103%.
Berdasarkan data pada tabel 3 di bawah
ini, dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu
periode 2000-2008, indeks harga konsumen
(IHK) mengalami fluktuasi. Pada tahun 2002,
IHK pada tingkat terendah hanya sekitar 100,74
namun pada tahun 2001, IHK pada tingkat
tertinggi sebesar 237,02. Kurun waktu periode
2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun
IHK adalah 146,07 dengan pertumbuhan rata
rata pertahun -0,026%. Pertumbuhan terendah
terjadi pada tahun 2002 sebesar -0,575 %,
sedangkan pertumbuhan terbesar terjadi pada
tahun 2006 sebesar 0,129%. Pada akhir tahun
2008 maka pertumbuhan IHK di Indonesia telah
pertumbuhan mengalami penurunan sebesar 0,180%.
Berdasarkan data pada tabel 3 dapat
dijelaskan bahwa dalam kurun waktu periode
2000-2008, cadangan devisa (CDS) telah
mengalami peningkatan. Hanya pada tahun
2005, CDS mengalami penurunan sekitar
33.734,59 juta USD namun pada tahun 2008,
CDS telah menjadi 56.796,80 juta USD. Kurun
waktu periode 2000-20008 terlihat bahwa ratarata pertahun CDS adalah sekitar 37.799,41 juta
USD dengan pertumbuhan rata rata pertahun
0,097%. Pertumbuhan terendah terjadi pada
tahun 2005 yaitu -0,059%, sedangkan
pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2007
yaitu 0,259%. Apabila dilihat dari tahun 2000
hingga tahun 2008 maka CDS telah bertumbuh
sebesar 1,04%.
Pada Tabel 3 berikut ini, akan
dipaparkan pertumbuhan IHK, cadangan devisa
(CDS), dan Exchange Rate (ER) pada periode
tahun 2000-2008.
Tabel 3. Pertumbuhan IHK, Cadangan Devisa (CDS), dan Exchange Rate (ER) di Indonesia
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tahun
%
IHK
Pertumbuhan (%)
0.121
-0.575
0.064
0.062
0.107
0.129
0.068
-0.180
2000
211.46
2001
237.02
2002
100.74
2003
107.18
2004
113.78
2005
125.91
2006
142.17
2007
151.90
2008
124.50
Rata146.07 -0.026
rata
Sumber : Bank Indonesia, (www.bi.go.id)
Cadangan Devisa(CDS)
Pertumbuh
Juta USD
an (%)
27887.20
28570.98
0.025
29840.44
0.044
34249.52
0.148
35848.21
0.047
33734.39
-0.059
41281.97
0.224
51985.21
0.259
56796.80
0.093
Exchange Rate (ER)
Pertumbuh
Value
an (%)
8675.00
10478.75 0.208
9085.00
-0.133
8553.00
-0.059
9126.75
0.067
9875.75
0.082
9657.50
-0.022
9682.00
0.003
10192.50 0.053
37799.41
9480.69
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas
dapat dijelaskan bahwa dalam kurun waktu
periode 2000-2008, nilai tukar rupiah
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000, nilai
0.097
0.025
tukar rupiah hanya sekitar 8.675 rupiah namun
pada tahun 2008, nilai tukar rupiah telah
menjadi 10.192,50 rupiah. Kurun waktu periode
2000-20008 terlihat bahwa rata-rata pertahun
23
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
nilai tukar rupiah adalah sekitar 9.480,69
dengan pertumbuhan rata rata pertahun adalah
0,025%. Pertumbuhan terendah terjadi pada
tahun 2002 yaitu -0,133%, sedangkan
pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2001
yaitu 0,208%. Pada tahun 2008 maka
pertumbuhan nilai tukar rupiah di Indonesia
telah bertumbuh sebesar 0,053%.
4.2.
Analisis Pertumbuhan Jumlah Uang
Beredar
Dalam melakukan estimasi model
pertumbuhan jumlah uang beredar di Indonesia
digunakan metode kuadrat terkecil biasa
(ordinary least square = OLS) dimana hasil
estimasi OLS terhadap model yang dipakai,
disajikan pada tabel 4 dibawah ini. Dengan
operasional model penelitian ini adalah sebagai
berikut :
JUB1t = Įo+ Į1 JUB1t-1 + Į2 JUB1t-2 + Į3 PDBt-1
+ Į4 SBIt-1 + Į5 IHKt-1 + Į6 CDSt-1
+ Į7Er-1 + ut
Pada tabel 4 di bawah bahwa hasil
estimasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,7239
sehingga dapat dikatakan bahwa hasil estimasi
mempunyai keeratan dan ketepatan (goodness
of fit) yang baik. Artinya bahwa variasi-variasi
pada variabel dependen, 65,92% mampu
dijelaskan oleh variabel-variabel independen
tersebut. Sedangkan 34,08 % ada variabel lain
yang tidak dapat dijelaskan dalam model ini.
Model ini juga dapat menjelaskan bahwa secara
bersama-sama seluruh variabel (JUBt-1, JUBt-2,
PDB t-1, IHK t-1, CDS t-1, ER t-1) memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar (JUBt-M1).
Hal ini dapat dibuktikan bahwa nilai dari Fhitung
(10,11) > Ftabel (3,39) pada taraf 99%.
Tabel 4. Hasil Estimasi Fungsi Jumlah Uang Beredar
Variabel
Koefisien Estimasi
JUB1t-1
-0.375
JUB1t-2
-0.149
PDBt-1
2.057
SBIt-1
-0.0048
IHKt-1
0.073
CDSt-1
0.314
ERt-1
-0.0078
Constant
0.0282
Sumber : Hasil Analisis Data
Hasil uji statistik dari tabel 4.
menghasilkan variabel JUBt periode t-1 tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
JUBt di Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai thitung (-2,82) < ttabel (1,70) pada taraf 95 %.
Sedangkan hasil uji statistik menghasilkan
variabel pertumbuhan JUBt periode t-2 tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan JUBt di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai thitung (1,22) < ttabel (1,70)
pada taraf 95%. Adanya perbedaan pengaruh
singnifikan jumlah uang beredar periode t-1
(JUBt-1) dan periode t-2 (JUBt-2) membuktikan
bahwa pertumbuhan jumlah uang beredar
sekarang (JUBt) tidak dipengaruhi oleh
seberapa besar pertumbuhan stok persediaan
jumlah uang beredar periode t-1 (JUBt-1).
24
thitung
-2.82
1.22
6.24
-0.07
1.22
2.22
-0.06
2.04
ttabel
Keterangan
1,70
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Tidak Signifikan
Signifikan
Hasil uji statistik dari tabel 4
menghasilkan variabel PDB memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan JUBt di
Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung
(6,24) > ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%.
Temuan ini sesuai dengan teori dan hipotesis
yang diajukan, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut: Pertumbuhan ekonomi yang positif
berarti secara riil terjadi peningkatan arus
barang atau pendapatan nasional. Peningkatan
permintaan agregat akan meningkatkan pula
pembiayaan, baik melalui perbankan maupun
melalui perusahaan pembiayaan lainnya.
Demikian pula sektor usaha yang merespon
kenaikan permintaan pendapatan riil tersebut
juga
memerlukan
pembiayaan
untuk
peningkatan produksinya. Hal ini berarti bahwa
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
peningkatan arus barang, yang tercermin dari
meningkatnya
PDB,
diikuti
semakin
meningkatnya pula jumlah uang beredar.
Hasil uji statistik dari tabel 4
menghasilkan variabel SBI tidak memiliki
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
pertumbuhan JUBt di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai thitung (0,07) < ttabel (1,70)
pada taraf 95%. Temuan ini sesuai dengan
teori, yang dapat dijelaskan sebagai berikut,
suku bunga menjadi pedoman bagi investor
untuk mengetahui apakah investasi yang
ditanamkan menguntungkan atau tidak. Jika
return dari suatu investasi lebih rendah dari
suku bunga yang berlaku, maka dapat dikatakan
bahwa investasi tersebut tidak menguntungkan.
Kredit adalah salah satu sumber dana untuk
melakukan investasi. Kecilnya suku bunga akan
menguntungkan kreditor untuk melakukan
investasi sehingga penarikan kredit yang besar
mengakibatkan peningkatan jumlah uang
beredar. Sebaliknya apabila suku bunga bank
meningkat besar akan menurunkan kreditor
untuk
menanamkan
investasinya
yang
mengakibatkan menurunnya jumlah uang
beredar.
Hasil uji statistik dari tabel 4
menghasilkan variabel pertumbuhan IHK tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
pertumbuhan JUBt. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai thitung (1,22) < ttabel (1,70) pada taraf 95%.
Temuan ini sesuai dengan teori, dan dapat
dijelaskan sebagai berikut bila IHK tinggi, nilai
uang akan turun, masyarakat akan cenderung
untuk memilih menyimpan kekayaannya dalam
bentuk barang. Dalam situasi seperti ini, jumlah
uang beredar akan meningkat karena
masyarakat akan mengalihkan kekayaan
finansialnya ke bentuk barang. Dengan
demikian, dalam masa inflasi jumlah uang
beredar akan cenderung meningkat.
Hasil uji statistik dari Tabel 4
menghasilkan variabel CDS memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap JUBt. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai thitung (2,22) > ttabel (1,70)
pada taraf 95%. Hubungan yang searah dan
pengaruh yang signifikan variabel CDS
terhadap JUBt membuktikan bahwa temuan ini
sesuai dengan teori dan hipotesis yang diajukan.
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut
penerimaan pemerintah dapat berasal dari
penerimaan dalam rupiah maupuan penerimaan
dalam bentuk valuta asing yang akan
menambah cadangan devisa. Penerimaan valuta
asing yang ditukarkan dengan rupiah untuk
perdagangan domestik akan meningkatkan
jumlah uang beredar di dalam negeri. Jadi
hubungan cadangan devisa dan jumlah uang
beredar cukup erat, di mana jumlah cadangan
devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang
beredar dalam jumlah yang sama.
Hasil uji statistik dari tabel 4
menghasilkan variabel ER tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap JUB. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai thitung (0,06) < ttabel (1,70)
pada taraf signifikansi 95%. Temuan ini sesuai
dengan teori, yang dapat dijelaskan sebagai
berikut misalkan bank sentral meningkatkan
penawaran uang. Karena tingkat harga
diasumsikan tetap, kenaikan dalam penawaran
uang berarti kenaikan dalam keseimbangan
uang riil. Kenaikan riil itu menggeser kurva LM
ke kanan, sehingga kenaikan penawaran uang
akan
meningkatkan
pendapatan
dan
menurunkan kurs.
V. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan
pengujian hipotesis dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh yang signifikan
pertumbuhan produk domestik bruto
(PDB) terhadap pertumbuhan jumlah uang
beredar (JUB), hal ini ditunjukkan oleh nilai
thitung (6,24) > ttabel (1,70) pada taraf
signifikansi 95%.
2. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
suku bunga SBI terhadap pertumbuhan
jumlah uang beredar (JUB), hal ini
ditunjukkan oleh nilai thitung (0,07) < ttabel
(1,70) pada taraf signifikansi 95%.
3. Tidak terdapat pengaruh positif yang
signifikan indeks harga konsumen (IHK)
terhadap pertumbuhan jumlah uang
beredar (JUB), hal ini ditunjukkan oleh nilai
thitung (1,22) < ttabel (1,70) pada taraf
signifikansi 95%.
4. Terdapat pengaruh positif yang signifikan
cadangan
devisa
(CDS)
terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB),
hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (2,22) >
ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%.
5. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan
nilai tukar rupiah (ER) terhadap
pertumbuhan jumlah uang beredar (JUB),
25
Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No. 2086-9681
hal ini ditunjukkan oleh nilai thitung (0,06) <
ttabel (1,70) pada taraf signifikansi 95%.
Seffrin, Steven M, 1983. Rational Expectation
(Economic Theory). London : Cambridge
University Press.
Daftar Pustaka
Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan
Keuangan Indonesia. Berbagai Terbitan.
________. Laporan Tahunan Bank Indonesia.
Berbagai Terbitan
________. Laporan Bulanan Bank Indonesia.
Berbagai Terbitan
Barro, Robert J, 1977. " Unanticipated Money
Growth and Unemployment in the United
States", The American Economic Review,
Vo l 67, No. 2.
Barro, Robert J, 1978, " Unanticipated
Money, Output, and the Price Level in
the United States", Journal of Political
Economy. V o l 86. No. 41
Bayu
Wijayanto, 2003. "Efek Danamis
Gangguan Permintaan Agregat dan
Penawaran Agregat Terhadap Fluktuasi
Inflasi di Indonesia". Jurnal Ekonomi dan
Bisnis (Dian Ekonomi). V o l 2, No. 1
Boediono, 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi
Makro. Yogyakarta: BPFE
Edi Susianto, 2002. "Menyikapi Inflation
Targeting dalam Proses Pemulihan
Ekonomi: Suatu Tinjauan Teori", Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol 5,
No. 2.
Erwin Haryono et al, 2000. "Mekanisme
Pengendalian Moneter Dengan Inflasi
Sebagai Sasaran Tunggal ", Buletin
Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vo l
2, No. 4.
Faisal H. Basri, 2002. Perekonomian
Indonesia (Tantangan dan Harapan Bagi
Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta:
Erlangga
Gujarati, Damodar, 1995.
Jakarta : Erlangga
Ekonometrika.
Mankiw,
N.
Gregory,
2000.
Makroekonomi.
Terjemahan
Nurmawan. Jakarta : Erlangga.
26
Nopirin, 1995. Ekonomi Moneter. Yogjakarta :
BPFE – UGM.
Teori
Imam
Download