اﻟﺴﱠﻼَمُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ وَرَﺣْﻤَﺔُ اﷲِ وَﺑـَﺮَﻛَﺎﺗُﻪ

advertisement
MUSIBAH DAN BENCANA DALAM PERSFEKTIF ISLAM
Oleh : Drs. H. Ramlan A. Karim, MHI
Kepala Bidang Penerangan Agama Islam Zawa
Kanwil Kementerian Agama Provinsi Bengkulu
‫ﷲ َوﺑَـ َﺮﻛَﺎﺗُﻪ‬
ِ ‫ﺴﻼَ ُم َﻋﻠَْﻴ ُﻜ ْﻢ َوَر ْﺣ َﻤﺔُ ا‬
‫اﻟ ﱠ‬
Marilah kita mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan Rahmat dan Inayah-Nya kepada kita
semua. Dengan Hidayah dan Taufiq-Nya kita dapat memilih dan
memilah antara yang haq dan yang bathil, benar dan salah, mana
yang harus kita kerjakan dan mana pula yang harus kita tinggalkan.
Selanjutnya sholawat beserta salam, kita kirimkan kepada
junjungan kita nabi Besar Muhammad SAW, karena kita yakin bahwa
dengan bershalawat dan meneladani hidup dan ajarannya, kita akan
selamat di dunia dan mendapatkan syafa’at di akhirat kelak.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Kita menyaksikan, akir-akhir ini banyak terjadi bencana dimanamana, seperti gempa bumi, gunung meletus, tanah longsor, angin
puting beliung, kebakaran, pesawat jatuh, jembatan runtuh,
demonstrasi yang anarkis dan yang terbaru terjadi yang banyak
menyedot perhatian media massa, baik cetak maupun eloktronik
yaitu banjir bandang terjadi dimana-mana terutama banjir yang
melanda kota Metropolitan Jakarta. Dan masih segar dalam ingatan
kita, bahwa kita masyarakat Bengkulu pernah mengalami musibah
1
gempa bumi yang sangat dahsyat. Hal itu menurut daya nalar dan
pikir umat manusia merupakan peristiwa yang luar biasa dan ada
pula yang menyatakannya sebagai peristiwa yang sangat luar biasa,
karena menimbulkan dampak yang sangat besar, bukan saja dari
segi fisik material, bahkan juga psikis-spiritual.
Bahkan lewat harian Rakyat Bengkulu yang terbit pada hari
Kamis tanggal 12 Februari 2015 bahwa pada hari Rabu 11 Februari
2015 lebih kurang jam 16.00 terjadi tabrakan maut di Jalan Raya
Pantai Panjang Bengkulu yang merenggut dua orang meninggal
dunia dan yang lainnya mengalami luka-luka serius, tentunya bagi
yang meninggal dunia kita turut berbelasungkawa Innalillahi Wa Inna
Ilaihi Rojiun dan yang luka-luka kita doakan semoga lekas sembuh.
Sebagai hamba yang beriman, kita yakin dan percaya bahwa
setiap musibah yang terjadi sudah tentu banyak menimbulkan korban
jiwa maupun harta. Maka dari itu, akibat musibah dan bencana yang
terjadi tersebut, berbagai tanggapan merebak muncul kepermukaan,
dan sekian banyak orang yang terguncang imannya.
Bahkan, karena rasa prustasi dan ketidakberdayaannya
menghadapi musibah yang terjadi silih berganti secara bertubi-tubi,
mungkin saja ada sekelompok orang yang berkata, bahwa “Tuhan
telah murka kepada penduduk sekeliling”. ucapan tersebut terlontar
lantaran mereka putus asa dan bosan atas kedurhakaan umat
manusia. Sekali lagi, ucapan tersebut terlontar dan terucap, lantaran
umat manusia kecewa dan putus asa, dan keputus asaan itu,
mungkin dan sekali lagi mungkin, lantaran dari ulah umat manusia itu
2
sendiri yang tidak pandai mensyukuri nikmat dari Allah Tuhan rabbul
Izzati Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Akan tetapi, bagi kita yang hadir di Masjid tempat yang suci ini,
dan sekaligus kita telah menyatakan diri kita sebagai orang yang
beriman dan percaya akan keesahan Allah SWT, maka semua
asumsi dan ungkapan tersebut, tidaklah wajar terlintas dalam
sanubari kita, lebih-lebih kita sebagai seorang insan yang selalu
berprasangka baik kepada Allah SWT. Karena memang Allah selalu
berbuat baik kepada makhluk ciptaan-Nya.
Kita harus yakin, bahwa Allah SWT, adalah Rabbul Alamin
(Pemelihara seluruh alam). Dan dalam konteks pemeliharan-Nya itu,
terjadi sekian banyak hal, yang antara lain, dapat terlihat “yang
menurut kacamata manusia” sebagai malapetaka atau musibah.
Namun sebaliknya, mungkin saja dan sekali lagi kita katakan
mungkin saja itu terjadi,sebagai tanda kasih sayang Allah SWT
kepada kita sebagai hamba yang lemah.
Kaum Muslimin Rahimakumullah.
Bila kita cermati lebih mendalam, memang, terkadang ada
sesuatu peristiwa yang terjadi, yang mungkin hal itu kita nilai buruk
atas izin Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, itu
bukanlah suatu hal yang mudah dijelaskan, ia merupakan salah satu
hal yang sangat musykil, khususnya bila ingin memuaskan semua
nalar dan fikir umat manusia, oleh karena itu,orang yang mengakui
dan meyakini tentang Kemahabesaran dan Kemahabijaksanaan
3
Allah SWT, biasanya mereka akan berkata “Tentu akan selalu ada
hikmah dibalik setiap peristiwa”. Baik yang dinilai sebagai
keburukan seperti musibah atau bencana, maupun sesuatu yang
menyenangkan. Akan tetapi semua jawaban tersebut, tentu tidak
akan memuaskan nalar setiap pribadi atau individu.
Menurut orang-orang yang alim dan pakar dalam bidang agama
“Apa yang dinamakan dengan keburukan sebenarnya tidak ada”.
Atau paling tidak, hanya sebatas pandangan nalar manusia yang
memandang sesuatu itu secara parsial, sepotong-sepotong dan tidak
utuh. Bukankah Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Qur’an yang
tertera di dalam surat As-Sajadah ayat 7 : Dialah yang menjadikan
segala sesuatu itu dengan sebaik-baiknya.
Kalau demikian adanya. Kaum muslimin Rahimakumullah, berarti
segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT selalu dalam kebaikan.
Keburukan adalah akibat keterbatasan pandangan kita. Ia
sebenarnya tidak buruk, tetapi nalar manusia yang terbatas. Hal ini
dapat kita ibaratkan, seperti seseorang pengrajin batu akik, ketika ia
memecahkan bongkahan batu, tentu batu yang dipecahkannya itu
akan hancur berkeping dengan bongkahannya yang lebih kecil dan
menjadikan batu itu tidak lagi utuh. Akan tetapi, jika diketahui
penyebab, tujuan dan dampak akhirnya, maka sang pengrajin batu
akik yang memecahkan batu tersebut akan menjadi sangat terpuji,
karena setelah dibuat menjadi batu cincin, maka ia akan bernilai jual
dengan harga yang tinggi. Atau serupa orang yang memandang
hitam tahi lalat pada wajah seseorang wanita. Keterbatasan
4
pandangan pada objek tersebut, menjadikan sipemandang
melihatnya buruk, tetapi jika wajah itu dipandang secara menyeluruh,
maka titik hitam tersebut, justru menjadi unsur kecantikan. Itulah
yang kita sebut, karena keterbatasan cara pandang.
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Allah SWT mengingatkan kita dalam salah satu firman-Nya surah
al-Baqarah ayat 216 :......Dan boleh jadi, kamu tidak senang terhadap
sesuatu, pada hal ia lebih baik untuk kamu, dan boleh jadi juga, kamu
menyenagi sesuatu, pada hal itu buruk untuk kamu, Allah
mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahuinya.
Karena itu, sebagai orang yang beriman, jangan selalu
beranggapan dan menjadikan harga mati, bahwa bencana tidak ada
segi positifnya bagi umat manusia. Maka dari itu, andaikan terjadi
suatu penderitaan atau musibah, ataupun bencana karena kesalahan
kita sebagai umat manusia, maka setimpallah karena ulahnya itu,
akan tetapi, jika yang bersangkutan tidak bersalah, tentu akan ada
imbalan yang disiapkan oleh Allah SWT untuknya, jika tidak di dunia
ini, maka ia akan mendapatkannya di akhirat nanti.
Kaum Muslimin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Ada beberapa istilah yang digunakan Al-Qur’an untuk
menunjukkan sesuatu yang tidak menyenangkan, antara lain;
mushibah, bala, azab, iqab dan fitnah :
5
1. Musibah, berarti mengenai atau menimpa. Apabila Al-Qur’an
menggunakan kata musibah, berati sesuatu yang terjadi itu tentu
tidak akan menyenangkan. Dan musibah terjadi karena kelalaian
yang diperbuat oleh manusia itu sendiri.
2. Bala, berati nyata atau nampak. Bala dijatuhkan oleh Allah SWT
walau tanpa kesalahan manusia, tujuannya adalah untuk menguji
umat manusia.
3. Fitnah, adalah bencana yang didatangkan oleh Allah SWT yang
dapat menimpa umat manusia, baik umat manusia itu bersalah
atau tidak.
4. Fitnah, yaitu ujian yang didatangkan oleh Allah SWT kepada
umatnya guna untuk mengtahui kadar kualitas keimanan
seseorang.
Kaum muslimin, jika kita perhatikan sungguh banyak ayat-ayat
Al-Qur’an yang didatangkan oleh Allah SWT untuk menjadi
peringatan bagi umat manusia. Bahkan dalam satu ayat-Nya Allah
SWT menjelaskan bahwa musibah itu terjadi karena ulah manusia itu
sendiri, firman Allah dalam surat Asy-Syura ayat 30 : Dan apapun
musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian
besar dari kesalahan-kesalahan mereka.
Dengan memperhatikan defenisi yang dikemukakan oleh AlQur’an tersebut, maka bencana yang banyak terjadi akhir-akhir ini
merupakan peringatan atau teguran dari allah SWT kepada umat6
Nya. Dan kita melihat para korban yang gugur akibat bencana
tersebut, kebanyakan orang yang baik-baik, maka peristiwa tersebut
lebih tepat kita katakan sebagai fitnah bukan musibah. Karena fitnah
menurut bahasa Al-Qur’an adalah bencana yang didatangkan oleh
Allah SWT yang dapat menimpa umat manusia, baik ia bersalah atau
tidak. Sedangkan musibah adalah sesuatu yang terjadi dan tidak
akan menyenangkan.
Untuk itu, jika orang yang berdosa ditimpa mudorat akibat
bencana tersebut, maka itu adalah akibat dosanya, sedangkan yang
tidak berdosa, buat mereka yang masih hidup itu adalah bala, yaitu
ujian untuk melihat kualitas keimanan seseorang. Adapun yang
meninggal, tetapi tidak berdosa, atau yang kesalahaannya tidak
setimpal dengan dampak buruk dari bencana tersebut, maka itu
merupakan anak tangga yang akan mengantar mereka memperoleh
kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT.
Sekali lagi, bagi mereka yang gugur karena bencana yang
menimpa, mereka dijadikan oleh Allah SWT sebagai syuhada, dan
mereka yang dijadikannya sebagai syuhada itu, telah dijadikannya
pula sebagai kekasih Allah untuk mencapai tujuan yang
dikehendakinya.
Mereka itulah, menurut Al-Qur’an adalah orang-orang yang
MUKHLASHIN bukan MUKHLISIN. Mukhlashin adalah seseorang
yang dipilih oleh Allah SWT sebagai kekasih yang dirahmatinya, dan
orang tersebut selalu dekat dan ingat kepada Allah. Dia memandang
Allah SWT dengan mata hatinya. Tatkala ia berkata, dengan nama
7
Allah, tatkala bergerak dan berbuat, tentu atas perintah Allah, tatkala
diam, ia selalu bersama Allah, tatkala dia senang itu karena rahmat
Allah. Dan seluruh asfek kehidupannya dilakukannya karena lillahi
ta’ala.
Karena itu, menurut hemat khatib, bencana yang terjadi akhirakhir ini, bukan semata-mata tidak ada teguran dari Allah kepada
umatnya, bukankah dalam tarekh atau sejarah umat manusia, kita
diingatkan tentang adanya banjir bandang yang di alamioleh umat
Nabi Nuh AS, atau gempa bumi yang menimpa kaum “AD dan kaum
nabi LUTH, adalah sebagai dari bencana yang datangnya dari Allah
SWT. Memang Al-Qur’an mengaitkannya dengan sikap manusia
yang tertuang dalam salah satu firman-Nya surat al-‘Araf ayat 96
yang berbunyi :
Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari
langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami,
maka kami siksa mereka, disebabkan oleh perbuatan mereka.
Sebagai renungan, untuk mengakhiri khutbah kita pada hari ini
khotib mengajak kita semua, marilah kita berusaha untuk belajar dari
kegagalan-kegagalan yang kita alami. Memang, mungkin banyak
prestasi-prestasi yang telah kita capai, akan tetapi, prestasi tersebut,
hendaknya tidak membuat kita terlena dan terledor, sehingga
membuat kita kepulasan. Yang perlu kita cermati adalah, jangan
sampai dalam hidup ini kita terlepas kendali, ini berarti kita harus
berjuang dalam menghadapi berbagai tantangan yang semakin
8
kompetitif agar kita terhidar dari musibah dan bencana, dengan
segala kelemahan yang ada pada kita, semakin mempertebal
kemauan dan tekad kita, untuk selalu dekat dengan Allah SWT.
Sebagai umat beragama, kita harus berani belajar dari
pengalaman kita dimasa lampau, pengalaman adalah pelajaran yang
paling berharga, baik kesulitan maupun keberhasilannya, kita belajar
dari kekeliruan dan kegagalan, agar kita tidak mengulanginya lagi,
kita belajar dari keberhasilan yang kita gapai, untuk bekal perjalanan
selanjutnya.
Setelah kita berhenti sejenak, melihat perjalanan yang telah
lewat, marilah kita lanjutkan perjalanan panjang dengan tekad untuk
mengabdi kepada Allah SWT.
Untuk itu, dalam hidup ini, agar kita dijauhkan oleh Allah SWT
dari musibah dan bencana, marilah kita saling mengingatkan kalau
ada yang lengah dan salah arah, marilah kita memberikan semangat
jika ada yang letih, marilah kita ulurkan tangan kepada yang masih
tertinggal, itulah hakikat orang yang MUKHLASIN. Semoga Allah
SWT mengampuni dosa dan kesalahan kita semua, pada akhirnya
kita ditempatkan didalam Syurga Jannatun Na’im. Amiin
9
Download