Chapter II - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pencabutan
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari dalam
soket dari tulang alveolar, di mana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan
perawatan lagi.1,2 Pencabutan gigi merupakan hal yang paling penting dilakukan
seorang dokter gigi. Tahap awal dari prosedur ini adalah membuat pasien pati rasa
dan cara yang paling umum untuk memperoleh tujuan tersebut adalah dengan
anastesi lokal, walaupun ada cara lain seperti hipnosis atau anastesi umum yang
dapat digunakan.9 Pencabutan gigi dilakukan dengan menggunakan tang, ada
berbagai macam tang dirancang agar sesuai dengan gigi dan mulut individu
pasien.8,9 Meskipun alat yang digunakan dalam setiap kasus ditentukan oleh
pengalaman peribadi operator.8 Gigi bisa juga dicabut dengan alat yang
dinamakan elevator, yang dikhususkan untuk mengungkit gigi. Selalu diingat
bahwa gigi bukanlah “ditarik” melainkan dicabut dengan hati-hati. Dari beberapa
kasus digunakan untuk menggerakkan gigi dengan cara mengungkit dari
tulangnya.7,8,9
Selama ekstraksi, dokter gigi diharuskan untuk tidak merusak gigi
tetangga atau jaringan lunak dan termasuk jaringan lunak bibir.7,8 Kadang-kadang
cedera kecil ini tidak terhindarkan tergantung dari banyaknya faktor seperti
ukuran dan bentuk dari gigi dan mulut itu sendiri, kesulitan pencabutan dan yang
paling penting adalah kooperatif dari pasien. Terkadang tang yang besar harus
dipakai dan ahli bedah harus hati-hati kemungkinan adanya fraktur rahang,
khususnya pada pasien yang lanjut usia dengan kondisi tulang yang relatif rapuh
dan
merusak jaringan sekitar seperti saraf, dan dirahang
atas yaitu sinus
maksilaris.7,9
Setelah pencabutan gigi perhatikan apakah seluruh bagian gigi yang
dicabut telah terangkat atau ada beberapa bagian yang harus ditinggalkan untuk
mencapai perawatan terbaik. Keputusan untuk mencabut semua bagian gigi atau
ada bagian gigi yang ditinggalkan tergantung dari kondisi individual pasien.
Pendarahan setelah pencabutan harus dihentikan dengan penekanan menggunakan
tampon yang diletakkan dilokasi pencabutan kira-kira 30 menit.7,9 Instruksi pada
Universitas Sumatera Utara
pasien mengenai pasca pencabutan., bagaimana pasien merawat bekas pencabutan
atau luka dan apa yang harus pasien lakukan apabila merasakan sakit yang teramat
sangat dan pendarahan berulang. Dalam beberapa kondisi jahitan perlu dilakukan
maka dari itu terdapat kewajiban dari dokter gigi untuk memberikan tindak lanjut
pada para pasien.8,9
2.2 Anatomi Gigi Anterior
Anatami gigi pada rahang atas adalah yaitu insisivus sentralis, insisivus
lateralis, dan gigi kaninus. Gigi pada rahang bawah terdiri dari insisivus sentralis,
insisivus lateralis dan gigi kaninus yang masing mempunyai fungsi dan bentuk
anatomis yang berbeda.13,14
2.2.1 Insisivus Sentralis Maksila
Gigi ini adalah gigi yang pertama pada rahang atas yang terletak dikiri
kanan garis tengah/median. Permukaan labialnya lebih cembung dibandingkan
dengan gigi insisivus lateralis maupun kaninus atas, sehingga bentuk gigi
insisivus sentralis maksila seperti segi empat (squared). Insisivus sentralis maksila
tumbuh normal, kadang-kadang memiliki akar pendek tetapi mahkota panjang,
berada paling depan di rongga mulut.13,14
2.2.2 Insisivus Lateralis Maksila
Gigi ini adalah gigi ke-2 dari garis tengah. Bentuknya fungsional sama
dengan insisivus sentralis atas, sehingga mempunyai tugas yang sama di dalam
mulut, yakni dimensi koronanya lebih kecil dalam semua jurusan dan bentuknya
lebih bulat. Akarnya lebih langsing dan apeksnya runcing. Insisivus lateralis atas
mempunyai banyak variasi/anomali.13,14
2.2.3 Kaninus Maksila
Kaninus/Canine/Cuspid adalah gigi ke-3 dari garis tengah dan satusatunya gigi di rahang atas yang mempunya cusp. Gigi ini diberi nama Kaninus
karena pertumbuhan gigi pada binatang karnivorous baik sekali (misalnya :
anjing) karena mempunyai akar yang terpanjang dan tersebar sehinnga gigi ini
kuat sekali, baik kekuatan terhadap stress dan pemakaian maupun kebersihan.
Pada umumnya gigi ini adalah gigi terakhir yang tanggal, kadangkala masih tetap
Universitas Sumatera Utara
di rahang sesudah gigi lainnya hilang. Seringkali dipakai untuk pegangan dari
geligi tiruan. Karena posisinya dalam rahang, panjang dan angulasi akarnya maka
gigi kaninus menjadi struktur yang penting dari muka, yang memberi karakter,
kekuatan dan kecantikan.13,14
2.2.4 Insisivus Sentralis Mandibula
Gigi insisivus sentralis mandibular permanen merupakan gigi terkecil
dalam lengkung rahang. Crownnya sedikit lebih besar dari setengah diameter
mesiodistal gigi insisivus sentralis maksila, diameter labiolingualnya sekitar 1mm
lebih kecil. Ukuran mesiodisatal radiks sempit sehingga radiks dan mahkota
terlihat lebar dalam arah labiolingual.13,14
2.2.5 Insisivus Lateralis Mandibula
Gigi insisivus lateralis mandibular merupakan gigi mandibular kedua dari
median line, baik di sebelah kanan maupun sebelah kiri. Gigi ini mirip dengan
gigi insisivus sentralis mandibula, ukurannya sedikit lebih besar, fungsi kedua gigi
ini saling berhubungan.13,14
2.2.6 Kaninus Mandibula
Kaninus maksila dan mandibular mirip sekali. Ukuran mesiodistal lebih
kecil daripada kaninus maksila, radiks pendek, ukuran labiolingual crown dan
radiks sekitar 1 mm lebih kecil daripada kaninus maksila. Permukaan lingual
crown halus, cingulum dan marginal ridge kecil. Bagian lingual crown
menyerupai permukaan lingual insisivus lateralis mandibular. Cusp gigi tidak
sebesar cusp gigi kaninus maksila, ukuran labiolingual cusp ridge-nya lebih tipis.
Ujung cusp segaris dengan pusat radiks baik dari aspek mesial maupun distal,
kadang-kadang sedikit ke lingual. Beberapa gigi kaninus mandibula memiliki
bifurkasi radiks. 13,14
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 1 : Anatomi Gigi Kaninus 14
Gambar 2 : Anatomi Gigi Insisivus 14
2.3 Indikasi dan Kontraindikasi
Indiksi pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi
gagal atau tidak indikasi sebuah gigi harus dicabut karena hal lain sebagai
berikut.7
2.3.1 Indikasi Pencabutan
a. Karies yang parah, alasan paling umum dan yang dapat diterima secara
luas untuk pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dirawat.
b. Nekrosis pulpa, sebagai dasar pemikiran kedua-dua ini terkait dengan
pencabutan gigi adalah adanya nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak
diindikasikan untuk perawatn endodontik.
c. Penyakit Periodontal, periodontitis dewasa yang berat dan luas akan
menyebabkan kehilangan tulang berlebihan dan mobiliti gigi yang menetap.
d. Gigi Retak, gigi yang retak atau mengalami fraktur akar biasanya
menyebabkan nyeri hebat dan tidak dapat dikendalikan dengan perawatan
endodonti.
Universitas Sumatera Utara
e. Gigi terpendam, apabila gigi terpendam menimbulkan masalah dan
menyebabkan gangguan fungsi normal dari pertumbuhan gigi, maka gigi
terpendam ini diekstraksi.
f. Gigi berlebih, dapat mengganggu pertumbuhan gigi geligi normal atau
menyebabkan gigi berjejal berat dan estetis yang kurang pada gigi anterior.
g.
Keperluan ortodonti, ekstraksi gigi dilakukan untuk perawatan
ortodonti dengan pertumbuhan gigi yang berjejal.
h. Gigi yang mengalami malposisi, jika gigi mengalami trauma jaringan
lunak dan tidak dapat ditangani oleh perawatan ortodonsi, gigi tersebut harus
diekstraksi.
i.
Gigi yang fraktur, pencabutan gigi yang fraktur bisa sangat sakit dan
rumit dengan teknik yang lebih konservatif.
j.
Gigi yang terkait dengan lesi patologis. Dalam beberapa situasi, gigi
dapat dipertahankan dan terapi endodontik dapat dilakukan. Namun, jika
mempertahankan gigi dengan operasi lengkap pengankutan lesi, gigi tersebut
harus dicabut,
k. Gigi yang mengalami fraktur rahang. Dalam sebagian kondisi gigi yang
terlibat dalam garis fraktur dapat dipertahankan tetapi jika terluka maka
pencabutan mungkin diperlukan untuk mencegah infeksi.
h. Preradioterapi, pasien akan mendapatkan perawatan radioterapi pada
rongga mulutnya harus dilakukan ekstraksi gigi terlebih dahulu pada gigi-gigi
yang merupakan indikasi pada daerah yang akan diradioterapi.8
2.3.2 Kontraindikasi Pencabutan Gigi
Secara umum, kontraindikasi pencabutan gigi dibagi atas kontraindikasi
sistemik dan kontraindikasi lokal. Pencabutan gigi mnejadi kontraindikasi bagi
atas pasien-pasien dengan kondisi dan situasi yang tidak memungkinkan bagi
pasien sehingga pencabutan gigi harus ditangguhkan sampai pasien mendapatkan
terapi tambahan dan dinyatakan terbebas dari kasus lain yang menyebabkan
pencabutan tidak dapat dilakukan.2,7,8,9
Universitas Sumatera Utara
a. Kontraindikasi sistemik
Kontraindikasi sistemik meliputi kondisi sistemik pasien yang tidak
memungkinkan pasienuntuk mendapatkan terapi bedah, seperti pasien dengan
penyakit-penyakit metabolik yang tidak terkontrol , seperti diabetes yang tidak
terkontrol dan penyakit ginjal yang parah. Pasien dengan leukemia atau limfoma
yang tidak terkontrol juga merupakan kontraindikasi untuk ekstraksi gigikarena
berpotensi cukup besar untuk mengalami komplikasi infeksi dan perdarahan berat.
Pasien dengan penyakit jantung yang tidak terkontrol pun harus menunda
ekstraksi giginya hingga penyakit tersebut terkontrol. Begitu pula pada pasien
dengan hipertensi yang tidak terkontrol karena dapat menyebabkan perdarahan
yang persisten, akut myocardial insuffiensi,dan cerebrovascular accident.
Kehamilan relatif merupakan kontraindikasi pencabutan. Pencabutan pada
wanita hamil dapatdilakukan pada akkhir trimester awal, trimester kedua, dan
awal trimester akhir. Namun,tindakan yang lebih ekstensif harus ditunda sampai
kelahiran.Pasien hemophilia atau pasien dengan platelet disorder tidak boleh
dilakukan ekstraksi gigihingga koagulopati yang diderita dinyatakan sembuh2,7,8,9
b. Kontraindikasi Lokal
Kondisi- kondisi yang termasuk dalam kontraindikasi lokal dari
pencabutan gigi adalah:2,7,8,9
a. Ekstraksi pada area radiasi
b. Gigi pada area tumor malignan
c. Perikoronitis maupun radang akut lainnya
d. Gigi dengan abses dentoalveolar.
2.4 Prinsip Ekstraksi Gigi
Dalam prakteknya, ekstraksi gigi harus mengikuti prinsip-prinsip yang
akan memudahkan dalam proses ekstraksi gigi dan memperkecil terjadinya
komplikasi ekstraksi gigi 7,9,10,12.
a. Asepsis
Untuk menghindarkan atau memperkecil bahaya inflamasi, seharusnya
bekerja secara asepsis, artinya melakukan pekerjaan dengan menjauhkan segala
kemungkinan kontaminasi dari kuman atau menghindari organisme patogen.
Universitas Sumatera Utara
Asepsis secara praktis merupakan suatu teknik yang digunakan untuk
memberantas semua
jenis organisme. Tindakan sterilisasi dilakukan pada tim operator, alat-alat yang
dipergunakan, kamar operasi, pasien terutama pada daerah pembedahan.
b. Pembedahan atraumatik
Pada saat ekstraksi gigi harus diperhatikan untuk bekerja secara hati-hati,
tidak kasar, tidak ceroboh, dengan gerakan pasti, sehingga membuat trauma
sekecil mungkin. Tindakan yang kasar menyebabkan trauma jaringan lunak,
memudahkan terjadinya inflamasi dan memperlambat penyembuhan. Peralatan
yang digunakan
haruslah tajam karena dengan peralatan yang tumpul akan memperbesar
terjadinya
trauma.
c. Akses dan lapangan pandang baik
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akses dan lapangan pandang
yang baik selama proses ekstraksi gigi. Faktor-faktor tersebut adalah posisi kursi,
posisi kepala pasien, posisi operator, pencahayaan, retraksi dan penyedotan darah
atau saliva. Posisi kursi harus diatur untuk mendapatkan akses terbaik dan
kenyamanan bagi operator dan pasien. Pada ekstraksi gigi maksila, posisi pasien
lebih tinggi dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi lebih rendah
sehingga pasien duduk lebih menyandar dan lengkung maksila tegak lurus dengan
lantai. Sedangkan ekstraksi gigi pada mandibula, posisi pasien lebih rendah dari
dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi tegak dan dataran oklusal
terendah sejajar dengan lantai. Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar
daerah operasi dapat terlihat dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat
gelap daerah operasi. Retraksi jaringan juga dibutuhkan untuk mendapatkan
lapangan pandang yang jelas. Daerah operasi harus bersih dari saliva dan darah
yang dapat mengganggu penglihatan ke daerah tersebut sehingga dibutuhkan
penyedotan pada rongga mulut.
d. Tata Kerja Teratur
Bekerja sistematis agar dapat mencapai hasil semaksimal mungkin dengan
mengeluarkan tenaga sekecil mungkin. Penting untuk mengetahui cara kerja yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda untuk setiap pembedahan, sehingga dapat menggunakan tekanan
terkontrol sesuai dengan urutan tindakan.
2.5 Teknik dan Jenis Anastesi
Teknik yang digunakan untuk menganastesi gigi anterior adalah injeksi
supraperiostal yang menganastesi nervus alveolaris superior anterior. Teknik ini
dapat menganastesi semua gigi anterior.10
2.5.1 Anastesi Insisivus sentralis
Titik suntikan pada lipatan mukolabial. Anestetikum dideponir sedikit di
atas apeks akar gigi. Injeksikan perlahan sedikit demi sedikit. Karena adanya
serabut-serabut dari sisi yang lain, mungkin perlu diinjeksikan pada apeks gigi
insisivus sentralis sisi yang lain, baik tindakan bedah atau untuk pencabutan
gigi.8,9,10
2.5.2 Anastesi insisivus lateralis
Tekniknya dengan mendeponir anestetikum sedikit di atas apeks akar gigi.
Perlu diingat bahwa apeks gigi insisivus lateralis terletak pada fossa incisisva
yang merupakan cekungan. Sebelum penusukan dilakukan palpasi untuk
menentukan kontur tulang terlebih dahulu, maka akan memudahkan penempatan
anestetikum.8,9,10
2.5.3 Anastesi Kaninus
Gigi kaninus diinervasi oleh serabut yang berasal dari saraf gigi superior
anterior.
Titik suntikan pada lipatan mukolabial, pada titik tengah antara akar
kaninus dan insisivus lateralis. Jarum kemudian digerakkan sedikit kearah distal
menuju ke titik setinggi apeks akar gigi. Apeks terletak setinggi dasar rongga
hidung. Kontur akar gigi bisa dirasakan dengan palpasi. Larutan injeksi dideponir
perlahan sedikit diatas apeks akar gigi.8,9,10
Universitas Sumatera Utara
2.6 Metode Pencabutan Gigi Anterior
Terdapat berbagai teknik dan gerakan-gerakan yang dapat kita lakukan
pada saat pencabutan gigi.teknik dan gerakan-gerakan ini digunakan untuk
melepaskan serabut-serabut periodontium yang terdapat diantara gigi dengan
dinding alveolus. Dengan demikian, gigi dapat terlepas dari perlekatannya dengan
alveolus dan dapat dengan mudah dicabut.9
2.6.1 Pencabutan gigi rahang atas
1. Gigi Insisivus sentralis 8,9
Berakar satu atau bulat. Tang yang dipakai yaitu tang insisivus maksila
yang mulutnya besar atau kecil, tergantung pada besarnya gigi. Gingiva dilepas
dengan raspatorium dari serviks gigi kemudian tang ditempatkan sedalam
mungkin dan sesuai dengan poros gigi. Gerakannya lebih banyak rotasi dibantu
dengan luksasi sedikit, baru setelah gigi terasa lepas dari alveolas, kita bantu
dengan gerakan ekstraksi. Secara normal disini hanya terjadi robekan-robekan
dari serabut periodontium.
2. Gigi Insisivus lateralis 8,9
Berakar satu dan agak gepeng.Pucuk akar kadang-kadang membengkak ke
distal. Mahkota dan akar lebih kecil dari insisivus sentralis
Tang yang dipakai yaitu tang insisivus lateralis yang mulutnya lebih kecil dari
tang insisivus sentralis. Gerakannya hanya luksasi, dibantu sedikit dengan rotasi.
Luksasi lebih banyak ke arah labial karena bagian labial tulangnya lebih tipis
sehingga ekstraksi mudah dilakukan.
3. Gigi Kaninus 8,9
Sering terdapat dalam keadaan malposisi dan kebanyakan labioversi.
Akarnya satu dan paling panjang dari seluruh deretan gigi. Tang yang dipakai
yaitu tang insisivus yang mulutnya lebar dan tidak saling bertemu. Gerakan yang
dilakukan adalah kombinasi luksasi dan rotasi Luksasi lebih besar ke labial karena
tulang di bagian labial lebih tipis tetapi harus berhati-hati karena kemungkinan
tulang di bagian labial dapat turut pecah atau tercabut. Pencabutan kaninus lebih
berat karena akarnya panjang dan besar serta pucuk akarnya sering membengkok
hingga pencabutannya memerlukan tenaga banyak dan kadang-kadang dapat
terjadi fraktur gigi dan tulang.
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Pencabutan gigi rahang bawah
1. Gigi insisvus sentralis dan lateralis 8,9
Berakar satu dan akarnya gepeng. Tang yang dipakai adalah tang insisivus
bawah yang bersudut 900. (sudut antara gagang dan mulut tang). Gerakan yang
digunakan adalah luksasi. Luksasi lebih ke labial daripada lingual karena tulang
lingual lebih tipis. Setelah gigi longgar baru dilakukan ekstraksi.
2. Gigi kaninus
Berakar satu dan panjang. Pada potongan melintang seperti kaninus rahang
atas, di bagian bukal tulangnya kadang-kadang melekat pada gigi sehingga pada
pencabutan dapat menyebabkan frakturnya tulang rahang pada sekitar gigi
tersebut.
2.7 Teknik Pengambilan Fraktur Akar Gigi Anterior
Pengambilan fraktur dari gigi yang berakar satu terdapat dua metode yaiti
metode terbuka dan metode tertutup. 9
2.7.1 Metode tertutup
1. Fraktur pada korona saja atau fraktur berhampiran serviks.
Bila fragmen fraktur masih bisa dicakup dengan tang, maka dapat
dimasukkan tang sedalam mungkin kemudian fragmen fraktur dapat dikeluarkan
tanpa memperbesarkan trauma. Tang yang digunakan adalah tang sisa akar yang
lancip atau tang insisivus yang mulutnya kecil sehingga dapat masuk lebih
dalam.9
Caranya adalah dengan melepaskan gingiva disekitar fraktur menggunakan
raspatorium, kemudian bein ditempatkan diantara alveolus dengan akar gigi
dengan tujuan melebarkan alveolus bagian labial dan palatinal sehingga tang
tersebut dapat masuk untuk mencakup sisa akar tersebut. Namun, haruslah
berhati-hati karena bein dapat meleset serta bisa menyebabkan fraktur yang lain.9
2. Fraktur akar yang lebih rendah dari tepi alveolus (alveolus sudah lebih
tinggi daripada sisa akar).
Bila keadaan yang tidak memungkinkan penggunaan tang, maka
digunakan bein yang kecil yang dimasukkan diantara gigi dengan tulang alveolus
Universitas Sumatera Utara
dan bein digerakkan kearah mesial,distal,lingual serta menggerakkan akar kearah
oklusal.
Cara lain adalah dengan membuang sedikit tulang alveolus bagian
palatinal / lingual kemudian dengan menggunakan tang sisa akar yang kecil
hingga dapat mencakupnya dan fragmen dapat diambil.
3. Fraktur lebih kecil sepertiga dari akar 9
Pengambilan sisa akar dapat dilakukan dengan cara membuang tulang
alveolus bagian bukal / labial tetapi hanya secukupnya dan kemudian sisa akar
dapat dikeluarkan dengan bein.9
2.7.2 Metode terbuka.
Pembuangan sisa akar akar tersebut dapat dibuat dengan membuat flap
mukoperiostal bagian bukal dari fraktur akar tersebut dan membuka tulang pada
bagian yang menutupi sisa akar.9
Universitas Sumatera Utara
Gambar 3 : Fraktur akar horizontal pada gigi
insisivus sentralis dan insisivus lateralis.16
Gambar 4 : Fraktur akar pada gigi anterior 20
Gambar 5 : Fraktur akar gigi insisivus di bagian apikal
mengikut tipe dimana terjadinya fraktur.19
2.8 Komplikasi pencabutan gigi
Pencabutan fraktur gigi tidak terlepas dari beberapa komplikasi normal
yang menyertainya. Komplikasi sendiri merupakan kejadian yang merugikan dan
timbul diluar perencanaan dokter gigi. Oleh karena itu, kita sebagai dokter gigi
Universitas Sumatera Utara
harus tetap mewaspadai segala kemungkinan dan berusaha mengantisipasinya
sebaik mungkin.berbagai komplilkasi yang dapat terjadi, seperti :
1. Pendarahan yang berlebihan
Pendarahan yang dapat merupakan komplikasi. Pasien dengan ganggaun
pembekuan darah sangatlah jarang ditemukan kebanaykan adalah individu dengan
penyakit
hati,
pasien
yang
menerima
antikoagulan
atau
pasien
yang
mengkonsumsi aspirin dosis tinggi atau agen antiradang nonsteroid. Semua
kondisi ini bisa menyebabkan pendarahan.7.8
2. Fraktur mandibular atau maksila.
Paling umum terjadi karena kesalahan teknik operator saat melakukan
pencabutan gigi. Oleh karena itu, operator harus memilki teknik yang benar dan
bisa memperhitungksn seberapa besar penggunaan tenaga saat mencabut gigi dan
cara menggunakan alat dengan tepat 9.
3. Infeksi
Meskipun jarang terjadi tetapi hal ini jangan dianggap sepele. Bila terjadi
dokter gigi dapat memberikan resep berupa antibiotik untuk pasien yang berisiko
terkena infeksi.7,9
4. Pembengkakan
Keadaan ini terjadi akibat pendarahan yang hebat saat pencabutan gigi. Ini
terjadi kerana bermacam hal seperti kelainan sistemik pada pasien.9
5. Fraktur prosesus alveolaris
Kondisi ini dapat terjadi pada gigi yang mengalami hipersementose
dimana ujung akar lebih besar dari pangkalnya atau terdapat perlekatan antara
prosesus alveolaris dengan akar gigi hingga pada pencabutan sebagian dari
prosesus alveolaris turut tercabut. Biasanya dijumpai pada pencabutan gigi
kaninus.9
Universitas Sumatera Utara
2.9 Kerangka Teori
Pencabutan gigi
Definisi pencabutan gigi
Rahang
Atas dan
Rahang bawah
1. insisivus sentralis
2. isisivus lateralis
3. kaninus
Anatomi gigi anterior
Indikasi dan kontraindikasi pencabutan gigi
Prinsip ekstraksi gigi
Rahang atas dan rahang
bawah
1. insisivus sentralis
2. insisivus lateralis
3. kaninus
Teknik dan jenis anastesi
Manipulasi pencabutan gigi anterior
Rahang atas dan rahang
bawah
1. insisivus sentralis
2. insisivus lateralis
3. kaninus
Teknik pengambilan fraktur akar gigi anterior
1. Metode terbuka
2. Metode tertutup
Komplikasi pencabutan gigi
Universitas Sumatera Utara
3.0 Kerangka Konsep
umur
Pencabutan Fraktur Akar Gigi
Anterior
Jenis Kelamin
-Laki-laki
-perempuan
Universitas Sumatera Utara
Download