Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 ISSN: 2089-9813 DIAGNOSIS PENYAKIT PASIEN MENGGUNAKAN SISTEM NEURO FUZZY BERBASIS SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS DAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM Dwi Otik Kurniawati1, Risanuri Hidayat2, Bimo Sunarfri Hantono3 Mahasiswa Pascasarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jl. Grafika No.2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281 (0274) 547506 2,3 Dosen Pascasarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Jl. Grafika No.2 Kampus UGM, Yogyakarta 55281 (0274) 547506 E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] 1 ABSTRAK Teknologi informasi sekarang berkembang sangat pesat, dapat digunakan di berbagi bidang. Salah satunya adalah bidang kesehatan. Dengan menggabungkan metode di bidang Artificial Intelligence maka sistem informasi yang dihasilkan semakin cerdas. Salah satunya menggabungkan sistem informasi dengan metode Neuro Fuzzy. Dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy maka dapat memberikan nilai tegas dalam setiap pengklasifikasian data. Penggunaan metode ANFIS akan memberikan proses pembelajaran yang lebih cepat dan efisien dibanding jaringan syaraf tiruan.Sistem cerdas mampu memberikan hasil diagnosis pembanding dengan dokter. Hal ini dapat membantu memberikan hasil diagnosis seakurat mungkin. Penggunaan metode Neuro Fuzzy ke dalam sistem informasi, sistem memiliki kelebihan yaitu kemampuannya untuk belajar melalui suatu algoritma pembelajaran (learning algorithm). Kata Kunci: neuro fuzzy, ANFIS, learning algorithm ABSTRACT Information technology is now developing very rapidly, can be used in shared fields. One of these is the health field. By combining the methods in the field of Artificial Intelligence, the system generated information getting smarter. One of these systems combine information with Neuro Fuzzy method. By using the fuzzy inference system can provide the value of each firm in the data classification. The use ANFIS method will provide the learning process faster and more efficient than tiruan.Sistem intelligent neural network is able to provide a comparison with doctor's diagnosis. This can help provide a diagnosis as accurate as possible. The use of Neuro Fuzzy method into the information system, the system has the advantage of its ability to learn through a learning algorithm (learning algorithm). Key Word : neuro fuzzy, ANFIS, learning algorithm digunakan oleh dokter. Salah satu penyebab yang sering terjadi dari kesalahan diagnosis adalah dokter tidak melakukan pemeriksaan secara lengkap dan cermat. Bila ketidakcermatan ini menyebabkan kerugian pasien maka dokter akan bertanggungjawab. Banyak persoalan malpraktek, atas kesadaran hukum pasien diangkat menjadi masalah pidana sebagai contoh kasus Ibu SISI Chalik, korban pada tahun 2000 lalu menderita penyakit tumor rahim (myoma). Oleh dokter rumah sakit ibu dan anak (RSIA) Budhi Jaya di Jalan DR Saharjo Tebet ia menjalani operasi pengangkatan tumor dengan laparaskopi. Lima hari sesudah operasi, perut korban menjadi gembung, sakit dan sesak napas,. Lanjutnya, operasi susulan kembali dilakukan sebanyak lima kali, namun kondisinya semakin kritis. Sisi kemudian dibawa pulang dengan kondisi sangat memprihatinkan. Dan selama sembilan tahun ia buang kotoran dari perutnya (Pasaribu, 2010). Contoh kasus lainnya yang merugikan pasien yang terjadi di rumah sakit dr. Soebandi akibat 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan teknologi informasi khususnya komputer, mampu mengatasi banyak kendala yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pemanfaatan soft computing terutama dalam area penelitian (Evans, 2011). Salah satunya kemampuan fuzzy memberikan hasil diagnosis banding bagi dokter (Kuncheva et al, 1999). Diagnosis merupakan proses yang sangat penting. Hasil diagnosis akan menentukan keberhasilan suatu penyembuhan penyakit. Diagnosis sangat berpengaruh terhadap keputusan untuk memberikan obat yang tepat kepada pasien. Kesalahan diagnosis adalah salah satu penyebab dari kasus malpraktek. Kesalahan diagnosis adalah kegagalan dokter menemukan penyakit pasien atau dokter mendiagnosis pasien dengan penyakit yang tidak pernah dimiliki pasien. Perawatan standar yang diperlukan dalam menegakkan diagnosis adalah keterampilan, pengetahuan, dan perawatan yang 412 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 kesalahan dokter. Rumah Sakit dr. Soebandi dikeluhkan oleh kesalahan dokter yang berinisialkan dr. E, dr. AN, dan dr. A dalam memberikan diagnosis. Sebelumnya pasien yang berinisialnya ny. K berumur 70 tahun menerima informasi diagnosis bahwa ny. K mengalami hernia, akan tetapi ketika telah di operasi dokter mengalihkan operasi yang awalnya hernia menjadi operasi ke bagian usus yang diduga terjadi pembusukan (Alfiansyah, 2013). Demam berdarah adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan Genus Flavivirus. Demam berdarah dengue selama 20 tahun terakhir merupakan penyebab terpenting angka kematian di beberapa bagian Asia dan Amerika Selatan (Gubler et al,1997). Penyakit demam berdarah dapat didiagnosis dengan melihat gejala yang muncul, seperti demam tinggi dan perubahan warna atau tekstur kulit. Namun terkadang gejala penyakit demam berdarah sulit dibedakan dengan penyakit malaria, leptopirosis maupun demam tifoid, maka untuk memastikan bahwa penyakit tersebut demam berdarah maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium agar mendapat hasil yang akurat. Tes yang biasanya dilakukan adalah studi serologi untuk mengetahui ada tidaknya antibodi terhadap virus dengue di tubuh pasien, menghitung titer antibodi terhadap virus dengue, dan perhitungan sel darah lengkap ( sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit). Secara teoritis diagnosis penyakit dapat dipelajari sebagai suatu pengetahuan dan melalui proses latihan yang rutin. Permasalahannya adalah apabila petugas yang mengidentifikasi jenis penyakit belum terlalu terampil, maka waktu yang dibutuhkan untuk serangkaian kegiatan diagnosis menjadi lebih lama. Penerapan Neuro Fuzzy ke dalam sistem informasi yang dapat melakukan identifikasi penyakit, akan sangat membantu dalam proses kegiatan diagnosis secara cepat dan tepat. Menggabungkan logika fuzzy dan jaringan syaraf tiruan yang memberikan metode penyesuaian aturan melalui algoritma pembelajaran hybrid terhadap sekumpulan data pelatihan yang memungkinkan aturan-aturan fuzzy untuk beradaptasi. Melalui penggunaan ANFIS dapat menyelesaikan masalahmasalah pemodelan fungsi masukan nonlinear dengan dua masukan, tiga masukan, identifikasi langsung dalam sistem kendali, prediksi dinamika acak Mackey-Glass Time Series, prediksi automabile MPG (mill per gallon) dan metode prediksi linear (Jang, 1997). Selain itu didalamnya terdapat aturanaturan fuzzy yang dapat memberikan interpretasi mendekati kebenaran. Dibandingkan dengan jaringan syaraf tiruan perambatan-balik, proses pembelajaran ANFIS hanya membutuhkan beberapa puluh epoch saja (Kadiran, 2010). Oleh karenanya diyakini metode ANFIS akan memberikan proses pembelajaran yang lebih cepat dan efisien dibanding jaringan syaraf tiruan. ISSN: 2089-9813 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yaitu, bagaimana membangun sebuah sistem cerdas yang mampu memberikan hasil diagnosis pembanding dengan dokter berdasarkan rekam medis dan pemeriksaan laboratorium pasien. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu : a. Merancang neuro fuzzy system untuk tujuan diagnosis banding bagi dokter. b. Untuk mengimplementasikan neuro fuzzy system ke dalam sebuah sistem cerdas yang mampu memberikan hasil diagnosis penyakit. c. Membangun sebuah sistem menggunakan neuro fuzzy system yang dapat melakukan proses pembelajaran. 2. 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Tentang Neuro Fuzzy Cathers (1995) menggunakan jaringan syaraf tiruan terdiri dari tiga lapis dan dilatih dengan metoda backpropagation untuk mengklasifikasi phonocardiogram, hasilnya mampu membedakan normal dan abnormal. Jang (1997) dalam bukunya yang berjudul Neuro_Fuzzy and Soft Computing menerangkan bahwa dengan menggabungkan logika Fuzi dan Jaringan Syaraf Tiruan yang memberikan metode penyesuaian aturan melalui algoritma pembelajaran hybrid terhadap sekumpulan data pelatihan yang memungkinkan aturan-aturan fuzzy untuk beradaptasi. Melalui penggunaan ANFIS dapat menyelesaikan masalah-masalah pemodelan fungsi masukan nonlinear dengan dua masukan, tiga masukan, identifikasi langsung (on-line) dalam sistem kendali, prediksi dinamika acak dan metode prediksi linear. Andrisevic dkk (2006) menggunakan jaringan syaraf tiruan untuk membedakan dan mengklasifikasikan suara jantung normal dengan abnormal (murmur) menggunakan jaringan syaraf tiruan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem cerdas yang dibangun mampu membedakan sampai 70,5% dan memiliki kepekaan 64,7%. Munarto (2008) melakukan penelitian untuk pengendalian elektroda tungku busur listrik pabrik Slab Steel Plan, dengan menggunakan ANFIS waktu pelatihannya 42 detik lebih kecil dinanding dengan menggunakan JST yaitu menghasilkan waktu pelatihan 225 detik pada penelitian sebelumnya. Seyedhoseini et al (2010) dalam penelitiannya mengembangkan pendekatan ANFIS untuk pengukuran kecerdasan dalam Supply Chain. Sebagai kompleksitas dan ketidak jelasan agility dalam pasar global maka hal tersebut harus dianggap sebagai salah satu karakteristik penting dari Agile Supply Chain (ASC), efisiensi diterapkan pada 413 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 ANFIS untuk memasukkan kemampuan agility yang berbeda dan rumit ke model lingkungan ambigu. Yildiz et al (2010) dalam penelitiannya untuk mengaktualisasikan prediksi kebangkrutan bank yang memiliki struktur keuangan yang buruk untuk berbagai alasan dengan neuro fuzzy. Isnianto (2010) mengaplikasikan jaringan syaraf tiruan untuk mengklasifikasikan gangguan isyarat suara jantung sebagai alat bantu mendiagnosis gangguan jantung. Hasilnya toleransi galat terkecil agar jaringan ANFIS mampu mengenali semua kasus gangguan jantung sebesar 0,005. Kadiran (2010) melakuakan penelitian dalam mengenali isyarat masukan berdasarkan hasil pengenalan yang telah dilakukan oleh para ahli medis. Dengan mengatur parameter-parameter dalam ANFIS sehingga diperoleh respon sistem yang benar yaitu identifikasi isyarat yang dilatihkan. Giovanis (2010) yang dalam penelitiannya menyajikan suatu neuro fuzzy dengan pendekatan dimana suatu keadaan kesulitan keuangan serta model yang tepat untuk pengamatan resiko. ANFIS menunjukkan teknologi yang lebih sesuai untuk pengawasan resiko kredit keuangan dan manajemen dan untuk peramalan dari dari kebangkrutan dan masa sulit. Raharja (2012) melakukan penelitian untuk memprediksi pertumbuhan PDRB menggunakan ANFIS dengan algoritma pembelajaran hybrid, menghasilkan error terbaik sebesar 1.35E-07 menggunakan 16 data pelatihan dan tipe fungsi keanggotaan segitiga (Triangular). bentuk informasi imprecision (ketidakpastian). Mengapa komputer yang dibuat oleh manusia tidak mampu menangani persoalan yang kompleks dan tidak presisi ini sedangkan manusia bisa. Jawabanya adalah manusia mempunyai kemampuan untuk menalar (Reasoning) dengan baik yaitu kemampuan yang komputer tidak mempunyainya. Pada suatu sistem jika kompleksitasnya berkurang, maka persamaan matematik dapat digunakan dan ketelitian yang dihasilkan menjadi sangat berguna dalam pemodelan sistem tetapi jika kompleksitasnya bertambah dimana persamaan matematik tidak dapat digunakan , logika fuzzy menjadi salah satu alternatif penyelesaiannya. Logika fuzzy merupakan alternatif cara berpikir yang dapat memodelkan kompleks sistem menggunakan pengetahuan dan pengalaman yang dipunyai logika dimulai sebagai studi tentang bahasa dalam argument dan persuasif , dan hal itu kemungkinan digunakan untuk menilai kebenaran dari rantai reasoning, dalam bentuk matematikanya sebagai contoh adalah sebagai berikut : Dalam dua nilai logika proporsinya bisa benar atau salah , tetapi tidak keduanya. Kebenaran ditandai dengan statement(pernyataan) nilai kebenaran. Dalam fuzzy logic proporsi kemungkinan benar atau salah atau mempunyai setengah nilai kebenaran , seperti kemungkinan benar (Castillo et al, 2007). Ide pemikiran pada sistem fuzzy yaitu nilai kebenaran (dalam fuzzy logic) atau nilai fungsi keanggotaan (Membership function) dalam fuzzy set diindikasikan oleh nilai pada range [0.0,1.0], dengan 0.0 mewakili kesalahan absolut dan 1.0 mewakili kebenaran absolut. Dalam kasus ini berhubungan dengan multivalued logic (logika bernilai banyak) (Anonim, 2013). 2.2 Penelitian Tentang Demam Berdarah Sahal (2013) melakukan penelitian dengan pembuatan Sistem pakar dalam memberikan informasi mengenai berapa tingkat resiko seorang terkena penyakit DBD berdasarkan gejala-gejala yang dimiliki oleh pasien. Hasilnya banyak kesamaan hasil antara perhitungan sistem pakar maupun perhitungan manual. Penelitian yang dilakukan oleh Satyareni (2011), terminologi Sistem pakar diartikan sebagai sistem komputer yang dapat melakukan penghampiran terhadap logika inferensi forward chaining untuk membuat diagnosis awalnya dan backward chaining digunakan untuk proses konsultasi, diharapkan dapat dibangun sebuah sistem pakar yang berbasis teknologi informasi untuk membuat diagnosis penyakit infeksi tropis. Dengan hasil aplikasi yang dibuat mendekati hasil diagnosis yang dibuat seorang dokter penyakit infeksi tropis. 3. ISSN: 2089-9813 3.2 Sistem Inferens Fuzzy Sistem Inferens Fuzzy disebut juga Sistem berbasis aturan fuzzy ( fuzzy rule based system). Struktur dasar sistem inferensi fuzzy (Gambar 3.1) terdiri atas: 1. Basis aturan yang berisi sejumlah aturan fuzzy yang memetakan nilal masukan fuzzy ke nilai keluaran fuzzy. Aturan ini sering dinyatakan dengan format IF - THEN. 2. Basis data yang berisi fungsi keanggotaan dan himpunan fuzzy yang digunakan sebagai nilai bagi setiap variable system. 3. Mekanisme penalaran fuzzy yang melakukan prosedur inferensi. Unit fuzifikasi melakukan proses fuzifikasi dan data masuka tegas (crisp) dengan cara: 1. Pemetaan nilai tegas variabel masukan ke semesta wacana yang sesuai. 2. Konversi dan data yang terpetakan tersebut ke istilah linguistik yang sesuai dengan himpunan fuzzy yang telah didefinisikan untuk variable tersebut. BAHASAN UTAMA 3.1 Fuzzy Logic Logika fuzzy atau fuzzy logic bermula dari kenyataan bahwa dunia nyata sangat kompleks. Kompleksitas ini muncul dari ketidakpastian dalam 414 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 ISSN: 2089-9813 Gambar 3.3. Nilai Tegas yk Nilai tegas : y k Nilai Fuzzy : y , (y) = 0,1 k B1 k B2 y , (y) = 0,7 2. Step 2 : Evaluasi Aturan Untuk setiap aturan : a. Evaluasi bagian antecedent aturan RI Hitung firing strength dari tiap antecedent aturan RI Hitung firing strength WI dari aturan RI b. Evaluasi bagian konsekuensi aturan RI Ga mbar 3.1. Struktur Inferensi Fuzzy Langkah-langkah dalam melakukan Sistem Inferensi Fuzzy : 1. Step 1 : Fuzzifikasi Untuk harga input tajam x , y k 3. Step 3 : Agregasi Agregasi adalah proses penggabungan output seluruh aturan. Fungsi keanggotaan yang dihasilkan oleh konsekuensi tiap aturan (melalui teknik pemotongan atau penyekalaan) , digabungkan menjadi sebuah himpunan fuzzy untuk setiap variabel output ( Gambar 3.4). k Gambar 3.2. Nilai Tegas xk Nilai tegas : x k Nilai fuzzy : x , (x ) = 0,5 k A1 k x , (x1) = 0,2 k A2 k A3 Gambar 3.4. Agregasi x , (x ) = 0,0 k 4. Step 4 : Defuzikasi Hasil agregasi didefuzifikasi , dengan salah satu teknik defuzifikasi, untuk memperoleh nilai output tajam ( Gambar 3.5). 415 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 ISSN: 2089-9813 Gambar 3.6. Struktur Jaringan ANFIS 3.4 Gambaran Umum Sistem Pasien merupakan objek yang menjadi sumber data sehingga sehingga menghasilkan informasi rekam medis dan hasil laboratorium. Ketika seorang pasien melakukan pemeriksaan dan dokter menduga bahwa pasien terserang penyakit demam berdarah maka selanjutnya pasien melakukan pemeriksaan laboratorium. Baik data rekam medis maupun hasil pemeriksaan laboratorium kemudian diproses fuzikasi agar memperoleh nilai crips. Hasil dari diagnosa sistem diperoleh berdasarkan fakta dari gejala-gejala yang dirasakan oleh pasien baik gejala klinis maupun laboratoris. ANFIS memiliki dua masukan x dan y (Gambar 3.7), x mewakili data rekam medis pasien seperti demam, pusing dan muntah. Sedangkan y mewakili data hasil pemeriksaan laboratorium. Keluaran yang dihasilkan dapat di bagi menjadi Normal ( tidak demam berdarah ) 1, Demam Berdarah ( Rawat Jalan) 2, Demam Berdarah ( Rawat Inap) 3. Gambar 3.5. Defuzikasi 3.3 ANFIS ANFIS adalah penggabungan mekanisme fuzzy inferens sistem dengan jaringan syaraf, sehingga membentuk jaringan adaptif yang berbasis logika fuzzy sebagai dasar kerjanya. Metode penggabungan ini dilandasi oleh pertimbangan bahwa pengatur logika fuzzy mampu mengolah dta dengan menghilangkan ketidak jelasan dan ketidak pastian, sedangkan jaringan saraf tiruan mampu melakukan proses pelatihan berdasarkan kondisai yang diberikan oleh manusia. Dalam ANFIS syarat-syarat untuk optimasi parameter sistem fuzzy telah dihapus. Jaringan saraf secara otomatis mengatur parameter-parameter sistem fuzzy. Dengan penggabungan kemampuan pembelajaran jaringan syaraf dan keuntungan dari sistem fuzzy berbasis aturan ANFIS dapat memperbaiki hasil dan mekanisme klasifikasi yang signifikan. ANFIS mempunyai dua jenis parameter, yaitu parameter premis (alasan yang mendasari penalaran) dan parameter dan parameter consequent (hasil penalaran). Proses pembelajarannya menggunakan metode back propagation dan hybrid. Metode hybrid lebih diutamakan dibanding back propagation yang dapat terjebak pada minimum local. Model sistem yang dapat digunakan model Mamdani atau model Takagi, Sugeno dan Kang orde satu yang disebut model sugeno. Model Sugeno memiliki kesederhanaan dan kemudahan dalam komputasi, proses pembelajaran atas sekumpulan data pelatihan akan memungkinkan satu set aturan-aturan fuzzy beradaptasi. Tabel 3.1. Data Masukan dan Keluaran Masukan 1 Demam Masukan 2 Hematorit Pusing Trombosit Muntah Segment Keluaran Normal (tidak demam berdarah) Demam Berdarah (Rawat Jalan) Demam Berdarah (Rawat Inap) Hematorit (HCT) nilai normalnya 36-45% apabila >45% maka dapat diklasifikasikan DB, begitu pula trombosit (PLT) nilai normalnya berkisar 150-400 103/mm3 sehingga <150 dapat diklasifikasikan salah satu ciri penderita DB, sedangkan segment (GRA) nilai normalnya berkisar 40-70% dikatakan DB jika nilai segment >70%. 416 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 ISSN: 2089-9813 Proses belajar pada ANFIS Pada struktur ANFIS, simpul adaptif terdapat pada lapisan pertama dan keempat. Simpul pada lapisan pertama mengandung parameter premis yang nonlinier sedangkan pada lapisan keempat mengandung parameter konsekuen yang linier. Untuk memperbaharui parameter-parameter itu atau dalam kata lain jaringan saraf itu belajar, maka perlu algoritma. Kemudian setelah parameter konsekuen didapatkan, data masukan dilewatkan jaringan adaptif kembali dan hasil keluaran jaringan adaptif ini dibandingkan dengan keluaran yang sebenarnya. Pada arah mundur, parameter konsekuen dibuat tetap. Kesalahan yang terjadi antara keluaran jaringan adaptif dan keluaran sebenarnya dipropagasikan balik dengan menggunakan gradient descent untuk memperbaiki parameter premis. Contoh premis: tidak Normal 1 dan tidak DB (rawat jalan) 2 dan tidak DB (rawat inap) 3 maka hasilnya demam. Dengan nilai CF yang diperoleh 0. Nilai dari faktor kepastian aturan CF adalah nilai faktor-faktor kepastian dari seorang dokter yang di wawancara. Nilai kepastian setiap aturan dihitung dengan persamaan yi = fakta 1 x fakta 2 x fakta 3 x CF. Gambar 3.7. Struktur Sistem ANFIS Keterangan dari struktur ANFIS (Gambar 3.6) (Lin, 1995) : Lapisan pertama adalah lapisan masukan, berisi nilai crips dari masing-masing masukan A ( x2 ); i 1,2 O1,i i Bi 2 ( x2 ); i 3,4 dari neuron ke 1 pada lapisan ini adalah y = Min ( 0.4 , 0.3) = 0.3 Lapisan keempat merupakan keluaran sistem neuro fuzzy, untuk menghitung nilai keluaran pada jaringan neural ini digunakan fungsi simoid y = 1/ (1+e-x), dimana x adalah jumlah dari masukan yang menuju neuron pada lapisan ini sehingga didapatkan nilai keluaran yang berkisar 0 sampai 1 Pembelajaran menggunakan metode backpropagation dilakukan untuk menentukan bobot-bobot di antara lapisan ketiga dan keempat (3.1) Lapisan kedua berisi nilai fuzzy dari masing-masing masukan, dengan menggunakan fungsi segitiga seperti berikut 4. KESIMPULAN Dengan menggunakan sistem cerdas yang mampu melakukan learning algorithm, diharapkan sebuah sistem mampu melakukan pembelajaran sehingga output yang dihasilkan semakin lama semakin mendekati sebuah kebenaran. Hal ini memungkinkan untuk meminimalisir adanya salah diagnosa penyakit. Dengan menggunakan sistem inferensi fuzzy data-data dapat bernilai crips sehingga dapat memprediksi hasil diagnosis penyakit yang sesuai dengan gejala yang dialami. Gambar 3.8. Segitiga Perhitungan Nilai Fuzzy misalkan nilai a adalah 5 dan b adalah 10, ketika sebuah masukan tersebut akan termasuk “jarang” sebesar µjarang = (10-6) : (10-5) = 0.8 termasuk “sedang” sebesar µsedang = (6-5) : (10-5) = 0.2 dan 0 untuk sering (gambar 3.8). Lapisan ketiga merupakan kombinasi dari semua nilai fuzzy yang mungkin operator yang digunakan adalah operator AND dengan fungsi aktivasi y= Min (x1, x2, x3, x4,......x8). Contohnya apabila nilai “jarang” untuk masukan 1 adalah 0.4 dan nilai “jarang” untuk masukan 2 adalah 0.3 maka keluaran PUSTAKA Alfiansyah. 2013. Tanggunggugat Dokter Atas Kesalahan Diagnosis Pada Pelayanan Medis Di Rumah Sakit. Journal Universitas Brawijaya. 417 Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2014 (SENTIKA 2014) Yogyakarta, 15 Maret 2014 Andrisevic, Nicholas., Ejaz, Khaled., RiosGutierrez, Fernando., Alba-Flores, Rocio., Nordehn, Glenn., Burns, Stanley., 2006, Detection of Heart Murmurs Using Wavelet Analysis and Artificial Neural Networks, Journal of Biomechanical Engineering [online], Vol. 127, Issue 6, pp. 899-904 , terdapat di : http://scitation.aip.org/journals/doc/JBENDYft/vol_127/iss_6/899_1.html Anonim. Bab 2. Landasan Teori. Terdapat di : thesis.binus.ac.id/eColls/Asli/Bab2/2007-3-00193-IF-Bab%202.pdf. Cathers, Ian. 1995. Neural Network Assisted Cardiac Auscultation. Journal Artificial Intelligence in Medicine – ARTMED. vol. 7, no. 1, pp. 53-66, 1995. C. T. Lin, “A neural fuzzy control system with structure and parameter learning,” Fuzzy sets and Sys., vol. 70, pp.183-212, 1995. Giovanis. 2010. A Neuro-Fuzzy Appoach in the Prediction of Financial Stability and Distress Periods, MPRA paper no 24659, Muenchen. Gubller DJ., Kuno G. 1997 Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Cab. International: The UK at The University Press, Cambridge. Isnianto, Hidayat Nur. 2010. Aplikasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (Anfis) Untuk Klasifikasi Suara Jantung Dengan Ekstrasi Ciri Menggunakan Transformasi Wavelet Sebagai Alat Bantu Diagnosis Gangguan Jantung. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Kadiran. 2010. Identifikasi Suara Respirasi Menggunakan Anfis (Adaptive Neuro Fuzzy Inference System). Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. L. I. Kuncheva and F. Stimann, “Fuzzy diagnosis,” Atrif. Intel. In Medic., vol. 16, pp. 121-128, 1999 M. D. D. Evans, Exchange-rate dynamics: Princeton University Press, 2011. Munarto, RI. 2008. Analisis Kendali Posisi Elektroda Tungku Busur Listrik Pabrik Slab Steel Plant PT. Krakatau Steel Berbasis ANFIS. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Jang, J.S.R., Sun, C.T., Mizutani, E., 1997, NeuroFuzzy and Soft Computing : A Computational Approach to Learning and Machine Intelligence, Prentice-Hall International, New Jersey. O. Castillo, P. Melin, J. Kacprzyk, and W. Pedrycz, “Type-2 Fuzzy Logic: Theory and Applications,” in Granular Computing, 2007. GRC 2007. IEEE International Conference on, 2007, pp. 145-145. Pasaribu, Ledyana. 2010. Pertanggungjawaban Hukum Profesi Dokter Dalam Kasus Malpraktek Menurut Undang-Undang 29 Tahun 2004 Tentang Praktek Kedokteran. Tesis Tidak ISSN: 2089-9813 Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Raharja, Made Agung. 2012. Prediksi Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menggunakan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System (ANFIS). Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Sahal, Ahmad. 2013. Sistem Pakar Sebagai Alat Bantu Asuhan Keperawatan Menangani Penyakit Demam Berdarah Dengan Algoritma Rete dan Certainty Factor. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada. Satyareni, Diema H., 2011, Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Infeksi Tropis Dengan Menggunakan Forward dan Backward Chaining, Teknologi, Vol. 1, No. 2, Juli 2011, Darul Ulum, Jombang. Seyedhoseini, S.M., Jassbi, J. Dan Pilevari, N. 2009. Application of Adaptive Neuro Fuzzy Inference System in Measurement of Supply Chain Agility: Real case study of a manufacturing company. African Journal of Business Management Vol. 4 (1), pp. 083-096, January 2010. Azad University, Tehran, Iran. Yildiz., Birol, 2010. Bankruptcy Prediction Using Neuro Fuzzy: An Application in Turkish Banks, International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 6, Turkey. 418