Menerapkan Kemampuan Penalaran Induksi

advertisement
RESUME KULIAH FILSAFAT ILMU
SELASA, 28 MEI 2013
“ PENERAPAN KEMAMPUAN PENALARAN INDUKSI MAHASISWA
DALAM STUDY ADMINISTRASI NEGARA ”
Kelompok 3B
Emas Prasasti
071211133065
Ketua
M. Nury Shobry
071211133027
Sekretaris
Indah Dikarani
071211131100
Bendahara 1
Iqbal Reza
071211131019
Bendahara 2
Yosua Michael
071211133061
Bendahara 3
Nuria Inni I.
071211132027
Bendahara 4
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Ketua
Emas Prasasti
071211133065
(www.emas-prasasti-fisip12.web.unair.ac.id)
Sekretaris
M. N. Shobry
071211133027
(www.muhammad-nuri-fisip12.web.unair.ac.id)
Bendahara I
Indah Dikarani
071211131100
(www.indah-dikarani-fisip12.web.unair.ac.id)
Bendahara II
Iqbal Reza
071211131019
(www.iqbal-reza-fisip12.web.unair.ac.id)
Bendahara III Yosua Michael
071211133061
(www.yosua-michael-fisip12.web.unair.ac.id)
Bendahara IV Nuria Inni I.
071211132027
(www.nuria-inni-fisip12.web.unair.ac.id)
Kami menyatakan bahwa makalah yang kami susun merupakan hasil dari karya dari
kelompok kami sendiri dan tidak ada unsur plagiarisme.
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan penuh tanggung
jawab.
(Emas Prasasti)
(Muh.Nuri Shobry)
(Indah Dikarani)
(Iqbal Reza)
(Yosua Michael)
(Nuria Inni Izatika)
Kuliah filsafat kali ini merupakan kuliah terakhir pada bulan mei ini dan juga
merupakan kuliah pertemuan ke-12 yang artinya tinggal 1 kali lagi pertemuan kami dalam
kuliah filsafat ilmu ini. Ketika itu Drs. H. Mohammad Adib, MA berkata “ini adalah
perkuliahan terakhir pada semester ini di bulan Mei” suatu pernyataan yang sedikit
mengecohkan mahasiswa administrasi negara, namun karena mahasiswa administrasi negara
adalah mahasiswa yang sangat cerdas, jadi tidak mudah terkecoh dengan pernyataan beliau
tersebut. Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah Pola Penalaran Induksi. Seperti
biasa lagi-lagi Drs. H. Mohammad Adib, MA. memberikan beberapa kalimat pengantar
sebelum presentasi dari kelompok yang telah ditugaskan dimulai. Beliau menyampaikan
beberapa hal mengenai pola penalaran. Dengan pola penalaran deduksi, yang sudah kita
bahas pada pertemuan sebelumnya, kita dapat mengetahui atau membaca pikiran orang lain
tanpa proposisi yakni menggunakan rumus-rumus yang sudah ada. Sedangkan pada pola
penalaran induksi tidak berupa kepastian tetapi berupa kemungkinan atau probabilitas
sehingga kita tidak dapat memastikan kesimpulan.
Setelah beberapa kalimat disampaikan oleh beliau, presentasi pun dimulai. Presentasi
kali ini akan disampaikan oleh kelompok 9B berikut merupakan materi yang disampaikan
oleh kelompok penyaji.
Pengertian Pola Penalaran Induksi
Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus
sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru
yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran
deduktif.
Induksi merupakan cara berfikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum
dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang khas dan
terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya sebab mempunyai dua keuntungan.
Keuntungan yang pertama ialah bahwa pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis.
Kehidupan yang beraneka ragam dengan berbagai corak dan segi dapat direduksikan menjadi
beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukan merupakan koleksi dari
berbagai fakta melainkan esensi dan fakta- fakta tersebut. Dalam pernyataan mengenai fakta
yang dipaparkan, pengetahuan tidak bermaksud membuat reproduksi dari obyek tertentu
melainkan menekankan struktur dasar yang menyangga wujud fakta tersebut. Keuntungan
yang kedua dari pernyataan yang bersifat umum adalah dimungkinkan proses penalaran
selanjutnya baik secara induktif maupun deduktif. Secara induktif maka dari berbagai
pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan pernyataan yang bersifat lebih umum lagi.
Filsuf pada zaman keemasan Yunani, Aristoteles menyatakan bahwa proses
peningkatan dari hal-hal yang bersifat individual kepada yang bersifat universal, disebut
sebagai pola penalaran induksi.Menurut John Stuart Mill (1806-1837), induksi sebagai
kegiatan budi, dimana kita menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui benar untuk kasus
atau kasus-kasus khusus, juga akan benar untuk semua kasus yang serupa dengan yang
tersebut tadi dalam hal-hal tertentu.
Prinsip-Prinsip Penalaran Induksi
Premis-premis dari induksi ialah proposisi empiric yang langsung kembali kepada
suatu observasi indera atau proposisi dasar (basic statement). Proposisi dasar menunjuk
kepada fakta, yaitu observasi yang dapat diuji kecocokannya dengan tangkapan indera.
Pikiran tidak dapat mempersoalkan benar-tidaknya fakta, akan tetapi hanya dapat
menerimanya.
Konklusi penalaran induktif itu lebih luas daripada apa yang dinyatakan di dalam
premis-premisnya. Menurut kaidah-kaidah logika, penalaran itu tidak sahih, pikiran tidak
terikat untuk menerima kebenaran konklusinya.Meskipun konklusi induksi itu tidak
mengikat, akan tetapi manusia yang normal akan menerimanya, kecuali kalau ada alasan
untuk menolaknya. Jadi konklusi penalaran induktif itu oleh pikiran dapat dipercaya
kebenarannya atau dengan perkataan lain: konklusi induksi itu memiliki kredibilitas rasional.
Kredibiltas rasional disebut probabilitas. Probabilitas itu didukung oleh pengalaman biasanya
cocok dengan observasi indera, tidak mesti harus cocok.
Generalisasi Induksi Dan Analogi Induksi
1. Generalisasi Induksi
Telah diketahui bahwa penalaran yang menyimpulkan sesuatu konklusi yang
bersifat umum dari premis-premis yang berupa proposisi empirik itu disebut
Generalisasi. Prinsip yang mnjadi dasar penalaran generalisasi itu dapat dirumuskan
demikian : “ apa yang beberapa kali terjadi dalam kondisi tertentu, dapat diharapkan
akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi.”
Generalisasi yang sebenarnya harus memenuhi 3 syarat antara lain :
1. Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik artinya generalisasi tidak boleh
terikat pada jumlah tertentu.
2. Generalisasi harus tidak boleh terbatas secara spasio – temporal artinya tidak
boleh terbatas dalam ruang dan waktu jadi harus berlaku dimana saja dan kapan
saja.
3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian yang dimaksud dengan
“pengandaian” disini ialah dasar dari yang disebut “contary to facts conditionals’
atau unfulfilled conditional. Generalisasi yang dapat dijadikan dasar untuk
pengandaian itu yang memenuhi syarat.
Perumusan penalaran generalisasi bahwa konklusi penalaran induktif tidak
mengandung nilai kebenaran yang pasti, akan tetapi hanya berupa suatu probabilitas, suau
peluang.
2. Analogi Induksi
Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran.
Pada dasarnya bentuk penalaran analogi induksi itu baik faktor-faktor probabilitasnya
maupun kaidah-kaidahnya adalah sama dengan generalisasi induksi. Tetapi dalam
metode keilmuan analogi induktif itu dapat digunakan untuk mendeterminasikan
apakah suatu obyek atau fakta itu dan sifat-sifat apakah yang diharapkan padanya,
sedangkan generalisasi induksi terutama digunakan untuk menemukan hukum,
menyusun teori, atau hipotesa. Jadi analogi induksi tidak hanya menunjukan
persamaan diantara dua ha yang berbeda, akan tetapi menarik kesimpulan atas dasar
persamaan itu.
Faktor Probabilitas dalam Penalaran Induksi
1. Jumlah Fakta sebagai Faktor Probabilitas
Jumlah fakta dijadikan dasar penalaran induktif, kaidahnya dapat dirumuskan sebagai
berikut: makin besar jumlah fakta yang dijadikan dasar penalaran induktif, makin tinggi
probabilitas konklusinya, dan sebaliknya. Penelitian yang menggunakan penalaran yang
menggunakan jumlah fakta yang dijadikan dasar premis-premisnya sama besarnya dengan
populasi subyek yang diteliti ialah penelitian metodesensus, berlainan dengan metode
sampling, yang menggunakan penalaran yang premis-premisnya menunjuk kepada sebagian
saja dari populasi yang bersangkutan.
2. Faktor Analogi sebagai Faktor Probabilitas
Jika premis-premis kedua penalaran dibandingkan, maka diantara premis penalaran ada
faktor yang sama yang disebut faktor analogi. Jadi jumlah faktor analogi itu adalah faktor
probabilitas. Kaidahnya dapat dirumuskan: Makin besar jumlah faktor analogi disalam
premis, makin rendah probabilitas konklusinya dan sebaliknya.
3. Faktor Dis-analogi sebagai Faktor Probabilitas
Makin besar jumlah faktor disanalogi di dalam suatu premis, makin tinggi probabilitas
konklusinya dan sebaliknya. Perbedaan masing-masing faktor dalam premis penalaran
disebut faktor disanalogi. Probabilitas dalam suatu premis penalaran dapat dikatakan lebih
tinggi atau lebih rendah tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan dan perbedaan konklusi
penalaran.
4. Luas dan Sempitnya Kesimpulan sebagai Faktor Probabilitas
Semakin luas konklusi premis, semakin rendah probabilitasnya dan sebaliknya. Apabila
faktor analogi di dalam generalisasi sedikit, makin besar kemungkinan generalisasi atau
proporsi itu tidak sesuai lagi kalau anggotanya ada yang memiliki faktor analogi lebih
daripada yang disebut di dalam generalisasi atau proporsi itu
Setelah materi tersebut disampaikan, kemudian kelompok pembanding memberikan
beberapa tambahan untuk melengkapi materi presentasi tersebut. Dalam tambahannya
kelompok pembanding menjelaskan tentang model penentuan penalaran induksi dan
kelebihan metode logika induksi.
Pertanyaan diajukan oleh Ogin Antariksa, Fransiska Tanuwijaya, dan Nikitasari
pertanyaan pertama adalah dari Ogin yakni apa maksud dari spasio temporal dan berikan
contohnya, kemudian fransiska bertanya kapan generalisasi induksi dikatakan benar atau
salah? Sedangkan Nikitasari bertanya apakah yang dimaksud dengan sampling? Dan apakah
jika sudah ditarik kesimpulannya dapat dibantah?.Setelah 3 pertanyaan tersebut disampaikan,
kelompok penyaji pun menjawabnya.
Presentasi telah usai, Drs. H. Mohammad Adib, MA. kembali memberikan materi
tentang logika penalaran induksi. Beliau menjelaskan penalaran untuk mengambil
kesimpulan yang diambil dari kasus-kasus individual menuju kasus-kasus yang umum
disebut logika induksi. Contohnya dalam 1 keranjang berisi apel yang berwarna hijau.
Kemudian 1 buah apel kita coba dan ternyata rasanya asam. Sehingga kita cenderung
berpikiran bahwa apel 1 keranjang tersebut rasanya asam semua padahal hanya 1 buah apel
saja yang kita makan. Inilah yang kita sebut dengan generalisasi induksi. Warna hijau
merupakan fakta analogi. Kemudian jika kita pegang apel tersebut masih keras. Ini juga
merupakan fakta analogi. Hal-hal tersebut membuat kita menyimpulkan bahwa semua apel
hijau rasanya asam. Selain itu, beliau juga memberikan ulasan contoh tentang laki-laki.
Contoh itu dia peroleh dari lagu seorang penyanyi, yang tidak lain adalah penyanyi dangdut.
Untuk mengapresiasikan contoh itu, Pak Adib menyanyikan lagu tersebut, seketika para
mahasiswa tercengang mendengarkan suara Pak Adib. Ternyata beliau memili suara yang
amat sangat merdu. Sungguh dosen yang sangat luar biasa.
Setelah itu, beliau melanjutkan penjelasannya, yaitu untuk menggeneralisasikan
tersebut terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut sudah disebutkan
dalam materi diatas. Beliau memberikan contoh dari syarat-syarat tersebut agar kami lebih
memahami maksud dari ketiga syarat tersebut. Contoh : dalam kelas ini terdapat mahasiswa
yang selalu bertanya atau menjawab. Mahasiswa tersebut disebut mahasiswa cerdas.
Sehingga kita dapat menyebut bahwa mahasiswa dalam kelas ini semuanya cerdas. Faktor
analoginya adalah mahasiswa yang selalu bertanya dan menjawab. Semakin banyak fakta
yang dikumpulkan maka semakin tinggi kredibilitasnya. Sebuah penalaran induksi berangkat
dari observasi indrawi dan dalam penalaran induksi kesimpulannya bukan berupa
generalisasi.
Tepat pukul 11.40 WIB Drs. H. Mohammad Adib, MA mengakhiri perkuliahan hari ini.
Sungguh dosen yang sangat luar biasa, selain pandai mengolah kata, pandai bernyanyi, beliau
juga seorang dosen yang konsisten dengan waktu. Universitas Airlangga bangga memiliki
dosen yang sangat luar biasa seperti Drs. H. Mohammad Adib, MA dan mahasiswa yang
sangat cerdas serta Excellent With Morality.
Download