Kajian Aspek Atribut Pasar sebagai Upaya

advertisement
TEMU ILMIAH IPLBI 2015
Kajian Aspek Atribut Pasar sebagai Upaya Peningkatan Daya
Tarik Pasar Tradisional
Made A. Wahyudi Linggasani
Program Studi Magister Arsitektur, SAPPK, ITB.
Abstrak
Berkembangnya unit pasar modern dengan daya tarik yang dimilikinya, dirasa menyebabkan
munculnya peralihan minat pengunjung untuk mendatangi pasar yang lebih modern dibandingkan
pasar tradisional. Terjadinya peralihan tersebut terkait dengan kondisi atribut pasar tradisional yang
telah dinilai oleh pengunjung berdasarkan pengalaman psikologisnya. Hal ini secara tidak langsung
juga berdampak pada citra/daya tarik pasar dimata masyarakat yang ditunjukkan melalui turunnya
tingkat kunjungan ke pasar tradisional. Guna menjaga eksistensinya, tulisan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi aspek-aspek dalam atribut pasar tradisional yang mampu mempengaruhi
penilaian/persepsi pengunjung. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kualitatif melalui
pembahasan studi teoritik dari tiga jurnal yang bertema serupa dan dianalisis melalui analisis data
teks. Hasil penelitian mengungkapkan adanya pengelompokkan atribut pasar tradisional berdasarkan
pada aspek arsitektural dan non-arsitektural. Atribut pasar yang tergolong dalam aspek arsitektural,
berupa keseluruhan kondisi fisik bangunan secara eksternal maupun internal. Sedangkan, atribut
pasar yang termasuk dalam aspek non-arsitektural, berupa keseluruhan kondisi non-fisik dari pasar
itu sendiri.
Kata-kunci : atribut pasar tradisional, daya tarik, eksistensi, tingkat kunjungan, persepsi pengunjung
Pengantar
Kehadiran pusat perbelanjaan seperti pasar
modern dengan berbagai macam daya tarik
yang dimilikinya, secara tidak langsung telah
mendominasi pasar tradisional. Citra atau daya
tarik yang dimilikinya mampu menarik minat
pengunjung untuk datang ke pasar tersebut.
Kondisi ini diasumsikan sebagai penyebab turunnya tingkat kunjungan masyarakat ke pasar
tradisional. Menurut Aliyah (2007), penurunan
tingkat kunjungan pada pasar tradisional ini
terkait dengan pandangan masyarakat terhadap
kondisi atribut pasar itu sendiri, seperti kelengkapan sarana dan pra-sarana pasar yang sudah
buruk, keadaan pasar yang sangat padat
dengan penataan barang dagangan melebihi
batas dari petak jualan, ruang gerak koridor
yang sangat terbatas, serta suasana yang
sumpek dan kumuh. Dengan demikian, peran
dari atribut pasar sangat penting diperhatikan
dalam mempertahankan eksistensi pasar
tradisional tersebut melalui peningkatan citra
/daya tariknya.
Sebagai pusat perbelanjaan, peningkatan daya
tarik yang dimaksud dalam hal ini berdasarkan
pada keseluruhan persepsi pengunjung atau
konsumen terhadap suatu pusat perbelanjaan
melalui atribut-atribut fungsional dan emosional
(Nevin dan Houston, 1980, dalam Yoslandari,
2009). Nilai dari daya tarik tersebut akan
memberikan kontribusi atau pengaruh terhadap
peningkatan frekuensi/jumlah kunjungan masyarakat (Hunter, 2006). Pasar atau pusat
perbelanjaan itu sendiri akan dianggap menyenangkan apabila pengunjung mampu mengingat
penilaian yang telah dilakukannya atas keseluruhan aspek/alternatif yang terdapat di
lingkungan pasar/pusat perbelanjaan (Wright
et.al., 2006, dalam Yoslandari, 2009). Penilaian
tersebut berdasarkan pada interaksi psikologis
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015 | E 055
Kajian Aspek Atribut Pasar sebagai Upaya Peningkatan Daya Tarik Pasar Tradisional
yang dialami pengunjung dalam mengalami
ruang berdimensi fisik yang memiliki panjang,
lebar dan tinggi dengan ukuran tertentu.
Dengan begitu, pengunjung mampu memberikan nilai tersendiri pada ruang yang sudah
dikenalinya (Hidjaz, 2007). Martinaeu (1958)
dalam Wright et.al. (2006) mengatakan, bahwa
berkegiatan belanja (shopping) bukan hanya
untuk memperoleh produk yang dinginkan saja,
tetapi juga pengalaman dan kegembiraan yang
didapatkan di dalam toko suatu pasar atau
pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, stimuli fisik
dan sosial/non-fisik yang terdapat dalam
lingkungan toko (store atmosfer) merupakan
fungsi penting dalam menstimulasi tingkatan
emosional individu (moods) dan mempengaruhi
perilaku (behavior) positif mereka (Sherman dan
Smith, 1987; Spies et.al., 1997). Namun, jika
atribut pasar/pusat perbelanjaan tidak mampu
memfasilitasi aktivitas pengunjung, maka akan
dihasilkan respon membosankan, sehingga
pengunjung tidak lagi memiliki rasa loyalitas
terhadap pasar tersebut (Natalia, 2013).
Berdasarkan teori diatas, dapat dikatakan bahwa
kondisi pasar tradisional yang semakin sepi dari
pengunjung menimbulkan dampak yang linier
terhadap eksistensi pasar itu sendiri. Sepinya
pengunjung ini merupakan wujud nyata dari
hasil penilaian/persepsi mereka terhadap atribut
pasar berdasarkan interaksi psikologis yang
telah dialaminya. Oleh karena itu, tulisan ini
berfokus pada berbagai aspek atribut pasar
tradisional yang dirasa mampu mempengaruhi
pengunjung guna meningkatkan dan mempertahankan eksistensi dari pasar tersebut.
Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan ialah
metode kualitatif (Creswell, 2008) yang bersifat
deskriptif. Data yang dikumpulkan melalui
rujukan dari tiga jurnal yang memiliki tema dan
topik bahasan serupa.
Metode analsis data yang digunakan pada
tulisan ini adalah analisis data teks yang
dilakukan pengkategorian didalamnya melalui
tabulasi data untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang termasuk dalam atribut pasar guna
E 056 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
mempengaruhi
masyarakat
untuk
berkunjung ke pasar tradisional.
tetap
Analisis dan Interpretasi
Penelitian pertama yang dirujuk berjudul “Isu,
Tujuan, dan Kriteria Perancangan Pasar
Tradisional” (Agus S. Ekomadyo dan Sutan
Hidayatsyah, 2012). Tulisan ini membahas isu,
tujuan dan kriteria perancangan pasar tradisional yang menggunakan model pemrograman
arsitektur berbasiskan kepada isu dari Duerk
(2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang mendalami pemikiran para
peneliti terdahulu dan di bagian akhirnya menghasilkan suatu kriteria tertentu. Kriteria perancangan pasar tradisional di sini dapat diklasifikasikan ke dalam tiga aspek, yakni kriteria pasar
dalam aspek arsitektur kota, kriteria pasar dalam aspek standar fungsional dan kriteria pasar
dalam aspek penciptaan karakter lokal. Di dalam
kriteria tersebut, terdapat beberapa isu yang
dapat dilihat dan dipertimbangkan sebagai
atribut pasar tradisional (lihat Tabel 1).
Tabel 1. Tabulasi Atribut Pasar pada Penelitian 1
Isu Perancangan dalam Aspek Arsitektur Kota
Keterkaitan pasar dengan fungsi sekitar
Aksesibilitas dan sistem sirkulasi eksternal
Respon terhadap bentuk dan ruang kota
Isu Perancangan dalam Aspek Standar
Fungsional
Tipe dan luas unit kios
Efektivitas pemanfaatan ruang
Lebar jalur sirkulasi
Zoning
Aksesibilitas dan sistem sirkulasi
Penghawaan
Pencahayaan
Fasilitas umum
Utilitas air bersih
Utilitas air kotor
Persampahan
Isu Perancangan dalam Aspek Penciptaan
Karakter Lokal
Tampilan fisik
Pengalaman ruang
Ruang sosio-kultural
Made Anggita Wahyudi Linggasani
Beberapa isu perancangan pasar yang dihasilkan
berdasarkan aspek arsitektur kota, yaitu keterkaitan objek dengan fungsi sekitar, aksesi-bilitas
dan sistem sirkulasi eksternal bangunan, serta
respon bangunan terhadap bentuk dan ruang
kota. Isu ini merujuk pada penentuan fasilitas di
dalam pasar yang dapat merespon fungsi-fungsi
di sekitarnya, penataan jalur sirkulasi eksternal
atau parkir yang nyaman, serta membentuk
bangunan pasar yang sesuai dengan arsitektur
kota. Keterkaitannya dengan konteks arsitektur
kota tersebut menentukan keberhasilan dari
pasar tradisional, sehingga ini perlu direspon
dalam perancangan fisik pasar.
Sedangkan, aspek standar fungsional di sini
merupakan permasalahan perancangan yang
bersifat umum dan bisa terjadi pada pasar
tradisional lainnya. Beberapa isu yang dihasilkan,
ialah tipe dan luas unit kios, efektivitas
pemanfaatan ruang, lebar jalur sirkulasi, zoning,
aksesibilitas dan sistem sirkulasi penghawaan,
pencahayaan, fasilitas umum, utilitas air bersih,
utilitas air kotor, dan persampahan. Isu-isu ini
memiliki tujuan untuk menentukan dimensi
ruang dalam bangunan yang efektif, menata
zona komoditas yang baik, memudahkan
pengunjung untuk menjangkau semua unit
pasar, serta mampu memberikan kenyamanan
kepada pengunjung, baik dari segi utilitas
(penghawaan, pencahayaan, penyediaan air dan
penataan sampah) hingga fasilitas pendukung
lain yang mampu disediakan oleh pasar tersebut.
Pada aspek penciptaan karakter lokal, terdapat
beberapa isu perancangan pasar tradisional,
yakni tampilan fisik, pengalaman ruang dan
ruang sosio-kulturalnya. Aspek ini menyangkut
bagaimana respon perancangan fisik terhadap
lokalitas dari pasar yang dirancang. Lokalitas
disini menjadi penting, karena keberlangsungan
suatu pasar tradisional tergantung dari hubungannya dengan masyarakat pengguna. Hal
ini akan berlangsung secara historis dan
menjadikan setiap pasar memiliki keunikan
tersendiri jika dibandingkan dengan pasar yang
lainnya. Respon terhadap lokalitas pasar
tradisional tersebut juga dapat menjadi salah
satu upaya untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan citra/daya tarik yang dimiliki pada
pasar itu sendiri. Dengan begitu, maka isu dari
kriteria perancangan pasar tradisional ini dapat
dijadikan acuan dalam merancang pasar
tradisional yang lebih baik lagi kedepannya.
Penelitian kedua yang dirujuk di sini memiliki
judul “Factor Influencing Consumer Choice
between Modern and Traditional Retailers in
Malaysia” (Rika Terano, Rafidah binti Yahya,
dkk., 2015). Studi ini membahas mengenai
preferensi pengunjung dalam lebih memilih
berbelanja di ritel/pasar tradisional atau modern,
serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pengunjung atau konsumen dalam menentukan preferensi belanjanya (shopping preferences) terhadap kondisi
ritel/pasar di Malaysia. Dalam kasus ini,
keputusan pengunjung akan diterapkan secara
bersamaan pada tradisional dan pasar modern.
Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah
penyebaran kuesioner dengan jumlah responden
sebanyak 650 orang di Selangor. Dalam mengolah data tersebut, metode analisisnya menerapkan pendekatan penelitian yang bersifat
deskriptif. Kategori pengunjung/konsumen pada
tulisan ini berupa keluarga berdasarkan aspek
sosio-demografinya, seperti usia, pendidikan,
rekan berkunjung dan jumlah anggota keluarga.
Sedangkan, aspek-aspek yang termasuk dalam
atribut ritel/pasar dapat dilihat pada Tabel 2
berikut ini.
Tabel 2. Tabulasi Atribut Pasar pada Penelitian 2
Kualitas Barang
Keaslian barang
Tampilan kondisi barang
Kebaruan barang
Keamanan barang
Kemasan (Packaging) Barang
Kondisi kemasan barang
Tampilan kemasan
Kebersihan kemasan
Store Environment
Luasan area parkir
Kondisi dan suasana ritel/pasar
Harga Barang
Pemberian harga pasti (fixed price)
Harga sesuai dengan kualitas barang
Harga barang murah
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| E 057
Kajian Aspek Atribut Pasar sebagai Upaya Peningkatan Daya Tarik Pasar Tradisional
Hasil yang didapat pada tulisan ini berdasarkan
survei yang dilakukannya di tahun 2012, ialah
pengunjung/konsumen lebih dominan menunjukkan preferensi belanjanya pada pasar
modern dibandingkan pasar tradisional. Pengunjung yang datang dalam kategori keluarga,
memiliki preferensi yang kurang baik terhadap
harga barang dikarenakan ada pertimbangan
aspek usia, pendidikan dan anak yang diajak
sebagai rekan berbelanja. Sedangkan, keluarga
memiliki respon positif terhadap faktor kemasan
(packaging) dan lingkungan toko (store
environment). Dengan kata lain, pengunjung
disini memang memiliki preferensi (baik atau
buruk) terhadap kemasan (packaging) barang,
kondisi lingkungan toko (store environment) dan
seting harga dari barang yang ditawarkan
penjual di dalam ritel/pasar tersebut.
Pengunjung cenderung memilih kemasan barang yang baik dan memiliki harga yang
terjangkau. Selain itu, pengunjung juga memiliki
preferensi dalam mendapatkan kenyamanan
dari lingkungan pusat perbelanjaan tersebut,
seperti keamanan saat memarkirkan kendaraan,
kenyamanan dari pelayanan yang diberikan,
hingga pengalaman berbelanja menyenangkan
yang didapat dari suasana ritel/pasar itu sendiri.
Aspek-aspek tersebut memiliki nilai signifikan
dalam mempengaruhi respon afeksi pengunjung
dan perilakunya saat berbelanja (shopping
behavior) di dalam ritel atau pasar.
Tulisan ini juga menunjukkan hasil lainnya,
bahwa seting dari harga barang akan menjadi
pertimbangan utama bagi pasar modern dalam
mendasari preferensi pengunjung. Sedangkan,
hal yang perlu dipertimbangan pada pasar tradisional ialah penataan lingkungan toko (store
environment) agar menjadi lebih baik lagi dari
sebelumnya, sehingga pengunjung akan merasa
nyaman berada di dalamnya.
Penelitian yang ketiga berjudul “David vs.
Goliath: Uncovering The Future of Traditional
Markets in Indonesia” (Fajar S.A.Prabowo dan
Raden Aswin Rahadi, 2015). Adapun tujuan dari
tulisan ini ialah menjelaskan kepada para
pedagang muda (younger generations) agar
lebih loyal membantu pedagang yang lebih tua
E 058 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
dalam mengelola pasar untuk menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang. Hal tersebut disajikan
melalui pemahaman mengenai posisi dan peran
atribut pasar tradisional di Indonesia yang dapat
dilihat dari aspek citra toko/pasar (store image)
terhadap perilaku berbelanja (shopping behavior) yang dilakukan pengunjung di dalam-nya.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
merujuk pada penelitian terdahulu yang bermula
dari pemikiran David dan Goliath mengenai
persaingan antara pasar tradisional dan pasar
modern dalam menarik perhatian dan merebut
hati masyarakat sebagai pengunjung /konsumen
pasar. Rujukan penelitian yang digunakan pada
tulisan ini berasal dari para peneliti yang
membahas topik bahasan sejenis melalui
pendekatan kualitatif dan bersifat deskriptif.
Menurut Aribestari dan Setyono (2013) dalam
Prabowo (2015), terdapat perbedaan faktor
atribut citra toko (store image) di pasar
tradisional dan pasar modern berupa; pada
pasar tradisional, ialah aspek variasi produk,
harga barang, dan fasilitas publik; sedangkan
pada pasar modern, ialah kenyamanan pengunjung, variasi produk, harga barang, kondisi fisik
pasar, dan fasilitas fisik pendukung pasar itu
sendiri. Namun, dalam tulisan ini aspek-aspek
yang digunakan sebagai atribut citra toko/pasar
(store image) tradisional, yakni (lihat Tabel 3):
Tabel 3. Tabulasi Atribut Pasar pada Penelitian 3
Store Image
Aksesibilitas
Kondisi barang dagangan (merchandising)
Reputasi yang dimiliki pasar
Suasana toko (store atmosphere)
Pelayanan dalam toko (in-store service)
Keberadaan fasilitas publik
Harga barang
Keamanan berbelanja (financial security)
Berdasarkan data yang dikumpulkan, posisi dari
atribut pasar yang berupa aspek citra toko
(store image) ini berada pada bagian terluar
model SOR (stimulus, organism dan response)
yang dibentuk melalui pemahaman terhadap
psikologis pengunjung/konsumen, sebagai aspek terluar atau eksternal yang dapat mem-
Made Anggita Wahyudi Linggasani
pengaruhi konsumen di dalam pasar (Jacoby,
2002, Thang & Tan, 2003, dalam Prabowo,
2015). Selanjutnya, diikuti dengan aspek
internal berupa motivasi konsumen yang
terbentuk dari aspek emosional yang diciptakan,
partisipasi pengguna pasar, nama atau brandimage pasar, serta kemampuan pasar menyampaikan informasi kepada pengunjung.
Berangkat dari hal tersebut, dilanjutkan dengan
menghasilkan persepsi konsumen terhadap citra
toko (store image) sebagai atribut pasar
tradisional. Persepsi tersebut akan berdampak
pada komitmen dan kualitas sumber daya
pedagang dalam menjaga eksistensi pasar
tersebut.
Hasil yang juga didapatkan dari tulisan ini ialah
penilaian yang kurang menyenangkan dari
konsumen terhadap aspek aksesibilitas, kondisi
barang dagangan, reputasi pasar, pelayanan,
suasana toko, fasilitas publik dan keamanan
berbelanjanya. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh dari artibut citra pasar terhadap
persepsi pengunjung/konsumen. Namun, terdapat satu aspek pada atribut citra pasar
tradisional yang masih bisa dikembangakan
dengan baik sebagai bentuk penyesuaian
terhadap pasar modern, yaitu harga barang
yang mampu ditawarkan oleh penjual di dalam
itu sendiri. Dengan kata lain, atribut citra toko
memang memiliki peran dan pengaruh terhadap
respon pengunjung atau konsumen di dalamnya.
Dari ketiga kajian penelitian sejenis yang dilihat
melalui tabulasi data di atas, aspek-aspek yang
termasuk dalam atribut pasar tradisional ini
dapat dikelompokkan menjadi dua kategori,
yakni berdasarkan kondisi arsitektural dan
kondisi non-arsitektural. Atribut pasar tradisional
tersebut dapat dipertimbangkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan pengembangan potensi
pasar saat ini.
Aspek-aspek atribut pasar tradisional yang
sering ditemukan dari ketiga penelitian di atas,
dapat dilihat seperti pada Gambar 1 berikut ini:
Gambar 1. Bentuk Atribut Pasar
berdasarkan Ketiga Penelitian Sejenis
Tradisional
Berdasarkan ketiga rujukan penelitian sejenis
tersebut, dapat dilihat aspek-aspek atribut pasar
yang termasuk dalam kondisi arsitektural di sini
lebih didominasi oleh aspek fisik bangunan itu
sendiri, baik secara eksternal maupun internal
dari bangunan tersebut. Sedangkan, pada
kondisi non-arsitektural terdapat aspek atribut
pasar yang bersifat non-fisik dan lebih internal
sebagai bagian dari pasar itu sendiri.
Pengelompokan berdasarkan kedua kondisi
tersebut menjadi bentuk penyederhanaan dari
atribut pasar tradisional untuk menentukan
lingkup bahasan yang lebih mendominasi dalam
mempengaruhi persepsi masyarakat untuk
datang berkunjung hingga memutuskan melakukan kegiatan belanja di dalam pasar tradisional
tersebut. Dengan demikian, dapat ditentukan
aspek dan kondisi utama yang menjadi prioritas
pada atribut pasar tradisional, baik dari segi
arsitektural maupun non-arsitektural.
Kedua kondisi di atas merupakan bentuk atribut
pasar tradisional yang dapat digunakan dalam
upaya peningkatan citra/daya tarik pasar yang
sudah menurun dimata masyarakat. Hal ini
menjadi bentuk usaha dalam mengatasi masalah
Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015| E 059
Kajian Aspek Atribut Pasar sebagai Upaya Peningkatan Daya Tarik Pasar Tradisional
penurunan tingkat kunjungan masyarakat ke
pasar tradisional yang diakibatkan oleh
kehadiran pasar-pasar modern yang kian
mendominasi.
Kesimpulan
Penelitian ini hanya dibatasi pada pengelompokan atribut pasar tradisional berdasarkan studi
teoritik yang dirujuk dari tiga penelitian dalam
bahasan topik serupa. Hasil dari pengelompokan
atribut pasar tradisional tersebut dapat dilihat
dari segi arsitektural maupun non-arsitektural.
Atribut pasar yang dilihat dari segi arsitektural,
berupa aspek keterkaitan antar fungsi pasar,
tingkat aksesibilitas dan sistem sirkulasi
parkir/eksternal, bentuk tampilan fisik bangunan,
tipe dan luas unit kios, lebar jalur sirkulasi
internal, zoning ruang, penghawaan dan
pencahayaan, ketersediaan fasilitas umum, serta
pengkondisian utilitas air dan sampah.
Sedangkan, atribut pasar yang dilihat dari segi
non-arsitektural, berupa kondisi/kualitas barang,
kemasan barang, harga barang, kondisi
lingkungan (store environment), reputasi pasar,
jenis pelayanan yang diberikan, hingga rasa
nyaman dan aman yang diciptakan pasar untuk
pengunjung/konsumen di dalamnya.
Kajian serupa yang lebih mendalam dapat
dilakukan di pasar-pasar tradisional lainnya yang
berlokasi di Indonesia, guna mengetahui aspek
atribut pasar tradisional yang menjadi permasalahan utama, baik dari segi arsitektural
maupun non-arsitektural. Penelitian selanjutnya
dapat dibahas pada salah satu variabel secara
mendalam ataupun melakukan penambahan
variabel-variabel baru yang termasuk atribut
pasar tradisional sebagai upaya peningkatan
daya tarik pasar itu sendiri. Hal ini menjadi
penting untuk menjaga eksistensi pasar
tradisional agar tidak mati dimata masyarakat
akibat kehadiran pasar modern yang kian
merajalela.
Daftar Pustaka
Aliyah, I., dkk. (2007). Peran Pasar Tradisional Dalam
Mendukung
Pengembangan
Pariwisata
Kota
Surakarta. Surakarta: Jurnal Perencanaan Wilayah
dan Kota, Universitas Sebelas Maret.
E 060 | Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2015
Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative,
Quantitative, and Mixed Methods Approaches .
California: Sage Publications, Inc.
Ekomadyo, A.S. & Hidayatsyah, S. (2012). Isu, Tujuan,
dan Kriteria Perancangan Pasar Tradisional. Temu
Ilmiah Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia,
01-04.
Hidjaz, T. (2007). Desain Interior dan Perilaku
Pengunjung di Ruang Publik, Kasus Kelapa Gading
Mall Jakarta. Jurnal Dimensi Interior, vol.5, no.2, 61-
70.
Hunter, G.L. (2006). The Role of Anticipated Emotion,
Desire, and Intention in the Relationship between
Image and Shopping Center Visits. Journal of Retail
and Distribution Management, Vol. 34, No.10.
Natalia, Tri Widianti. (2013). Pola Pengaruh Atribut
Mall
terhadap
Respon
Pengunjung
dalam
Mengunjungi Shopping Mall. Temu Ilmiah Ikatan
Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia, 41-46.
Prabowo, F.S.A. & Rahadi, R.A. (2015). David vs.
Goliath: Uncovering The Future of Traditional
Markets in Indonesia. Mediterranean Journal of
Social Sciences, vol. 6, no. 5, 28-36.
Terano, R., dkk. (2015). Factor Influencing Consumer
Choice between Modern and Traditional Retailers in
Malaysia. International Journal of Social Science and
Humanity, vol. 5, no.6, 509-513.
Yoslandari, P. (2009). Analisis Pengaruh Citra terhadap
Kunjungan Konsumen ke Pusat Perbelanjaan:
Peranan dari Emosi Terantisipasi Positif, Keinginan,
dan Niat sebagai Variabel Intervensi (Studi Kasus:
Mal Senayan City). Depok: Tugas Akhir Sarjana,
Program Studi Manajemen Kekhususan Pemasaran,
Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.
Download