BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan
eksternalnya, ada hubungan resiprokal (timbal balik) antara perusahaan dengan
masyarakat agar tercipta kondisi sinergis antara keduanya. Keberadaan suatu
perusahaan akan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf
hidup masyarakat dengan terciptanya lapangan kerja, produk barang serta jasa
yang dihasilkan perusahaan, dan pembayaran pajak yang memberikan pendapatan
bagi negara merupakan kontribusi yang dirasakan besar manfaatnya (Akmal
Lageranna, 2013: 1).
Di sisi lain, aktivitas perusahaan khususnya di bidang industri telah
menyebabkan terjadinya masalah pada lingkungan dan tingkat perekonomian
masyarakat yang berjarak dalam suatu wilayah. Kedaan ini diperparah dengan
kurang ditanggapinya berbagai tuntutan masyarakat dalam permasalahan
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, pada akhirnya akan muncul
permasalahan sosial benturan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat yang dapat menghambat operasional perusahaan. Menurut Busyra
Azheri (2012: 5), perusahaan bukan lagi sebagai entitas yang hanya mementingkan
diri sendiri (selfish) dan/atau eksklusivitas dari lingkungan masyarakat, tetapi
sebagai sebuah entitas badan hukum yang wajib melakukan adaptasi sosio kultural
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
dengan lingkungan di mana ia berada, serta dapat dimintai pertanggungjawaban
layaknya subjek hukum pada umumnya.
Di Indonesia, dapat kita ketahui berbagai permasalahan yang terjadi akibat adanya
benturan kepentingan perusahaan dengan masyarakat. Permasalah yang terjadi
meliputi, pencemaran teluk buyat oleh PT Newmont, konflik antara PT Freeport
Indonesia dengan masyarakat papua akibat penduduk setempat melakukan
pendulangan emas dari sisa-sisa limbah produksi PT Freeport, konflik masyarakat
Aceh
dengan
Exxon
Mobile
yang
mengelola
Gas
Bumi
di
Arun.
http//noanggie.Wordpress.c
om/2008/04/07/penerapan-prinsip-tanggung-jawab-sosial-dan-lingkunganperusahaan.
Kompleksitas permasalahan sosial (social problem) yang semakin rumit
dalam dekade terakhir ini telah menempatkan Corporate Social Responsibiity
(CSR) sebagai suatu konsep yang diharapkan mampu memberikan alternatif
terobosan baru dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Kata sosial sering
diinterpretasikan dengan kedermawanan, padahal (CSR) terkait
dengan
sustainability dan acceptability artinya diterima dan berkelanjutan untuk
melakukan usaha disuatu tempat (Hendrik Budi Untung, 2008: 1).
Saat ini (CSR) telah menjadi sebuah isu global. Meskipun menjadi sebuah
isu global, sampai saat ini belum ada definisi tunggal dari (CSR) yang diterima
secara global. Secara etimologis (CSR) dapat diartikan sebagai Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan atau Korporasi (Gunawan Widjaja, 2008: 7).
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
Erni R Ermawan (2007: 110) mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian (CSR). (CSR) merupakan peningkatan kualitas hidup yang mempunyai
arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk dapat
menanggapi keadaan social yang ada, dan dapat menikmati, memanfaatkan serta
memelihara lingkungan hidup atau dapat dikatakan sebagai proses penting dalam
pengaturan biaya yang dikeluarkan, keuntungan kegiatan bisnis dan stakeholders
baik secara eksternal maupun internal.
Sifat (CSR) yang ada di Indonesia yang pada mulanya bersifat sukarela
menjadi wajib bagi perusahaan-perusahaan untuk menjalankan program (CSR) dan
tidak ada alasan bagi perusahaan untuk tidak melaksanakan prinsip (CSR) dalam
aktivitas usahanya. Agar kewajiban ini bersifat imperatif maka harus disertai
dengan adanya regulasi yang tercantum dalam Pasal 74 Undang-undang Nomor 40
Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) disebutkan bahwa:
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam, wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan.
(2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan
sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan
memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
(3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana yang dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan diatur
dengan peraturan pemerintah.
Penjelasan Pasal 74 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas yang dimaksud dengan perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya di bidang sumber daya alam adalah perseroan yang kegiatan usahanya
mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan yang dimaksud
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
dengan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya yang berkaitan dengan
sumber daya alam adalah perseroan yang tidak mengelola dan tidak memanfaatkan
sumber daya alam, tetapi kegiatan usahanya berdampak pada fungsi kemampuan
sumber daya alam.
Pasal 15 huruf (b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam
Modal juga mengatur mengenai pelaksanaan (CSR), dikatakan bahwa
setiap
penanam modal wajib melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sedangkan yang dimaksud tanggung jawab sosial perusahaan berdasarkan Pasal
15 huruf (b) Undang-undang nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal
adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal
untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam rangka mensinergikan program
CSR agar tercipta kepastian hukum terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di
daerah, telah mengeluarkan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28
Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan selanjutnya disebut
(TSP). Berlakunya Perda TSP, diharapkan akan membawa kepastian hukum dan
tercipta kesejahteraan msyarakat, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan. Pengaturan tentang (CSR) tercantum dalam Pasal 20 Ayat (1)
Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 tentang
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan menyebutkan bahwa:
Setiap perusahaan yang berada di daerah dan mempekerjakan karyawan paling
sedikit 100 (seratus) wajib menetapkan komitmennya dalam penyelenggaraan
TSP sebagai bagian dari kebijakan manajemen maupun program
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
pengembangan perusahaan dengan mempedomani ketentuan dan/ atau
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku bagi perusahaan.
Perusahaan memiliki kewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial
perusahaan atau (CSR). Tujuan (CSR) yang dilakukan perusahaan adalah untuk
mengembalikan dan menyeimbangkan apa yang sudah dilakukan perusahaan yang
berdampak negatif terhadap lingkungan, masyarakat dan memberikan sumbangsih
terhadap peningkatan kesejahteraan serta kualitas hidup masyarakat khususnya di
lingkungan tempat perusahaan tersebut beroperasi (Hary Hikmat, 2006: 74).
Meskipun pelaksanaan (CSR) telah tercantum dalam undang-undang, namun
pada umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam melaksanakan (CSR)
hanya diartikan sebagai tindakan korporasi untuk memberikan sumbangan
(philanthropy). Sumbangan tersebut berupa materi seperti uang, peralatan atau
hadiah lainnya kepada komunitas, organisasi atau individu di wilayah dimana
mereka beroprasi
(Beni Bevly, 2012: 6).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suwandi pada tahun 2013
mengemukakan bahwa, pelaksanaan (CSR) di Indonesia masih memiliki banyak
kendala. Kendala tersebut antara lain adalah keterbatasan anggaran, pelaksanaan
yang belum merata, pelaksanaan yang belum terjadwal, lemahnya sosialisasi dan
komunikasi, dan masih banyak lagi. Sejauh ini, jangkauan pelaksanaan (CSR) di
Indonesia belum merata karena hanya menjangkau sebagian lapisan masyarakat
dan sifatnya tidak berkelanjutan. (www.amerta.id/2014/05/21/657/kegiatan-csr-diindonesia-menghadapi-beragam-kendala.php).
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga merupakan salah satu jenis
perusahaan penanaman modal asing yang berasal dari Korea selatan yang
mengelola dan memanfaatkan rambut asli dan rambut sintetis sebagai bahan baku
produksi bulu mata palsu, jumlah karyawan PT. Tiga Putra Abadi Perkasa
Purbalingga sebanyak 658 (Enam ratus lima puluh delapan) pekerja. Dari uraian
tersebut dapat diketahui bahwa PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga
mempunyai kewajiban melaksanakan (CSR) berdasarkan Pasal 74 ayat (1)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Pasal 15 huruf
(b) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanam Modal dan Peraturan
Daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 28 Tahun 2012 Tentang Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Heri Tamtomo selaku personalia PT.
Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga pada tanggal 4 Mei tahun 2015 mengatakan
bahwa, dalam menanggulangi dampak kerusakan lingkungan akibat adanya limbah
cair dan sebagai wujud pelaksanaan (CSR) dalam hal ini, khususnya di bidang
pendidikan, PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga menerapkan program
beasiswa anak karyawan perusahaan.
Penerapan (CSR) bidang sosial yang
dilakukan oleh PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga yaitu dengan pemberian
sumbangan dana kepada yayasan yatim piatu Baitulloh di lingkungan perusahaan
ataupun di kawasan Purbalingga Lor.
Dari uraian diatas, Masih banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang
hanya menganggap kegiatan (CSR) hanya merupakan kegiatan sukarela
(voluntary) dan kemurahan hati (charity). (CSR) belum menjadi komitmen
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
bersama antara masyarakat dan perusahaan yang berkelanjutan untuk bersamasama bertanggung jawab terhadap masalah-masalah sosial, sehingga penulis
terdorong untuk menyusun skripsi yang berjudul Pelaksanaan Corporate Social
Responsibility (CSR) pada PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada PT. Tiga Putra
Abadi Perkasa Purbalingga?
2. Apa saja hambatan yang dihadapi oleh PT. Tiga Putra Abadi Perkasa
Purbalingga
dalam
melaksanakan
Corporate
Social
Responsibility
di
Purbalingga?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
PT. Tiga Putra Abadi Perkasa Purbalingga.
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh PT. Tiga Putra Abadi Perkasa
Purbalingga dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility.
D. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuhan terhadap penelitianpenelitian sejenis untuk tahap berikutnya.
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan ilmu hukum, khususnya pada hukum perdata.
2. Manfaat praktis,
a. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk memberikan kontribusi terhadap
penerapan (CSR) yang lebih bermanfaat bagi lingkungan dan masyarakat.
b. Diharapkan agar dapat memberi pengetahuan untuk pengembangan (CSR)
ke depannya.
c. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk penyempurnaan regulasi
pengaturan (CSR).
d. Diharapkan agar masyarakat mengerti dan memahami tentang konsep dan
tujuan CSR.
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL ...,ARIS HARTANTO, F. HUMUM , UMP 2016.
Download