analisis pengaruh sertifikat bank indonesia syariah, inflasi, nilai

advertisement
ANALISIS PENGARUH SERTIFIKAT BANK INDONESIA
SYARIAH, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN
JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP
NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Fitria Saraswati
NIM : 109081000018
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
Data Pribadi
Nama
Tempat & Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
No. Telepon
Email
Pendidikan Formal
1996 – 1997
1997 – 2003
2003 – 2006
2006 – 2009
2009 – 2013
: Fitria Saraswati
: Tangerang, 22 Juni 1991
: Perempuan
: Islam
: Perumahan Pondok Kacang Prima Jln. Taman Prima
1 Blok H6 No.12 RT.13 RW.08 Pondok ArenTangerang
: (021) 7321660 / 085692457691
: [email protected]
: TK Aisyiyah Bustanul Athfal 66
: SD Negeri 1 Pondok Aren
: SMP Negeri 3 Tangerang
: SMA Negeri 3 Tangerang
: Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Pengurus BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011
2. Anggota Pramuka SD Negeri 1 Pondok Aren
Pengalaman Kerja
 Magang/KKN selama 1 bulan di SB Finance Koperasi Serba Usaha
Sejahtera Bersama Ciledug-Tangerang tahun 2012
Keahlian
Komputer
Olahraga
: Microsoft Office (Word, Excel, Power Point),
Internet
: Badminton
v
ABSTRACT
This research examined the analysis of the effect of Sharia Indonesian
Bank Certificate (SBIS), inflation, exchange rate, and the money supply on the Net
Asset Value (NAV) of Islamic Mutual Fund. Data used in this research is monthly
data start from January 2008 until December 2012. Sampling method used in this
research is purposive sampling. The Islamic Mutual Fund are selected as the
research object is Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa
Syariah Berimbang, and Reksadana Haji Syariah. This research used Multiple
Linier Regression Analysis that using SPSS computer program version 16.0 and
Microsoft Excel 2007.
The result in this research showed that SBIS, inflation, exchange rate, and
the money supply simultaneously affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the
Sig. 0,000 < 0,05 and F count > F table (28,287 > 2,420). The result also showed
that the partial SBIS does not affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig.
0,363 > 0,05 and t count > t table (-0,912 > -1,653). Inflation does not affect the
NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,989 > 0,05 and t count < t table
(0,014 < 1,653). Exchange rate negatively affect the NAV of Islamic Mutual Fund
with the Sig. 0,046 < 0,05 and t count < t table (-2,011 < -1,653). The money
supply has positive affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,000 <
0,05 and t count > t table (7,527 > 1,653).
Keywords: Sharia Indonesian Bank Certificate (SBIS), Inflation, Exchange
Rate, The Money Supply, and Net Asset Value (NAV) of Islamic
Mutual Fund
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai Desember
2012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive
sampling. Reksadana syariah yang terpilih sebagai objek penelitian adalah Reksa
Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, dan
Reksadana Haji Syariah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 dan Microsoft
Excel 2007.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBIS, inflasi, nilai tukar rupiah, dan
jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh terhadap NAB reksadana
syariah dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung > F tabel (28,287 >
2,420). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial SBIS tidak
berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,363 > 0,05 dan
nilai t hitung > t tabel (-0,912 > -1,653). Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB
reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,989 > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (0,014
< 1,653). Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah
dengan nilai Sig. 0,046 < 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (-2,011 < -1,653).
Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah dengan
nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (7,527 > 1,653).
Kata kunci : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, Jumlah Uang Beredar, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada
hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai
gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini memiliki judul “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar
Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Semoga skripsi ini
memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Bapak Sayat dan Ibu Turyati yang selalu memberikan
dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta,
dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah motivasi
terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini.
2. My beloved sister, kakakku Arti Haryati, dan adikku Putri Maulinda yang
selalu memberikan motivasi serta doa yang tulus selama ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan Bapak
Indo Yama Nassarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II, yang
telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis
Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku
Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB,
yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
5. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan
Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen.
6. Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan
ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.
8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja
kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra
Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Bu Siska, Bu Umi, Bu
Ani, Pak Rahmat, dan Pak Sofyan.
9.
Bayu Ayom Gumelar. Sahabat terbaikku berbagi tawa, teman terhebatku
ketika berkonsultasi, jagoan terkuatku ketika ku lemah, dan kekasihku
yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya agar dapat segera
menyelesaikan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan mendoakanku, yaitu Istiani
Maulida, Ade Setiawati, Putri Nur Pratiwi, Maixel Sri Haryanti, dan Ade
Tri Oktavia.
11. Sahabat-sahabatku “Rempongers” di Manajemen A angkatan 2009, yaitu
Shartika Purnama Dewi, Ade Tiyar Desty, Ika Wulandari, Dety Inayati,
Eka Adianti Wigati, Melissa Akmal, Eis Hartati, Mutia Dwi Amira, dan
Siti Sulhah. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.
12. Teman-teman Manajemen dan Manajemen Keuangan angkatan 2009.
Terima kasih atas dukungannya, maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi
tidak mengurangi rasa bangga dan rasa persahabatan diantara kita semua.
13. Teman seperjuangan saat ujian komprehensif dan ujian skripsi, yaitu Imas
Atik Aisyah, Fitri Indriana, Risky Indrawan, dan Reza Gandana Putra.
Jakarta, 11 Juni 2013
Penulis
(Fitria Saraswati)
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .....................................................................................12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................13
1. Tujuan Penelitian.....................................................................................13
2. Manfaat Penelitian...................................................................................13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................15
1. Reksadana Syariah ...................................................................................15
a. Pihak-pihak yang Terlibat ...................................................................17
b. Jenis-jenis Reksadana..........................................................................20
c. Keuntungan Reksadana Syariah ..........................................................25
d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah ...........................................27
e. Nilai Aktiva Bersih (NAB) ..................................................................28
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ............................................................30
3. Inflasi ........................................................................................................31
4. Nilai Tukar Rupiah ...................................................................................39
5. Jumlah Uang Beredar ...............................................................................43
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat.........................47
C. Penelitian Terdahulu ....................................................................................50
D. Kerangka Pemikiran ....................................................................................52
E. Hipotesis .......................................................................................................54
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................55
B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................55
C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................57
D. Metode Analisis ..........................................................................................59
E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................71
x
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................76
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ...........................76
2. Sejarah Reksadana Syariah .....................................................................77
B. Deskripsi Data .............................................................................................81
C. Analisis dan Pembahasan ............................................................................97
1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................................97
2. Uji Hipotesis ............................................................................................107
3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................112
D. Interpretasi ...................................................................................................114
BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ..................................................................................................118
B. Implikasi ......................................................................................................118
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................120
LAMPIRAN ..............................................................................................................123
xi
DAFTAR TABEL
No.
1.1
2.1
3.1
3.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
Keterangan
Halaman
Perkembangan Reksadana Syariah ......................................................... 5
Penelitian Terdahulu ............................................................................... 51
Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian............... 57
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ................. 64
Daftar Reksadana Syariah....................................................................... 81
Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian............... 84
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................. 85
Inflasi ...................................................................................................... 87
Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD................................................. 89
Jumlah Uang Beredar (M2) .................................................................... 91
NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah ...................... 93
NAB Danareksa Syariah Berimbang ...................................................... 94
NAB Reksadana Haji Syariah ................................................................ 96
Uji Kolmogorov-Smirnov....................................................................... 100
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF.................................... 101
Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ..................................... 102
Uji Durbin-Watson ................................................................................. 104
Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson .................................................... 106
Uji F ........................................................................................................ 108
Uji t ......................................................................................................... 109
Uji Adjusted R Square ............................................................................ 111
Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 112
xii
DAFTAR GAMBAR
No.
2.1
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
Keterangan
Halaman
Kerangka Pemikiran ............................................................................... 53
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................. 86
Inflasi ...................................................................................................... 88
Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD................................................. 90
Jumlah Uang Beredar (M2) .................................................................... 92
NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah ...................... 94
NAB Danareksa Syariah Berimbang ...................................................... 95
NAB Reksadana Haji Syariah ................................................................ 97
Histogram ............................................................................................... 98
Grafik P-P Plot........................................................................................ 99
Scatterplot ............................................................................................... 102
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Keterangan
Halaman
Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012).............. 123
Daftar Sampel Penelitian ........................................................................ 125
Data Variabel Penelitian ......................................................................... 125
Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients .................................. 129
Uji Normalitas ........................................................................................ 130
Uji Multikolinieritas ............................................................................... 131
Uji Autokorelasi...................................................................................... 131
Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 132
Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% ..................................................... 133
Tabel Persentase Distribusi t .................................................................. 136
Tabel Persentase Distribusi F untuk α = 0,05 ......................................... 141
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang yang sesuai dengan syariah Islam.
Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada asset financial
dan investasi pada asset riil. Seorang investor yang berinvestasi dengan
harapan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang, sebagai imbalan
atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Salah satu alasan utama
melakukan investasi adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin
melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan
keuangan saat ini. Adanya suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik
daripada tidak sama sekali (Ahmad Rodoni, 2009:46).
Menurut Eko Pratomo (2007:14), selain kebutuhan akan masa depan,
seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian
atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan dana, kondisi
kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Tetapi
dengan adanya alternatif instrumen (efek) investasi memungkinkan seseorang
bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas
kebutuhan, menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara
disiplin.
1
Pasar modal merupakan salah satu wahana investasi bagi masyarakat.
Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi di pasar modal
sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam menginvestasikan
dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah reksadana (Bapepam-LK,
2012:1). Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak
waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksadana
dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang
memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi
hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas (Heri Sudarsono,
2008:199).
Menurut Mankiw (2006:88), keunggulan utama dari reksadana adalah
karena reksadana memungkinkan orang-orang yang hanya memiliki sedikit
dana untuk melakukan diversifikasi. Menurut Eko Pratomo dan Ubaidillah
(2005:12), Don’t put all your eggs into one basket! Prinsip ini merupakan
peringatan yang sangat sering dikumandangkan kepada semua investor. Intinya
adalah karena semua investasi mengandung risiko, sehingga jangan sekali-kali
menempatkan seluruh dana investasi dalam satu pihak (bank atau perusahaan
tempat berinvestasi), karena jika hal itu dilakukan dan terjadi sesuatu dengan
pihak tersebut, maka habislah semua dana investasi yang dimiliki.
Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi
masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah
merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor
2
yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional
perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki kriteria
yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya. Dimana
perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme
investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan Hadist serta
hukum Islam yang lainnya. Mekanisme transaksi reksadana dalam konsep
Fiqih Muamalah berjalan menggunakan akad wakalah yaitu antara investor
dengan manajer investasi. Dan Mudharabh antara manajer investasi dengan
perusahaan (Abdul Hamid, 2009:79).
Dalam penyusunan portofolio investasinya, reksadana syariah hanya dapat
menempatkan dananya ke dalam instrumen-instrumen investasi yang terbebas
dari riba dan praktek-praktek tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar
modal, reksadana syariah hanya menempatkan dananya pada emiten atau
perusahaan atau pihak-pihak penerbit instrumen investasi yang tidak
melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah
seperti riba, perjudian, pornografi, minuman haram (alkohol), babi, dan hiburan
yang bertentangan dengan syariah dan lain-lain.
Untuk itu fungsi dan tugas seorang manajer investasi pada reksadana
syariah menjadi lebih luas daripada manajer investasi konvensional yaitu
menyusun strategi portofolio yang baik agar menghasilkan return optimal dan
outperform dibandingkan dengan reksadana lain, dengan tetap menjamin
kehalalan proses investasi yang dilakukan (Abdul Hamid, 2009:80).
3
Menurut Usman (2000) dalam Hariandy Hasbi (2010:64), investor dalam
berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara lain: (1)
reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil yang
tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal hasil yang
tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi; (2) reksadana
syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam efek ekuitas
serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar dimana terjadi
volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi ditempatkan di berbagai
instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang; (3) reksadana
pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil terendah jika
dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat risiko yang
ditawarkan juga rendah; (4) reksadana terproteksi, reksadana ini memberikan
proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan
khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan pada instrumen
pasar modal dan pasar uang yang lebih aman.
Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai
Aktiva Bersih (NAB). Menurut Heri Sudarsono (2008:218), nilai aktiva bersih
berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau
kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga
komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban
reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank
Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker
yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi.
4
Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajibankewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah
NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (outstanding)
yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. NAB per saham/unit
dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat dana dari Manajer
Investasi dan nilainya dapat dilihat dari surat kabar yang dilihat reksadana
bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari,
tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB
mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan.
Begitu juga sebaliknya, menurun berarti berkurangnya nilai investasi
pemegang saham per unit penyertaan.
Perkembangan reksadana syariah di Indonesia dari tahun 2008 sampai
tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah
Tahun Jumlah Reksadana Syariah
Total NAB (Rp Miliar)
2008
37
1.814,80
2009
46
4.629,22
2010
48
5.225,78
2011
50
5.564,79
2012
54
8.050,07
Sumber: Bapepam, Statistik Pasar Modal Syariah 2012
Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat
dilihat pada kurun waktu tahun 2008 sampai 2012 pertumbuhan jumlah
reksadana syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari
tahun ke tahun. Pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 20075
2008, yaitu naik 22% dari 26 reksadana syariah di tahun 2007 menjadi 37
reksadana syariah di tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 meningkat
menjadi 46 reksadana syariah. Namun pada periode tahun 2009 hingga 2012,
peningkatan jumlah reksadana syariah tidak terlalu signifikan. Dan secara
kumulatif pada bulan Desember 2012 terdapat 54 reksadana syariah yang
tercatat di pasar modal Indonesia. Selain jumlah reksadana syariah yang
meningkat, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan
selama periode 2008 hingga 2012. Sampai Desember 2012 total NAB
reksadana syariah mencapai Rp 8.050,07 miliar dan telah terdapat 54 reksadana
syariah yang dinyatakan efektif oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa
ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
Pesatnya perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari kehadiran
Undang-Undang tentang Pasar Modal Indonesia No.8 tahun 1995 berisi 116
pasal yang diberlakukan pada awal tahun 1996 dan juga telah diluncurkannya
Pasar Modal Syariah oleh Bapepam yang bekerjasama dengan Dewan Syariah
Nasional (DSN) yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS),
yang diharapkan agar semua pihak yang terlibat di pasar modal merasa
melindungi hak-hak masyarakat dari praktek-praktek perdagangan yang
merugikan. Disamping itu adanya regulasi dan institusi baru ini memberikan
peluang kepada manajer investasi dan bank kustodian untuk menyelenggarakan
reksadana syariah. Pesatnya peningkatan jumlah reksadana syariah ini juga
tidak terlepas berkat terciptanya iklim usaha yang kondusif yang diberikan oleh
otoritas pasar modal Bapepam dan DSN atau DPS (Abdul Hamid, 2009:81).
6
Perkembangan reksadana syariah juga tidak terlepas dari berbagai macam
faktor yang mendasarinya. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut
dapat mempengaruhi reksadana syariah baik secara positif maupun negatif.
Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis reksadana syariah adalah
Nilai Aktiva Bersih (NAB). Terdapat 4 faktor yang diduga mempengaruhi
NAB reksadana syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar.
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat
berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang
Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka
pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah dijadikan sebagai alat
instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank
konvensional.
Menurut Virlandana dan Hermana (2005), hubungan NAB dengan SBIS
menunjukkan korelasi kuat negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif investasi
yang lebih menarik pada saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika
tingkat SBIS menurun akan mempengaruhi iklim investasi di pasar modal dan
pasar uang syariah. Dengan turunnya SBIS, maka investasi akan berpindah ke
7
instrumen-instrumen yang memberikan tingkat keuntungan/bagi hasil yang
lebih tinggi di pasar modal, misalnya reksadana syariah.
Situasi
ekonomi
lainnya
seperti
kondisi
ekonomi
makro
yang
mempengaruhi NAB reksadana adalah inflasi. Menurut Rahardja dan
Manurung (2004:155), inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang
yang bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik
jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga
suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak
menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat
umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat.
Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal
bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat
umum dan terus-menerus.
Menurut Ali dan Beik (2012), inflasi berpengaruh secara signifikan dalam
jangka pendek dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini
terjadi karena ketika inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentral akan
merespon dengan menaikkan suku bunga dan bonus SBIS untuk mengurangi
jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif
bagi para investor yang menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi
pada reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah mengalami
peningkatan.
Kondisi ekonomi makro yang kedua adalah nilai tukar rupiah. Menurut
Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing
8
menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai
mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai
jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang
dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:8), fluktuasi nilai rupiah
terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim
investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs
rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap
perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal
persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan
pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor
dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca
pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran negara akan
berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan
mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang
selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di
pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan
penarikan modal sehingga terjadi capital inflow.
Dalam hal ini menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena
pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham
mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada
reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana
pun mengalami penurunan.
9
Makro ekonomi berikutnya dalam penelitian ini adalah jumlah uang
beredar. Menurut Veithzal Rivai (2007:7), uang beredar dalam arti luas, yang
sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2,
didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta
domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T).
Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito
berjangka atau disebut juga uang kuasi (T).
Menurut Manurung (1996) dalam Muhamad Alhidadi Muchtar (2005:61),
peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion.
Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya
sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan
ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan.
Meningkatnya kinerja perusahaan akan merangsang para investor melirik
saham perusahaan tersebut sehingga berdampak positif terhadap harga saham.
Ketika jumlah uang beredar di masyarakat semakin bertambah sehingga
ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan
tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat
suku bunga deposito menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk
menginvestasikan dananya di pasar saham dengan harapan akan memperoleh
keuntungan yang lebih besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan
permintaan saham di pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya
NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian
dialokasikan pada saham.
10
Beberapa peneliti yang juga meneliti mengenai reksadana syariah,
diantaranya Prantik Ray dan Vina Vani (2005) dengan judul penelitian “Neural
Network Models for Forecasting Mutual Fund Net Asset Value”. Dalam
penelitiannya ditemukan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang
Beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
pergerakan NAB pada periode 1999-2004 di India, sedangkan Output Nasional
yang dicerminkan dalam Indeks Produksi Industri memiliki pengaruh yang
sangat diabaikan pada return reksadana.
Annisa Sholihah (2008) dalam penelitiannya ditemukan bahwa JII dan
Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Dan
Inflasi menjadi variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja
reksa dana syariah. Sedangkan SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh.
Elena dan Alexandru (2011) dalam penelitiannya ditemukan bahwa dalam
analisis pasar AS, kenaikan inflasi menyebabkan tren kenaikan reksadana
saham, dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kemudian,
tingkat bunga yang lebih rendah di AS menjadikan masyarakat berinvestasi
dalam aset pendapatan tetap (moneter dan obligasi). Sementara dalam industri
investasi Rumania, korelasi ini tidak dapat dibuktikan karena tingkat NAB
reksadana saham yang sangat kecil.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian
sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sertifikat
Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, dan
Jumlah Uang Beredar (M2). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
11
terdiri dari tiga perusahaan reksadana syariah dengan jenis yang berbeda, yaitu
Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah yang merupakan jenis
reksadana saham, Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan jenis
reksadana campuran, dan Reksadana Haji Syariah yang merupakan jenis
reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini dilakukan pada periode Januari 2008
hingga Desember 2012. Periode tersebut dipilih untuk melihat bagaimana
pengaruh SBIS sebagai salah satu instrumen perbankan syariah, serta Inflasi,
Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar sebagai indikator perekonomian
nasional dalam mempengaruhi perubahan NAB Reksadana Syariah.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang
Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara parsial terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah.
2. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar
Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah.
12
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dan
manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara parsial
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
b. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah,
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Penulis
Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis
tentang pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah di Indonesia yang terjadi pada tahun 2008 sampai
dengan 2012.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai
reksadana syariah bagi penulis maupun bagi peneliti selanjutnya yang
tertarik untuk meneliti tentang reksadana syariah juga dapat dijadikan
bahan referensi tambahan.
13
c. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang akan
menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor pasar modal
terutama terkait dengan produk reksadana syariah. Sehingga dapat
dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan
investasi dalam bentuk reksadana syariah.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Reksadana Syariah
Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksa Dana
didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi,
dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham
kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga
nilai aktiva bersihnya.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun
dana
dari
masyarakat
pemodal
untuk
selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.
Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar
Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola
portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi
kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana
pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana
didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana
dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi.
15
Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk
yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola
produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit
Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank kustodian
akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor
serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana.
Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat
berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar.
Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio
investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39).
Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu
kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa
depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan
dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan
menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga
sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi
perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang
akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya
reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi
yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk
dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang
transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan
16
meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo,
2005:43).
Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau
pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang
sesuai dengan Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang
dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan
selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi
serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah
ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79).
Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di
Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan
istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai
Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an
investment scheme that pools from many investors who share similiar
financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad
Rodoni, 2009:80).
a. Pihak-pihak yang Terlibat
Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang
akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana Terbuka
umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu:
1) Perusahaan Reksadana
Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha
dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang akan
17
mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham
Reksadana.
2) Manajer Investasi
Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari
Bapepam sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya
yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam sebagai wakil
manajer investasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan
perusahaan Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana
yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen
portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual beli)
efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini dirangkap
oleh perusahaan Reksadana.
Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual
reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu
membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak Investasi
Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani
proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk mendapatkan
pernyataan efektif, sehingga reksadana dapat dijual kepada investor.
Umumnya, manajer investasi bekerjasama dengan agen penjual
(bank, perusahaan asuransi, atau pihak lainnya) untuk menawarkan
dan menjual reksadana kepada investor. Dari dana yang terkumpul,
manajer investasi akan melakukan pengelolaan investasi, sesuai
18
dengan kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses
investasi yang dilakukan, antara lain:
- Melakukan analisis makro dan mikro
- Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar
uang, efek utang atau efek saham)
- Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih)
- Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi
- Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker)
- Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio
3) Agen Penjualan
Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung
kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau subagensi lainnya. Transaksi jual-beli berlangsung dengan investor
terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta prospektus
penawaran umum saham reksadana, agen penjualan ini biasanya
dirangkap oleh manajer investasi.
4) Kustodian
Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk
menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga).
Kustodian
tidak
terlibat
didalam
operasi
sehari-hari
yang
berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk menghindari
terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan
19
manajer investasi. Kustodian umumnya adalah bank, yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai kustodian.
Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam
transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan dana
serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh
manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan efek yang
telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang saham
reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia dipercaya oleh Bapepam
untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu
institusi yang disebut trustee.
5) Transfer Agent
Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari
pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai
pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang
saham yang up-to-date. Fungsi ini di Indonesia, dipercayakan
kepada kustodian.
b. Jenis-jenis Reksadana
Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya
reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu:
1) Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum
a) Reksadana berbentuk perseroan
Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksa Dana) merupakan
suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak
20
pada pengelolaan portofolio investasi pada surat-surat berharga
yang tersedia di pasar investasi. Dari kegiatan tersebut
PT
Reksa Dana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk
peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya),
yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang
memiliki saham pada perusahaan tersebut.
b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)
Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang dibuat antara
manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat
pemegang unit penyertaan sebagai investor. Dengan begitu
reksadana KIK bukan merupakan reksadana yang berbentuk
badan hukum tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi
diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank
kustodian diberikan wewenang untuk melaksanakan investasi
penitipan dan administrasi investasi kolektif. Fungsi dari kontrak
investasi kolektif sama halnya dengan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini
seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah reksadana
berbentuk KIK.
2) Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan
menjadi reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup (closeend). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai
21
berikut. Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran
umum untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor tidak
dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana
melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga
jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. Penjualan saham
tersebut dilakukan melalui manajer investasi.
Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau unit
penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang
membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek dan
harganya ditentukan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) /
Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank
Kustodian.
Pada dasarnya reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi
secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk
KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.
3) Pembagian Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi
Berdasarkan jenis investasinya reksadana terbagi menjadi empat
kategori, yaitu:
a) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund / MMF)
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan
investasi 100% pada efek pasar uang yaitu efek-efek utang yang
berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek
yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi,
22
serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu
tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan
tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin
menginvestasikan dananya dalam jangka pendek (kurang dari satu
tahun).
b) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund / FIF)
Reksadana
pendapatan
tetap
merupakan
reksadana
yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio
yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, seperti obligasi
dan surat utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat
diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini
memiliki risiko relatif besar dari reksadana pasar uang dengan
tujuan investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek
bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk
bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. FIF
yang terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen
obligasi sebagai bagian terbesar investasinya.
c) Reksadana Saham (Equity Fund / EF)
Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi
sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke
dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang
dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis
ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan
23
dengan jenis reksadana lain, tentunya juga memiliki return yang
lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti
deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada
pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi
hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan
harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham
juga memberikan hasil lain berupa dividen.
d) Reksadana Campuran (Balance Fund / BF)
Reksadana campuran tidak memiliki batasan alokasi investasi
yang boleh dilakukan. Reksadana campuran dapat melakukan
investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan porsi
alokasi yang lebih fleksibel.
Perkembangan terakhir, Bapepam mengeluarkan aturan baru
berkaitan dengan jenis-jenis reksadana yang sedikit berbeda dari
reksadana yang selama ini beredar. Sekilas mengenai reksadana
tersebut adalah sebagai berikut (Mohamad Heykal, 2012:96):
 Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund)
Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi
memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga
nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang
dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat
jatuh tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi.
24
Sisanya diinvestasikan kepada efek lain, sehingga investor masih
punya peluang memperoleh peningkatan NAB (Nilai Aktiva Bersih).
 Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted Fund)
Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan
menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo,
sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga
penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi
dan bank kustodian (bank yang mewakili kepentingan investor untuk
mengawasi ketaatan manajer investasi). Manajer investasi wajib
menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat utang
yang masuk kategori layak investasi.
 Reksadana Indeks
Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari
indeks acuan. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal
80% dari NAB pada sekurangnya 80% efek yang menjadi bagian
indeks acuan.
c. Keuntungan Reksadana Syariah
Menurut Mohamad Heykal (2012:97), pada dasarnya setiap
kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return (keuntungan)
dan risiko.
Berikut
ini
terdapat
beberapa
keuntungan dalam
menginvestasikan melalui reksadana:
1) Tingkat likuiditas yang baik, yang dimaksud dengan likuiditas disini
adalah kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari
25
reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah reksadana untuk
saham-saham yang telah dicatatkan di Bursa dimana transaksi terjadi
setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito
periode tertentu. Selain itu pemodal dapat mencairkan kembali
saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang
dibuat masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor
untuk mengelola kasnya.
2) Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang
handal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk
reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras
untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit
reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana tersebut.
3) Diversifikasi, adalah istilah dimana tidak menempatkan seluruh dana
di dalam suatu satu peluang investasi, dengan maksud membagi
risiko.
4) Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana dari
banyak investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi
akan menghasilkan biaya transaksi yang murah.
Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana Syariah bagi
pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai berikut (Ahmad Rodoni,
2009:94):
26
1) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana (sebagai emiten)
merupakan lahan yang tepat bagi investasi pemodal segala strata,
baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga akan lebih
percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksadana.
2) Meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana
masyarakat. Selama ini produk reksadana dikelola oleh manajer
investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital
outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca
pembayaran (balance of payment).
3) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal
Indonesia, sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan
kapitalis
pasar
(market
capitalization).
Tingginya
transaksi
perdagangan efek di bursa akan menarik masuknya modal asing
(capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca pembayaran.
4) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank
ke capital market.
d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah
Menurut Abdul Manan (2009:161), Bapepam menyebutkan
beberapa risiko yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor
berinvestasi di reksadana, antara lain:
1) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham,
obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari
27
portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan menurunnya nilai
unit penyertaan.
2) Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh
pemilik
kepada
manajer
investasi
secara
bersamaan
dapat
menyulitkan manajer investasi menyediakan uang tunai bagi
pembayaran tersebut.
3) Risiko Politik dan Ekonomi
Perubahan kebijakan di bidang politik dan ekonomi mempengaruhi
kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang mempengaruhi
efek yang termasuk dalam portofolio reksadana.
4) Risiko Wanprestasi
Risiko ini dapat timbul saat perubahan asuransi yang mengasuransi
harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar ganti rugi atau
membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak terkait dengan reksadana
yakni pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam,
kebakaran serta kerusuhan yang mungkin dapat mempengaruhi
penurunan NAB yang bersangkutan.
e. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Menurut Ahmad Rodoni (2009:97), Nilai Aktiva Bersih atau Net
Asset Value diperoleh dari hasil penjumlahan nilai seluruh portofolio
yang terdiri dari:
28
- Uang kas
- Deposito
- Instrumen pasar uang lainnya
- Obligasi
- Saham
- Instrumen pasar modal lainnya
Yang ditambah dengan:
- Tagihan kepada Broker
- Piutang dividen
- Piutang bunga
- Dan piutang lainnya
Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri dari:
- Pinjaman
- Kewajiban ke Broker
- Kewajiban atas fee Broker yang belum dibayar
- Kewajiban atas fee Kustodian yang belum dibayar, dan
- Amortisasi biaya pendirian jika ada.
Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan
salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net
Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut:
NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
29
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t
LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat
Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah
surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam
mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan
oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka
dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip
syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah
dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) di bank konvensional.
Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu perjanjian atau
komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas
pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dalam suatu pekerjaan.
SBIS memiliki karakter sebagai berikut:
a. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah);
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan;
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless);
d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan
e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
30
Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang
diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau
UUS pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia
melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah
Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan pialang yang
bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Namun, BUS dan UUS
baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financing to
Deposit Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah
Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi
digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI No.
10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada
ketentuan dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang
SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI,
sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi
SBI Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah
menempatkan dananya pada SWBI berarti secara langsung telah
menempatkan dananya pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS).
3. Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika
menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga
31
suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak
menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang
bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya
hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang
waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah
kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang
lebih panjang adalah triwulanan dan tahunan (Rahardja dan Manurung,
2004:155).
Menurut Adiwarman Karim (2008:135), secara umum inflasi berarti
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa
selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai
fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan
moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah
penurunan
nilai
unit
penghitungan
moneter
terhadap
barang-
barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation).
Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut
tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim,
2008:137):
a. Moderate Inflation
Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya
disebut sebagai „inflasi satu digit‟. Pada tingkat inflasi seperti ini orangorang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya
dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil.
32
b. Galloping Inflation
Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200%
per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang
uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk asetaset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan
tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan
dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang
tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang
amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat inflasi
seperti ini tetap berhasil „selamat‟ walaupun sistem harganya berlaku
sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan
terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena orangorang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar
negeri daripada berinvestasi di dalam negeri (capital outflow).
c. Hyper Inflation
Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan
sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak
pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi
galloping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang
dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat „mematikan‟
ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an.
33
Menurut Sadono Sukirno (2006:333), berdasarkan kepada sumber atau
penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan
kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa.
Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Inflasi
tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau
ketidakstabilan politik yang terus-menerus. Dalam masa seperti ini
pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk
membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa
mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran
pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat
akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan
jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)
Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang
dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila
perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah,
mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan
gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja
34
baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
c. Inflasi Diimpor
Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang
diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang
mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam
kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan.
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk
mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu sebagai berikut
(Rahardja dan Manurung, 2004:164):
a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index)
IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan
jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka
IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama
yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted)
berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap
paling penting diberi bobot yang paling besar.
Di
Indonesia,
penghitungan
IHK
dilakukan
dengan
mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk
lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, penghitungan IHK
dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan
35
mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota
propinsi-propinsi di Indonesia. Angka inflasi diperoleh dengan
menggunakan rumus perhitungan di bawah ini.
Inflasi = (IHKt – IHKt-1) x 100%
IHKt-1
Keterangan:
IHKt
= Indeks Harga Konsumen pada priode t
IHKt-1
= Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index)
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga
Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh
karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen
(producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima
produsen pada berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi
berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK:
Inflasi = (IHPBt – IHPBt-1) x 100%
IHPBt-1
Keterangan:
IHPBt
= Indeks Harga Perdagangan Besar pada priode t
IHPBt-1
= Indeks Harga Perdagangan Besar pada periode sebelum t
c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)
Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran
laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode
36
penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa
puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja.
Padahal dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau
dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan,
puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi
juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh
pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling
mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga
implisit (GDP Deflator), disingkat IHI. Sama halnya dengan dua
indikator sebelumnya, penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan
dengan menghitung perubahan angka indeks.
Inflasi = (IHIt – IHIt-1) x 100%
IHIt-1
Keterangan:
IHIt
= Indeks Harga Implisit pada priode t
IHIt-1
= Indeks Harga Implisit pada periode sebelum t
Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja
menimbulkan beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi juga
kepada kemakmuran individu dan masyarakat, diantaranya (Sadono
Sukirno, 2006:339):
a. Inflasi
akan
menurunkan
pendapatan
riil
orang-orang
yang
berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat
37
kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil
individu-individu yang berpendapatan tetap.
b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian
kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank,
simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain
merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila
inflasi berlaku.
c. Memperburuk
pembagian
kekayaan.
Telah
ditunjukkan
bahwa
penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai
riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami
penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta
tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat mempertahankan atau
menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang
dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan
berpendapatan
tetap
dengan
pemilik-pemilik
harta
tetap
dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata.
Menurut Sadono Sukirno (2006:354), bentuk kebijakan pemerintah
perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan keefektifannya.
Bentuk masing-masing kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah
inflasi adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan fiskal; menambah pajak dan mengurangi pengeluaran
pemerintah.
38
b. Kebijakan
moneter;
mengurangi,
menaikkan
suku
bunga
dan
membatasi kredit.
c. Dari segi penawaran; melakukan langkah-langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi
pajak impor dan pajak ke atas bahan mentah, melakukan penetapan
harga, menggalakkan pertambahan produksi dan menggalakkan
perkembangan teknologi.
4. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam
satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar
valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda
diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305).
Menurut Hamdy Hadi (2010:65), valuta asing (valas) atau foreign
exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing
dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau
membiayai
transaksi
ekonomi
keuangan
internasional
dan
yang
mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral.
Menurut Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata
uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara
dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga
didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu
banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata
uang asing. Kurs valuta di antara dua negara kerapkali berbeda di antara
39
satu masa dengan masa yang lainnya. Pada dasarnya terdapat dua cara di
dalam menentukan kurs valuta asing, yaitu:
a. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar
bebas
Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam
menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah”
atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksikan di dalam
negeri. Dalam permintaan mata uang asing, semakin tinggi harga mata
uang suatu negara, semakin sedikit permintaan ke atas mata uang
tersebut. Semakin rendah harga mata uang suatu negara, semakin
banyak permintaan ke atas mata uang tersebut. Sedangkan dalam
penawaran mata uang asing, semakin tinggi harga mata uang suatu
negara, semakin banyak penawaran mata uang tersebut. Semakin
rendah harga mata uang suatu negara, semakin sedikit penawaran mata
uang tersebut.
b. Ditentukan oleh pemerintah
Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukan kurs valuta asing.
Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak akan
menimbulkan efek yang buruk ke atas perekonomian. Kurs pertukaran
yang ditetapkan oleh pemerintah adalah berbeda dengan kurs yang
ditentukan oleh pasar bebas. Sejauh mana perbedaan tersebut, dan
apakah ia lebih tinggi atau lebih rendah dari yang ditetapkan oleh pasar
bebas, adalah bergantung kepada kebijakan dan keputusan pemerintah
40
mengenai kurs yang paling sesuai untuk tujuan-tujuan pemerintah
dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian.
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang
selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh
banyak faktor. Di antaranya adalah sebagai berikut (Sadono Sukirno,
2006:402):
a. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka
perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka
ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun
yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri
menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat pula
menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor
menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah
besar.
b. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barangbarang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah
akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya
akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah
jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga barang impor akan
mengurangi impor.
41
c. Kenaikan Harga Umum (Inflasi)
Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing.
Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai
suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi
yang berikut; (i) inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih
mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi
berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan hargaharga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi
berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan
permintaan ke atas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii)
menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang; maka harga
valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang
mengalami inflasi merosot).
d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting
peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat
pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan
modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan
tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal
luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir
ke suatu negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah, maka
nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan
merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri
42
karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi
di negara-negara lain.
e. Pertumbuhan Ekonomi
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai
mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang
berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan
ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negara itu bertambah lebih
cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu
naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor
berkurang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu
lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai
mata uang negara tersebut akan merosot.
5. Jumlah Uang Beredar
Menurut Rahardja dan Manurung (2004:95), dari sudut pandang
ekonom, uang (money) merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk
transaksi. Sedangkan menurut Kasmir (2011:13), pengertian uang secara
luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat
pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran
utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa.
Uang memiliki empat fungsi penting, yaitu sebagai satuan hitung (unit
of account), alat transaksi/pembayaran (medium of exchange), penyimpan
nilai (store of value), dan standar pembayaran di masa mendatang
(standard of deferred payment) (Rahardja dan Manurung, 2004:96).
43
Untuk memenuhi kebutuhan akan uang, pemerintah negara yang
bersangkutan melalui Bank Sentral berhak menciptakan uang, terutama
uang kartal. Begitu pula dengan jumlah uang beredar perlu dijaga agar
nilai uang tetap stabil. Kemudian kebutuhan akan uang giral biasanya
dicetak oleh bank-bank umum, dimana jumlahnya jauh melebihi jumlah
uang kartal yang beredar. Dalam hal berkaitan dengan uang, maka peranan
lembaga keuangan terutama bank sangatlah besar, hal ini sesuai dengan
fungsi lembaga keuangan, yaitu sebagai perantara keuangan di masyarakat.
Perkembangan jenis mata uang yang beredar di Indonesia setelah
kemerdekaan 1945 beragam. Hal ini tentu tidak terlepas dari kondisi dan
situasi yang penuh gejolak pasca kemerdekaan tersebut. Namun, setelah
tahun 1951 dengan berlakunya Hukum Darurat No.20, ditetapkan alat
pembayaran yang sah, kecuali Irian Barat, adalah rupiah. Kemudian
diperkuat lagi dengan keluarnya Undang-Undang Pokok Perbankan No.13
Tahun 1968 yang menetapkan satuan hitung uang Indonesia adalah Rupiah
dan disingkat Rp (Kasmir, 2011:21).
Menurut Veithzal Rivai (2007:7), tiap negara menggunakan uang
beredar dengan jenis yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut
didefinisikan
berdasarkan
komponen
yang
tercakup
didalamnya.
Komponen tersebut pada umumnya adalah ketiga jenis uang, yaitu uang
kartal, uang giral, dan uang kuasi. Di Indonesia, saat ini dikenal hanya dua
macam uang yang beredar, yaitu sebagai berikut:
44
a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1,
didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta
domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D).
b. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai
likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai
kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri
dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T). Dengan kata
lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka
atau disebut juga uang kuasi (T).
Sementara itu, pengertian uang beredar di berbagai negara dapat
berbeda dan bervariasi sesuai dengan kondisi sektor keuangan dan
perbankan, serta kebutuhan otoritas moneter negara tersebut. Definisi uang
beredar di Amerika Serikat, misalnya: definisi uang beredar tidak hanya
mengenal istilah M1 dan M2 saja, tetapi juga M3.
Menurut Rahardja dan Manurung (2004:102), secara teknis, yang
dihitung sebagai uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di
tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank (bank umum dan
bank sentral), serta uang kertas dan logam (uang kartal) milik pemerintah
tidak dihitung sebagai uang beredar.
Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring
dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh
atau berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang
komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan
45
uang kartal (kertas dan logam) makin sedikit, digantikan uang giral atau
cek. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1
dalam peredaran uang makin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar.
Gejala tersebut di atas juga terjadi di Indonesia, dilihat dari pertambahan
jumlah uang beredar dan perubahan komposisinya.
Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang ahli
ekonomi Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli ekonomi
klasik (Adiwarman Karim, 2008:77).
MV = PT
Keterangan :
M = Jumlah uang beredar
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
Menurut Mustafa Edwin Nasution, dkk (2007:263), sistem keuangan
Islam sesungguhnya merupakan pelengkap dan penyempurna sistem
ekonomi Islam yang berdasarkan kepada produksi dan perdagangan, atau
dikenal dengan istilah sektor riil. Kegiatan yang tinggi dalam bidang
produksi dan perdagangan akan mempertinggi jumlah uang beredar,
sedangkan kegiatan ekonomi yang lesu akan berakibat rendahnya
perputaran dan jumlah uang beredar. Dengan kata lain, permintaan
terhadap uang akan lahir terutama dari motif transaksi dan tindakan
berjaga-jaga yang ditentukan pada umumnya oleh tingkatan pendapatan
46
uang dan distribusinya. Makin merata distribusi pendapatan, makin besar
permintaan akan uang untuk tingkatan pendapatan agregat tertentu.
Dalam perekonomian Islam, keseimbangan antara aktivitas ekonomi
riil dengan tinggi rendahnya jumlah uang beredar senantiasa dijaga. Salah
satu instrumen untuk menjaga adalah sistem perbankan islami.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Sholihah (2008) menyimpulkan
bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa NAB reksadana syariah tidak bergantung pada
SBIS. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan.
Hal itu menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka ekspansi pada
pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus
SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan
ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara
umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi bahan
pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang
(Jurnal Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005).
2. Inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan
bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini
47
dapat disimpulkan bahwa NAB reksadana syariah tidak bergantung pada
inflasi. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi
perekonomian karena (i) menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang,
terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan
semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat
(turunnya
Marginal
Propensity
to
Save),
(iii)
meningkatkan
kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barangbarang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume), dan (iv)
mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan
kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang
asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian,
industrial, perdagangan, transportasi dan lainnya (Adiwarman Karim,
2008:139).
3. Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan
bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana
syariah. Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:49), fluktuasi
nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat
mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal.
Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan
memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia
di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi,
48
secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca
perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor,
sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia.
Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap
cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi
kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya
menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar
modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan
penarikan modal sehingga terjadi capital inflow. Hal ini juga menyebabkan
menurunnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana
yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan
investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana saham akan
melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana pun mengalami
penurunan.
4. Jumlah Uang Beredar (M2) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah
Penelitian yang dilakukan oleh Ray dan Vani (2005) menyimpulkan
bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana
syariah. Menurut Manurung (1996) dalam Muhamad Alhidadi Muchtar
(2005:61), peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business
cycle expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan
mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga
perusahaan dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya
49
meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan
merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga
berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di
masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang
dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito
dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito
menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya
di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih
besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di
pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana
karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada
saham.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena
penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun
ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode
waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak
hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling
melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian:
50
No
Penulis
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Model
Penelitian
Analisis
Pengaruh
Analisis
Variabel Makro Regresi
Ekonomi
Linier
Terhadap
Berganda
Perkembangan
NAB Reksadana
Syariah di
Indonesia Tahun
2009-2011
1.
Rahmi
Hifdzia
(2012)
2.
Elena dan
Alexandru
(2011)
The
Relationship
between Mutual
Funds –
Inflation Rate
and Benchmark
Interest Rate.
USA versus
Romania
Analisis
Korelasi
3.
Annisa
Sholihah
(2008)
Analisis
Pengaruh JII,
SWBI, IHSG,
dan Inflasi
Terhadap
Kinerja Reksa
Dana Syariah
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Kesimpulan
Terdapat pengaruh
negatif antara BI Rate
dan Nilai Tukar Rupiah
terhadap NAB
reksadana syariah,
sedangkan Inflasi dan
Jumlah Uang Beredar
tidak memiliki
pengaruh terhadap
NAB reksadana syariah.
Dalam analisis pasar
AS, kenaikan inflasi
menyebabkan tren
kenaikan reksadana
saham, dengan harapan
mendapatkan
keuntungan yang lebih
tinggi. Kemudian,
tingkat bunga yang
lebih rendah di AS
menjadikan masyarakat
berinvestasi dalam aset
pendapatan tetap
(moneter dan obligasi).
Sementara dalam
industri investasi
Rumania, korelasi ini
tidak dapat dibuktikan
karena tingkat NAB
reksadana saham yang
sangat kecil.
Variabel JII dan Inflasi
berpengaruh secara
signifikan terhadap
kinerja reksa dana
syariah. Dan Inflasi
menjadi variabel yang
paling dominan dalam
mempengaruhi kinerja
reksa dana syariah.
Sedangkan variabel
51
4.
Dinesh
Kumar dan
Mihir Dash
(2008)
A Study On The
Effect Of
Maroeconomic
Variables On
Indian Mutual
Funds
The
granger
causality
test
5.
Prantik Ray
dan Vina
Vani (2005)
Neural Network
Models for
Forecasting
Mutual Fund
Net Asset Value
Artificial
Neural
Network
SWBI dan IHSG tidak
memiliki pengaruh.
Ada hubungan yang
signifikan dari inflasi
23,53%, harga minyak
mentah 35,29%, suku
bunga Mumbai InterBank Offer
Rates/MIBOR 23,53%,
nilai tukar INR/USD
17,65%, nilai tukar
ISD/EURO 23,52%,
tingkat return pasar
yang dihitung dari BSE
Sensex sebesar 23,53%.
Dengan demikian,
harga minyak mentah
memiliki pengaruh
terbesar pada return
reksadana.
Variabel Tingkat Suku
Bunga, Jumlah Uang
Beredar, Inflasi dan
Pasar Ekuitas memiliki
pengaruh yang cukup
besar dalam pergerakan
NAB pada periode
1999-2004, sedangkan
Output Nasional yang
dicerminkan dalam
Indeks Produksi
Industri memiliki
pengaruh yang sangat
diabaikan pada return
reksadana.
Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi
52
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan
keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini
dideskripsikan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang Mempengaruhi NAB Reksadana Syariah
Bank Indonesia
Variabel Independen (X) :
 SBIS (X1)
 Inflasi (X2)
 Nilai Tukar Rupiah (X3)
 Jumlah Uang Beredar (X4)
Bapepam
Variabel Dependen (Y) :
 NAB Reksadana Syariah
Uji Model Regresi
Uji Asumsi Klasik :
- Normalitas
- Multikolinieritas
- Heteroskedastisitas
- Autokorelasi
Uji Hipotesis :
- Uji F
- Uji t
- Uji Adjusted R Square
Uji Regresi Berganda
Interpretasi dan Kesimpulan
53
E. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji
kebenarannya (Syofian Siregar, 2011:112). Sesuai dengan teori dan kerangka
pemikiran, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban
sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya,
adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara parsial berpengaruh negatif
terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
2. Inflasi secara parsial berpengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah.
3. Nilai Tukar Rupiah secara parsial berpengaruh negatif terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
4. Jumlah Uang Beredar secara parsial berpengaruh positif terhadap Nilai
Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah
Uang Beredar secara simultan berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah.
54
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan
dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek
penelitian, menginvestarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh
gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.
Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang
Beredar (M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah selama
periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Data yang diambil
merupakan data bulanan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah data gabungan antara data cross section dengan data
runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
55
Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam dan aktif selama periode
Januari 2008 – Desember 2012.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Metode penentuan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut
Syofian Siregar (2011:148), purposive sampling adalah teknik pemilihan
sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Tujuan penelitian ini
adalah menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS),
Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap NAB
Reksadana Syariah yang tercatat di Bapepam. Sampel penelitian ini
diambil dari reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam. Oleh karena
reksadana syariah yang tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi
perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil
dengan kriteria:
1.
Reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam selama periode 2008
sampai dengan 2012.
2.
Reksadana syariah yang aktif selama periode 2008 sampai dengan
2012.
3.
Reksadana syariah yang Nilai Aktiva Bersih meningkat selama
periode 2008 sampai dengan 2012.
56
Berdasarkan kriteria sampel di atas, terdapat tiga reksadana syariah
yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian
No
Nama Reksadana
Syariah
Reksa Dana Syariah
BNP Paribas Pesona
Amanah
Jenis
Reksadana
Saham
Manajer
Investasi
PT BNP
Paribas
Investment
Partners
2
Danareksa Syariah
Berimbang
Campuran
3
Reksadana Haji
Syariah
Pendapatan
Tetap
PT
Danareksa
Investment
Management
PT Insight
Investments
Management
1
Bank Kustodian
The Hongkong
and Shanghai
Banking
Corporation –
Custody
Citibank N. A. –
Custody
Bank CIMB
Niaga - Custody,
Tbk, PT
Sumber: Bapepam
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang
sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah
dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Data-data sekunder yang
digunakan penulis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan
penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari Badan Pengawas Pasar
Modal (Bapepam) dan Bank Indonesia.
57
Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai
berikut:
a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah setiap bulannya
selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh
dari laporan bulanan statistik di Bapepam.
b. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) setiap bulannya selama
periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari
website Bank Indonesia (www.bi.go.id).
c. Data Inflasi setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai
dengan Desember 2012 diperoleh dari website Bank Indonesia
(www.bi.go.id).
d. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD setiap bulannya selama periode
Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari website
Bank Indonesia (www.bi.go.id). Data nilai kurs yang digunakan
merupakan data kurs tengah bulanan.
e. Data Jumlah Uang Beredar (M2) setiap bulannya selama periode
Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang didapat dari Bank
Indonesia.
2. Studi Kepustakaan (Library Research)
Library Research merupakan teknik pengambilan data yang
dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis
literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang
58
berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian
dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan
penelitian.
3. Pengamatan Langsung (Field Research)
Pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh
dari Bank Indonesia dan Bapepam. Pencarian data dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
a. Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil
cetakan.
b. Pencarian dengan membuka website resmi Bapepam dan Bank
Indonesia yang mempublikasikan data yang diperlukan untuk
penelitian ini.
D. Metode Analisis
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar
terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Penelitian ini
menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan
program komputer (software) SPSS versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007.
Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada
penelitian ini:
59
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi
normal atau tidak, maka dapat digunakan metode analisis grafik dan
metode statistik.
Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik dilakukan
dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel
dependent
sebagai
sumbu
vertikal
sedangkan
nilai
residual
terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Jika Histogram
Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng
maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. Cara lain untuk
menguji normalitas dengan pendekatan grafik adalah menggunakan
Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi
kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan sebuah garis
diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas (Suliyanto, 2011:69).
Menurut Imam Ghozali (2012:163), pada prinsipnya uji
normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik)
60
pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan:
- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi
normal,
maka model regresi
memenuhi
asumsi
normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat
memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu
dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka
penulis menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.
Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. >
alpha (α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75).
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang
terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara
variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung
gejala multikolinier (Suliyanto, 2011:81).
61
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di
antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh
variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel
bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas
lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih
yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance
yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama
dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala
multikolinieritas (Imam Ghozali, 2012:105).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Ada
beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas, yaitu melihat Grafik Plot antara nilai prediksi
62
variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya
SRESID. Dasar analisis: (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heteroskedastisitas; (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali (2012:139).
Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup
signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil
ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat
menjamin keakuratan hasil. Pengujian heteroskedastisitas dalam
penelitian
ini
juga
heteroskedastisitas
dilakukan
dengan
dengan
metode
metode
Glejser
Glejser.
dilakukan
Uji
dengan
meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya.
Oleh karena itu persamaan yang digunakan untuk uji Glejser adalah
sebagai berikut: ǀ uiǀ
= α + βXi + υi. Keterangan: ǀ uiǀ
residual mutlak, dan Xi
=
= nilai
variabel bebas. Gejala heteroskedastisitas
ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas
terhadap nilai absolut residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar
dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat dipastikan model tidak
mengandung gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:98).
63
d. Uji Autokorelasi
Menurut Suliyanto (2011:125), uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data
observasi yang diuraikan menurut waktu (times-series) atau ruang
(cross section). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi
dari sebagian data times-series dalam analisis regresi adalah adanya
kelembaman (inertia) artinya data observasi pada periode sebelumnya
dan periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling
ketergantungan (interdependence).
Menurut Gujarati (1995), ada beberapa cara untuk mendeteksi
ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu menggunakan metode
Durbin-Watson dan metode Run Test sebagai salah satu uji statistik
non-parametrik. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang
sangat populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari
model empiris yang diestimasi. (Suliyanto, 2011:126).
Tabel 3.2
Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson
DW
Kesimpulan
< dL
Ada autokorelasi (+)
dL s.d dU
Tanpa kesimpulan
dU s.d 4 – dU
Tidak ada autokorelasi
4 - dU s.d 4-dL
Tanpa kesimpulan
> 4 – dL
Ada autokorelasi (-)
Menurut Imam Ghozali (2012:121), jika pada model regresi
terjadi autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara
lain:
64
a. Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure
autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model
regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan
spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan
kedalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan
regresi tidak benar.
b. Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi
autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi
model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel
sebagai berikut:
Yt = β1 + β2Xt + μt
Dan
diasumsikan
bahwa
residual
atau
error
mengikuti
autoregressive AR(1) sebagai berikut:
μt = ρμt – 1 + εt
-1 < ρ < 1
Asumsi ρ tidak diketahui nilainya
 Nilai ρ diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistik
Secara sederhana nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan d
statistik dengan rumus seperti di bawah ini:
ρ=1– d
2
Keterangan: d = durbin-watson
Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Theil dan Nagar
mengajukan rumus untuk menghitung nilai ρ sebagai berikut:
65
ρ = n2(1 – d / 2) + k2
n2 – k2
Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas
2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketepatan model
(goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan,
untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak.
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA
(Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05
atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya
jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima.
Selain itu, dapat juga dilihat dengan membandingkan nilai F
hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α, (k-1), (n-k).
Dimana; n = jumlah pengamatan (ukuran sampel), k = jumlah variabel
bebas dan terikat. Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka dapat
disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk
kriteria fit (cocok) (Suliyanto, 2011:62).
b. Uji t
Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak (Nachrowi
66
dan Usman, 2008:24). Nilai t hitung digunakan untuk menguji
pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel terikatnya.
Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap
variabel terikatnya atau tidak (Suliyanto, 2011:55).
Dalam tabel distribusi t terdapat istilah one tail dan two tail.
Penggunaan tabel one tail atau two tail tergantung pada hipotesis yang
diajukan. Jika hipotesis yang diajukan sudah menunjukkan arah,
misalkan terdapat pengaruh positif, maka menggunakan one tail
sebelah kanan. Akan tetapi jika belum menunjukkan arah, misalnya
terdapat pengaruh (tidak menunjukkan pengaruh positif atau negatif)
maka menggunakan two tail. Jika menggunakan one tail maka df: α,
n-k, tetapi jika menggunakan two tail maka derajat bebasnya adalah
df: α/2, n-k. Keterangan: n = jumlah pengamatan (ukuran sampel);
dan k = jumlah variabel bebas dan terikat (Suliyanto, 2011:45).
Menurut Suliyanto (2011:56), dalam menentukan pengujian
hipotesis uji t adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis
Hipotesis 1
Ho: Tidak terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap
variabel dependent
Ha: Terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap
variabel dependent
67
Hipotesis 2
Ho : Tidak terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap
variabel dependent
Ha : Terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap
variable dependent
2. Kriteria Pengujian
Hipotesis 1
Ho tidak dapat ditolak jika:
 t hitung ≥ -t tabel, atau
 Sig.> 0,05
Ha diterima jika:
 t hitung < -t tabel, atau
 Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif.
Hipotesis 2
Ho tidak dapat ditolak jika:
 t hitung ≤ t tabel, atau
 Sig. > 0,05
Ha diterima jika:
 t hitung > t tabel, atau
Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel
bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien
68
determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam
menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto,
2011:55).
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap
jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana
setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model
akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu
tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.
Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien
determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien
tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan
variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:43).
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda,
yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Suliyanto
(2011:53), pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel
tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas
69
sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel
bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut:
Y = f (X1, X2, ….., Xn)
Keterangan:
Y
= Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, ....., Xn
= Variabel bebas (independent)
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua atau
lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi linier
berganda dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a = Intercept (konstanta)
X2 = Variabel bebas kedua
b1 = Koefisien regresi untuk X1
Xn = Variabel bebas ke n
b2 = Koefisien regresi untuk X2
e = Nilai residu
bn = Koefisien regresi untuk Xn
X1 = Variabel bebas pertama
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis regresi
linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
NAB = a + b1SBIS + b2INFLASI + b3KURS +b4JUB + e
70
Keterangan:
Y = Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
a = Intercept (konstanta)
b = Koefisien regresi dari variabel independen
X1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
X2 = Inflasi
X3 = Nilai Tukar Rupiah (KURS)
X4 = Jumlah Uang Beredar (JUB)
e = Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
a. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Syariah. Menurut Ahmad Rodoni (2009:98), Nilai
Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan salah satu
tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net Asset Value
(NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut:
NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt )
Keterangan:
NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t
MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t
LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t
NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t
71
b. Variabel Independen
1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
SBIS merupakan variabel bebas pertama (X1). SBIS merupakan
kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas
pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank
syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana
Sertifikat Bank Indonesia di Bank Konvensional. Dalam prakteknya,
SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen
operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan
adalah akad jualah. Besarnya SBIS dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
SBIS = P x R x t x k
360
Keterangan:
P = nilai nominal investasi
R = tingkat realisasi imbalan simpanan investasi
t = jangka waktu investasi (jumlah hari dalam bulan / periode)
k = nisbah (bagi hasil) bagi bank penitip dana
2. Inflasi
Inflasi merupakan variabel bebas kedua (X2). Inflasi adalah proses
kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Akibat dari inflasi
secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara
72
riil tingkat pendapatan juga menurun. Tingkat inflasi adalah
perubahan atau naik turunnya angka inflasi yang dikeluarkan oleh
Bank Indonesia pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember
2012 yang dihitung tiap bulan dalam satuan persen (%). Indikator
inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli Rupiah
yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan.
Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut:
INF = (IHKt – IHKt-1) x 100
IHKt-1
Keterangan:
INF
= Inflasi
IHKt
= Indeks Harga Konsumen pada periode t
IHKt-1
= Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t
3. Nilai Tukar Rupiah
Nilai tukar rupiah (Kurs) merupakan variabel bebas ketiga (X3).
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau
nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara
lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan,
untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Dalam penelitian ini,
satuan ukur yang digunakan adalah besarnya nilai kurs tengah pada
penutupan perdagangan mata uang/valuta tiap bulan dalam satuan
73
Rupiah, yaitu kurs rupiah terhadap USD selama periode Januari 2008
sampai dengan Desember 2012.
4. Jumlah Uang Beredar
Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan variabel bebas keempat
(X4). Uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara
umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau
sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan
pembelian barang dan jasa. Di Indonesia, saat ini dikenal hanya dua
macam uang yang beredar, yaitu sebagai berikut:
a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1,
didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor
swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral
(D).
b. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai
likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan
sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik
yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi
(T). Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan
dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (T).
Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang
ahli ekonomi Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli
ekonomi klasik.
MV = PT
74
Keterangan :
M = Jumlah uang beredar
V = Tingkat perputaran uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
75
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Menurut Abdul Manan (2009:13), aktivitas pasar modal di Indonesia
dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Efek yang diperdagangkan pada saat
itu adalah saham milik perusahaan orang Belanda dan obligasi yang
diperdagangkan adalah obligasi milik pemerintah Hindia Belanda.
Aktivitas pasar modal ini berhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Ketika
Indonesia merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada tahun 1950.
Pengaktifan pasar modal di Jakarta ditandai dengan diterbitkannya
Undang-Undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951 yang
kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang
berkaitan dengan pasar modal.
Pemikiran untuk mendirikan pasar modal syariah dimulai sejak
munculnya instrumen pasar modal yang menggunakan prinsip syariah
yang berbentuk reksadana syariah. Usaha ini baru bisa terlaksana pada
tanggal 14 Maret 2003 dengan dibuka secara resmi pasar modal syariah
oleh Menteri Keuangan Boediono dan didampingi oleh Ketua Bapepam
Herwidayatmo, Wakil dari Majelis Ulama Indonesia dan Wakil dari
Dewan Syariah Nasional serta Direksi SRO, Direksi Perusahaan Efek,
pengurus organisasi pelaku dan asosiasi profesi di pasar Indonesia.
76
Peresmian pasar modal syariah ini menjadi sangat penting sebab Bapepam
menetapkan pasar modal syariah dijadikan prioritas kerja lima tahun ke
depan sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia
tahun 2005-2009. Dengan program ini, pengembangan pasar modal
syariah memiliki arah yang jelas dan semakin membaik.
Pada tanggal 4 Oktober 2003, Dewan Syariah Nasional (DSN) telah
mengeluarkan Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal
dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.
Fatwa ini dikeluarkan mengingat pasar modal di Indonesia telah lama
berlangsung dan perlu mendapat kajian dan perspektif hukum Islam.
Beberapa dasar hukum atas pelaksanaan pasar modal ini harus sesuai
dengan QS. An-Nisa ayat 29, Al-Maidah ayat 1, dan Al-Jumuah ayat 10
serta beberapa hadist Rasulullah SAW.
2. Sejarah Reksadana Syariah
Menurut Mohamad Heykal (2012:89), reksadana syariah yang ada di
dunia diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh National
Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity
dengan kapitalisasi sebesar U$150 juta (Huda, Nurul dan Mohamad
Heykal, 2010). Kemudian industri ini berkembang di Malaysia melalui
pengembangan industri unit trust mereka, yang dimulai pertama kali pada
tahun 1959. Perkembangan unit trust di Malaysia cukup pesat, karena
adanya keinginan untuk memberikan alternatif investasi bagi mayarakat di
negara tersebut. Termasuk juga perkembangan reksadana syariah yang
77
dikenal dengan nama Islamic Unit Trust. Islamic Unit Trust merupakan
reksadana syariah dengan tujuan investasi yang dilakukan pada instrumen
yang sejalan dengan prinsip syariah, dan sudah mendapat persetujuan dari
Suruhanjaya Sekuriti (Bapepam-LK Malaysia). Islamic Unit Trust di
Malaysia mulai berkembang pada periode sebelum 1997.
Sedangkan di Indonesia reksadana syariah diperkenalkan pertama kali
pada tahun 1997 oleh PT Danareksa Investment Management, dimana
pada saat itu PT Danareksa mengeluarkan produk reksadana berdasarkan
prinsip-prinsip syariah dengan jenis reksadana campuran yang dinamakan
Danareksa Islam Berimbang.
Fatwa
DSN
(Dewan
Syariah
Nasional)
MUI
No.20/DSN-
MUI/IX/2000 mendefinisikan reksadana syariah sebagai reksadana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam
bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb almal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun
antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna
investasi.
Fatwa
DSN
(Dewan
Syariah
Nasional)
MUI
No.20/DSN-
MUI/IX/2000 ini memuat antara lain:
1) Dalam reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang
bertentangan dengan Islam baik dari segi akad, pelaksanaan investasi
maupun dari segi pembagian keuntungan.
78
2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai
dengan Islam, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran
umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha,
penempatan pada deposito dalam bank umum Islam dan surat utang
yang sesuai dengan Islam.
3) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah Islam antara lain tidak
boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga
keuangan
ribawi,
usaha
memproduksi,
mendistribusi
serta
memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang
atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan
pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian
dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Di antaranya tidak
boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum
dimiliki, insider trading atau menyebarkan informasi yang salah dan
menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang
dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat
utangnya lebih dominan dari modalnya.
4) Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam reksadana syariah
jika struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan
dari
utang,
yang
pada
intinya
merupakan
pembiayaan
yang
mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal
lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui
bertindak melanggar prinsip-prinsip usaha yang sesuai syariah.
79
5) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari akad wakalah
antara manajer investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manajer
investasi dengan pengguna investasi.
6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian
keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manajer investasi) dan
pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam
akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil
investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menanggung risiko
sebesar dana yang telah diberikan, (3) manajer investasi sebagai wakil
pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang
dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian. Penghasilan investasi
yang dapat diterima dalam reksadana syariah adalah, dari saham dapat
berupa:
a. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi dari
laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk
saham.
b. Right yang merupakan hak umum untuk memesan efek lebih dulu
yang diberikan oleh emiten kepada pihak investor.
c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual
beli saham di pasar modal.
d. Dari obligasi yang sesuai dengan Islam: bagi hasil yang diterima
secara periodik dari laba emiten.
80
e. Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan Islam: bagi hasil
yang diterima oleh issuer.
f. Dari deposito dapat berupa: bagi hasil yang diterima dari bank-bank
Islam.
B. Deskripsi Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana syariah yang
selalu ada dan aktif selama Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.
Adapun reksadana syariah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Daftar Reksadana Syariah
(Januari 2008 s.d. Desember 2012)
No
1
2
3
Nama Reksadana Syariah
Panin Dana Syariah Saham
Panin Dana Syariah Berimbang
Reksadana AAA Amanah Syariah
Fund
4
Reksa Dana Syariah Batasa Sukuk
5
Reksadana BNI Dana Syariah
6
Reksadana BNI Danaplus Syariah
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
Proteksi Syariah Grenada Seri IV
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
Proteksi Syariah Grenada Seri I
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
Proteksi Syariah Grenada Seri III
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
Proteksi Syariah Grenada Seri II
Reksa Dana Syariah BNP Paribas
Pesona Amanah
7
8
9
10
11
Jenis
Tanggal Efektif
Reksadana
20 Juni 2012
Saham
Campuran
16 Agustus 2012
Campuran
Pendapatan
Tetap
Pendapatan
Tetap
Campuran
17 Juni 2005
3 September 2008
21 April 2004
21 April 2004
Terproteksi
10 Desember 2012
Terproteksi
8 Maret 2012
Terproteksi
10 Desember 2012
Terproteksi
10 Desember 2012
Campuran
9 April 2007
81
12
Bahana Syariah Protected Fund 2
Terproteksi
11 Desember 2012
13
Bahana Syariah Protected Fund 1
Terproteksi
11 Desember 2012
14
Batavia Dana Saham Syariah
CIMB - Principal Islamic Equity
Growth Syariah
Terproteksi CIMB Islamic Sukuk II
Syariah
Cipta Syariah Equity
Cipta Syariah Balance
Danareksa Syariah Berimbang
Reksa Dana Danareksa Indeks
Syariah
Danareksa Proteksi Syariah II
Reksa Dana Terproteksi Danareksa
Proteksi Syariah I
Saham
16 Juli 2007
Saham
6 Agustus 2007
Terproteksi
22 Maret 2010
Saham
Campuran
Campuran
16 April 2008
16 April 2008
24 November 2000
Indeks
17 Maret 2006
Terproteksi
17 Desember 2012
Terproteksi
17 Desember 2012
15
16
17
18
19
20
21
22
23
Reksadana Haji Syariah
24
28
Reksadana IPB Syariah
Reksa Dana Lautandhana Saham
Syariah
Reksa Dana Terproteksi
Lautandhana Proteksi Syariah I
Reksa Dana Mega Dana Obligasi
Syariah
Reksa Dana Mega Dana Syariah
29
Reksa Dana MNC Dana Syariah
25
26
27
30
31
Reksadana MNC Dana Syariah
Ekuitas
Reksadana MNC Dana Kombinasi
Syariah
32
Mandiri Investa Dana Syariah
33
Mandiri Investa Atraktif-Syariah
Reksadana Mandiri Komoditas
Syariah Plus
Reksadana Mandiri Saham Syariah
Atraktif
Reksa Dana Mandiri Investa
Syariah Berimbang
Reksadana Mandiri Berimbang
Syariah Aktif
34
35
36
37
Pendapatan
Tetap
Campuran
13 Januari 2005
14 Desember 2005
Saham
27 Desember 2012
Terproteksi
3 Agustus 2009
Pendapatan
Tetap
Campuran
Pendapatan
Tetap
21 Mei 2007
11 September 2006
29 Oktober 2004
Saham
13 Desember 2012
Campuran
13 Desember 2012
Pendapatan
Tetap
Saham
22 Desember 2008
19 Desember 2007
Saham
9 September 2011
Saham
9 September 2011
Campuran
14 Oktober 2004
Campuran
9 September 2011
82
38
39
40
41
42
43
44
45
46
Mandiri Amanah Syariah Protected
Dollar Fund
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 1
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 2
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 3
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 4
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Smart Syariah Seri 1
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Smart Syariah Seri 2
Reksa Dana Manulife Syariah
Sektoral Amanah
PNM Amanah Syariah
47
48
Reksa Dana PNM Ekuitas Syariah
Reksa Dana PNM Syariah
Reksa Dana SAM Sukuk Syariah
49
Sejahtera
50 SAM Sharia Equity Fund
Reksa Dana SAM Syariah
51
Berimbang
52 Schroder Syariah Balanced Fund
53 RD TRIM Syariah Saham
54 RD TRIM Syariah Berimbang
Sumber: Bapepam
Terproteksi
30 Juni 2009
Terproteksi
8 Maret 2012
Terproteksi
21 Desember 2012
Terproteksi
21 Desember 2012
Terproteksi
21 Desember 2012
Terproteksi
24 Maret 2011
Terproteksi
24 Maret 2011
Saham
16 Januari 2009
Pendapatan
Tetap
Saham
Campuran
Pendapatan
Tetap
Saham
26 Agustus 2004
26 Juli 2007
15 Mei 2000
20 Januari 2010
27 Desember 2012
Campuran
20 Januari 2010
Campuran
Saham
Campuran
22 April 2009
26 Desember 2006
26 Desember 2006
Dari reksadana-reksadana syariah yang terdaftar di atas, hanya tiga
reksadana syariah yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian,
yaitu sebagai berikut:
83
Tabel 4.2
Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian
No
Nama Reksadana
Syariah
Reksa Dana Syariah
BNP Paribas Pesona
Amanah
Jenis
Reksadana
Saham
Manajer
Investasi
PT BNP
Paribas
Investment
Partners
2
Danareksa Syariah
Berimbang
Campuran
3
Reksadana Haji
Syariah
Pendapatan
Tetap
PT
Danareksa
Investment
Management
PT Insight
Investments
Management
1
Bank Kustodian
The Hongkong
and Shanghai
Banking
Corporation –
Custody
Citibank N. A. –
Custody
Bank CIMB
Niaga - Custody,
Tbk, PT
Sumber: Bapepam
Ketiga reksadana syariah di atas terpilih dikarenakan hanya ketiga
reksadana tersebut yang terdaftar dan aktif di Bapepam, serta memiliki Nilai
Aktiva Bersih yang meningkat selama lima tahun masa penelitian, yaitu
Januari 2008 sampai dengan Desember 2012.
Data yang lain digunakan dalam penelitian ini adalah Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang
Beredar (M2).
Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0, untuk dapat mengolah data dan
memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti.
84
Tabel 4.3
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
(dalam persentase)
Tahun
Bulan
2008
2009
0,496
0,792
Jan
0,505
0,728
Feb
0,527
0,684
Mar
0,666
0,633
Apr
0,693
0,604
Mei
0,728
0,579
Juni
0,769
0,559
Juli
0,773
0,548
Agust
0,809
0,540
Sept
0,915
0,541
Okt
0,937
0,539
Nov
0,903
0,538
Des
8,720
7,286
Total
0,727
0,607
Rata-rata
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2010
0,538
0,534
0,523
0,517
0,525
0,522
0,553
0,553
0,553
0,531
0,535
0,522
6,403
0,534
2011
0,507
0,558
0,560
0,598
0,613
0,613
0,606
0,564
0,523
0,481
0,435
0,420
6,478
0,540
2012
0,407
0,318
0,319
0,327
0,353
0,360
0,372
0,378
0,389
0,396
0,398
0,400
4,417
0,368
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, rata-rata nilai SBIS tertinggi terjadi pada
tahun 2008, yaitu sebesar 0,727 dan rata-rata nilai SBIS terendah terjadi pada
tahun 2012, yaitu sebesar 0,368. Sedangkan nilai SBIS tertinggi selama
periode penelitian terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar 0,937 dan
nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2012, yaitu sebesar 0,318.
Grafik mengenai perkembangan SBIS yang ada di Indonesia dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
85
Gambar 4.1
Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS)
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada Gambar 4.1 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, SBIS
mengalami trend yang fluktuatif selama periode penelitian. Pada tahun 2008
SBIS terus mengalami peningkatan hingga mencapai nilai tertinggi pada
November 2008. Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan
syariah pada SBIS antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja
pemerintah pada akhir tahun. Selain itu, hal ini disebabkan pula oleh
penurunan suku bunga simpanan perbankan konvensional, sehingga
mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank
syariah, karena tingkat imbalan yang ditawarkan oleh bank syariah menjadi
lebih menarik. Namun, setelah November 2008 SBIS mengalami penurunan
hingga mencapai nilai terendah pada Februari 2012.
86
Tabel 4.4
Inflasi (dalam persentase)
Tahun
Bulan
2008
2009
0,613
0,764
Jan
0,617
0,717
Feb
0,681
0,660
Mar
0,747
0,609
Apr
0,865
0,503
Mei
0,919
0,304
Juni
0,992
0,226
Juli
0,988
0,229
Agust
1,012
0,236
Sept
0,981
0,214
Okt
0,973
0,201
Nov
0,922
0,232
Des
10,308
4,895
Total
0,859
0,408
Rata-rata
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
2010
0,310
0,318
0,286
0,326
0,347
0,421
0,518
0,537
0,483
0,473
0,528
0,580
5,125
0,427
2011
0,585
0,570
0,554
0,513
0,498
0,462
0,384
0,399
0,384
0,368
0,346
0,316
5,380
0,448
2012
0,304
0,297
0,331
0,375
0,371
0,378
0,380
0,382
0,359
0,384
0,360
0,358
4,278
0,357
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata nilai Inflasi tertinggi terjadi pada
tahun 2008, yaitu sebesar 0,859 dan rata-rata nilai Inflasi terendah terjadi
pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,408. Sedangkan nilai Inflasi tertinggi selama
periode penelitian terjadi pada bulan September 2008, yaitu sebesar 1,012 dan
nilai terendah terjadi pada bulan November 2009, yaitu sebesar 0,201.
Grafik mengenai perkembangan Inflasi yang ada di Indonesia dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
87
Gambar 4.2
Inflasi
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada gambar 4.2 di atas, pada tahun 2008 inflasi kembali
bergejolak. Penyumbang inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak
dari sisi cost push inflation. Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya
memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008
memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain
itu, meningkatnya harga komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan
impor seperti kedelai, jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang
otomatis meningkatkan biaya pokok produksi perusahaan juga memberikan
kontribusi angka inflasi yang sangat besar.
Hal-hal lain seperti kelangkaan sumber energi baik gas maupun minyak
di berbagai daerah maupun kekurangan suplai listrik yang mengharuskan
terjadinya pemadaman juga berperan meningkatkan inflasi karena mendorong
pembengkakan biaya produksi.
88
Setelah bulan September 2008, tingkat inflasi mulai turun hingga
mencapai nilai terendah pada November 2009. Hal ini dikarenakan turunnya
harga komoditi internasional, pangan, dan energi dunia. Penyebab lain dari
terus menurunnya tingkat inflasi adalah kebijakan pemerintah menurunkan
harga BBM pada Desember 2008 dan produksi pangan dalam negeri yang
relatif bagus.
Pada tahun 2010 tingkat inflasi beranjak naik. Hal ini secara umum
diakibatkan karena iklim basah yang menyebabkan harga pangan meningkat.
Jenis barang dan jasa yang dominan memberikan sumbangan inflasi di tahun
ini antara lain beras, tarif listrik, dan cabai merah. Tingginya inflasi
komoditas bahan makanan terjadi karena kendala pasokan yang dipicu oleh
gangguan produksi dan distribusi akibat tingginya curah hujan di beberapa
daerah.
Pada tahun 2011 inflasi mulai mengalami penurunan, yang disebabkan
oleh penurunan harga bahan pangan. Hingga pada tahun 2012 pergerakan
tingkat inflasi relatif stabil.
Tabel 4.5
Kurs / Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
(dalam ribuan rupiah)
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
2008
9291
9051
9217
9234
9318
9225
9118
Tahun
2009
11355
11980
11575
10713
10340
10225
9920
2010
9365
9335
9115
9012
9180
9083
8952
2011
9057
8823
8709
8574
8537
8597
8508
2012
9000
9085
9180
9190
9565
9480
9485
89
9153
10060
9041
Agust
9378
9681
8924
Sept
10995
9545
8928
Okt
12151
9480
9013
Nov
10950
9400
8991
Des
117081
124274
108939
Total
Rata-rata 9756,75 10356,17 9078,25
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
8578
9560
8823
9588
8835
9615
9170
9605
9068
9670
105279 113023
8773,25 9418,58
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, rata-rata nilai Kurs tertinggi terjadi pada
tahun 2009, yaitu sebesar 10356,17 dan rata-rata nilai Kurs terendah terjadi
pada tahun 2011, yaitu sebesar 8773,25. Sedangkan nilai Kurs tertinggi
selama periode penelitian terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar
12151 dan nilai terendah terjadi pada bulan Juli 2011, yaitu sebesar 8508.
Grafik mengenai perkembangan Kurs/Nilai Tukar Rupiah yang ada di
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3
Kurs / Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada Gambar 4.3 di atas, pada awal tahun 2008 nilai tukar
rupiah bergerak relatif stabil sampai pertengahan September 2008. Hal ini
90
terutama disebabkan oleh kinerja transaksi berjalan yang masih mencatat
surplus serta kebijakan makro ekonomi yang berhati-hati. Namun sejak
pertengahan September 2008, krisis global yang semakin dalam telah
memberi efek depresiasi terhadap mata uang. Kurs Rupiah melemah menjadi
Rp 12.151 per USD pada November 2008 yang merupakan depresiasi yang
cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya Rupiah berada di posisi Rp
10.995 per USD.
Setelah November 2008, pergerakan nilai tukar rupiah terus mengalami
penguatan hingga menguat sampai ke level terendah pada Juli 2011 yaitu
sebesar Rp 8.508 per USD.
Tabel 4.6
Jumlah Uang Beredar (M2)
(dalam jutaan rupiah)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
1596565
1874145 2073860 2434679 2854978
Jan
1603750
1900208 2066481 2420191 2849796
Feb
1594390 1916752 2112083 2451357 2911920
Mar
1611691 1912623 2116024 2434478 2927259
Apr
1641733 1927070 2143234 2475286 2992057
Mei
1703381 1977533 2231144 2522784 3050355
Juni
1686050 1963180 2217589 2564556 3054836
Juli
1682811 1995294 2236460 2621346 3089011
Agust
1778139 2018031 2274955 2643331 3125533
Sept
1812490 2020829 2308175 2677787 3161726
Okt
1851023 2034489 2346801 2729538 3205129
Nov
1895839 2141384 2469399 2877220 3304645
Des
20457862 23681538 26596205 30852553 36527245
Total
Rata-rata 1704822 1973462 2216350 2571046 3043937
Sumber: Bank Indonesia
91
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, rata-rata nilai JUB tertinggi terjadi pada
tahun 2012, yaitu sebesar 3043937 dan rata-rata nilai JUB terendah terjadi
pada tahun 2008, yaitu sebesar 1704822. Sedangkan nilai JUB tertinggi
selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar
3304645 dan nilai terendah terjadi pada bulan Maret 2008, yaitu sebesar
1594390.
Grafik mengenai perkembangan Jumlah Uang Beredar yang ada di
Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4
Jumlah Uang Beredar (M2)
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada Gambar 4.4 di atas, bahwa dari tahun ke tahun,
jumlah uang beredar mengalami trend yang terus meningkat selama periode
penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Peningkatan
jumlah uang beredar selama periode penelitian disebabkan oleh banyak hal
antara lain meningkatnya ekspansi keuangan pemerintah, pertambahan kredit
92
perbankan, berakhirnya kebutuhan uang kartal untuk keperluan perayaan hari
besar (Lebaran dan Natal), depresiasi nilai tukar rupiah, dan lain-lain.
Tabel 4.7
NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah
(dalam miliar rupiah)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
210,952
82,954
135,571 182,883 276,459
Jan
210,792
83,145
139,957 199,227 287,038
Feb
188,925
87,155
136,711 212,642 314,912
Mar
179,429 108,894 150,563 227,080 368,709
Apr
187,533 127,254 151,371 237,551 382,852
Mei
182,541 133,537 148,655 242,407 426,595
Juni
155,931 154,632 152,848 256,504 466,415
Juli
143,361 154,342 150,649 247,335 481,987
Agust
118,235 159,650 155,572 233,798 561,224
Sept
75,712
142,791 160,507 255,697 704,786
Okt
78,963
144,021 162,689 247,407 936,728
Nov
84,159
145,878 184,936 270,176 1133,139
Des
1816,534 1524,253 1830,029 2812,705 6340,844
Total
Rata - rata 151,378 127,021 152,502 234,392 528,404
Sumber: Bapepam, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari Reksa
Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah terjadi pada tahun 2012, yaitu
sebesar 528,404 dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2009,
yaitu sebesar 127,021. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode
penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar 1133,139 dan
nilai terendah terjadi pada bulan Oktober 2008, yaitu sebesar 75,712.
Grafik mengenai perkembangan NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas
Pesona Amanah dapat dilihat pada Gambar 4.5.
93
Gambar 4.5
NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada Gambar 4.5 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB
Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah mengalami trend yang
terus meningkat selama periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi
pada Desember 2012. Hal ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah
terus mengalami pertumbuhan setiap tahun.
Tabel 4.8
NAB Danareksa Syariah Berimbang
(dalam miliar rupiah)
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agust
Sept
2008
69,076
71,376
68,873
66,986
68,830
67,205
62,277
58,011
51,077
Tahun
2009
2010
32,079 45,828
32,681 47,304
34,393 48,231
39,966 55,338
45,003 56,756
47,595 59,396
54,741 44,031
56,022 43,736
58,410 45,320
2011
51,511
53,554
56,339
60,158
70,596
68,028
73,746
73,482
70,406
2012
72,295
69,513
80,029
91,263
90,294
93,344
98,322
112,911
113,439
94
39,567 56,002 47,397 72,091 122,463
Okt
31,756 53,966 47,948 70,943 121,788
Nov
32,534 43,296 52,084 69,991 127,481
Des
687,569 554,153 593,369 790,843 1193,142
Total
99,428
Rata - rata 57,297 46,179 49,447 65,904
Sumber: Bapepam, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari
Danareksa Syariah Berimbang terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 99,428
dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar
46,179. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada
bulan Desember 2012, yaitu sebesar 127,481 dan nilai terendah terjadi pada
bulan November 2008, yaitu sebesar 31,756.
Grafik mengenai perkembangan NAB Danareksa Syariah Berimbang
dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6
NAB Danareksa Syariah Berimbang
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada Gambar 4.6 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB
Danareksa Syariah Berimbang mengalami trend yang terus meningkat selama
95
periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal
ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami
pertumbuhan setiap tahun.
Tabel 4.9
NAB Reksadana Haji Syariah
(dalam miliar rupiah)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
40,233 49,406
56,903
126,119 194,894
Jan
43,258 49,735
57,772
112,542 202,572
Feb
48,928 50,229
59,659
123,420 182,704
Mar
42,594 50,606
76,369
123,558 221,262
Apr
47,477 50,877
80,025
132,587 240,822
Mei
49,774 51,338
89,334
145,574 246,150
Juni
50,698 56,873 124,236 146,356 256,087
Juli
53,708 56,064 133,372 149,107 268,294
Agust
48,796 56,613 144,143 154,012 265,993
Sept
48,401 55,271 132,274 178,726 269,400
Okt
48,689 55,859 133,140 180,598 296,379
Nov
49,026 56,851 125,956 187,305 305,905
Des
571,583 639,723 1213,183 1759,904 2950,463
Total
Rata - rata 47,632 53,310 101,099 146,659 245,872
Sumber: Bapepam, data diolah
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari
Reksadana Haji Syariah terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 245,872 dan
rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 47,632.
Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan
Desember 2012, yaitu sebesar 305,905 dan nilai terendah terjadi pada bulan
Januari 2008, yaitu sebesar 40,233.
Grafik mengenai perkembangan NAB Reksadana Haji Syariah dapat
dilihat pada Gambar 4.7.
96
Gambar 4.7
NAB Reksadana Haji Syariah
Sumber: data diolah
Dapat terlihat pada Gambar 4.7 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB
Reksadana Haji Syariah mengalami trend yang terus meningkat selama
periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal
ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami
pertumbuhan setiap tahun.
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau
ditransformasikan
kedalam
bentuk
log-log/Double
Log.
Menurut
Nachrowi dan Usman (2008:82), pada prinsipnya model ini merupakan
hasil transformasi dari suatu model tidak linier menjadi model linier,
dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma.
97
Variabel dependen yang digunakan yaitu Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Reksadana Syariah dalam bentuk miliar rupiah. Variabel independen yang
digunakan yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam bentuk
persentase, Inflasi dalam bentuk persentase, Nilai Tukar Rupiah (Kurs)
dalam bentuk ribuan rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam
bentuk jutaan rupiah. Seluruh data tersebut dapat ditransformasikan
sehingga parameternya berbentuk linier.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual
yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau
tidak. Maksud data berdistribusi normal adalah data akan mengikuti
arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai
residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi
tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji
Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji normalitas:
1) Analisis Grafik Histogram
Gambar 4.8
Histogram
Sumber: data diolah
98
Berdasarkan gambar di atas, histogram Regression Residual
membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut
dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
Gambar 4.9
Grafik P-P Plot
Sumber: data diolah
Berdasarkan Gambar 4.9 di atas, terlihat bahwa penyebaran data
(titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
99
3) Uji Kolmogorov-Smirnov
Tabel 4.10
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
a
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
180
.0000000
.98876369
.054
.054
-.041
.718
.681
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,681 > 0,05 (Sig. > α). Hal itu berarti nilai residual
terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara
variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau
tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan
tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji
multikolinieritas:
100
Tabel 4.11
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
1 (Constant)
LN_SBIS
.296
3.378
LN_INFLASI
.573
1.746
LN_KURS
.839
1.192
LN_JUB
.411
2.435
a. Dependent Variable: LN_NAB
Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.11 di atas,
terlihat bahwa nilai Tolerance variabel Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS) sebesar 0,296, Inflasi sebesar 0,573, Kurs sebesar 0,839,
dan Jumlah Uang Beredar (JUB) sebesar 0,411. Sedangkan nilai VIF
variabel SBIS sebesar 3,378, Inflasi sebesar 1,746, Kurs sebesar 1,192,
dan JUB sebesar 2,435. Dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
tidak terdapat gejala multikolinieritas, karena nilai Tolerance > 0,10
dan nilai VIF < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi
yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model
regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan
homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang
homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:
101
1) Analisis Grafik dengan Scatterplot
Gambar 4.10
Scatterplot
Sumber: data diolah
Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.10 di
atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di
bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh
karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan
metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk
dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
2) Metode Glejser
Tabel 4.12
Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser
Coefficients
a
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
-.792
3.812
LN_SBIS
-.253
.165
.055
LN_INFLASI
LN_KURS
LN_JUB
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
-.208
.836
-.207
-1.528
.128
.070
.076
.776
.439
-.017
.312
-.004
-.055
.956
.089
.172
.060
.517
.606
a. Dependent Variable: ABRES
102
Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.12 di atas,
terlihat
bahwa
pada
model
regresi
tidak
terjadi
gejala
heteroskedastisitas. Hal ini karena nilai probabilitas lebih besar dari
nilai alpha (Sig. > α). Nilai Sig. variabel SBIS terhadap absolut
residual sebesar 0,128 > 0,05, nilai Sig. variabel Inflasi terhadap
absolut residual sebesar 0,439 > 0,05, nilai Sig. variabel Kurs
terhadap absolut residual sebesar 0,956 > 0,05, dan nilai Sig.
variabel JUB terhadap absolut residual sebesar 0,606 > 0,05.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (times-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab
munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam
analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data
observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang, kemungkinan
besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence).
Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer
untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris
yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi:
103
Tabel 4.13
Uji Durbin-Watson
b
Model Summary
Model
R
1
.627
R Square
a
Adjusted R
Square
.393
Std. Error of the
Estimate
.379
Durbin-Watson
.56996
.166
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB
Berdasarkan tabel 4.13 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 0,166.
Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan (n) = 180 dan
jumlah variabel independen (k = 4) diperoleh nilai tabel dL (lower) =
1,7109 dan dU (upper) = 1,8017, sehingga nilai 4-dU sebesar 4 –
1,8017 = 2,1983 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4 – 1,7109 = 2,2891.
Oleh karena nilai DW = 0,166 berada di bawah dL = 1,7109 maka dapat
disimpulkan terjadi autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error (SE)
dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan
pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat
diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini (Imam Ghozali,
2012:130):
a. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d
ρ = 1 - d = 1 – 0,166 = 0,917
2
2
b. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d
ρ = n2 (1 – d/2) + k2 = (180)2 (1 – 0,166/2) + (4)2 = 0,918
n2 – k2
(180)2 – (4)2
104
Langkah Analisis:
1. Dapatkan nilai lag satu residual (Ut_1) dengan perintah Transform
dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan isikan pada kotak
Numeric Expression Lag(Res_1).
2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu
Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel
Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan variabel Ut_1 (Lag
satu dari Ut). Abaikan yang lain dan pilih OK.
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
a
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
(Constant)
.002
.017
.136
.892
Ut_1
.918
.030
.917 30.559
.000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ sebesar 0,918 (yaitu
nilai koefisien variabel Ut_1).
Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut
berbagai metode seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Metode
Durbin-Watson d
Theil-Nagar d
Cochrane-Orcutt Step 1
Nilai ρ
0,917
0,918
0,918
Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama. Untuk
itu penulis memilih metode Theil-Nagar d untuk mentransformasikan
persamaan regresi.
105
Langkah Analisis:
1. Membentuk variabel LN_NABt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@,
LN_KURSt@, dan LN_JUBt@ dengan perintah Transform dan
Compute. Pada kotak Target Variable diisikan LN_NABt@, dan
pada
kotak
Numeric
Expression
diisikan
LN_NAB-
0,918*Lag(LN_NAB). Lakukan hal yang sama untuk semua
variabel X.
2. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian Regression, lalu
pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel LN_NABt@,
serta pada kotak independent isikan variabel LN_SBISt@,
LN_INFLASIt@, LN_KURSt@, dan LN_JUBt@.
3. Pilih Statistik dan aktifkan Durbin-Watson (untuk menguji apakah
masih terjadi autokorelasi). Abaikan lainnya dan pilih OK.
4. Hasil output SPSS.
Tabel 4.14
Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson
b
Model Summary
Model
1
R
.568
R Square
a
.323
Adjusted R
Square
.308
Std. Error of the
Estimate
.22204
Durbin-Watson
1.944
a. Predictors: (Constant), LN_JUBt@, LN_KURSt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@
b. Dependent Variable: LN_NABt@
Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum dilakukan
pengobatan dan hasil regresi setelah dilakukan pengobatan ternyata
dapat dibandingkan (comparable). Perbedaan tersebut terletak pada
106
nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson
sebesar 0,166 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan
persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan nilai Durbin-Watson
menjadi sebesar 1,944. Karena nilai Durbin-Watson (1,944) terletak
antara dU dengan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model
persamaan regresi
tersebut
sudah tidak mengandung masalah
autokorelasi.
2. Uji Hipotesis
a. Uji F
Nilai Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan
variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji
ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki
pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat
maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk
dalam kategori tidak cocok atau not fit.
Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan suatu
tabel yang disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance)
dengan melihat nilai signifikansi (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai
signifikansi > 0,05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi <
0,05 maka H1 diterima. Berikut adalah hasil uji F:
107
Tabel 4.15
Uji F
b
ANOVA
Model
Sum of
Squares
Mean
Square
Df
1 Regression
36.758
4
9.189
Residual
56.850
175
.325
Total
93.608
179
F
28.287
Sig.
.000
a
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable:LN_NAB
Berdasarkan tabel 4.15 di atas, nilai Fhitung sebesar 28,287 dengan
tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari
0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (28,287 >
2,420) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (5-1), (180-5) =
2,420. Dapat disimpulkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah
(SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara
simultan berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana
Syariah.
b. Uji t
Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka
langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara
individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel independen secara individual
(parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap
108
variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.16
Uji t
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.616
.431
LN_SBIS
-.254
.278
.002
LN_INFLASI
LN_KURS
LN_JUB
a
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.429
.155
-.065
-.912
.363
.148
.001
.014
.989
-1.006
.501
-.129
-2.011
.046
1.841
.245
.541
7.527
.000
a. Dependent Variable: LN_NAB
1) Uji t terhadap variabel SBIS
Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel SBIS secara
statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih
besar dari α (0,363 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -0,912 dan
t tabel sebesar -1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t
hitung > t tabel (-0,912 > -1,653). Maka H0 diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial tidak berpengaruh
terhadap NAB reksadana syariah.
2) Uji t terhadap variabel Inflasi
Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel inflasi secara
statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih
besar dari α (0,989 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 0,014 dan
t tabel sebesar 1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t
hitung < t tabel (0,014 < 1,653). Maka H0 diterima sehingga dapat
109
disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak berpengaruh
terhadap NAB reksadana syariah.
3) Uji t terhadap variabel Kurs / Nilai Tukar Rupiah
Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel kurs secara
statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil
dari α (0,046 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = -2,011 dan t
tabel sebesar -1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t
hitung < t tabel (-2,011 < -1,653). Maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kurs secara parsial
berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah.
4) Uji t terhadap variabel Jumlah Uang Beredar
Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel jumlah uang
beredar secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai
lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 7,527
dan t tabel sebesar 1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga
t hitung > t tabel (7,527 > 1,653). Maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar
secara parsial berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah.
c. Uji Adjusted R Square
Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya
kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi
koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya.
110
Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap
penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model
akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan
tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan
koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square
(R2adj).
Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa
koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel
dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien
determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang
disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel
baru dalam model. Berikut adalah hasil uji Adjusted R Square:
Tabel 4.17
Uji Adjusted R Square (R2adj)
b
Model Summary
Model
R
1
.627
R Square
a
.393
Adjusted R
Square
.379
Std. Error of the
Estimate
.56996
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB
Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,379 atau sebesar
37,9%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Sertifikat Bank Indonesia
Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar
(M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah adalah
111
37,9%. Sedangkan sisanya sebesar 62,1% (100% - 37,9%) dipengaruhi
oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian
ini misalnya seperti suku bunga deposito, suku bunga SBI, Produk
Domestik Bruto (PDB), dan lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi
(R) menunjukkan nilai sebesar 0,627 yang menandakan bahwa
hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena
memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,627 > 0,5.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 16.0 untuk mengetahui
besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai
tukar rupiah (Kurs), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai
Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Hasil pengolahan data dengan
SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Tabel 4.18
Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.616
.431
LN_SBIS
-.254
.278
.002
LN_INFLASI
LN_KURS
LN_JUB
a
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.429
.155
-.065
-.912
.363
.148
.001
.014
.989
-1.006
.501
-.129
-2.011
.046
1.841
.245
.541
7.527
.000
a. Dependent Variable: LN_NAB
112
Berdasarkan Tabel 4.18 di atas, maka diperoleh model persamaan
regresi sebagai berikut:
LnY = 0,616 – 1,006 LnX3 + 1,841 LnX4
Keterangan:
Y = Logaritma natural Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
X3 = Logaritma natural Nilai Tukar Rupiah
X4 = Logaritma natural Jumlah Uang Beredar
Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi di
atas adalah sebagai berikut:
1) Apabila X1, X2, X3, dan X4 bernilai 0, maka nilai Y adalah 0,616%.
Maksudnya adalah jika Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona
Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, dan Reksadana Haji Syariah
(sampel yang diambil) tidak melakukan kegiatan operasional dapat
dikatakan bahwa dalam periode Januari 2008 sampai Desember 2012
jumlah NAB Reksadana Syariah sebesar 0,616%.
2) X3 = -1,006 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X3 akan
menyebabkan berkurangnya Y sebesar 1,006%, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
3) X4 = 1,841 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X4 akan
menyebabkan meningkatnya Y sebesar 1,841%, dengan catatan variabel
lain dianggap konstan.
113
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap NAB
Reksadana Syariah
Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel SBIS mempunyai nilai
signifikansi 0,363 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak H1
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial tidak
berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Sholihah (2008)
menyimpulkan bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana
syariah. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan.
Hal itu menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka ekspansi pada
pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus
SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan
ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara
umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi bahan
pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang.
2. Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah
Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel inflasi mempunyai nilai
signifikansi 0,989 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak H1
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak
berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini
114
mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012)
menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana
syariah.
Inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena (i)
menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi
tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan semangat menabung dan sikap
terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to
Save), (iii) meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk
non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to
Consume), dan (iv) mengarahkan investasi pada hal-hal yang nonproduktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan,
logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah
produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan
lainnya (Adiwarman Karim, 2008:139).
3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Reksadana Syariah
Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel nilai tukar rupiah
mempunyai nilai signifikansi 0,046 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar rupiah secara
parsial berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi
Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh
negatif terhadap NAB reksadana syariah.
115
Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan
sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar
modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan
memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia
di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi,
secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca
perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor,
sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia.
Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap
cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi
kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya
menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar
modal. Kedaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan
penarikan modal sehingga terjadi capital inflow.
Hal ini juga menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena
pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada
saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan
dananya pada reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga
NAB reksadana pun mengalami penurunan.
4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap NAB Reksadana
Syariah
Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel jumlah uang beredar
mempunyai nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1
116
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar secara
parsial berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil
penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ray dan
Vani (2005) menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh
positif terhadap NAB reksadana syariah.
Peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle
expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong
bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan
dapat
melebarkan
ekspansi
usahanya
lebih
luas
yang akhirnya
meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan
merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga
berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di
masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang
dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito
dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito
menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya
di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih
besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di
pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana
karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada
saham.
117
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada
bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB
reksadana syariah, Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB
reksadana syariah, dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap
NAB reksadana syariah.
2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa secara simultan variabel Sertifikat
Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang
Beredar berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya:
1.
Bagi Investor
Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam
menjalankan strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana
syariah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi
masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomiannya.
118
2.
Bagi Akademisi
Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang pasar modal
khususnya pada produk reksadana syariah dan dapat dijadikan sebagai
bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk peneliti
selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel, misalnya: Produk
Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga SBI, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG), Indeks Syariah (Jakarta Islamic Index), dan lain-lain.
3.
Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan investasi pada setiap perusahaan reksadana
syariah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat digunakan
sebagai alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini.
119
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Kasyfurrohman dan Irfan Syauqi Beik. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap
Reksadana Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Republika, 23
Agustus 2012.
Dewan Syariah Nasional MUI. “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”.
MUI, Jakarta, 2003.
Elena, Delia dan Alexandru. “The Relationship Between Mutual Funds – Inflation
Rate and Benchmark Interest Rate. USA versus Romania”. Jurnal, Faculty of
Economics and Business Administration”, 2011.
Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 2006.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20
Edisi 6”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2012.
Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional Edisi 2”. Penerbit Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2010.
Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta,
Jakarta, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta,
2010.
Hasbi, Hariandy. “Kinerja Reksadana Syariah Tahun 2009 di Indonesia”. Jurnal
Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.1 Januari 2010, hal.62-73.
Heykal, Mohamad. “Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah”. PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2012.
Hifdzia, Rahmi. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Perkembangan
NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011”. Skripsi, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012.
Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2008.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2011.
120
Kementerian Keuangan Republik Indonesia Bapepam-LK. “Kajian Sinplifikasi
Prosedur Pengelolaan Efek Syariah Pengelolaan Investasi”. Tim Kerjasama
Simplifikasi Prosedur Penerbitan Efek Syariah, Jakarta, 2012.
Kumar, G. Dinesh dan Mihir Dash. “A Study On The Effect Of Macroeconomic
Variables On Indian Mutual Funds”. Jurnal, Alliance Business Academy,
BTM Layout II Stage, Bangalore – 560076, 2008.
Manan, Abdul. “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia”. Kencana, Jakarta, 2009.
Mankiw, N. Gregory. “Principle of Economics Pengantar Ekonomi Makro”.
Edisi Tiga, Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Manurung, Adler Haymans. “Reksa Dana Investasiku”. Kompas, Jakarta, 2008.
Martono. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”. Ekonisia, Yogyakarta, 2010.
Muchtar, Muhamad Alhidadi. “Analisis Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar,
Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di
Indonesia Periode 1999.07-2004.11”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas
Padjadjaran Bandung, 2005.
Muhamad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman. “Penggunaan Teknik Ekonometri”. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008.
Nasution, Mustafa Edwin, Muhammad Arief Mufraeni, Nurul Huda, dkk.
“Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Kencana, Jakarta, 2007.
Prantik, Ray dan Vina Vani. “Neural Network Models for Forecasting Mutual
Fund Net Asset Value”. Jurnal, National Institute of Management, Kolkata,
India & FORE School of Management, New Delhi, India, 2005.
Pratomo, Eko P. “Berwisata ke Dunia Reksa Dana”. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2007.
Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksa Dana Solusi Perencanaan
Investasi di Era Modern”. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005.
Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Makro Suatu
Pengantar Edisi Kedua”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta, 2004.
121
Rivai, Veithzal., Andria Permata Veithzal., & Ferry N. Idroes. “Bank and
Financial Institution Management Conventional & Sharia System”. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007.
Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi Edisi 17”.
PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2004.
Sholihah, Annisa. “Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap
Kinerja Reksa Dana Syariah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008.
Siregar, Syofian. “Statistika Deskriptif untuk Penelitian”. PT RajaGrafindo
Persada, Jakarta, 2011.
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi 3”. Ekonisia,
Yogyakarta, 2008.
Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009.
Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. PT
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.
Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi,
Yogyakarta, 2011.
Suta, I Putu G.A. “Menuju Pasar Modal Modern”. Yayasan Sad Satria Bhakti,
Jakarta, 2000.
Virlandana, Reno dan Budi Hermana. “Hubungan Antara Reksa Dana Syariah,
Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode
Januari 2001-Desember 2004”. Jurnal Proceeding, Seminar Nasional
PESAT, 2005.
www.bapepam.go.id
www.bi.go.id
122
Lampiran 1: Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012)
No
Nama Reksadana Syariah
1 Panin Dana Syariah Saham
2 Panin Dana Syariah Berimbang
Reksadana AAA Amanah Syariah
3
Fund
Reksa Dana Syariah Batasa
4
Sukuk
5 Reksadana BNI Dana Syariah
6 Reksadana BNI Danaplus Syariah
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
7
Proteksi Syariah Grenada Seri IV
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
8
Proteksi Syariah Grenada Seri I
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
9
Proteksi Syariah Grenada Seri III
Reksa Dana Terproteksi BNIAM
10
Proteksi Syariah Grenada Seri II
Reksa Dana Syariah BNP Paribas
11
Pesona Amanah
Jenis Reksadana
Saham
Campuran
Tanggal Efektif
20 Juni 2012
16 Agustus 2012
Campuran
17 Juni 2005
Pendapatan Tetap
3 September 2008
Pendapatan Tetap
Campuran
21 April 2004
21 April 2004
Terproteksi
10 Desember 2012
Terproteksi
8 Maret 2012
Terproteksi
10 Desember 2012
Terproteksi
10 Desember 2012
Campuran
9 April 2007
12
Bahana Syariah Protected Fund 2
Terproteksi
11 Desember 2012
13
Bahana Syariah Protected Fund 1
Terproteksi
11 Desember 2012
14
Batavia Dana Saham Syariah
CIMB - Principal Islamic Equity
Growth Syariah
Terproteksi CIMB Islamic Sukuk
II Syariah
Cipta Syariah Equity
Cipta Syariah Balance
Danareksa Syariah Berimbang
Reksa Dana Danareksa Indeks
Syariah
Danareksa Proteksi Syariah II
Reksa Dana Terproteksi
Danareksa Proteksi Syariah I
Reksadana Haji Syariah
Reksadana IPB Syariah
Reksa Dana Lautandhana Saham
Syariah
Reksa Dana Terproteksi
Lautandhana Proteksi Syariah I
Saham
16 Juli 2007
Saham
6 Agustus 2007
Terproteksi
22 Maret 2010
Saham
Campuran
Campuran
16 April 2008
16 April 2008
24 November 2000
Indeks
17 Maret 2006
Terproteksi
17 Desember 2012
Terproteksi
17 Desember 2012
Pendapatan Tetap
Campuran
13 Januari 2005
14 Desember 2005
Saham
27 Desember 2012
Terproteksi
3 Agustus 2009
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
123
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
Reksa Dana Mega Dana Obligasi
Syariah
Reksa Dana Mega Dana Syariah
Reksa Dana MNC Dana Syariah
Reksadana MNC Dana Syariah
Ekuitas
Reksadana MNC Dana
Kombinasi Syariah
Mandiri Investa Dana Syariah
Mandiri Investa Atraktif-Syariah
Reksadana Mandiri Komoditas
Syariah Plus
Reksadana Mandiri Saham
Syariah Atraktif
Reksa Dana Mandiri Investa
Syariah Berimbang
Reksadana Mandiri Berimbang
Syariah Aktif
Mandiri Amanah Syariah
Protected Dollar Fund
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 1
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 2
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 3
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Dynamic Syariah Seri 4
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Smart Syariah Seri 1
Reksa Dana Terproteksi Mandiri
Protected Smart Syariah Seri 2
Reksa Dana Manulife Syariah
Sektoral Amanah
PNM Amanah Syariah
Reksa Dana PNM Ekuitas Syariah
Reksa Dana PNM Syariah
Reksa Dana SAM Sukuk Syariah
Sejahtera
SAM Sharia Equity Fund
Reksa Dana SAM Syariah
Berimbang
Pendapatan Tetap
21 Mei 2007
Campuran
Pendapatan Tetap
11 September 2006
29 Oktober 2004
Saham
13 Desember 2012
Campuran
13 Desember 2012
Pendapatan Tetap
Saham
22 Desember 2008
19 Desember 2007
Saham
9 September 2011
Saham
9 September 2011
Campuran
14 Oktober 2004
Campuran
9 September 2011
Terproteksi
30 Juni 2009
Terproteksi
8 Maret 2012
Terproteksi
21 Desember 2012
Terproteksi
21 Desember 2012
Terproteksi
21 Desember 2012
Terproteksi
24 Maret 2011
Terproteksi
24 Maret 2011
Saham
16 Januari 2009
Pendapatan Tetap
Saham
Campuran
26 Agustus 2004
26 Juli 2007
15 Mei 2000
Pendapatan Tetap
20 Januari 2010
Saham
27 Desember 2012
Campuran
20 Januari 2010
124
52 Schroder Syariah Balanced Fund
53 RD TRIM Syariah Saham
54 RD TRIM Syariah Berimbang
Sumber: Bapepam
Campuran
Saham
Campuran
22 April 2009
26 Desember 2006
26 Desember 2006
Lampiran 2: Daftar Sampel Penelitian
No
Nama Reksadana
Syariah
Reksa Dana Syariah
BNP Paribas Pesona
Amanah
Jenis
Reksadana
Saham
Manajer
Investasi
PT BNP
Paribas
Investment
Partners
2
Danareksa Syariah
Berimbang
Campuran
3
Reksadana Haji
Syariah
Pendapatan
Tetap
PT
Danareksa
Investment
Management
PT Insight
Investments
Management
1
Bank Kustodian
The Hongkong
and Shanghai
Banking
Corporation –
Custody
Citibank N. A. –
Custody
Bank CIMB
Niaga - Custody,
Tbk, PT
Sumber: Bapepam
Lampiran 3: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (dalam persentase)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
0,496
0,792
0,538
0,507
0,407
Jan
0,505
0,728
0,534
0,558
0,318
Feb
0,527
0,684
0,523
0,560
0,319
Mar
0,666
0,633
0,517
0,598
0,327
Apr
0,693
0,604
0,525
0,613
0,353
Mei
0,728
0,579
0,522
0,613
0,360
Juni
0,769
0,559
0,553
0,606
0,372
Juli
0,773
0,548
0,553
0,564
0,378
Agust
0,809
0,540
0,553
0,523
0,389
Sept
0,915
0,541
0,531
0,481
0,396
Okt
0,937
0,539
0,535
0,435
0,398
Nov
0,903
0,538
0,522
0,420
0,400
Des
8,720
7,286
6,403
6,478
4,417
Total
125
0,727
0,607
0,534
Rata-rata
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
0,540
0,368
2011
0,585
0,570
0,554
0,513
0,498
0,462
0,384
0,399
0,384
0,368
0,346
0,316
5,380
0,448
2012
0,304
0,297
0,331
0,375
0,371
0,378
0,380
0,382
0,359
0,384
0,360
0,358
4,278
0,357
b. Inflasi (dalam persentase)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
0,613
0,764
0,310
Jan
0,617
0,717
0,318
Feb
0,681
0,660
0,286
Mar
0,747
0,609
0,326
Apr
0,865
0,503
0,347
Mei
0,919
0,304
0,421
Juni
0,992
0,226
0,518
Juli
0,988
0,229
0,537
Agust
1,012
0,236
0,483
Sept
0,981
0,214
0,473
Okt
0,973
0,201
0,528
Nov
0,922
0,232
0,580
Des
10,308
4,895
5,125
Total
0,859
0,408
0,427
Rata-rata
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
c. Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (dalam ribuan rupiah)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
2011
2012
9291
11355
9365
9057
9000
Jan
9051
11980
9335
8823
9085
Feb
9217
11575
9115
8709
9180
Mar
9234
10713
9012
8574
9190
Apr
9318
10340
9180
8537
9565
Mei
9225
10225
9083
8597
9480
Juni
9118
9920
8952
8508
9485
Juli
9153
10060
9041
8578
9560
Agust
9378
9681
8924
8823
9588
Sept
10995
9545
8928
8835
9615
Okt
12151
9480
9013
9170
9605
Nov
10950
9400
8991
9068
9670
Des
117081
124274
108939 105279 113023
Total
Rata-rata 9756,75 10356,17 9078,25 8773,25 9418,58
Sumber: Bank Indonesia, data diolah
126
d. Jumlah Uang Beredar (M2) (dalam jutaan rupiah)
Tahun
Bulan
2008
2009
2010
1596565 1874145
2073860
Jan
1603750 1900208
2066481
Feb
1594390 1916752
2112083
Mar
1611691 1912623
2116024
Apr
1641733 1927070
2143234
Mei
1703381 1977533
2231144
Juni
1686050 1963180
2217589
Juli
1682811 1995294
2236460
Agust
1778139 2018031
2274955
Sept
1812490 2020829
2308175
Okt
1851023 2034489
2346801
Nov
1895839 2141384
2469399
Des
20457862 23681538 26596205
Total
2216350
Rata-rata 1704822 1973462
Sumber: Bank Indonesia
2011
2434679
2420191
2451357
2434478
2475286
2522784
2564556
2621346
2643331
2677787
2729538
2877220
30852553
2571046
2012
2854978
2849796
2911920
2927259
2992057
3050355
3054836
3089011
3125533
3161726
3205129
3304645
36527245
3043937
2. Variabel Dependen
Jan-08
Feb-08
Mar-08
Apr-08
Mei-08
Juni-08
Juli-08
Agust-08
Sept-08
Okt-08
Nov-08
Des-08
Jan-09
Feb-09
Mar-09
Apr-09
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah
(dalam miliar rupiah)
Reksa Dana Syariah
Danareksa
BNP Paribas Pesona
Syariah
Amanah
Berimbang
210952095158
69076353146
210791990572
71375750529
188924939998
68872957496
179428536655
66986338242
187532948553
68830087271
182541228494
67204819940
155931091409
62277283359
143361226363
58011389523
118235171442
51076998974
75711607861
39566895173
78963185517
31755786092
84159485885
32534130204
82953926472
32078695698
83144514187
32681458432
87155354959
34392502768
108894210304
39965528608
Reksadana Haji
Syariah
40233157929
43257727445
48927855428
42594383810
47476774289
49774185217
50698330114
53708119197
48795998396
48400594783
48689461327
49026035024
49406178967
49735408700
50229342611
50605627355
127
Mei-09
Juni-09
Juli-09
Agust-09
Sept-09
Okt-09
Nov-09
Des-09
Jan-10
Feb-10
Mar-10
Apr-10
Mei-10
Juni-10
Juli-10
Agust-10
Sept-10
Okt-10
Nov-10
Des-10
Jan-11
Feb-11
Mar-11
Apr-11
Mei-11
Juni-11
Juli-11
Agust-11
Sept-11
Okt-11
Nov-11
Des-11
Jan-12
Feb-12
Mar-12
Apr-12
Mei-12
Juni-12
Juli-12
127254220370
133537170262
154632264009
154342029920
159650055343
142790512483
144020703381
145878277104
135571427500
139956599936
136710661791
150563411832
151371435616
148654655266
152848378406
150648515848
155571558550
160507392266
162688944599
184935965479
182882710777
199227199708
212641928704
227079818338
237550840987
242406966046
256503620017
247334775975
233798282988
255696563196
247406710244
270175640383
276459250555
287038395295
314911501564
368709382041
382851578037
426594778035
466414969576
45002616849
47595195568
54741019443
56021946859
58409575199
56002492402
53965981287
43295971269
45828054759
47303541246
48231299268
55338415819
56755753723
59396411929
44030786913
43735601758
45320387499
47396923940
47947705092
52084413515
51510799142
53553990299
56339293923
60158027292
70596049252
68027504745
73745689644
73481694792
70405970233
72090674606
70942731173
69991035280
72295413271
69513007734
80028821514
91263362993
90294182150
93344284839
98321653594
50877274508
51338240591
56872518423
56064215789
56613339925
55270856854
55859474285
56850854356
56903022877
57772390108
59658881431
76368656476
80025085946
89334286757
124236111745
133371778637
144143363909
132274000699
133139665205
125956212058
126119202220
112542263929
123419827277
123558277768
132586651143
145573875123
146356165868
149107445738
154012040292
178725500191
180598333345
187304657902
194893985188
202571504785
182704429971
221261655031
240821653831
246150372035
256086652240
128
481987162954
Agust-12
561224465449
Sept-12
704785673640
Okt-12
936727987452
Nov-12
1133138513529
Des-12
Sumber: Bapepam
112910507826
113438915129
122462892339
121787578404
127481094287
268294455553
265993400532
269399697382
296379407285
305905410464
Lampiran 4: Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients
b
Model Summary
Model
R
1
.627
R Square
a
Adjusted R
Square
.393
Std. Error of the
Estimate
.379
Durbin-Watson
.56996
.166
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB
b
ANOVA
Model
Sum of
Squares
Mean
Square
Df
F
1 Regression
36.758
4
9.189
Residual
56.850
175
.325
Total
93.608
179
Sig.
28.287
.000
a
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable:LN_NAB
Coefficients
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.616
.431
LN_SBIS
-.254
.278
.002
LN_INFLASI
LN_KURS
LN_JUB
a
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
1.429
.155
-.065
-.912
.363
.148
.001
.014
.989
-1.006
.501
-.129
-2.011
.046
1.841
.245
.541
7.527
.000
a. Dependent Variable: LN_NAB
129
Lampiran 5: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Standardized
Residual
N
a
Normal Parameters
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
180
.0000000
.98876369
.054
.054
-.041
.718
.681
a. Test distribution is Normal.
130
Lampiran 6: Uji Multikolinieritas
Coefficients
a
Collinearity Statistics
Model
Tolerance
VIF
1 (Constant)
LN_SBIS
.296
3.378
LN_INFLASI
.573
1.746
LN_KURS
.839
1.192
LN_JUB
.411
2.435
a. Dependent Variable: LN_NAB
Lampiran 7: Uji Autokorelasi
1. Uji Durbin-Watson awal
b
Model Summary
Model
1
R
.627
R Square
a
.393
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
.379
Durbin-Watson
.166
.56996
a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS
b. Dependent Variable: LN_NAB
2. Uji Durbin-Watson Setelah Pengobatan
b
Model Summary
Model
1
R
.568
R Square
a
.323
Adjusted R
Square
.308
Std. Error of the
Estimate
.22204
Durbin-Watson
1.944
a. Predictors: (Constant), LN_JUBt@, LN_KURSt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@
b. Dependent Variable: LN_NABt@
131
Lampiran 8: Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser
Coefficients
a
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
Standardized
Coefficients
Std. Error
(Constant)
-.792
3.812
LN_SBIS
-.253
.165
.055
LN_INFLASI
LN_KURS
LN_JUB
Beta
t
Sig.
-.208
.836
-.207
-1.528
.128
.070
.076
.776
.439
-.017
.312
-.004
-.055
.956
.089
.172
.060
.517
.606
a. Dependent Variable: ABRES
132
Tabel Durbin-
n
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
k=1
dL
0.6102
0.6996
0.7629
0.8243
0.8791
0.9273
0.9708
1.0097
1.0450
1.0770
1.1062
1.1330
1.1576
1.1804
1.2015
1.2212
1.2395
1.2567
1.2728
1.2879
1.3022
1.3157
1.3284
1.3405
1.3520
1.3630
1.3734
1.3834
1.3929
1.4019
1.4107
1.4190
1.4270
1.4347
1.4421
1.4493
1.4562
1.4628
1.4692
1.4754
1.4814
1.4872
1.4928
1.4982
1.5035
1.5086
1.5135
1.5183
1.5230
1.5276
1.5320
1.5363
1.5405
1.5446
1.5485
1.5524
1.5562
1.5599
1.5635
1.5670
1.5704
1.5738
1.5771
1.5803
1.5834
dU
1.4002
1.3564
1.3324
1.3199
1.3197
1.3241
1.3314
1.3404
1.3503
1.3605
1.3709
1.3812
1.3913
1.4012
1.4107
1.4200
1.4289
1.4375
1.4458
1.4537
1.4614
1.4688
1.4759
1.4828
1.4894
1.4957
1.5019
1.5078
1.5136
1.5191
1.5245
1.5297
1.5348
1.5396
1.5444
1.5490
1.5534
1.5577
1.5619
1.5660
1.5700
1.5739
1.5776
1.5813
1.5849
1.5884
1.5917
1.5951
1.5983
1.6014
1.6045
1.6075
1.6105
1.6134
1.6162
1.6189
1.6216
1.6243
1.6268
1.6294
1.6318
1.6343
1.6367
1.6390
1.6413
k=2
dL
0.4672
0.5591
0.6291
0.6972
0.7580
0.8122
0.8612
0.9054
0.9455
0.9820
1.0154
1.0461
1.0743
1.1004
1.1246
1.1471
1.1682
1.1878
1.2063
1.2236
1.2399
1.2553
1.2699
1.2837
1.2969
1.3093
1.3212
1.3325
1.3433
1.3537
1.3635
1.3730
1.3821
1.3908
1.3992
1.4073
1.4151
1.4226
1.4298
1.4368
1.4435
1.4500
1.4564
1.4625
1.4684
1.4741
1.4797
1.4851
1.4903
1.4954
1.5004
1.5052
1.5099
1.5144
1.5189
1.5232
1.5274
1.5315
1.5355
1.5395
1.5433
1.5470
1.5507
1.5542
dU
1.8964
1.7771
1.6993
1.6413
1.6044
1.5794
1.5621
1.5507
1.5432
1.5386
1.5361
1.5353
1.5355
1.5367
1.5385
1.5408
1.5435
1.5464
1.5495
1.5528
1.5562
1.5596
1.5631
1.5666
1.5701
1.5736
1.5770
1.5805
1.5838
1.5872
1.5904
1.5937
1.5969
1.6000
1.6031
1.6061
1.6091
1.6120
1.6148
1.6176
1.6204
1.6231
1.6257
1.6283
1.6309
1.6334
1.6359
1.6383
1.6406
1.6430
1.6452
1.6475
1.6497
1.6518
1.6540
1.6561
1.6581
1.6601
1.6621
1.6640
1.6660
1.6678
1.6697
1.6715
k=3
dL
0.3674
0.4548
0.5253
0.5948
0.6577
0.7147
0.7667
0.8140
0.8572
0.8968
0.9331
0.9666
0.9976
1.0262
1.0529
1.0778
1.1010
1.1228
1.1432
1.1624
1.1805
1.1976
1.2138
1.2292
1.2437
1.2576
1.2707
1.2833
1.2953
1.3068
1.3177
1.3283
1.3384
1.3480
1.3573
1.3663
1.3749
1.3832
1.3912
1.3989
1.4064
1.4136
1.4206
1.4273
1.4339
1.4402
1.4464
1.4523
1.4581
1.4637
1.4692
1.4745
1.4797
1.4847
1.4896
1.4943
1.4990
1.5035
1.5079
1.5122
1.5164
1.5205
1.5245
dU
2.2866
2.1282
2.0163
1.9280
1.8640
1.8159
1.7788
1.7501
1.7277
1.7101
1.6961
1.6851
1.6763
1.6694
1.6640
1.6597
1.6565
1.6540
1.6523
1.6510
1.6503
1.6499
1.6498
1.6500
1.6505
1.6511
1.6519
1.6528
1.6539
1.6550
1.6563
1.6575
1.6589
1.6603
1.6617
1.6632
1.6647
1.6662
1.6677
1.6692
1.6708
1.6723
1.6739
1.6754
1.6769
1.6785
1.6800
1.6815
1.6830
1.6845
1.6860
1.6875
1.6889
1.6904
1.6918
1.6932
1.6946
1.6960
1.6974
1.6988
1.7001
1.7015
1.7028
k=4
dL
0.2957
0.3760
0.4441
0.5120
0.5745
0.6321
0.6852
0.7340
0.7790
0.8204
0.8588
0.8943
0.9272
0.9578
0.9864
1.0131
1.0381
1.0616
1.0836
1.1044
1.1241
1.1426
1.1602
1.1769
1.1927
1.2078
1.2221
1.2358
1.2489
1.2614
1.2734
1.2848
1.2958
1.3064
1.3166
1.3263
1.3357
1.3448
1.3535
1.3619
1.3701
1.3779
1.3855
1.3929
1.4000
1.4069
1.4136
1.4201
1.4264
1.4325
1.4385
1.4443
1.4499
1.4554
1.4607
1.4659
1.4709
1.4758
1.4806
1.4853
1.4899
1.4943
dU
2.5881
2.4137
2.2833
2.1766
2.0943
2.0296
1.9774
1.9351
1.9005
1.8719
1.8482
1.8283
1.8116
1.7974
1.7855
1.7753
1.7666
1.7591
1.7527
1.7473
1.7426
1.7386
1.7352
1.7323
1.7298
1.7277
1.7259
1.7245
1.7233
1.7223
1.7215
1.7209
1.7205
1.7202
1.7200
1.7200
1.7200
1.7201
1.7203
1.7206
1.7210
1.7214
1.7218
1.7223
1.7228
1.7234
1.7240
1.7246
1.7253
1.7259
1.7266
1.7274
1.7281
1.7288
1.7296
1.7303
1.7311
1.7319
1.7327
1.7335
1.7343
1.7351
k=5
dL
0.2427
0.3155
0.3796
0.4445
0.5052
0.5620
0.6150
0.6641
0.7098
0.7523
0.7918
0.8286
0.8629
0.8949
0.9249
0.9530
0.9794
1.0042
1.0276
1.0497
1.0706
1.0904
1.1092
1.1270
1.1439
1.1601
1.1755
1.1901
1.2042
1.2176
1.2305
1.2428
1.2546
1.2660
1.2769
1.2874
1.2976
1.3073
1.3167
1.3258
1.3346
1.3431
1.3512
1.3592
1.3669
1.3743
1.3815
1.3885
1.3953
1.4019
1.4083
1.4146
1.4206
1.4265
1.4322
1.4378
1.4433
1.4486
1.4537
1.4588
1.4637
Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu
dU
2.8217
2.6446
2.5061
2.3897
2.2959
2.2198
2.1567
2.1041
2.0600
2.0226
1.9908
1.9635
1.9400
1.9196
1.9018
1.8863
1.8727
1.8608
1.8502
1.8409
1.8326
1.8252
1.8187
1.8128
1.8076
1.8029
1.7987
1.7950
1.7916
1.7886
1.7859
1.7835
1.7814
1.7794
1.7777
1.7762
1.7748
1.7736
1.7725
1.7716
1.7708
1.7701
1.7694
1.7689
1.7684
1.7681
1.7678
1.7675
1.7673
1.7672
1.7671
1.7671
1.7671
1.7671
1.7672
1.7673
1.7675
1.7676
1.7678
1.7680
1.7683
Page
Tabel Durbin-
n
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105
106
107
108
109
110
111
112
113
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
k=1
dL
1.5865
1.5895
1.5924
1.5953
1.5981
1.6009
1.6036
1.6063
1.6089
1.6114
1.6139
1.6164
1.6188
1.6212
1.6235
1.6258
1.6280
1.6302
1.6324
1.6345
1.6366
1.6387
1.6407
1.6427
1.6447
1.6466
1.6485
1.6504
1.6522
1.6540
1.6558
1.6576
1.6593
1.6610
1.6627
1.6644
1.6660
1.6676
1.6692
1.6708
1.6723
1.6738
1.6753
1.6768
1.6783
1.6797
1.6812
1.6826
1.6839
1.6853
1.6867
1.6880
1.6893
1.6906
1.6919
1.6932
1.6944
1.6957
1.6969
1.6981
1.6993
1.7005
1.7017
1.7028
1.7040
1.7051
dU
1.6435
1.6457
1.6479
1.6500
1.6521
1.6541
1.6561
1.6581
1.6601
1.6620
1.6639
1.6657
1.6675
1.6693
1.6711
1.6728
1.6745
1.6762
1.6778
1.6794
1.6810
1.6826
1.6841
1.6857
1.6872
1.6887
1.6901
1.6916
1.6930
1.6944
1.6958
1.6971
1.6985
1.6998
1.7011
1.7024
1.7037
1.7050
1.7062
1.7074
1.7086
1.7098
1.7110
1.7122
1.7133
1.7145
1.7156
1.7167
1.7178
1.7189
1.7200
1.7210
1.7221
1.7231
1.7241
1.7252
1.7261
1.7271
1.7281
1.7291
1.7301
1.7310
1.7319
1.7329
1.7338
1.7347
k=2
dL
1.5577
1.5611
1.5645
1.5677
1.5709
1.5740
1.5771
1.5801
1.5830
1.5859
1.5888
1.5915
1.5942
1.5969
1.5995
1.6021
1.6046
1.6071
1.6095
1.6119
1.6143
1.6166
1.6188
1.6211
1.6233
1.6254
1.6275
1.6296
1.6317
1.6337
1.6357
1.6376
1.6396
1.6415
1.6433
1.6452
1.6470
1.6488
1.6505
1.6523
1.6540
1.6557
1.6574
1.6590
1.6606
1.6622
1.6638
1.6653
1.6669
1.6684
1.6699
1.6714
1.6728
1.6743
1.6757
1.6771
1.6785
1.6798
1.6812
1.6825
1.6838
1.6851
1.6864
1.6877
1.6889
1.6902
dU
1.6733
1.6751
1.6768
1.6785
1.6802
1.6819
1.6835
1.6851
1.6867
1.6882
1.6898
1.6913
1.6928
1.6942
1.6957
1.6971
1.6985
1.6999
1.7013
1.7026
1.7040
1.7053
1.7066
1.7078
1.7091
1.7103
1.7116
1.7128
1.7140
1.7152
1.7163
1.7175
1.7186
1.7198
1.7209
1.7220
1.7231
1.7241
1.7252
1.7262
1.7273
1.7283
1.7293
1.7303
1.7313
1.7323
1.7332
1.7342
1.7352
1.7361
1.7370
1.7379
1.7388
1.7397
1.7406
1.7415
1.7424
1.7432
1.7441
1.7449
1.7458
1.7466
1.7474
1.7482
1.7490
1.7498
k=3
dL
1.5284
1.5323
1.5360
1.5397
1.5432
1.5467
1.5502
1.5535
1.5568
1.5600
1.5632
1.5663
1.5693
1.5723
1.5752
1.5780
1.5808
1.5836
1.5863
1.5889
1.5915
1.5941
1.5966
1.5991
1.6015
1.6039
1.6063
1.6086
1.6108
1.6131
1.6153
1.6174
1.6196
1.6217
1.6237
1.6258
1.6277
1.6297
1.6317
1.6336
1.6355
1.6373
1.6391
1.6410
1.6427
1.6445
1.6462
1.6479
1.6496
1.6513
1.6529
1.6545
1.6561
1.6577
1.6592
1.6608
1.6623
1.6638
1.6653
1.6667
1.6682
1.6696
1.6710
1.6724
1.6738
1.6751
dU
1.7041
1.7054
1.7067
1.7079
1.7092
1.7104
1.7117
1.7129
1.7141
1.7153
1.7164
1.7176
1.7187
1.7199
1.7210
1.7221
1.7232
1.7243
1.7254
1.7264
1.7275
1.7285
1.7295
1.7306
1.7316
1.7326
1.7335
1.7345
1.7355
1.7364
1.7374
1.7383
1.7392
1.7402
1.7411
1.7420
1.7428
1.7437
1.7446
1.7455
1.7463
1.7472
1.7480
1.7488
1.7496
1.7504
1.7512
1.7520
1.7528
1.7536
1.7544
1.7552
1.7559
1.7567
1.7574
1.7582
1.7589
1.7596
1.7603
1.7610
1.7617
1.7624
1.7631
1.7638
1.7645
1.7652
k=4
dL
1.4987
1.5029
1.5071
1.5112
1.5151
1.5190
1.5228
1.5265
1.5302
1.5337
1.5372
1.5406
1.5440
1.5472
1.5505
1.5536
1.5567
1.5597
1.5627
1.5656
1.5685
1.5713
1.5741
1.5768
1.5795
1.5821
1.5847
1.5872
1.5897
1.5922
1.5946
1.5969
1.5993
1.6016
1.6038
1.6061
1.6083
1.6104
1.6125
1.6146
1.6167
1.6187
1.6207
1.6227
1.6246
1.6265
1.6284
1.6303
1.6321
1.6339
1.6357
1.6375
1.6392
1.6409
1.6426
1.6443
1.6460
1.6476
1.6492
1.6508
1.6523
1.6539
1.6554
1.6569
1.6584
1.6599
dU
1.7358
1.7366
1.7375
1.7383
1.7390
1.7399
1.7407
1.7415
1.7423
1.7430
1.7438
1.7446
1.7454
1.7462
1.7470
1.7478
1.7485
1.7493
1.7501
1.7508
1.7516
1.7523
1.7531
1.7538
1.7546
1.7553
1.7560
1.7567
1.7575
1.7582
1.7589
1.7596
1.7603
1.7610
1.7617
1.7624
1.7631
1.7637
1.7644
1.7651
1.7657
1.7664
1.7670
1.7677
1.7683
1.7690
1.7696
1.7702
1.7709
1.7715
1.7721
1.7727
1.7733
1.7739
1.7745
1.7751
1.7757
1.7763
1.7769
1.7774
1.7780
1.7786
1.7791
1.7797
1.7802
1.7808
k=5
dL
1.4685
1.4732
1.4778
1.4822
1.4866
1.4909
1.4950
1.4991
1.5031
1.5070
1.5109
1.5146
1.5183
1.5219
1.5254
1.5289
1.5322
1.5356
1.5388
1.5420
1.5452
1.5482
1.5513
1.5542
1.5572
1.5600
1.5628
1.5656
1.5683
1.5710
1.5736
1.5762
1.5788
1.5813
1.5837
1.5861
1.5885
1.5909
1.5932
1.5955
1.5977
1.5999
1.6021
1.6042
1.6063
1.6084
1.6105
1.6125
1.6145
1.6164
1.6184
1.6203
1.6222
1.6240
1.6258
1.6276
1.6294
1.6312
1.6329
1.6346
1.6363
1.6380
1.6397
1.6413
1.6429
1.6445
Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu
dU
1.7685
1.7688
1.7691
1.7694
1.7698
1.7701
1.7704
1.7708
1.7712
1.7716
1.7720
1.7724
1.7728
1.7732
1.7736
1.7740
1.7745
1.7749
1.7754
1.7758
1.7763
1.7767
1.7772
1.7776
1.7781
1.7785
1.7790
1.7795
1.7799
1.7804
1.7809
1.7813
1.7818
1.7823
1.7827
1.7832
1.7837
1.7841
1.7846
1.7851
1.7855
1.7860
1.7864
1.7869
1.7874
1.7878
1.7883
1.7887
1.7892
1.7896
1.7901
1.7905
1.7910
1.7914
1.7919
1.7923
1.7928
1.7932
1.7937
1.7941
1.7945
1.7950
1.7954
1.7958
1.7962
1.7967
Page
Tabel Durbin-
n
137
138
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176
177
178
179
180
181
182
183
184
185
186
187
188
189
190
191
192
193
194
195
196
197
198
199
200
k=1
dL
1.7062
1.7073
1.7084
1.7095
1.7106
1.7116
1.7127
1.7137
1.7147
1.7157
1.7167
1.7177
1.7187
1.7197
1.7207
1.7216
1.7226
1.7235
1.7244
1.7253
1.7262
1.7271
1.7280
1.7289
1.7298
1.7306
1.7315
1.7324
1.7332
1.7340
1.7348
1.7357
1.7365
1.7373
1.7381
1.7389
1.7396
1.7404
1.7412
1.7420
1.7427
1.7435
1.7442
1.7449
1.7457
1.7464
1.7471
1.7478
1.7485
1.7492
1.7499
1.7506
1.7513
1.7520
1.7526
1.7533
1.7540
1.7546
1.7553
1.7559
1.7566
1.7572
1.7578
1.7584
dU
1.7356
1.7365
1.7374
1.7382
1.7391
1.7400
1.7408
1.7417
1.7425
1.7433
1.7441
1.7449
1.7457
1.7465
1.7473
1.7481
1.7488
1.7496
1.7504
1.7511
1.7519
1.7526
1.7533
1.7541
1.7548
1.7555
1.7562
1.7569
1.7576
1.7582
1.7589
1.7596
1.7603
1.7609
1.7616
1.7622
1.7629
1.7635
1.7642
1.7648
1.7654
1.7660
1.7667
1.7673
1.7679
1.7685
1.7691
1.7697
1.7702
1.7708
1.7714
1.7720
1.7725
1.7731
1.7737
1.7742
1.7748
1.7753
1.7759
1.7764
1.7769
1.7775
1.7780
1.7785
k=2
dL
1.6914
1.6926
1.6938
1.6950
1.6962
1.6974
1.6985
1.6996
1.7008
1.7019
1.7030
1.7041
1.7051
1.7062
1.7072
1.7083
1.7093
1.7103
1.7114
1.7123
1.7133
1.7143
1.7153
1.7163
1.7172
1.7182
1.7191
1.7200
1.7209
1.7218
1.7227
1.7236
1.7245
1.7254
1.7262
1.7271
1.7279
1.7288
1.7296
1.7305
1.7313
1.7321
1.7329
1.7337
1.7345
1.7353
1.7360
1.7368
1.7376
1.7384
1.7391
1.7398
1.7406
1.7413
1.7420
1.7428
1.7435
1.7442
1.7449
1.7456
1.7463
1.7470
1.7477
1.7483
dU
1.7506
1.7514
1.7521
1.7529
1.7537
1.7544
1.7552
1.7559
1.7566
1.7574
1.7581
1.7588
1.7595
1.7602
1.7609
1.7616
1.7622
1.7629
1.7636
1.7642
1.7649
1.7656
1.7662
1.7668
1.7675
1.7681
1.7687
1.7693
1.7700
1.7706
1.7712
1.7718
1.7724
1.7730
1.7735
1.7741
1.7747
1.7753
1.7758
1.7764
1.7769
1.7775
1.7780
1.7786
1.7791
1.7797
1.7802
1.7807
1.7813
1.7818
1.7823
1.7828
1.7833
1.7838
1.7843
1.7848
1.7853
1.7858
1.7863
1.7868
1.7873
1.7878
1.7882
1.7887
k=3
dL
1.6765
1.6778
1.6791
1.6804
1.6817
1.6829
1.6842
1.6854
1.6866
1.6878
1.6890
1.6902
1.6914
1.6926
1.6937
1.6948
1.6959
1.6971
1.6982
1.6992
1.7003
1.7014
1.7024
1.7035
1.7045
1.7055
1.7066
1.7075
1.7085
1.7095
1.7105
1.7115
1.7124
1.7134
1.7143
1.7152
1.7162
1.7171
1.7180
1.7189
1.7197
1.7206
1.7215
1.7224
1.7232
1.7241
1.7249
1.7257
1.7266
1.7274
1.7282
1.7290
1.7298
1.7306
1.7314
1.7322
1.7329
1.7337
1.7345
1.7352
1.7360
1.7367
1.7374
1.7382
dU
1.7659
1.7665
1.7672
1.7678
1.7685
1.7691
1.7697
1.7704
1.7710
1.7716
1.7722
1.7729
1.7735
1.7741
1.7747
1.7752
1.7758
1.7764
1.7770
1.7776
1.7781
1.7787
1.7792
1.7798
1.7804
1.7809
1.7814
1.7820
1.7825
1.7831
1.7836
1.7841
1.7846
1.7851
1.7856
1.7861
1.7866
1.7872
1.7877
1.7881
1.7886
1.7891
1.7896
1.7901
1.7906
1.7910
1.7915
1.7920
1.7924
1.7929
1.7933
1.7938
1.7942
1.7947
1.7951
1.7956
1.7960
1.7965
1.7969
1.7973
1.7977
1.7982
1.7986
1.7990
k=4
dL
1.6613
1.6628
1.6642
1.6656
1.6670
1.6684
1.6697
1.6710
1.6724
1.6737
1.6750
1.6762
1.6775
1.6788
1.6800
1.6812
1.6824
1.6836
1.6848
1.6860
1.6872
1.6883
1.6895
1.6906
1.6917
1.6928
1.6939
1.6950
1.6960
1.6971
1.6982
1.6992
1.7002
1.7012
1.7023
1.7033
1.7042
1.7052
1.7062
1.7072
1.7081
1.7091
1.7100
1.7109
1.7118
1.7128
1.7137
1.7146
1.7155
1.7163
1.7172
1.7181
1.7189
1.7198
1.7206
1.7215
1.7223
1.7231
1.7239
1.7247
1.7255
1.7263
1.7271
1.7279
dU
1.7813
1.7819
1.7824
1.7830
1.7835
1.7840
1.7846
1.7851
1.7856
1.7861
1.7866
1.7871
1.7876
1.7881
1.7886
1.7891
1.7896
1.7901
1.7906
1.7911
1.7915
1.7920
1.7925
1.7930
1.7934
1.7939
1.7943
1.7948
1.7953
1.7957
1.7961
1.7966
1.7970
1.7975
1.7979
1.7983
1.7988
1.7992
1.7996
1.8000
1.8005
1.8009
1.8013
1.8017
1.8021
1.8025
1.8029
1.8033
1.8037
1.8041
1.8045
1.8049
1.8053
1.8057
1.8061
1.8064
1.8068
1.8072
1.8076
1.8079
1.8083
1.8087
1.8091
1.8094
k=5
dL
1.6461
1.6476
1.6491
1.6507
1.6522
1.6536
1.6551
1.6565
1.6580
1.6594
1.6608
1.6622
1.6635
1.6649
1.6662
1.6675
1.6688
1.6701
1.6714
1.6727
1.6739
1.6751
1.6764
1.6776
1.6788
1.6800
1.6811
1.6823
1.6834
1.6846
1.6857
1.6868
1.6879
1.6890
1.6901
1.6912
1.6922
1.6933
1.6943
1.6954
1.6964
1.6974
1.6984
1.6994
1.7004
1.7014
1.7023
1.7033
1.7042
1.7052
1.7061
1.7070
1.7080
1.7089
1.7098
1.7107
1.7116
1.7124
1.7133
1.7142
1.7150
1.7159
1.7167
1.7176
Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu
dU
1.7971
1.7975
1.7979
1.7984
1.7988
1.7992
1.7996
1.8000
1.8004
1.8008
1.8012
1.8016
1.8020
1.8024
1.8028
1.8032
1.8036
1.8040
1.8044
1.8048
1.8052
1.8055
1.8059
1.8063
1.8067
1.8070
1.8074
1.8078
1.8082
1.8085
1.8089
1.8092
1.8096
1.8100
1.8103
1.8107
1.8110
1.8114
1.8117
1.8121
1.8124
1.8128
1.8131
1.8135
1.8138
1.8141
1.8145
1.8148
1.8151
1.8155
1.8158
1.8161
1.8165
1.8168
1.8171
1.8174
1.8178
1.8181
1.8184
1.8187
1.8190
1.8193
1.8196
1.8199
Page
Titik Persentase Distribusi t (df = 1 40)
Pr
0.25
0.10
0.05
0.025
0.01
0.005
0.50
0.20
0.10
0.050
0.02
0.010
0.002
1
1.00000
3.07768
6.31375
12.70620
31.82052
63.65674
318.30884
2
0.81650
1.88562
2.91999
4.30265
6.96456
9.92484
22.32712
3
0.76489
1.63774
2.35336
3.18245
4.54070
5.84091
10.21453
4
0.74070
1.53321
2.13185
2.77645
3.74695
4.60409
7.17318
5
0.72669
1.47588
2.01505
2.57058
3.36493
4.03214
5.89343
6
0.71756
1.43976
1.94318
2.44691
3.14267
3.70743
5.20763
7
0.71114
1.41492
1.89458
2.36462
2.99795
3.49948
4.78529
8
0.70639
1.39682
1.85955
2.30600
2.89646
3.35539
4.50079
9
0.70272
1.38303
1.83311
2.26216
2.82144
3.24984
4.29681
10
0.69981
1.37218
1.81246
2.22814
2.76377
3.16927
4.14370
11
0.69745
1.36343
1.79588
2.20099
2.71808
3.10581
4.02470
12
0.69548
1.35622
1.78229
2.17881
2.68100
3.05454
3.92963
13
0.69383
1.35017
1.77093
2.16037
2.65031
3.01228
3.85198
14
0.69242
1.34503
1.76131
2.14479
2.62449
2.97684
3.78739
15
0.69120
1.34061
1.75305
2.13145
2.60248
2.94671
3.73283
16
0.69013
1.33676
1.74588
2.11991
2.58349
2.92078
3.68615
17
0.68920
1.33338
1.73961
2.10982
2.56693
2.89823
3.64577
18
0.68836
1.33039
1.73406
2.10092
2.55238
2.87844
3.61048
19
0.68762
1.32773
1.72913
2.09302
2.53948
2.86093
3.57940
20
0.68695
1.32534
1.72472
2.08596
2.52798
2.84534
3.55181
21
0.68635
1.32319
1.72074
2.07961
2.51765
2.83136
3.52715
22
0.68581
1.32124
1.71714
2.07387
2.50832
2.81876
3.50499
23
0.68531
1.31946
1.71387
2.06866
2.49987
2.80734
3.48496
24
0.68485
1.31784
1.71088
2.06390
2.49216
2.79694
3.46678
25
0.68443
1.31635
1.70814
2.05954
2.48511
2.78744
3.45019
26
0.68404
1.31497
1.70562
2.05553
2.47863
2.77871
3.43500
27
0.68368
1.31370
1.70329
2.05183
2.47266
2.77068
3.42103
28
0.68335
1.31253
1.70113
2.04841
2.46714
2.76326
3.40816
29
0.68304
1.31143
1.69913
2.04523
2.46202
2.75639
3.39624
30
0.68276
1.31042
1.69726
2.04227
2.45726
2.75000
3.38518
31
0.68249
1.30946
1.69552
2.03951
2.45282
2.74404
3.37490
32
0.68223
1.30857
1.69389
2.03693
2.44868
2.73848
3.36531
33
0.68200
1.30774
1.69236
2.03452
2.44479
2.73328
3.35634
34
0.68177
1.30695
1.69092
2.03224
2.44115
2.72839
3.34793
35
0.68156
1.30621
1.68957
2.03011
2.43772
2.72381
3.34005
36
0.68137
1.30551
1.68830
2.02809
2.43449
2.71948
3.33262
37
0.68118
1.30485
1.68709
2.02619
2.43145
2.71541
3.32563
38
0.68100
1.30423
1.68595
2.02439
2.42857
2.71156
3.31903
39
0.68083
1.30364
1.68488
2.02269
2.42584
2.70791
3.31279
40
0.68067
1.30308
1.68385
2.02108
2.42326
2.70446
3.30688
df
0.001
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 41 80)
Pr
0.25
0.10
0.05
0.025
0.01
0.005
0.50
0.20
0.10
0.050
0.02
0.010
0.002
41
0.68052
1.30254
1.68288
2.01954
2.42080
2.70118
3.30127
42
0.68038
1.30204
1.68195
2.01808
2.41847
2.69807
3.29595
43
0.68024
1.30155
1.68107
2.01669
2.41625
2.69510
3.29089
44
0.68011
1.30109
1.68023
2.01537
2.41413
2.69228
3.28607
45
0.67998
1.30065
1.67943
2.01410
2.41212
2.68959
3.28148
46
0.67986
1.30023
1.67866
2.01290
2.41019
2.68701
3.27710
47
0.67975
1.29982
1.67793
2.01174
2.40835
2.68456
3.27291
48
0.67964
1.29944
1.67722
2.01063
2.40658
2.68220
3.26891
49
0.67953
1.29907
1.67655
2.00958
2.40489
2.67995
3.26508
50
0.67943
1.29871
1.67591
2.00856
2.40327
2.67779
3.26141
51
0.67933
1.29837
1.67528
2.00758
2.40172
2.67572
3.25789
52
0.67924
1.29805
1.67469
2.00665
2.40022
2.67373
3.25451
53
0.67915
1.29773
1.67412
2.00575
2.39879
2.67182
3.25127
54
0.67906
1.29743
1.67356
2.00488
2.39741
2.66998
3.24815
55
0.67898
1.29713
1.67303
2.00404
2.39608
2.66822
3.24515
56
0.67890
1.29685
1.67252
2.00324
2.39480
2.66651
3.24226
57
0.67882
1.29658
1.67203
2.00247
2.39357
2.66487
3.23948
58
0.67874
1.29632
1.67155
2.00172
2.39238
2.66329
3.23680
59
0.67867
1.29607
1.67109
2.00100
2.39123
2.66176
3.23421
60
0.67860
1.29582
1.67065
2.00030
2.39012
2.66028
3.23171
61
0.67853
1.29558
1.67022
1.99962
2.38905
2.65886
3.22930
62
0.67847
1.29536
1.66980
1.99897
2.38801
2.65748
3.22696
63
0.67840
1.29513
1.66940
1.99834
2.38701
2.65615
3.22471
64
0.67834
1.29492
1.66901
1.99773
2.38604
2.65485
3.22253
65
0.67828
1.29471
1.66864
1.99714
2.38510
2.65360
3.22041
66
0.67823
1.29451
1.66827
1.99656
2.38419
2.65239
3.21837
67
0.67817
1.29432
1.66792
1.99601
2.38330
2.65122
3.21639
68
0.67811
1.29413
1.66757
1.99547
2.38245
2.65008
3.21446
69
0.67806
1.29394
1.66724
1.99495
2.38161
2.64898
3.21260
70
0.67801
1.29376
1.66691
1.99444
2.38081
2.64790
3.21079
71
0.67796
1.29359
1.66660
1.99394
2.38002
2.64686
3.20903
72
0.67791
1.29342
1.66629
1.99346
2.37926
2.64585
3.20733
73
0.67787
1.29326
1.66600
1.99300
2.37852
2.64487
3.20567
74
0.67782
1.29310
1.66571
1.99254
2.37780
2.64391
3.20406
75
0.67778
1.29294
1.66543
1.99210
2.37710
2.64298
3.20249
76
0.67773
1.29279
1.66515
1.99167
2.37642
2.64208
3.20096
77
0.67769
1.29264
1.66488
1.99125
2.37576
2.64120
3.19948
78
0.67765
1.29250
1.66462
1.99085
2.37511
2.64034
3.19804
79
0.67761
1.29236
1.66437
1.99045
2.37448
2.63950
3.19663
80
0.67757
1.29222
1.66412
1.99006
2.37387
2.63869
3.19526
df
0.001
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 81 120)
Pr
0.25
0.10
0.05
0.025
0.01
0.005
0.50
0.20
0.10
0.050
0.02
0.010
0.002
81
0.67753
1.29209
1.66388
1.98969
2.37327
2.63790
3.19392
82
0.67749
1.29196
1.66365
1.98932
2.37269
2.63712
3.19262
83
0.67746
1.29183
1.66342
1.98896
2.37212
2.63637
3.19135
84
0.67742
1.29171
1.66320
1.98861
2.37156
2.63563
3.19011
85
0.67739
1.29159
1.66298
1.98827
2.37102
2.63491
3.18890
86
0.67735
1.29147
1.66277
1.98793
2.37049
2.63421
3.18772
87
0.67732
1.29136
1.66256
1.98761
2.36998
2.63353
3.18657
88
0.67729
1.29125
1.66235
1.98729
2.36947
2.63286
3.18544
89
0.67726
1.29114
1.66216
1.98698
2.36898
2.63220
3.18434
90
0.67723
1.29103
1.66196
1.98667
2.36850
2.63157
3.18327
91
0.67720
1.29092
1.66177
1.98638
2.36803
2.63094
3.18222
92
0.67717
1.29082
1.66159
1.98609
2.36757
2.63033
3.18119
93
0.67714
1.29072
1.66140
1.98580
2.36712
2.62973
3.18019
94
0.67711
1.29062
1.66123
1.98552
2.36667
2.62915
3.17921
95
0.67708
1.29053
1.66105
1.98525
2.36624
2.62858
3.17825
96
0.67705
1.29043
1.66088
1.98498
2.36582
2.62802
3.17731
97
0.67703
1.29034
1.66071
1.98472
2.36541
2.62747
3.17639
98
0.67700
1.29025
1.66055
1.98447
2.36500
2.62693
3.17549
99
0.67698
1.29016
1.66039
1.98422
2.36461
2.62641
3.17460
100
0.67695
1.29007
1.66023
1.98397
2.36422
2.62589
3.17374
101
0.67693
1.28999
1.66008
1.98373
2.36384
2.62539
3.17289
102
0.67690
1.28991
1.65993
1.98350
2.36346
2.62489
3.17206
103
0.67688
1.28982
1.65978
1.98326
2.36310
2.62441
3.17125
104
0.67686
1.28974
1.65964
1.98304
2.36274
2.62393
3.17045
105
0.67683
1.28967
1.65950
1.98282
2.36239
2.62347
3.16967
106
0.67681
1.28959
1.65936
1.98260
2.36204
2.62301
3.16890
107
0.67679
1.28951
1.65922
1.98238
2.36170
2.62256
3.16815
108
0.67677
1.28944
1.65909
1.98217
2.36137
2.62212
3.16741
109
0.67675
1.28937
1.65895
1.98197
2.36105
2.62169
3.16669
110
0.67673
1.28930
1.65882
1.98177
2.36073
2.62126
3.16598
111
0.67671
1.28922
1.65870
1.98157
2.36041
2.62085
3.16528
112
0.67669
1.28916
1.65857
1.98137
2.36010
2.62044
3.16460
113
0.67667
1.28909
1.65845
1.98118
2.35980
2.62004
3.16392
114
0.67665
1.28902
1.65833
1.98099
2.35950
2.61964
3.16326
115
0.67663
1.28896
1.65821
1.98081
2.35921
2.61926
3.16262
116
0.67661
1.28889
1.65810
1.98063
2.35892
2.61888
3.16198
117
0.67659
1.28883
1.65798
1.98045
2.35864
2.61850
3.16135
118
0.67657
1.28877
1.65787
1.98027
2.35837
2.61814
3.16074
119
0.67656
1.28871
1.65776
1.98010
2.35809
2.61778
3.16013
120
0.67654
1.28865
1.65765
1.97993
2.35782
2.61742
3.15954
df
0.001
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 121 160)
Pr
0.25
0.10
0.05
0.025
0.01
0.005
0.50
0.20
0.10
0.050
0.02
0.010
0.002
121
0.67652
1.28859
1.65754
1.97976
2.35756
2.61707
3.15895
122
0.67651
1.28853
1.65744
1.97960
2.35730
2.61673
3.15838
123
0.67649
1.28847
1.65734
1.97944
2.35705
2.61639
3.15781
124
0.67647
1.28842
1.65723
1.97928
2.35680
2.61606
3.15726
125
0.67646
1.28836
1.65714
1.97912
2.35655
2.61573
3.15671
126
0.67644
1.28831
1.65704
1.97897
2.35631
2.61541
3.15617
127
0.67643
1.28825
1.65694
1.97882
2.35607
2.61510
3.15565
128
0.67641
1.28820
1.65685
1.97867
2.35583
2.61478
3.15512
129
0.67640
1.28815
1.65675
1.97852
2.35560
2.61448
3.15461
130
0.67638
1.28810
1.65666
1.97838
2.35537
2.61418
3.15411
131
0.67637
1.28805
1.65657
1.97824
2.35515
2.61388
3.15361
132
0.67635
1.28800
1.65648
1.97810
2.35493
2.61359
3.15312
133
0.67634
1.28795
1.65639
1.97796
2.35471
2.61330
3.15264
134
0.67633
1.28790
1.65630
1.97783
2.35450
2.61302
3.15217
135
0.67631
1.28785
1.65622
1.97769
2.35429
2.61274
3.15170
136
0.67630
1.28781
1.65613
1.97756
2.35408
2.61246
3.15124
137
0.67628
1.28776
1.65605
1.97743
2.35387
2.61219
3.15079
138
0.67627
1.28772
1.65597
1.97730
2.35367
2.61193
3.15034
139
0.67626
1.28767
1.65589
1.97718
2.35347
2.61166
3.14990
140
0.67625
1.28763
1.65581
1.97705
2.35328
2.61140
3.14947
141
0.67623
1.28758
1.65573
1.97693
2.35309
2.61115
3.14904
142
0.67622
1.28754
1.65566
1.97681
2.35289
2.61090
3.14862
143
0.67621
1.28750
1.65558
1.97669
2.35271
2.61065
3.14820
144
0.67620
1.28746
1.65550
1.97658
2.35252
2.61040
3.14779
145
0.67619
1.28742
1.65543
1.97646
2.35234
2.61016
3.14739
146
0.67617
1.28738
1.65536
1.97635
2.35216
2.60992
3.14699
147
0.67616
1.28734
1.65529
1.97623
2.35198
2.60969
3.14660
148
0.67615
1.28730
1.65521
1.97612
2.35181
2.60946
3.14621
149
0.67614
1.28726
1.65514
1.97601
2.35163
2.60923
3.14583
150
0.67613
1.28722
1.65508
1.97591
2.35146
2.60900
3.14545
151
0.67612
1.28718
1.65501
1.97580
2.35130
2.60878
3.14508
152
0.67611
1.28715
1.65494
1.97569
2.35113
2.60856
3.14471
153
0.67610
1.28711
1.65487
1.97559
2.35097
2.60834
3.14435
154
0.67609
1.28707
1.65481
1.97549
2.35081
2.60813
3.14400
155
0.67608
1.28704
1.65474
1.97539
2.35065
2.60792
3.14364
156
0.67607
1.28700
1.65468
1.97529
2.35049
2.60771
3.14330
157
0.67606
1.28697
1.65462
1.97519
2.35033
2.60751
3.14295
158
0.67605
1.28693
1.65455
1.97509
2.35018
2.60730
3.14261
159
0.67604
1.28690
1.65449
1.97500
2.35003
2.60710
3.14228
160
0.67603
1.28687
1.65443
1.97490
2.34988
2.60691
3.14195
df
0.001
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi t (df = 161 200)
Pr
0.25
0.10
0.05
0.025
0.01
0.005
0.50
0.20
0.10
0.050
0.02
0.010
0.002
161
0.67602
1.28683
1.65437
1.97481
2.34973
2.60671
3.14162
162
0.67601
1.28680
1.65431
1.97472
2.34959
2.60652
3.14130
163
0.67600
1.28677
1.65426
1.97462
2.34944
2.60633
3.14098
164
0.67599
1.28673
1.65420
1.97453
2.34930
2.60614
3.14067
165
0.67598
1.28670
1.65414
1.97445
2.34916
2.60595
3.14036
166
0.67597
1.28667
1.65408
1.97436
2.34902
2.60577
3.14005
167
0.67596
1.28664
1.65403
1.97427
2.34888
2.60559
3.13975
168
0.67595
1.28661
1.65397
1.97419
2.34875
2.60541
3.13945
169
0.67594
1.28658
1.65392
1.97410
2.34862
2.60523
3.13915
170
0.67594
1.28655
1.65387
1.97402
2.34848
2.60506
3.13886
171
0.67593
1.28652
1.65381
1.97393
2.34835
2.60489
3.13857
172
0.67592
1.28649
1.65376
1.97385
2.34822
2.60471
3.13829
173
0.67591
1.28646
1.65371
1.97377
2.34810
2.60455
3.13801
174
0.67590
1.28644
1.65366
1.97369
2.34797
2.60438
3.13773
175
0.67589
1.28641
1.65361
1.97361
2.34784
2.60421
3.13745
176
0.67589
1.28638
1.65356
1.97353
2.34772
2.60405
3.13718
177
0.67588
1.28635
1.65351
1.97346
2.34760
2.60389
3.13691
178
0.67587
1.28633
1.65346
1.97338
2.34748
2.60373
3.13665
179
0.67586
1.28630
1.65341
1.97331
2.34736
2.60357
3.13638
180
0.67586
1.28627
1.65336
1.97323
2.34724
2.60342
3.13612
181
0.67585
1.28625
1.65332
1.97316
2.34713
2.60326
3.13587
182
0.67584
1.28622
1.65327
1.97308
2.34701
2.60311
3.13561
183
0.67583
1.28619
1.65322
1.97301
2.34690
2.60296
3.13536
184
0.67583
1.28617
1.65318
1.97294
2.34678
2.60281
3.13511
185
0.67582
1.28614
1.65313
1.97287
2.34667
2.60267
3.13487
186
0.67581
1.28612
1.65309
1.97280
2.34656
2.60252
3.13463
187
0.67580
1.28610
1.65304
1.97273
2.34645
2.60238
3.13438
188
0.67580
1.28607
1.65300
1.97266
2.34635
2.60223
3.13415
189
0.67579
1.28605
1.65296
1.97260
2.34624
2.60209
3.13391
190
0.67578
1.28602
1.65291
1.97253
2.34613
2.60195
3.13368
191
0.67578
1.28600
1.65287
1.97246
2.34603
2.60181
3.13345
192
0.67577
1.28598
1.65283
1.97240
2.34593
2.60168
3.13322
193
0.67576
1.28595
1.65279
1.97233
2.34582
2.60154
3.13299
194
0.67576
1.28593
1.65275
1.97227
2.34572
2.60141
3.13277
195
0.67575
1.28591
1.65271
1.97220
2.34562
2.60128
3.13255
196
0.67574
1.28589
1.65267
1.97214
2.34552
2.60115
3.13233
197
0.67574
1.28586
1.65263
1.97208
2.34543
2.60102
3.13212
198
0.67573
1.28584
1.65259
1.97202
2.34533
2.60089
3.13190
199
0.67572
1.28582
1.65255
1.97196
2.34523
2.60076
3.13169
200
0.67572
1.28580
1.65251
1.97190
2.34514
2.60063
3.13148
df
0.001
Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah
dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam
kedua ujung
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk pembilang (N1)
df untuk
penyebut
(N2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
161
199
216
225
230
234
237
239
241
242
243
244
245
245
246
2
18.51
19.00
19.16
19.25
19.30
19.33
19.35
19.37
19.38
19.40
19.40
19.41
19.42
19.42
19.43
3
10.13
9.55
9.28
9.12
9.01
8.94
8.89
8.85
8.81
8.79
8.76
8.74
8.73
8.71
8.70
4
7.71
6.94
6.59
6.39
6.26
6.16
6.09
6.04
6.00
5.96
5.94
5.91
5.89
5.87
5.86
5
6.61
5.79
5.41
5.19
5.05
4.95
4.88
4.82
4.77
4.74
4.70
4.68
4.66
4.64
4.62
6
5.99
5.14
4.76
4.53
4.39
4.28
4.21
4.15
4.10
4.06
4.03
4.00
3.98
3.96
3.94
7
5.59
4.74
4.35
4.12
3.97
3.87
3.79
3.73
3.68
3.64
3.60
3.57
3.55
3.53
3.51
8
5.32
4.46
4.07
3.84
3.69
3.58
3.50
3.44
3.39
3.35
3.31
3.28
3.26
3.24
3.22
9
5.12
4.26
3.86
3.63
3.48
3.37
3.29
3.23
3.18
3.14
3.10
3.07
3.05
3.03
3.01
10
4.96
4.10
3.71
3.48
3.33
3.22
3.14
3.07
3.02
2.98
2.94
2.91
2.89
2.86
2.85
11
4.84
3.98
3.59
3.36
3.20
3.09
3.01
2.95
2.90
2.85
2.82
2.79
2.76
2.74
2.72
12
4.75
3.89
3.49
3.26
3.11
3.00
2.91
2.85
2.80
2.75
2.72
2.69
2.66
2.64
2.62
13
4.67
3.81
3.41
3.18
3.03
2.92
2.83
2.77
2.71
2.67
2.63
2.60
2.58
2.55
2.53
14
4.60
3.74
3.34
3.11
2.96
2.85
2.76
2.70
2.65
2.60
2.57
2.53
2.51
2.48
2.46
15
4.54
3.68
3.29
3.06
2.90
2.79
2.71
2.64
2.59
2.54
2.51
2.48
2.45
2.42
2.40
16
4.49
3.63
3.24
3.01
2.85
2.74
2.66
2.59
2.54
2.49
2.46
2.42
2.40
2.37
2.35
17
4.45
3.59
3.20
2.96
2.81
2.70
2.61
2.55
2.49
2.45
2.41
2.38
2.35
2.33
2.31
18
4.41
3.55
3.16
2.93
2.77
2.66
2.58
2.51
2.46
2.41
2.37
2.34
2.31
2.29
2.27
19
4.38
3.52
3.13
2.90
2.74
2.63
2.54
2.48
2.42
2.38
2.34
2.31
2.28
2.26
2.23
20
4.35
3.49
3.10
2.87
2.71
2.60
2.51
2.45
2.39
2.35
2.31
2.28
2.25
2.22
2.20
21
4.32
3.47
3.07
2.84
2.68
2.57
2.49
2.42
2.37
2.32
2.28
2.25
2.22
2.20
2.18
22
4.30
3.44
3.05
2.82
2.66
2.55
2.46
2.40
2.34
2.30
2.26
2.23
2.20
2.17
2.15
23
4.28
3.42
3.03
2.80
2.64
2.53
2.44
2.37
2.32
2.27
2.24
2.20
2.18
2.15
2.13
24
4.26
3.40
3.01
2.78
2.62
2.51
2.42
2.36
2.30
2.25
2.22
2.18
2.15
2.13
2.11
25
4.24
3.39
2.99
2.76
2.60
2.49
2.40
2.34
2.28
2.24
2.20
2.16
2.14
2.11
2.09
26
4.23
3.37
2.98
2.74
2.59
2.47
2.39
2.32
2.27
2.22
2.18
2.15
2.12
2.09
2.07
27
4.21
3.35
2.96
2.73
2.57
2.46
2.37
2.31
2.25
2.20
2.17
2.13
2.10
2.08
2.06
28
4.20
3.34
2.95
2.71
2.56
2.45
2.36
2.29
2.24
2.19
2.15
2.12
2.09
2.06
2.04
29
4.18
3.33
2.93
2.70
2.55
2.43
2.35
2.28
2.22
2.18
2.14
2.10
2.08
2.05
2.03
30
4.17
3.32
2.92
2.69
2.53
2.42
2.33
2.27
2.21
2.16
2.13
2.09
2.06
2.04
2.01
31
4.16
3.30
2.91
2.68
2.52
2.41
2.32
2.25
2.20
2.15
2.11
2.08
2.05
2.03
2.00
32
4.15
3.29
2.90
2.67
2.51
2.40
2.31
2.24
2.19
2.14
2.10
2.07
2.04
2.01
1.99
33
4.14
3.28
2.89
2.66
2.50
2.39
2.30
2.23
2.18
2.13
2.09
2.06
2.03
2.00
1.98
34
4.13
3.28
2.88
2.65
2.49
2.38
2.29
2.23
2.17
2.12
2.08
2.05
2.02
1.99
1.97
35
4.12
3.27
2.87
2.64
2.49
2.37
2.29
2.22
2.16
2.11
2.07
2.04
2.01
1.99
1.96
36
4.11
3.26
2.87
2.63
2.48
2.36
2.28
2.21
2.15
2.11
2.07
2.03
2.00
1.98
1.95
37
4.11
3.25
2.86
2.63
2.47
2.36
2.27
2.20
2.14
2.10
2.06
2.02
2.00
1.97
1.95
38
4.10
3.24
2.85
2.62
2.46
2.35
2.26
2.19
2.14
2.09
2.05
2.02
1.99
1.96
1.94
39
4.09
3.24
2.85
2.61
2.46
2.34
2.26
2.19
2.13
2.08
2.04
2.01
1.98
1.95
1.93
40
4.08
3.23
2.84
2.61
2.45
2.34
2.25
2.18
2.12
2.08
2.04
2.00
1.97
1.95
1.92
41
4.08
3.23
2.83
2.60
2.44
2.33
2.24
2.17
2.12
2.07
2.03
2.00
1.97
1.94
1.92
42
4.07
3.22
2.83
2.59
2.44
2.32
2.24
2.17
2.11
2.06
2.03
1.99
1.96
1.94
1.91
43
4.07
3.21
2.82
2.59
2.43
2.32
2.23
2.16
2.11
2.06
2.02
1.99
1.96
1.93
1.91
44
4.06
3.21
2.82
2.58
2.43
2.31
2.23
2.16
2.10
2.05
2.01
1.98
1.95
1.92
1.90
45
4.06
3.20
2.81
2.58
2.42
2.31
2.22
2.15
2.10
2.05
2.01
1.97
1.94
1.92
1.89
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk pembilang (N1)
df untuk
penyebut
(N2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
46
4.05
3.20
2.81
2.57
2.42
2.30
2.22
2.15
2.09
2.04
2.00
1.97
1.94
1.91
1.89
47
4.05
3.20
2.80
2.57
2.41
2.30
2.21
2.14
2.09
2.04
2.00
1.96
1.93
1.91
1.88
48
4.04
3.19
2.80
2.57
2.41
2.29
2.21
2.14
2.08
2.03
1.99
1.96
1.93
1.90
1.88
49
4.04
3.19
2.79
2.56
2.40
2.29
2.20
2.13
2.08
2.03
1.99
1.96
1.93
1.90
1.88
50
4.03
3.18
2.79
2.56
2.40
2.29
2.20
2.13
2.07
2.03
1.99
1.95
1.92
1.89
1.87
51
4.03
3.18
2.79
2.55
2.40
2.28
2.20
2.13
2.07
2.02
1.98
1.95
1.92
1.89
1.87
52
4.03
3.18
2.78
2.55
2.39
2.28
2.19
2.12
2.07
2.02
1.98
1.94
1.91
1.89
1.86
53
4.02
3.17
2.78
2.55
2.39
2.28
2.19
2.12
2.06
2.01
1.97
1.94
1.91
1.88
1.86
54
4.02
3.17
2.78
2.54
2.39
2.27
2.18
2.12
2.06
2.01
1.97
1.94
1.91
1.88
1.86
55
4.02
3.16
2.77
2.54
2.38
2.27
2.18
2.11
2.06
2.01
1.97
1.93
1.90
1.88
1.85
56
4.01
3.16
2.77
2.54
2.38
2.27
2.18
2.11
2.05
2.00
1.96
1.93
1.90
1.87
1.85
57
4.01
3.16
2.77
2.53
2.38
2.26
2.18
2.11
2.05
2.00
1.96
1.93
1.90
1.87
1.85
58
4.01
3.16
2.76
2.53
2.37
2.26
2.17
2.10
2.05
2.00
1.96
1.92
1.89
1.87
1.84
59
4.00
3.15
2.76
2.53
2.37
2.26
2.17
2.10
2.04
2.00
1.96
1.92
1.89
1.86
1.84
60
4.00
3.15
2.76
2.53
2.37
2.25
2.17
2.10
2.04
1.99
1.95
1.92
1.89
1.86
1.84
61
4.00
3.15
2.76
2.52
2.37
2.25
2.16
2.09
2.04
1.99
1.95
1.91
1.88
1.86
1.83
62
4.00
3.15
2.75
2.52
2.36
2.25
2.16
2.09
2.03
1.99
1.95
1.91
1.88
1.85
1.83
63
3.99
3.14
2.75
2.52
2.36
2.25
2.16
2.09
2.03
1.98
1.94
1.91
1.88
1.85
1.83
64
3.99
3.14
2.75
2.52
2.36
2.24
2.16
2.09
2.03
1.98
1.94
1.91
1.88
1.85
1.83
65
3.99
3.14
2.75
2.51
2.36
2.24
2.15
2.08
2.03
1.98
1.94
1.90
1.87
1.85
1.82
66
3.99
3.14
2.74
2.51
2.35
2.24
2.15
2.08
2.03
1.98
1.94
1.90
1.87
1.84
1.82
67
3.98
3.13
2.74
2.51
2.35
2.24
2.15
2.08
2.02
1.98
1.93
1.90
1.87
1.84
1.82
68
3.98
3.13
2.74
2.51
2.35
2.24
2.15
2.08
2.02
1.97
1.93
1.90
1.87
1.84
1.82
69
3.98
3.13
2.74
2.50
2.35
2.23
2.15
2.08
2.02
1.97
1.93
1.90
1.86
1.84
1.81
70
3.98
3.13
2.74
2.50
2.35
2.23
2.14
2.07
2.02
1.97
1.93
1.89
1.86
1.84
1.81
71
3.98
3.13
2.73
2.50
2.34
2.23
2.14
2.07
2.01
1.97
1.93
1.89
1.86
1.83
1.81
72
3.97
3.12
2.73
2.50
2.34
2.23
2.14
2.07
2.01
1.96
1.92
1.89
1.86
1.83
1.81
73
3.97
3.12
2.73
2.50
2.34
2.23
2.14
2.07
2.01
1.96
1.92
1.89
1.86
1.83
1.81
74
3.97
3.12
2.73
2.50
2.34
2.22
2.14
2.07
2.01
1.96
1.92
1.89
1.85
1.83
1.80
75
3.97
3.12
2.73
2.49
2.34
2.22
2.13
2.06
2.01
1.96
1.92
1.88
1.85
1.83
1.80
76
3.97
3.12
2.72
2.49
2.33
2.22
2.13
2.06
2.01
1.96
1.92
1.88
1.85
1.82
1.80
77
3.97
3.12
2.72
2.49
2.33
2.22
2.13
2.06
2.00
1.96
1.92
1.88
1.85
1.82
1.80
78
3.96
3.11
2.72
2.49
2.33
2.22
2.13
2.06
2.00
1.95
1.91
1.88
1.85
1.82
1.80
79
3.96
3.11
2.72
2.49
2.33
2.22
2.13
2.06
2.00
1.95
1.91
1.88
1.85
1.82
1.79
80
3.96
3.11
2.72
2.49
2.33
2.21
2.13
2.06
2.00
1.95
1.91
1.88
1.84
1.82
1.79
81
3.96
3.11
2.72
2.48
2.33
2.21
2.12
2.05
2.00
1.95
1.91
1.87
1.84
1.82
1.79
82
3.96
3.11
2.72
2.48
2.33
2.21
2.12
2.05
2.00
1.95
1.91
1.87
1.84
1.81
1.79
83
3.96
3.11
2.71
2.48
2.32
2.21
2.12
2.05
1.99
1.95
1.91
1.87
1.84
1.81
1.79
84
3.95
3.11
2.71
2.48
2.32
2.21
2.12
2.05
1.99
1.95
1.90
1.87
1.84
1.81
1.79
85
3.95
3.10
2.71
2.48
2.32
2.21
2.12
2.05
1.99
1.94
1.90
1.87
1.84
1.81
1.79
86
3.95
3.10
2.71
2.48
2.32
2.21
2.12
2.05
1.99
1.94
1.90
1.87
1.84
1.81
1.78
87
3.95
3.10
2.71
2.48
2.32
2.20
2.12
2.05
1.99
1.94
1.90
1.87
1.83
1.81
1.78
88
3.95
3.10
2.71
2.48
2.32
2.20
2.12
2.05
1.99
1.94
1.90
1.86
1.83
1.81
1.78
89
3.95
3.10
2.71
2.47
2.32
2.20
2.11
2.04
1.99
1.94
1.90
1.86
1.83
1.80
1.78
90
3.95
3.10
2.71
2.47
2.32
2.20
2.11
2.04
1.99
1.94
1.90
1.86
1.83
1.80
1.78
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk pembilang (N1)
df untuk
penyebut
(N2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
91
3.95
3.10
2.70
2.47
2.31
2.20
2.11
2.04
1.98
1.94
1.90
1.86
1.83
1.80
1.78
92
3.94
3.10
2.70
2.47
2.31
2.20
2.11
2.04
1.98
1.94
1.89
1.86
1.83
1.80
1.78
93
3.94
3.09
2.70
2.47
2.31
2.20
2.11
2.04
1.98
1.93
1.89
1.86
1.83
1.80
1.78
94
3.94
3.09
2.70
2.47
2.31
2.20
2.11
2.04
1.98
1.93
1.89
1.86
1.83
1.80
1.77
95
3.94
3.09
2.70
2.47
2.31
2.20
2.11
2.04
1.98
1.93
1.89
1.86
1.82
1.80
1.77
96
3.94
3.09
2.70
2.47
2.31
2.19
2.11
2.04
1.98
1.93
1.89
1.85
1.82
1.80
1.77
97
3.94
3.09
2.70
2.47
2.31
2.19
2.11
2.04
1.98
1.93
1.89
1.85
1.82
1.80
1.77
98
3.94
3.09
2.70
2.46
2.31
2.19
2.10
2.03
1.98
1.93
1.89
1.85
1.82
1.79
1.77
99
3.94
3.09
2.70
2.46
2.31
2.19
2.10
2.03
1.98
1.93
1.89
1.85
1.82
1.79
1.77
100
3.94
3.09
2.70
2.46
2.31
2.19
2.10
2.03
1.97
1.93
1.89
1.85
1.82
1.79
1.77
101
3.94
3.09
2.69
2.46
2.30
2.19
2.10
2.03
1.97
1.93
1.88
1.85
1.82
1.79
1.77
102
3.93
3.09
2.69
2.46
2.30
2.19
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.85
1.82
1.79
1.77
103
3.93
3.08
2.69
2.46
2.30
2.19
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.85
1.82
1.79
1.76
104
3.93
3.08
2.69
2.46
2.30
2.19
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.85
1.82
1.79
1.76
105
3.93
3.08
2.69
2.46
2.30
2.19
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.85
1.81
1.79
1.76
106
3.93
3.08
2.69
2.46
2.30
2.19
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.84
1.81
1.79
1.76
107
3.93
3.08
2.69
2.46
2.30
2.18
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.84
1.81
1.79
1.76
108
3.93
3.08
2.69
2.46
2.30
2.18
2.10
2.03
1.97
1.92
1.88
1.84
1.81
1.78
1.76
109
3.93
3.08
2.69
2.45
2.30
2.18
2.09
2.02
1.97
1.92
1.88
1.84
1.81
1.78
1.76
110
3.93
3.08
2.69
2.45
2.30
2.18
2.09
2.02
1.97
1.92
1.88
1.84
1.81
1.78
1.76
111
3.93
3.08
2.69
2.45
2.30
2.18
2.09
2.02
1.97
1.92
1.88
1.84
1.81
1.78
1.76
112
3.93
3.08
2.69
2.45
2.30
2.18
2.09
2.02
1.96
1.92
1.88
1.84
1.81
1.78
1.76
113
3.93
3.08
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.92
1.87
1.84
1.81
1.78
1.76
114
3.92
3.08
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.84
1.81
1.78
1.75
115
3.92
3.08
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.84
1.81
1.78
1.75
116
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.84
1.81
1.78
1.75
117
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.84
1.80
1.78
1.75
118
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.84
1.80
1.78
1.75
119
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.78
1.75
120
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.18
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.78
1.75
121
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.17
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.77
1.75
122
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.17
2.09
2.02
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.77
1.75
123
3.92
3.07
2.68
2.45
2.29
2.17
2.08
2.01
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.77
1.75
124
3.92
3.07
2.68
2.44
2.29
2.17
2.08
2.01
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.77
1.75
125
3.92
3.07
2.68
2.44
2.29
2.17
2.08
2.01
1.96
1.91
1.87
1.83
1.80
1.77
1.75
126
3.92
3.07
2.68
2.44
2.29
2.17
2.08
2.01
1.95
1.91
1.87
1.83
1.80
1.77
1.75
127
3.92
3.07
2.68
2.44
2.29
2.17
2.08
2.01
1.95
1.91
1.86
1.83
1.80
1.77
1.75
128
3.92
3.07
2.68
2.44
2.29
2.17
2.08
2.01
1.95
1.91
1.86
1.83
1.80
1.77
1.75
129
3.91
3.07
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.83
1.80
1.77
1.74
130
3.91
3.07
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.83
1.80
1.77
1.74
131
3.91
3.07
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.83
1.80
1.77
1.74
132
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.83
1.79
1.77
1.74
133
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.83
1.79
1.77
1.74
134
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.83
1.79
1.77
1.74
135
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.77
1.74
Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05
df untuk pembilang (N1)
df untuk
penyebut
(N2)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
136
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.77
1.74
137
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.17
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
138
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.16
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
139
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.16
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
140
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.16
2.08
2.01
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
141
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.16
2.08
2.00
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
142
3.91
3.06
2.67
2.44
2.28
2.16
2.07
2.00
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
143
3.91
3.06
2.67
2.43
2.28
2.16
2.07
2.00
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
144
3.91
3.06
2.67
2.43
2.28
2.16
2.07
2.00
1.95
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
145
3.91
3.06
2.67
2.43
2.28
2.16
2.07
2.00
1.94
1.90
1.86
1.82
1.79
1.76
1.74
146
3.91
3.06
2.67
2.43
2.28
2.16
2.07
2.00
1.94
1.90
1.85
1.82
1.79
1.76
1.74
147
3.91
3.06
2.67
2.43
2.28
2.16
2.07
2.00
1.94
1.90
1.85
1.82
1.79
1.76
1.73
148
3.91
3.06
2.67
2.43
2.28
2.16
2.07
2.00
1.94
1.90
1.85
1.82
1.79
1.76
1.73
149
3.90
3.06
2.67
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.79
1.76
1.73
150
3.90
3.06
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.79
1.76
1.73
151
3.90
3.06
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.79
1.76
1.73
152
3.90
3.06
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.79
1.76
1.73
153
3.90
3.06
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.78
1.76
1.73
154
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.78
1.76
1.73
155
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.82
1.78
1.76
1.73
156
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.76
1.73
157
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.76
1.73
158
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
159
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
160
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
161
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.16
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
162
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
163
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
164
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.07
2.00
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
165
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.07
1.99
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
166
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.07
1.99
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
167
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.06
1.99
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
168
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.06
1.99
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
169
3.90
3.05
2.66
2.43
2.27
2.15
2.06
1.99
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
170
3.90
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.94
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
171
3.90
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.89
1.85
1.81
1.78
1.75
1.73
172
3.90
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.89
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
173
3.90
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.89
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
174
3.90
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.89
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
175
3.90
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.89
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
176
3.89
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.88
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
177
3.89
3.05
2.66
2.42
2.27
2.15
2.06
1.99
1.93
1.88
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
178
3.89
3.05
2.66
2.42
2.26
2.15
2.06
1.99
1.93
1.88
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
179
3.89
3.05
2.66
2.42
2.26
2.15
2.06
1.99
1.93
1.88
1.84
1.81
1.78
1.75
1.72
180
3.89
3.05
2.65
2.42
2.26
2.15
2.06
1.99
1.93
1.88
1.84
1.81
1.77
1.75
1.72
Download