ANALISIS PENGARUH SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH, INFLASI, NILAI TUKAR RUPIAH, DAN JUMLAH UANG BEREDAR TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH REKSADANA SYARIAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Fitria Saraswati NIM : 109081000018 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M i ii iii iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae) Data Pribadi Nama Tempat & Tanggal Lahir Jenis Kelamin Agama Alamat No. Telepon Email Pendidikan Formal 1996 – 1997 1997 – 2003 2003 – 2006 2006 – 2009 2009 – 2013 : Fitria Saraswati : Tangerang, 22 Juni 1991 : Perempuan : Islam : Perumahan Pondok Kacang Prima Jln. Taman Prima 1 Blok H6 No.12 RT.13 RW.08 Pondok ArenTangerang : (021) 7321660 / 085692457691 : [email protected] : TK Aisyiyah Bustanul Athfal 66 : SD Negeri 1 Pondok Aren : SMP Negeri 3 Tangerang : SMA Negeri 3 Tangerang : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Pengalaman Organisasi 1. Pengurus BEM Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2010/2011 2. Anggota Pramuka SD Negeri 1 Pondok Aren Pengalaman Kerja Magang/KKN selama 1 bulan di SB Finance Koperasi Serba Usaha Sejahtera Bersama Ciledug-Tangerang tahun 2012 Keahlian Komputer Olahraga : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point), Internet : Badminton v ABSTRACT This research examined the analysis of the effect of Sharia Indonesian Bank Certificate (SBIS), inflation, exchange rate, and the money supply on the Net Asset Value (NAV) of Islamic Mutual Fund. Data used in this research is monthly data start from January 2008 until December 2012. Sampling method used in this research is purposive sampling. The Islamic Mutual Fund are selected as the research object is Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, and Reksadana Haji Syariah. This research used Multiple Linier Regression Analysis that using SPSS computer program version 16.0 and Microsoft Excel 2007. The result in this research showed that SBIS, inflation, exchange rate, and the money supply simultaneously affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,000 < 0,05 and F count > F table (28,287 > 2,420). The result also showed that the partial SBIS does not affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,363 > 0,05 and t count > t table (-0,912 > -1,653). Inflation does not affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,989 > 0,05 and t count < t table (0,014 < 1,653). Exchange rate negatively affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,046 < 0,05 and t count < t table (-2,011 < -1,653). The money supply has positive affect the NAV of Islamic Mutual Fund with the Sig. 0,000 < 0,05 and t count > t table (7,527 > 1,653). Keywords: Sharia Indonesian Bank Certificate (SBIS), Inflation, Exchange Rate, The Money Supply, and Net Asset Value (NAV) of Islamic Mutual Fund vi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Reksadana syariah yang terpilih sebagai objek penelitian adalah Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, dan Reksadana Haji Syariah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SBIS, inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar secara simultan berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai F hitung > F tabel (28,287 > 2,420). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa secara parsial SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,363 > 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (-0,912 > -1,653). Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,989 > 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (0,014 < 1,653). Nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,046 < 0,05 dan nilai t hitung < t tabel (-2,011 < -1,653). Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah dengan nilai Sig. 0,000 < 0,05 dan nilai t hitung > t tabel (7,527 > 1,653). Kata kunci : Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Jumlah Uang Beredar, dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah vii KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan kasih sayang-Nya yang tiada terkira kepada hambanya. Shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini memiliki judul “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. Semoga skripsi ini memberikan manfaat kepada semua pihak dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tuaku, Bapak Sayat dan Ibu Turyati yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil, memberikan kasih sayang, cinta, dan selalu mendoakan dengan penuh rasa ikhlas. Kalian adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera menyelesaikan skripsi ini. 2. My beloved sister, kakakku Arti Haryati, dan adikku Putri Maulinda yang selalu memberikan motivasi serta doa yang tulus selama ini. 3. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen pembimbing I dan Bapak Indo Yama Nassarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. viii 5. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen. 6. Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pembimbing Akademik. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami. 8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Bu Siska, Bu Umi, Bu Ani, Pak Rahmat, dan Pak Sofyan. 9. Bayu Ayom Gumelar. Sahabat terbaikku berbagi tawa, teman terhebatku ketika berkonsultasi, jagoan terkuatku ketika ku lemah, dan kekasihku yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungannya agar dapat segera menyelesaikan skripsi ini. 10. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukung dan mendoakanku, yaitu Istiani Maulida, Ade Setiawati, Putri Nur Pratiwi, Maixel Sri Haryanti, dan Ade Tri Oktavia. 11. Sahabat-sahabatku “Rempongers” di Manajemen A angkatan 2009, yaitu Shartika Purnama Dewi, Ade Tiyar Desty, Ika Wulandari, Dety Inayati, Eka Adianti Wigati, Melissa Akmal, Eis Hartati, Mutia Dwi Amira, dan Siti Sulhah. Terima kasih untuk kebersamaannya selama ini. 12. Teman-teman Manajemen dan Manajemen Keuangan angkatan 2009. Terima kasih atas dukungannya, maaf tidak disebutkan satu persatu, tetapi tidak mengurangi rasa bangga dan rasa persahabatan diantara kita semua. 13. Teman seperjuangan saat ujian komprehensif dan ujian skripsi, yaitu Imas Atik Aisyah, Fitri Indriana, Risky Indrawan, dan Reza Gandana Putra. Jakarta, 11 Juni 2013 Penulis (Fitria Saraswati) ix DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v ABSTRACT ............................................................................................................... vi ABSTRAK ................................................................................................................ vii KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................................. x DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ........................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .....................................................................................12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................................13 1. Tujuan Penelitian.....................................................................................13 2. Manfaat Penelitian...................................................................................13 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................................15 1. Reksadana Syariah ...................................................................................15 a. Pihak-pihak yang Terlibat ...................................................................17 b. Jenis-jenis Reksadana..........................................................................20 c. Keuntungan Reksadana Syariah ..........................................................25 d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah ...........................................27 e. Nilai Aktiva Bersih (NAB) ..................................................................28 2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ............................................................30 3. Inflasi ........................................................................................................31 4. Nilai Tukar Rupiah ...................................................................................39 5. Jumlah Uang Beredar ...............................................................................43 B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat.........................47 C. Penelitian Terdahulu ....................................................................................50 D. Kerangka Pemikiran ....................................................................................52 E. Hipotesis .......................................................................................................54 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................55 B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................55 C. Metode Pengumpulan Data .........................................................................57 D. Metode Analisis ..........................................................................................59 E. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................71 x BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ................................................76 1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ...........................76 2. Sejarah Reksadana Syariah .....................................................................77 B. Deskripsi Data .............................................................................................81 C. Analisis dan Pembahasan ............................................................................97 1. Uji Asumsi Klasik ....................................................................................97 2. Uji Hipotesis ............................................................................................107 3. Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................112 D. Interpretasi ...................................................................................................114 BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ..................................................................................................118 B. Implikasi ......................................................................................................118 DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................120 LAMPIRAN ..............................................................................................................123 xi DAFTAR TABEL No. 1.1 2.1 3.1 3.2 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13 4.14 4.15 4.16 4.17 4.18 Keterangan Halaman Perkembangan Reksadana Syariah ......................................................... 5 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 51 Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian............... 57 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson ................. 64 Daftar Reksadana Syariah....................................................................... 81 Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian............... 84 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................. 85 Inflasi ...................................................................................................... 87 Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD................................................. 89 Jumlah Uang Beredar (M2) .................................................................... 91 NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah ...................... 93 NAB Danareksa Syariah Berimbang ...................................................... 94 NAB Reksadana Haji Syariah ................................................................ 96 Uji Kolmogorov-Smirnov....................................................................... 100 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF.................................... 101 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser ..................................... 102 Uji Durbin-Watson ................................................................................. 104 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson .................................................... 106 Uji F ........................................................................................................ 108 Uji t ......................................................................................................... 109 Uji Adjusted R Square ............................................................................ 111 Analisis Regresi Linier Berganda ........................................................... 112 xii DAFTAR GAMBAR No. 2.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 Keterangan Halaman Kerangka Pemikiran ............................................................................... 53 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) .............................................. 86 Inflasi ...................................................................................................... 88 Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD................................................. 90 Jumlah Uang Beredar (M2) .................................................................... 92 NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah ...................... 94 NAB Danareksa Syariah Berimbang ...................................................... 95 NAB Reksadana Haji Syariah ................................................................ 97 Histogram ............................................................................................... 98 Grafik P-P Plot........................................................................................ 99 Scatterplot ............................................................................................... 102 xiii DAFTAR LAMPIRAN No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Keterangan Halaman Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012).............. 123 Daftar Sampel Penelitian ........................................................................ 125 Data Variabel Penelitian ......................................................................... 125 Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients .................................. 129 Uji Normalitas ........................................................................................ 130 Uji Multikolinieritas ............................................................................... 131 Uji Autokorelasi...................................................................................... 131 Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 132 Tabel Durbin-Watson (DW), α = 5% ..................................................... 133 Tabel Persentase Distribusi t .................................................................. 136 Tabel Persentase Distribusi F untuk α = 0,05 ......................................... 141 xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang yang sesuai dengan syariah Islam. Umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada asset financial dan investasi pada asset riil. Seorang investor yang berinvestasi dengan harapan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Salah satu alasan utama melakukan investasi adalah mempersiapkan masa depan sedini mungkin melalui perencanaan kebutuhan yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan saat ini. Adanya suatu perencanaan investasi adalah jauh lebih baik daripada tidak sama sekali (Ahmad Rodoni, 2009:46). Menurut Eko Pratomo (2007:14), selain kebutuhan akan masa depan, seseorang melakukan investasi karena dipicu oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga dalam hidup ini (keterbatasan dana, kondisi kesehatan, musibah, kondisi pasar investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Tetapi dengan adanya alternatif instrumen (efek) investasi memungkinkan seseorang bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas kebutuhan, menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi secara disiplin. 1 Pasar modal merupakan salah satu wahana investasi bagi masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi di pasar modal sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah reksadana (Bapepam-LK, 2012:1). Reksadana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas (Heri Sudarsono, 2008:199). Menurut Mankiw (2006:88), keunggulan utama dari reksadana adalah karena reksadana memungkinkan orang-orang yang hanya memiliki sedikit dana untuk melakukan diversifikasi. Menurut Eko Pratomo dan Ubaidillah (2005:12), Don’t put all your eggs into one basket! Prinsip ini merupakan peringatan yang sangat sering dikumandangkan kepada semua investor. Intinya adalah karena semua investasi mengandung risiko, sehingga jangan sekali-kali menempatkan seluruh dana investasi dalam satu pihak (bank atau perusahaan tempat berinvestasi), karena jika hal itu dilakukan dan terjadi sesuatu dengan pihak tersebut, maka habislah semua dana investasi yang dimiliki. Saat ini, reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor 2 yang tidak melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki kriteria yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya. Dimana perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan mekanisme investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan Hadist serta hukum Islam yang lainnya. Mekanisme transaksi reksadana dalam konsep Fiqih Muamalah berjalan menggunakan akad wakalah yaitu antara investor dengan manajer investasi. Dan Mudharabh antara manajer investasi dengan perusahaan (Abdul Hamid, 2009:79). Dalam penyusunan portofolio investasinya, reksadana syariah hanya dapat menempatkan dananya ke dalam instrumen-instrumen investasi yang terbebas dari riba dan praktek-praktek tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar modal, reksadana syariah hanya menempatkan dananya pada emiten atau perusahaan atau pihak-pihak penerbit instrumen investasi yang tidak melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah seperti riba, perjudian, pornografi, minuman haram (alkohol), babi, dan hiburan yang bertentangan dengan syariah dan lain-lain. Untuk itu fungsi dan tugas seorang manajer investasi pada reksadana syariah menjadi lebih luas daripada manajer investasi konvensional yaitu menyusun strategi portofolio yang baik agar menghasilkan return optimal dan outperform dibandingkan dengan reksadana lain, dengan tetap menjamin kehalalan proses investasi yang dilakukan (Abdul Hamid, 2009:80). 3 Menurut Usman (2000) dalam Hariandy Hasbi (2010:64), investor dalam berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara lain: (1) reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil yang tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal hasil yang tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi; (2) reksadana syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam efek ekuitas serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar dimana terjadi volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi ditempatkan di berbagai instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar uang; (3) reksadana pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal hasil terendah jika dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat risiko yang ditawarkan juga rendah; (4) reksadana terproteksi, reksadana ini memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat dan ketentuan khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman. Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Menurut Heri Sudarsono (2008:218), nilai aktiva bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi. 4 Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajibankewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (outstanding) yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tertentu. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian setelah mendapat dana dari Manajer Investasi dan nilainya dapat dilihat dari surat kabar yang dilihat reksadana bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dari portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun berarti berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan. Perkembangan reksadana syariah di Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Perkembangan Reksadana Syariah Tahun Jumlah Reksadana Syariah Total NAB (Rp Miliar) 2008 37 1.814,80 2009 46 4.629,22 2010 48 5.225,78 2011 50 5.564,79 2012 54 8.050,07 Sumber: Bapepam, Statistik Pasar Modal Syariah 2012 Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2008 sampai 2012 pertumbuhan jumlah reksadana syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 20075 2008, yaitu naik 22% dari 26 reksadana syariah di tahun 2007 menjadi 37 reksadana syariah di tahun 2008. Kemudian pada tahun 2009 meningkat menjadi 46 reksadana syariah. Namun pada periode tahun 2009 hingga 2012, peningkatan jumlah reksadana syariah tidak terlalu signifikan. Dan secara kumulatif pada bulan Desember 2012 terdapat 54 reksadana syariah yang tercatat di pasar modal Indonesia. Selain jumlah reksadana syariah yang meningkat, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan selama periode 2008 hingga 2012. Sampai Desember 2012 total NAB reksadana syariah mencapai Rp 8.050,07 miliar dan telah terdapat 54 reksadana syariah yang dinyatakan efektif oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Pesatnya perkembangan reksadana syariah tidak terlepas dari kehadiran Undang-Undang tentang Pasar Modal Indonesia No.8 tahun 1995 berisi 116 pasal yang diberlakukan pada awal tahun 1996 dan juga telah diluncurkannya Pasar Modal Syariah oleh Bapepam yang bekerjasama dengan Dewan Syariah Nasional (DSN) yang diawasi langsung oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang diharapkan agar semua pihak yang terlibat di pasar modal merasa melindungi hak-hak masyarakat dari praktek-praktek perdagangan yang merugikan. Disamping itu adanya regulasi dan institusi baru ini memberikan peluang kepada manajer investasi dan bank kustodian untuk menyelenggarakan reksadana syariah. Pesatnya peningkatan jumlah reksadana syariah ini juga tidak terlepas berkat terciptanya iklim usaha yang kondusif yang diberikan oleh otoritas pasar modal Bapepam dan DSN atau DPS (Abdul Hamid, 2009:81). 6 Perkembangan reksadana syariah juga tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasarinya. Perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi reksadana syariah baik secara positif maupun negatif. Variabel yang dapat digunakan untuk menganalisis reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB). Terdapat 4 faktor yang diduga mempengaruhi NAB reksadana syariah, yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar. Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional. Menurut Virlandana dan Hermana (2005), hubungan NAB dengan SBIS menunjukkan korelasi kuat negatif. Jadi jika SBIS menurun maka NAB meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa NAB merupakan alternatif investasi yang lebih menarik pada saat tingkat suku bunga bank syariah menurun. Jika tingkat SBIS menurun akan mempengaruhi iklim investasi di pasar modal dan pasar uang syariah. Dengan turunnya SBIS, maka investasi akan berpindah ke 7 instrumen-instrumen yang memberikan tingkat keuntungan/bagi hasil yang lebih tinggi di pasar modal, misalnya reksadana syariah. Situasi ekonomi lainnya seperti kondisi ekonomi makro yang mempengaruhi NAB reksadana adalah inflasi. Menurut Rahardja dan Manurung (2004:155), inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Menurut Ali dan Beik (2012), inflasi berpengaruh secara signifikan dalam jangka pendek dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini terjadi karena ketika inflasi mengalami peningkatan, maka bank sentral akan merespon dengan menaikkan suku bunga dan bonus SBIS untuk mengurangi jumlah uang beredar. Kenaikan bonus inilah yang kemudian menjadi insentif bagi para investor yang menginginkan return yang tinggi, untuk berinvestasi pada reksadana syariah, sehingga NAB reksadana syariah mengalami peningkatan. Kondisi ekonomi makro yang kedua adalah nilai tukar rupiah. Menurut Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing 8 menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:8), fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital inflow. Dalam hal ini menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana pun mengalami penurunan. 9 Makro ekonomi berikutnya dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar. Menurut Veithzal Rivai (2007:7), uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T). Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (T). Menurut Manurung (1996) dalam Muhamad Alhidadi Muchtar (2005:61), peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada saham. 10 Beberapa peneliti yang juga meneliti mengenai reksadana syariah, diantaranya Prantik Ray dan Vina Vani (2005) dengan judul penelitian “Neural Network Models for Forecasting Mutual Fund Net Asset Value”. Dalam penelitiannya ditemukan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergerakan NAB pada periode 1999-2004 di India, sedangkan Output Nasional yang dicerminkan dalam Indeks Produksi Industri memiliki pengaruh yang sangat diabaikan pada return reksadana. Annisa Sholihah (2008) dalam penelitiannya ditemukan bahwa JII dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Dan Inflasi menjadi variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja reksa dana syariah. Sedangkan SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh. Elena dan Alexandru (2011) dalam penelitiannya ditemukan bahwa dalam analisis pasar AS, kenaikan inflasi menyebabkan tren kenaikan reksadana saham, dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kemudian, tingkat bunga yang lebih rendah di AS menjadikan masyarakat berinvestasi dalam aset pendapatan tetap (moneter dan obligasi). Sementara dalam industri investasi Rumania, korelasi ini tidak dapat dibuktikan karena tingkat NAB reksadana saham yang sangat kecil. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian-penelitian sebelumnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah terhadap USD, dan Jumlah Uang Beredar (M2). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 11 terdiri dari tiga perusahaan reksadana syariah dengan jenis yang berbeda, yaitu Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah yang merupakan jenis reksadana saham, Danareksa Syariah Berimbang yang merupakan jenis reksadana campuran, dan Reksadana Haji Syariah yang merupakan jenis reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini dilakukan pada periode Januari 2008 hingga Desember 2012. Periode tersebut dipilih untuk melihat bagaimana pengaruh SBIS sebagai salah satu instrumen perbankan syariah, serta Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar sebagai indikator perekonomian nasional dalam mempengaruhi perubahan NAB Reksadana Syariah. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 2. Bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 12 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian a. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara parsial terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. b. Untuk menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia yang terjadi pada tahun 2008 sampai dengan 2012. b. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai reksadana syariah bagi penulis maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang reksadana syariah juga dapat dijadikan bahan referensi tambahan. 13 c. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi investor pasar modal terutama terkait dengan produk reksadana syariah. Sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk reksadana syariah. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Reksadana Syariah Menurut Manurung (2008:1), dalam kamus keuangan Reksa Dana didefinisikan sebagai portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai aktiva bersihnya. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal menyebutkan bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Definisi manajer investasi menurut Undang-Undang tentang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 adalah pihak yang kegiatannya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi. 15 Dilihat dari segi perdagangan efek, reksadana adalah suatu produk yang diperdagangkan, sedangkan manajer investasi sebagai pengelola produk tersebut. Reksadana dapat berupa Investment Companies dan Unit Investment Trust (Kontrak Investasi kolektif). Sementara, bank kustodian akan berperan dalam penyimpanan dana atau portofolio milik investor serta melakukan penyelesaian transaksi dan administrasi reksadana. Reksadana merupakan sarana investasi bagi investor untuk dapat berinvestasi ke berbagai instrumen investasi yang tersedia di pasar. Melalui reksadana, investor sudah tidak perlu repot mengelola portofolio investasinya sendiri (Eko Pratomo, 2005:39). Reksadana menjadi jembatan bertemunya dua kebutuhan, yaitu kebutuhan investasi bagi investor untuk memenuhi kebutuhan masa depannya dan kebutuhan perusahaan atau pemerintah untuk mendapatkan dana bagi pembiayaan kegiatan ekonomi jangka panjang. Reksadana akan menciptakan permintaan (demand) dari sisi investor akan surat berharga sebagai instrumen investasi, sekaligus menciptakan supply (dari sisi perusahaan dan pemerintah) untuk menerbitkan surat-surat berharga, yang akan menjadi lahan investasi bagi investor. Selain itu, dengan adanya reksadana akan membuat pasar investasi lebih likuid. Instrumen investasi yang tersedia di pasar dapat lebih mudah ditransaksikan (mudah untuk dijual maupun dibeli) dengan harga yang wajar dan mekanisme yang transparan. Sebagai bagian dari industri investasi, reksadana akan 16 meningkatkan kredibilitas dan efisiensi pasar investasi (Eko Pratomo, 2005:43). Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang berarti kelola atau pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah aturan-aturan yang sesuai dengan Islam. Jadi reksadana syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokok-pokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79). Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di Jepang dikenal dengan istilah investment trust, sedangkan di Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an investment scheme that pools from many investors who share similiar financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad Rodoni, 2009:80). a. Pihak-pihak yang Terlibat Menurut Ahmad Rodoni (2009:87), seorang calon investor yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana Terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait didalamnya yaitu: 1) Perusahaan Reksadana Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang akan 17 mengelola dan bertanggung jawab atas dana para pemegang saham Reksadana. 2) Manajer Investasi Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai manajer investasi dan minimum ada pegawainya yang telah memperoleh izin profesi dari Bapepam sebagai wakil manajer investasi. Perseroan ini mempunyai kontrak dengan perusahaan Reksadana untuk melaksanakan investasi kembali dana yang telah dihimpun. Kegiatan manajer investasi adalah manajemen portofolio (jual beli efek), analisa efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik. Biasanya manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan Reksadana. Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih dahulu membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak Investasi Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian, menjalani proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam untuk mendapatkan pernyataan efektif, sehingga reksadana dapat dijual kepada investor. Umumnya, manajer investasi bekerjasama dengan agen penjual (bank, perusahaan asuransi, atau pihak lainnya) untuk menawarkan dan menjual reksadana kepada investor. Dari dana yang terkumpul, manajer investasi akan melakukan pengelolaan investasi, sesuai 18 dengan kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses investasi yang dilakukan, antara lain: - Melakukan analisis makro dan mikro - Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek pasar uang, efek utang atau efek saham) - Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang dipilih) - Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi - Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker) - Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio 3) Agen Penjualan Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara langsung kepada masyarakat pemodal melalui cabang-cabangnya atau subagensi lainnya. Transaksi jual-beli berlangsung dengan investor terjadi disini. Disinilah investor dapat meminta prospektus penawaran umum saham reksadana, agen penjualan ini biasanya dirangkap oleh manajer investasi. 4) Kustodian Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat berharga). Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari yang berhubungan dengan keputusan investasi. Untuk menghindari terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh berafiliasi dengan 19 manajer investasi. Kustodian umumnya adalah bank, yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai kustodian. Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi dalam transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan pemasukan dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang dilakukan oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak menyimpan efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun dari para pemegang saham reksadana. Praktek Kustodian di Indonesia dipercaya oleh Bapepam untuk menghitung NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang disebut trustee. 5) Transfer Agent Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi dari pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana mengenai pembelian dan penebusan serta membuat daftar para pemegang saham yang up-to-date. Fungsi ini di Indonesia, dipercayakan kepada kustodian. b. Jenis-jenis Reksadana Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu: 1) Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum a) Reksadana berbentuk perseroan Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksa Dana) merupakan suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan terbatas) yang bergerak 20 pada pengelolaan portofolio investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di pasar investasi. Dari kegiatan tersebut PT Reksa Dana akan memperoleh keuntungan dalam bentuk peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai sahamnya), yang kemudian juga akan dapat dinikmati oleh para investor yang memiliki saham pada perusahaan tersebut. b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK) Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai investor. Dengan begitu reksadana KIK bukan merupakan reksadana yang berbentuk badan hukum tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan bank kustodian diberikan wewenang untuk melaksanakan investasi penitipan dan administrasi investasi kolektif. Fungsi dari kontrak investasi kolektif sama halnya dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah reksadana berbentuk KIK. 2) Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan menjadi reksadana terbuka (open-end) dan reksadana tertutup (closeend). Beberapa perbedaan keduanya dapat dijelaskan sebagai 21 berikut. Reksadana terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada reksadana melainkan kepada investor lain melalui pasar bursa dimana harga jual belinya ditentukan oleh mekanisme bursa. Penjualan saham tersebut dilakukan melalui manajer investasi. Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau unit penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan di Bursa Efek dan harganya ditentukan didasarkan atas Nilai Aktiva Bersih (NAB) / Net Asset Value (NAV) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian. Pada dasarnya reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka. 3) Pembagian Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi Berdasarkan jenis investasinya reksadana terbagi menjadi empat kategori, yaitu: a) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund / MMF) Reksadana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 100% pada efek pasar uang yaitu efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu tahun. Umumnya, instrumen atau efek yang masuk dalam kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi, 22 serta efek utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana dengan tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam jangka pendek (kurang dari satu tahun). b) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund / FIF) Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat utang, seperti obligasi dan surat utang lainnya dan 20% dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki risiko relatif besar dari reksadana pasar uang dengan tujuan investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek bersifat utang umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan instrumen lainnya. FIF yang terdapat di Indonesia lebih banyak memanfaatkan instrumen obligasi sebagai bagian terbesar investasinya. c) Reksadana Saham (Equity Fund / EF) Reksadana saham adalah reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang dikelola diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi dibandingkan 23 dengan jenis reksadana lain, tentunya juga memiliki return yang lebih tinggi. Berbeda dengan efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi, dimana investor lebih berorientasi pada pendapatan bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil yang lebih tinggi berupa capital gain melalui pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain berupa dividen. d) Reksadana Campuran (Balance Fund / BF) Reksadana campuran tidak memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan. Reksadana campuran dapat melakukan investasinya baik pada efek utang maupun ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel. Perkembangan terakhir, Bapepam mengeluarkan aturan baru berkaitan dengan jenis-jenis reksadana yang sedikit berbeda dari reksadana yang selama ini beredar. Sekilas mengenai reksadana tersebut adalah sebagai berikut (Mohamad Heykal, 2012:96): Reksadana Terproteksi (Capital Protected Fund) Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun manajer investasi memberikan perlindungan terhadap investasi awal investor sehingga nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo. Sebagian besar dana yang dikelola akan dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada saat jatuh tempo sekurangnya dapat menutup nilai yang diproteksi. 24 Sisanya diinvestasikan kepada efek lain, sehingga investor masih punya peluang memperoleh peningkatan NAB (Nilai Aktiva Bersih). Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted Fund) Reksadana ini menjamin bahwa investor sekurangnya akan menerima sebesar nilai investasi awal pada saat jatuh tempo, sepanjang persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan lembaga penjamin berdasarkan kontrak lembaga itu dengan manajer investasi dan bank kustodian (bank yang mewakili kepentingan investor untuk mengawasi ketaatan manajer investasi). Manajer investasi wajib menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat utang yang masuk kategori layak investasi. Reksadana Indeks Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek yang menjadi bagian dari indeks acuan. Manajer investasi wajib menginvestasikan minimal 80% dari NAB pada sekurangnya 80% efek yang menjadi bagian indeks acuan. c. Keuntungan Reksadana Syariah Menurut Mohamad Heykal (2012:97), pada dasarnya setiap kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return (keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa keuntungan dalam menginvestasikan melalui reksadana: 1) Tingkat likuiditas yang baik, yang dimaksud dengan likuiditas disini adalah kemampuan untuk mengelola uang masuk dan keluar dari 25 reksadana. Dalam hal ini yang paling sesuai adalah reksadana untuk saham-saham yang telah dicatatkan di Bursa dimana transaksi terjadi setiap hari, tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito periode tertentu. Selain itu pemodal dapat mencairkan kembali saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana sehingga memudahkan investor untuk mengelola kasnya. 2) Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer investasi yang handal, ia mencari peluang investasi yang paling baik untuk reksadana tersebut. Pada prinsipnya, manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan peluang investasi bagi pemegang saham/unit reksadana. Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh tujuan investasi dari reksadana tersebut. 3) Diversifikasi, adalah istilah dimana tidak menempatkan seluruh dana di dalam suatu satu peluang investasi, dengan maksud membagi risiko. 4) Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor sehingga besarnya kemampuan melakukan investasi akan menghasilkan biaya transaksi yang murah. Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana Syariah bagi pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai berikut (Ahmad Rodoni, 2009:94): 26 1) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana (sebagai emiten) merupakan lahan yang tepat bagi investasi pemodal segala strata, baik besar maupun kecil. Investor-investor lembaga akan lebih percaya kepada manajer investasi yang mengelola reksadana. 2) Meningkatkan peranan swasta nasional dalam menghimpun dana masyarakat. Selama ini produk reksadana dikelola oleh manajer investasi asing, sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan capital outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya stabilitas neraca pembayaran (balance of payment). 3) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar modal Indonesia, sehingga dapat meningkatkan likuiditas bursa dan kapitalis pasar (market capitalization). Tingginya transaksi perdagangan efek di bursa akan menarik masuknya modal asing (capital inflows) sehingga makin menguatkan neraca pembayaran. 4) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana dari bank ke capital market. d. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah Menurut Abdul Manan (2009:161), Bapepam menyebutkan beberapa risiko yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor berinvestasi di reksadana, antara lain: 1) Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian dari 27 portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan menurunnya nilai unit penyertaan. 2) Risiko Likuiditas Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat menyulitkan manajer investasi menyediakan uang tunai bagi pembayaran tersebut. 3) Risiko Politik dan Ekonomi Perubahan kebijakan di bidang politik dan ekonomi mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan yang mempengaruhi efek yang termasuk dalam portofolio reksadana. 4) Risiko Wanprestasi Risiko ini dapat timbul saat perubahan asuransi yang mengasuransi harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak terkait dengan reksadana yakni pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, kebakaran serta kerusuhan yang mungkin dapat mempengaruhi penurunan NAB yang bersangkutan. e. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Menurut Ahmad Rodoni (2009:97), Nilai Aktiva Bersih atau Net Asset Value diperoleh dari hasil penjumlahan nilai seluruh portofolio yang terdiri dari: 28 - Uang kas - Deposito - Instrumen pasar uang lainnya - Obligasi - Saham - Instrumen pasar modal lainnya Yang ditambah dengan: - Tagihan kepada Broker - Piutang dividen - Piutang bunga - Dan piutang lainnya Dan dikurangi dengan kewajiban yang terdiri dari: - Pinjaman - Kewajiban ke Broker - Kewajiban atas fee Broker yang belum dibayar - Kewajiban atas fee Kustodian yang belum dibayar, dan - Amortisasi biaya pendirian jika ada. Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut: NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt ) Keterangan: NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t 29 MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t 2. Sertifikat Bank Indonesia Syariah Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 10/11/PBI/2008, Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang selanjutnya disebut sebagai SBIS adalah surat berharga berdasarkan prinsip syariah berjangka waktu pendek dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) bagi bank syariah dijadikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia (SBI) di bank konvensional. Akad yang digunakan dalam SBIS adalah jualah, yaitu perjanjian atau komitmen (iltizam) untuk memberikan imbalan tertentu („iwadh/ju‟l) atas pencapaian hasil (natijah) yang ditentukan dalam suatu pekerjaan. SBIS memiliki karakter sebagai berikut: a. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah); b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan; c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless); d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia; dan e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder. 30 Bank Indonesia menetapkan dan memberikan imbalan atas SBIS yang diterbitkan. Bank Indonesia membayar imbalan atas SBIS milik BUS atau UUS pada saat SBIS jatuh tempo. SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui mekanisme lelang. Pihak yang berhak mengikuti lelang adalah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan pialang yang bertindak untuk dan atas nama BUS atau UUS. Namun, BUS dan UUS baru dapat mengikuti lelang SBIS jika memenuhi persyaratan Financing to Deposit Ratio yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Terbitnya SBIS merupakan pengganti dari SWBI (Sertifikat Wadiah Bank Indonesia). Setelah ketentuan SBIS berlaku, maka SWBI tidak lagi digunakan. Namun, untuk SWBI yang sudah terbit sebelum PBI No. 10/11/PBI/2008 diberlakukan, SWBI tetap berlaku dan tunduk pada ketentuan dalam PBI No. 6/7/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang SWBI sampai SWBI tersebut jatuh tempo. Penempatan dana dalam SWBI, sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sejak bulan April 2008 menjadi SBI Syariah. Jadi, secara otomatis bank-bank syariah yang telah menempatkan dananya pada SWBI berarti secara langsung telah menempatkan dananya pada instrumen Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS). 3. Inflasi Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus-menerus. Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. Kenaikan harga 31 suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga-harga secara umum naik. Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadinya hanya sesaat. Karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan. Sebab dalam sebulan akan terlihat apakah kenaikan harga bersifat umum dan terus-menerus. Rentang waktu yang lebih panjang adalah triwulanan dan tahunan (Rahardja dan Manurung, 2004:155). Menurut Adiwarman Karim (2008:135), secara umum inflasi berarti kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagai fenomena moneter karena terjadinya kenaikan nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang- barang/komoditas dan jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation). Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim, 2008:137): a. Moderate Inflation Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai „inflasi satu digit‟. Pada tingkat inflasi seperti ini orangorang masih mau untuk memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil. 32 b. Galloping Inflation Inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk asetaset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami tingkat inflasi seperti ini tetap berhasil „selamat‟ walaupun sistem harganya berlaku sangat buruk. Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguan-gangguan besar pada perekonomian karena orangorang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri daripada berinvestasi di dalam negeri (capital outflow). c. Hyper Inflation Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galloping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga yang amat „mematikan‟ ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an. 33 Menurut Sadono Sukirno (2006:333), berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi biasanya dibedakan kepada tiga bentuk berikut: a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation) Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan inflasi. Inflasi tarikan permintaan juga dapat berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus-menerus. Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang atau meminjam dari bank sentral. Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut menyebabkan permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi. b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation) Inflasi ini terutama berlaku dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja 34 baru dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang. c. Inflasi Diimpor Inflasi dapat juga bersumber dari kenaikan harga-harga barang yang diimpor. Inflasi ini akan wujud apabila barang-barang impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan-perusahaan. Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu, yaitu sebagai berikut (Rahardja dan Manurung, 2004:164): a. Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index) IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masingmasing harga barang dan jasa tersebut diberi bobot (weighted) berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang paling besar. Di Indonesia, penghitungan IHK dilakukan dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, penghitungan IHK dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan 35 mempertimbangkan tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota propinsi-propinsi di Indonesia. Angka inflasi diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan di bawah ini. Inflasi = (IHKt – IHKt-1) x 100% IHKt-1 Keterangan: IHKt = Indeks Harga Konsumen pada priode t IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t b. Indeks Harga Perdagangan Besar (Wholesale Price Index) Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen (producer price index). IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat produksi. Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan IHK: Inflasi = (IHPBt – IHPBt-1) x 100% IHPBt-1 Keterangan: IHPBt = Indeks Harga Perdagangan Besar pada priode t IHPBt-1 = Indeks Harga Perdagangan Besar pada periode sebelum t c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator) Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode 36 penghitungannya, kedua indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang jasa, di beberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya di beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit (GDP Deflator), disingkat IHI. Sama halnya dengan dua indikator sebelumnya, penghitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung perubahan angka indeks. Inflasi = (IHIt – IHIt-1) x 100% IHIt-1 Keterangan: IHIt = Indeks Harga Implisit pada priode t IHIt-1 = Indeks Harga Implisit pada periode sebelum t Kenaikan harga-harga yang tinggi dan terus-menerus bukan saja menimbulkan beberapa efek buruk ke atas kegiatan ekonomi, tetapi juga kepada kemakmuran individu dan masyarakat, diantaranya (Sadono Sukirno, 2006:339): a. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang berpendapatan tetap. Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat 37 kenaikan harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-individu yang berpendapatan tetap. b. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang. Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk uang. Simpanan di bank, simpanan tunai, dan simpanan dalam institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan. Nilai riilnya akan menurun apabila inflasi berlaku. c. Memperburuk pembagian kekayaan. Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan menghadapi kemerosotan dalam nilai riil pendapatannya, dan pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam nilai riil kekayaannya. Akan tetapi pemilik harta-harta tetap (tanah, bangunan, dan rumah) dapat mempertahankan atau menambah nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian inflasi menyebabkan pembagian pendapatan di antara golongan berpendapatan tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata. Menurut Sadono Sukirno (2006:354), bentuk kebijakan pemerintah perlu dilakukan secara serentak untuk meningkatkan keefektifannya. Bentuk masing-masing kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah inflasi adalah sebagai berikut: a. Kebijakan fiskal; menambah pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. 38 b. Kebijakan moneter; mengurangi, menaikkan suku bunga dan membatasi kredit. c. Dari segi penawaran; melakukan langkah-langkah yang dapat mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti mengurangi pajak impor dan pajak ke atas bahan mentah, melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produksi dan menggalakkan perkembangan teknologi. 4. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan mata uang lain. Nilai tukar valuta asing ditentukan dalam pasar valuta asing, yaitu pasar tempat berbagai mata uang yang berbeda diperdagangkan (Samuelson dan Nordhaus, 2004:305). Menurut Hamdy Hadi (2010:65), valuta asing (valas) atau foreign exchange (forex) atau foreign currency diartikan sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan atau membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Menurut Sadono Sukirno (2006:397), kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Kurs valuta di antara dua negara kerapkali berbeda di antara 39 satu masa dengan masa yang lainnya. Pada dasarnya terdapat dua cara di dalam menentukan kurs valuta asing, yaitu: a. Berdasarkan permintaan dan penawaran mata uang asing dalam pasar bebas Kurs pertukaran valuta asing adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara lain adalah “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri. Dalam permintaan mata uang asing, semakin tinggi harga mata uang suatu negara, semakin sedikit permintaan ke atas mata uang tersebut. Semakin rendah harga mata uang suatu negara, semakin banyak permintaan ke atas mata uang tersebut. Sedangkan dalam penawaran mata uang asing, semakin tinggi harga mata uang suatu negara, semakin banyak penawaran mata uang tersebut. Semakin rendah harga mata uang suatu negara, semakin sedikit penawaran mata uang tersebut. b. Ditentukan oleh pemerintah Pemerintah dapat campur tangan dalam menentukan kurs valuta asing. Tujuannya adalah untuk memastikan kurs yang wujud tidak akan menimbulkan efek yang buruk ke atas perekonomian. Kurs pertukaran yang ditetapkan oleh pemerintah adalah berbeda dengan kurs yang ditentukan oleh pasar bebas. Sejauh mana perbedaan tersebut, dan apakah ia lebih tinggi atau lebih rendah dari yang ditetapkan oleh pasar bebas, adalah bergantung kepada kebijakan dan keputusan pemerintah 40 mengenai kurs yang paling sesuai untuk tujuan-tujuan pemerintah dalam menstabilkan dan mengembangkan perekonomian. Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta, yang selanjutnya menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya adalah sebagai berikut (Sadono Sukirno, 2006:402): a. Perubahan Dalam Citarasa Masyarakat Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. b. Perubahan Harga Barang Ekspor dan Impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barangbarang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya, kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. 41 c. Kenaikan Harga Umum (Inflasi) Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang berikut; (i) inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar negeri dan oleh sebab itu inflasi berkecenderungan menambah impor, (ii) inflasi menyebabkan hargaharga barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi berkecenderungan mengurangi ekspor. Keadaan (i) menyebabkan permintaan ke atas valuta asing bertambah, dan keadaan (ii) menyebabkan penawaran ke atas valuta asing berkurang; maka harga valuta asing akan bertambah (berarti harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot). d. Perubahan Suku Bunga dan Tingkat Pengembalian Investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara itu. Apabila lebih banyak modal mengalir ke suatu negara, permintaan ke atas mata uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar negeri 42 karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-negara lain. e. Pertumbuhan Ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uangnya tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan ke atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkurang lebih cepat dari ekspor, penawaran mata uang negara itu lebih cepat bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang negara tersebut akan merosot. 5. Jumlah Uang Beredar Menurut Rahardja dan Manurung (2004:95), dari sudut pandang ekonom, uang (money) merupakan stok aset-aset yang digunakan untuk transaksi. Sedangkan menurut Kasmir (2011:13), pengertian uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Uang memiliki empat fungsi penting, yaitu sebagai satuan hitung (unit of account), alat transaksi/pembayaran (medium of exchange), penyimpan nilai (store of value), dan standar pembayaran di masa mendatang (standard of deferred payment) (Rahardja dan Manurung, 2004:96). 43 Untuk memenuhi kebutuhan akan uang, pemerintah negara yang bersangkutan melalui Bank Sentral berhak menciptakan uang, terutama uang kartal. Begitu pula dengan jumlah uang beredar perlu dijaga agar nilai uang tetap stabil. Kemudian kebutuhan akan uang giral biasanya dicetak oleh bank-bank umum, dimana jumlahnya jauh melebihi jumlah uang kartal yang beredar. Dalam hal berkaitan dengan uang, maka peranan lembaga keuangan terutama bank sangatlah besar, hal ini sesuai dengan fungsi lembaga keuangan, yaitu sebagai perantara keuangan di masyarakat. Perkembangan jenis mata uang yang beredar di Indonesia setelah kemerdekaan 1945 beragam. Hal ini tentu tidak terlepas dari kondisi dan situasi yang penuh gejolak pasca kemerdekaan tersebut. Namun, setelah tahun 1951 dengan berlakunya Hukum Darurat No.20, ditetapkan alat pembayaran yang sah, kecuali Irian Barat, adalah rupiah. Kemudian diperkuat lagi dengan keluarnya Undang-Undang Pokok Perbankan No.13 Tahun 1968 yang menetapkan satuan hitung uang Indonesia adalah Rupiah dan disingkat Rp (Kasmir, 2011:21). Menurut Veithzal Rivai (2007:7), tiap negara menggunakan uang beredar dengan jenis yang beragam. Jenis-jenis uang beredar tersebut didefinisikan berdasarkan komponen yang tercakup didalamnya. Komponen tersebut pada umumnya adalah ketiga jenis uang, yaitu uang kartal, uang giral, dan uang kuasi. Di Indonesia, saat ini dikenal hanya dua macam uang yang beredar, yaitu sebagai berikut: 44 a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D). b. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T). Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (T). Sementara itu, pengertian uang beredar di berbagai negara dapat berbeda dan bervariasi sesuai dengan kondisi sektor keuangan dan perbankan, serta kebutuhan otoritas moneter negara tersebut. Definisi uang beredar di Amerika Serikat, misalnya: definisi uang beredar tidak hanya mengenal istilah M1 dan M2 saja, tetapi juga M3. Menurut Rahardja dan Manurung (2004:102), secara teknis, yang dihitung sebagai uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Uang yang berada di tangan bank (bank umum dan bank sentral), serta uang kertas dan logam (uang kartal) milik pemerintah tidak dihitung sebagai uang beredar. Perkembangan jumlah uang beredar mencerminkan atau seiring dengan perkembangan ekonomi. Biasanya bila perekonomian bertumbuh atau berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah, sedang komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan 45 uang kartal (kertas dan logam) makin sedikit, digantikan uang giral atau cek. Biasanya juga bila perekonomian makin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang makin kecil, sebab porsi uang kuasi makin besar. Gejala tersebut di atas juga terjadi di Indonesia, dilihat dari pertambahan jumlah uang beredar dan perubahan komposisinya. Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang ahli ekonomi Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli ekonomi klasik (Adiwarman Karim, 2008:77). MV = PT Keterangan : M = Jumlah uang beredar V = Tingkat perputaran uang P = Tingkat harga barang T = Jumlah barang yang diperdagangkan Menurut Mustafa Edwin Nasution, dkk (2007:263), sistem keuangan Islam sesungguhnya merupakan pelengkap dan penyempurna sistem ekonomi Islam yang berdasarkan kepada produksi dan perdagangan, atau dikenal dengan istilah sektor riil. Kegiatan yang tinggi dalam bidang produksi dan perdagangan akan mempertinggi jumlah uang beredar, sedangkan kegiatan ekonomi yang lesu akan berakibat rendahnya perputaran dan jumlah uang beredar. Dengan kata lain, permintaan terhadap uang akan lahir terutama dari motif transaksi dan tindakan berjaga-jaga yang ditentukan pada umumnya oleh tingkatan pendapatan 46 uang dan distribusinya. Makin merata distribusi pendapatan, makin besar permintaan akan uang untuk tingkatan pendapatan agregat tertentu. Dalam perekonomian Islam, keseimbangan antara aktivitas ekonomi riil dengan tinggi rendahnya jumlah uang beredar senantiasa dijaga. Salah satu instrumen untuk menjaga adalah sistem perbankan islami. B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Penelitian yang dilakukan oleh Annisa Sholihah (2008) menyimpulkan bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa NAB reksadana syariah tidak bergantung pada SBIS. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan. Hal itu menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka ekspansi pada pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi bahan pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang (Jurnal Proceeding, Seminar Nasional PESAT 2005). 2. Inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini 47 dapat disimpulkan bahwa NAB reksadana syariah tidak bergantung pada inflasi. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena (i) menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save), (iii) meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barangbarang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume), dan (iv) mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan lainnya (Adiwarman Karim, 2008:139). 3. Nilai Tukar Rupiah dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Menurut Suta (2000) dalam Rahmi Hifdzia (2012:49), fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, 48 secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal. Keadaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital inflow. Hal ini juga menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana pun mengalami penurunan. 4. Jumlah Uang Beredar (M2) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah Penelitian yang dilakukan oleh Ray dan Vani (2005) menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. Menurut Manurung (1996) dalam Muhamad Alhidadi Muchtar (2005:61), peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya 49 meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada saham. C. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun ruang lingkup hampir sama, tetapi karena beberapa variabel, objek, periode waktu yang digunakan dan penentuan sampel berbeda maka terdapat banyak hal yang tidak sama, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi untuk saling melengkapi. Berikut ringkasan beberapa penelitian: 50 No Penulis Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Judul Model Penelitian Analisis Pengaruh Analisis Variabel Makro Regresi Ekonomi Linier Terhadap Berganda Perkembangan NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011 1. Rahmi Hifdzia (2012) 2. Elena dan Alexandru (2011) The Relationship between Mutual Funds – Inflation Rate and Benchmark Interest Rate. USA versus Romania Analisis Korelasi 3. Annisa Sholihah (2008) Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah Analisis Regresi Linier Berganda Kesimpulan Terdapat pengaruh negatif antara BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB reksadana syariah, sedangkan Inflasi dan Jumlah Uang Beredar tidak memiliki pengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Dalam analisis pasar AS, kenaikan inflasi menyebabkan tren kenaikan reksadana saham, dengan harapan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Kemudian, tingkat bunga yang lebih rendah di AS menjadikan masyarakat berinvestasi dalam aset pendapatan tetap (moneter dan obligasi). Sementara dalam industri investasi Rumania, korelasi ini tidak dapat dibuktikan karena tingkat NAB reksadana saham yang sangat kecil. Variabel JII dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana syariah. Dan Inflasi menjadi variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kinerja reksa dana syariah. Sedangkan variabel 51 4. Dinesh Kumar dan Mihir Dash (2008) A Study On The Effect Of Maroeconomic Variables On Indian Mutual Funds The granger causality test 5. Prantik Ray dan Vina Vani (2005) Neural Network Models for Forecasting Mutual Fund Net Asset Value Artificial Neural Network SWBI dan IHSG tidak memiliki pengaruh. Ada hubungan yang signifikan dari inflasi 23,53%, harga minyak mentah 35,29%, suku bunga Mumbai InterBank Offer Rates/MIBOR 23,53%, nilai tukar INR/USD 17,65%, nilai tukar ISD/EURO 23,52%, tingkat return pasar yang dihitung dari BSE Sensex sebesar 23,53%. Dengan demikian, harga minyak mentah memiliki pengaruh terbesar pada return reksadana. Variabel Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Pasar Ekuitas memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pergerakan NAB pada periode 1999-2004, sedangkan Output Nasional yang dicerminkan dalam Indeks Produksi Industri memiliki pengaruh yang sangat diabaikan pada return reksadana. Sumber: Kumpulan Penelitian Terdahulu D. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi 52 dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Mempengaruhi NAB Reksadana Syariah Bank Indonesia Variabel Independen (X) : SBIS (X1) Inflasi (X2) Nilai Tukar Rupiah (X3) Jumlah Uang Beredar (X4) Bapepam Variabel Dependen (Y) : NAB Reksadana Syariah Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik : - Normalitas - Multikolinieritas - Heteroskedastisitas - Autokorelasi Uji Hipotesis : - Uji F - Uji t - Uji Adjusted R Square Uji Regresi Berganda Interpretasi dan Kesimpulan 53 E. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu konsep yang perlu diuji kebenarannya (Syofian Siregar, 2011:112). Sesuai dengan teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah secara parsial berpengaruh negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 2. Inflasi secara parsial berpengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 3. Nilai Tukar Rupiah secara parsial berpengaruh negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 4. Jumlah Uang Beredar secara parsial berpengaruh positif terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 5. Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, menginvestarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti. Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Data yang diambil merupakan data bulanan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data gabungan antara data cross section dengan data runtun waktu (time series). B. Metode Penentuan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan 55 Reksadana Syariah yang terdaftar di Bapepam dan aktif selama periode Januari 2008 – Desember 2012. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut Syofian Siregar (2011:148), purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap NAB Reksadana Syariah yang tercatat di Bapepam. Sampel penelitian ini diambil dari reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam. Oleh karena reksadana syariah yang tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria: 1. Reksadana syariah yang terdaftar di Bapepam selama periode 2008 sampai dengan 2012. 2. Reksadana syariah yang aktif selama periode 2008 sampai dengan 2012. 3. Reksadana syariah yang Nilai Aktiva Bersih meningkat selama periode 2008 sampai dengan 2012. 56 Berdasarkan kriteria sampel di atas, terdapat tiga reksadana syariah yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian, yaitu sebagai berikut: Tabel 3.1 Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian No Nama Reksadana Syariah Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah Jenis Reksadana Saham Manajer Investasi PT BNP Paribas Investment Partners 2 Danareksa Syariah Berimbang Campuran 3 Reksadana Haji Syariah Pendapatan Tetap PT Danareksa Investment Management PT Insight Investments Management 1 Bank Kustodian The Hongkong and Shanghai Banking Corporation – Custody Citibank N. A. – Custody Bank CIMB Niaga - Custody, Tbk, PT Sumber: Bapepam C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Data-data sekunder yang digunakan penulis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Bank Indonesia. 57 Data-data sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut: a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari laporan bulanan statistik di Bapepam. b. Data Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). c. Data Inflasi setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). d. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id). Data nilai kurs yang digunakan merupakan data kurs tengah bulanan. e. Data Jumlah Uang Beredar (M2) setiap bulannya selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) yang didapat dari Bank Indonesia. 2. Studi Kepustakaan (Library Research) Library Research merupakan teknik pengambilan data yang dilengkapi pula dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang 58 berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan landasan teori dan konsep yang tersusun. Penulis melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang berkenaan dengan penelitian. 3. Pengamatan Langsung (Field Research) Pengumpulan data yang berhubungan dengan penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia dan Bapepam. Pencarian data dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil cetakan. b. Pencarian dengan membuka website resmi Bapepam dan Bank Indonesia yang mempublikasikan data yang diperlukan untuk penelitian ini. D. Metode Analisis Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah, dan jumlah uang beredar terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS versi 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini: 59 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Untuk mendeteksi apakah nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, maka dapat digunakan metode analisis grafik dan metode statistik. Pengujian normalitas menggunakan analisis grafik dilakukan dengan menggunakan histogram dengan menggambarkan variabel dependent sebagai sumbu vertikal sedangkan nilai residual terstandarisasi digambarkan sebagai sumbu horizontal. Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. Cara lain untuk menguji normalitas dengan pendekatan grafik adalah menggunakan Normal Probability Plot, yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal digambarkan dengan sebuah garis diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas (Suliyanto, 2011:69). Menurut Imam Ghozali (2012:163), pada prinsipnya uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) 60 pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusan: - Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. - Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka penulis menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Sig. > alpha (α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75). b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala multikolinier (Suliyanto, 2011:81). 61 Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi variabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas (Imam Ghozali, 2012:105). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, yaitu melihat Grafik Plot antara nilai prediksi 62 variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisis: (1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas; (2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali (2012:139). Analisis dengan grafik plot memiliki kelemahan yang cukup signifikan oleh karena jumlah pengamatan mempengaruhi hasil ploting. Oleh sebab itu diperlukan uji statistik yang lebih dapat menjamin keakuratan hasil. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini juga heteroskedastisitas dilakukan dengan dengan metode metode Glejser Glejser. dilakukan Uji dengan meregresikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya. Oleh karena itu persamaan yang digunakan untuk uji Glejser adalah sebagai berikut: ǀ uiǀ = α + βXi + υi. Keterangan: ǀ uiǀ residual mutlak, dan Xi = = nilai variabel bebas. Gejala heteroskedastisitas ditunjukkan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut residualnya. Jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α), maka dapat dipastikan model tidak mengandung gejala heteroskedastisitas (Suliyanto, 2011:98). 63 d. Uji Autokorelasi Menurut Suliyanto (2011:125), uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (times-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence). Menurut Gujarati (1995), ada beberapa cara untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu menggunakan metode Durbin-Watson dan metode Run Test sebagai salah satu uji statistik non-parametrik. Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. (Suliyanto, 2011:126). Tabel 3.2 Kriteria Pengujian Autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson DW Kesimpulan < dL Ada autokorelasi (+) dL s.d dU Tanpa kesimpulan dU s.d 4 – dU Tidak ada autokorelasi 4 - dU s.d 4-dL Tanpa kesimpulan > 4 – dL Ada autokorelasi (-) Menurut Imam Ghozali (2012:121), jika pada model regresi terjadi autokorelasi, maka ada beberapa opsi penyelesaiannya antara lain: 64 a. Tentukan apakah autokorelasi yang terjadi merupakan pure autocorrelation dan bukan karena kesalahan spesifikasi model regresi. Pola residual dapat terjadi karena adanya kesalahan spesifikasi model yaitu ada variabel penting yang tidak dimasukkan kedalam model atau dapat juga karena bentuk fungsi persamaan regresi tidak benar. b. Jika yang terjadi adalah pure autocorrelation, maka solusi autokorelasi adalah dengan mentranformasi model awal menjadi model difference. Misalkan model regresi dengan dua variabel sebagai berikut: Yt = β1 + β2Xt + μt Dan diasumsikan bahwa residual atau error mengikuti autoregressive AR(1) sebagai berikut: μt = ρμt – 1 + εt -1 < ρ < 1 Asumsi ρ tidak diketahui nilainya Nilai ρ diestimasi berdasarkan Durbin-Watson d statistik Secara sederhana nilai ρ dapat diestimasi dengan menggunakan d statistik dengan rumus seperti di bawah ini: ρ=1– d 2 Keterangan: d = durbin-watson Pada kasus dengan jumlah sampel kecil, Theil dan Nagar mengajukan rumus untuk menghitung nilai ρ sebagai berikut: 65 ρ = n2(1 – d / 2) + k2 n2 – k2 Keterangan: n = jumlah observasi; k = jumlah variabel bebas 2. Uji Hipotesis a. Uji F Nilai F hitung digunakan untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau tidak. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima. Selain itu, dapat juga dilihat dengan membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel dengan derajat bebas: df: α, (k-1), (n-k). Dimana; n = jumlah pengamatan (ukuran sampel), k = jumlah variabel bebas dan terikat. Jika nilai F hitung > nilai F tabel, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi yang terbentuk masuk kriteria fit (cocok) (Suliyanto, 2011:62). b. Uji t Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak (Nachrowi 66 dan Usman, 2008:24). Nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak (Suliyanto, 2011:55). Dalam tabel distribusi t terdapat istilah one tail dan two tail. Penggunaan tabel one tail atau two tail tergantung pada hipotesis yang diajukan. Jika hipotesis yang diajukan sudah menunjukkan arah, misalkan terdapat pengaruh positif, maka menggunakan one tail sebelah kanan. Akan tetapi jika belum menunjukkan arah, misalnya terdapat pengaruh (tidak menunjukkan pengaruh positif atau negatif) maka menggunakan two tail. Jika menggunakan one tail maka df: α, n-k, tetapi jika menggunakan two tail maka derajat bebasnya adalah df: α/2, n-k. Keterangan: n = jumlah pengamatan (ukuran sampel); dan k = jumlah variabel bebas dan terikat (Suliyanto, 2011:45). Menurut Suliyanto (2011:56), dalam menentukan pengujian hipotesis uji t adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Hipotesis 1 Ho: Tidak terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap variabel dependent Ha: Terdapat pengaruh negatif variabel independent terhadap variabel dependent 67 Hipotesis 2 Ho : Tidak terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap variabel dependent Ha : Terdapat pengaruh positif variabel independent terhadap variable dependent 2. Kriteria Pengujian Hipotesis 1 Ho tidak dapat ditolak jika: t hitung ≥ -t tabel, atau Sig.> 0,05 Ha diterima jika: t hitung < -t tabel, atau Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien negatif. Hipotesis 2 Ho tidak dapat ditolak jika: t hitung ≤ t tabel, atau Sig. > 0,05 Ha diterima jika: t hitung > t tabel, atau Sig. ≤ 0,05, dan arah koefisien positif. c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien 68 determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya (Suliyanto, 2011:55). Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi, dimana setiap penambahan satu variabel bebas dan pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan itu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan, maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun akibat adanya penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011:43). 3. Analisis Regresi Linier Berganda Metode analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda, yaitu regresi yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Menurut Suliyanto (2011:53), pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas 69 sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut: Y = f (X1, X2, ….., Xn) Keterangan: Y = Variabel tergantung atau terikat (dependent) X1, X2, ....., Xn = Variabel bebas (independent) Dalam model di atas terlihat bahwa variabel terikat dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e Keterangan: Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan) a = Intercept (konstanta) X2 = Variabel bebas kedua b1 = Koefisien regresi untuk X1 Xn = Variabel bebas ke n b2 = Koefisien regresi untuk X2 e = Nilai residu bn = Koefisien regresi untuk Xn X1 = Variabel bebas pertama Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: NAB = a + b1SBIS + b2INFLASI + b3KURS +b4JUB + e 70 Keterangan: Y = Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah a = Intercept (konstanta) b = Koefisien regresi dari variabel independen X1 = Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) X2 = Inflasi X3 = Nilai Tukar Rupiah (KURS) X4 = Jumlah Uang Beredar (JUB) e = Nilai residu E. Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah. Menurut Ahmad Rodoni (2009:98), Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau Net Asset Value (NAV) merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil portofolio reksadana. Net Asset Value (NAV) dapat diformulasikan sebagai berikut: NAVt = ( MVAt – LIABt/NSOt ) Keterangan: NAVt = Nilai Aktiva Bersih pada periode t MVAt = Total Nilai Pasar Aktiva pada priode t LIABt = Total Kewajiban Reksadana pada periode t NSOt = Jumlah unit penyertaan beredar pada periode t 71 b. Variabel Independen 1. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) SBIS merupakan variabel bebas pertama (X1). SBIS merupakan kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengatasi kesulitan likuiditas pada bank yang beroperasi dengan prinsip syariah. SBIS bagi bank syariah difungsikan sebagai alat instrumen investasi, sebagaimana Sertifikat Bank Indonesia di Bank Konvensional. Dalam prakteknya, SBIS diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen operasi pasar terbuka dalam rangka pengendalian moneter yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah dan akad yang digunakan adalah akad jualah. Besarnya SBIS dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : SBIS = P x R x t x k 360 Keterangan: P = nilai nominal investasi R = tingkat realisasi imbalan simpanan investasi t = jangka waktu investasi (jumlah hari dalam bulan / periode) k = nisbah (bagi hasil) bagi bank penitip dana 2. Inflasi Inflasi merupakan variabel bebas kedua (X2). Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum secara terus-menerus. Akibat dari inflasi secara umum adalah menurunnya daya beli masyarakat karena secara 72 riil tingkat pendapatan juga menurun. Tingkat inflasi adalah perubahan atau naik turunnya angka inflasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia pada periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012 yang dihitung tiap bulan dalam satuan persen (%). Indikator inflasi yang digunakan adalah Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia. IHK merupakan pengukur perkembangan daya beli Rupiah yang dibelanjakan untuk membeli barang dan jasa dari bulan ke bulan. Rumus perhitungan inflasi adalah sebagai berikut: INF = (IHKt – IHKt-1) x 100 IHKt-1 Keterangan: INF = Inflasi IHKt = Indeks Harga Konsumen pada periode t IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen pada periode sebelum t 3. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar rupiah (Kurs) merupakan variabel bebas ketiga (X3). Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing. Dalam penelitian ini, satuan ukur yang digunakan adalah besarnya nilai kurs tengah pada penutupan perdagangan mata uang/valuta tiap bulan dalam satuan 73 Rupiah, yaitu kurs rupiah terhadap USD selama periode Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. 4. Jumlah Uang Beredar Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan variabel bebas keempat (X4). Uang secara luas adalah sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau sebagai alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Di Indonesia, saat ini dikenal hanya dua macam uang yang beredar, yaitu sebagai berikut: a. Uang beredar dalam arti sempit, yang sering diberi simbol M1, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D). b. Uang beredar dalam arti luas, yang sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian dan diberi simbol M2, didefinisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D), dan uang kuasi (T). Dengan kata lain, M2 adalah M1 ditambah dengan tabungan dan deposito berjangka atau disebut juga uang kuasi (T). Teori kuantitas uang dikemukakan oleh Irving Fisher, seorang ahli ekonomi Amerika yang tergolong dalam golongan ahli-ahli ekonomi klasik. MV = PT 74 Keterangan : M = Jumlah uang beredar V = Tingkat perputaran uang P = Tingkat harga barang T = Jumlah barang yang diperdagangkan 75 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah dan Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Menurut Abdul Manan (2009:13), aktivitas pasar modal di Indonesia dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Efek yang diperdagangkan pada saat itu adalah saham milik perusahaan orang Belanda dan obligasi yang diperdagangkan adalah obligasi milik pemerintah Hindia Belanda. Aktivitas pasar modal ini berhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Ketika Indonesia merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada tahun 1950. Pengaktifan pasar modal di Jakarta ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang berkaitan dengan pasar modal. Pemikiran untuk mendirikan pasar modal syariah dimulai sejak munculnya instrumen pasar modal yang menggunakan prinsip syariah yang berbentuk reksadana syariah. Usaha ini baru bisa terlaksana pada tanggal 14 Maret 2003 dengan dibuka secara resmi pasar modal syariah oleh Menteri Keuangan Boediono dan didampingi oleh Ketua Bapepam Herwidayatmo, Wakil dari Majelis Ulama Indonesia dan Wakil dari Dewan Syariah Nasional serta Direksi SRO, Direksi Perusahaan Efek, pengurus organisasi pelaku dan asosiasi profesi di pasar Indonesia. 76 Peresmian pasar modal syariah ini menjadi sangat penting sebab Bapepam menetapkan pasar modal syariah dijadikan prioritas kerja lima tahun ke depan sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal Indonesia tahun 2005-2009. Dengan program ini, pengembangan pasar modal syariah memiliki arah yang jelas dan semakin membaik. Pada tanggal 4 Oktober 2003, Dewan Syariah Nasional (DSN) telah mengeluarkan Fatwa Nomor: 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Fatwa ini dikeluarkan mengingat pasar modal di Indonesia telah lama berlangsung dan perlu mendapat kajian dan perspektif hukum Islam. Beberapa dasar hukum atas pelaksanaan pasar modal ini harus sesuai dengan QS. An-Nisa ayat 29, Al-Maidah ayat 1, dan Al-Jumuah ayat 10 serta beberapa hadist Rasulullah SAW. 2. Sejarah Reksadana Syariah Menurut Mohamad Heykal (2012:89), reksadana syariah yang ada di dunia diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity dengan kapitalisasi sebesar U$150 juta (Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, 2010). Kemudian industri ini berkembang di Malaysia melalui pengembangan industri unit trust mereka, yang dimulai pertama kali pada tahun 1959. Perkembangan unit trust di Malaysia cukup pesat, karena adanya keinginan untuk memberikan alternatif investasi bagi mayarakat di negara tersebut. Termasuk juga perkembangan reksadana syariah yang 77 dikenal dengan nama Islamic Unit Trust. Islamic Unit Trust merupakan reksadana syariah dengan tujuan investasi yang dilakukan pada instrumen yang sejalan dengan prinsip syariah, dan sudah mendapat persetujuan dari Suruhanjaya Sekuriti (Bapepam-LK Malaysia). Islamic Unit Trust di Malaysia mulai berkembang pada periode sebelum 1997. Sedangkan di Indonesia reksadana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1997 oleh PT Danareksa Investment Management, dimana pada saat itu PT Danareksa mengeluarkan produk reksadana berdasarkan prinsip-prinsip syariah dengan jenis reksadana campuran yang dinamakan Danareksa Islam Berimbang. Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No.20/DSN- MUI/IX/2000 mendefinisikan reksadana syariah sebagai reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib al-mal/rabb almal) dengan Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI No.20/DSN- MUI/IX/2000 ini memuat antara lain: 1) Dalam reksadana konvensional masih terdapat unsur-unsur yang bertentangan dengan Islam baik dari segi akad, pelaksanaan investasi maupun dari segi pembagian keuntungan. 78 2) Investasi hanya dapat dilakukan pada instrumen keuangan yang sesuai dengan Islam, yang meliputi saham yang sudah melalui penawaran umum dan pembagian dividen didasarkan pada tingkat laba usaha, penempatan pada deposito dalam bank umum Islam dan surat utang yang sesuai dengan Islam. 3) Jenis usaha emiten harus sesuai dengan syariah Islam antara lain tidak boleh melakukan usaha perjudian dan sejenisnya, usaha pada lembaga keuangan ribawi, usaha memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman haram serta barang-barang atau jasa yang merusak moral dan membawa mudharat. Pemilihan dan pelaksanaan investasi harus dilaksanakan dengan prinsip kehati-hatian dan tidak boleh ada unsur yang tidak jelas (gharar). Di antaranya tidak boleh melakukan penawaran palsu, penjualan barang yang belum dimiliki, insider trading atau menyebarkan informasi yang salah dan menggunakan informasi orang dalam untuk keuntungan transaksi yang dilarang, serta melakukan investasi pada perusahaan yang tingkat utangnya lebih dominan dari modalnya. 4) Emiten dinyatakan tidak layak berinvestasi dalam reksadana syariah jika struktur utang terhadap modal sangat bergantung pada pembiayaan dari utang, yang pada intinya merupakan pembiayaan yang mengandung unsur riba, emiten memiliki nisbah utang terhadap modal lebih dari 82% (utang 45%, modal 55%), manajemen emiten diketahui bertindak melanggar prinsip-prinsip usaha yang sesuai syariah. 79 5) Mekanisme operasional reksadana syariah terdiri dari akad wakalah antara manajer investasi dan pemodal, serta mudharabah antara manajer investasi dengan pengguna investasi. 6) Karakteristik mudharabah adalah sebagai berikut: (1) pembagian keuntungan antara pemodal (yang diwakili oleh manajer investasi) dan pengguna investasi berdasarkan pada proporsi yang ditentukan dalam akad yang telah ditentukan bersama dan tidak ada jaminan atas hasil investasi tertentu kepada si pemodal, (2) pemodal menanggung risiko sebesar dana yang telah diberikan, (3) manajer investasi sebagai wakil pemodal tidak menanggung risiko kerugian atas investasi yang dilakukan sepanjang bukan karena kelalaian. Penghasilan investasi yang dapat diterima dalam reksadana syariah adalah, dari saham dapat berupa: a. Dividen yang merupakan bagi hasil atas keuntungan yang dibagi dari laba baik yang dibayar dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk saham. b. Right yang merupakan hak umum untuk memesan efek lebih dulu yang diberikan oleh emiten kepada pihak investor. c. Capital gain yang merupakan keuntungan yang diperoleh dari jual beli saham di pasar modal. d. Dari obligasi yang sesuai dengan Islam: bagi hasil yang diterima secara periodik dari laba emiten. 80 e. Dari surat berharga pasar uang yang sesuai dengan Islam: bagi hasil yang diterima oleh issuer. f. Dari deposito dapat berupa: bagi hasil yang diterima dari bank-bank Islam. B. Deskripsi Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana syariah yang selalu ada dan aktif selama Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Adapun reksadana syariah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut: Tabel 4.1 Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012) No 1 2 3 Nama Reksadana Syariah Panin Dana Syariah Saham Panin Dana Syariah Berimbang Reksadana AAA Amanah Syariah Fund 4 Reksa Dana Syariah Batasa Sukuk 5 Reksadana BNI Dana Syariah 6 Reksadana BNI Danaplus Syariah Reksa Dana Terproteksi BNIAM Proteksi Syariah Grenada Seri IV Reksa Dana Terproteksi BNIAM Proteksi Syariah Grenada Seri I Reksa Dana Terproteksi BNIAM Proteksi Syariah Grenada Seri III Reksa Dana Terproteksi BNIAM Proteksi Syariah Grenada Seri II Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah 7 8 9 10 11 Jenis Tanggal Efektif Reksadana 20 Juni 2012 Saham Campuran 16 Agustus 2012 Campuran Pendapatan Tetap Pendapatan Tetap Campuran 17 Juni 2005 3 September 2008 21 April 2004 21 April 2004 Terproteksi 10 Desember 2012 Terproteksi 8 Maret 2012 Terproteksi 10 Desember 2012 Terproteksi 10 Desember 2012 Campuran 9 April 2007 81 12 Bahana Syariah Protected Fund 2 Terproteksi 11 Desember 2012 13 Bahana Syariah Protected Fund 1 Terproteksi 11 Desember 2012 14 Batavia Dana Saham Syariah CIMB - Principal Islamic Equity Growth Syariah Terproteksi CIMB Islamic Sukuk II Syariah Cipta Syariah Equity Cipta Syariah Balance Danareksa Syariah Berimbang Reksa Dana Danareksa Indeks Syariah Danareksa Proteksi Syariah II Reksa Dana Terproteksi Danareksa Proteksi Syariah I Saham 16 Juli 2007 Saham 6 Agustus 2007 Terproteksi 22 Maret 2010 Saham Campuran Campuran 16 April 2008 16 April 2008 24 November 2000 Indeks 17 Maret 2006 Terproteksi 17 Desember 2012 Terproteksi 17 Desember 2012 15 16 17 18 19 20 21 22 23 Reksadana Haji Syariah 24 28 Reksadana IPB Syariah Reksa Dana Lautandhana Saham Syariah Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi Syariah I Reksa Dana Mega Dana Obligasi Syariah Reksa Dana Mega Dana Syariah 29 Reksa Dana MNC Dana Syariah 25 26 27 30 31 Reksadana MNC Dana Syariah Ekuitas Reksadana MNC Dana Kombinasi Syariah 32 Mandiri Investa Dana Syariah 33 Mandiri Investa Atraktif-Syariah Reksadana Mandiri Komoditas Syariah Plus Reksadana Mandiri Saham Syariah Atraktif Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang Reksadana Mandiri Berimbang Syariah Aktif 34 35 36 37 Pendapatan Tetap Campuran 13 Januari 2005 14 Desember 2005 Saham 27 Desember 2012 Terproteksi 3 Agustus 2009 Pendapatan Tetap Campuran Pendapatan Tetap 21 Mei 2007 11 September 2006 29 Oktober 2004 Saham 13 Desember 2012 Campuran 13 Desember 2012 Pendapatan Tetap Saham 22 Desember 2008 19 Desember 2007 Saham 9 September 2011 Saham 9 September 2011 Campuran 14 Oktober 2004 Campuran 9 September 2011 82 38 39 40 41 42 43 44 45 46 Mandiri Amanah Syariah Protected Dollar Fund Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 1 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 2 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 3 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 4 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Smart Syariah Seri 1 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Smart Syariah Seri 2 Reksa Dana Manulife Syariah Sektoral Amanah PNM Amanah Syariah 47 48 Reksa Dana PNM Ekuitas Syariah Reksa Dana PNM Syariah Reksa Dana SAM Sukuk Syariah 49 Sejahtera 50 SAM Sharia Equity Fund Reksa Dana SAM Syariah 51 Berimbang 52 Schroder Syariah Balanced Fund 53 RD TRIM Syariah Saham 54 RD TRIM Syariah Berimbang Sumber: Bapepam Terproteksi 30 Juni 2009 Terproteksi 8 Maret 2012 Terproteksi 21 Desember 2012 Terproteksi 21 Desember 2012 Terproteksi 21 Desember 2012 Terproteksi 24 Maret 2011 Terproteksi 24 Maret 2011 Saham 16 Januari 2009 Pendapatan Tetap Saham Campuran Pendapatan Tetap Saham 26 Agustus 2004 26 Juli 2007 15 Mei 2000 20 Januari 2010 27 Desember 2012 Campuran 20 Januari 2010 Campuran Saham Campuran 22 April 2009 26 Desember 2006 26 Desember 2006 Dari reksadana-reksadana syariah yang terdaftar di atas, hanya tiga reksadana syariah yang memenuhi syarat untuk dijadikan objek penelitian, yaitu sebagai berikut: 83 Tabel 4.2 Daftar Reksadana Syariah yang memenuhi kriteria penelitian No Nama Reksadana Syariah Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah Jenis Reksadana Saham Manajer Investasi PT BNP Paribas Investment Partners 2 Danareksa Syariah Berimbang Campuran 3 Reksadana Haji Syariah Pendapatan Tetap PT Danareksa Investment Management PT Insight Investments Management 1 Bank Kustodian The Hongkong and Shanghai Banking Corporation – Custody Citibank N. A. – Custody Bank CIMB Niaga - Custody, Tbk, PT Sumber: Bapepam Ketiga reksadana syariah di atas terpilih dikarenakan hanya ketiga reksadana tersebut yang terdaftar dan aktif di Bapepam, serta memiliki Nilai Aktiva Bersih yang meningkat selama lima tahun masa penelitian, yaitu Januari 2008 sampai dengan Desember 2012. Data yang lain digunakan dalam penelitian ini adalah Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (M2). Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS versi 16.0, untuk dapat mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti. 84 Tabel 4.3 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (dalam persentase) Tahun Bulan 2008 2009 0,496 0,792 Jan 0,505 0,728 Feb 0,527 0,684 Mar 0,666 0,633 Apr 0,693 0,604 Mei 0,728 0,579 Juni 0,769 0,559 Juli 0,773 0,548 Agust 0,809 0,540 Sept 0,915 0,541 Okt 0,937 0,539 Nov 0,903 0,538 Des 8,720 7,286 Total 0,727 0,607 Rata-rata Sumber: Bank Indonesia, data diolah 2010 0,538 0,534 0,523 0,517 0,525 0,522 0,553 0,553 0,553 0,531 0,535 0,522 6,403 0,534 2011 0,507 0,558 0,560 0,598 0,613 0,613 0,606 0,564 0,523 0,481 0,435 0,420 6,478 0,540 2012 0,407 0,318 0,319 0,327 0,353 0,360 0,372 0,378 0,389 0,396 0,398 0,400 4,417 0,368 Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, rata-rata nilai SBIS tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 0,727 dan rata-rata nilai SBIS terendah terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 0,368. Sedangkan nilai SBIS tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar 0,937 dan nilai terendah terjadi pada bulan Februari 2012, yaitu sebesar 0,318. Grafik mengenai perkembangan SBIS yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.1. 85 Gambar 4.1 Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Sumber: data diolah Dapat terlihat pada Gambar 4.1 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, SBIS mengalami trend yang fluktuatif selama periode penelitian. Pada tahun 2008 SBIS terus mengalami peningkatan hingga mencapai nilai tertinggi pada November 2008. Seperti halnya SBI, kenaikan penempatan dana perbankan syariah pada SBIS antara lain disebabkan oleh peningkatan belanja pemerintah pada akhir tahun. Selain itu, hal ini disebabkan pula oleh penurunan suku bunga simpanan perbankan konvensional, sehingga mendorong terjadinya perpindahan dana nasabah bank konvensional ke bank syariah, karena tingkat imbalan yang ditawarkan oleh bank syariah menjadi lebih menarik. Namun, setelah November 2008 SBIS mengalami penurunan hingga mencapai nilai terendah pada Februari 2012. 86 Tabel 4.4 Inflasi (dalam persentase) Tahun Bulan 2008 2009 0,613 0,764 Jan 0,617 0,717 Feb 0,681 0,660 Mar 0,747 0,609 Apr 0,865 0,503 Mei 0,919 0,304 Juni 0,992 0,226 Juli 0,988 0,229 Agust 1,012 0,236 Sept 0,981 0,214 Okt 0,973 0,201 Nov 0,922 0,232 Des 10,308 4,895 Total 0,859 0,408 Rata-rata Sumber: Bank Indonesia, data diolah 2010 0,310 0,318 0,286 0,326 0,347 0,421 0,518 0,537 0,483 0,473 0,528 0,580 5,125 0,427 2011 0,585 0,570 0,554 0,513 0,498 0,462 0,384 0,399 0,384 0,368 0,346 0,316 5,380 0,448 2012 0,304 0,297 0,331 0,375 0,371 0,378 0,380 0,382 0,359 0,384 0,360 0,358 4,278 0,357 Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata nilai Inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 0,859 dan rata-rata nilai Inflasi terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,408. Sedangkan nilai Inflasi tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan September 2008, yaitu sebesar 1,012 dan nilai terendah terjadi pada bulan November 2009, yaitu sebesar 0,201. Grafik mengenai perkembangan Inflasi yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.2. 87 Gambar 4.2 Inflasi Sumber: data diolah Dapat terlihat pada gambar 4.2 di atas, pada tahun 2008 inflasi kembali bergejolak. Penyumbang inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak dari sisi cost push inflation. Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain itu, meningkatnya harga komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan impor seperti kedelai, jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang otomatis meningkatkan biaya pokok produksi perusahaan juga memberikan kontribusi angka inflasi yang sangat besar. Hal-hal lain seperti kelangkaan sumber energi baik gas maupun minyak di berbagai daerah maupun kekurangan suplai listrik yang mengharuskan terjadinya pemadaman juga berperan meningkatkan inflasi karena mendorong pembengkakan biaya produksi. 88 Setelah bulan September 2008, tingkat inflasi mulai turun hingga mencapai nilai terendah pada November 2009. Hal ini dikarenakan turunnya harga komoditi internasional, pangan, dan energi dunia. Penyebab lain dari terus menurunnya tingkat inflasi adalah kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM pada Desember 2008 dan produksi pangan dalam negeri yang relatif bagus. Pada tahun 2010 tingkat inflasi beranjak naik. Hal ini secara umum diakibatkan karena iklim basah yang menyebabkan harga pangan meningkat. Jenis barang dan jasa yang dominan memberikan sumbangan inflasi di tahun ini antara lain beras, tarif listrik, dan cabai merah. Tingginya inflasi komoditas bahan makanan terjadi karena kendala pasokan yang dipicu oleh gangguan produksi dan distribusi akibat tingginya curah hujan di beberapa daerah. Pada tahun 2011 inflasi mulai mengalami penurunan, yang disebabkan oleh penurunan harga bahan pangan. Hingga pada tahun 2012 pergerakan tingkat inflasi relatif stabil. Tabel 4.5 Kurs / Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (dalam ribuan rupiah) Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli 2008 9291 9051 9217 9234 9318 9225 9118 Tahun 2009 11355 11980 11575 10713 10340 10225 9920 2010 9365 9335 9115 9012 9180 9083 8952 2011 9057 8823 8709 8574 8537 8597 8508 2012 9000 9085 9180 9190 9565 9480 9485 89 9153 10060 9041 Agust 9378 9681 8924 Sept 10995 9545 8928 Okt 12151 9480 9013 Nov 10950 9400 8991 Des 117081 124274 108939 Total Rata-rata 9756,75 10356,17 9078,25 Sumber: Bank Indonesia, data diolah 8578 9560 8823 9588 8835 9615 9170 9605 9068 9670 105279 113023 8773,25 9418,58 Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, rata-rata nilai Kurs tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 10356,17 dan rata-rata nilai Kurs terendah terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar 8773,25. Sedangkan nilai Kurs tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar 12151 dan nilai terendah terjadi pada bulan Juli 2011, yaitu sebesar 8508. Grafik mengenai perkembangan Kurs/Nilai Tukar Rupiah yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.3. Gambar 4.3 Kurs / Nilai Tukar Rupiah terhadap USD Sumber: data diolah Dapat terlihat pada Gambar 4.3 di atas, pada awal tahun 2008 nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil sampai pertengahan September 2008. Hal ini 90 terutama disebabkan oleh kinerja transaksi berjalan yang masih mencatat surplus serta kebijakan makro ekonomi yang berhati-hati. Namun sejak pertengahan September 2008, krisis global yang semakin dalam telah memberi efek depresiasi terhadap mata uang. Kurs Rupiah melemah menjadi Rp 12.151 per USD pada November 2008 yang merupakan depresiasi yang cukup tajam, karena pada bulan sebelumnya Rupiah berada di posisi Rp 10.995 per USD. Setelah November 2008, pergerakan nilai tukar rupiah terus mengalami penguatan hingga menguat sampai ke level terendah pada Juli 2011 yaitu sebesar Rp 8.508 per USD. Tabel 4.6 Jumlah Uang Beredar (M2) (dalam jutaan rupiah) Tahun Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 1596565 1874145 2073860 2434679 2854978 Jan 1603750 1900208 2066481 2420191 2849796 Feb 1594390 1916752 2112083 2451357 2911920 Mar 1611691 1912623 2116024 2434478 2927259 Apr 1641733 1927070 2143234 2475286 2992057 Mei 1703381 1977533 2231144 2522784 3050355 Juni 1686050 1963180 2217589 2564556 3054836 Juli 1682811 1995294 2236460 2621346 3089011 Agust 1778139 2018031 2274955 2643331 3125533 Sept 1812490 2020829 2308175 2677787 3161726 Okt 1851023 2034489 2346801 2729538 3205129 Nov 1895839 2141384 2469399 2877220 3304645 Des 20457862 23681538 26596205 30852553 36527245 Total Rata-rata 1704822 1973462 2216350 2571046 3043937 Sumber: Bank Indonesia 91 Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, rata-rata nilai JUB tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 3043937 dan rata-rata nilai JUB terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 1704822. Sedangkan nilai JUB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar 3304645 dan nilai terendah terjadi pada bulan Maret 2008, yaitu sebesar 1594390. Grafik mengenai perkembangan Jumlah Uang Beredar yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.4. Gambar 4.4 Jumlah Uang Beredar (M2) Sumber: data diolah Dapat terlihat pada Gambar 4.4 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, jumlah uang beredar mengalami trend yang terus meningkat selama periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Peningkatan jumlah uang beredar selama periode penelitian disebabkan oleh banyak hal antara lain meningkatnya ekspansi keuangan pemerintah, pertambahan kredit 92 perbankan, berakhirnya kebutuhan uang kartal untuk keperluan perayaan hari besar (Lebaran dan Natal), depresiasi nilai tukar rupiah, dan lain-lain. Tabel 4.7 NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah (dalam miliar rupiah) Tahun Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 210,952 82,954 135,571 182,883 276,459 Jan 210,792 83,145 139,957 199,227 287,038 Feb 188,925 87,155 136,711 212,642 314,912 Mar 179,429 108,894 150,563 227,080 368,709 Apr 187,533 127,254 151,371 237,551 382,852 Mei 182,541 133,537 148,655 242,407 426,595 Juni 155,931 154,632 152,848 256,504 466,415 Juli 143,361 154,342 150,649 247,335 481,987 Agust 118,235 159,650 155,572 233,798 561,224 Sept 75,712 142,791 160,507 255,697 704,786 Okt 78,963 144,021 162,689 247,407 936,728 Nov 84,159 145,878 184,936 270,176 1133,139 Des 1816,534 1524,253 1830,029 2812,705 6340,844 Total Rata - rata 151,378 127,021 152,502 234,392 528,404 Sumber: Bapepam, data diolah Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 528,404 dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 127,021. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar 1133,139 dan nilai terendah terjadi pada bulan Oktober 2008, yaitu sebesar 75,712. Grafik mengenai perkembangan NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah dapat dilihat pada Gambar 4.5. 93 Gambar 4.5 NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah Sumber: data diolah Dapat terlihat pada Gambar 4.5 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah mengalami trend yang terus meningkat selama periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami pertumbuhan setiap tahun. Tabel 4.8 NAB Danareksa Syariah Berimbang (dalam miliar rupiah) Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept 2008 69,076 71,376 68,873 66,986 68,830 67,205 62,277 58,011 51,077 Tahun 2009 2010 32,079 45,828 32,681 47,304 34,393 48,231 39,966 55,338 45,003 56,756 47,595 59,396 54,741 44,031 56,022 43,736 58,410 45,320 2011 51,511 53,554 56,339 60,158 70,596 68,028 73,746 73,482 70,406 2012 72,295 69,513 80,029 91,263 90,294 93,344 98,322 112,911 113,439 94 39,567 56,002 47,397 72,091 122,463 Okt 31,756 53,966 47,948 70,943 121,788 Nov 32,534 43,296 52,084 69,991 127,481 Des 687,569 554,153 593,369 790,843 1193,142 Total 99,428 Rata - rata 57,297 46,179 49,447 65,904 Sumber: Bapepam, data diolah Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari Danareksa Syariah Berimbang terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 99,428 dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 46,179. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar 127,481 dan nilai terendah terjadi pada bulan November 2008, yaitu sebesar 31,756. Grafik mengenai perkembangan NAB Danareksa Syariah Berimbang dapat dilihat pada Gambar 4.6. Gambar 4.6 NAB Danareksa Syariah Berimbang Sumber: data diolah Dapat terlihat pada Gambar 4.6 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB Danareksa Syariah Berimbang mengalami trend yang terus meningkat selama 95 periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami pertumbuhan setiap tahun. Tabel 4.9 NAB Reksadana Haji Syariah (dalam miliar rupiah) Tahun Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 40,233 49,406 56,903 126,119 194,894 Jan 43,258 49,735 57,772 112,542 202,572 Feb 48,928 50,229 59,659 123,420 182,704 Mar 42,594 50,606 76,369 123,558 221,262 Apr 47,477 50,877 80,025 132,587 240,822 Mei 49,774 51,338 89,334 145,574 246,150 Juni 50,698 56,873 124,236 146,356 256,087 Juli 53,708 56,064 133,372 149,107 268,294 Agust 48,796 56,613 144,143 154,012 265,993 Sept 48,401 55,271 132,274 178,726 269,400 Okt 48,689 55,859 133,140 180,598 296,379 Nov 49,026 56,851 125,956 187,305 305,905 Des 571,583 639,723 1213,183 1759,904 2950,463 Total Rata - rata 47,632 53,310 101,099 146,659 245,872 Sumber: Bapepam, data diolah Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, rata-rata nilai NAB tertinggi dari Reksadana Haji Syariah terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 245,872 dan rata-rata nilai NAB terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 47,632. Sedangkan nilai NAB tertinggi selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2012, yaitu sebesar 305,905 dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari 2008, yaitu sebesar 40,233. Grafik mengenai perkembangan NAB Reksadana Haji Syariah dapat dilihat pada Gambar 4.7. 96 Gambar 4.7 NAB Reksadana Haji Syariah Sumber: data diolah Dapat terlihat pada Gambar 4.7 di atas, bahwa dari tahun ke tahun, NAB Reksadana Haji Syariah mengalami trend yang terus meningkat selama periode penelitian. Hingga mencapai nilai tertinggi pada Desember 2012. Hal ini menggambarkan bahwa NAB reksadana syariah terus mengalami pertumbuhan setiap tahun. C. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau ditransformasikan kedalam bentuk log-log/Double Log. Menurut Nachrowi dan Usman (2008:82), pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model tidak linier menjadi model linier, dengan jalan membuat model dalam bentuk logaritma. 97 Variabel dependen yang digunakan yaitu Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah dalam bentuk miliar rupiah. Variabel independen yang digunakan yaitu Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dalam bentuk persentase, Inflasi dalam bentuk persentase, Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dalam bentuk ribuan rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) dalam bentuk jutaan rupiah. Seluruh data tersebut dapat ditransformasikan sehingga parameternya berbentuk linier. a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Maksud data berdistribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji normalitas: 1) Analisis Grafik Histogram Gambar 4.8 Histogram Sumber: data diolah 98 Berdasarkan gambar di atas, histogram Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal. 2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Gambar 4.9 Grafik P-P Plot Sumber: data diolah Berdasarkan Gambar 4.9 di atas, terlihat bahwa penyebaran data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau model regresi memenuhi asumsi normalitas. 99 3) Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.10 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N a Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 180 .0000000 .98876369 .054 .054 -.041 .718 .681 a. Test distribution is Normal. Berdasarkan Tabel 4.10 di atas, terlihat bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,681 > 0,05 (Sig. > α). Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi dikatakan menyebar secara normal. b. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji multikolinieritas: 100 Tabel 4.11 Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF Coefficients a Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) LN_SBIS .296 3.378 LN_INFLASI .573 1.746 LN_KURS .839 1.192 LN_JUB .411 2.435 a. Dependent Variable: LN_NAB Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.11 di atas, terlihat bahwa nilai Tolerance variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) sebesar 0,296, Inflasi sebesar 0,573, Kurs sebesar 0,839, dan Jumlah Uang Beredar (JUB) sebesar 0,411. Sedangkan nilai VIF variabel SBIS sebesar 3,378, Inflasi sebesar 1,746, Kurs sebesar 1,192, dan JUB sebesar 2,435. Dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas, karena nilai Tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama (konstan) maka disebut dengan homoskedastisitas. Yang diharapkan pada model regresi adalah yang homoskedastisitas. Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas: 101 1) Analisis Grafik dengan Scatterplot Gambar 4.10 Scatterplot Sumber: data diolah Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar 4.10 di atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 2) Metode Glejser Tabel 4.12 Uji Heteroskedastisitas dengan Metode Glejser Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) -.792 3.812 LN_SBIS -.253 .165 .055 LN_INFLASI LN_KURS LN_JUB Standardized Coefficients Beta t Sig. -.208 .836 -.207 -1.528 .128 .070 .076 .776 .439 -.017 .312 -.004 -.055 .956 .089 .172 .060 .517 .606 a. Dependent Variable: ABRES 102 Berdasarkan output pada Coefficient dalam Tabel 4.12 di atas, terlihat bahwa pada model regresi tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. Hal ini karena nilai probabilitas lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α). Nilai Sig. variabel SBIS terhadap absolut residual sebesar 0,128 > 0,05, nilai Sig. variabel Inflasi terhadap absolut residual sebesar 0,439 > 0,05, nilai Sig. variabel Kurs terhadap absolut residual sebesar 0,956 > 0,05, dan nilai Sig. variabel JUB terhadap absolut residual sebesar 0,606 > 0,05. d. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (times-series) atau ruang (cross section). Beberapa penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data times-series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya data observasi pada periode sebelumnya dan periode sekarang, kemungkinan besar akan mengandung saling ketergantungan (interdependence). Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji autokorelasi: 103 Tabel 4.13 Uji Durbin-Watson b Model Summary Model R 1 .627 R Square a Adjusted R Square .393 Std. Error of the Estimate .379 Durbin-Watson .56996 .166 a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable: LN_NAB Berdasarkan tabel 4.13 di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 0,166. Jika dibandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan (n) = 180 dan jumlah variabel independen (k = 4) diperoleh nilai tabel dL (lower) = 1,7109 dan dU (upper) = 1,8017, sehingga nilai 4-dU sebesar 4 – 1,8017 = 2,1983 sedangkan nilai 4-dL sebesar 4 – 1,7109 = 2,2891. Oleh karena nilai DW = 0,166 berada di bawah dL = 1,7109 maka dapat disimpulkan terjadi autokorelasi positif. Oleh karena adanya autokorelasi maka nilai standard error (SE) dan nilai t-statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan. Pengobatan autokorelasi tergantung dari nilai ρ yang dapat diestimasi dengan beberapa cara seperti di bawah ini (Imam Ghozali, 2012:130): a. Nilai ρ diestimasi dengan Durbin-Watson d ρ = 1 - d = 1 – 0,166 = 0,917 2 2 b. Nilai ρ diestimasi dengan Theil-Nagar d ρ = n2 (1 – d/2) + k2 = (180)2 (1 – 0,166/2) + (4)2 = 0,918 n2 – k2 (180)2 – (4)2 104 Langkah Analisis: 1. Dapatkan nilai lag satu residual (Ut_1) dengan perintah Transform dan Compute. Isikan pada target variabel Ut_1 dan isikan pada kotak Numeric Expression Lag(Res_1). 2. Dari menu utama SPSS, pilih Analyze, kemudian submenu Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel Res_1 (Ut) dan pada kotak independent isikan variabel Ut_1 (Lag satu dari Ut). Abaikan yang lain dan pilih OK. Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error a Standardized Coefficients Beta t Sig. (Constant) .002 .017 .136 .892 Ut_1 .918 .030 .917 30.559 .000 a. Dependent Variable: Unstandardized Residual Berdasarkan hasil output SPSS diperoleh nilai ρ sebesar 0,918 (yaitu nilai koefisien variabel Ut_1). Berdasarkan pada perhitungan di atas diperoleh nilai ρ menurut berbagai metode seperti terlihat pada tabel di bawah ini: Metode Durbin-Watson d Theil-Nagar d Cochrane-Orcutt Step 1 Nilai ρ 0,917 0,918 0,918 Ketiga metode ternyata menghasilkan nilai yang hampir sama. Untuk itu penulis memilih metode Theil-Nagar d untuk mentransformasikan persamaan regresi. 105 Langkah Analisis: 1. Membentuk variabel LN_NABt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@, LN_KURSt@, dan LN_JUBt@ dengan perintah Transform dan Compute. Pada kotak Target Variable diisikan LN_NABt@, dan pada kotak Numeric Expression diisikan LN_NAB- 0,918*Lag(LN_NAB). Lakukan hal yang sama untuk semua variabel X. 2. Dari menu utama SPSS pilih Analyze, kemudian Regression, lalu pilih Linear. Pada kotak dependent isikan variabel LN_NABt@, serta pada kotak independent isikan variabel LN_SBISt@, LN_INFLASIt@, LN_KURSt@, dan LN_JUBt@. 3. Pilih Statistik dan aktifkan Durbin-Watson (untuk menguji apakah masih terjadi autokorelasi). Abaikan lainnya dan pilih OK. 4. Hasil output SPSS. Tabel 4.14 Hasil Pengobatan Uji Durbin-Watson b Model Summary Model 1 R .568 R Square a .323 Adjusted R Square .308 Std. Error of the Estimate .22204 Durbin-Watson 1.944 a. Predictors: (Constant), LN_JUBt@, LN_KURSt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@ b. Dependent Variable: LN_NABt@ Membandingkan hasil regresi persamaan awal sebelum dilakukan pengobatan dan hasil regresi setelah dilakukan pengobatan ternyata dapat dibandingkan (comparable). Perbedaan tersebut terletak pada 106 nilai Durbin-Watson. Pada persamaan awal nilai Durbin-Watson sebesar 0,166 dan terjadi autokorelasi positif, sedangkan dengan persamaan regresi setelah dilakukan pengobatan nilai Durbin-Watson menjadi sebesar 1,944. Karena nilai Durbin-Watson (1,944) terletak antara dU dengan 4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi tersebut sudah tidak mengandung masalah autokorelasi. 2. Uji Hipotesis a. Uji F Nilai Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Adapun pengujian dalam uji F ini yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikansi (Sig. < 0,05 atau 5%). Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikansi < 0,05 maka H1 diterima. Berikut adalah hasil uji F: 107 Tabel 4.15 Uji F b ANOVA Model Sum of Squares Mean Square Df 1 Regression 36.758 4 9.189 Residual 56.850 175 .325 Total 93.608 179 F 28.287 Sig. .000 a a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable:LN_NAB Berdasarkan tabel 4.15 di atas, nilai Fhitung sebesar 28,287 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (28,287 > 2,420) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (5-1), (180-5) = 2,420. Dapat disimpulkan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar secara simultan berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah. b. Uji t Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap 108 variabel dependen. Hasil pengujian hipotesis dengan uji t adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Uji t Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .616 .431 LN_SBIS -.254 .278 .002 LN_INFLASI LN_KURS LN_JUB a Standardized Coefficients Beta t Sig. 1.429 .155 -.065 -.912 .363 .148 .001 .014 .989 -1.006 .501 -.129 -2.011 .046 1.841 .245 .541 7.527 .000 a. Dependent Variable: LN_NAB 1) Uji t terhadap variabel SBIS Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel SBIS secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,363 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -0,912 dan t tabel sebesar -1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (-0,912 > -1,653). Maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. 2) Uji t terhadap variabel Inflasi Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang tidak signifikan pada nilai lebih besar dari α (0,989 > 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 = 0,014 dan t tabel sebesar 1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (0,014 < 1,653). Maka H0 diterima sehingga dapat 109 disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. 3) Uji t terhadap variabel Kurs / Nilai Tukar Rupiah Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel kurs secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,046 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = -2,011 dan t tabel sebesar -1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-2,011 < -1,653). Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel kurs secara parsial berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. 4) Uji t terhadap variabel Jumlah Uang Beredar Hasil yang didapat pada tabel 4.16 di atas, variabel jumlah uang beredar secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X4 = 7,527 dan t tabel sebesar 1,653 (df (n-k) 180 – 5 = 175, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (7,527 > 1,653). Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar secara parsial berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. c. Uji Adjusted R Square Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. 110 Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Berikut adalah hasil uji Adjusted R Square: Tabel 4.17 Uji Adjusted R Square (R2adj) b Model Summary Model R 1 .627 R Square a .393 Adjusted R Square .379 Std. Error of the Estimate .56996 a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable: LN_NAB Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,379 atau sebesar 37,9%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah adalah 111 37,9%. Sedangkan sisanya sebesar 62,1% (100% - 37,9%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini misalnya seperti suku bunga deposito, suku bunga SBI, Produk Domestik Bruto (PDB), dan lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,627 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,627 > 0,5. 3. Analisis Regresi Linier Berganda Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas, selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 16.0 untuk mengetahui besarnya pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), inflasi, nilai tukar rupiah (Kurs), dan Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah. Hasil pengolahan data dengan SPSS dapat dilihat pada Tabel 4.18. Tabel 4.18 Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .616 .431 LN_SBIS -.254 .278 .002 LN_INFLASI LN_KURS LN_JUB a Standardized Coefficients Beta t Sig. 1.429 .155 -.065 -.912 .363 .148 .001 .014 .989 -1.006 .501 -.129 -2.011 .046 1.841 .245 .541 7.527 .000 a. Dependent Variable: LN_NAB 112 Berdasarkan Tabel 4.18 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: LnY = 0,616 – 1,006 LnX3 + 1,841 LnX4 Keterangan: Y = Logaritma natural Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah X3 = Logaritma natural Nilai Tukar Rupiah X4 = Logaritma natural Jumlah Uang Beredar Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi di atas adalah sebagai berikut: 1) Apabila X1, X2, X3, dan X4 bernilai 0, maka nilai Y adalah 0,616%. Maksudnya adalah jika Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah, Danareksa Syariah Berimbang, dan Reksadana Haji Syariah (sampel yang diambil) tidak melakukan kegiatan operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode Januari 2008 sampai Desember 2012 jumlah NAB Reksadana Syariah sebesar 0,616%. 2) X3 = -1,006 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X3 akan menyebabkan berkurangnya Y sebesar 1,006%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. 3) X4 = 1,841 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X4 akan menyebabkan meningkatnya Y sebesar 1,841%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. 113 D. Interpretasi Adapun interpretasi penulis terhadap hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) terhadap NAB Reksadana Syariah Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel SBIS mempunyai nilai signifikansi 0,363 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel SBIS secara parsial tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Annisa Sholihah (2008) menyimpulkan bahwa SBIS tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Dalam beberapa tahun terakhir ini, SBIS menunjukkan penurunan. Hal itu menunjukkan bahwa bank syariah lebih suka ekspansi pada pembiayaan karena memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan bonus SBIS/tingkat imbalan yang didapatkan. Kondisi tersebut mencerminkan ekspansi pembiayaan bank syariah yang semakin baik. Hal tersebut secara umum menunjukkan bahwa perkembangan sektor riil lebih menjadi bahan pertimbangan investasi bank syariah dibandingkan kondisi pasar uang. 2. Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Syariah Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel inflasi mempunyai nilai signifikansi 0,989 > 0,05. Hal ini berarti menerima H0 atau menolak H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi secara parsial tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini 114 mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah. Inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena (i) menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), (ii) melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat (turunnya Marginal Propensity to Save), (iii) meningkatkan kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk non-primer dan barang-barang mewah (naiknya Marginal Propensity to Consume), dan (iv) mengarahkan investasi pada hal-hal yang nonproduktif yaitu penumpukan kekayaan (hoarding) seperti tanah, bangunan, logam mulia, mata uang asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti pertanian, industrial, perdagangan, transportasi dan lainnya (Adiwarman Karim, 2008:139). 3. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap NAB Reksadana Syariah Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel nilai tukar rupiah mempunyai nilai signifikansi 0,046 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel nilai tukar rupiah secara parsial berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmi Hifdzia (2012) menyimpulkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah. 115 Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dollar misalnya akan memberikan dampak terhadap perkembangan persaingan produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan karena meningkatnya nilai ekspor dibandingkan nilai impor, sebaliknya akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Memburuknya neraca pembayaran negara akan berpengaruh terhadap cadangan devisa, berkurangnya cadangan devisa akan mempengaruhi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal. Kedaan ini, bagi investor asing akan cenderung melakukan penarikan modal sehingga terjadi capital inflow. Hal ini juga menyebabkan menurunnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana yang sebagian dialokasikan pada saham mengakibatkan kemungkinan investor yang menginvestasikan dananya pada reksadana saham akan melakukan penarikan modal sehingga NAB reksadana pun mengalami penurunan. 4. Pengaruh Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap NAB Reksadana Syariah Berdasarkan pada Tabel 4.18 di atas, variabel jumlah uang beredar mempunyai nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini berarti menerima H1 116 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah uang beredar secara parsial berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Ray dan Vani (2005) menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. Peningkatan jumlah uang beredar dikaitkan dengan business cycle expansion. Adanya peningkatan jumlah uang beredar akan mendorong bertambahnya sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga perusahaan dapat melebarkan ekspansi usahanya lebih luas yang akhirnya meningkatkan kinerja perusahaan. Meningkatnya kinerja perusahaan akan merangsang para investor melirik saham perusahaan tersebut sehingga berdampak positif terhadap harga saham. Ketika jumlah uang beredar di masyarakat semakin bertambah sehingga ekspektasi harga-harga barang dan jasa akan naik (inflasi) mengakibatkan tingkat suku bunga deposito dalam perekonomian menurun. Penurunan tingkat suku bunga deposito menyebabkan masyarakat lebih memilih untuk menginvestasikan dananya di pasar saham dengan harapan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar, sehingga akan berdampak pada peningkatan permintaan saham di pasar modal. Hal ini juga menyebabkan meningkatnya NAB reksadana karena pengelolaan dana investasi reksadana sebagian dialokasikan pada saham. 117 BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil uji regresi ditemukan bahwa secara parsial variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan Inflasi tidak berpengaruh terhadap NAB reksadana syariah, Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif terhadap NAB reksadana syariah, dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap NAB reksadana syariah. 2. Hasil uji regresi juga ditemukan bahwa secara simultan variabel Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat diantaranya: 1. Bagi Investor Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam menjalankan strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana syariah. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomiannya. 118 2. Bagi Akademisi Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang pasar modal khususnya pada produk reksadana syariah dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel, misalnya: Produk Domestik Bruto (PDB), Suku Bunga SBI, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Indeks Syariah (Jakarta Islamic Index), dan lain-lain. 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan investasi pada setiap perusahaan reksadana syariah untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat digunakan sebagai alat evaluasi terhadap kinerjanya selama ini. 119 DAFTAR PUSTAKA Ali, Kasyfurrohman dan Irfan Syauqi Beik. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap Reksadana Syariah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi Islam Republika, 23 Agustus 2012. Dewan Syariah Nasional MUI. “Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional”. MUI, Jakarta, 2003. Elena, Delia dan Alexandru. “The Relationship Between Mutual Funds – Inflation Rate and Benchmark Interest Rate. USA versus Romania”. Jurnal, Faculty of Economics and Business Administration”, 2011. Ghozali, Imam. “Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2006. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 20 Edisi 6”. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2012. Hady, Hamdy. “Manajemen Keuangan Internasional Edisi 2”. Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Hamid, Abdul. “Pasar Modal Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta, 2010. Hasbi, Hariandy. “Kinerja Reksadana Syariah Tahun 2009 di Indonesia”. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 14, No.1 Januari 2010, hal.62-73. Heykal, Mohamad. “Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah”. PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012. Hifdzia, Rahmi. “Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Perkembangan NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2009-2011”. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012. Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011. 120 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Bapepam-LK. “Kajian Sinplifikasi Prosedur Pengelolaan Efek Syariah Pengelolaan Investasi”. Tim Kerjasama Simplifikasi Prosedur Penerbitan Efek Syariah, Jakarta, 2012. Kumar, G. Dinesh dan Mihir Dash. “A Study On The Effect Of Macroeconomic Variables On Indian Mutual Funds”. Jurnal, Alliance Business Academy, BTM Layout II Stage, Bangalore – 560076, 2008. Manan, Abdul. “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia”. Kencana, Jakarta, 2009. Mankiw, N. Gregory. “Principle of Economics Pengantar Ekonomi Makro”. Edisi Tiga, Salemba Empat, Jakarta, 2006. Manurung, Adler Haymans. “Reksa Dana Investasiku”. Kompas, Jakarta, 2008. Martono. “Bank & Lembaga Keuangan Lain”. Ekonisia, Yogyakarta, 2010. Muchtar, Muhamad Alhidadi. “Analisis Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia Periode 1999.07-2004.11”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Bandung, 2005. Muhamad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Nachrowi, Djalal dan Hardius Usman. “Penggunaan Teknik Ekonometri”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008. Nasution, Mustafa Edwin, Muhammad Arief Mufraeni, Nurul Huda, dkk. “Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam”. Kencana, Jakarta, 2007. Prantik, Ray dan Vina Vani. “Neural Network Models for Forecasting Mutual Fund Net Asset Value”. Jurnal, National Institute of Management, Kolkata, India & FORE School of Management, New Delhi, India, 2005. Pratomo, Eko P. “Berwisata ke Dunia Reksa Dana”. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2007. Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern”. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung. “Teori Ekonomi Makro Suatu Pengantar Edisi Kedua”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2004. 121 Rivai, Veithzal., Andria Permata Veithzal., & Ferry N. Idroes. “Bank and Financial Institution Management Conventional & Sharia System”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007. Rodoni, Ahmad. “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009. Samuelson, Paul A. dan William D. Nordhaus. “Ilmu Makroekonomi Edisi 17”. PT Media Global Edukasi, Jakarta, 2004. Sholihah, Annisa. “Analisis Pengaruh JII, SWBI, IHSG, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Syariah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. Siregar, Syofian. “Statistika Deskriptif untuk Penelitian”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2011. Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Edisi 3”. Ekonisia, Yogyakarta, 2008. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009. Sukirno, Sadono. “Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga”. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006. Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi, Yogyakarta, 2011. Suta, I Putu G.A. “Menuju Pasar Modal Modern”. Yayasan Sad Satria Bhakti, Jakarta, 2000. Virlandana, Reno dan Budi Hermana. “Hubungan Antara Reksa Dana Syariah, Nisbah Bank Syariah dan Sertifikat Wadiah Bank Indonesia Pada Periode Januari 2001-Desember 2004”. Jurnal Proceeding, Seminar Nasional PESAT, 2005. www.bapepam.go.id www.bi.go.id 122 Lampiran 1: Daftar Reksadana Syariah (Januari 2008 s.d. Desember 2012) No Nama Reksadana Syariah 1 Panin Dana Syariah Saham 2 Panin Dana Syariah Berimbang Reksadana AAA Amanah Syariah 3 Fund Reksa Dana Syariah Batasa 4 Sukuk 5 Reksadana BNI Dana Syariah 6 Reksadana BNI Danaplus Syariah Reksa Dana Terproteksi BNIAM 7 Proteksi Syariah Grenada Seri IV Reksa Dana Terproteksi BNIAM 8 Proteksi Syariah Grenada Seri I Reksa Dana Terproteksi BNIAM 9 Proteksi Syariah Grenada Seri III Reksa Dana Terproteksi BNIAM 10 Proteksi Syariah Grenada Seri II Reksa Dana Syariah BNP Paribas 11 Pesona Amanah Jenis Reksadana Saham Campuran Tanggal Efektif 20 Juni 2012 16 Agustus 2012 Campuran 17 Juni 2005 Pendapatan Tetap 3 September 2008 Pendapatan Tetap Campuran 21 April 2004 21 April 2004 Terproteksi 10 Desember 2012 Terproteksi 8 Maret 2012 Terproteksi 10 Desember 2012 Terproteksi 10 Desember 2012 Campuran 9 April 2007 12 Bahana Syariah Protected Fund 2 Terproteksi 11 Desember 2012 13 Bahana Syariah Protected Fund 1 Terproteksi 11 Desember 2012 14 Batavia Dana Saham Syariah CIMB - Principal Islamic Equity Growth Syariah Terproteksi CIMB Islamic Sukuk II Syariah Cipta Syariah Equity Cipta Syariah Balance Danareksa Syariah Berimbang Reksa Dana Danareksa Indeks Syariah Danareksa Proteksi Syariah II Reksa Dana Terproteksi Danareksa Proteksi Syariah I Reksadana Haji Syariah Reksadana IPB Syariah Reksa Dana Lautandhana Saham Syariah Reksa Dana Terproteksi Lautandhana Proteksi Syariah I Saham 16 Juli 2007 Saham 6 Agustus 2007 Terproteksi 22 Maret 2010 Saham Campuran Campuran 16 April 2008 16 April 2008 24 November 2000 Indeks 17 Maret 2006 Terproteksi 17 Desember 2012 Terproteksi 17 Desember 2012 Pendapatan Tetap Campuran 13 Januari 2005 14 Desember 2005 Saham 27 Desember 2012 Terproteksi 3 Agustus 2009 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 123 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 Reksa Dana Mega Dana Obligasi Syariah Reksa Dana Mega Dana Syariah Reksa Dana MNC Dana Syariah Reksadana MNC Dana Syariah Ekuitas Reksadana MNC Dana Kombinasi Syariah Mandiri Investa Dana Syariah Mandiri Investa Atraktif-Syariah Reksadana Mandiri Komoditas Syariah Plus Reksadana Mandiri Saham Syariah Atraktif Reksa Dana Mandiri Investa Syariah Berimbang Reksadana Mandiri Berimbang Syariah Aktif Mandiri Amanah Syariah Protected Dollar Fund Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 1 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 2 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 3 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Dynamic Syariah Seri 4 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Smart Syariah Seri 1 Reksa Dana Terproteksi Mandiri Protected Smart Syariah Seri 2 Reksa Dana Manulife Syariah Sektoral Amanah PNM Amanah Syariah Reksa Dana PNM Ekuitas Syariah Reksa Dana PNM Syariah Reksa Dana SAM Sukuk Syariah Sejahtera SAM Sharia Equity Fund Reksa Dana SAM Syariah Berimbang Pendapatan Tetap 21 Mei 2007 Campuran Pendapatan Tetap 11 September 2006 29 Oktober 2004 Saham 13 Desember 2012 Campuran 13 Desember 2012 Pendapatan Tetap Saham 22 Desember 2008 19 Desember 2007 Saham 9 September 2011 Saham 9 September 2011 Campuran 14 Oktober 2004 Campuran 9 September 2011 Terproteksi 30 Juni 2009 Terproteksi 8 Maret 2012 Terproteksi 21 Desember 2012 Terproteksi 21 Desember 2012 Terproteksi 21 Desember 2012 Terproteksi 24 Maret 2011 Terproteksi 24 Maret 2011 Saham 16 Januari 2009 Pendapatan Tetap Saham Campuran 26 Agustus 2004 26 Juli 2007 15 Mei 2000 Pendapatan Tetap 20 Januari 2010 Saham 27 Desember 2012 Campuran 20 Januari 2010 124 52 Schroder Syariah Balanced Fund 53 RD TRIM Syariah Saham 54 RD TRIM Syariah Berimbang Sumber: Bapepam Campuran Saham Campuran 22 April 2009 26 Desember 2006 26 Desember 2006 Lampiran 2: Daftar Sampel Penelitian No Nama Reksadana Syariah Reksa Dana Syariah BNP Paribas Pesona Amanah Jenis Reksadana Saham Manajer Investasi PT BNP Paribas Investment Partners 2 Danareksa Syariah Berimbang Campuran 3 Reksadana Haji Syariah Pendapatan Tetap PT Danareksa Investment Management PT Insight Investments Management 1 Bank Kustodian The Hongkong and Shanghai Banking Corporation – Custody Citibank N. A. – Custody Bank CIMB Niaga - Custody, Tbk, PT Sumber: Bapepam Lampiran 3: Data Variabel Penelitian 1. Variabel Independen a. Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) (dalam persentase) Tahun Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 0,496 0,792 0,538 0,507 0,407 Jan 0,505 0,728 0,534 0,558 0,318 Feb 0,527 0,684 0,523 0,560 0,319 Mar 0,666 0,633 0,517 0,598 0,327 Apr 0,693 0,604 0,525 0,613 0,353 Mei 0,728 0,579 0,522 0,613 0,360 Juni 0,769 0,559 0,553 0,606 0,372 Juli 0,773 0,548 0,553 0,564 0,378 Agust 0,809 0,540 0,553 0,523 0,389 Sept 0,915 0,541 0,531 0,481 0,396 Okt 0,937 0,539 0,535 0,435 0,398 Nov 0,903 0,538 0,522 0,420 0,400 Des 8,720 7,286 6,403 6,478 4,417 Total 125 0,727 0,607 0,534 Rata-rata Sumber: Bank Indonesia, data diolah 0,540 0,368 2011 0,585 0,570 0,554 0,513 0,498 0,462 0,384 0,399 0,384 0,368 0,346 0,316 5,380 0,448 2012 0,304 0,297 0,331 0,375 0,371 0,378 0,380 0,382 0,359 0,384 0,360 0,358 4,278 0,357 b. Inflasi (dalam persentase) Tahun Bulan 2008 2009 2010 0,613 0,764 0,310 Jan 0,617 0,717 0,318 Feb 0,681 0,660 0,286 Mar 0,747 0,609 0,326 Apr 0,865 0,503 0,347 Mei 0,919 0,304 0,421 Juni 0,992 0,226 0,518 Juli 0,988 0,229 0,537 Agust 1,012 0,236 0,483 Sept 0,981 0,214 0,473 Okt 0,973 0,201 0,528 Nov 0,922 0,232 0,580 Des 10,308 4,895 5,125 Total 0,859 0,408 0,427 Rata-rata Sumber: Bank Indonesia, data diolah c. Kurs/Nilai Tukar Rupiah terhadap USD (dalam ribuan rupiah) Tahun Bulan 2008 2009 2010 2011 2012 9291 11355 9365 9057 9000 Jan 9051 11980 9335 8823 9085 Feb 9217 11575 9115 8709 9180 Mar 9234 10713 9012 8574 9190 Apr 9318 10340 9180 8537 9565 Mei 9225 10225 9083 8597 9480 Juni 9118 9920 8952 8508 9485 Juli 9153 10060 9041 8578 9560 Agust 9378 9681 8924 8823 9588 Sept 10995 9545 8928 8835 9615 Okt 12151 9480 9013 9170 9605 Nov 10950 9400 8991 9068 9670 Des 117081 124274 108939 105279 113023 Total Rata-rata 9756,75 10356,17 9078,25 8773,25 9418,58 Sumber: Bank Indonesia, data diolah 126 d. Jumlah Uang Beredar (M2) (dalam jutaan rupiah) Tahun Bulan 2008 2009 2010 1596565 1874145 2073860 Jan 1603750 1900208 2066481 Feb 1594390 1916752 2112083 Mar 1611691 1912623 2116024 Apr 1641733 1927070 2143234 Mei 1703381 1977533 2231144 Juni 1686050 1963180 2217589 Juli 1682811 1995294 2236460 Agust 1778139 2018031 2274955 Sept 1812490 2020829 2308175 Okt 1851023 2034489 2346801 Nov 1895839 2141384 2469399 Des 20457862 23681538 26596205 Total 2216350 Rata-rata 1704822 1973462 Sumber: Bank Indonesia 2011 2434679 2420191 2451357 2434478 2475286 2522784 2564556 2621346 2643331 2677787 2729538 2877220 30852553 2571046 2012 2854978 2849796 2911920 2927259 2992057 3050355 3054836 3089011 3125533 3161726 3205129 3304645 36527245 3043937 2. Variabel Dependen Jan-08 Feb-08 Mar-08 Apr-08 Mei-08 Juni-08 Juli-08 Agust-08 Sept-08 Okt-08 Nov-08 Des-08 Jan-09 Feb-09 Mar-09 Apr-09 Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (dalam miliar rupiah) Reksa Dana Syariah Danareksa BNP Paribas Pesona Syariah Amanah Berimbang 210952095158 69076353146 210791990572 71375750529 188924939998 68872957496 179428536655 66986338242 187532948553 68830087271 182541228494 67204819940 155931091409 62277283359 143361226363 58011389523 118235171442 51076998974 75711607861 39566895173 78963185517 31755786092 84159485885 32534130204 82953926472 32078695698 83144514187 32681458432 87155354959 34392502768 108894210304 39965528608 Reksadana Haji Syariah 40233157929 43257727445 48927855428 42594383810 47476774289 49774185217 50698330114 53708119197 48795998396 48400594783 48689461327 49026035024 49406178967 49735408700 50229342611 50605627355 127 Mei-09 Juni-09 Juli-09 Agust-09 Sept-09 Okt-09 Nov-09 Des-09 Jan-10 Feb-10 Mar-10 Apr-10 Mei-10 Juni-10 Juli-10 Agust-10 Sept-10 Okt-10 Nov-10 Des-10 Jan-11 Feb-11 Mar-11 Apr-11 Mei-11 Juni-11 Juli-11 Agust-11 Sept-11 Okt-11 Nov-11 Des-11 Jan-12 Feb-12 Mar-12 Apr-12 Mei-12 Juni-12 Juli-12 127254220370 133537170262 154632264009 154342029920 159650055343 142790512483 144020703381 145878277104 135571427500 139956599936 136710661791 150563411832 151371435616 148654655266 152848378406 150648515848 155571558550 160507392266 162688944599 184935965479 182882710777 199227199708 212641928704 227079818338 237550840987 242406966046 256503620017 247334775975 233798282988 255696563196 247406710244 270175640383 276459250555 287038395295 314911501564 368709382041 382851578037 426594778035 466414969576 45002616849 47595195568 54741019443 56021946859 58409575199 56002492402 53965981287 43295971269 45828054759 47303541246 48231299268 55338415819 56755753723 59396411929 44030786913 43735601758 45320387499 47396923940 47947705092 52084413515 51510799142 53553990299 56339293923 60158027292 70596049252 68027504745 73745689644 73481694792 70405970233 72090674606 70942731173 69991035280 72295413271 69513007734 80028821514 91263362993 90294182150 93344284839 98321653594 50877274508 51338240591 56872518423 56064215789 56613339925 55270856854 55859474285 56850854356 56903022877 57772390108 59658881431 76368656476 80025085946 89334286757 124236111745 133371778637 144143363909 132274000699 133139665205 125956212058 126119202220 112542263929 123419827277 123558277768 132586651143 145573875123 146356165868 149107445738 154012040292 178725500191 180598333345 187304657902 194893985188 202571504785 182704429971 221261655031 240821653831 246150372035 256086652240 128 481987162954 Agust-12 561224465449 Sept-12 704785673640 Okt-12 936727987452 Nov-12 1133138513529 Des-12 Sumber: Bapepam 112910507826 113438915129 122462892339 121787578404 127481094287 268294455553 265993400532 269399697382 296379407285 305905410464 Lampiran 4: Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients b Model Summary Model R 1 .627 R Square a Adjusted R Square .393 Std. Error of the Estimate .379 Durbin-Watson .56996 .166 a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable: LN_NAB b ANOVA Model Sum of Squares Mean Square Df F 1 Regression 36.758 4 9.189 Residual 56.850 175 .325 Total 93.608 179 Sig. 28.287 .000 a a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable:LN_NAB Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .616 .431 LN_SBIS -.254 .278 .002 LN_INFLASI LN_KURS LN_JUB a Standardized Coefficients Beta t Sig. 1.429 .155 -.065 -.912 .363 .148 .001 .014 .989 -1.006 .501 -.129 -2.011 .046 1.841 .245 .541 7.527 .000 a. Dependent Variable: LN_NAB 129 Lampiran 5: Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N a Normal Parameters Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative 180 .0000000 .98876369 .054 .054 -.041 .718 .681 a. Test distribution is Normal. 130 Lampiran 6: Uji Multikolinieritas Coefficients a Collinearity Statistics Model Tolerance VIF 1 (Constant) LN_SBIS .296 3.378 LN_INFLASI .573 1.746 LN_KURS .839 1.192 LN_JUB .411 2.435 a. Dependent Variable: LN_NAB Lampiran 7: Uji Autokorelasi 1. Uji Durbin-Watson awal b Model Summary Model 1 R .627 R Square a .393 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .379 Durbin-Watson .166 .56996 a. Predictors: (Constant), LN_JUB, LN_KURS, LN_INFLASI, LN_SBIS b. Dependent Variable: LN_NAB 2. Uji Durbin-Watson Setelah Pengobatan b Model Summary Model 1 R .568 R Square a .323 Adjusted R Square .308 Std. Error of the Estimate .22204 Durbin-Watson 1.944 a. Predictors: (Constant), LN_JUBt@, LN_KURSt@, LN_SBISt@, LN_INFLASIt@ b. Dependent Variable: LN_NABt@ 131 Lampiran 8: Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas Metode Glejser Coefficients a Unstandardized Coefficients Model 1 B Standardized Coefficients Std. Error (Constant) -.792 3.812 LN_SBIS -.253 .165 .055 LN_INFLASI LN_KURS LN_JUB Beta t Sig. -.208 .836 -.207 -1.528 .128 .070 .076 .776 .439 -.017 .312 -.004 -.055 .956 .089 .172 .060 .517 .606 a. Dependent Variable: ABRES 132 Tabel Durbin- n 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 k=1 dL 0.6102 0.6996 0.7629 0.8243 0.8791 0.9273 0.9708 1.0097 1.0450 1.0770 1.1062 1.1330 1.1576 1.1804 1.2015 1.2212 1.2395 1.2567 1.2728 1.2879 1.3022 1.3157 1.3284 1.3405 1.3520 1.3630 1.3734 1.3834 1.3929 1.4019 1.4107 1.4190 1.4270 1.4347 1.4421 1.4493 1.4562 1.4628 1.4692 1.4754 1.4814 1.4872 1.4928 1.4982 1.5035 1.5086 1.5135 1.5183 1.5230 1.5276 1.5320 1.5363 1.5405 1.5446 1.5485 1.5524 1.5562 1.5599 1.5635 1.5670 1.5704 1.5738 1.5771 1.5803 1.5834 dU 1.4002 1.3564 1.3324 1.3199 1.3197 1.3241 1.3314 1.3404 1.3503 1.3605 1.3709 1.3812 1.3913 1.4012 1.4107 1.4200 1.4289 1.4375 1.4458 1.4537 1.4614 1.4688 1.4759 1.4828 1.4894 1.4957 1.5019 1.5078 1.5136 1.5191 1.5245 1.5297 1.5348 1.5396 1.5444 1.5490 1.5534 1.5577 1.5619 1.5660 1.5700 1.5739 1.5776 1.5813 1.5849 1.5884 1.5917 1.5951 1.5983 1.6014 1.6045 1.6075 1.6105 1.6134 1.6162 1.6189 1.6216 1.6243 1.6268 1.6294 1.6318 1.6343 1.6367 1.6390 1.6413 k=2 dL 0.4672 0.5591 0.6291 0.6972 0.7580 0.8122 0.8612 0.9054 0.9455 0.9820 1.0154 1.0461 1.0743 1.1004 1.1246 1.1471 1.1682 1.1878 1.2063 1.2236 1.2399 1.2553 1.2699 1.2837 1.2969 1.3093 1.3212 1.3325 1.3433 1.3537 1.3635 1.3730 1.3821 1.3908 1.3992 1.4073 1.4151 1.4226 1.4298 1.4368 1.4435 1.4500 1.4564 1.4625 1.4684 1.4741 1.4797 1.4851 1.4903 1.4954 1.5004 1.5052 1.5099 1.5144 1.5189 1.5232 1.5274 1.5315 1.5355 1.5395 1.5433 1.5470 1.5507 1.5542 dU 1.8964 1.7771 1.6993 1.6413 1.6044 1.5794 1.5621 1.5507 1.5432 1.5386 1.5361 1.5353 1.5355 1.5367 1.5385 1.5408 1.5435 1.5464 1.5495 1.5528 1.5562 1.5596 1.5631 1.5666 1.5701 1.5736 1.5770 1.5805 1.5838 1.5872 1.5904 1.5937 1.5969 1.6000 1.6031 1.6061 1.6091 1.6120 1.6148 1.6176 1.6204 1.6231 1.6257 1.6283 1.6309 1.6334 1.6359 1.6383 1.6406 1.6430 1.6452 1.6475 1.6497 1.6518 1.6540 1.6561 1.6581 1.6601 1.6621 1.6640 1.6660 1.6678 1.6697 1.6715 k=3 dL 0.3674 0.4548 0.5253 0.5948 0.6577 0.7147 0.7667 0.8140 0.8572 0.8968 0.9331 0.9666 0.9976 1.0262 1.0529 1.0778 1.1010 1.1228 1.1432 1.1624 1.1805 1.1976 1.2138 1.2292 1.2437 1.2576 1.2707 1.2833 1.2953 1.3068 1.3177 1.3283 1.3384 1.3480 1.3573 1.3663 1.3749 1.3832 1.3912 1.3989 1.4064 1.4136 1.4206 1.4273 1.4339 1.4402 1.4464 1.4523 1.4581 1.4637 1.4692 1.4745 1.4797 1.4847 1.4896 1.4943 1.4990 1.5035 1.5079 1.5122 1.5164 1.5205 1.5245 dU 2.2866 2.1282 2.0163 1.9280 1.8640 1.8159 1.7788 1.7501 1.7277 1.7101 1.6961 1.6851 1.6763 1.6694 1.6640 1.6597 1.6565 1.6540 1.6523 1.6510 1.6503 1.6499 1.6498 1.6500 1.6505 1.6511 1.6519 1.6528 1.6539 1.6550 1.6563 1.6575 1.6589 1.6603 1.6617 1.6632 1.6647 1.6662 1.6677 1.6692 1.6708 1.6723 1.6739 1.6754 1.6769 1.6785 1.6800 1.6815 1.6830 1.6845 1.6860 1.6875 1.6889 1.6904 1.6918 1.6932 1.6946 1.6960 1.6974 1.6988 1.7001 1.7015 1.7028 k=4 dL 0.2957 0.3760 0.4441 0.5120 0.5745 0.6321 0.6852 0.7340 0.7790 0.8204 0.8588 0.8943 0.9272 0.9578 0.9864 1.0131 1.0381 1.0616 1.0836 1.1044 1.1241 1.1426 1.1602 1.1769 1.1927 1.2078 1.2221 1.2358 1.2489 1.2614 1.2734 1.2848 1.2958 1.3064 1.3166 1.3263 1.3357 1.3448 1.3535 1.3619 1.3701 1.3779 1.3855 1.3929 1.4000 1.4069 1.4136 1.4201 1.4264 1.4325 1.4385 1.4443 1.4499 1.4554 1.4607 1.4659 1.4709 1.4758 1.4806 1.4853 1.4899 1.4943 dU 2.5881 2.4137 2.2833 2.1766 2.0943 2.0296 1.9774 1.9351 1.9005 1.8719 1.8482 1.8283 1.8116 1.7974 1.7855 1.7753 1.7666 1.7591 1.7527 1.7473 1.7426 1.7386 1.7352 1.7323 1.7298 1.7277 1.7259 1.7245 1.7233 1.7223 1.7215 1.7209 1.7205 1.7202 1.7200 1.7200 1.7200 1.7201 1.7203 1.7206 1.7210 1.7214 1.7218 1.7223 1.7228 1.7234 1.7240 1.7246 1.7253 1.7259 1.7266 1.7274 1.7281 1.7288 1.7296 1.7303 1.7311 1.7319 1.7327 1.7335 1.7343 1.7351 k=5 dL 0.2427 0.3155 0.3796 0.4445 0.5052 0.5620 0.6150 0.6641 0.7098 0.7523 0.7918 0.8286 0.8629 0.8949 0.9249 0.9530 0.9794 1.0042 1.0276 1.0497 1.0706 1.0904 1.1092 1.1270 1.1439 1.1601 1.1755 1.1901 1.2042 1.2176 1.2305 1.2428 1.2546 1.2660 1.2769 1.2874 1.2976 1.3073 1.3167 1.3258 1.3346 1.3431 1.3512 1.3592 1.3669 1.3743 1.3815 1.3885 1.3953 1.4019 1.4083 1.4146 1.4206 1.4265 1.4322 1.4378 1.4433 1.4486 1.4537 1.4588 1.4637 Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu dU 2.8217 2.6446 2.5061 2.3897 2.2959 2.2198 2.1567 2.1041 2.0600 2.0226 1.9908 1.9635 1.9400 1.9196 1.9018 1.8863 1.8727 1.8608 1.8502 1.8409 1.8326 1.8252 1.8187 1.8128 1.8076 1.8029 1.7987 1.7950 1.7916 1.7886 1.7859 1.7835 1.7814 1.7794 1.7777 1.7762 1.7748 1.7736 1.7725 1.7716 1.7708 1.7701 1.7694 1.7689 1.7684 1.7681 1.7678 1.7675 1.7673 1.7672 1.7671 1.7671 1.7671 1.7671 1.7672 1.7673 1.7675 1.7676 1.7678 1.7680 1.7683 Page Tabel Durbin- n 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 k=1 dL 1.5865 1.5895 1.5924 1.5953 1.5981 1.6009 1.6036 1.6063 1.6089 1.6114 1.6139 1.6164 1.6188 1.6212 1.6235 1.6258 1.6280 1.6302 1.6324 1.6345 1.6366 1.6387 1.6407 1.6427 1.6447 1.6466 1.6485 1.6504 1.6522 1.6540 1.6558 1.6576 1.6593 1.6610 1.6627 1.6644 1.6660 1.6676 1.6692 1.6708 1.6723 1.6738 1.6753 1.6768 1.6783 1.6797 1.6812 1.6826 1.6839 1.6853 1.6867 1.6880 1.6893 1.6906 1.6919 1.6932 1.6944 1.6957 1.6969 1.6981 1.6993 1.7005 1.7017 1.7028 1.7040 1.7051 dU 1.6435 1.6457 1.6479 1.6500 1.6521 1.6541 1.6561 1.6581 1.6601 1.6620 1.6639 1.6657 1.6675 1.6693 1.6711 1.6728 1.6745 1.6762 1.6778 1.6794 1.6810 1.6826 1.6841 1.6857 1.6872 1.6887 1.6901 1.6916 1.6930 1.6944 1.6958 1.6971 1.6985 1.6998 1.7011 1.7024 1.7037 1.7050 1.7062 1.7074 1.7086 1.7098 1.7110 1.7122 1.7133 1.7145 1.7156 1.7167 1.7178 1.7189 1.7200 1.7210 1.7221 1.7231 1.7241 1.7252 1.7261 1.7271 1.7281 1.7291 1.7301 1.7310 1.7319 1.7329 1.7338 1.7347 k=2 dL 1.5577 1.5611 1.5645 1.5677 1.5709 1.5740 1.5771 1.5801 1.5830 1.5859 1.5888 1.5915 1.5942 1.5969 1.5995 1.6021 1.6046 1.6071 1.6095 1.6119 1.6143 1.6166 1.6188 1.6211 1.6233 1.6254 1.6275 1.6296 1.6317 1.6337 1.6357 1.6376 1.6396 1.6415 1.6433 1.6452 1.6470 1.6488 1.6505 1.6523 1.6540 1.6557 1.6574 1.6590 1.6606 1.6622 1.6638 1.6653 1.6669 1.6684 1.6699 1.6714 1.6728 1.6743 1.6757 1.6771 1.6785 1.6798 1.6812 1.6825 1.6838 1.6851 1.6864 1.6877 1.6889 1.6902 dU 1.6733 1.6751 1.6768 1.6785 1.6802 1.6819 1.6835 1.6851 1.6867 1.6882 1.6898 1.6913 1.6928 1.6942 1.6957 1.6971 1.6985 1.6999 1.7013 1.7026 1.7040 1.7053 1.7066 1.7078 1.7091 1.7103 1.7116 1.7128 1.7140 1.7152 1.7163 1.7175 1.7186 1.7198 1.7209 1.7220 1.7231 1.7241 1.7252 1.7262 1.7273 1.7283 1.7293 1.7303 1.7313 1.7323 1.7332 1.7342 1.7352 1.7361 1.7370 1.7379 1.7388 1.7397 1.7406 1.7415 1.7424 1.7432 1.7441 1.7449 1.7458 1.7466 1.7474 1.7482 1.7490 1.7498 k=3 dL 1.5284 1.5323 1.5360 1.5397 1.5432 1.5467 1.5502 1.5535 1.5568 1.5600 1.5632 1.5663 1.5693 1.5723 1.5752 1.5780 1.5808 1.5836 1.5863 1.5889 1.5915 1.5941 1.5966 1.5991 1.6015 1.6039 1.6063 1.6086 1.6108 1.6131 1.6153 1.6174 1.6196 1.6217 1.6237 1.6258 1.6277 1.6297 1.6317 1.6336 1.6355 1.6373 1.6391 1.6410 1.6427 1.6445 1.6462 1.6479 1.6496 1.6513 1.6529 1.6545 1.6561 1.6577 1.6592 1.6608 1.6623 1.6638 1.6653 1.6667 1.6682 1.6696 1.6710 1.6724 1.6738 1.6751 dU 1.7041 1.7054 1.7067 1.7079 1.7092 1.7104 1.7117 1.7129 1.7141 1.7153 1.7164 1.7176 1.7187 1.7199 1.7210 1.7221 1.7232 1.7243 1.7254 1.7264 1.7275 1.7285 1.7295 1.7306 1.7316 1.7326 1.7335 1.7345 1.7355 1.7364 1.7374 1.7383 1.7392 1.7402 1.7411 1.7420 1.7428 1.7437 1.7446 1.7455 1.7463 1.7472 1.7480 1.7488 1.7496 1.7504 1.7512 1.7520 1.7528 1.7536 1.7544 1.7552 1.7559 1.7567 1.7574 1.7582 1.7589 1.7596 1.7603 1.7610 1.7617 1.7624 1.7631 1.7638 1.7645 1.7652 k=4 dL 1.4987 1.5029 1.5071 1.5112 1.5151 1.5190 1.5228 1.5265 1.5302 1.5337 1.5372 1.5406 1.5440 1.5472 1.5505 1.5536 1.5567 1.5597 1.5627 1.5656 1.5685 1.5713 1.5741 1.5768 1.5795 1.5821 1.5847 1.5872 1.5897 1.5922 1.5946 1.5969 1.5993 1.6016 1.6038 1.6061 1.6083 1.6104 1.6125 1.6146 1.6167 1.6187 1.6207 1.6227 1.6246 1.6265 1.6284 1.6303 1.6321 1.6339 1.6357 1.6375 1.6392 1.6409 1.6426 1.6443 1.6460 1.6476 1.6492 1.6508 1.6523 1.6539 1.6554 1.6569 1.6584 1.6599 dU 1.7358 1.7366 1.7375 1.7383 1.7390 1.7399 1.7407 1.7415 1.7423 1.7430 1.7438 1.7446 1.7454 1.7462 1.7470 1.7478 1.7485 1.7493 1.7501 1.7508 1.7516 1.7523 1.7531 1.7538 1.7546 1.7553 1.7560 1.7567 1.7575 1.7582 1.7589 1.7596 1.7603 1.7610 1.7617 1.7624 1.7631 1.7637 1.7644 1.7651 1.7657 1.7664 1.7670 1.7677 1.7683 1.7690 1.7696 1.7702 1.7709 1.7715 1.7721 1.7727 1.7733 1.7739 1.7745 1.7751 1.7757 1.7763 1.7769 1.7774 1.7780 1.7786 1.7791 1.7797 1.7802 1.7808 k=5 dL 1.4685 1.4732 1.4778 1.4822 1.4866 1.4909 1.4950 1.4991 1.5031 1.5070 1.5109 1.5146 1.5183 1.5219 1.5254 1.5289 1.5322 1.5356 1.5388 1.5420 1.5452 1.5482 1.5513 1.5542 1.5572 1.5600 1.5628 1.5656 1.5683 1.5710 1.5736 1.5762 1.5788 1.5813 1.5837 1.5861 1.5885 1.5909 1.5932 1.5955 1.5977 1.5999 1.6021 1.6042 1.6063 1.6084 1.6105 1.6125 1.6145 1.6164 1.6184 1.6203 1.6222 1.6240 1.6258 1.6276 1.6294 1.6312 1.6329 1.6346 1.6363 1.6380 1.6397 1.6413 1.6429 1.6445 Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu dU 1.7685 1.7688 1.7691 1.7694 1.7698 1.7701 1.7704 1.7708 1.7712 1.7716 1.7720 1.7724 1.7728 1.7732 1.7736 1.7740 1.7745 1.7749 1.7754 1.7758 1.7763 1.7767 1.7772 1.7776 1.7781 1.7785 1.7790 1.7795 1.7799 1.7804 1.7809 1.7813 1.7818 1.7823 1.7827 1.7832 1.7837 1.7841 1.7846 1.7851 1.7855 1.7860 1.7864 1.7869 1.7874 1.7878 1.7883 1.7887 1.7892 1.7896 1.7901 1.7905 1.7910 1.7914 1.7919 1.7923 1.7928 1.7932 1.7937 1.7941 1.7945 1.7950 1.7954 1.7958 1.7962 1.7967 Page Tabel Durbin- n 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 k=1 dL 1.7062 1.7073 1.7084 1.7095 1.7106 1.7116 1.7127 1.7137 1.7147 1.7157 1.7167 1.7177 1.7187 1.7197 1.7207 1.7216 1.7226 1.7235 1.7244 1.7253 1.7262 1.7271 1.7280 1.7289 1.7298 1.7306 1.7315 1.7324 1.7332 1.7340 1.7348 1.7357 1.7365 1.7373 1.7381 1.7389 1.7396 1.7404 1.7412 1.7420 1.7427 1.7435 1.7442 1.7449 1.7457 1.7464 1.7471 1.7478 1.7485 1.7492 1.7499 1.7506 1.7513 1.7520 1.7526 1.7533 1.7540 1.7546 1.7553 1.7559 1.7566 1.7572 1.7578 1.7584 dU 1.7356 1.7365 1.7374 1.7382 1.7391 1.7400 1.7408 1.7417 1.7425 1.7433 1.7441 1.7449 1.7457 1.7465 1.7473 1.7481 1.7488 1.7496 1.7504 1.7511 1.7519 1.7526 1.7533 1.7541 1.7548 1.7555 1.7562 1.7569 1.7576 1.7582 1.7589 1.7596 1.7603 1.7609 1.7616 1.7622 1.7629 1.7635 1.7642 1.7648 1.7654 1.7660 1.7667 1.7673 1.7679 1.7685 1.7691 1.7697 1.7702 1.7708 1.7714 1.7720 1.7725 1.7731 1.7737 1.7742 1.7748 1.7753 1.7759 1.7764 1.7769 1.7775 1.7780 1.7785 k=2 dL 1.6914 1.6926 1.6938 1.6950 1.6962 1.6974 1.6985 1.6996 1.7008 1.7019 1.7030 1.7041 1.7051 1.7062 1.7072 1.7083 1.7093 1.7103 1.7114 1.7123 1.7133 1.7143 1.7153 1.7163 1.7172 1.7182 1.7191 1.7200 1.7209 1.7218 1.7227 1.7236 1.7245 1.7254 1.7262 1.7271 1.7279 1.7288 1.7296 1.7305 1.7313 1.7321 1.7329 1.7337 1.7345 1.7353 1.7360 1.7368 1.7376 1.7384 1.7391 1.7398 1.7406 1.7413 1.7420 1.7428 1.7435 1.7442 1.7449 1.7456 1.7463 1.7470 1.7477 1.7483 dU 1.7506 1.7514 1.7521 1.7529 1.7537 1.7544 1.7552 1.7559 1.7566 1.7574 1.7581 1.7588 1.7595 1.7602 1.7609 1.7616 1.7622 1.7629 1.7636 1.7642 1.7649 1.7656 1.7662 1.7668 1.7675 1.7681 1.7687 1.7693 1.7700 1.7706 1.7712 1.7718 1.7724 1.7730 1.7735 1.7741 1.7747 1.7753 1.7758 1.7764 1.7769 1.7775 1.7780 1.7786 1.7791 1.7797 1.7802 1.7807 1.7813 1.7818 1.7823 1.7828 1.7833 1.7838 1.7843 1.7848 1.7853 1.7858 1.7863 1.7868 1.7873 1.7878 1.7882 1.7887 k=3 dL 1.6765 1.6778 1.6791 1.6804 1.6817 1.6829 1.6842 1.6854 1.6866 1.6878 1.6890 1.6902 1.6914 1.6926 1.6937 1.6948 1.6959 1.6971 1.6982 1.6992 1.7003 1.7014 1.7024 1.7035 1.7045 1.7055 1.7066 1.7075 1.7085 1.7095 1.7105 1.7115 1.7124 1.7134 1.7143 1.7152 1.7162 1.7171 1.7180 1.7189 1.7197 1.7206 1.7215 1.7224 1.7232 1.7241 1.7249 1.7257 1.7266 1.7274 1.7282 1.7290 1.7298 1.7306 1.7314 1.7322 1.7329 1.7337 1.7345 1.7352 1.7360 1.7367 1.7374 1.7382 dU 1.7659 1.7665 1.7672 1.7678 1.7685 1.7691 1.7697 1.7704 1.7710 1.7716 1.7722 1.7729 1.7735 1.7741 1.7747 1.7752 1.7758 1.7764 1.7770 1.7776 1.7781 1.7787 1.7792 1.7798 1.7804 1.7809 1.7814 1.7820 1.7825 1.7831 1.7836 1.7841 1.7846 1.7851 1.7856 1.7861 1.7866 1.7872 1.7877 1.7881 1.7886 1.7891 1.7896 1.7901 1.7906 1.7910 1.7915 1.7920 1.7924 1.7929 1.7933 1.7938 1.7942 1.7947 1.7951 1.7956 1.7960 1.7965 1.7969 1.7973 1.7977 1.7982 1.7986 1.7990 k=4 dL 1.6613 1.6628 1.6642 1.6656 1.6670 1.6684 1.6697 1.6710 1.6724 1.6737 1.6750 1.6762 1.6775 1.6788 1.6800 1.6812 1.6824 1.6836 1.6848 1.6860 1.6872 1.6883 1.6895 1.6906 1.6917 1.6928 1.6939 1.6950 1.6960 1.6971 1.6982 1.6992 1.7002 1.7012 1.7023 1.7033 1.7042 1.7052 1.7062 1.7072 1.7081 1.7091 1.7100 1.7109 1.7118 1.7128 1.7137 1.7146 1.7155 1.7163 1.7172 1.7181 1.7189 1.7198 1.7206 1.7215 1.7223 1.7231 1.7239 1.7247 1.7255 1.7263 1.7271 1.7279 dU 1.7813 1.7819 1.7824 1.7830 1.7835 1.7840 1.7846 1.7851 1.7856 1.7861 1.7866 1.7871 1.7876 1.7881 1.7886 1.7891 1.7896 1.7901 1.7906 1.7911 1.7915 1.7920 1.7925 1.7930 1.7934 1.7939 1.7943 1.7948 1.7953 1.7957 1.7961 1.7966 1.7970 1.7975 1.7979 1.7983 1.7988 1.7992 1.7996 1.8000 1.8005 1.8009 1.8013 1.8017 1.8021 1.8025 1.8029 1.8033 1.8037 1.8041 1.8045 1.8049 1.8053 1.8057 1.8061 1.8064 1.8068 1.8072 1.8076 1.8079 1.8083 1.8087 1.8091 1.8094 k=5 dL 1.6461 1.6476 1.6491 1.6507 1.6522 1.6536 1.6551 1.6565 1.6580 1.6594 1.6608 1.6622 1.6635 1.6649 1.6662 1.6675 1.6688 1.6701 1.6714 1.6727 1.6739 1.6751 1.6764 1.6776 1.6788 1.6800 1.6811 1.6823 1.6834 1.6846 1.6857 1.6868 1.6879 1.6890 1.6901 1.6912 1.6922 1.6933 1.6943 1.6954 1.6964 1.6974 1.6984 1.6994 1.7004 1.7014 1.7023 1.7033 1.7042 1.7052 1.7061 1.7070 1.7080 1.7089 1.7098 1.7107 1.7116 1.7124 1.7133 1.7142 1.7150 1.7159 1.7167 1.7176 Direproduksi oleh: Junaidi (http://junaidichaniago.wordpress.com) dari: http://www.standford.edu dU 1.7971 1.7975 1.7979 1.7984 1.7988 1.7992 1.7996 1.8000 1.8004 1.8008 1.8012 1.8016 1.8020 1.8024 1.8028 1.8032 1.8036 1.8040 1.8044 1.8048 1.8052 1.8055 1.8059 1.8063 1.8067 1.8070 1.8074 1.8078 1.8082 1.8085 1.8089 1.8092 1.8096 1.8100 1.8103 1.8107 1.8110 1.8114 1.8117 1.8121 1.8124 1.8128 1.8131 1.8135 1.8138 1.8141 1.8145 1.8148 1.8151 1.8155 1.8158 1.8161 1.8165 1.8168 1.8171 1.8174 1.8178 1.8181 1.8184 1.8187 1.8190 1.8193 1.8196 1.8199 Page Titik Persentase Distribusi t (df = 1 40) Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 1 1.00000 3.07768 6.31375 12.70620 31.82052 63.65674 318.30884 2 0.81650 1.88562 2.91999 4.30265 6.96456 9.92484 22.32712 3 0.76489 1.63774 2.35336 3.18245 4.54070 5.84091 10.21453 4 0.74070 1.53321 2.13185 2.77645 3.74695 4.60409 7.17318 5 0.72669 1.47588 2.01505 2.57058 3.36493 4.03214 5.89343 6 0.71756 1.43976 1.94318 2.44691 3.14267 3.70743 5.20763 7 0.71114 1.41492 1.89458 2.36462 2.99795 3.49948 4.78529 8 0.70639 1.39682 1.85955 2.30600 2.89646 3.35539 4.50079 9 0.70272 1.38303 1.83311 2.26216 2.82144 3.24984 4.29681 10 0.69981 1.37218 1.81246 2.22814 2.76377 3.16927 4.14370 11 0.69745 1.36343 1.79588 2.20099 2.71808 3.10581 4.02470 12 0.69548 1.35622 1.78229 2.17881 2.68100 3.05454 3.92963 13 0.69383 1.35017 1.77093 2.16037 2.65031 3.01228 3.85198 14 0.69242 1.34503 1.76131 2.14479 2.62449 2.97684 3.78739 15 0.69120 1.34061 1.75305 2.13145 2.60248 2.94671 3.73283 16 0.69013 1.33676 1.74588 2.11991 2.58349 2.92078 3.68615 17 0.68920 1.33338 1.73961 2.10982 2.56693 2.89823 3.64577 18 0.68836 1.33039 1.73406 2.10092 2.55238 2.87844 3.61048 19 0.68762 1.32773 1.72913 2.09302 2.53948 2.86093 3.57940 20 0.68695 1.32534 1.72472 2.08596 2.52798 2.84534 3.55181 21 0.68635 1.32319 1.72074 2.07961 2.51765 2.83136 3.52715 22 0.68581 1.32124 1.71714 2.07387 2.50832 2.81876 3.50499 23 0.68531 1.31946 1.71387 2.06866 2.49987 2.80734 3.48496 24 0.68485 1.31784 1.71088 2.06390 2.49216 2.79694 3.46678 25 0.68443 1.31635 1.70814 2.05954 2.48511 2.78744 3.45019 26 0.68404 1.31497 1.70562 2.05553 2.47863 2.77871 3.43500 27 0.68368 1.31370 1.70329 2.05183 2.47266 2.77068 3.42103 28 0.68335 1.31253 1.70113 2.04841 2.46714 2.76326 3.40816 29 0.68304 1.31143 1.69913 2.04523 2.46202 2.75639 3.39624 30 0.68276 1.31042 1.69726 2.04227 2.45726 2.75000 3.38518 31 0.68249 1.30946 1.69552 2.03951 2.45282 2.74404 3.37490 32 0.68223 1.30857 1.69389 2.03693 2.44868 2.73848 3.36531 33 0.68200 1.30774 1.69236 2.03452 2.44479 2.73328 3.35634 34 0.68177 1.30695 1.69092 2.03224 2.44115 2.72839 3.34793 35 0.68156 1.30621 1.68957 2.03011 2.43772 2.72381 3.34005 36 0.68137 1.30551 1.68830 2.02809 2.43449 2.71948 3.33262 37 0.68118 1.30485 1.68709 2.02619 2.43145 2.71541 3.32563 38 0.68100 1.30423 1.68595 2.02439 2.42857 2.71156 3.31903 39 0.68083 1.30364 1.68488 2.02269 2.42584 2.70791 3.31279 40 0.68067 1.30308 1.68385 2.02108 2.42326 2.70446 3.30688 df 0.001 Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung Titik Persentase Distribusi t (df = 41 80) Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 41 0.68052 1.30254 1.68288 2.01954 2.42080 2.70118 3.30127 42 0.68038 1.30204 1.68195 2.01808 2.41847 2.69807 3.29595 43 0.68024 1.30155 1.68107 2.01669 2.41625 2.69510 3.29089 44 0.68011 1.30109 1.68023 2.01537 2.41413 2.69228 3.28607 45 0.67998 1.30065 1.67943 2.01410 2.41212 2.68959 3.28148 46 0.67986 1.30023 1.67866 2.01290 2.41019 2.68701 3.27710 47 0.67975 1.29982 1.67793 2.01174 2.40835 2.68456 3.27291 48 0.67964 1.29944 1.67722 2.01063 2.40658 2.68220 3.26891 49 0.67953 1.29907 1.67655 2.00958 2.40489 2.67995 3.26508 50 0.67943 1.29871 1.67591 2.00856 2.40327 2.67779 3.26141 51 0.67933 1.29837 1.67528 2.00758 2.40172 2.67572 3.25789 52 0.67924 1.29805 1.67469 2.00665 2.40022 2.67373 3.25451 53 0.67915 1.29773 1.67412 2.00575 2.39879 2.67182 3.25127 54 0.67906 1.29743 1.67356 2.00488 2.39741 2.66998 3.24815 55 0.67898 1.29713 1.67303 2.00404 2.39608 2.66822 3.24515 56 0.67890 1.29685 1.67252 2.00324 2.39480 2.66651 3.24226 57 0.67882 1.29658 1.67203 2.00247 2.39357 2.66487 3.23948 58 0.67874 1.29632 1.67155 2.00172 2.39238 2.66329 3.23680 59 0.67867 1.29607 1.67109 2.00100 2.39123 2.66176 3.23421 60 0.67860 1.29582 1.67065 2.00030 2.39012 2.66028 3.23171 61 0.67853 1.29558 1.67022 1.99962 2.38905 2.65886 3.22930 62 0.67847 1.29536 1.66980 1.99897 2.38801 2.65748 3.22696 63 0.67840 1.29513 1.66940 1.99834 2.38701 2.65615 3.22471 64 0.67834 1.29492 1.66901 1.99773 2.38604 2.65485 3.22253 65 0.67828 1.29471 1.66864 1.99714 2.38510 2.65360 3.22041 66 0.67823 1.29451 1.66827 1.99656 2.38419 2.65239 3.21837 67 0.67817 1.29432 1.66792 1.99601 2.38330 2.65122 3.21639 68 0.67811 1.29413 1.66757 1.99547 2.38245 2.65008 3.21446 69 0.67806 1.29394 1.66724 1.99495 2.38161 2.64898 3.21260 70 0.67801 1.29376 1.66691 1.99444 2.38081 2.64790 3.21079 71 0.67796 1.29359 1.66660 1.99394 2.38002 2.64686 3.20903 72 0.67791 1.29342 1.66629 1.99346 2.37926 2.64585 3.20733 73 0.67787 1.29326 1.66600 1.99300 2.37852 2.64487 3.20567 74 0.67782 1.29310 1.66571 1.99254 2.37780 2.64391 3.20406 75 0.67778 1.29294 1.66543 1.99210 2.37710 2.64298 3.20249 76 0.67773 1.29279 1.66515 1.99167 2.37642 2.64208 3.20096 77 0.67769 1.29264 1.66488 1.99125 2.37576 2.64120 3.19948 78 0.67765 1.29250 1.66462 1.99085 2.37511 2.64034 3.19804 79 0.67761 1.29236 1.66437 1.99045 2.37448 2.63950 3.19663 80 0.67757 1.29222 1.66412 1.99006 2.37387 2.63869 3.19526 df 0.001 Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung Titik Persentase Distribusi t (df = 81 120) Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 81 0.67753 1.29209 1.66388 1.98969 2.37327 2.63790 3.19392 82 0.67749 1.29196 1.66365 1.98932 2.37269 2.63712 3.19262 83 0.67746 1.29183 1.66342 1.98896 2.37212 2.63637 3.19135 84 0.67742 1.29171 1.66320 1.98861 2.37156 2.63563 3.19011 85 0.67739 1.29159 1.66298 1.98827 2.37102 2.63491 3.18890 86 0.67735 1.29147 1.66277 1.98793 2.37049 2.63421 3.18772 87 0.67732 1.29136 1.66256 1.98761 2.36998 2.63353 3.18657 88 0.67729 1.29125 1.66235 1.98729 2.36947 2.63286 3.18544 89 0.67726 1.29114 1.66216 1.98698 2.36898 2.63220 3.18434 90 0.67723 1.29103 1.66196 1.98667 2.36850 2.63157 3.18327 91 0.67720 1.29092 1.66177 1.98638 2.36803 2.63094 3.18222 92 0.67717 1.29082 1.66159 1.98609 2.36757 2.63033 3.18119 93 0.67714 1.29072 1.66140 1.98580 2.36712 2.62973 3.18019 94 0.67711 1.29062 1.66123 1.98552 2.36667 2.62915 3.17921 95 0.67708 1.29053 1.66105 1.98525 2.36624 2.62858 3.17825 96 0.67705 1.29043 1.66088 1.98498 2.36582 2.62802 3.17731 97 0.67703 1.29034 1.66071 1.98472 2.36541 2.62747 3.17639 98 0.67700 1.29025 1.66055 1.98447 2.36500 2.62693 3.17549 99 0.67698 1.29016 1.66039 1.98422 2.36461 2.62641 3.17460 100 0.67695 1.29007 1.66023 1.98397 2.36422 2.62589 3.17374 101 0.67693 1.28999 1.66008 1.98373 2.36384 2.62539 3.17289 102 0.67690 1.28991 1.65993 1.98350 2.36346 2.62489 3.17206 103 0.67688 1.28982 1.65978 1.98326 2.36310 2.62441 3.17125 104 0.67686 1.28974 1.65964 1.98304 2.36274 2.62393 3.17045 105 0.67683 1.28967 1.65950 1.98282 2.36239 2.62347 3.16967 106 0.67681 1.28959 1.65936 1.98260 2.36204 2.62301 3.16890 107 0.67679 1.28951 1.65922 1.98238 2.36170 2.62256 3.16815 108 0.67677 1.28944 1.65909 1.98217 2.36137 2.62212 3.16741 109 0.67675 1.28937 1.65895 1.98197 2.36105 2.62169 3.16669 110 0.67673 1.28930 1.65882 1.98177 2.36073 2.62126 3.16598 111 0.67671 1.28922 1.65870 1.98157 2.36041 2.62085 3.16528 112 0.67669 1.28916 1.65857 1.98137 2.36010 2.62044 3.16460 113 0.67667 1.28909 1.65845 1.98118 2.35980 2.62004 3.16392 114 0.67665 1.28902 1.65833 1.98099 2.35950 2.61964 3.16326 115 0.67663 1.28896 1.65821 1.98081 2.35921 2.61926 3.16262 116 0.67661 1.28889 1.65810 1.98063 2.35892 2.61888 3.16198 117 0.67659 1.28883 1.65798 1.98045 2.35864 2.61850 3.16135 118 0.67657 1.28877 1.65787 1.98027 2.35837 2.61814 3.16074 119 0.67656 1.28871 1.65776 1.98010 2.35809 2.61778 3.16013 120 0.67654 1.28865 1.65765 1.97993 2.35782 2.61742 3.15954 df 0.001 Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung Titik Persentase Distribusi t (df = 121 160) Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 121 0.67652 1.28859 1.65754 1.97976 2.35756 2.61707 3.15895 122 0.67651 1.28853 1.65744 1.97960 2.35730 2.61673 3.15838 123 0.67649 1.28847 1.65734 1.97944 2.35705 2.61639 3.15781 124 0.67647 1.28842 1.65723 1.97928 2.35680 2.61606 3.15726 125 0.67646 1.28836 1.65714 1.97912 2.35655 2.61573 3.15671 126 0.67644 1.28831 1.65704 1.97897 2.35631 2.61541 3.15617 127 0.67643 1.28825 1.65694 1.97882 2.35607 2.61510 3.15565 128 0.67641 1.28820 1.65685 1.97867 2.35583 2.61478 3.15512 129 0.67640 1.28815 1.65675 1.97852 2.35560 2.61448 3.15461 130 0.67638 1.28810 1.65666 1.97838 2.35537 2.61418 3.15411 131 0.67637 1.28805 1.65657 1.97824 2.35515 2.61388 3.15361 132 0.67635 1.28800 1.65648 1.97810 2.35493 2.61359 3.15312 133 0.67634 1.28795 1.65639 1.97796 2.35471 2.61330 3.15264 134 0.67633 1.28790 1.65630 1.97783 2.35450 2.61302 3.15217 135 0.67631 1.28785 1.65622 1.97769 2.35429 2.61274 3.15170 136 0.67630 1.28781 1.65613 1.97756 2.35408 2.61246 3.15124 137 0.67628 1.28776 1.65605 1.97743 2.35387 2.61219 3.15079 138 0.67627 1.28772 1.65597 1.97730 2.35367 2.61193 3.15034 139 0.67626 1.28767 1.65589 1.97718 2.35347 2.61166 3.14990 140 0.67625 1.28763 1.65581 1.97705 2.35328 2.61140 3.14947 141 0.67623 1.28758 1.65573 1.97693 2.35309 2.61115 3.14904 142 0.67622 1.28754 1.65566 1.97681 2.35289 2.61090 3.14862 143 0.67621 1.28750 1.65558 1.97669 2.35271 2.61065 3.14820 144 0.67620 1.28746 1.65550 1.97658 2.35252 2.61040 3.14779 145 0.67619 1.28742 1.65543 1.97646 2.35234 2.61016 3.14739 146 0.67617 1.28738 1.65536 1.97635 2.35216 2.60992 3.14699 147 0.67616 1.28734 1.65529 1.97623 2.35198 2.60969 3.14660 148 0.67615 1.28730 1.65521 1.97612 2.35181 2.60946 3.14621 149 0.67614 1.28726 1.65514 1.97601 2.35163 2.60923 3.14583 150 0.67613 1.28722 1.65508 1.97591 2.35146 2.60900 3.14545 151 0.67612 1.28718 1.65501 1.97580 2.35130 2.60878 3.14508 152 0.67611 1.28715 1.65494 1.97569 2.35113 2.60856 3.14471 153 0.67610 1.28711 1.65487 1.97559 2.35097 2.60834 3.14435 154 0.67609 1.28707 1.65481 1.97549 2.35081 2.60813 3.14400 155 0.67608 1.28704 1.65474 1.97539 2.35065 2.60792 3.14364 156 0.67607 1.28700 1.65468 1.97529 2.35049 2.60771 3.14330 157 0.67606 1.28697 1.65462 1.97519 2.35033 2.60751 3.14295 158 0.67605 1.28693 1.65455 1.97509 2.35018 2.60730 3.14261 159 0.67604 1.28690 1.65449 1.97500 2.35003 2.60710 3.14228 160 0.67603 1.28687 1.65443 1.97490 2.34988 2.60691 3.14195 df 0.001 Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung Titik Persentase Distribusi t (df = 161 200) Pr 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 0.50 0.20 0.10 0.050 0.02 0.010 0.002 161 0.67602 1.28683 1.65437 1.97481 2.34973 2.60671 3.14162 162 0.67601 1.28680 1.65431 1.97472 2.34959 2.60652 3.14130 163 0.67600 1.28677 1.65426 1.97462 2.34944 2.60633 3.14098 164 0.67599 1.28673 1.65420 1.97453 2.34930 2.60614 3.14067 165 0.67598 1.28670 1.65414 1.97445 2.34916 2.60595 3.14036 166 0.67597 1.28667 1.65408 1.97436 2.34902 2.60577 3.14005 167 0.67596 1.28664 1.65403 1.97427 2.34888 2.60559 3.13975 168 0.67595 1.28661 1.65397 1.97419 2.34875 2.60541 3.13945 169 0.67594 1.28658 1.65392 1.97410 2.34862 2.60523 3.13915 170 0.67594 1.28655 1.65387 1.97402 2.34848 2.60506 3.13886 171 0.67593 1.28652 1.65381 1.97393 2.34835 2.60489 3.13857 172 0.67592 1.28649 1.65376 1.97385 2.34822 2.60471 3.13829 173 0.67591 1.28646 1.65371 1.97377 2.34810 2.60455 3.13801 174 0.67590 1.28644 1.65366 1.97369 2.34797 2.60438 3.13773 175 0.67589 1.28641 1.65361 1.97361 2.34784 2.60421 3.13745 176 0.67589 1.28638 1.65356 1.97353 2.34772 2.60405 3.13718 177 0.67588 1.28635 1.65351 1.97346 2.34760 2.60389 3.13691 178 0.67587 1.28633 1.65346 1.97338 2.34748 2.60373 3.13665 179 0.67586 1.28630 1.65341 1.97331 2.34736 2.60357 3.13638 180 0.67586 1.28627 1.65336 1.97323 2.34724 2.60342 3.13612 181 0.67585 1.28625 1.65332 1.97316 2.34713 2.60326 3.13587 182 0.67584 1.28622 1.65327 1.97308 2.34701 2.60311 3.13561 183 0.67583 1.28619 1.65322 1.97301 2.34690 2.60296 3.13536 184 0.67583 1.28617 1.65318 1.97294 2.34678 2.60281 3.13511 185 0.67582 1.28614 1.65313 1.97287 2.34667 2.60267 3.13487 186 0.67581 1.28612 1.65309 1.97280 2.34656 2.60252 3.13463 187 0.67580 1.28610 1.65304 1.97273 2.34645 2.60238 3.13438 188 0.67580 1.28607 1.65300 1.97266 2.34635 2.60223 3.13415 189 0.67579 1.28605 1.65296 1.97260 2.34624 2.60209 3.13391 190 0.67578 1.28602 1.65291 1.97253 2.34613 2.60195 3.13368 191 0.67578 1.28600 1.65287 1.97246 2.34603 2.60181 3.13345 192 0.67577 1.28598 1.65283 1.97240 2.34593 2.60168 3.13322 193 0.67576 1.28595 1.65279 1.97233 2.34582 2.60154 3.13299 194 0.67576 1.28593 1.65275 1.97227 2.34572 2.60141 3.13277 195 0.67575 1.28591 1.65271 1.97220 2.34562 2.60128 3.13255 196 0.67574 1.28589 1.65267 1.97214 2.34552 2.60115 3.13233 197 0.67574 1.28586 1.65263 1.97208 2.34543 2.60102 3.13212 198 0.67573 1.28584 1.65259 1.97202 2.34533 2.60089 3.13190 199 0.67572 1.28582 1.65255 1.97196 2.34523 2.60076 3.13169 200 0.67572 1.28580 1.65251 1.97190 2.34514 2.60063 3.13148 df 0.001 Catatan: Probabilita yang lebih kecil yang ditunjukkan pada judul tiap kolom adalah luas daerah dalam satu ujung, sedangkan probabilitas yang lebih besar adalah luas daerah dalam kedua ujung Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05 df untuk pembilang (N1) df untuk penyebut (N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246 2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43 3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70 4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86 5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62 6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94 7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51 8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22 9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01 10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85 11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72 12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62 13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53 14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46 15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40 16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35 17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31 18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27 19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23 20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20 21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18 22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15 23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13 24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11 25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09 26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07 27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06 28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04 29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03 30 4.17 3.32 2.92 2.69 2.53 2.42 2.33 2.27 2.21 2.16 2.13 2.09 2.06 2.04 2.01 31 4.16 3.30 2.91 2.68 2.52 2.41 2.32 2.25 2.20 2.15 2.11 2.08 2.05 2.03 2.00 32 4.15 3.29 2.90 2.67 2.51 2.40 2.31 2.24 2.19 2.14 2.10 2.07 2.04 2.01 1.99 33 4.14 3.28 2.89 2.66 2.50 2.39 2.30 2.23 2.18 2.13 2.09 2.06 2.03 2.00 1.98 34 4.13 3.28 2.88 2.65 2.49 2.38 2.29 2.23 2.17 2.12 2.08 2.05 2.02 1.99 1.97 35 4.12 3.27 2.87 2.64 2.49 2.37 2.29 2.22 2.16 2.11 2.07 2.04 2.01 1.99 1.96 36 4.11 3.26 2.87 2.63 2.48 2.36 2.28 2.21 2.15 2.11 2.07 2.03 2.00 1.98 1.95 37 4.11 3.25 2.86 2.63 2.47 2.36 2.27 2.20 2.14 2.10 2.06 2.02 2.00 1.97 1.95 38 4.10 3.24 2.85 2.62 2.46 2.35 2.26 2.19 2.14 2.09 2.05 2.02 1.99 1.96 1.94 39 4.09 3.24 2.85 2.61 2.46 2.34 2.26 2.19 2.13 2.08 2.04 2.01 1.98 1.95 1.93 40 4.08 3.23 2.84 2.61 2.45 2.34 2.25 2.18 2.12 2.08 2.04 2.00 1.97 1.95 1.92 41 4.08 3.23 2.83 2.60 2.44 2.33 2.24 2.17 2.12 2.07 2.03 2.00 1.97 1.94 1.92 42 4.07 3.22 2.83 2.59 2.44 2.32 2.24 2.17 2.11 2.06 2.03 1.99 1.96 1.94 1.91 43 4.07 3.21 2.82 2.59 2.43 2.32 2.23 2.16 2.11 2.06 2.02 1.99 1.96 1.93 1.91 44 4.06 3.21 2.82 2.58 2.43 2.31 2.23 2.16 2.10 2.05 2.01 1.98 1.95 1.92 1.90 45 4.06 3.20 2.81 2.58 2.42 2.31 2.22 2.15 2.10 2.05 2.01 1.97 1.94 1.92 1.89 Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05 df untuk pembilang (N1) df untuk penyebut (N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 46 4.05 3.20 2.81 2.57 2.42 2.30 2.22 2.15 2.09 2.04 2.00 1.97 1.94 1.91 1.89 47 4.05 3.20 2.80 2.57 2.41 2.30 2.21 2.14 2.09 2.04 2.00 1.96 1.93 1.91 1.88 48 4.04 3.19 2.80 2.57 2.41 2.29 2.21 2.14 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88 49 4.04 3.19 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.08 2.03 1.99 1.96 1.93 1.90 1.88 50 4.03 3.18 2.79 2.56 2.40 2.29 2.20 2.13 2.07 2.03 1.99 1.95 1.92 1.89 1.87 51 4.03 3.18 2.79 2.55 2.40 2.28 2.20 2.13 2.07 2.02 1.98 1.95 1.92 1.89 1.87 52 4.03 3.18 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.07 2.02 1.98 1.94 1.91 1.89 1.86 53 4.02 3.17 2.78 2.55 2.39 2.28 2.19 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86 54 4.02 3.17 2.78 2.54 2.39 2.27 2.18 2.12 2.06 2.01 1.97 1.94 1.91 1.88 1.86 55 4.02 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.06 2.01 1.97 1.93 1.90 1.88 1.85 56 4.01 3.16 2.77 2.54 2.38 2.27 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85 57 4.01 3.16 2.77 2.53 2.38 2.26 2.18 2.11 2.05 2.00 1.96 1.93 1.90 1.87 1.85 58 4.01 3.16 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.05 2.00 1.96 1.92 1.89 1.87 1.84 59 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.26 2.17 2.10 2.04 2.00 1.96 1.92 1.89 1.86 1.84 60 4.00 3.15 2.76 2.53 2.37 2.25 2.17 2.10 2.04 1.99 1.95 1.92 1.89 1.86 1.84 61 4.00 3.15 2.76 2.52 2.37 2.25 2.16 2.09 2.04 1.99 1.95 1.91 1.88 1.86 1.83 62 4.00 3.15 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.99 1.95 1.91 1.88 1.85 1.83 63 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.25 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83 64 3.99 3.14 2.75 2.52 2.36 2.24 2.16 2.09 2.03 1.98 1.94 1.91 1.88 1.85 1.83 65 3.99 3.14 2.75 2.51 2.36 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.85 1.82 66 3.99 3.14 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.03 1.98 1.94 1.90 1.87 1.84 1.82 67 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.98 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82 68 3.98 3.13 2.74 2.51 2.35 2.24 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.87 1.84 1.82 69 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.15 2.08 2.02 1.97 1.93 1.90 1.86 1.84 1.81 70 3.98 3.13 2.74 2.50 2.35 2.23 2.14 2.07 2.02 1.97 1.93 1.89 1.86 1.84 1.81 71 3.98 3.13 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.97 1.93 1.89 1.86 1.83 1.81 72 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81 73 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.23 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.86 1.83 1.81 74 3.97 3.12 2.73 2.50 2.34 2.22 2.14 2.07 2.01 1.96 1.92 1.89 1.85 1.83 1.80 75 3.97 3.12 2.73 2.49 2.34 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.83 1.80 76 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.01 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80 77 3.97 3.12 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.96 1.92 1.88 1.85 1.82 1.80 78 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.80 79 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.22 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.85 1.82 1.79 80 3.96 3.11 2.72 2.49 2.33 2.21 2.13 2.06 2.00 1.95 1.91 1.88 1.84 1.82 1.79 81 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.82 1.79 82 3.96 3.11 2.72 2.48 2.33 2.21 2.12 2.05 2.00 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79 83 3.96 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.91 1.87 1.84 1.81 1.79 84 3.95 3.11 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.95 1.90 1.87 1.84 1.81 1.79 85 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.84 1.81 1.79 86 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.21 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.84 1.81 1.78 87 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.87 1.83 1.81 1.78 88 3.95 3.10 2.71 2.48 2.32 2.20 2.12 2.05 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.81 1.78 89 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78 90 3.95 3.10 2.71 2.47 2.32 2.20 2.11 2.04 1.99 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78 Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05 df untuk pembilang (N1) df untuk penyebut (N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 91 3.95 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.90 1.86 1.83 1.80 1.78 92 3.94 3.10 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.94 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78 93 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.78 94 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.83 1.80 1.77 95 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.20 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.86 1.82 1.80 1.77 96 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77 97 3.94 3.09 2.70 2.47 2.31 2.19 2.11 2.04 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.80 1.77 98 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77 99 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.98 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77 100 3.94 3.09 2.70 2.46 2.31 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.89 1.85 1.82 1.79 1.77 101 3.94 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.93 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77 102 3.93 3.09 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.77 103 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76 104 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.82 1.79 1.76 105 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.85 1.81 1.79 1.76 106 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.19 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76 107 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.79 1.76 108 3.93 3.08 2.69 2.46 2.30 2.18 2.10 2.03 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76 109 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76 110 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76 111 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.97 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76 112 3.93 3.08 2.69 2.45 2.30 2.18 2.09 2.02 1.96 1.92 1.88 1.84 1.81 1.78 1.76 113 3.93 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.92 1.87 1.84 1.81 1.78 1.76 114 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75 115 3.92 3.08 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75 116 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.81 1.78 1.75 117 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.80 1.78 1.75 118 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.84 1.80 1.78 1.75 119 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.78 1.75 120 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.18 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.78 1.75 121 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75 122 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.09 2.02 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75 123 3.92 3.07 2.68 2.45 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75 124 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75 125 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.96 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75 126 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.87 1.83 1.80 1.77 1.75 127 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.86 1.83 1.80 1.77 1.75 128 3.92 3.07 2.68 2.44 2.29 2.17 2.08 2.01 1.95 1.91 1.86 1.83 1.80 1.77 1.75 129 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74 130 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74 131 3.91 3.07 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.80 1.77 1.74 132 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74 133 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74 134 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.83 1.79 1.77 1.74 135 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74 Titik Persentase Distribusi F untuk Probabilita = 0,05 df untuk pembilang (N1) df untuk penyebut (N2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 136 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.77 1.74 137 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.17 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 138 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 139 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 140 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.01 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 141 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.08 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 142 3.91 3.06 2.67 2.44 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 143 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 144 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.95 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 145 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.86 1.82 1.79 1.76 1.74 146 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.74 147 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 148 3.91 3.06 2.67 2.43 2.28 2.16 2.07 2.00 1.94 1.90 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 149 3.90 3.06 2.67 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 150 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 151 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 152 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.79 1.76 1.73 153 3.90 3.06 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73 154 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73 155 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.82 1.78 1.76 1.73 156 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73 157 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.76 1.73 158 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 159 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 160 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 161 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.16 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 162 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 163 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 164 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 2.00 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 165 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 166 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.07 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 167 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 168 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 169 3.90 3.05 2.66 2.43 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 170 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.94 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 171 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.85 1.81 1.78 1.75 1.73 172 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 173 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 174 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 175 3.90 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.89 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 176 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 177 3.89 3.05 2.66 2.42 2.27 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 178 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 179 3.89 3.05 2.66 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.78 1.75 1.72 180 3.89 3.05 2.65 2.42 2.26 2.15 2.06 1.99 1.93 1.88 1.84 1.81 1.77 1.75 1.72