BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdirinya sebuah perusahaan yang besar dan terkenal, tidak
semata-mata mampu untuk bertahan dan eksis dalam menjalankan
sebuah bisnis. Tidak hanya dijalankan dari seorang pelaku bisnis namun
juga dari para karyawan yang bekerja siang-malam untuk mencapai
target yang ingin dicapai dari suatu proses produksi ayng dihasilkan oleh
perusahaan. Keberhasilan pada suatu perusahaan, juga tidak lepas dari
masyarakat di sekitar perusahaan untuk mendukung segala kegiatan
proses produksi yang dilakukan oleh PT. Frisian Flag Indonesia.
Perusahaan dan masyarakat ibarat psangan hidup yang saling
membutuhkan dan saling memberi, ada hubungan timbal balik antara
perusahaan dengan masyarakat, dimana suatu harmonisasi dan kontribusi
dari keduanya akan menentukan keberhasilan dalam membangun sebuah
bangsa. Dari dua aspek tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena
akan tercipta kondisi yang sinergis antara keduanya, sehingga keberadaan
perusahaan dalam lingkungan setempat dapat membawa perubahan ke
arah yang lebih baik dan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat
yang tinggal di sekitar perusahaan.
Seiring dengan berkembangnya jaman, masyarakat sudah banyak
memiliki kesadaran dan menuntut kepada perusahaan yang mengelola
sumber daya alam dan lingkungan, maka konsep tanggung jawab sosial
perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi bagian
1 yang tidak terpisahkan hubungannya dengan kelangsungan hidup
perusahaan di masa yang akan datang. Akhir-akhir ini Coporate Social
Responsibility (CSR) menjadi kewajiban perusahaan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga lingkungan sosial
dan lingkungan alam, di mana perusahaan beroperasi. (Susanto, 1997:
hlm.55)
Dari beberapa perusahaan lainnya, ada juga yang belum mampu
mengefektifkan pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR) sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan. Hal tersebut
dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu diantaranya kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tidak mampu menarik simpati dan masyarakat
kurang berpartisipasi untuk ikut melakukan sekaligus mensukseskan
kegiatan dari program-program Corporate Social Responsibility (CSR)
yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan. Dari faktor tersebut
akhirnya dalam pelaksanaan kegiatan program Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak mampu berkembang secara efektif untuk
mencapai sebuah tujuan dari suatu perusahaan, yaitu memberdayakan
masyarakat di sekitar dan lingkungan.
Program-program Corporate Social Responsibility (CSR) yang
memiliki isu-isu terkait tentang permasalahan atau kasus, yaitu
pencemaran lingkungan, eksploitasi sumber daya alam oleh aktivitas
yang dilakukan perusahaan atau industri, pelanggaran hak asasi manusia
dan lain-lain. Dengan meningkatnya isu-isu kasus tersebut, maka
sebagian besar perusahaan di Indonesia sudah menjalankan program
2 Corporate Social Responsibility (CSR), meskipun belum sepenuhnya
berjalan sesuai dengan peraturan Undang-Undang yang berlaku.
Sekarang ini banyak perusahaan yang berlomba-lomba untuk
membuat sebuah program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan
tidak asal-asalan, perusahaan melihat dan melakukan sebuah penelitian
tentang apa yang menjadi kebutuhan masyarakat, khususnya bagi
masyarakat disekitar wilayah perindustrian. Sehingga perusahaan
mendapatkan pengetahuan dan informasi mengenai kebutuhan yang
dibutuhkan, baik kebutuhan ekonomi, sumber daya manusia ataupun
yang menjadi kendala bagi masyarakat sekitar.
Dalam kasus PT. Frisian Flag Indonesia, permasalahan yang terjadi
mengenai bagaimana menjaga hubungan
baik kepada masyarakat di
sekitar perusahaan, agar masyarakat bersedia menerima perusahaan
sebagai warga yang memiliki kewajiban dan sekaligus hak sebagai warga
di Kelurahan Gedong, Jakarta Timur. Permasalahan tersebut muncul
dikarenakan perusahaan merasakan ancaman dari masyarakat sekitar,
tidak mendapatkan respon atau rasa simpatik terhadap perusahaan begitu
sebaliknya perusahaan tidak mempedulikan masyarakat yang terkena
dampak akibat didirikannya sebuah pabrik di wilayah mereka, proses
produksi yang akan dilakukan oleh perusahaan menjadi terhambat dan
tidak berjalan lancar, dan bahkan bisa terjadi perlakuan yang anarkis oleh
masyarakat terhadap karyawan PT. Frisian Flag Indonesia. Oleh karena
itu, untuk menanggulangi hal-hal tersebut maka muncul Corporate Social
3 Responsibility
(CSR)
sebagai
“komitmen”
sekaligus
“upaya”
penyelesaian masalah yang sedang mereka hadapi.
PT. Frisian Flag Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang
baru memiliki kesadaran untuk melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR), di tahun 2009 PT. Frisian Flag Indonesia
menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) yang diawali dengan
melakukan penelitian lapangan yang dilakukan oleh para pakar peneliti
selama 3 bulan. Melakukan penelitian terhadap masyarakat di sekitar
perusahaan, karena perusahaan memiliki permasalahan berupa gangguan
dari luar yang dapat mengakibatkan penurunan dan pelaksanaan dalam
proses produksi, sehingga perusahaan mencari solusi supaya proses
produksi yang dilakukan oleh PT. Frisian Flag Indonesia berjalan lancar
dan aman yaitu dengan melakukan sebuah penelitian yang dilakukan oleh
Pakar Peneliti Pengembangan Masyarakat.
Lokasi pabrik dan sekaligus menjadi kantor pusat PT. Frisian Flag
Indonesia berada di daerah Pasar Rebo, Jakarta Timur, merupakan daerah
industri dan padat penduduk. Sebagai salah satu industri yang
menggantungkan kegiatan operasionalnya kepada sumber daya manusia
dan berbasis susu yang berasal dari susu sapi, memiliki kesadaran akan
dampak kegiatan operasionalnya tersebut terhadap lingkungan dan
masyarakat sekitar. Maka pada tahun 2009 Frisian Flag terlebih dahulu
melakukan penelitian untuk mengetahui kebutuhan masyarakat dan
mencari informasi mengapa proses produksi yang dilakukan oleh Frisian
Flag mendapat gangguan, oleh karenanya diperlukan kesadaran dan
4 kepedulian perusahaan untuk memperhatikan masyarakat sekitar yang
memiliki dampak langsung dari proses pruduksi.
Hasil yang diperoleh dari riset atau penelitian tersebut menjadi
tolak ukur bagi perusahaan dalam melakukan dan membuat program
Corporate Social Responsibility (CSR) untuk dapat membantu
masyarakat dalam memnuhi kebutuhan mereka. Dan terutama yang
menjadi fokus PT. Frisian Flag Indonesia adalah di bidang ekonomi,
kesehatan dan pendidikan, karena mengingat ketiga bidang tersebut
menjadi kendala dari kebutuhan hidup masyarakat Kelurahan Gedong,
Jakarta Timur. Maka dapat diketahui dan disimpukan bahwa kebutuhan
masyarakat lokal adalah pengembangan posyandu bagi balita, anak-anak
dan lansia, dikembangnya kegiatan BKB-PAUD, budidaya jamur tiram
dan pengelolaan lingkungan hidup. Namun dari program-program
tersebut di atas merupakan program yang sudah disetujui dan disepakati
oleh perusahaan dengan masyarakat lokal, karena sesuai dengan visi dan
misi yang dijadikan landasan dasar bagi seluruh aktivitas perusahaan,
sekaligus menjadi tujuan untuk menciptakan pembangunan yang
berkelanjutan di tahun yang akan datang.
Menurut
peneliti,
program-program
Corporate
Social
Responsibility (CSR) yang sudah menjadi kesepakatan dan dilakukan
oleh PT. Frisian Flag Indonesia yaitu pendistribusian susu untuk kegiatan
PAUD dan Posyandu, anak-anak yang memiliki gizi buruk dan penyakit
TBC dan setiap 1 bulan 2 kali PT. Frisian Flag Indonesia memberikan
bantuan susu kepada masyarakat di Kelurahan Gedong, dan Kelurahan
5 Ciracas, Jakarta Timur. Bantuan dana operasional yang diberikan oleh
perusahaan kepada kader atau ibu-ibu yang mengurus segalanya tentang
PAUD dan Posyandu, khususnya di Kelurahan Gedong agar dapat
membantu keuangan untuk melakukan suatu kegiatan yang diberikan
kepada setiap kader atau pengurus yang terdapat pada masing-masing
RT, di mana terdapat 12 RW di Kelurahan Gedong sendiri. Agar semua
program Corporate Social Responsibility (CSR) dapat berjalan dengan
lancar, maka dari pihak PT. Frisian Flag Indonesia membutuhkan
seorang Konsultan Lapangan sebagai upaya pendukung atau penjembatan
bagi tercapainya dan kesuksesan dari semua program tersebut antara
perusahaan dengan masyarakat lokal. Namun, hanya saja program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan selama ini oleh
PT. Frisian Flag selama 2 tahun terakhir (di mulai dari Bulan Oktober
2009 sampai dengan Oktober 2011), dari data yang didapat oleh peneliti
yaitu masih bersifat corporate giving atau bermotif amal atau charity dan
corporate philanthropy yang bermotif kemanusiaan.
Kesuksesan PT. Frisian Flag Indonesia dalam melaksanakan
program Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai upaya
membangun bisnis yang berkelanjutan, tidak hanya dari program tersebut
namun juga harus disertai dengan masyarakat yang aktif atau
berpartisipasi dalam menjalankan dan mewujudkan program Corporate
Social
Responsibility
(CSR).
Mengapa
masyarakat
juga
harus
berpartisipasi dalam mewujudkan sekaligus menjalankan program
tersebut dikarenakan bisa memberdayakan masyarakat yang mandiri dan
6 membangun hubungan baik dengan perusahaan. Pada 4 bulan terakhir
tahun 2011 PT. Frisian Flag Indonesia mencoba melakukan hubungan
baik dengan masyarakat dengan upaya membantu memenuhi kebutuhan
masyarakat lokal. Tujuan dari Corporate Social Responsibility (CSR),
tidak hanya semata memberikan bantuan kepada masyarakat tetapi
menjadikan program tersebut berlanjut sampai masyarakat bisa
diberdayakan dan berbasis kemandirian.
Melihat pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
upaya pemberdayaan masyarakat, maka pertanyaan utama yang dibahas
oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah “Bagaimana PT.
Frisian Flag Indonesia dalam menjalankan program Corporate Social
Responsibility (CSR) mampu mewujudkan program Corporate Social
Responsibility (CSR), sehingga apa saja dampak yang dialami oleh
perusahaan dalam program Corporate Social Responsibility (CSR)”.
B. Rumusan Masalah
PT. Frisian Flag Indonesia, merupakan perusahaan susu yang
beroperasi di wilayah Pasar Rebo, Jakarta Timur merupakan perusahaan
yang baru 2 tahun lalu melakukan program Corporate Social
Responsibility (CSR), dalam berbagai bentuk kegiatan. Seperti halnya
memberikan bantuan berupa susu kepada masyarakat khususnya anakanak dan penderita TBC sekaligus memberikan bantuan dalam berbagai
aspek misalnya bantuan pendidikan, kesehatan, pengembangan ekonomi
lokal, bantuan infrastruktur dan pelatihan-pelatihan bagi masyarakat
7 sekitar dan bagi para peternak sapi yang berada di Pengalengan. Oleh
karena itu, perlu diteliti bagaimana penerapan dari program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang sudah dilakukan oleh perusahaan dan
apa saja peranan dalam upaya pemberdayaan masyarakat termasuk
kelanjutan dari program-program Corporate Social Responsibility (CSR)
untuk memberdayakan masyarakat di sekitar lokasi perusahaan. Berawal
dari latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah :
“Bagaimana dampak dari program-program Corporate Social
Responsibility (CSR) yang sudah dilakukan oleh PT. Frisian Flag
Indonesia dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 terhadap
masyarakat lokal?”
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui tentang
dampak yang ditimbulkan dari implementasi program Corporate Social
Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh PT. Frisian Flag Indonesia
selama kurang lebih 2 tahun terakhir yakni dari tahun 2009-2011,
terhadap masyarakat lokal khususnya di Kelurahan Gedong, Jakarta
Timur.
8 D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk berbagai pihak, di
antaranya adalah sebagai berikut :
 Secara akademis, penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi
keilmuan tentang peran program Corporate Social Responsibility
(CSR) perusahaan susu seperti PT. Frisian Flag Indonesia dalam
upaya memberdayakan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan.
 Secara praktis, penelitian ini diharapkan memberi masukan, saran dan
rekomendasi kepada perusahaan, pemerintah maupun kelompok
kepentingan lainnya tentang
bagaimana menerapkan program
Corporate Social Responsibility (CSR) di perusahaan susu seperti PT.
Frisian Flag Indonesia dalam upaya memberdayakan masyarakat lokal
di Kelurahan Gedong, Jakarta Timur.
E. Kerangka Konsep
1.
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu elemen
yang penting dalam kerangka sustainability, yang mencakup aspek
ekonomi, lingkungan dan sosial budaya. Tanggung jawab Social
merupakan proses penting dalam pengelolaan biaya dan keuntungan
kegiatan bisnis dengan stakeholders baik secara internal (pekerja,
shareholder, dan penanam modal) maupun eksternal (kelembagaan
peraturan umum, anggota masyarakat, kelompok masyarakat sipil dan
perusahaan lainnya).
9 Di tahun 1066, Lester Thurow dalam bukunya "The Future of
Capitalism" sudah memprediksikan bahwa pada saatnya nanti,
kapitalisme akan berjalan kencang tanpa perlawanan. Hal ini
disebabkan, sosialisme dan komunisme telah lenyap. Pemikiran
Thurow ini menggaris bawahi bahwa kapitalisme tidak hanya
berurusan pada ekonomi semata, melainkan juga memasukkan unsur
sosial dan lingkungan untuk membangun masyarakat, atau yang
kemudian disebut sustainable society. (Susanto, Jakarta, 2007,him.21)
Tujuan dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah untuk
pemberdayaan masyarakat dan bukan memperdayai masyarakat.
Pemberdayaan
mandiri,
bertujuan
kalau
Responsibility,
untuk
berbicara
terdapat
banyak
mengkreasikan
tentang
definisi.
masyarakat
Corporate
Kata
sosial
Social
sering
diinterpretasikan dengan kedermawanan. Padahal Corporate
Social Responsibility (CSR) terkait dengan sustainability dan
acceptability, artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha di
suatu tempat. (Untung, 2008:9-15)
Selama ini Corporate Social Responsibility (CSR) kebanyakan
diukur dari sudut berapa besar uang perusahaan yang sudah
dikeluarkan, tetapi seharusnya bukan diukur dari uang saja, uang itu
hanya sebagian kecil nilai karena ada nilai intangible yang sangat
penting, artinya ada sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang.
Persoalan dengan kata sosial Sering dipahami sebagai bentuk
kedermawanan, padahal kedermawanan itu adalah sebagian kecil
10 dari Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Responsibities
ada dua, pertama memiliki sifat ke dalam atau internal, kedua
memiliki sifat keluar atau eksternal. Apabila Corporate Responsibities
yang sifatnya internal menyangkut transparansi, sehingga ada yang
namanya Good Corporate Governance, dirnana kalangan perusahaan
publik diukur dengan keterbukaan informasi.Sedangkan yang bersifat
eksternal, menyangkut lingkungan tempat perusahaan berdiri,
perusahaan harus memperhatikan polusi, limbah maupun
partisipasi lainnya. Stakeholder perusahaan di luar dapat
dikategorikan, ada masyarakat, pemasok, pelanggan, konsumen,
maupun pemerintah. (Untung,2008:9-15)
Dari perspektif etika atau moral, aktivitas suatu perusahaan dapat
dievaluasi dengan menggunakan teori tentang hak (theory of right).
Teori ini lebih banyak menekankan pada pemenuhan akan hak dan
kewajiban suatu perusahaan, sehingga antara hak dan kewajiban
memiliki mata rantai yang tegas dan jelas. Menurut paham utilitarian,
mata rantai tidak pernah bersifat langsung, karena diantaranya ada
“dampak” kepada para pihak. Seperti dalam suatu kontrak, di mana
pemenuhan kewajiban pada orang tertentu merupakan wujud dari
suatu penghormatan, sedangkan perbuatan mengakhiri suatu kontrak
merupakan wujud melukai lawan pihak atau menimbulkan dampak
sosial, namun demikian perbuatan ini harus dilakukan.
Dari sinilah konsep Corporate Social Responsibility (CSR) terus
berkembang dan diaplikasikan dalam berbagai bentuk. Konsep dan
11 pemikiran yang ditawarkan oleh John Elkington lewat bukunya yang
berjudul "Cannibals with Fork the Triple Bottom Line of Twentieth
Century Business ". Dalam bukunya, disebutkan bahwa
Elkington menawarkan solusi bagi perusahaan untuk berkembang di
masa mendatang, mereka harus memperhatikan 3P, yaitu tidak
hanya mencari keuntungan (Profit), tapi juga terlibat dalam
pemenuhan kesejahteraan rakyat (People) dan berperan aktif
dalam
menjaga
kelestarian
lingkungan
(Planet).
(http://www.csrindonesia.com diakses tanggal 04 Mei 2012 pukul
20.00 WIB)
Perdebatan paling baru tentang Corporate Social Responsibility
(CSR), persoalannya adalah tentang dampak program tersebut pada
profit perusahaan. Para pelaku dituntut untuk ikut memikirkan
program yang mampu mendukung sustainability perusahaan dan
aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri. Dalam
hal ini, strategi perusahaan mesti responsif terhadap kondisikondisi yang mempengaruhi bisnis, seperti perusahaan global, tren
baru di pasar dan kebutuhan stakeholders yang belum terpenuhi.
(Majalah Marketing Edisi 11/2007)
Kotler, dalam buku Corporate Social Responsibility (CSR) Doing
the Most Good for Your Company and Your Cause, membeberkan
beberapa alasan tentang perlunya perusahaan menggelar aktivitas hal
itu. Disebutkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) bisa
membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas
12 pangsa pasar, meningkatkan loyalitas, karyawan, mengurangi biaya
operasional. Serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor.
Istilah Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia semakin
terkenal dan populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa
perusahaan, sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social
Activity)
atau
"aktivitas
sosial
perusahaan",
walaupun
tidak
menamainya dengan sebutan Corporate Social Responsibility (CSR),
secara
faktual
aksinya
mendekati
konsep
Corporate
Social
Responsibility (CSR) yang mempresentasikan bentuk "peran serta"
dan "kepedulian" perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
Melalui konsep investasi sosial perusahaan "seat belt" dan sejak tahun
2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga, pemerintah yang
aktif dalam mengembangkan konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Kepeduliaan sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwa
kegiatan perusahaan membawa dampak (fof better or worse), bagi
kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di
sekitar perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya
bukan hanya shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula
stakeholders, yakni pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
eksistensi perusahaan.
International Organization for Standardization (ISO) sebagai
organisasi standarisasi internasional berhasil menghasilkan panduan
dan standardisasi untuk tanggung jawab sosial pada bulan September
13 tahun 2004, yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on
Social Responsibility. ISO 26000 menjadi standar pedoman untuk
penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) ISO 26000
mengartikan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai tanggung
jawab suatu organisasi yang atas dampak dari keputusan dan
aktivitasnya terhadap masyarakat dan lingkungan, melalui perilaku
yang transparan dan etis. Di dalam ISO 26000, Corporate Social
Responsibility
(CSR)
mencakup
7
isu
pokok,
(sumber:
www.csrindonesia.net, diakses tanggal 25 Juli 2013 pukul 13.00 WIB)
yaitu:
1) Pengembangan masyarakat
2) Konsumen
3) Praktek kegiatan institusi yang sehat
4) Lingkungan
5) Ketenagakerjaan
6) Hak Asasi Manusia dan
7) Organisasi Kepemerintahan.
Good Corporate Citizenship dalam pelaksanaannya berfokus pada
kontribusi suatu perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang mengalami metamorfosis, dari yang bersifat charity
menjadi
aktivitas
yang
lebih
menekankan
pada
penciptaan
kemandirian masyarakat, yakni program pemberdayaan (Ambadar,
2008 dan Za;im Zaidi, 2008). Dapat dilihat dalam Tabel di bawah ini:
14 Tabel Good Corporate Citizenship
Paradigma
Charity
Philantropy
Motivasi
Agama, tradisi,
adaptasi
Norma, etika dan hukum
universal
Misi
Mengatasi masalah
setempat
Mencari dan mengatasi
akar masalah
Pengelolaan
Jangka pendek,
mengatasi masalah
sesaat
Kepanitiaan
Terencana, terorganisasi,
dan terprogram
Pengorganisasian
Yayasan/dana
pribadi/profesionalitas
Penerima
Manfaat
Kontribusi
Orang miskin
Masyarakat luas
Hibah sosial
Hibah pembangunan
Inspirasi
Kewajiban
Kepentingan bersama
Good Corporate
Citizenship (GCC)
Pencerahan diri dan
rekonsiliasi dengan
ketertiban sosial
Memberikan
kontribusi terhadap
masyarakat
Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan
Keterlibatan baik
dana maupun
sumberdaya lain
Masyarakat luas dan
perusahaan
Hibah (sosial dan
pembangunan serta
keterlibatan sosial)
Sumber: Ambadar, 2008 dan Za;im Zaidi, 2008
2. Dampak Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap
Masyarakat Lokal
Masyarakat Lokal yang dimaksud dalam kajian ini adalah
masyarakat yang tinggal di sekitar lingkungan di Perusahaan. Oleh
karena dekat dengan Perusahaan PT. Frisian Flag Indonesia yang
memproduksi susu, tentunya akan memperoleh dampak dari
keberadaan Perusahaan tersebut. Dalam hal ini PT. Frisian Flag
Indonesia khususnya Corporate Social Responsibility (CSR) harusnya
membantu
kebutuhan
masyarakat
lokal,
sehingga
diharapkan
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh
Perusahaan memiliki dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya.
15 Untuk itu berikut disajikan contoh Perusahaan yang
melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap
masyarakat lokal:
Komitmen
pada
PT.
Riaupulp
untuk
menciptakan
masyarakat yang berdaya terlihat melalui kegiatan-kegiatan
Corporate Social Responsibility (CSR)-nya. Kegiatan Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Riaupulp meliputi Community
Empowerment, Care Services (Program Kesehatan Masyarakat
dan Pendidikan), Basic Social Walfare, dan Local Economics
and Community Based Business Development. Salah satu dari
program Care Services adalah program pengurangan
angka
kematian balita, program ini merupakan program yang
terintegrasi dalam program kesehatan masyarakat, yang terdiri
dari program preventif dan program kuratif dan telah dijalankan
oleh 200 desa sekitar daerah operasional perusahaan dan yang
masih belum terjangkau oleh pemerintah. Mengenai usaha PT.
Riaupulp dalam mengurangi angka kematian balita, program
kuratif diterapkan setiap tahunnya dalam bentuk imunisasi
kepada balita dan anak serta medical check untuk kesehatan ibu
hamil. Dengan adanya program ini, masyarakat semakin
mengerti langkah-langkah dan usaha untuk mendapatkan
kehidupan yang lebih sehat. Dalam program preventifnya, PT.
Riaupulp juga telah bekerjasama dengan UNICEF dalam usaha
16 mencegah terjadinya Flu Burung, yang telah diikuti oleh sekitar
60 orang dari 104 desa di sekitar operasional.
Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam
bidang pendidikan juga dilaksanakan oleh PT. Riaupulp, seperti
program taman bacaan yang bertujuan untuk meningkatkan
kreativitas anaka-anak. Program taman bacaan ini telah
dibangun 100 buah di seluruh Riau, dengan tiap-tiap tahun
taman bacaan mempunyai 200 buah judul buku. Untuk
memaksimalkan pemberdayaan ini, PT. Riaupulp juga merekrut
guru/pendidik untuk bekerja pada taman bacaan ini.
Program
pemberdayaan
masyarakat
dalam
bidang
ekonomi juga dilaksanakan oleh PT. Riaupulp, seperti program
pertanian terpadu yang telah membina 3700 petani. Selain itu,
PT. Riaupulp juga melakukan kerja sama dengan kalangan
perbankan untuk pinjaman modal kepada mitra binaannya.
Menurut data PT. Riaupulp, kredit yang telah dikeluarkan untuk
mitra bisa adalah Rp1.1 miliar dan dari program UMKM ini,
telah
menghasilkan
85
wirausahawan
lokal
yang
mempekerjakan 1303 tenaga kerja.
Begitu juga dengan Kaltim Prima Coal (KCP) merupakan
salah satu perusahaan yang berkomitmen dalam melaksanakan
Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini ditunjukkan
perusahaan dalam mengalokasikan dana US$5 juta setiap tahun
bagi aksi Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate
17 Social Responsibility (CSR) PT. Kaltim Prima Coal terdiri dari
7 program untuk masyarakat sekitar lokasi usahanya, yaitu
pengembangan agribisnis, kesehatan dan sanitasi, pendidikan
dan pelatihan, pembangunan infrastruktur, pengembangan usaha
kecil dan menengah (UKM), pelestarian alam dan budaya, serta
penguatan kapasitas masyarakat dan pemerintah.
Selain itu, program agribisnis ini juga membuat kolam
udang untuk masyarakat di Desa Muara Bengalon dan
membangun perkebunan pisang dan peternakan ayam di
Kampung Kabo. PT. Kaltim Prima Coal juga memberikan kredit
mikro kepada masyarakat Bengalon dengan total peminjam
tidak kurang dari 700 orang. Pembangunan infrastruktur yang
telah dilakukan oleh PT. Kaltim Prima Coal adalah program
irigasi,
pembangunan
jalan
dan
lapangan
sepakbola.
(sumber:http://www.fotodeka.wordpress.com/2009/01/07.
diakses tanggal 25 Juli 2013 pukul 13.00 WIB).
Dampak utama kegiatan perusahaan tercipta dari operasi
perusahaan. Pendekatan perusahaan dalam mengelola tanggung
jawab sosial didasari pemikiran bahwa tanggung jawab sosial
merupakan bagian dari kegiatan usaha, dan meliputi keinginan
untuk selalu belajar dari tindakan perusahaan serta pengalaman
pihak lain. Perusahaan senantiasa menyempurnakan kinerja
kami, melalui penerapan petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha
skala nasional dan internasional, termasuk standar Program
18 Peringkat Kinerja Lingkungan (PROPER) dan standar operasi
internasional (ISO). Kegiatan usaha perusahaan lebih dari
menciptakan lapangan pekerjaan, juga mengembangkan sumber
daya manusia demi kepentingan perusahaan dan masyarakat.
Berikut contoh Perusahaan Unilever Indonesia yang melakukan
program Corporate Social Responsibility (CSR)
yang
berdampak pada masyarakat lokal, yaitu :
Petani kedelai hitam dan Kecap Bango, di daerah
pedesaan Jawa, Unilever Indonesia mengajak kelompok tani
kedelai
hitam
menjadi
pemasok
pabrik
Kecap
Bango.
Perusahaan mendampingi dan memberikan bibit kedelai hitam
terbaik, pengarahan mengenai penanaman, dan peminjaman
tanpa bunga. Bersama ashli pertanian dari Universitas Gajah
Mada yang menangani aspek teknis, perusahaan mendorong
petani untuk mengembangkan kepekaan dan kemampuan
meningkatkan usahany. Program ini berkembang sangat baik
karena para petani mendapatkan kepastian hasil panen mereka
yang kualitasnya memenuhi standar akan dibeli dengan harga
sesuai oleh Unilever. Hasil panen meningkat, begitu pula
pendapatan para petani menciptakan masa depan yang lebih
cerah.
Unilever Indonesia juga berkomitmen menjadi bagian dari
solusi masalah lingkungan melalui kontribusi sukarela untuk
meningkatkan kualitas lingkunga sekitar, misalnya Proyek Kali
19 Bersih
di
Jambangan,
Surabaya.
Perusahaan
berupaya
mengubah cara pandang dan perilaku masyarakat di sepanjang
Sungai Brantas dalam menyikapi sungai. Sebelumnya, mereka
terbiasa membuang sampah dan pencemar lainnya ke dalam
sungai
dan
menggunakan
airnya
tetapi
mempedulikan
pelestariannya.
Perusahaan mendorong masyarakat untuk meningkatkan
kondisi lingkungan mereka dengan membangun fasilitas
sanitasi, membagikan tempat sampah, serta mengolah sampah
menjadi kompos melalui pemilahan sampah organik dan nonorganik. Unilever Indonesia juga menyumbangkan composter
communal skala kelurahan dan berkolaborasi dengan pemangku
kepentingan (stakeholder) dalam mengelola fasilitas pengolahan
kompos.
3. Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal merupakan sekelompok orang yang bertempat
tinggal di suatu wilayah atau daerah. Namun dalam penelitian ini
dikhususkan bagi sekelompok orang atau masyarakat, yang bertempat
tinggal di wilayah Jakarta Timur, terutama di daerah Pasar Rebo,
Kelurahan Gedong dekat dengan pabrik PT. Frisian Flag Indonesia
yang merupakan pabrik dengan memproduksi susu. Kelurahan
Gedong memiliki dua belas Rukun Warga (Rw) dan terbagi dalam
beberapa Rukun Tetangga (Rt), dengan jujmlah penduduk yang
beragam tidak membuat PT. Frisian Flag Indonesia menyerah dalam
20 menjalankan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat di Kelurahan
Gedong.
PT. Frisian Flag Indonesia memiliki dua belas Rukun Warga (RW)
binaan di Kelurahan Gedong, dalam melaksanakan program
Corporate Social Responsibility (CSR). Penentuan dua belas rukun
warga binaan ini berdasarkan wilayah atau kedekatan letak geografis
PT. Frisian Flag Indonesia yang terkena dampak dari limbah industri
susu.
F. Metode Penelitian
1.
Metode Penelitian :
Metode yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian
adalah Metode Penelitian Kualitatif.
2. Subyek Penelitian :
Subyek dalam penelitian ini yaitu karyawan dan masyarakat lokal.
Adapun untuk karyawan diambil dari Departemen Corporate
Communication dan seorang Konsultan Lapangan yang menjadi
jembatan antara masyarakat lokal dengan perusahaan. Karyawan
dalam hal ini adalah orang yang bekerja di Departemen Corporate
Communication, jumlah karyawan yang ada di dalam Departemen
tersebut berjumlah tiga orang. Namun yang menjadi subyek penelitian
adalah salah satu dari karyawan di Departemen Corporate
Communication dan seorang konsultan lapangan yang mengetahui
situasi, bertemu langsung dengan masyarakat dan menghadapi
21 permasalahan yang ada di lapangan. Sementara itu subyek penelitian
lainnya dari masyarakat lokal yaitu masyarakat yang terkena program
Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT. Frisian Flag
Indonesia, di Kelurahan Gedong, Jakarta Timur sendiri terdapat 12
RW, maka peneliti secara acak mengambil tiga orang sebagai subyek
penelitian dengan pertimbangan mereka adalah sesbagai orang yang
terkena dampak langsung dari pabrik PT. Frisian Flag Indonesia
tersebut.
3.
Informan Penelitian :
Informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Departemen Corporate
Communication di PT. Frisian Flag Indonesia. Kepala Departemen
dalam hal ini adalah orang yang berpengaruh dalam mengambil
keputusan di setiap pekerjaan yang dilakukan oleh Departemen
Corporate Communication, misalnya pekerjaan yang berhubungan
dengan media, administrasi dan termasuk yang mengurus program
Corporate Social Responsibility (CSR). Disamping itu juga tokoh
masyarakat yang ada di Kelurahan Gedong, Jakarta Timur, sebagai
orang yang memberikan informasi terkait dengan masyarakat lokal
yang terkena dampak.
4.
Teknik Pengumpulan Data :
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan
wawancara. Selain itu juga data sekunder yang dikumpulkan
merupakan dokumen-dokumen yang terkait dengan data-data jenis
22 program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan
PT. Frisian Flag Indonesia. Untuk menghindari adanya distorsi pesan
dan untuk melengkapi informasi, maka setiap selesai melakukan
wawancara dengan informan dan subyek penelitian, peneliti
menuliskan kembali hasil wawancara tersebut dalam bentuk catatan
harian.
5.
Teknik Analisis Data :
Data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif diolah melalui tiga
tahap analisis data kualitatif, yakni reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan. tahap-tahap analisis data yang akan dilakukan
dalam penelitian ini adalah mengambil dari Sugiyono (2008) meliputi:

Reduksi Data : merangkum, memilih, memfokuskan pada hal-hal
penting

Penyajian Data : menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, dan

Penarikan Kesimpulan dengan menghasilkan temuan baru atas
obyek penelitian yang di dapat.
G. Lokasi dan Waktu Penelitian
Peneliti melakukan penelitian di PT. Frisian Flag Indonesia yang
beralamat di Jalan Raya Bogor kilometer lima, Pasar Rebo, dan
Kelurahan Gedong, Jakarta Timur yang merupakan salah satu kelurahan
binaan PT. Frisian Flag Indonesia. Penelitian dilaksanakan pada tanggal
1 April sampai dengan 30 Juni 2011.
23 PT. Frisian Flag Indonesia dipilih sebagai tempat penelitian karena
merupakan perusahaan yang pertama kali mengimpor produk susu tahun
1922, dengan merek Friesche Vlag. Kelurahan Gedong dijadikan tempat
penelitian dikarenakan memiliki dampak langsung akibat limbah susu
yang diproduksi oleh perusahaan. Oleh karenanya PT. Frisian Flag
Indonesia beserta dengan Pimpinan, Staf Kelurahan dan Dewan
Kelurahan Gedong, bekerjasama melaksanakan program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang ditujukan untuk warga Kelurahan
Gedong.
24 
Download