1 analisis faktor-faktor yang mempengaruhi yield obligasi negara

advertisement
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
YIELD OBLIGASI NEGARA TAHUN 2010 - 2012
Oleh :
Anang Aulia Rahman dan Sam’ani*)
ABSTRACT
This research examines the effect of term to maturity, inflation, interest rate (BI rate),
exchange rate and oil price to bond yield. How far which all that variable will influence the yield of
bond discussed through in this research. Market interest rate reference in this research is BI rate,
term to maturity is residual lifetime of bond (maturity date), exchange rate is Rupiah median rate to
US Dollar, inflation is inflation rate per year and oil price universalize.
The results show correlation between bond yield with term to maturity, inflation, interest rate,
exchange rate and oil price are 0,925. While coefficient determination (Adjusted R Square)
equal to 0,854, its meaning 85,4% of bond yield explainable by term to maturity, inflation,
interest rate, exchange rate and oil price, the rest (14,6%) explained by others factor. By multiple
regression stepwise method, we know that term to maturity (sig 0,000), inflation (sig 0,000),
exchange rate (sig 0,001) and oil price (sig 0,000) have significant effect to bond yield. But interest
rate (sig 0,331) has not a significant to bond yield.
Keyword : Bond yield, term to maturity, inflation, BI Rate, exchange rate and oil price
PENDAHULUAN
Sebagai bagian dari aplikasi perekonomian dunia tanpa batasan wilayah, alokasi
dari spektrum modal telah tumbuh terus berevolusi sehingga menjadi teknologi lebih baru
yang mendorong frekuensi perekonomian lebih tinggi dan semakin tinggi, melengkapi
permintaan yang lebih besar dan lebih portabel. Kebutuhan modal pasca abad 20 tampaknya
telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan dan menarik perhatian banyak pihak, terutama
kalangan bisnis. Dimana mereka membantu terbangunnya perekonomian tidak hanya bagi
sebuah negara, namun perekonomian dunia secara progresif dan cepat.
Lebih dari 90 persen pembeli obligasi adalah lembaga seperti perusahaan
sekuritas, asuransi, dana pensiun dan Bank. Krisis utang negara Eropa dan Amerika yang
memicu krisis global, mendorong perusahaan asing untuk berinvestasi di negara emerging
market seperti Indonesia dan pada produk pasar modal yang memiliki risiko relatif kecil.
Peningkatan investasi pada obligasi mencerminkan perubahan preferensi atas tingkat risiko
dan imbal hasil (return) yang ingin dicapai investor. (Jamillah, 2012).
Obligasi (bonds) adalah efek pendapatan tetap (Fixed Income Securities) yang
diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya (Issuer) setuju untuk membayar sejumlah
bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada
saat jatuh tempo (Robert Ang, 1997). Sementara itu besaran persentase dari pembayaran
yang diberikan tersebut (secara periodik) berdasarkan atas nilai nominal yang disebut
pembayaran kupon. Kupon (coupon) sendiri merupakan penghasilan bunga obligasi yang
didasarkan atas nilai nominal obligasi. Penentuan tingkat kupon ini (coupon rate) pada obligasi
selalu mengacu pada tingkat bunga pasar yang sedang berlaku.
Pada umumnya investor mengetahui sejauh mana apa yang akan diperoleh atas
investasinya. Oleh karenanya mereka memperhitungkan detil seberapa jauh terjadi malapplication dari investasi tersebut, informasi yang dimilikinya, ataupun informasi yang
tersedia di publik maupun informasi pribadi. Kedepannya informasi tersebut akan memiliki
makna atau nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan
kemenangan atau keuntungan atas mereka. Oleh karenanya mereka menginginkan sebuah
imbal hasil dari investasinya tersebut yang berupa bunga atau deviden.
Evolusi capital dan kemajuan teknologi informasi bukan lagi sebuah retorika, akan
tetapi menjadikan mobilisasi kepentingan antar negara yang integral dalam kondisi
transintusional di seluruh dunia. Demikian, seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu
*) Dosen STIE Dharmaputra Semarang
1
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
informasi tersebut dapat digunakan, contohnya apa yang dapat disimpulkan dengan
mengkaitkan antara suku bunga, pergerakan harga saham dan volume perdagangan di
pasar modal dengan keberadaan informasi tersebut. Suku bunga merupakan salah satu
variable dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya
yang luas. Keberadaan suku bunga sangat berpengaruh secara langsung pada kehidupan
masyarakat dan mempunyai dampak penting terhadap perekonomian itu. Dengan kata lain
suku bunga menjadi titik sentral dari pasar yaitu pasar uang dan pasar modal.
Seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat disimpulkan
dengan mempelajari kaitan-kaitannya dan seberapa penting keberadaan informasi tersebut,
misalkan kaitan pasar uang dan pasar modal. Menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004),
pasar uang adalah sistem pertukaran untuk memperdagangkan sekuritas jangka pendek
(kurang dari setahun), seperi treasury-bills, sertifikat deposito, commercial paper dan
sebagainya.
Dengan condong kepada sistem kapitalis dan dari pembuktian secara teoritis dan
empiris, kapitalisme telah menyebabkan reaksi baik secara negatif atau positif, dan ini
mungkin disebabkan oleh apa yang disebut systematic risk. Dan penerbitan obligasi
merupakan suatu cara untuk memotong biaya intermediasi keuangan. Sebagai illustrasi,
apabila tingkat bunga deposito 9% dan perusahaan meminjam dari bank, perusahaan
mungkin harus membayar bunga 15% per tahun. Apabila perusahaan dapat menerbitkan
obligasi dengan coupon rate sebesar 11% dan terjual pada harga nominal, maka perusahaan
dapat menghemat biaya dana (cost fo funds) sebesar 4% dikurangi biaya emisi dan administrasi
lainnya. Bagi masyarakat/investor juga memperoleh manfaat karena memperoleh keuntungan
sebesar 11% per tahun yang lebih tinggi dari tingkat deposito perbankan dengan risiko yang
relatif sama antara perbankan dan emiten (Husnan, 2005).
Investor tentu akan dapat bertransaksi secara baik lewat media obligasi dan
mendapatkan keuntungan bila investor tersebut dapat menilai harga obligasi tersebut wajar
ataupun tidak. Harga obligasi dikatakan wajar jika harga pasar obligasi tersebut mewakili
nilai present value dari semua kupon dan nilai nominal obligasi yang akan diterima. Dan
dikatakan tidak wajar (over-priced atau under-priced) jika harga pasar obligasi lebih tinggi
atau lebih rendah daripada semua nilai tunai dari semua kupon dan nilai nominal yang
akan diterima. Dengan logika demikian kemampuan investor dalam menghitung harga
obligasi secara tepat dan akurat merupakan hal yang penting agar investor bisa mengambil
keputusan apakah obligasi yang akan dibelinya mempunyai harga yang wajar, over-priced,
atau under-priced dan agar investor tidak menderita kerugian.
Dalam kata lain. Kebutuhan instrumen-instrumen investasi, serta portabilitas yang
lebih besar dan kepraktisan membutuhkan pertimbangan seksama dan bijaksana. Penelitian
dari Livingston dan Zhou (2003) tentang valuasi harga obligasi dengan pendekatan
exponential duration method dalam artikelnya yang berjudul “A Highly Accurate
Measure of Bond Price Sensitivity to Interest Rates” Dalam artikelnya tersebut, klaim
mereka bahwa metode exponential duration dapat secara akurat digunakan untuk mengukur
harga obligasi bahkan lebih akurat dibandingkan dengan metode valuasi harga obligasi dengan
pendekatan traditional.
Rumusan Masalah
Penerbitan obligasi adalah usaha emiten mencari sumber dana, dan obligasi akan
laku terjual jika harga yang diberikan cukup menarik bagi investor. Penetapan tingkat
harga obligasi sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar, bunga pasar dan jatuh tempo
obligasi (term to maturity). Dari uraian diatas, maka rumusan permasalahan dalam
penelitian ini adalah berikut :
1. Apakah BI rate bunga pasar berpengaruh terhadap harga obligasi.
2. Apakah jatuh tempo obligasi berpengaruh terhadap harga obligasi.
3. Apakah kurs berpengaruh terhadap harga obligasi
4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap harga obligasi.
5. Apakah harga minyak dunia berpengaruh terhadap harga obligasi.
2
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan :
1. Menganalisis pengaruh BI rate terhadap harga obligasi.
2. Menganalisis pengaruh jatuh tempo obligasi terhadap harga obligasi.
3. Menganalisis pengaruh kurs terhadap harga obligasi.
4. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap harga obligasi.
5. Menganalisis pengaruh harga minyak dunia terhadap harga obligasi.
TELAAH PUSTAKA
1. Obligasi
Obligasi merupakan surat perjanjian jangka panjang, dimana penerbit obligasi (issuer)
berjanji akan membayar bunga dan pokok hutang pada waktu tertentu kepada pemegang
obligasi. Obligasi merupakan surat pernyataan hutang yang diterbitkan oleh pihak yang
membutuhkan dana jangka panjang (Yuliati, Prasetyo dan Tjiptono, 1996). Pengertian
efek pendapatan tetap adalah semua jenis sekuritas/efek atau surat berharga yang dapat
memberikan pendapatan tetap/pasti kepada pemegangnya (Robert Ang, 1997), yaitu berupa
bunga yang dibayarkan secara periodik yang besarnya relatif sama. Dimana Fixed Income
Securities ini diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya (Issuer) setuju untuk
membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali
jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo. Obligasi adalah instrumen hutang yang mewajibkan
unit usaha atau pemerintah yang mengeluarkan surat tersebut untuk membayar kepada
investor atau penyedia dana sejumlah yang diinvestasikan ditambah dengan bunga dalam
periode waktu tertentu (Fabozzi, 2000 dalam Vernianti, 2005).
2. Jatuh Tempo Obligasi
Term to maturity (Jatuh tempo obligasi) adalah masa sisa hidup suatu obligasi beredar
yang dihitung mulai obligasi diterbitkan (Robert Ang, 1997). Term to maturity mencerminkan
sisa masa hidup obligasi sebelum mencapai tanggal jatuh tempo (maturity date). Sedangkan
maturity date adalah tanggal jatuh tempo suatu obligasi dan pokok investasi harus dibayar
kembali oleh penerbitnya kepada pemegang obligasi (Robert Ang, 1997). Maturity date ini
menunjukkan tanggal, bulan dan tahun dimana nilai nominal (par value) dari obligasi akan
dibayarkan oleh penerbit obligasi (issuer).
3. Peringkat Obligasi (Rating)
Menurut Galil (2003) peringkat
obligasi
adalah
pendapat
mengenai
creditworthiness dari obligor mengenai sekuritas utang tertentu (Galil, 2003 dalam
Zuhrotun dan Zaki, 2005). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatan waktu
pembayaran pokok dan bunga hutang obligasi. Peringkat obligasi harus diperhatikan oleh
investor apabila investor akan membeli obligasi karena peringkat obligasi dapat
menunjukkan risiko obligasi.
Peringkat obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang independen. Seperti
halnya Fitch, S&P’s (Standard and Poor’s) dan Moody’s yang ada di Amerika Serikat. Di
Indonesia juga terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT. PEFINDO
(Pemeringkat Efek Indonesia) dan Kasnic Credit Rating Indonesia. Peringkat obligasi
menunjukkan kualitas kredit perusahaan penerbit. Semakin tinggi peringkat yang diperoleh,
semakin baik kualitas kredit. In all systems the term high grade means low credit risk, or
conversely, high probability of future payments (Fabozzi, 2002).
Peringkat obligasi dikelompokkam menjadi dua, yaitu: investment grade (AAA
sampai BBB- [S&P]) dan untuk non-investment grade/speculative grade (BB+ sampai D
[S&P]). Investment grade merupakan obligasi yang berperingkat tinggi (high grade)
mencerminkan risiko kredit yang rendah (High Creditworthiness). Non-investment grade
merupakan obligasi yang berperingkat rendah (low grade) mencerminkan risiko kredit yang
tinggi (Low Creditworthiness) (Rizzi, (1994) dalam Yudi dan Veany, 2004).
3
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
4. Nilai Tukar (Kurs)
Menurut Fabozzi dan Franco (1996) an exchange rate is defined as the amount of
one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one
currency in items of another currency (nilai tukar (kurs) adalah jumlah suatu mata uang
yang dapat ditukarkan dengan satu mata uang negara lain, atau harga satu mata uang dihitung
dengan mata uang negara lain). Sedangkan Adiningsih, dkk (1998), m e n d e f i n i s i k a n
nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar
rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara
lain. Interfensi terhadap pasar pertukaran luar negeri mengarah ke pembelian dan penjualan
resmi pertukaran luar negeri melalui bank sentral negara untuk mempengaruhi mata
uang sehingga mengangkat nilai tukar ke level konsisten (Alan C. Saphiro, 1991).
Dalam sisi lain dengan adanya ekspektasi kurs yang positif tersebut membuat nilai
perusahaan akan mengalami kenaikan sehingga terjadi peningkatan harga sekuritas
(saham dan obligasi). Sebaliknya jika suku bunga naik, beban biaya modal dan operational
cost akan naik sehingga pendapatan operasional (EBIT) dari emiten akan turun yang
akan tercermin pada penurunan harga securitas baik saham dan obligasi (Husnan, 2005).
6. Suku Bunga
Menurut Kern dan Guttman (1992) seperti diuraikan Laksmono (2001) menganggap
suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku
bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. (Laksmono, 2001). Suku
bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang paling sering dicermati
karena mempunyai dampak yang luas. Suku bunga mempunyai pengaruh secara langsung
terhadap kehidupan masyarakat dan berdampak penting terhadap kesehatan perekonomian.
Perubahan pada suku bunga akan berdampak pada individu, perusahaan bisnis dan
beberapa sektor ekonomi. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan
sebaliknya (Fabozzi, 2000). Mishkin (2001) mengemukakan bahwa perubahan suku
bunga akan sangat mempengaruhi keputusan keuangan para investor, maupun lembaga
keuangan lainnya. Antara suku bunga dengan nilai/harga suatu sekuritas memiliki hubungan
yang erat (Mishkin, 2001 dalam Vernianti, 2005).
7. Inflasi
A.P. Lehner mendefinisikan inflasi sebagai keadaan dimana terjadi kelebihan
permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara
keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi
sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan
satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis
bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990).
Jenis-jenis inflasi dijabarkan oleh Boediono sebagai berikut (Boediono, 1995):
a. Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai
barang terlalu kuat. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate
demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau
hampir mendekati kesempatan kerja penuh.
b. Cost-Push Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Cost
push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi
yang dibarengi dengan resesi.
8. Yield Obligasi
Yield obligasi atau imbal hasil obligasi adalah tingkat pengembalian (yield) obligasi
pada saat obligasi dijual pertama kali ke masyarakat. Yuliati dan Handoyo (1996)
mengemukakan bahwa yield obligasi adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari
seluruh penerimaan bunga dan nilai nominal obligasi, dengan harga obligasi (Yuliati dan
Handoyo, 1996).
J. Paunio and Antti Suvanto (1975) mengemukakan bahwa “The yield of a bond is
obtained by discounting the future interest and amortization payments by setting their present
4
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
value equal to the current market price of the bond (yield obligasi adalah hasil pembayaran
bunga dan amortisasi dimasa yang akan datang yang dikonversikan ke present value
dibandingkan dengan harga pasar obligasi). Alan C. Shapiro (1991) mengemukakan bahwa “If
the bond were priced at par, it would yield exactly the coupon rate, but if interest rates have
risen above the coupon rate, investors in the secondary market will not want to pay full price for
bonds yielding (jika harga obligasi sama dengan nominal (= 100), besarnya yield akan sama
dengan coupon rate, tetapi jika tingkat suku bunga naik diatas coupon rate, investor di pasar
sekunder tidak mau membeli obligasi dengan harga yang sama) (Alan C. Shapiro, 1991).
Rumus untuk menghitung yield obligasi adalah (www.idx.co.id) :
YTM approximation =
C+ R–P
n
x 100%
R+P
2
Dimana :
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa/term to maturity (tahun)
R = redemption value
P = harga pembelian (purchase value)
Investor yang berorientasi pada yield obligasi umumnya adalah investor jangka
panjang, dimana mereka tidak
akan memperhatikan pergerakan harga obligasi di pasar
sekunder. Investor akan membeli obligasi pada saat yield obligasi berada diatas rata-rata
atau pada saat harga obligasi mengalami penurunan
dan menyimpan sampai dengan jatuh
tempo. Sedangkan investor yang berorientasi pada harga obligasi umumnya investor jangka
pendek atau membeli obligasi untuk diperdagangkan (tradible).
Penelitian Terdahulu
Yudi dan Vianey (2004) meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap
peringkat obligasi dan yield obligasi yang dilakukan pada Bursa Efek Surabaya. Hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa tidak semua elemen corporate governance berpengaruh
terhadap peringkat dan yield obligasi. Jumlah komisaris independen berpengaruh positif
terhadap peringkat obligasi dan negatif terhadap yield obligasi serta keberadaan komite audit
secara statistik signifikan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.
Hopewell dan Kaufman (1973), hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa “in a
symmetrical cycle yields on long term securities exceed yields on short term securities when
yields are low by more than short-term yields exceed long-term yields. The inverse relationship
between duration and coupon makes a higher coupon bond a shorter term bond than a lower
coupon bond of the same maturity” (dalam suatu siklus simetris, yield efek jangka panjang lebih
besar dibandingkan yield efek jangka pendek. Ketika yield obligasi rendah, yield pada efek
jangka pendek lebih besar dibandingkan yield pada efek jangka panjang. Sebaliknya hubungan
antara jangka waktu dan bunga kupon membuat bunga obligasi dengan jatuh tempo pendek lebih
tinggi dengan jatuh tempo yang sama).
Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen (2006) dalam penelitiannya mengatakan
“that high spot rates, high term structure slopes and low term convexity predict higher
conditional expected returns” (pada saat nilai tukar (kurs) tinggi, yield obligasi diprediksi akan
lebih tinggi), dan ini sesuai dengan Lehman, dimana pada saat nilai tukar (kurs) tinggi akan
menghasilkan yield atau return yang lebih tinggi dibandingkan pada nilai tukar (kurs) rendah.
Dartiwan, Hana (2007), Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa variabel
tingkat bunga SBI, Coupon rate dan Term To Maturity secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan dalam menentukan yield obligasi negara.
Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan yang menerbitkan obligasi akan menentukan harga yang
5
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
menarik agar investor tertarik untuk membeli obligasi yang diterbitkannya. Dengan
terserapnya obligasi, maka pendanaan
yang diharapkan perusahaan dapat
terpenuhi sehingga operasional berjalan dengan baik. Investor akan selalu melihat harga
obligasi pada saat memutuskan untuk investasi dengan membeli obligasi, dan investor akan
cenderung memandang bahwa return obligasi akan tercermin dari harga dan besarnya
tingkat bunga obligasi. Terlebih dengan adanya obligasi berbasis syariah
Adapun kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Gambar 1.
Kerangka Pikir Penelitian
Jatuh Tempo Obligasi
H1
Inflasi
H2
H3
Bi. rate
Yield Obligasi
H4
Kurs
H5
Harga Minyak Dunia
Perumusan Hepotesis
Hubungan antara Jatuh tempo obligasi yang berpengaruh secara signifikan
terhadap yield obligasi,
yang pertama didasari atas penelitian yang dilakukan Hopewell
(1973) dimana meletakan dasar yang cukup untuk “menilai” jatuh tempo obligasi. “…the
relationship between change in bond prices and term to maturity depends on the
relationship between duration and maturity. If as maturity increases, duration also
increases, the magnitude of the price change increases, although at the declining rate…”.
Robert Ang menyatakan bahwa jatuh tempo obligasi (term to maturity) adalah masa sisa
hidup suatu obligasi beredar yang dihitung mulai obligasi diterbitkan (Robert Ang,1997).
Hal ini sejalan dengan penelitian Dartiwan (2007), yang menunjukkan hubungan
signifikan Term To Maturity mempunyai pengaruh dalam menentukan yield obligasi
negara seri yang diteliti. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis.
H1 : Jatuh tempo obligasi (term to maturity) berpengaruh positif terhadap yield obligasi.
Pada umumnya semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin memicu kenaikan harga
emas sebagai patokan kepastian ekonomi. Semakin orang panik terhadap ketidakpastiaan
ekonomi, maka harga emas akan semakin melambung. Akan tetapi berlaku sebaliknya,
harga emas akan cenderung konstan bila laju inflasi rendah. Harga emas ini menjadi
patokan instrumen ekonomi lainnya seperti halnya obligasi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Yonantha (2011) menunjukkan adanya pengaruh positif antara inflasi dengan
yield obligasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis.
H2 : Inflasi berpengaruh positif terhadap yield obligasi.
Perubahan pada suku bunga akan berdampak sangat besar terhadap sektor
ekonomi. Robert Ang (1997) menyatakan tingkat suku bunga pasar dan harga obligasi
bergerak dengan arah yang berlawanan. Jadi jika suku bunga pasar naik, maka harga
pasar obligasi akan turun, demikian pula sebaliknya. Jika suku bunga pasar turun maka
harga pasar obligasi akan naik. Suku bunga pasar inilah yang selalu memicu ketidakstabilan
6
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
(volatility) harga suatu obligasi. yang mana menurut penelitian Yonantha (2011) dan
Dartiwan (2007) diketahui hubungan antara BI-Rate yang berpengaruh secara signifikan
terhadap yield obligasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis.
H3 : BI-Rate berpengaruh positif terhadap yield obligasi.
Kurs atau Nilai Tukar adalah Harga suatu Mata Uang terhadap Mata uang lainnya.
Penelitian Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen (2006), menyatakan bahwa
pada saat nilai tukar berada pada tingkat tinggi, maka high structure slope dan low term
convexity (kurva yield) diprediksi akan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Andalan
Artha Advisindo (2006) dan Edward (2007) dimana kurs berpengaruh signifikan terhadap
yield obligasi. Dalam hal ini nilai tukar yang menjadi patokan adalah Dolar Amerika/USD.
Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis.
H4 : Kurs berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.
Barel adalah alat satuan minyak mentah resmi dengan menggunakan standar ISO
9001:2000 dan satuan tukar minyak mentah ke kurs Dolar dikarenakan saat ini mata uang
Dolar Amerika/USD dikenal hampir seluruh dunia. Logikanya dengan naiknya harga
minyak dunia nilai kurs USD akan melemah. Hal ini disebabkan karena beban konsumsi
minyak negara Amerika juga akan meningka diikuti neraca perdagangan yang negatif, begitu
juga sebaliknya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan IMF (2000). Dari
uraian tersebut dapat ditarik hepotesis.
H5 : Harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi merupakan suatu kesatuan, atas dasar apa penelitian dilakukan dan
bagi siapa kesimpulan atau hasil penelitian diberlakukan. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu tehnik
pengambilan sampel yang dilakukan dengan tidak mendasarkan pada strata, random atau
daerah tetapi didasarkan pada tujuan tertentu (Arikunto, 1998). Dalam penelitian ini yang
menjadi populasi adalah obligasi pemerintah yang diperdagangkan pada akhir bulan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Desember 2010 – Januari 2012 sebanyak 761.
Dari jumlah populasi tersebut obligasi yang menjadi sample dalam penelitian ini
adalah sebanyak 435 obligasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Obligasi Negara dengan denominasi mata uang rupiah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia selama periode Desember 2010 – Januari 2012.
2. Obligasi Negara tersebut masuk ke dalam Jenis Fix Rate dan Full Listing selama
periode Desember 2010 – Januari 2012.
3. Obligasi Negara tersebut masuk ke dalam Jenis Fix Rate dan Full Listing selama
periode Desember 2010 – Januari 2012.
4. Tingkat bunga pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBI atau BI rate
jangka waktu 1 bulan selama periode Desember 2010 – Januari 2012.
5. Jatuh tempo obligasi (term to maturity) dari seluruh sample dengan denominasi mata
uang rupiah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Desember
2010 – Januari 2012.
6. Nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) selama periode Desember
2010 – Januari 2012.
7. Tingkat inflasi di Indonesia selama periode Desember 2010 – Januari 2012.
8. Harga Minyak Dunia dari Desember 2010 – Januari 2012.
Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diteliti dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang
dikumpulkan oleh pihak lain mengenaiobyek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah studi pustaka,yaitu mengumpulkan data yang berasal dari media pustaka atau
buku. Sumber data penelitian ini diperoleh dari data obligasi negara dengan denominasi
7
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
mata uang rupiah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 –
2012 yang diperoleh dari www.idx.co.id dan www.himdasun.co.id,. Data bunga pasar BI rate dan
nilai tukar (kurs) serta inflasi yang diperoleh dari BI atau www.bi.go.id dan
www.datastatistik-indonesia.com selama periode tahun 2010 – 2012. Data harga minyak yang
dipakai dalam penelitian ini adalah harga minyak pada NYMEX.
Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah dengan
uji asumsi klasik, uji regresi berganda (multiple regressions) dan uji t.
1. Uji Asumsi Klasik.
Tehnik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi. Regresi dengan
metode estimasi ordinary least squares (OLS) akan memberikan hasil yang Best Linier
Unbiased Estimation (BLUE) jika memenuhi asumsi klasik (Ghozali, 2005). Uji asumsi
klasik yang digunakan meliputi : uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji
normalitas dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Cara mendeteksi yaitu
dengan melihat penyebaran titik-titik di sekitar garis lurus diagonalpada grafik
Normal P-P Plot. Cara yang kedua dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov
untuk mengetahui distribusi data suatu penelitian.
b. Uji Multikolineritas
Pengujian ini b e r t u j u a n untuk mendeteksi apakah variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini memiliki satu atau lebih hubungan yang bersifat eksak linier.
Multikolineritas terjadi bila nilai VIF melebihi angka 10 (Gujarati, 1995).
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dalam sebuah penelitian dapat dilihat dari
grafiknya, apakah membentuk sebuah pola tertentu atau tidak, jika grafik membuat
sebuah pola tertentu maka terdapat heteroskedastisitas (Santoso, 2004).
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah adanya hubungan antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lain. Konsekueiansi autokorelasi adalah biasnya varian dengan nilai yang
lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Waston, jika angka
Durbin-Waston diantara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi.
2. Uji Kelayakan Model
a. Koefisien Determinasi
Koefiesien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variabel-variabel dependen. A n g ka
ko e f i s i en
R2
m e n u n j u k k a n b a h w a variabel-variabel bebas ( s e c a r a s i m u l t a n a t a u
bersama-sama) berpengaruh terhadap variable terikat sebesar
K D = A d j u s t e d R 2 x 100 %, sedangkan (100 – Adjusted R2) sisanya dipengaruhi oleh
varible lain.
8
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
b. Uji F
Uji statistik F pada dasarnya menunjulan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2009). Kriteria yang digunakan :
- Jika nilai F hitung > F tabel, maka signifikan dan jika nilai F hitung < F tabel, maka
tidaksignifikan.
- Jika angka signifikansi < α = 0,05, maka signifikan dan jika angka signifikansi > α =
0,05, maka tidak signifikan.
3. Pengujian Hepotesis
Hepotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Hepotesis H1 :
Ho; µ = 0 : Jatuh tempo obligasi tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi.
Ha; µ > 0 : Jatuh tempo obligasi berpengaruh terhadap Yield obligasi.
b. Hepotesis H2 :
Ho; µ = 0 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi.
Ha; µ > 0 : Inflasi berpengaruh terhadap Yield obligasi.
c. Hepotesis H3 :
Ho; µ = 0 : BI rate tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi.
Ha; µ > 0 : BI rate berpengaruh terhadap Yield obligasi.
d. Hepotesis H4 :
Ho; µ = 0 : Kurs tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi.
Ha; µ > 0 : Kurs berpengaruh terhadap Yield obligasi.
e. Hepotesis H5 :
Ho; µ = 0 : Harga minyak tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi.
Ha; µ > 0 : Harga minyak berpengaruh terhadap Yield obligasi.
4. Analisis Regresi
Rumus yang digunakan adalah :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e
Dimana :
Y : Yield obligasi
X1 : Jatuh tempo obligasi (TTM)
X2 : Inflasi
X3 : BI rate
X4 : Kurs
X5 : Harga minyak
a
: Konstanta
b : Koefisien regresi parsial
e
: Faktor di luar model
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah obligasi negara yang diperdagangkan melalui Himdasun
pada periode Desember 2010 – Januari 2012 dengan sampel yang digunakan sebanyak 450.
Penelitian akan mengkaji mengenai jantuh tempo obligasi, inflasi, BI rate, kurs dan harga
minyak serta yield obligasi.
Pembahasan HasilPenelitian
1. Analisis Deskriptif
9
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
Hasil analisis deskriptif dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut ini :
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
YIELD
7.22226
1.385181
435
JT
6.06671
4.506833
435
INF
5.3690
1.16823
435
BI_RATE
6.5420
.29560
435
LN_KURS
9.08353
.024072
435
1.0234
.09282
435
LN_M
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa yield obligasi mempunyai rata-rata 7,22 %
dan standar deviasi 1,385181. Jatuh Tempo obligasi mempunyai rata-rata 6,06 tahun dan
standar deviasi 4,506833. Inflasi mempunyai rata-rata 5,36 % dan standar deviasi 1,16823. BI
rate mempunyai rata-rata 6,54 % dan standar deviasi 0,29560. LN_Kurs mempunyai ratarata 9,08353 dan standar deviasi 0,24072. LN_Harga minyak mempunyai rata-rata 1,0234
dan standar deviasi 0,09282.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dengan menggunakan grafik normal P-P Plot menunjukkan bahwa data
yang diolah adalah berdistribusinormal. Karena terlihat titik-titik menyebar rapat di sekitar
garis diagonal, seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2
b. Uji Multikolineritas
Hasil uji multikolinearitas dengan korelasi antar variabel independen menunjukan
tidak ada korelasi yang kuat seperti ditunjukan tabel di bawah, artinya tidak ada problem
multikolinieritas.
Tabel 2
Hasil Uji Multikolinieritas
10
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
Model
1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
(Constant)
Std. Error
T
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
93.291
29.428
3.170
.002
JT
.193
.006
.627 31.125
.000
.827
1.209
INF
1.081
.036
.912 29.786
.000
.358
2.790
.228
.234
.049
.974
.331
.135
7.413
-10.120
3.076
-.176
-3.290
.001
.118
8.508
-2.546
.480
-.171
-5.308
.000
.325
3.077
BI_RATE
LN_KURS
LN_M
Sumner : Data sekunder diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa semua nilai VIF < 10 dan nilai tolerence > 0,10
sehingga dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut ini :
Tabel 3
Uji Auto Korelasi
Model Summaryb
Model
R
1
Model
R
R Square
.925
a
Adjusted R
Square
.856
. 854
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Std. Error of the
Estimate
.528810
Durbin Waston
1.040
Durbin-Watson
Dengan menggunakan uji Durbin Waston, jika angka Durbin Waston antara -2 dan +2
bewrarti tidak ada autokorelasi. Dalam penelitian ini angka Durbin Waston menunjukkan
angka 1,040.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji
Heteroskedastisitas
dilakukan dengan menggunakan grafik scatter plot
m e n u n j u k k a n t i d a k a d a p r o b l e m heteroskedastisitas, karena titik-titik menyebar
tidak membentuk pola tertentu, seperti ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3.
11
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
3. Uji Kelayakan Model
a. Analisis Koefisiean Determinasi
Analisis koefisien determinasi dapat diketahui dari tabel di bawah ini.
Tabel 4
Model Summaryb
R
Model
R Square
Std. Error of the
Estimate
Adjusted R
Square
a
.925
1
.856
. 854
a. Predictors: (Constant), LN_M, JT, INF, BI_RATE, LN_KURS
b. Dependent Variable: YIELD
Durbin-Watson
.528810
1.040
Sumber: Data Sekunder yang diolah
Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square = 0,854 yang berarti bahwa
kontribusi pengaruh kelima variabel bebas (jatuh tempo obligasi, BI rate, inflasi, kurs dan
harga minyak) terhadap yield obligasi sebesar 85,40 % sedangkan yang 14,60 % dipengaruhi
oleh faktor lainnya diluar kelima faktor tersebut.
b. Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 509,771 > F tabel
= 2,21 (df1 = k = 5 dan df2 = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05)
Tabel 5
Nilai F Hitung
ANOVAb
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
712.761
5
142.552
Residual
119.965
429
.280
Total
832.727
434
a. Predictors: (Constant), LN_M, JT, INF, BI_RATE, LN_KURS
b. Dependent Variable: YIELD
Sumber: Data Sekunder yang diolah
12
F
509.771
Sig.
.000
a
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
Berdasarkan pengujian koefisien determinasi dan Uji F dapat disimpulkan bahwa model
regresi dalam penelitian ini layak digunakan
4. Uji Hepotesis
Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut ini :
Tabel 6
Koefisien Regresi
Unstandardized
Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Standardized
Coefficients
Std. Error
93.291
29.428
JT
.193
.006
INF
1.081
BI_RATE
LN_KURS
LN_M
Collinearity
Statistics
T
Beta
Sig.
Tolerance
VIF
3.170
.002
.627
31.125
.000
.827
1.209
.036
.912
29.786
.000
.358
2.790
.228
.234
.049
.974
.331
.135
7.413
-10.120
3.076
-.176
-3.290
.001
.118
8.508
-2.546
.480
-.171
-5.308
.000
.325
3.077
Sumber : Data sekunder diolah
a. Uji Hipotesis 1 (H1)
Hasil uji hepotesis1 menunjukkan bahwa nilai t hitung dari variabel Jatuh Tempo
Obligasi = 31,125 > t tabel = 1,645 (df = n – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan
angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis
bahwa ada pengaruh signifikan Jatuh Tempo obligasi terhadap Yield obligasi terbukti.
Adapun koefisiennya positif sebesar 0,193 seperti ditunjukkanpada tabel diatas.
b. Uji Hipotesis 2 (H2)
Hasil uji hepotesis 2 menunjukkan bahwa bahwa nilai t hitung dari variabel Inflasi =
29,786 > t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka
signifikansi = 0,0000 < α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa
ada pengaruh signifikan Inflasi terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun koefisiennya
positif sebesar 1,081 seperti ditunjukkan tabel diatas.
c. Uji Hipotesis 3 (H3)
Hasil uji hepotesis 3 menunjukkan bahwa nilai t hitung dari variabel BI-Rate = 0,974 <
t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi
= 0,331 > α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada pengaruh
signifikan BI-Rate terhadap Yield obligasi tidak terbukti. Adapun koefisiennya positif
sebesar 0,228 seperti ditunjukkan tabel diatas.
d. Uji Hipotesis 4 (H4)
Hasil uji hepotesis 4 menunjukkan bahwa nilai t hitung dari variabel Kurs = 3,290 > t
tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi
= 0,001 < α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada
pengaruh signifikan Kurs terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun koefisiennya positif
sebesar – 10,120 seperti ditunjukkan pada tabel diatas.
e. Uji Hipotesis 5 (H5)
13
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
Hasil uji hepotesis 5 menunjukkan bahwa bahwa nilai t hitung dari variabel Harga
Minyak = 5,308 > t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan
angka signifikansi = 0,000 < α = 0,005 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis
bahwa
ada pengaruh signifikan Harga terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun
koefisiennya positif sebesar – 2,546 seperti ditunjukkanpada tabel diatas.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung dari pengaruh jatuh tempo obligasi terhadap
yield obligasi sebesar 31,125 lebih besar dari t tabel sebesar 1,645 dan angka signifikansi
sebesar 0,000 < α 0,05, sehingga signifikan, dengan demikian hipotesis 1 (H1) bahwa
jatuh tempo obligasi berpengaruh terhadap yield obligasi terbukti.
2. Nilai t hitung d a r i p e n g a r u h i nflasi terhadap yield obligasi sebesar 29,786 lebih besar
dari t tabel = 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,000 < α 0,05 , sehingga signifikan,
d e n g a n demikian hipotesis 2 (H2) b a h w a i n f l a s i berpengaruh terhadap yield obligasi
terbukti.
3. Nilai t hitung dari pengaruh BI-Rate terhadap yield obligasi sebesar 0,974 lebih kecil dari t
tabel sebesar 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,331 lebih besar dari α sebesar 0,05,
sehingga tidak signifikan. Dengan demikian h i p o t e s i s 3 ( H 3 ) b a h w a B I r a t e
berpengaruh terhadap yield obligasi tidak terbukti.
4. Nilai t hitung dari pengaruh kurs terhadap yield obligasi sebesar 3,290 lebih besar dari t
tabel = 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari α =
0,05
s e h i n g g a signifikan. Dengan demikian h i p o t e s i s 3 ( H 3 ) b a h w a B I r a t e
berpengaruh terhadap yield obligasi tidak terbukti. K oefisien regresi sebesar -10,120 dapat
diambil intepretasi bahwa terjadi hubungan negatif dimana jika kurs semakin naik maka
harga obligasi akan naik dan yield obligasi akan semakin rendah atau turun.
5. Nilai t hitung dari p e n g a r u h harga minyak terhadap yield obligasi sebesar 5,308 lebih
besar dari t tabel = 1,645 dengan angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α
sebesar 0,05 sehingga signifikan. Dengan demikian h i p o t e s i s 5 ( H 5 ) b a h w a B I
r a t e berpengaruh terhadap yield obligasi tidak terbukti.
Implikasi
Penelitian selanjutnya diharapakan dapat menambahkan data tahun dengan jangka
waktu yang lebih panjang, agar keakuratan hasil penelitian bisa lebih ditingkatkan disamping
itu variabel-variabel lain dan juga penggunaan proxy yang berbeda dapat lebih dieksplorasi
secara mendalam untuk lebih mengetahui sisi-sisi lain yang tidak diketahui dari penelitian ini.
Keterbatasan
1. Penelitian sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sampling. Selain itu sampel yang digunakan adalah data dari website Himdasun, yang
mungkin berbeda dari sumber lainnya.
2. Subyektivitas peneliti dalam memahami data
cukup banyak mempengaruhi peneliti
dalam pengintepretasian pengukuran jumlah pengungkapan informasi variabel yang
diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA
Alan C. Shapiro, 1991, Modern Corporate Finance, Macmillan Publishing Coy.
Andalan Artha Advisindo, 2006, Fixed Income Research, Biweekly Report.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Yogyakarta.
Anton H. Gunawan, 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Boediono, 1996, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 : Ekonomi Moneter, BPFE,
14
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
Yogyakarta.
Dartiwan, Hana, 2007, Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Coupon Rate dan Term To Maturity
Terhadap Yield Obligasi Negara Seri FR0023, Seri FR0024, Seri FR0025, Seri FR0026,
Seri FR0027 dan Seri FR0028 Periode Februari 2005 - Januari 2007, Universitas
Padjadjaran, Bandung
Edward, 2007, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Harga
Obligasi, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang
Fabozzi, F.J. and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and Instrument. Upper
Saddle River New Jersey.
Fabozzi, Frank J, 2000, Bonds Markets, Analysis and Startegies, Prentice Hall
Fabozzi, Frank J, 2002, The Handbook of Financial Instruments, John Wiley & Sons, Inc.
Gujarati, Damodar N, 1995, Basic Econometrics, Third Edition, Mc Graw Hill International
Edition
Hopewell M. And. Kaufman George G, 1973, Bond Price Volatility And Term To Maturity: A
Generalized Respecification, The American Economic Review, 63: 749-53, September
1973
Husnan, Suad. 2005. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
IMF, 2000, The Impact of Higher Oil Prices on the Global Economy, IMF Research
Department, (December 8, 2000)
Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip,
Semarang.
Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip,
Semarang.
Jamilah, Siti, 2012, An Analysis of The Effect of Financial Performance, Investment
Opportunity Set and Macro Variables on Bond Yield : Case Study on Mining and Energy
Companies Listed at Indonesia Stock Exchange, Year 2007-2010, Manajemen dan Bisnis,
IPB, Bogor
J. Paunio and Antti Suvanto, 1975, Changes in Price Expectations: Some Tests Using Data on
Indexed and Non-Indexed Bonds, Economica, University of Helsinki
Laksmono, R, Didy, dkk, 2001, Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi,
Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2001.
Livingstone and Zhou, A Highly Accurate Measure of Bond Price Sensitivity to Interest Rates,
2003
Mishkin, Frederic S, 2001, The Economic of Money, Banking and Financial Market, Sixth
Edition, Addison Wesley
Puspopranoto, Sawaldjo, 2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori dan
Realita, LP3ES
Rahardjo, Sapto, 2003, Panduan Investasi Obligasi, Gramedia Pustaka Utama.
Robert Ang, 1997, Pasar Modal Indonesia, Mediasoft
Santoso S, 2004, Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik, PT.Elek Media Komputindo,
Kelompok Gramedia, Jakarta
Vernianti, 2005, Pengaruh Bunga Pasar Uang Terhadap Nilai Obligasi, Program Magister
Manajemen UGM, Yogyakarta
Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen, 2006, Evaluating Government Bond Fund
Performance with Stochastic Discount Factors
Yonantha, Donna Satria, 2011, Pengaruh Inflasi Suku Bunga SBI Maturity Dan Konveksitas
Terhadap Yield Obligasi Perbankan Periode 2007-2009, Universitas Negeri Malang,
Malang
Yudi Santara S. dan A.M.Vianey N, 2004, Pengaruh Corporate Governance Terhadap
Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi, STIE YKPN, Yogyakarta
Yuliati Sri Handaru , Handoyo dan Pandy Tjiptono, 1996, Manajemen Portofolio dan Analisis
Investasi, Andi, Yogyakarta.
Zuhrohtun dan Zaki Baridwan, 2005, Pengaruh Pengumuman Peringkat Terhadap Kinerja
Obligasi, Simposium Nasional Akuntansi VIII
Online
15
JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI
No. 35 / Th.XX / Oktober 2013
ISSN:0853-8778
www.bogleheads.org/wiki/Bond_Pricing – Bogleheads (tanggal 4 Oktober 2011)
www.oswego.edu /~edunne / 340ch6part2.htm Chapter 6 Bonds, Bond Prices and the
Determination of Interest Rates, Part I and Part II, www.oswego.edu/~edunne/
340ch6part1.htm, (tanggal akses 4 Oktober 2011)
www.vibiznews.com/knowledgelib/bondsmutual/ Obligasi.pdf /Harga dan Yield Obligasi,
(tanggal akses 15 Agustus 2011)
www.finansialbisnis.com/Data2/ Riset/Exponential%20Duration.pdf Manurung, Adler
Haymans dan Ichfan, Muhammad, 2008, Estimasi Harga Obligasi dengan Pendekatan
Durasi Exponesial (tanggal akses 8 Agustus 2011)
www.idx.co.id - Bursa Efek Indonesia
www.bi.go.id - Bank Indonesia
www.bapepam.go.id - BAPEPAM-LK
www.datastatistik-indonesia.com - DATA STATISTIK INDONESIA www.himdasun.net/quotation _price.php /Himdasun | Perhimpunan Pedagang Surat Utang
Negara (tanggal akses 1 April 2012)
www.//205.254.135.7/dnav/pet/ xls/PET_PRI_FUT_S1_D.xlsNYMEX (New York Mercantile
Exhange) Future Prices (tanggal akses 1 April 2012)
16
Download