JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI YIELD OBLIGASI NEGARA TAHUN 2010 - 2012 Oleh : Anang Aulia Rahman dan Sam’ani*) ABSTRACT This research examines the effect of term to maturity, inflation, interest rate (BI rate), exchange rate and oil price to bond yield. How far which all that variable will influence the yield of bond discussed through in this research. Market interest rate reference in this research is BI rate, term to maturity is residual lifetime of bond (maturity date), exchange rate is Rupiah median rate to US Dollar, inflation is inflation rate per year and oil price universalize. The results show correlation between bond yield with term to maturity, inflation, interest rate, exchange rate and oil price are 0,925. While coefficient determination (Adjusted R Square) equal to 0,854, its meaning 85,4% of bond yield explainable by term to maturity, inflation, interest rate, exchange rate and oil price, the rest (14,6%) explained by others factor. By multiple regression stepwise method, we know that term to maturity (sig 0,000), inflation (sig 0,000), exchange rate (sig 0,001) and oil price (sig 0,000) have significant effect to bond yield. But interest rate (sig 0,331) has not a significant to bond yield. Keyword : Bond yield, term to maturity, inflation, BI Rate, exchange rate and oil price PENDAHULUAN Sebagai bagian dari aplikasi perekonomian dunia tanpa batasan wilayah, alokasi dari spektrum modal telah tumbuh terus berevolusi sehingga menjadi teknologi lebih baru yang mendorong frekuensi perekonomian lebih tinggi dan semakin tinggi, melengkapi permintaan yang lebih besar dan lebih portabel. Kebutuhan modal pasca abad 20 tampaknya telah menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan dan menarik perhatian banyak pihak, terutama kalangan bisnis. Dimana mereka membantu terbangunnya perekonomian tidak hanya bagi sebuah negara, namun perekonomian dunia secara progresif dan cepat. Lebih dari 90 persen pembeli obligasi adalah lembaga seperti perusahaan sekuritas, asuransi, dana pensiun dan Bank. Krisis utang negara Eropa dan Amerika yang memicu krisis global, mendorong perusahaan asing untuk berinvestasi di negara emerging market seperti Indonesia dan pada produk pasar modal yang memiliki risiko relatif kecil. Peningkatan investasi pada obligasi mencerminkan perubahan preferensi atas tingkat risiko dan imbal hasil (return) yang ingin dicapai investor. (Jamillah, 2012). Obligasi (bonds) adalah efek pendapatan tetap (Fixed Income Securities) yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya (Issuer) setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo (Robert Ang, 1997). Sementara itu besaran persentase dari pembayaran yang diberikan tersebut (secara periodik) berdasarkan atas nilai nominal yang disebut pembayaran kupon. Kupon (coupon) sendiri merupakan penghasilan bunga obligasi yang didasarkan atas nilai nominal obligasi. Penentuan tingkat kupon ini (coupon rate) pada obligasi selalu mengacu pada tingkat bunga pasar yang sedang berlaku. Pada umumnya investor mengetahui sejauh mana apa yang akan diperoleh atas investasinya. Oleh karenanya mereka memperhitungkan detil seberapa jauh terjadi malapplication dari investasi tersebut, informasi yang dimilikinya, ataupun informasi yang tersedia di publik maupun informasi pribadi. Kedepannya informasi tersebut akan memiliki makna atau nilai bagi investor jika keberadaan informasi tersebut menyebabkan kemenangan atau keuntungan atas mereka. Oleh karenanya mereka menginginkan sebuah imbal hasil dari investasinya tersebut yang berupa bunga atau deviden. Evolusi capital dan kemajuan teknologi informasi bukan lagi sebuah retorika, akan tetapi menjadikan mobilisasi kepentingan antar negara yang integral dalam kondisi transintusional di seluruh dunia. Demikian, seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu *) Dosen STIE Dharmaputra Semarang 1 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 informasi tersebut dapat digunakan, contohnya apa yang dapat disimpulkan dengan mengkaitkan antara suku bunga, pergerakan harga saham dan volume perdagangan di pasar modal dengan keberadaan informasi tersebut. Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Keberadaan suku bunga sangat berpengaruh secara langsung pada kehidupan masyarakat dan mempunyai dampak penting terhadap perekonomian itu. Dengan kata lain suku bunga menjadi titik sentral dari pasar yaitu pasar uang dan pasar modal. Seberapa jauh relevansi atau kegunaan suatu informasi dapat disimpulkan dengan mempelajari kaitan-kaitannya dan seberapa penting keberadaan informasi tersebut, misalkan kaitan pasar uang dan pasar modal. Menurut Sawaldjo Puspopranoto (2004), pasar uang adalah sistem pertukaran untuk memperdagangkan sekuritas jangka pendek (kurang dari setahun), seperi treasury-bills, sertifikat deposito, commercial paper dan sebagainya. Dengan condong kepada sistem kapitalis dan dari pembuktian secara teoritis dan empiris, kapitalisme telah menyebabkan reaksi baik secara negatif atau positif, dan ini mungkin disebabkan oleh apa yang disebut systematic risk. Dan penerbitan obligasi merupakan suatu cara untuk memotong biaya intermediasi keuangan. Sebagai illustrasi, apabila tingkat bunga deposito 9% dan perusahaan meminjam dari bank, perusahaan mungkin harus membayar bunga 15% per tahun. Apabila perusahaan dapat menerbitkan obligasi dengan coupon rate sebesar 11% dan terjual pada harga nominal, maka perusahaan dapat menghemat biaya dana (cost fo funds) sebesar 4% dikurangi biaya emisi dan administrasi lainnya. Bagi masyarakat/investor juga memperoleh manfaat karena memperoleh keuntungan sebesar 11% per tahun yang lebih tinggi dari tingkat deposito perbankan dengan risiko yang relatif sama antara perbankan dan emiten (Husnan, 2005). Investor tentu akan dapat bertransaksi secara baik lewat media obligasi dan mendapatkan keuntungan bila investor tersebut dapat menilai harga obligasi tersebut wajar ataupun tidak. Harga obligasi dikatakan wajar jika harga pasar obligasi tersebut mewakili nilai present value dari semua kupon dan nilai nominal obligasi yang akan diterima. Dan dikatakan tidak wajar (over-priced atau under-priced) jika harga pasar obligasi lebih tinggi atau lebih rendah daripada semua nilai tunai dari semua kupon dan nilai nominal yang akan diterima. Dengan logika demikian kemampuan investor dalam menghitung harga obligasi secara tepat dan akurat merupakan hal yang penting agar investor bisa mengambil keputusan apakah obligasi yang akan dibelinya mempunyai harga yang wajar, over-priced, atau under-priced dan agar investor tidak menderita kerugian. Dalam kata lain. Kebutuhan instrumen-instrumen investasi, serta portabilitas yang lebih besar dan kepraktisan membutuhkan pertimbangan seksama dan bijaksana. Penelitian dari Livingston dan Zhou (2003) tentang valuasi harga obligasi dengan pendekatan exponential duration method dalam artikelnya yang berjudul “A Highly Accurate Measure of Bond Price Sensitivity to Interest Rates” Dalam artikelnya tersebut, klaim mereka bahwa metode exponential duration dapat secara akurat digunakan untuk mengukur harga obligasi bahkan lebih akurat dibandingkan dengan metode valuasi harga obligasi dengan pendekatan traditional. Rumusan Masalah Penerbitan obligasi adalah usaha emiten mencari sumber dana, dan obligasi akan laku terjual jika harga yang diberikan cukup menarik bagi investor. Penetapan tingkat harga obligasi sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar, bunga pasar dan jatuh tempo obligasi (term to maturity). Dari uraian diatas, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah berikut : 1. Apakah BI rate bunga pasar berpengaruh terhadap harga obligasi. 2. Apakah jatuh tempo obligasi berpengaruh terhadap harga obligasi. 3. Apakah kurs berpengaruh terhadap harga obligasi 4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap harga obligasi. 5. Apakah harga minyak dunia berpengaruh terhadap harga obligasi. 2 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan : 1. Menganalisis pengaruh BI rate terhadap harga obligasi. 2. Menganalisis pengaruh jatuh tempo obligasi terhadap harga obligasi. 3. Menganalisis pengaruh kurs terhadap harga obligasi. 4. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap harga obligasi. 5. Menganalisis pengaruh harga minyak dunia terhadap harga obligasi. TELAAH PUSTAKA 1. Obligasi Obligasi merupakan surat perjanjian jangka panjang, dimana penerbit obligasi (issuer) berjanji akan membayar bunga dan pokok hutang pada waktu tertentu kepada pemegang obligasi. Obligasi merupakan surat pernyataan hutang yang diterbitkan oleh pihak yang membutuhkan dana jangka panjang (Yuliati, Prasetyo dan Tjiptono, 1996). Pengertian efek pendapatan tetap adalah semua jenis sekuritas/efek atau surat berharga yang dapat memberikan pendapatan tetap/pasti kepada pemegangnya (Robert Ang, 1997), yaitu berupa bunga yang dibayarkan secara periodik yang besarnya relatif sama. Dimana Fixed Income Securities ini diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya (Issuer) setuju untuk membayar sejumlah bunga tetap untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo. Obligasi adalah instrumen hutang yang mewajibkan unit usaha atau pemerintah yang mengeluarkan surat tersebut untuk membayar kepada investor atau penyedia dana sejumlah yang diinvestasikan ditambah dengan bunga dalam periode waktu tertentu (Fabozzi, 2000 dalam Vernianti, 2005). 2. Jatuh Tempo Obligasi Term to maturity (Jatuh tempo obligasi) adalah masa sisa hidup suatu obligasi beredar yang dihitung mulai obligasi diterbitkan (Robert Ang, 1997). Term to maturity mencerminkan sisa masa hidup obligasi sebelum mencapai tanggal jatuh tempo (maturity date). Sedangkan maturity date adalah tanggal jatuh tempo suatu obligasi dan pokok investasi harus dibayar kembali oleh penerbitnya kepada pemegang obligasi (Robert Ang, 1997). Maturity date ini menunjukkan tanggal, bulan dan tahun dimana nilai nominal (par value) dari obligasi akan dibayarkan oleh penerbit obligasi (issuer). 3. Peringkat Obligasi (Rating) Menurut Galil (2003) peringkat obligasi adalah pendapat mengenai creditworthiness dari obligor mengenai sekuritas utang tertentu (Galil, 2003 dalam Zuhrotun dan Zaki, 2005). Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatan waktu pembayaran pokok dan bunga hutang obligasi. Peringkat obligasi harus diperhatikan oleh investor apabila investor akan membeli obligasi karena peringkat obligasi dapat menunjukkan risiko obligasi. Peringkat obligasi diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang independen. Seperti halnya Fitch, S&P’s (Standard and Poor’s) dan Moody’s yang ada di Amerika Serikat. Di Indonesia juga terdapat dua lembaga pemeringkat sekuritas utang, yaitu PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) dan Kasnic Credit Rating Indonesia. Peringkat obligasi menunjukkan kualitas kredit perusahaan penerbit. Semakin tinggi peringkat yang diperoleh, semakin baik kualitas kredit. In all systems the term high grade means low credit risk, or conversely, high probability of future payments (Fabozzi, 2002). Peringkat obligasi dikelompokkam menjadi dua, yaitu: investment grade (AAA sampai BBB- [S&P]) dan untuk non-investment grade/speculative grade (BB+ sampai D [S&P]). Investment grade merupakan obligasi yang berperingkat tinggi (high grade) mencerminkan risiko kredit yang rendah (High Creditworthiness). Non-investment grade merupakan obligasi yang berperingkat rendah (low grade) mencerminkan risiko kredit yang tinggi (Low Creditworthiness) (Rizzi, (1994) dalam Yudi dan Veany, 2004). 3 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 4. Nilai Tukar (Kurs) Menurut Fabozzi dan Franco (1996) an exchange rate is defined as the amount of one currency that can be exchange per unit of another currency, or the price of one currency in items of another currency (nilai tukar (kurs) adalah jumlah suatu mata uang yang dapat ditukarkan dengan satu mata uang negara lain, atau harga satu mata uang dihitung dengan mata uang negara lain). Sedangkan Adiningsih, dkk (1998), m e n d e f i n i s i k a n nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain. Interfensi terhadap pasar pertukaran luar negeri mengarah ke pembelian dan penjualan resmi pertukaran luar negeri melalui bank sentral negara untuk mempengaruhi mata uang sehingga mengangkat nilai tukar ke level konsisten (Alan C. Saphiro, 1991). Dalam sisi lain dengan adanya ekspektasi kurs yang positif tersebut membuat nilai perusahaan akan mengalami kenaikan sehingga terjadi peningkatan harga sekuritas (saham dan obligasi). Sebaliknya jika suku bunga naik, beban biaya modal dan operational cost akan naik sehingga pendapatan operasional (EBIT) dari emiten akan turun yang akan tercermin pada penurunan harga securitas baik saham dan obligasi (Husnan, 2005). 6. Suku Bunga Menurut Kern dan Guttman (1992) seperti diuraikan Laksmono (2001) menganggap suku bunga merupakan sebuah harga dan sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran. (Laksmono, 2001). Suku bunga merupakan salah satu variable dalam perekonomian yang paling sering dicermati karena mempunyai dampak yang luas. Suku bunga mempunyai pengaruh secara langsung terhadap kehidupan masyarakat dan berdampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Perubahan pada suku bunga akan berdampak pada individu, perusahaan bisnis dan beberapa sektor ekonomi. Apabila suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya (Fabozzi, 2000). Mishkin (2001) mengemukakan bahwa perubahan suku bunga akan sangat mempengaruhi keputusan keuangan para investor, maupun lembaga keuangan lainnya. Antara suku bunga dengan nilai/harga suatu sekuritas memiliki hubungan yang erat (Mishkin, 2001 dalam Vernianti, 2005). 7. Inflasi A.P. Lehner mendefinisikan inflasi sebagai keadaan dimana terjadi kelebihan permintaan (Excess Demand) terhadap barang-barang dalam perekonomian secara keseluruhan (Anton H. Gunawan, 1991). Sementara itu Ackley mendefinisikan inflasi sebagai suatu kenaikan harga yang terus menerus dari barang dan jasa secara umum (bukan satu macam barang saja dan sesaat). Menurut definisi ini, kenaikan harga yang sporadis bukan dikatakan sebagai inflasi (Iswardono, 1990). Jenis-jenis inflasi dijabarkan oleh Boediono sebagai berikut (Boediono, 1995): a. Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregate demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan kerja penuh. b. Cost-Push Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi. Cost push inflation ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi inflasi yang dibarengi dengan resesi. 8. Yield Obligasi Yield obligasi atau imbal hasil obligasi adalah tingkat pengembalian (yield) obligasi pada saat obligasi dijual pertama kali ke masyarakat. Yuliati dan Handoyo (1996) mengemukakan bahwa yield obligasi adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari seluruh penerimaan bunga dan nilai nominal obligasi, dengan harga obligasi (Yuliati dan Handoyo, 1996). J. Paunio and Antti Suvanto (1975) mengemukakan bahwa “The yield of a bond is obtained by discounting the future interest and amortization payments by setting their present 4 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 value equal to the current market price of the bond (yield obligasi adalah hasil pembayaran bunga dan amortisasi dimasa yang akan datang yang dikonversikan ke present value dibandingkan dengan harga pasar obligasi). Alan C. Shapiro (1991) mengemukakan bahwa “If the bond were priced at par, it would yield exactly the coupon rate, but if interest rates have risen above the coupon rate, investors in the secondary market will not want to pay full price for bonds yielding (jika harga obligasi sama dengan nominal (= 100), besarnya yield akan sama dengan coupon rate, tetapi jika tingkat suku bunga naik diatas coupon rate, investor di pasar sekunder tidak mau membeli obligasi dengan harga yang sama) (Alan C. Shapiro, 1991). Rumus untuk menghitung yield obligasi adalah (www.idx.co.id) : YTM approximation = C+ R–P n x 100% R+P 2 Dimana : C = kupon n = periode waktu yang tersisa/term to maturity (tahun) R = redemption value P = harga pembelian (purchase value) Investor yang berorientasi pada yield obligasi umumnya adalah investor jangka panjang, dimana mereka tidak akan memperhatikan pergerakan harga obligasi di pasar sekunder. Investor akan membeli obligasi pada saat yield obligasi berada diatas rata-rata atau pada saat harga obligasi mengalami penurunan dan menyimpan sampai dengan jatuh tempo. Sedangkan investor yang berorientasi pada harga obligasi umumnya investor jangka pendek atau membeli obligasi untuk diperdagangkan (tradible). Penelitian Terdahulu Yudi dan Vianey (2004) meneliti tentang pengaruh corporate governance terhadap peringkat obligasi dan yield obligasi yang dilakukan pada Bursa Efek Surabaya. Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa tidak semua elemen corporate governance berpengaruh terhadap peringkat dan yield obligasi. Jumlah komisaris independen berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi dan negatif terhadap yield obligasi serta keberadaan komite audit secara statistik signifikan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Hopewell dan Kaufman (1973), hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa “in a symmetrical cycle yields on long term securities exceed yields on short term securities when yields are low by more than short-term yields exceed long-term yields. The inverse relationship between duration and coupon makes a higher coupon bond a shorter term bond than a lower coupon bond of the same maturity” (dalam suatu siklus simetris, yield efek jangka panjang lebih besar dibandingkan yield efek jangka pendek. Ketika yield obligasi rendah, yield pada efek jangka pendek lebih besar dibandingkan yield pada efek jangka panjang. Sebaliknya hubungan antara jangka waktu dan bunga kupon membuat bunga obligasi dengan jatuh tempo pendek lebih tinggi dengan jatuh tempo yang sama). Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen (2006) dalam penelitiannya mengatakan “that high spot rates, high term structure slopes and low term convexity predict higher conditional expected returns” (pada saat nilai tukar (kurs) tinggi, yield obligasi diprediksi akan lebih tinggi), dan ini sesuai dengan Lehman, dimana pada saat nilai tukar (kurs) tinggi akan menghasilkan yield atau return yang lebih tinggi dibandingkan pada nilai tukar (kurs) rendah. Dartiwan, Hana (2007), Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa variabel tingkat bunga SBI, Coupon rate dan Term To Maturity secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan yield obligasi negara. Kerangka Pemikiran Setiap perusahaan yang menerbitkan obligasi akan menentukan harga yang 5 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 menarik agar investor tertarik untuk membeli obligasi yang diterbitkannya. Dengan terserapnya obligasi, maka pendanaan yang diharapkan perusahaan dapat terpenuhi sehingga operasional berjalan dengan baik. Investor akan selalu melihat harga obligasi pada saat memutuskan untuk investasi dengan membeli obligasi, dan investor akan cenderung memandang bahwa return obligasi akan tercermin dari harga dan besarnya tingkat bunga obligasi. Terlebih dengan adanya obligasi berbasis syariah Adapun kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Jatuh Tempo Obligasi H1 Inflasi H2 H3 Bi. rate Yield Obligasi H4 Kurs H5 Harga Minyak Dunia Perumusan Hepotesis Hubungan antara Jatuh tempo obligasi yang berpengaruh secara signifikan terhadap yield obligasi, yang pertama didasari atas penelitian yang dilakukan Hopewell (1973) dimana meletakan dasar yang cukup untuk “menilai” jatuh tempo obligasi. “…the relationship between change in bond prices and term to maturity depends on the relationship between duration and maturity. If as maturity increases, duration also increases, the magnitude of the price change increases, although at the declining rate…”. Robert Ang menyatakan bahwa jatuh tempo obligasi (term to maturity) adalah masa sisa hidup suatu obligasi beredar yang dihitung mulai obligasi diterbitkan (Robert Ang,1997). Hal ini sejalan dengan penelitian Dartiwan (2007), yang menunjukkan hubungan signifikan Term To Maturity mempunyai pengaruh dalam menentukan yield obligasi negara seri yang diteliti. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis. H1 : Jatuh tempo obligasi (term to maturity) berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Pada umumnya semakin tinggi inflasi, biasanya akan semakin memicu kenaikan harga emas sebagai patokan kepastian ekonomi. Semakin orang panik terhadap ketidakpastiaan ekonomi, maka harga emas akan semakin melambung. Akan tetapi berlaku sebaliknya, harga emas akan cenderung konstan bila laju inflasi rendah. Harga emas ini menjadi patokan instrumen ekonomi lainnya seperti halnya obligasi. Hal ini sejalan dengan penelitian Yonantha (2011) menunjukkan adanya pengaruh positif antara inflasi dengan yield obligasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis. H2 : Inflasi berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Perubahan pada suku bunga akan berdampak sangat besar terhadap sektor ekonomi. Robert Ang (1997) menyatakan tingkat suku bunga pasar dan harga obligasi bergerak dengan arah yang berlawanan. Jadi jika suku bunga pasar naik, maka harga pasar obligasi akan turun, demikian pula sebaliknya. Jika suku bunga pasar turun maka harga pasar obligasi akan naik. Suku bunga pasar inilah yang selalu memicu ketidakstabilan 6 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 (volatility) harga suatu obligasi. yang mana menurut penelitian Yonantha (2011) dan Dartiwan (2007) diketahui hubungan antara BI-Rate yang berpengaruh secara signifikan terhadap yield obligasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis. H3 : BI-Rate berpengaruh positif terhadap yield obligasi. Kurs atau Nilai Tukar adalah Harga suatu Mata Uang terhadap Mata uang lainnya. Penelitian Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen (2006), menyatakan bahwa pada saat nilai tukar berada pada tingkat tinggi, maka high structure slope dan low term convexity (kurva yield) diprediksi akan tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian Andalan Artha Advisindo (2006) dan Edward (2007) dimana kurs berpengaruh signifikan terhadap yield obligasi. Dalam hal ini nilai tukar yang menjadi patokan adalah Dolar Amerika/USD. Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis. H4 : Kurs berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. Barel adalah alat satuan minyak mentah resmi dengan menggunakan standar ISO 9001:2000 dan satuan tukar minyak mentah ke kurs Dolar dikarenakan saat ini mata uang Dolar Amerika/USD dikenal hampir seluruh dunia. Logikanya dengan naiknya harga minyak dunia nilai kurs USD akan melemah. Hal ini disebabkan karena beban konsumsi minyak negara Amerika juga akan meningka diikuti neraca perdagangan yang negatif, begitu juga sebaliknya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan IMF (2000). Dari uraian tersebut dapat ditarik hepotesis. H5 : Harga minyak dunia berpengaruh negatif terhadap yield obligasi. METODOLOGI PENELITIAN Populasi dan Penentuan Sampel Populasi merupakan suatu kesatuan, atas dasar apa penelitian dilakukan dan bagi siapa kesimpulan atau hasil penelitian diberlakukan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling, yaitu tehnik pengambilan sampel yang dilakukan dengan tidak mendasarkan pada strata, random atau daerah tetapi didasarkan pada tujuan tertentu (Arikunto, 1998). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah obligasi pemerintah yang diperdagangkan pada akhir bulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Desember 2010 – Januari 2012 sebanyak 761. Dari jumlah populasi tersebut obligasi yang menjadi sample dalam penelitian ini adalah sebanyak 435 obligasi yang memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Obligasi Negara dengan denominasi mata uang rupiah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 2. Obligasi Negara tersebut masuk ke dalam Jenis Fix Rate dan Full Listing selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 3. Obligasi Negara tersebut masuk ke dalam Jenis Fix Rate dan Full Listing selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 4. Tingkat bunga pasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah SBI atau BI rate jangka waktu 1 bulan selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 5. Jatuh tempo obligasi (term to maturity) dari seluruh sample dengan denominasi mata uang rupiah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 6. Nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 7. Tingkat inflasi di Indonesia selama periode Desember 2010 – Januari 2012. 8. Harga Minyak Dunia dari Desember 2010 – Januari 2012. Metode Pengumpulan Data Data-data yang diteliti dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan oleh pihak lain mengenaiobyek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka,yaitu mengumpulkan data yang berasal dari media pustaka atau buku. Sumber data penelitian ini diperoleh dari data obligasi negara dengan denominasi 7 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 mata uang rupiah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2010 – 2012 yang diperoleh dari www.idx.co.id dan www.himdasun.co.id,. Data bunga pasar BI rate dan nilai tukar (kurs) serta inflasi yang diperoleh dari BI atau www.bi.go.id dan www.datastatistik-indonesia.com selama periode tahun 2010 – 2012. Data harga minyak yang dipakai dalam penelitian ini adalah harga minyak pada NYMEX. Metode Analisis Data Metode yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah dengan uji asumsi klasik, uji regresi berganda (multiple regressions) dan uji t. 1. Uji Asumsi Klasik. Tehnik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi. Regresi dengan metode estimasi ordinary least squares (OLS) akan memberikan hasil yang Best Linier Unbiased Estimation (BLUE) jika memenuhi asumsi klasik (Ghozali, 2005). Uji asumsi klasik yang digunakan meliputi : uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas dan uji autokorelasi. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Uji Normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Cara mendeteksi yaitu dengan melihat penyebaran titik-titik di sekitar garis lurus diagonalpada grafik Normal P-P Plot. Cara yang kedua dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov untuk mengetahui distribusi data suatu penelitian. b. Uji Multikolineritas Pengujian ini b e r t u j u a n untuk mendeteksi apakah variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini memiliki satu atau lebih hubungan yang bersifat eksak linier. Multikolineritas terjadi bila nilai VIF melebihi angka 10 (Gujarati, 1995). c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas ini menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam sebuah penelitian dapat dilihat dari grafiknya, apakah membentuk sebuah pola tertentu atau tidak, jika grafik membuat sebuah pola tertentu maka terdapat heteroskedastisitas (Santoso, 2004). d. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah adanya hubungan antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekueiansi autokorelasi adalah biasnya varian dengan nilai yang lebih kecil dari nilai yang sebenarnya. Uji yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi yaitu dengan menggunakan uji Durbin-Waston, jika angka Durbin-Waston diantara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi. 2. Uji Kelayakan Model a. Koefisien Determinasi Koefiesien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. A n g ka ko e f i s i en R2 m e n u n j u k k a n b a h w a variabel-variabel bebas ( s e c a r a s i m u l t a n a t a u bersama-sama) berpengaruh terhadap variable terikat sebesar K D = A d j u s t e d R 2 x 100 %, sedangkan (100 – Adjusted R2) sisanya dipengaruhi oleh varible lain. 8 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 b. Uji F Uji statistik F pada dasarnya menunjulan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat (Ghozali, 2009). Kriteria yang digunakan : - Jika nilai F hitung > F tabel, maka signifikan dan jika nilai F hitung < F tabel, maka tidaksignifikan. - Jika angka signifikansi < α = 0,05, maka signifikan dan jika angka signifikansi > α = 0,05, maka tidak signifikan. 3. Pengujian Hepotesis Hepotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hepotesis H1 : Ho; µ = 0 : Jatuh tempo obligasi tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi. Ha; µ > 0 : Jatuh tempo obligasi berpengaruh terhadap Yield obligasi. b. Hepotesis H2 : Ho; µ = 0 : Inflasi tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi. Ha; µ > 0 : Inflasi berpengaruh terhadap Yield obligasi. c. Hepotesis H3 : Ho; µ = 0 : BI rate tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi. Ha; µ > 0 : BI rate berpengaruh terhadap Yield obligasi. d. Hepotesis H4 : Ho; µ = 0 : Kurs tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi. Ha; µ > 0 : Kurs berpengaruh terhadap Yield obligasi. e. Hepotesis H5 : Ho; µ = 0 : Harga minyak tidak berpengaruh terhadap Yield obligasi. Ha; µ > 0 : Harga minyak berpengaruh terhadap Yield obligasi. 4. Analisis Regresi Rumus yang digunakan adalah : Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Dimana : Y : Yield obligasi X1 : Jatuh tempo obligasi (TTM) X2 : Inflasi X3 : BI rate X4 : Kurs X5 : Harga minyak a : Konstanta b : Koefisien regresi parsial e : Faktor di luar model HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah obligasi negara yang diperdagangkan melalui Himdasun pada periode Desember 2010 – Januari 2012 dengan sampel yang digunakan sebanyak 450. Penelitian akan mengkaji mengenai jantuh tempo obligasi, inflasi, BI rate, kurs dan harga minyak serta yield obligasi. Pembahasan HasilPenelitian 1. Analisis Deskriptif 9 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 Hasil analisis deskriptif dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut ini : Tabel 1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N YIELD 7.22226 1.385181 435 JT 6.06671 4.506833 435 INF 5.3690 1.16823 435 BI_RATE 6.5420 .29560 435 LN_KURS 9.08353 .024072 435 1.0234 .09282 435 LN_M Dari tabel di atas menunjukkan bahwa yield obligasi mempunyai rata-rata 7,22 % dan standar deviasi 1,385181. Jatuh Tempo obligasi mempunyai rata-rata 6,06 tahun dan standar deviasi 4,506833. Inflasi mempunyai rata-rata 5,36 % dan standar deviasi 1,16823. BI rate mempunyai rata-rata 6,54 % dan standar deviasi 0,29560. LN_Kurs mempunyai ratarata 9,08353 dan standar deviasi 0,24072. LN_Harga minyak mempunyai rata-rata 1,0234 dan standar deviasi 0,09282. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dengan menggunakan grafik normal P-P Plot menunjukkan bahwa data yang diolah adalah berdistribusinormal. Karena terlihat titik-titik menyebar rapat di sekitar garis diagonal, seperti ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2 b. Uji Multikolineritas Hasil uji multikolinearitas dengan korelasi antar variabel independen menunjukan tidak ada korelasi yang kuat seperti ditunjukan tabel di bawah, artinya tidak ada problem multikolinieritas. Tabel 2 Hasil Uji Multikolinieritas 10 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 Model 1 Unstandardized Standardized Collinearity Coefficients Coefficients Statistics B (Constant) Std. Error T Beta Sig. Tolerance VIF 93.291 29.428 3.170 .002 JT .193 .006 .627 31.125 .000 .827 1.209 INF 1.081 .036 .912 29.786 .000 .358 2.790 .228 .234 .049 .974 .331 .135 7.413 -10.120 3.076 -.176 -3.290 .001 .118 8.508 -2.546 .480 -.171 -5.308 .000 .325 3.077 BI_RATE LN_KURS LN_M Sumner : Data sekunder diolah Tabel diatas menunjukkan bahwa semua nilai VIF < 10 dan nilai tolerence > 0,10 sehingga dalam model regresi ini tidak terjadi multikolinieritas. c. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dapat dijelaskan berdasarkan tabel berikut ini : Tabel 3 Uji Auto Korelasi Model Summaryb Model R 1 Model R R Square .925 a Adjusted R Square .856 . 854 Sumber: Data Sekunder yang diolah Std. Error of the Estimate .528810 Durbin Waston 1.040 Durbin-Watson Dengan menggunakan uji Durbin Waston, jika angka Durbin Waston antara -2 dan +2 bewrarti tidak ada autokorelasi. Dalam penelitian ini angka Durbin Waston menunjukkan angka 1,040. d. Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatter plot m e n u n j u k k a n t i d a k a d a p r o b l e m heteroskedastisitas, karena titik-titik menyebar tidak membentuk pola tertentu, seperti ditunjukkan pada gambar 3. Gambar 3. 11 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 3. Uji Kelayakan Model a. Analisis Koefisiean Determinasi Analisis koefisien determinasi dapat diketahui dari tabel di bawah ini. Tabel 4 Model Summaryb R Model R Square Std. Error of the Estimate Adjusted R Square a .925 1 .856 . 854 a. Predictors: (Constant), LN_M, JT, INF, BI_RATE, LN_KURS b. Dependent Variable: YIELD Durbin-Watson .528810 1.040 Sumber: Data Sekunder yang diolah Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square = 0,854 yang berarti bahwa kontribusi pengaruh kelima variabel bebas (jatuh tempo obligasi, BI rate, inflasi, kurs dan harga minyak) terhadap yield obligasi sebesar 85,40 % sedangkan yang 14,60 % dipengaruhi oleh faktor lainnya diluar kelima faktor tersebut. b. Uji Simultan (Uji F) Berdasarkan tabel di bawah ini dapat diketahui bahwa nilai F hitung = 509,771 > F tabel = 2,21 (df1 = k = 5 dan df2 = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) Tabel 5 Nilai F Hitung ANOVAb Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression 712.761 5 142.552 Residual 119.965 429 .280 Total 832.727 434 a. Predictors: (Constant), LN_M, JT, INF, BI_RATE, LN_KURS b. Dependent Variable: YIELD Sumber: Data Sekunder yang diolah 12 F 509.771 Sig. .000 a JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 Berdasarkan pengujian koefisien determinasi dan Uji F dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini layak digunakan 4. Uji Hepotesis Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan tabel berikut ini : Tabel 6 Koefisien Regresi Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Standardized Coefficients Std. Error 93.291 29.428 JT .193 .006 INF 1.081 BI_RATE LN_KURS LN_M Collinearity Statistics T Beta Sig. Tolerance VIF 3.170 .002 .627 31.125 .000 .827 1.209 .036 .912 29.786 .000 .358 2.790 .228 .234 .049 .974 .331 .135 7.413 -10.120 3.076 -.176 -3.290 .001 .118 8.508 -2.546 .480 -.171 -5.308 .000 .325 3.077 Sumber : Data sekunder diolah a. Uji Hipotesis 1 (H1) Hasil uji hepotesis1 menunjukkan bahwa nilai t hitung dari variabel Jatuh Tempo Obligasi = 31,125 > t tabel = 1,645 (df = n – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada pengaruh signifikan Jatuh Tempo obligasi terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun koefisiennya positif sebesar 0,193 seperti ditunjukkanpada tabel diatas. b. Uji Hipotesis 2 (H2) Hasil uji hepotesis 2 menunjukkan bahwa bahwa nilai t hitung dari variabel Inflasi = 29,786 > t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi = 0,0000 < α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada pengaruh signifikan Inflasi terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun koefisiennya positif sebesar 1,081 seperti ditunjukkan tabel diatas. c. Uji Hipotesis 3 (H3) Hasil uji hepotesis 3 menunjukkan bahwa nilai t hitung dari variabel BI-Rate = 0,974 < t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi = 0,331 > α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada pengaruh signifikan BI-Rate terhadap Yield obligasi tidak terbukti. Adapun koefisiennya positif sebesar 0,228 seperti ditunjukkan tabel diatas. d. Uji Hipotesis 4 (H4) Hasil uji hepotesis 4 menunjukkan bahwa nilai t hitung dari variabel Kurs = 3,290 > t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi = 0,001 < α = 0,05 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada pengaruh signifikan Kurs terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun koefisiennya positif sebesar – 10,120 seperti ditunjukkan pada tabel diatas. e. Uji Hipotesis 5 (H5) 13 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 Hasil uji hepotesis 5 menunjukkan bahwa bahwa nilai t hitung dari variabel Harga Minyak = 5,308 > t tabel = 1,645 (df = n – k – 1 = 435 – 5 – 1 = 429, α = 0,05) dengan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,005 (signifikan). Dengan demikian maka hepotesis bahwa ada pengaruh signifikan Harga terhadap Yield obligasi terbukti. Adapun koefisiennya positif sebesar – 2,546 seperti ditunjukkanpada tabel diatas. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai t hitung dari pengaruh jatuh tempo obligasi terhadap yield obligasi sebesar 31,125 lebih besar dari t tabel sebesar 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,000 < α 0,05, sehingga signifikan, dengan demikian hipotesis 1 (H1) bahwa jatuh tempo obligasi berpengaruh terhadap yield obligasi terbukti. 2. Nilai t hitung d a r i p e n g a r u h i nflasi terhadap yield obligasi sebesar 29,786 lebih besar dari t tabel = 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,000 < α 0,05 , sehingga signifikan, d e n g a n demikian hipotesis 2 (H2) b a h w a i n f l a s i berpengaruh terhadap yield obligasi terbukti. 3. Nilai t hitung dari pengaruh BI-Rate terhadap yield obligasi sebesar 0,974 lebih kecil dari t tabel sebesar 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,331 lebih besar dari α sebesar 0,05, sehingga tidak signifikan. Dengan demikian h i p o t e s i s 3 ( H 3 ) b a h w a B I r a t e berpengaruh terhadap yield obligasi tidak terbukti. 4. Nilai t hitung dari pengaruh kurs terhadap yield obligasi sebesar 3,290 lebih besar dari t tabel = 1,645 dan angka signifikansi sebesar 0,001 lebih kecil dari α = 0,05 s e h i n g g a signifikan. Dengan demikian h i p o t e s i s 3 ( H 3 ) b a h w a B I r a t e berpengaruh terhadap yield obligasi tidak terbukti. K oefisien regresi sebesar -10,120 dapat diambil intepretasi bahwa terjadi hubungan negatif dimana jika kurs semakin naik maka harga obligasi akan naik dan yield obligasi akan semakin rendah atau turun. 5. Nilai t hitung dari p e n g a r u h harga minyak terhadap yield obligasi sebesar 5,308 lebih besar dari t tabel = 1,645 dengan angka signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α sebesar 0,05 sehingga signifikan. Dengan demikian h i p o t e s i s 5 ( H 5 ) b a h w a B I r a t e berpengaruh terhadap yield obligasi tidak terbukti. Implikasi Penelitian selanjutnya diharapakan dapat menambahkan data tahun dengan jangka waktu yang lebih panjang, agar keakuratan hasil penelitian bisa lebih ditingkatkan disamping itu variabel-variabel lain dan juga penggunaan proxy yang berbeda dapat lebih dieksplorasi secara mendalam untuk lebih mengetahui sisi-sisi lain yang tidak diketahui dari penelitian ini. Keterbatasan 1. Penelitian sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling. Selain itu sampel yang digunakan adalah data dari website Himdasun, yang mungkin berbeda dari sumber lainnya. 2. Subyektivitas peneliti dalam memahami data cukup banyak mempengaruhi peneliti dalam pengintepretasian pengukuran jumlah pengungkapan informasi variabel yang diperlukan. DAFTAR PUSTAKA Alan C. Shapiro, 1991, Modern Corporate Finance, Macmillan Publishing Coy. Andalan Artha Advisindo, 2006, Fixed Income Research, Biweekly Report. Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Yogyakarta. Anton H. Gunawan, 1991. Anggaran Pemerintah dan Inflasi di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Boediono, 1996, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 5 : Ekonomi Moneter, BPFE, 14 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 Yogyakarta. Dartiwan, Hana, 2007, Pengaruh Tingkat Bunga SBI, Coupon Rate dan Term To Maturity Terhadap Yield Obligasi Negara Seri FR0023, Seri FR0024, Seri FR0025, Seri FR0026, Seri FR0027 dan Seri FR0028 Periode Februari 2005 - Januari 2007, Universitas Padjadjaran, Bandung Edward, 2007, Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Perubahan Harga Obligasi, Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro, Semarang Fabozzi, F.J. and Francis, J.C. 1996. Capital Markets and Institution and Instrument. Upper Saddle River New Jersey. Fabozzi, Frank J, 2000, Bonds Markets, Analysis and Startegies, Prentice Hall Fabozzi, Frank J, 2002, The Handbook of Financial Instruments, John Wiley & Sons, Inc. Gujarati, Damodar N, 1995, Basic Econometrics, Third Edition, Mc Graw Hill International Edition Hopewell M. And. Kaufman George G, 1973, Bond Price Volatility And Term To Maturity: A Generalized Respecification, The American Economic Review, 63: 749-53, September 1973 Husnan, Suad. 2005. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. IMF, 2000, The Impact of Higher Oil Prices on the Global Economy, IMF Research Department, (December 8, 2000) Ghozali, Imam, 2005, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip, Semarang. Ghozali, Imam, 2009, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, BP Undip, Semarang. Jamilah, Siti, 2012, An Analysis of The Effect of Financial Performance, Investment Opportunity Set and Macro Variables on Bond Yield : Case Study on Mining and Energy Companies Listed at Indonesia Stock Exchange, Year 2007-2010, Manajemen dan Bisnis, IPB, Bogor J. Paunio and Antti Suvanto, 1975, Changes in Price Expectations: Some Tests Using Data on Indexed and Non-Indexed Bonds, Economica, University of Helsinki Laksmono, R, Didy, dkk, 2001, Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Maret 2001. Livingstone and Zhou, A Highly Accurate Measure of Bond Price Sensitivity to Interest Rates, 2003 Mishkin, Frederic S, 2001, The Economic of Money, Banking and Financial Market, Sixth Edition, Addison Wesley Puspopranoto, Sawaldjo, 2004, Keuangan Perbankan dan Pasar Keuangan: Konsep, Teori dan Realita, LP3ES Rahardjo, Sapto, 2003, Panduan Investasi Obligasi, Gramedia Pustaka Utama. Robert Ang, 1997, Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Santoso S, 2004, Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik, PT.Elek Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta Vernianti, 2005, Pengaruh Bunga Pasar Uang Terhadap Nilai Obligasi, Program Magister Manajemen UGM, Yogyakarta Wayne F, Tyler R. Henry dan Darren J. Kisgen, 2006, Evaluating Government Bond Fund Performance with Stochastic Discount Factors Yonantha, Donna Satria, 2011, Pengaruh Inflasi Suku Bunga SBI Maturity Dan Konveksitas Terhadap Yield Obligasi Perbankan Periode 2007-2009, Universitas Negeri Malang, Malang Yudi Santara S. dan A.M.Vianey N, 2004, Pengaruh Corporate Governance Terhadap Peringkat Obligasi dan Yield Obligasi, STIE YKPN, Yogyakarta Yuliati Sri Handaru , Handoyo dan Pandy Tjiptono, 1996, Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi, Andi, Yogyakarta. Zuhrohtun dan Zaki Baridwan, 2005, Pengaruh Pengumuman Peringkat Terhadap Kinerja Obligasi, Simposium Nasional Akuntansi VIII Online 15 JURNAL EKONOMI – MANAJEMEN – AKUNTANSI No. 35 / Th.XX / Oktober 2013 ISSN:0853-8778 www.bogleheads.org/wiki/Bond_Pricing – Bogleheads (tanggal 4 Oktober 2011) www.oswego.edu /~edunne / 340ch6part2.htm Chapter 6 Bonds, Bond Prices and the Determination of Interest Rates, Part I and Part II, www.oswego.edu/~edunne/ 340ch6part1.htm, (tanggal akses 4 Oktober 2011) www.vibiznews.com/knowledgelib/bondsmutual/ Obligasi.pdf /Harga dan Yield Obligasi, (tanggal akses 15 Agustus 2011) www.finansialbisnis.com/Data2/ Riset/Exponential%20Duration.pdf Manurung, Adler Haymans dan Ichfan, Muhammad, 2008, Estimasi Harga Obligasi dengan Pendekatan Durasi Exponesial (tanggal akses 8 Agustus 2011) www.idx.co.id - Bursa Efek Indonesia www.bi.go.id - Bank Indonesia www.bapepam.go.id - BAPEPAM-LK www.datastatistik-indonesia.com - DATA STATISTIK INDONESIA www.himdasun.net/quotation _price.php /Himdasun | Perhimpunan Pedagang Surat Utang Negara (tanggal akses 1 April 2012) www.//205.254.135.7/dnav/pet/ xls/PET_PRI_FUT_S1_D.xlsNYMEX (New York Mercantile Exhange) Future Prices (tanggal akses 1 April 2012) 16