2 Tinjauan Pustaka 2.1 Polimer Polimer merupakan molekul besar yang terbentuk dari unit-unit berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari bahasa Yunani poly, yang berarti banyak , dan meros yang berarti bagian [Stevens, 2001]. Kesatuan-kesatuan unit berulang itu setara atau hampir setara dengan monomer, yaitu bahan dasar pembuat polimer. Makromolekul merupakan istilah yang sinonim dengan polimer karena ukuran molekulnya lebih besar dari molekul-molekul organik yang lebih sederhana [Cowd, 1982]. Ukuran polimer dinyatakan dalam bentuk derajat polimerisasi (DPn), yaitu jumlah total unit-unit ulang yang terikat dalam polimer, termasuk gugus ujung, sehingga berhubungan dengan panjang rantai dan berat molekul [Stevens, 2001]. 2.1.1 Klasifikasi Polimer Secara umum, polimer dibagi menjadi dua, yaitu polimer alam dan polimer sintetik. Polimer alam atau biopolimer adalah polimer yang terbentuk di alam selama terjadi proses pertumbuhan organisme. Yang termasuk ke dalam kelompok ini, antara lain adalah polisakarida, protein, dan asam nukleat. Biopolimer dapat terdegradasi di alam karena organisme hidup memiliki kemampuan menghasilkan enzim yang dapat mendegradasinya [Lenz, 1993]. Polimer sintetik atau polimer buatan digolongkan menjadi tiga, yaitu serat (fenol formaldehid, melamin-formaldehid), plastik (polistiren, polietilena), dan elastomer (poliisoprena, polibutadiena) [Radiman, 2004]. Berdasarkan sifat termalnya, polimer dikelompokkan menjadi dua golongan, yaitu polimer termoplastik dan polimer termoset. Polimer termoplastik merupakan polimer yang dapat meleleh saat dipanaskan. Oleh karena itu, polimer jenis ini dapat didaur ulang tetapi dengan suhu pemakaian maksimumnya lebih rendah dari suhu lelehnya. Sebaliknya, polimer termoset merupakan polimer yang tidak meleleh saat dipanaskan. Polimer jenis ini sulit mengalami daur ulang, tetapi suhu pemakaian maksimumnya bisa lebih tinggi dari suhu pembuatan polimer tersebut [Radiman, 2004]. Contoh polimer termoset di antaranya fenolformaldehid, urea-formaldehid, polyester tak jenuh, epoksi, dan melamin-formaldehid [Stevens, 2001]. 3 Berdasarkan strukturnya, polimer dibagi menjadi dua, yaitu polimer yang bersifat kristalin dan amorf. Polimer kristalin merupakan polimer yang molekul-molekulnya terorientasi, atau lurus, dalam suatu susunan yang teratur. Hal ini dapat terjadi karena adanya ikatan hidrogen atau tarik menarik antar dipol-dipol. Sedangkan, polimer amorf merupakan polimer yang dicirikan oleh tidak adanya urutan yang sempurna (acak) di antara molekul-molekulnya [Stevens, 2001]. Pada umumnya, polimer bersifat semikristalin, artinya sebagian rantai bersifat kristalin dan sebagian amorf. Secara kuantitatif, hal ini dinyatakan sebagai derajat kristalinitas. Gambar 2. 1 Struktur Polimer 2.1.2 Polimerisasi Reaksi pembentukan polimer dikenal dengan istilah polimerisasi. Dr.W.H. Carothers, seorang ahli kimia di Amerika Serikat, mengelompokkan polimerisasi menjadi dua golongan, yaitu polimerisasi adisi dan polimerisasi kondensasi [Cowd, 1982]. Polimerisasi adisi melibatkan reaksi rantai, terjadi khusus pada monomer yang mempunyai ikatan rangkap. Penyebab reaksi rantai dapat berupa radikal bebas atau ion. Mekanisme polimerisasi yang termasuk ke dalam polimerisasi adisi, antara lain : polimerisasi radikal, polimerisasi ionik (anionik dan kationik), dan polimerisasi Ziegler Natta [Cowd, 1982]. Polimerisasi kondensasi merupakan reaksi bertahap yang didasarkan pada reaksi antara dua pusat aktif sehingga terbentuk senyawa baru dan hasil samping [Radiman, 2004]. Contohnya, reaksi pembentukan nilon 66. Gambar 2. 2 Reaksi polimerisasi nilon 66 4 2. 2 Polistiren Polistiren merupakan suatu polimer dengan monomer stirena (feniletena), sebuah hidrokarbon cair yang dibuat secara komersial dari minyak bumi. Pada tahun 1839, Eduard Simon seorang apoteker asal Jerman melakukan distilasi storaks (balsam yang diperoleh dari pohon Linquidambar orientalis) dan menghasilkan suatu minyak yang dinamakan stirol. Tahun 1845, John Blyth dan AW Hofmann menunjukkan hasil yang sama dengan cara pemanasan tanpa kehadiran oksigen. Padatan yang diperoleh dinamakan metastirol. Marcelin Berthelot pada tahun 1866, mengidentifikasi bahwa perubahan dari stirol menjadi metastirol merupakan suatu proses polimerisasi. 80 tahun kemudian, seorang ahli kimia Jerman, Hermann Staudinger, menemukan bahwa pemanasan stirol mengawali reaksi rantai yang menghasilkan makromolekul (polimer). Senyawa ini kemudian diberi nama polistiren [http://en.wikipedia.org, 2006]. Pada umumnya polistiren disintesis melalui polimerisasi adisi. Stiren sendiri disintesis dari benzen cair dengan etilen pada suhu 90°C di bawah tekanan dan katalis aluminium klorida [Bilmeyer, 1971]. Reaksi polimerisasi secara umum: CH2 CH3 CH2 CH CH2 n -H2 C 2H 4 CH2 Polimerisasi uap air,630oC AlCl3,90oC Gambar 2. 3 Reaksi polimerisasi polistiren 2.2.1 Sintesis Polistiren Polistiren dapat disintesis melalui polimerisasi adisi dengan radikal bebas, kationik, anionik, maupun Ziegler-Natta. Sintesis yang paling sering dilakukan yaitu dengan polimerisasi radikal bebas. Proses polimerisasi berlangsung dengan suatu inisiator, yang dapat menghasilkan radikal bebas, seperti benzoil peroksida (Radiman,2004). Mekanisme polimerisasinya adalah sebagai berikut: Tahap Inisiasi O O Panas O O O O O + O Benzoil Peroksida 5 R H H2C H H CH O + O R Tahap Propagasi R H H H2 C H dst CH R + CH CH H2C CH2 Tahap Terminasi R+R R R-R O atau atau CH CH2 R n O Gambar 2. 4 Mekanisme sintesis polistiren Terdapat berbagai macam teknik polimerisasi. Secara umum, dibagi menjadi dua, yaitu polimerisasi fasa homogen dan polimerisasi fasa heterogen. Polimerisasi fasa homogen terdiri dari polimerisasi massa dan polimerisasi larutan. Sedangkan, polimerisasi fasa heterogen terdiri dari polimerisasi suspensi dan polimerisasi emulsi [Radiman, 2004]. Polistiren umumnya disintesis dengan cara polimerisasi massa atau polimerisasi suspensi [Bilmeyer, 1971]. Teknik polimerisasi massa melibatkan monomer dan inisiator/katalis. Sedangkan, teknik polimerisasi suspensi melibatkan monomer, inisiator, pelarut, dan stabilisator. Pada teknik ini, monomer dan polimer tidak larut dalam medium. Namun, inisiator larut dalam monomer dan tidak larut dalam medium [Radiman, 2004]. 2.2.2 Struktur dan Sifat Polistiren Berdasarkan stereokimia dari polistiren, polistiren dibagi menjadi tiga, yaitu polistiren ataktik, sindiotaktik, dan isotaktik. 6