STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI DRUM BAND CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD KODAM I BUKIT BARISAN SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: H.A. MARTHIN TAMBUNAN NIM: 090707021 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013 STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI MARCHING BAND CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD SKRIPSI SARJANA O L E H NAMA: H.A. MARTHIN TAMBUNAN NIM: 090707021 Disetujui Pembimbing I, Pembimbing II, Dra. Heristina Dewi, M.Pd. NIP 196605271994032010 Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D. NIP 196512211991031001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drum band merupakan sebuah ansambel1 yang memainkan sejumlah kombinasi alat musik tiup dan pukul (perkusi). Drum band berasal dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band. Drum berarti sebuah alat musik yang dipukul atau ditabuh, biasanya menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet, pianika, maupun rekorder. Dalam permainannya terdapat aksi baris-berbaris (military style) yang membentuk formasi dengan pola tertentu (seperti bentuk bintang dan lingkaran) dan diiringi tarian oleh pembawa bendera dan mayoret. 2 Pada umumnya drum band dapat kita jumpai pada angkatan militer, kepolisian, sekolah-sekolah, dan organisasi seperti PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia). Menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, ansambel adalah “A group of musicians that perform as a unit.” (www. music,vt.edu/musicdictionary). Maknanya dalam bahasa Indonesia yaitu pertunjukan sekelompok musisi sebagai suatu kesatuan. Dalam bentuk ensambel ini diperlukan kerjasama permainan yang bersifat paduan ritmis dan melodis atau bahkan harmoni sekali gus. Di Sumatera Utara terdapat juga berbegai jenis ensambel musik seperti Ensambel Bukit Barisan, Drum Band Sinar Husni, ensambel musik tradisional seperti gondang sabangunan (Batak Toba), ensambel gonrang bolon (Simalungun), dan lainlainnya. 2 Mayoret adalah pemimpin atau komandan dari semua anggota drum band yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain untuk memainkan alat musiknya. 1 1 Oleh sebab itu, pada zaman sekarang ini, drum band bukanlah hal yang asing untuk kita lihat atau dengar. Dalam tulisan ini, drum band yang dimaksud akan dibahas adalah drum band yang terdapat di dalam intitusi militer. Namun dalam pembahasan ini, istilah drum band yang digunakan atau yang disebutkan oleh para militer (dalam kasus ini oleh anggota militer Yon Zipur Kodam I Bukit Barisan,3 lazim menyebutkan nama kelompoknya sebagai “Drum Band Yon Zipur I Dhira Dharma”) menurut penulis sudahlah merupakan ensambel marching band. Alasannya adalah dalam pengaplikasian permainan yang ditampilkan oleh kelompok musik militer ini, format yang digunakan adalah format marching band.4 3 Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam rangka pertahanan dan keamanan nasionalnya, maka secara organisasi militer, dibagi ke dalam 13 Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) dan didukung oleh Kodim-kodim (Komando Daerah Inti Militer), yang diperinci sebagai berikut. 1. Kodam Iskandar Muda, 2. Kodam I Bukit Barisan, 3. Kodam II Sriwijaya; 4. Kodam Jaya; 5. Kodam III Siliwangi, 6. Kodam IV Diponegoro, 7. Kodam V Brawijaya; 8. Kodam VI Mulawarman; 9. KodamVII Wirabuana; 10. Kodam IX Udayana; 11. Kodam XII Tanjungpura; 12. Kodam XVI Patimura, dan 13. Kodam XVII Cendrawasih. Kodam I Bukit Barisan terdiri dari: Korem 022 Pantai Timur; Kodim 0202; Kodim 0203 Langkat; Kodim 0204 Deli Serdang; Kodim 0207 Simalungun; Kodim 0208 Asahan; Kodim 0209 Labuhan Batu; Korem 023 Kawal Samudera; Kodim 0205 Tanah Karo; Kodim 0206 Dairi; Kodim 0210 Tapanuli Utara; Kodim 0211 Tapanuli Tengah; Kodim 0212 Tapanuli Selatan; Kodim 0213 Nias; Korem 031 Wirabima; Kodim 0301 Pekanbaru; Kodim 0302 Indragiri Hulu; Kodim 0303 Bengkalis; Kodim 0313 Kampar; Kodim 0314 Indragiri Hilir; Korem 032 Wirabraja; Kodim 0304 Agam; Kodim 0305 Pasaman; Kodim 0306 Limapuluh Kota; Kodim 0307 Tanah Datar; Kodim 0308 Padang Pariaman; Kodim 0309 Solok; Kodim 0310 Sawahlunto; Kodim 0311 Pesisir Selatan; Kodim 0312 Padang; Kodim 0319 Mentawai; Kodim 0320 Bukittinggi; Kodim 0321 Pasaman Barat; Korem 033Wira Pratama; Kodim 0315 Kepulauan Riau; Kodim 0316 Batam; Kodim 0317 Karimun; Kodim 0318 Natuna Tanjung Pinang; Kodim 0201 BS Medan (Sumber: Kodam I Bukit Barisan, 2013). 4 Kita tahu bahwa marching band merupakan sebuah ansambel yang terdiri dari drum section (kelompok alat musik pukul) dan brass section (kelompok alat 2 Sejarah kemiliteran Indonesia sendiri dibentuk pada tanggal 5 Oktober 1945. Angkatan perang pertama Indonesia yang disebut Tentara Keamanan Rakyat (TKR) ini, kemudian diganti menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) pada tanggal 24 Januari 1946. Karena saat itu di Indonesia terdapat barisanbarisan bersenjata lainnya di samping Tentara Republik Indonesia, maka pada tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam sejarahnya, TNI pernah digabungkan dengan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Gabungan ini disebut Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Namun sesuai Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI, pada tanggal 19 Oktober 2004 TNI dan POLRI telah sah dipisahkan (www.anri.com). Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini dibagi atas tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara. Sedangkan TNI Angkatan Darat ini sendiri memiliki tiga kekuatan, yakni Kekuatan Terpusat (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dan Komando Angkatan Khusus), Kekuatan Kewilayahan (Komando Daerah Militer, Komando Resort Militer, Komando Distrik Militer), dan Kekuatan Badan Pelaksana Pusat. musik tiup). Sedangkan drum band merupakan sebuah ansambel yang terdiri dari drum section saja. Permainan yang ditampilkan oleh kelompok militer ini merupakan gabungan dari kedua drum section dan percution section. Oleh sebab itu, berdasarkan pertunjukannya bahwa kelompok musik militer ini merupakan sebuah kelompok marching band, yakni Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma, walau juga lazim menyebutkan kelompoknya sebagai Drum Band Yon Zipur I Dhira Dharma. 3 Di Indonesia, terdapat tiga belas Komando Daerah Militer (Kodam) yang salah satunya merupakan Kodam1 Bukit Barisan yang terdapat di Medan. Yon Zipur 1 Dhira Dharma yang terdapat di Kecamatan Helvetia ini merupakan satuan dari Kodam Bukit Barisan. Kelompok batalion tentara ini merupakan tempat dimana marching band Zipur 1 Dhira Dharma berada. Menurut sejarahnya, marching band yang dulu dikenal sebagai musik perang atau musik militer ini dipercaya dapat menginspirasi dan mendukung jiwa para prajurit dalam berperang. Seperti yang ditulis oleh Camus (1993): Music has been used to encourage the troops and to raise their spirits both in battle and during the difficult moments before and after the conflict. [Musik telah digunakan untuk mendorong pasukan dan untuk meningkatkan semangat mereka baik dalam pertempuran dan pada saat-saat sulit sebelum dan setelah konflik] (Camus,1993: 3). Dari penjelasan tersebut, dapat kita lihat bahwa marching band memiliki penggunaan dan fungsi. Namun dalam hal ini penggunaan itu adalah dalam konteks perang. Pertanyaannya adalah jika marching band itu awalnya digunakan saat perang zaman dulu, lantas apakah marching band itu masih digunakan pada saat perang masa kini atau untuk keperluan di luar perang? Tentu saja jawabannya masih ada, dan bahkan berkembang semakin banyak tidak hanya di kalangan militer saja tetapi sudah ada di kalangan masyarakat biasa seperti di sekolahsekolah dan organisasi-organisasi marching band di luar sekolah. Setelah pertanyaan di atas, muncul pertanyaan berikutnya yang mana kita jelas tahu bahwa zaman dulu penggunaan marching band itu semata-mata untuk tujuan perang yakni untuk mendukung semangat jiwa prajurit dalam berperang agar tidak 4 takut dan mundur. Pertanyaannya adalah, untuk apa dan apa penggunaan dan fungsi marching band (dalam hal ini yang ada di militer, sesuai dengan judul) yang ada sekarang ini, terutama di Yon Zipur I Dhira Dharma? Dalam kenyataannya, rasa semangat atau rasa nasionalisme yang diungkapkan para militer menunjukkan bahwa musik yang dimainkan marching band ini mempunyai daya sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa atau emosi pada anggota militer tersebut. Hal ini dapat kita jumpai ketika suatu upacara berlangung. Lebih tepatnya lagi saat baris-berbaris menuju lapangan, atau ketika bubar dari lapangan. Seluruh anggota militer akan ikut bernanyi dan bersoraksorai dengan semangat sementara marching band tersebut dimainkan. Selain itu fungsi hiburan juga merupakan salah satu fungsi dari permainan drum band yang ada pada militer saat ini. Pengaplikasiannya di lapangan dapat kita lihat ketika marching band ini melakukan pawai yaitu bermain berkeliling di lingkungan masyarakat sekitar. Jelas bahwa ketika marching band itu dimainkan di depan kalangan umum, masyarakat yang menonton dengan antusias menyaksikannya karena mereka merasa terhibur. Bahkan masih dalam konteks pawai tersebut, kita dapat menemukan fungsi musik yang lain. Kadang kala mereka (marching band Zipur I Dhira Dharma) diundang oleh pihak-pihak tertentu untuk pawai bersama. Ketika ditanya alasan mereka mengikuti undangan tersebut, maka jawaban yang kita dapat adalah kontribusi. Mereka harus memberikan kontribusi untuk meramaikan acara pawai tersebut. Menurut pengamatan saya, tindakan itu dapat 5 dikategorikan ke dalam fungsi pengintegrasian masyarakat,5 karena hal itu jelas sudah menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai sistem nilai6 dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung menurut saya para anggota militer yang memainkan marching band tersebut, sudah menghasilkan suasana kesatuan, kerukunan dan kebersamaan dalam menjaga kesinambungan terhadap masyarakat. Dalam proses observasi yang saya jalani, saya menemukan beberapa kejadian dimana marching band Zipur I Dhira Dharma ini dimainkan. Di antaranya adalah, upacara rutinitas setiap hari Senin, upacara rutinitas setiap tanggal 17 setiap bulannya, upacara Pedang Pora, 7 upacara Hari Ulang Tahun Komando Daerah Angkatan Militer (Kodam), upacara kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) TNI, pawai tahunan, pawai di kecamatan, mengikuti 5 Fungsi pengintegrasian masyarakat merupakan salah satu dari sepuluh fungsi musik menurut Alan P Merriam. Pengintegrasian masyarakat dalam kegiatan yang mereka lakukan ini adalah sebagai kontribusi keebersamaan sosial antara angkatan perang dalam hal ini Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia, dengan masyarakat sipil. Artinya bahwa tentara dan rakyat perlu bekerjasama dalam rangka bela negara yang dikonsepkan sebagai wawasan nusantara, yaitu suiatu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional. Yang perlu dipertahankan adalah kesatuan sosial dan negara dari semua tantangan, gangguan, dan hambatan. 6 Dalam hal ini, sistem nilai yang dimaksud mengacu kepada nilai-nilai yang ada pada Pancasila yakni terutama pada sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Persatuan Indonesia adalah merupakan wawasan nusantara bagi bangsa Indonesia sebagai satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan nasional. Intinya adalah segenap warga Indonesia adalah menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dari negara bangsa ini. Mereka merasa senasib dan sepenanggungan, dan juga merasa sebagai saudara dalam satu negara besar. 7 Upacara Pedang Pora adalah sebuah tradisi pada lingkungan perwira TNI untuk memberikan penghormatan ketika perwira tersebut sedang melangsungkan pernikahan. Pedang Pora itu sendiri memiliki pengertian janji/sumpah pedang. 6 acara festival, bahkan pada acara Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT). Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa marching band ini pada umumnya dimainkan pada upacara saja. Namun dari yang saya amati, saya menggolongkan jenis permainan drum band ini ke dalam dua kategori berdasarkan tujuannya, yaitu tujuan militer dan tujuan non-militer. Kategori Tujuan Militer ini maksudnya adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara rutinitas yang berada di bawah naungan agenda Kodam/Yon Zipur. Contohnya seperti upacara setiap hari Senin, upacara setiap tanggal 17, Hari Ulang Tahun Kodam, upacara hari besar nasional, kunjungan Kasad, pada acara Pedang Pora, dan lain-lain. Sedangkan kategori tujuan non-militer adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda Kodam/Yon Zipur. Seperti contoh, pawai tahunan, pawai MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) dari kecamatan, undangan main dari luar, keikutsertaan dalam festival marching band, dan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya ada upacara sehingga marching band ikut diserta mainkan (pada 18 Maret 2013 yang lalu diadakan turnamen futsal terbuka di Yon Zipur, sebelum turnamen dimulai diadakan upacara terlebih dahulu). Melihat uraian fungsional tersebut, penggunaan marching band pada militer saat ini sangat berkembang dan jauh berbeda dengan sejarah penggunaan marching band pada awalnya. Tentu hal ini menurut saya menggenapi isi dari salah satu objek kajian etnomusikologi yang menyebutkan bahwa musik sebagai 7 budaya yang aktif.8 Penggunaan marching band (pada militer) yang semakin banyak inilah, yang menjadi latar belakang saya sehingga tertarik untuk mengkajinya lebih jauh dengan membuat sebuah kajian ilmiah dengan judul: Struktur Musik, Penggunaan, dan Fungsi Marching Band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD. 1.2 Pokok Permasalahan Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka saya membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan. Adapun pokok permasalahan dalam tulisan ini sesuai dengan pendekatan Etnomusikologi adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh marching band Canka I Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD? 2. Bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer dan non-militer? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 8 Music as creative activity (Merriam, 1960:10). Bahwa musik adalah sebagai salah satu aktivitas kreatif di bidang seni, yang unsur utamanya adalah bunyi-bunyian. Musik sendiri biasanya dibentuk oleh dimensi ruang dan waktu. Ruang mencakup tangga nada dan elemen-elemennta, sedangkan waktu adalah mencakup cepat lambat, meter, waktu penyajian, tanda birama, dan lain-lain. Dengan unsur-unsur inilah komposer dan seniman melakukan aktivitas kreatifnya. 8 Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer dan non-militer, 2. Untuk mengetahui musik dan lagu-lagu yang disajikan oleh marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD. 1.3.2 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Menjadi bahan infomasi tentang marching band (terlebih pada militer) yang dapat dipergunakan pada jurusan etnomusikologi . 2. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan etnomusikologi. 3. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para akademis, masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Penulisan ini berisi suatu kajian tentang struktur musik serta penggunaan dan fungsi marching band pada militer, dalam hal ini studi kasus pada Yon Zipur 9 I Dhira Dharma. Pada umumnya marching band yang ada di Yon Zipur I Dhira Dharma ini, dimainkan saat adanya acara formalitas, yaitu dalam konteks upacara. Meskipun penelitian ini berbicara tentang penggunaan dan fungsi, namun studi etnomusikologi dalam konteks musik tidak lepas dari tulisan ini. Kita tahu bahwa salah satu fokus materi pengkajian ilmu etnomusikologi adalah menganalisis tentang materi-materi musik itu sendiri baik berupa kajian instrumen ataupun unsur musik itu sendiri. Pada kasus ini saya akan lebih banyak membahas tentang unsur musik pada permainan marching band yang ada di satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma . Struktur musik yang dimaksud pada judul tulisan ini memiliki maksud untuk mengungkapkan beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi sesuai dengan teori yang diungkapkan William P. Malm dalam teori weight scale. Teori tersebut mencakup (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Selain ITU JUGA AKAn diuraikan tentang struktur ritme yang dipakai dalam ensambel marching band ini. Penggunaan yang dimaksud pada judul tulisan ini mengacu kepada pemakaian drum band pada setiap upacara yang diikuti oleh drum band Yon Zipur I Dhira Dharma. Dalam kasus ini, penulis membahas kapan mereka bermain, di mana saja mereka bermain, dan bagaimana mereka menyajikan permainannya. Sedangkan fungsi yang dimaksud di sini adalah untuk menjelaskan 10 tujuan dari drum band itu dimainkan. Tujuan ini dijelaskan berdasarkan teori fungsi yang dijabarkan oleh Alan P. Merriam tentang sepuluh fungsi musik. Marching band berasal dari kata marching dan band. Menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, marching adalah berjalan berkeliling sambil melakukan parade .Sedangkan band adalah kumpulan atau gabungan dari beberapa alat musik (dalam hal ini drum section dan brass section) . Kata band pada marching band ini juga memiliki makna sebagai bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet, pianika, maupun rekorder (Sudrajat, 2005). Beberapa alat musik yang terdapat pada marching band Yon Zipur I Dhira Dharma adalah snare drum, tenor/alto drum, bass drum, bellyra, dan thrumpet. Di samping itu, marching band yang terdapat pada Yon Zipur I Dhira Dharma ini memiliki unsur pendukung yang disebut color guard, yaitu sekelompok anggota marching band yang khusus sebagai pelengkap kegiatan dengan menggunakan tari dan atraksi. Selain itu terdapat juga seorang mayoret yaitu pemimpin atau komandan dari semua anggota marching band yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain untuk memainkan alat musiknya. Namun dalam penyajiannya, marching band Dharma ini tidak selalu mengikutsertakan color Yon Zipur I Dhira guard dalam setiap permainannya. Mereka akan diikutsertakan ketika mengadakan pawai, atau ketika mengikuti acara festival. 11 Yon Zipur I Dhira Dharma nama satuan yang berdiri di bawah naungan Komando Daerah Militer I Bukit Barisan. Satuan ini dikenal dengan nama Zipur, yang merupakan singkatan dari zeni tempur. Kegiatan mereka berlokasi di Jalan Mesjid, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia. 1.4.2 Teori Untuk mengkaji penggunaan dan fungsi ensambel musik pada tulisan ini, saya menggunakan teori fungsional yang dikemukakan oleh Alan P Merriam dalam bukunya yang berjudul The Anthropology of Music pada Bab XI dengan perikop uses and functions (penggunaan dan fungsi). Teori ini menjelaskan tentang kegunaan musik yang menyangkut cara pemakaian musik dalam konteksnya, sedangkan fungsi musik menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandangan luas. Menurut hematnya, Alan P. Merriam menjabarkan sepuluh fungsi musik pada umumnya, yaitu: (1) fungsi engungkapan emosional, (2) penghayatan estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7) norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9) kesinambungan kebudayaan, dan (10) pengintegrasian masyarakat. Dalam menganalisis aspek struktur musiknya, saya mengikuti teori yang dikemukakan oleh Malm (1977:8). Teori yang ditawarkan oleh Malm ini disebut weighted scale (“bobot tangga nada”). Pada prinsipnya teori ini menganalisis delapan unsur yang terdapat dalam melodi seuatu musik, yaitu: (1) tangga nada, 12 (2) nada dasar, (3) interval, (4) pola-pola kadens, (5) formula melodi, (6) kontur, (7) wilayah nada, dan (8) distribusi nada. Untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam segala aktivitas ensambel Zipur I Dhira Dharma, seperti pakaian, lambang macan, gerakan pedang Pora, warna, dan lain-lain, penulis menggunakan teori semiotika. Menurut Widaryanto (2007:170), penanda identitas yang menandai sebuah kelompok dari yang lainnya mestinya penting dikenali sebagai simbolisasi dari sebuah kelompok, simbol-simbol yang dipakai umumnya segera dapat dikenali dan tidak salah lagi dalam menandai suatu kelompok tersebut. Oleh karena itu, selain aspek musikologisnya, tulisan ini juga berbicara tentang semiologi, yaitu perlambangan. Teori ini dapat dipakai untuk mengkaji atribut-atribut yang digunakan pada seragam marching band yang dipakai oleh pemain musik, color guard, ataupun mayoret. Secara keseluruhan, semua atribut yang digunakan berkaitan erat dengan lambang batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Teori Semiotika ini juga dapat saya gunakan pada saat upacara Pedang Pora. Dalam upacara ini, ada beberapa gerakan yang dimainkan oleh anggota militer dengan menggunakan pedang. Gerakangerakan itu dilakukan saat mengiringi pengantin berjalan masuk ke dalam ruangan resepsi. Setiap gerakan memiliki makna-makna tersendiri dan identik dengan kehidupan seorang militer. 13 1.5. Metode dan Teknik Penelitian Lapangan Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode analisis deskriptif, yakni menggambarkan keadaan bagaimana musik marching band ini dimainkan, lalu menganalisisnya kemudian berdasarkan teori yang dipelajari di dalam studi etnomusikologi. Data deskriptif (berupa kata-kata tertulis atau lisan) yang akan dianalisis tersebut diperoleh dengan cara penelitian kualitatif. Untuk mendapat gambaran tentang fenomena musikal dalam upacara yang diikuti marching band ini, maka dilakukan transkripsi terhadap musik yang dipakai dalam upacara tersebut. Nettl dalam tulisannya (1964:99-103) menganggap transkripsi merupakan cara yang baik untuk mempelajari aspekaspek detail pada suatu musik dengan dua pendekatan ; pertama menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat dan menuliskannya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu. Dalam melakukan penelitian ini, saya melakukan beberpa tahapan kerja, yaitu: (1) studi kepustakaan; (2) teknik pengumpulan data berupa observasi, pemilihan informan, wawancara, perekaman, dan (3) kerja laboratorium. Studi lapangan adalah untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan penulis terutama yang berkaitan dengan musik dalam kemiliteran. Pengumpulan data di lapangan adalah untuk mendapatkan fenomena yang akan dianalisis baik itu guna, fungsi, maupun struktur musiknya. Selanjutnya dalam kerja laboratorium akan 14 dimuat oleh kerja seperti transkripsi, analisis, uraian sosial budaya, dan penulisan dalam bentuk skripsi. 1.5.1 Studi Kepustakaan Sebelum melakukan kerja di lapangan, saya terlebih dahulu melakukan studi pustaka yaitu dengan mencari informasi dan referensi sebagai literatur untuk mendukung tulisan ini supaya relevan dengan permasalahan yang dibicarakan. Beberapa informasi dan referensi yang berhubungan dengan tulisan inin adalah sebagai berikut. (1) Skripsi Inta Junia Hasugian yang berjudul “Deskripsi Pengelolaan Organisasi, Latihan, Serta Struktur Musik Marching Band Sinar Husni Medan.” Di dalam skripsi ini Inta Junia Hasugian mendeskripsikan tata cara pengelolaan, dan latihan yang dilakukan kelompok Marching Band Sinar Husni Medan. Kemudian ia juga menganalisis beberapa lagu yang lazim digunakan oleh kelompok ini dalam pertunjukannya dengan pendekatan etnomusikologis. (2) Diktat perkuliahan mata kuliah Etnomusikologi oleh A.M. Susilo Pradoko, M.Si. Dalam buku yang diunggah dalam bentuk PDF ini, Pradoko menjelaskan prinsip-prinsip dasar etnomusikologi, baik itu definisi, ruang lingkup kajian, dan terutama metode dan teori di dalam etnomusikologi. (3) Alan P Merriam dalam bukunya yang bertajuk The Anthropology of Music (1964), membahas secara luas apa itu etnomusikologi, metode dan teori yang digunakan, enam ruang lingkup kajian etnomusikologi, penggunaan dan 15 fungsi musik, musikd an dinamika kebudayaan, musik dan antarasa modalitas, dan lain-lain. Inti dari buku ini adalah bagaimana seorang etnomusikolog melihat musik dalam kebudayaan manusia, yang tujuannya adalah untuk memahami karakter manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu. (4) Raoul F Camus dalam bukunya Military Music (1976). Dalam buku ini beliau banyak mengungkapkan sejarah musik militer yang terdapat di se antero dunia baik itu di belahan Amerika. Mengenai penggunaan marching band di militer ini, saya mendapat informasi dari beberapa informan seperti Letnan Virgo sebagai koordinator sekaligus pelatih marching band Canka Dhira Dharma, Letnan Nurman sebagai calon koordinator, dan Sersan Antorikson Sinaga selaku mayoret pada marching band Canka Dhira Dharma. 1.5.2 Observasi Saya melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian di mana drum band ini akan bermain. Contoh kasus diantaranya, di KODAM Bukit Barisan saat melakukan upacara rutinitas setiap tanggal 17 tiap bulannya, di Yon Zipur I Dhira Dharma Helvetia ketika melakukan upacara rutinitas setiap hari Senin, ketika melakukan pawai, dan pada saat melakukan upacara-upacara lainnya, di tempat di mana anggota militer melangsungkan acara pernikahannya dan dalam kasus ini saya pernah ikut menghadiri upacaranya di Jalan Kuini di Kota Binjai. 16 Dalam proses perekaman, saya menggunakan alat bantu pengamatan seperti kamera digital dan video kamera digital. Dengan menggunakan alat bantu pengamatan tersebut saya dapat mengumpulkan foto-foto, dan rekaman video yang dibutuhkan untuk mengumpulka data-data yang dibutuhkan dalam tulisan ini. Alat bantu yang dipakai adalah kamera Casio Exilim tipe EX-S880. 1.5.3 Wawancara Dalam teknik wawancara, saya melakukan wawancara berencana di mana sebelumnya telah tersedia daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Namun dalam wawancara tersebut, pembicaraan bersifat informal dan spontan. Adakalanya pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pembicaraan, tetapi penulis tetap berpusat kepada inti permasalahan dan tujuan penelitian. 1.5.4 Kerja Laboratorium Pada kerja laboratorium ini, seluruh data yang terkumpul akan diolah dan dianalisis sesuai dengan permasalahan yang ada pada tulisan. Saya juga akan menganalisis struktur musik yang ada pada permainan drum band ini berdasarkan teori yang sesuai dengan ilmu Etnomusikologi. Setelah melakukan analisis data tersebut, kemudian saya membuatnya ke dalam sebuah tulisan karya ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik penulisan secara ilmiah. Dengan demikian, diharapkan tulisan ini dapat mengembangkan wawasan pengetahuan di bidang Etnomusikologi. 17 BAB II DESKRIPSI KODAM I BUKIT BARISAN, YON ZIPUR I CANKADHIRA DHARMA, DAN KEBERADAAN MARCHING BAND YON ZIPUR I CANKA DHIRA DHARMA 2.1 Komando Daerah Militer di Indonesia Indonesia adalah negara persatuan dan kesatuan yang diberi nama lengkap sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara Indonesia ini memiliki wilayah dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Secara geografis terletak pada 6°LU sampai 11°LS dan 95°BT sampai 145°BT. Negara Republik Indonesia ini memiliki penduduk yang terdiri dari ribuan etnik dan bahasa, juga mendimai wilayah yang berupa kepulauan. Pulaupulau besar di antaranya adalah Sumatera, jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua (Irian Jaya), yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil. Bentuk pemerintahan RI adalah republic yang berdasar kepada kabinet presidensial, yang berdasar kepada sistem demokrasi, dan pemilihan langsung. Kini Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, yang didukung oleh kabupaten dan kota, kecamatan, kelurahan dan pedesaan. Indonesia memiliki ideologi Pancasila, dan berdasarkan kepada konsep bhinneka tunggal ika yang artinya biar berbeda-beda tetap satu juga. Belajar dari sejarah perjuangan bangsa, dalam membina persatuan dan kesatuan terdapat tantangan, gangguan, dan hambatan, yang berasal dari dalam 18 maupun dari luar negara ini. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keutuhan wilayah Republik Indonesia dipergunakan konsep pertahanan dan keamanan rakyat semesta (hankamrata). Termasuk di dalamnya dilakukan oleh TNI dan POLRI. Dalam rangka memudahkan koordiasi tentara nasional ini, maka Pemerintah RI melalui Departemen Pertahanan dan Keamanan membagi wilayah militer seluruh Indonesia ke dalam 13 Komando Daerah Militer (Kodam) seperti terurai pada Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1 Tiga belas Kodam di Indonesia No. 1 2 Nama Kodam, Korem, atau Kodim Kodam Iskandar Muda Korem 011 Lilawangsa Kodim 0102 Pidie Kodim 0103 Aceh Utara Kodim 0104 Aceh Timur Kodim 0106 Aceh Tengah Kodim 0108 Aceh Tenggara Kodim 0111 Bireuen Kodim 0113 Gayo Lues Korem 012 Teuku Umar Kodim 0101 Aceh Besar Kodim 0105 Aceh Barat Kodim 0107 Aceh Selatan Kodim 0109 Aceh Singkil Kodim 0110 Aceh Barat Daya Kodim 0112 Sabang Kodim 0114 Aceh Jaya Kodam I Bukit Barisan Korem 022 Pantai Timur 19 Pusat Kedudukan Banda Aceh Lhokseumawe Banda Aceh Medan Pematang Siantar Kodim 0202 Kodim 0203 Langkat Kodim 0204 Deli Serdang Kodim 0207 Simalungun Kodim 0208 Asahan Kodim 0209 Labuhan Batu Korem 023 Kawal Samudera Kodim 0205 Tanah Karo Kodim 0206 Dairi Kodim 0210 Tapanuli Utara Kodim 0211 Tapanuli Tengah Kodim 0212 Tapanuli Selatan Kodim 0213 Nias Korem 031 Wirabima Kodim 0301 Pekanbaru Kodim 0302 Indragiri Hulu Kodim 0303 Bengkalis Kodim 0313 Kampar Kodim 0314 Indragiri Hilir Korem 032 Wirabraja Kodim 0304 Agam Kodim 0305 Pasaman Kodim 0306 Limapuluh Kota Kodim 0307 Tanah Datar Kodim 0308 Padang Pariaman Kodim 0309 Solok Kodim 0310 Sawahlunto Kodim 0311 Pesisir Selatan Kodim 0312 Padang Kodim 0319 Mentawai Kodim 0320 Bukittinggi Kodim 0321 Pasaman Barat Korem 033Wira Pratama Kodim 0315 Kepulauan Riau Kodim 0316 Batam Kodim 0317 Karimun Kodim 0318 Natuna Kodim 0201 BS Medan 3 Sibolga Pekanbaru Padang Tanjung Pinang Kodam II Sriwijaya Korem 041 Garuda Emas Kodim 0407 Bengkulu Kodim 0408 Bengkulu Selatan Kodim 0409 Rejang Lebong Palembang Bengkulu 20 4 5 Kodim 0423 Bengkulu Utara Kodim 0425 Seluma Korem 042 Garuda Putih Kodim 0415 Batanghari Kodim 0416 Bungo Tebo Kodim 0417 Kerinci Kodim 1419 Tanjung Jabung Kodim 1420 Sarolangun Bangko Korem 043 Garuda Hitam Kodim 0410 Bandar Lampung Kodim 0411 Lampung Tengah Kodim 0412 Lampung Utara Kodim 0421 Lampung Selatan Kodim 0422 Lampung Barat Kodim 0424 Tanggamus Kodim 0426 Tulang Bawang Kodim 0427 Waykanan Korem 044 Garuda Dempo Kodim 0401 Musi Banyuasin Kodim 0402 Ogan Komering Ilir Kodim 0403 Ogan Komering Ulu Kodim 0404 Muara Enim Kodim 0405 Lahat Kodim 0406 Musi Rawas Kodim 0418 Palembang Korem 045 Garuda Jaya Kodim 0413 Bangka Kodim 0414 Belitung Kodam Jaya Korem 051 Wijayakarta Kodim 0504 Jakarta Selatan Kodim 0505 Jakarta Timur Kodim 0507 Bekasi Kodim 0508 Depok Korem 052 Wijayakrama Kodim 0502 Jakarta Utara Kodim 0503 Jakarta Barat Kodim 0504 Tangerang Kodim 0501 Jakarta Pusat Kodam III Siliwangi Korem 061 Suryakencana Kodim 0606 Kota Bogor Kodim 0607 Sukabumi Kodim 0608 Cianjur Jambi Bandar Lampung Palembang Pangkal Pinang Jakarta Bekasi Tangerang Bandung Bogor 21 6 Kodim 0621 Kabupaten Bogor Korem 062 Tarumanegara Kodim 0609 Kabupaten Bandung Kodim 0610 Sumedang Kodim 0611 Garut Kodim 0612 Tasikmalaya Kodim 0613 Ciamis Korem 063 Sunan Gunung Jati Kodim 0604 Karawang Kodim 0605 Subang Kodim 0614 Kota Cirebon Kodim 0615 Kuningan Kodim 0616 Indramayu Kodim 0617 Majalengka Kodim 0619 Purwakarta Kodim 0620 Kabupaten Cirebon Korem 064 Maulana Yusuf Kodim 0601 Pandeglang Kodim 0602 Serang Kodim 0603 Lebak Kodim 0623 Cilegon v Kodim 0618 BS Kota Bandung Kodam IV Diponegoro Korem 071 Wijayakusuma Kodim 0701 Banyumas Kodim 0702 Purbalingga Kodim 0703 Cilacap Kodim 0704 Banjarnegara Kodim 0710 Pekalongan Kodim 0711 Pemalang Kodim 0712 Tegal Kodim 0713 Brebes Kodim 0736 Batang Korem 072 Pamungkas Kodim 0705 Magelang Kodim 0706 Temanggung Kodim 0707 Wonosobo Kodim 0708 Purworejo Kodim 0709 Kebumen Kodim 0729 Bantul Kodim 0730 Gunung Kidul Kodim 0731 Kulon Progo Kodim 0732 Sleman 22 Garut Cirebon Serang Semarang Purwokerto Yogyakarta 7 Kodim 0734 Yogyakarta Korem 073 Makutarama Kodim 0714 Salatiga Kodim 0715 Kendal Kodim 0716 Demak Kodim 0717 Purwodadi Kodim 0718 Pati Kodim 0719 Jepara Kodim 0720 Rembang Kodim 0721 Blora Kodim 0722 Kudus Korem 074 Warastratama Kodim 0723 Klaten Kodim 0724 Boyolali Kodim 0725 Sragen Kodim 0726 Sukoharjo Kodim 0727 Karang Anyar Kodim 0728 Wonogiri Kodim 0735 Surakarta Kodim 0733 BS Kota Semarang Kodam V Brawijaya Korem 081 Dhirot Saha Jaya Kodim 0801 Pacitan Kodim 0802 Ponorogo Kodim 0803 Madiun Kodim 0805 Ngawi Kodim 0806 Trenggalek Kodim 0807 Tulungagung Kodim 0808 Blitar Kodim 0810 Nganjuk Korem 082 Citra Panca Yudha Jaya Kodim 0809 Kediri Kodim 0811 Tuban Kodim 0812 Lamongan Kodim 0813 Bojonegoro Kodim 0814 Jombang Kodim 0815 Mojokerto Korem 083 Bala Dika Jaya Kodim 0818 Kabupaten Malang Kodim 0819 Pasuruan Kodim 0820 Probolinggo Kodim 0821 Lumajang Kodim 0822 Bondowoso Kodim 0823 Situbondo 23 Salatiga Surakarta Surabaya Madiun Mojokerto Malang 8 9 Kodim 0824 Jember Kodim 0825 Banyuwangi Kodim 0833 Kota Malang Korem 084 Bhaskara Jaya Kodim 0816 Sidoarjo Kodim 0817 Gresik Kodim 0826 Pamekasan Kodim 0827 Sumenep Kodim 08x1428 Sampang Kodim 0829 Bangkalan Kodim 0830 Surabaya Utara Kodim 0831 Surabaya Timur Kodim 0832 Surabaya Selatan Kodam VI Mulawarman Korem 091 Aji Surya Natakesuma Kodim 0901 Samarinda Kodim 0902 Tanjung Redeb Kodim 0903 Tanjung Selor Kodim 0904 Tanah Grogot Kodim 0905 Balikpapan Kodim 0906 Tenggarong Kodim 0907 Tarakazn Kodim 0908 Bontang Kodim 0909 Sangatta Kodim 0910 Malinau Kodim 0911 Nunukan Korem 101 Antasari Kodim 1001 Amuntai Kodim 1002 Barabai Kodim 1003 Kandangan Kodim 1004 Kotabaru Kodim 1005 Marabahan Kodim 1006 Martapura Kodim 1007 Banjarmasin Kodim 1008 Tanjung Kodim 1009 Pelaihari Kodim 1010 Rantau Kodam VII Wirabuana Korem 131 Santiago Kodim 1301 Sangihe Talaud Kodim 1302 Minahasa Kodim 1303 Bolaang Mongondow Kodim 1304 Gorontalo 24 Surabaya Balikpapan Samarinda Banjarmasin Makassar Manado Kodim 1309 Manado Kodim 1310 Bitung Korem 132 Tadulako Kodim 1305 Buol Toli-Toli Kodim 1306 Donggala Kodim 1307 Poso Kodim 1308 Luwuk Banggai Korem 141 Toddopuli Kodim 1406 Wajo Kodim 1407 Bone Kodim 1409 Gowa Kodim 1410 Bantaeng Kodim 1411 Bulukumba Kodim 1415 Selayar Kodim 1422 Maros Kodim 1423 Soppeng Kodim 1424 Sinjai Kodim 1425 Jeneponto Kodim 1426 Takalar Korem 142 Taroada Tarogau Kodim 1401 Majene Kodim 1402 Polmas Kodim 1403 Luwu Kodim 1404 Pinrang Kodim 1405 Pare-Pare Kodim 1414 Tana Toraja Kodim 1418 Mamuju Kodim 1419 Enrekang Kodim 1420 Sidrap Kodim 1421 Pangkep Korem 143 Haluoleo Kodim 1412 Kolaka Kodim 1413 Buton Kodim 1416 Muna Kodim 1417 Kendari Kodim 1408 BS Makassar 10 Palu Watampone Pare-Pare Kendari Kodam IX Udayana Korem 161 Wirasakti Kodim 1601 Sumba Timur Kodim 1602 Ende Kodim 1603 Sikka Kodim 1604 Kupang Kodim 1605 Belu Denpasar Kupang 25 11 12 Kodim 1612 Manggarai Kodim 1613 Sumba Barat Kodim 1618 Timor Tengah Utara Kodim 1621 Timor Tengah Selatan Kodim 1622 Alor Kodim 1624 Larantuka Kodim 1625 Ngada Korem 162 Wirabhakti Kodim 1606 Lombok Barat Kodim 1607 Sumbawa Kodim 1608 Bima Kodim 1614 Dompu Kodim 1615 Lombok Timur Kodim 1620 Lombok Tengah Korem 163 Wirasatya Kodim 1609 Buleleng Kodim 1610 Klungkung Kodim 1611 Badung Kodim 1616 Gianyar Kodim 1617 Jembrana Kodim 1619 Tabanan Kodim 1623 Karangasem Kodim 1626 Bangli Kodam XII Tanjungpura Korem 102 Panju Panjung Kodim 1011 Kuala Kapuas Kodim 1012 Buntok Kodim 1013 Muara Teweh Kodim 1014 Pangkalan Bun Kodim 1015 Sampit Kodim 1016 Palangkaraya Korem 121 Alambhana Wanawai Kodim 1201 Mempawah Kodim 1202 Sambas Kodim 1203 Ketapang Kodim 1204 Sanggau Kodim 1205 Sintang Kodim 1206 Putussibau Kodim 1207 Pontianak Kodam XVI Patimura Korem 151 Binaya Kodim 1502 Masohi Kodim 1503 Tual 26 Mataram Denpasar Pontianak Palangkaraya Sintang Ambon Ambon Kodim 1504 Ambon Kodim 1506 Namlea Kodim 1507 Saumlaki Korem 152 Baabullah Kodim 1501 Ternate Kodim 1505 Tidore Kodim 1508 Tobelo Kodim 1509 Labuha 13 Kodam XVII Cendrawasih Korem 171 Praja Vira Tama Kodim 1703 Manokwari Kodim 1704 Sorong Kodim 1710 Fak-Fak Kodim 1713 Kaimana Korem 172 Praja Wira Yakthi Kodim 1701 Jayapura Kodim 1702 Jayawijaya Kodim 1712 Sarmi Korem 173 Praja Vira Braja Kodim 1705 Paniai Kodim 1708 Biak Numfor Kodim 1709 Yapen Waropen Korem 174 Anim Ti Waninggap Kodim 1707 Merauke Kodim 1710 Mimika Kodim 1711 Boven Digul sumber: KODAM I Bukit Barisan, 2013 Ternate Jayapura Sorong Jayapura Biak 2.1 Sejarah Kodam Bukit Barisan Sejarah kelahiran Kodam I/Bukit Barisan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia yang diploklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kelahiran Kodam I/BB pada awalnya disemangati oleh keinginan untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Pada saat yang sama Pemerintah RI yang masih seumur jagung tersebut membuat kebijaksanaan tentang pentingnya menghimpun seluruh potensi kekuatan nasional. Dalam kerangka inilah lahir kelaskaran dan Tentara Keamanaan Rakyat yang pada gilirannya berkembang 27 menjadi Tentara Republik Indonesia. Selanjutnya Tentara Republik Indonesia ini berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia. Kelahiran Kodam I/BB tentu saja melalui proses yang cukup panjang. Berbagai macam rintangan telah dilewati pejuang-pejuang RI. Diawali dengan perang kemerdekaan sampai pada era perjuangan mempertahankan Negara Kesatuan RI. Setelah adanya pengakuan pemerintah Belanda kepada Pemerintah RI, maka seluruh kekuatan bersenjata yang berada di Sumatera Utara dihimpun menjadi Komando Tentara Teritorium Sumatera Utara (Ko T.T/SU). Peristiwa ini terjadi pada tahun 1950. Dari sinilah cikal bakal lahirnya Kodam I/BB9. Kedatangan tentara sekutu ke Medan telah memantik semangat juang rakyat di daerah ini. Pertempuran menjadi tak terhindarkan. Sejarah dengan cukup baik merekam berbagai macam peristiwa pertempuran di beberapa tempat seperti di Marendal, Tanjung Morawa, Tiga Panah dan beberapa daerah lainnya. Pada saat itu jelas terlihat bagimana gigihnya pejuang Indonesia mempertahankan kemerdekaan RI. Peristiwa di jalan Bali pada tanggal 13 Oktober 1945, peristiwa di Siantar Hotel tanggal 15 Oktober 1945, dan peristiwa di Matahari Hotel Berastagi pada tanggal 23 Nopember menjadi saksi dan bukti sejarah bagaimana semangat patriotisme dan pantang menyerah ditunjukkan pejuang-pejuang Indonesia. Pertempuran inilah yang kemudian dikenal dengan Palagan Medan Area. Menyadari kuatnya ancaman tentara Sekutu, pemerintah RI akhirnya membentuk apa yang disebut dengan Tantara Keamanan Rakyat. Sejak saat ini, 9 Website TNI AD dan website KODAM BB I. 28 pasukan-pasukan besenjata yang ada segera direorganisasi sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. Berdasarkan instruksi Presiden, konsolidasi TKR dan penyatuan seluruh kekuatan bersenjata di dalam kesatuan komando segera dilakukan. Peyusunan kekuatan ini terlaksana dengan baik, karena pada waktu itu terjadi gencatan senjata. Tentara Republik Indonesia tentu tidak menyia-yiakan kesempatan yang cukup berharga tersebut. Hasilnya sebagian BKR dan Badanbadan perjuangan telah terbentuk seperti : TKR Divisi V di Aceh, TKR Divisi IV di Sumatera Utara, TKR Divisi VI di Tapanuli dan TKR Divisi III di Sumatera tengah. Pada tanggal 20 Juni 1950 diresmikan lambang Bukit Barisan sebagai lambang Komando Tentara Teritorium I/Sumatera Utara, dengan diberi nama Komando Tentara Teritorium I/Bukit Barisan. Tanggal 20 Juni ditetapkan menjadi hari jadi Kodam I/BB. Dalam rangka menghadapi sisa-sisa pemberontakan PRRI dan pemulihan keamanan wilayah, Kodam I/BB membentuk Komando Daerah Pertempuran (KODP) I s/d IV. Selanjutnya pada tahun 1961 berdasarkan keputusan KASAD, dibentuklah Komando Resort Militer (KOREM) sehingga terjadi perubahan sebagai berikut:10 1. KDOP I menjadi Korem C di Medan. 2. KDOP II menjadi Korem A di Pematang Siantar. 3. KDOP III menjadi Korem B di Padang Sidempuan. 4. KDOP IV menjadi Korem D di Pulau Raja. 10 Website KODAM BB I 29 Setahun berselang, tepatnya pada tanggal 28 April 1962, berdasarkan surat keputusan Pangdam II/BB KPTS/0094/4/1962 kembali diadakan perubahan nama sebagi berikut: 1. Korem A menjadi Korem 021/PT. 2. Korem B menjadi Korem 022/KS. 3. Korem C menjadi Korem 023/DT. 4. Korem D menjadi Brigif 7/RR. Pada tanggal 26 Juli 1969 Kodam II/BB dianugrahi Bintang Jasa SAMKARYA NUGRAH oleh Presiden republik Indonesia atas jasa-jasa dan perjuangannya di dalam membela dan mempertahankan Negara. Pada tanggal 18 September 1969 lahir motto Kodam II/BB “Patah Tumbuh Hilang Berganti.” 2.1.1 Visi dan Misi Komando Daerah Militer Bukit Barisan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki Visi dan Misi sebagai berikut.11 Visi: Solid, profesional, tangguh, modern, berwawasan kebangsaan dan dicintai rakyat 11 Website TNI AD 30 Misi: 1. Mewujudkan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan jajaran TNI Angkatan Darat yang profesional dan modern dalam penyelenggaraan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di darat. 2. Meningkatkan dan memperkokoh jatidiri prajurit TNI Angkatan Darat yang tangguh, yang memiliki keunggulan moral, rela berkorban dan pantang menyerah dalam menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan integritas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. 3. Mewujudkan kualitas TNI Angkatan Darat yang memiliki penguasaan ilmu dan keterampilan prajurit melalui pembinaan doktrin, pendidikan dan latihan yang sistematis, dan meningkatkan kesejahteraannya. 4. Mewujudkan kesiapan operasional peningkatan ancaman baik dalam bentuk ancaman tradisional maupun ancaman non tradisional. Mewujudkan kerjasama militer dengan negara-negara sahabat baik dalam rangka confidence building measure (CBM), maupun untuk meningkatkan profesionalitas prajurit. 5. Mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai roh kekuatan TNI AD dalam rangka pertahanan negara. 31 2.1.2 Kode Etik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat Di samping memiliki visi dan misi, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki beberapa kode etik yang dijadikan sebagai landasan dan janji setia para tentara. Kode etik tersebut meliputi Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan 8 Wajib TNI. Sapta Marga tersebut adalah12 : 1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Bersendikan Pancasila. 2. Kami Patriot Indonesia Pendukung Serta Pembela Ideologi Negara, Yang Bertanggung Jawab Dan Tidak Mengenal Menyerah. 3. Kami Kesatria Indonesia Yang Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa Serta Membela Kejujuran, Kebenaran Dan Keadilan. 4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Adalah Bhayangkari Negara Dan Bangsa Indonesia. 5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Memegang Teguh Disiplin, Patuh Dan Taat Kepada Pimpinan Serta Menjunjung Tinggi Sikap Dan Kehormatan Prajurit. 6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Keperwiraan Di Dalam Melaksanakan Tugas Serta Senantiasa Siap Sedia Berbakti Kepada Negara Dan Bangsa. 7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Setia Dan Menepati Janji Serta Sumpah Prajurit. Sedangkan Sumpah Prajurit terdiri atas: 12 Website TNI AD 32 1. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. 2. Tunduk kepada hokum dan memegang teguh disiplin keprajuritan. 3. Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. 4. Menjalankan segala kewajiban dengan rasa penuh tanggung jawab kepaada tentara dan Negara Republik Indonesia. 5. Memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya. Yang terakhir Delapan Wajib TNI meliputi:13 1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat. 2. Bersikap sopan santun terhadap rakya. 3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita. 4. Menjaga kehormatan diri di muka umum. 5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya. 6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat. 7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat. 8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi masalah dan kesulitan rakyat di sekelilingnya. 9. 2.1.3 Tugas Pokok Tentara Nasional Indonesia Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara 13 Website TNI AD 33 Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Tugas-tugas pokok tersebut seuai dengan PPPA TNI AD TA 2012 berdasarkan Peraturan Kasad nomor Perkasad/125/XII/2011 tanggal 21 Desember 2011 meliputi:14 1. Melaksanakan tugas TNI Matra Darat bidang pertahanan Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). a) Memelihara dan meningkatkan kemampuan Satintel untuk melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini dari setiap gejala kerawanan dan ancaman agar tidak berkembang menjadi ancaman nyata. b) Menyiapkan satuan-satuan operasional baik kekuatan terpusat maupun kekuatan kewilayahan khususnya di daerah rawan konflik, rawan separatis, perbatasan dan pulau-pulau terluar sesuai dengan ekalasi ancaman. c) Menyiapkan dan memelihara kemampuan operasional ngkatan Darat yang professional dengan cara meningkatkan kemantapan satuan, menata organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal segala bentuk ancaman. 14 Website TNI AD 34 d) Menyiapkan satuan dalam rangka Kerasama Militer Internasional dengan Angkatan Bersenjata negara sahabat dan melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebiakan politik luar negeri. e) Menyiapkan satuan operasional dalam rangka mengatasi pemberontak bersenjata, gerakan separatis bersenjata dan aksi terorisme. f) Menyiapkan satuan dalam rangka tugas pengamanan Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya serta tamu Negara setingkat Kepala Negara dan Perwakilan Pemerintahan Asing yang sedang berada di Indonesia. g) Menyiapkan satuan dalam rangka tugas perbantuan kepada Polri atas permintaan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. h) Menyiapkan dan menyiagakan satuan dalam rangka tugas membantu pemerintah menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan serta pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan. i) Membantu tugas pemerintah di daerah melalui program Operasi Bakti TNI dan Karya Bakti TNI. 2. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat dengan Negara lain dan pulau-pulau terluar. a) Menyiapkan satuan-satuan Angkatan Darat untuk melaksanakan operasi pengamanan wilayah perbatasan Papua-PNG, Kalimantan-Malaysia, NTT-RTDL dan pengamanan pulau-pulau terluar. 35 b) Membangun pos-pos perbatasan dan satuan-satuan baru di wilayah perbatasan. c) Melanjutkan pemetaan wilayah perbatasan. 3. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan Matra Darat. a) Menyiapkan dan memelihara kemampuan operasional TNI AD yang professional dengan cara meningkatkan kemantapan satuan, menata organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal segala bentuk ancaman. b) Melanjutkan reformasi internal dalam tubuh TNI AD yang meliputi aspek structural, doktrin, dan cultural serta hukum upaya membangun jati diri TNI AD. c) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan latihan baik di pusat maupun daerah dalam rangka memelihara profeionalisme prajurit. 4. Melaksanakan tugas TNI dalam pemberdayaan wilayah pertahanan di darat. a) Membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan pertahanan aspek darat yang dipersiapkan secara dini meliputi wilayah pertahanan beserta kekuatan pendukungnya untuk melaksanakan Operasi Militer untuk Perang, yang pelaksanaannya didasarkan atas kepentingan pertahanan negara sesuai Sistem Pertahanan Semesta. 36 b) Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran secara waib bagi warga negara dengan peraturan perundang-undangan. c) Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan pendukung sesuai dengan perundang-undangan. d) Membantu tugas pemerintah untuk member bantuan kemanusiaan, menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, merehabilitasi infrastruktur dan mengatasi masalah akibat pemogokan serta konflik komunal. e) Membangun, memelihara, meningkatkan dan memantapkan kemanunggalan TNI-Rakyat. 2.2 Deskripsi Yon Zipur I Canka Dhira Dharma Yonzipur 1/DD adalah satuan bantuan tempur di bawah Kodam I/BB yang memiliki tugas pokok memperbesar daya gerak satuan sendiri dan memperkecil daya gerak pasukan musuh dengan melaksanakan konstruksi, destruksi dan nuklir biologi kimia serta membantu mempertahankan kelangsungan hidup dan mempertinggi kemampuan operasi satuan Kodam I/BB. Sebagai satuan zeni yang profesional dan penuh pengalaman, Yonzipur 1/DD selalu berusaha memberikan yang terbaik sebagai mitra masyarakat melalui profesionalisme, mutu layanan dan hasil pekerjaan. Langkah-langkah strategis yang diambil komandan satuan,adalah selalu memperluas dan secara konsisten meningkatkan kualitas, mutu hasil pekerjaan melalui pengembangan metode kerja yang profesional, inovatif, kreatif dan teruji 37 serta bertanggung jawab dengan dukungan perwira-perwira satuan yang mempunyai kualifikasi di bidang zeni (teknik) serta prajurit satuan yang berkualitas. Sebagai aset terpenting dalam satuan sumber daya manusia, prajurit yang profesional merupakan perhatian satuan untuk selalu meningkatkan kinerja prajurit melalui penugasan yang tepat,mengusahakan terpenuhinya uji kompetensi jabatan dan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pelatihan yang dibutuhkan dengan tidak lupa selalu berusaha menyesuaikan dengan update teknologi. 2.2.1 Visi dan Misi Zipur I Dhira Dharma Zipur I Dhira Dharma memiliki visi dan misi sebagai berikut:15 Visi: memberikan yang terbaik untuk mutu pelayanan serta menjadi mitra kerja yang bertanggungjawab. Misi: 1. Selalu mengutamakan ketepatan mutu dan waktu dalam setiap pekerjaan serta mengedepankan kepuasan mitra kerja dengan mengembangkan sumber daya manusia yang semngat, profesional, pantang menyerah, berdedikasi dan tangguh. 15 Website Batalyon Yon Zipur I DD 38 2. Menjadi satuan yang konsisten solid dan menghasilkan bertanggung jawabuntuk mutu dan pekerjaan sesuai harapan mitra kerja dan masyarakat. 3. Menciptakan rasa aman bagi mitra kerja kami, mengembangkan kreativitas, inovasi dan kreasi dalam pencapaian sasaran tugas sesuai dengan tujuan yang diharapkan. 2.2.2 Struktur Organisasi Yon Zipur I Dhira Dharma Satuan Yon Zipur I Dhira Dharma memiliki kelompok komando yang disusun dalam sebuah struktur organisasi sebagai berikut16 : Komandan : Myr Czi Mahfud Ghozali Wadan : Myr Czi Edward Rindang S Pasi Intel : Ltt Czi Ari S Pasi Ops : Ltt Czi Vispayudha Pasi Pers : Ltt Czi Arie Y Pasi Log : Ltt Czi Erwan Danki Markas : Kpt Czi Naspi Danki Bant : Kpt Czi Ramdhani Danki Zipur A : Ltt Czi Sunandar Danki Zipur B : Kpt Czi Fajar M Danki Zipur C : Kpt Czi Tobing 16 Website Batalyon Yon Zipur I DD 39 2.3 Sejarah Lahirnya Marching Band di Indonesia Menurut informasi dari Persatuan Drumband Indonesia (PDBI), drumband di Indonesia sudah memiliki banyak penggemar ketika organisasi ini belum terbentuk pada bulan desember tahun1977. Pada saat itu dinas olahraga DKI Jaya dan KONI DKI Jaya beserta Yayasan Dharma Wanodya (sebuah perkumpulan Drumband di Jakarta), mengambil prakarsa untuk mengadakan pertemuan dengan seluruh perkumpulan drumband yang ada di DKI Jakarta Raya untuk membentuk wadah organisasi drumband. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Oktober 1977. Akhirnya organisasi itu terbentuk dengan nama PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia) melalui S.K. Gubernur KDH DKI Jaya No. 700 yang isinya menentukan bahwa kegiatan drumband dibina oleh Dinas Olahraga dan KONI DKI Jaya. Pada saat setelah terbentuknya organisasi PDBI ini, diadakan hubungan dengan semua Bupati maupun Walikota seluruh wilayah Indonesia. Hal ini mendapat tanggapan positif, dan terdaftar 400 unit drumband yang tersebar di 25 prospinsi. Melihat hal ini, penulis beranggapan bahwa dengan adanya 400 unit drumband yang tersebar pada tahun1977, sangat memungkinkan bahwa jauh sebelum tahun itu drumband sudah ada di Indonesia. Menurut Inta (2011:39), di Indonesia pada awalnya maching band lahir pada masa penjajahan Belanda. Pada zaman pemerintahan Hindia-Belanda tersebut, corps music sangat dibutuhkan untuk mengiringi upacara-upacara pemerintahan. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibentuklah corp musik 40 dengan para pemain adalah pemain lokal Indonesia. Saat itu pemain alat musik tiup sangat sedikit, sehingga corp musik tersebut dibuat hanya dengan menggunakan alat musik pukul (drum). Dengan begitu mereka menamakan kelompok alat musik ini dengan sebutan ‘drum band’. Namun dalam perkembangannya akhirnya dimasukkanlah alat-alat music tiup. Pada masa itu, istana-istana kerajaan yang ada di Jawa juga ikut membentuk drum band, dimana drum band ini dimainkan oleh para prajurit istana kerajaan Jawa. Tidak hanya berhenti sampai di istana, drum band juga akhirnya berkembang di sekolahsekolah dan masyarakat umum di Indonesia. 2.3.1 Istilah Drum Band, Brass Band, dan Marching Band Pada dasarnya drum band dan brass band adalah sama-sama sebuah ansambel yang mana komposisi alat musiknya tidak jauh berbeda. Kedua ansambel ini sama-sama terdiri atas sekelompok alat musik pukul/tabuh dan sekelompok alat musik tiup (pada umumnya alat musik tiup dari logam). Namun dalam permainanya, kedua ansambel ini akan jelas terlihat perbedaannya ketika drum band atau brass band tersebut dimainkan. Pada ansambel drum band misalnya, ketika dimainkan kita akan dapat merasakan bahwa suara alat musik pukul (baik itu snare drum, tom-tom, bass drum,ataupun bellyra) akan sangat mendominasi dibandingkan dengan suara alat musik tiup. Dan kita akan dapat melihat bahwa alat musik tiup hanya berperan sebagai alat musik pendukung dan pelengkap. Begitu juga sebaliknya, ketika ansambel brass band dimainkan maka alat musik pukul hanya akan berperan sebagai alat musik pendukung dan 41 pelengkap. Selain itu, jumlah komposisi alat musik yang digunakan juga dapat kita lihat dalam membedakan kedua ansambel ini. Pada drum band, jumlah komposisi alat musik pukul (baik itu snare drum, tom-tom, bass drum, ataupun bellyra) akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah komposisi alat musik tiup (terompet, tuba,klarinet,pianika, dll). Demikian sebaliknya pada jumlah komposisi perbedaan jumlah alat musik pada ansambel brass band. Lain halnya dengan marching band, ansambel ini merupakan gabungan dari kedua ansambel drum band dan ansambel brass band. Pada marching band, distribusi penggunaan alat musik pukul/tabuh dan alat musik tiup sama-sama saling melengkapi satu sama lain. Dalam permainannya, ada saatnya ketika alat musik pukul/tabuh yang mendominasi, dan ada juga saatnya alat musik tiup yang mendominasi. Menurut sejarahnya (Reza Qumilar 2010), marching band bermula dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang bermain music secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalanan waktu, marching band berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masamasa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer yang kemudianmenjadi awal munculnya marching band saat ini. Untuk memperjelas definisi dari ketiga istilah drum band, brass band, dan marching band, maka di bawah ini akan dijelaskan pengertian dari ketiga istilah tersebut berdasarkan etimologi katanya (menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary) : 42 a) Drum band berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band. Drum berarti sebuah alat musik yang dipukul atau ditabuh, biasanya menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. b) Brass band berasal dari kata brass dan band. Brass berarti sebuah alat musik yang ditiup (alat musik yang terbuat dari logam). Sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. c) Marching band berasal dari kata marching dan band. Marching berarti berbaris, sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. 2.3.2 Keberadaan Marching Band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD 2.3.2.1 Sejarah Terbentuknya Marching Band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/D Menurut Letnan Virgo17, selaku seorang danton pada marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD, keberadaan munculnya marching band di 17 Hasil wawancara tanggal 26 Maret 2013 di markas batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. 43 batalyon Zipur I Dhira Dharma ini tidak lepas dari pengaruh marching band Canka Lokananta yang berada di kota Magelang. Marching band yang menjadi kebanggaan para taruna AKMIL tersebut sukses menjadi icon bagi marching band militer TNI Angkatan Darat di Indonesia. Hal tersebut sedikit banyak telah mempengaruhi berbagai satuan batalyon di berbagai tempat untuk memiliki marching band sendiri. Pada awalnya, Komando Daerah Militer Bukit Barisan hanya memiliki korps musik (korsik) yang penggunaannya hanya sebatas untuk mengiringi upacara saja. Masih menurut beliau18, selanjutnya lulusan-lulusan akmil dari kota Magelang yang berada di Yon Zipur inilah yang mengeluarkan gagasan atau ide untuk membentuk sebuah drum band di satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Drum band ini diharapkan nantinya tidak hanya berfungsi sebagai pengiring untuk upacara saja, namun sifatnya sudah multifungsi yakni untuk mengikuti parade-parade, festival, dan acara lainnya. Dengan adanya ide atau gagasan dari beberapa akmil lulusan Magelang tersebut 19, maka terbentuklah marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD. Menurut Sersan Antorikson Sinaga20, marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD ini dibentuk sejak tahun 2010 silam. Pada waktu itu marching band ini berada dibawah bimbingan dan asuhan Danyon Zipur I/DD Letkol Czi A. Rizal 18 Hasil wawancara dengan Letnan Virgo pada 9 Juli 2013 di batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma 19 Ide atau gagasan dari para akmil tersebut dapat dipertanggung-jawabkan karena mereka sendiri sudah dilatih untuk bermain drum band ketika masih dibina di Akademi Militer di Magelang. 20 Hasil wawancara tanggal 12 Februari 2013 di markas batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. 44 Ramdhani dengan pelatih Letda Czi Andria Sandiawan. Pada saat itu jumlah personilnya 48 orang dengan susunan formasi mayoret dipegang oleh Serda A. R. Sinaga. 2.3.2.2 Kepengurusan dan Keanggotaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Secara umum, struktur organisasi marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD sangat sederhana, hanya terdiri dari penanggung jawab yang diisi oleh komandan batalyon, seksi operasi yang bertugas untuk mengatur jadwal operasi kapan marching band ini akan bermain, danki drumband yaitu tempat koordinator memberikan laporan, koordinator drumband yaitu pelatih pemain marching band, dan yang hierarki yang terakhir adalah pemain itu sendiri. 45 Bagan 2.1: Struktur Organisasi Drum Band Canka Dhira Dharma Penanggung Jawab (Letkol Czi Mahfud Ghozali) Seksi Operasi Danki Drumband (Kapten Czi Sunandar P) (Lettu Czi T. E. J. Tobing) Koordinator/Pelatih Letda Czi Virgo Pemain Marching Band 46 Keanggotaan marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD haruslah seorang anggota militer yang lajang21. Pada saat masuknya anggota militer angkatan yang baru, semua mereka akan langsung dibina dan dididik untuk mendapatkan pelajaran bagaimana bermain marching band. Dari hasil itu akan diperoleh data siapa yang layak untuk dimasukkan ke dalam anggota marching band. Jadwal latihan yang dilaksanakan oleh marching band Canka Dhira Dharma ini biasanya diadakan setiap hari sabtunya. Mereka mengadakan latihan setiap sekali seminggu (di lapangan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma) dan biasanya mereka akan melatih lagu-lagu yang akan dimainkan pada upacara hari seninnya ataupun untuk dimainkan pada acara-acara yang akan mereka ikuti. Disamping itu, marching band ini juga terkadang melakukan sesi latihan di lapangan KODAM Bukit Barisan untuk menggelar latihan bersama jika adaupacara-upacara besar. Misalnya pada bulan Februari 2013 silam, mereka menggelar latihan bersama di KODAM beserta dengan seluruh anggota militer dari berbagai satuan batalyon untuk menyambut kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad). 2.3.2.3 Klasifikasi Alat Musik dan Lagu Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Adapun beberapa alat musik yang dimiliki oleh satuan batalyon ini terdiri dari 16 buah snare drum, 8 buah tenor drum, 8 buah bass drum, 12 buah bellyra, 21 Hasil wawancara dengan Letnan Virgo, 9 Juli 2013 di batalyon Yon Zipur 47 dan 16 buah terompet. Sedangkan perlengkapan lain seperti atribut terdiri dari jubah harimau, jubah macan tutul, jubah elang, sarung tangan harimau, stick atau tongkat mayoret, serta berbagai perhiasan untuk alat musik yang dipakai. Pada umumnya marching band Canka Dhira Dharma ini memiliki lagu-lagu yang bertemakan nasionalisme atau yang disebut dengan lagu nasional. Lagu-lagu tersebut dimainkan pada saat mengikuti upacara seperti upacara rutinitas setiap hari Senin, upacara rutinitas setiap tanggal 17 setiap bulannya, upacara hari besar nasional, dan upacara-upacara yang bersifat formal lainnya. Dan ketika mereka mengadakan pawai (display), mengikuti suatu kegiatan untuk acara pembukaan untuk tujuan hiburan, dan bahkan saat mengikuti festival, marching band ini memainkan lagu tersendiri. Pada upacara Pedang Pora, mereka memainkan lagu yang secara khusus hanya dimainkan pada upacara tersebut . Menurut Letnan Virgo, secara keseluruhan daftar lagu-lagu yang dimainkan oleh marching band Canka Dhira Dharma diambil dan mengikuti lagu-lagu yang ada pada marching band Canka Lokananta yang berada di Magelang. Dan sejauh ini menurut pengamatan penulis, marching band ini memiliki tiga kategori lagu yang dibawakan pada saat bermain, yaitu : (1) kategori lagu nasional, yaitu dimainkan pada saat mengikuti upacara formal atau rutinitas ; (2) kategori lagu display, yaitu lagu yang dimainkan pada saat pawai atau untuk tujuan hiburan lainnya ; (3) kategori lagu yang dibawakan pada saat upacara Pedang Pora saja. 48 BAB III ANALISIS STRUKTUR MUSIK MARCHING BAND ZIPUR I DHIRA DHARMA 3.1 Transkripsi dan Analisis Nettl dalam tulisannya (1964:99-103) menganggap transkripsi merupakan cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek detail pada suatu musik dengan dua pendekatan ; pertama menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar, dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat dan menuliskannya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu. Untuk mendapat gambaran tentang fenomena musikal dalam setiap kegiatan yang diikuti marching band ini, maka dilakukan transkripsi terhadap musik yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Penulis memilih notasi musik Barat sebagai acuan notasi penulisan transkripsi didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu : (1) Notasi ini sudah lazim dikenal dalam dunia musik sehingga secara umum telah dikenal oleh masyarakat luas, khususnya yang menaruh minat dalam menulis dan membaca tentang musik; (2) Notasi ini memberikan beberapa kemudahan, diantaranya dalam penulisan gerakan melodi (kantur) baik menaik atau menurun dapat diketahui dengan jelas, serta membantu dalam kemudahan dalam usaha penganalisaan. Dalam melakukan penotasian tersebut, penulis memiliki alasan yang mengacu kepada sebuah artikel “The Purpose of Transcription” tulisan Pandora Hopkins di dalam Jurnal for The Society of Ethnomusicology (1966 : 316). Dia 49 menyatakan bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk menunjukkan bahwa notasi itu sebagai fenomena yang telah memiliki arti bagi kita (pemakainya) dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk perbandingan ( lihat skripsi Johannes, 2000 : 52 ). Dengan melihat uraian kategori lagu yang dimainkan pada pembahasan sebelumnya, maka penulis hanya memilih tiga buah lagu yang akan ditranskripsikan dan dianalisa dengan masing-masing satu lagu dari setiap kategori. Pada kategori lagu nasional, penulis akan mentranskripsi dan menganalisa lagu “Indonesia Raya”. Alasan penulis memilih lagu ini dikarenakan setiap upacara yang dilaksanakan, lagu yang wajib dan paling sering dimainkan adalah lagu “Indonesia Raya”. Pada kategori lagu display, penulis akan mentranskripsi dan menganalisa “Himne Angkatan Darat “. Dan terakhir pada upacara Pedang Pora, penulis akan mentranskripsikan dan menganalisa lagu “Taruna Jaya”. Lagu ini merupakan sebuah lagu yang hanya dibawakan khusus untuk anggota militer lulusan dari Akademi Militer. Lagu ini dimainkan pada saat mereka melangsungkan pernikahan. 3.2 Model Notasi Notasi yang digunakan untuk mentranskripsi ketiga lagu Indonesia Raya, Taruna Jaya, dan lagu Himne Angkatan Darat adalah notasi Barat. Notasi ini merupakan notasi yang sudah baku dan sudah umum. Di dalamnya terdapat beberapa simbol-simbol yang digunakan dalam partitur notasi balok dari lagu- 50 lagu di atas. Adapun beberapa simbol tersebut akan diuraikan secara rinci di bawah ini. 1. Menunjukkan garis paranada dimana terdapat lima buah garis paranada dan empat buah spasi. 2. Gambar yang paling kiri menunjukkan tanda kunci (key signature) G, dimana pada garis paranada kedua dari bawah merupakan nada G. Gambar yang ditengah merupakan tanda dua mol yang berarti nada dasarnya adalah Bb. Sedangkan gambar yang paling kanan menunjukkan birama 4/4 artinya dalam setiap birama memiliki empat ketuk not seperempat. 3. Gambar tersebut menandakan not penuh (whole note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak empat ketuk. 4. Gambar tersebut menandakan not setengah (half note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak dua ketuk. 5. 51 Gambar tersebut menandakan not seperempat (quarter note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak satu ketuk. 6. Gambar tersebut menandakan not seperdelapan (eighth note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak setengah ketuk. 7. Gambar tersebut menandakan not seperenambelas (sixteenth note), artinya nada tersebut memiliki nilai sebanyak seperempat ketuk. 8. Gambar tersebut menandakan tanda istirahat penuh (whole rest), artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak empat ketuk. 9. Gambar tersebut menandakan tanda istirahat seperempat (quarter rest), artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak satu ketuk. 10. Gambar tersebut menandakan tanda istirahat seperdelapan (eighth rest), artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak satu ketuk. 11. 52 Gambar disebelah kiri menandakan not seperempat dengan tanda titik (dotted not) di depannya. Tanda titik itu memiliki nilai setengah ketuk dari not yang dibelakangnya. Jadi nilai keseluruhan not itu adalah nilai not seperempat ditambah dengan setengah dari nilai not seperempat, yaitu satu setengah ketuk. Demikian juga dengan gambar yang di sebelah kanan, yaitu tanda istirahat setengah dengan tanda titik (dotted rest) di depannya. 12. Ketiga gambar di atas merupakan penjelasan tentang snare drum. Gambar paling kiri menunjukkan bahwa snare drum dimainkan dengan cara memukul bagian sisi snare drum (side stick). Gambar yang di tengah menunjukkan bahwa snare drum dimainkan bersamaan dengan cymbal. Sedangkan gambar yang paling kiri menunjukkan bahwa snare drum dimainkan tiga kali empat buah not seperenambelas. Hal ini disebut juga dengan istilah buzz roll. Simbol-simbol tersebut di atas perlu untuk diketahui agar pembaca dapat memahami makna simbol-simbol tersebut yang terdapat dalam lampirn partitur. 53 3.3 Analisis Melodi William P. Malm dalam teorinya weight scale mengungkapkan bahwa ada beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi, yaitu mencakup (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Oleh sebab itu, dalam menganalisis struktur melodi dari lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Lagu Display, penulis mengacu kepada kedelapan karakteristik yang ditawarkan oleh William P. Malm dalam teori weight scale tersebut. 3.3.1 Tangga Nada (scale) Menurut Malm, mendeskripsikan tangga nada adalah menyusun semua nada yang dipakai dalam melodi suatu lagu. Dengan demikian penulis akan menyusun nada-nada yang terdapat dalam melodi lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Lagu Display mulai dari nada terendah hingga nada tertinggi, termasuk nada-nada oktaf. 3.3.1.1 Tangga Nada Lagu Taruna Jaya Penulis mengurutkan semua nada yang dipakai dalam lagu ini, kemudian menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada pada lagu Taruna Jaya. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat lima nada dan ditambah satu nada oktaf. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’. 54 3.3.1.2 Tangga Nada Lagu Indonesia Raya Penulis mengurutkan semua nada yang dipakai dalam lagu ini, kemudian menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada pada lagu Indonesia Raya. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat tujuh nada dan ditambah empat nada oktaf. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’. 3.3.1.3 Tangga Nada Lagu Himne Angkatan Darat Penulis mengurutkan semua nada yang dip[akai dalam lagu ini, kemudian menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada pada lagu ini. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat tujuh nada oktaf dan ditambah tiga nada satu oktaf lebih tinggi. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’ 3.3.2 Nada Dasar (Pitch Center) Dalam menentukan nada dasar pada setiap lagu yang akan ditranskripsikan, penulis berpedoman kepada hasil rekaman yang dimainkan di lapangan. Atas dasar itu, kemudian penulis mengubahnya ke dalam bentuk partitur. Namun dalam mentranskripsikan lagu Indonesia Raya, penulis terlebih dahulu berpedoman kepada partitur yang sudah ada, kemudian mencocokkannya dengan hasil rekaman yang ada di lapangan. Nada dasar dalam partitur lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Himne Angkatan Darat adalah Bb. 55 3.3.3 Wilayah Nada (Range) Wilayah nada dalam suatu komposisi musik adalah jarak antara nada terendah dengan nada tertinggi. Untuk menentukan wilayah nada pada setiap lagu, maka pertama sekali penulis menyusun setiap nada-nada yang dimainkan ke dalam bentuk tangga nada (pada sub-bab sebelumnya). Setelah tangga nadanya selesai dibentuk, maka penulis dapat melihat dan menentukan nada terendah dan nada tertinggi. Berikutnya penulis menghitung frekuensi jarak nada tersebut (dari nada terendah ke nada tertinggi) dengan menggunakan sistem cent sebagaimana halnya pendapat yang ditawarkan oleh Ellis dalam Malm (1977:35) yaitu nadanada yang berjarak satu laras sama dengan 200 cent dan nada yang berjarak setengah laras sama dengan 100 cent. 3.3.3.1 Wilayah Nada Lagu Taruna Jaya Untuk membuat wilayah nada yang terdapat pada lagu Taruna Jaya ini, penulis berpedoman kepada tangga nada yang sudah dibuat ke dalam bentuk partitur yang terdapat pada sub-bab sebelumnya. Lagu Taruna Jaya ini memiliki wilayah nada dari nada F ke F’. Jarak dari nada F ke F’ adalah sebanyak enam laras sehingga jumlah frekuensi jarak nada tersebut adalah 1200 cent. 56 3.3.3.2 Wilayah Nada Lau Indonesia Raya Dari tangga nada yang sudah dibuat sebelumnya,maka lagu Indonesia Raya ini memiliki wilayah nada dari nada D ke G’. Jarak dari nada D ke G’ adalah sebanyak delapan setengah laras sehingga jumlah frekuensi jarak kedua nada tersebut adalah 1700 cent. 3.3.3.3 Wilayah Nada Lagu Himne Angkatan Darat Dengan berpedoman kepada tangga nada yang sudah dibuat pada sub-bab sebelumnya, maka wilayah nada yang terdapat pada lagu ini adalah dari nada D’ ke F”. Jarak dari nada D; ke F” adalah sebanyak tujuh setengah laras sehingga jumlah frekuensi jarak kedua nada tersebut adalah 1500 cent. 57 3.3.4 Jumlah Nada (Frequency of Note) Jumlah nada merupakan banyaknya pemakaian nada yang dipakai dalam sebuah komposisi. Menurut Nettl (1964:146), untuk menggambarkan jumlah nada-nada umumnya disampaikan lewat notasi yang ditulis pada garis paranada. Dalam hal ini penulis akan menyusun jumlah nada yang dipakai sesuai dengan tangga nada yang telah dibuat sebelumnya. 3.3.4.1 Jumlah Nada Lagu Taruna Jaya Frekuensi pemakaian nada pada lagu Taruna Jaya ini dapat dilihat pada garis paranada di bawah ini. 17 32 42 20 8 4 Dari gambar di atas, dapat dilihat frekuensi pemakaian dari setiap nada yang mana nada yang paling sering digunakan adalah nada C sebanyak 42 kali. Sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada E’ yakni sebanyak 4 kali. 58 3.3.4.2 Jumlah Nada Lagu Indonesia Raya Frekuensi pemakaian nada pada lagu Indonesia Raya ini dapat dilihat pada garis paranada di bawah ini. 5 15 18 16 5 26 24 27 20 21 15 Dari gambar di atas, dapat dilihat frekuensi pemakaian dari setiap nada yang mana nada yang paling sering digunakan adalah nada D’ sebanyak 27 kali. Sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada D dan A yakni sebanyak 5 kali. 3.3.4.3 Jumlah Nada Lagu Himne Angkatan Darat Frekuensi pemakaian nada pada lagu ini dapat dilihat pada garis paranada di bawah ini. 4 2 2 39 29 21 17 25 13 4 Dari gambar di atas, dapat dilihat frekuensi pemakaian dari setiap nada yang mana nada yang paling sering digunakan adalah nada G’ sebanyak 39 kali. 59 Sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada Eb’ dan F’ yakni sebanyak 2 kali. 3.3.5 Interval Interval merupakan jarak antara nada yang satu dengan yang lainnya (Mnoff,1991:71). Dari hasil transkripsi ketiga lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Lagu Himne Angkatan Darat, maka penulis menentukan interval dari setiap lagu dan membaginya ke dalam interval naik dan interval turun. Untuk melihat lebih jelas lagi maka penulis membuat tabel berikut dibawah ini: 3.3.5.1 Interval Lagu Taruna Jaya Interval Posisi Naik Total Turun 1P 17 2m 7 4 11 2M 39 26 65 3m 3 3 3M 4 4 7 5 12 3 1 4 4P 17 5dim 5P 6m 6M 60 Jumlah 73 43 116 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul adalah interval 2M, yaitu sebanyak 67 kali. Sedangkan interval yang paling sedikit muncul adalah interval 3m, yaitu sebanyak 3 kali. Dan apabila dilihat dari posisinya, interval naik memiliki jumlah sebanyak 73 kali. Sedangkan interval turunnya memiliki jumlah sebanyak 43 kali. Hal ini berarti bahwa lagu tersebut memiliki banyak nada berdekatan dengan posisi naik. 3.3.5.1 Interval Lagu Indonesia Raya Interval Posisi Naik Total Turun 1P 74 74 2m 5 17 22 2M 10 40 50 3m 7 6 13 3M 2 5 7 4P 9 5 14 5dim 5P 6m 4 4 61 6M 3 Jumlah 113 3 73 186 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul adalah interval 1P, yaitu sebanyak 74 kali. Dan interval kedua paling sering muncul adalah interval 2M, yaitu sebanyak 50 kali. Sedangkan interval yang paling sedikit muncul adalah interval 6M, sebanyak 3 kali dan interval 6m sebanyak 4 kali. Dan apabila dilihat dari posisinya, interval naik memiliki jumlah sebanyak 113 kali. Sedangkan interval turunnya memiliki jumlah sebanyak 73 kali. Hal ini berarti bahwa lagu tersebut memiliki banyak nada berdampingan dan berdekatan dengan posisi naik. 3.3.5.1 Interval Lagu Himne Angkatan Darat Interval Posisi Naik Total Turun 1P 30 30 2m 19 22 41 2M 23 26 49 3m 1 9 10 5 5 3M 4P 7 7 5dim 62 5P 2 2 6m 6M Jumlah 82 62 144 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul adalah interval 2M, yaitu sebanyak 49 kali. Sedangkan interval yang paling sedikit muncul adalah interval 5P, yaitu sebanyak 2 kali. Dan apabila dilihat dari posisinya, interval naik memiliki jumlah sebanyak 82 kali. Sedangkan interval turunnya memiliki jumlah sebanyak 62 kali. Hal ini berarti bahwa lagu tersebut memiliki banyak nada berdekatan dengan posisi naik. 3.3.6 Pola Kadensa (cadence patterns) Pengertian kadensa adalah pergerakan nada akhir dari suatu frasa lagu. Pola kadens dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu semi kadens (half cadence) dan kadens penuh (full cadence). Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak lengkap atau tidak selesai dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih lanjut. Sedangkan kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang terasa selesai sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan untuk menambah gerakan ritem. 3.3.6.1 Pola Kadensa Lagu Taruna Jaya 63 Pola semi kadens (half cadence) terdapat pada : Birama ke-15 Birama ke-17 Birama ke-19 Birama ke-28 Birama ke-29 Birama ke-31 Birama ke-33 Birama ke-35 Pola kadens penuh (full cadence) yaitu terdapat pada : Birama ke-11 Birama ke-27 64 3.3.6.2 Pola Kadensa Lagu Indonesia Raya Pola semi kadens (half cadence) terdapat pada : Birama ke-5 Birama ke-9 Birama ke-17 Birama ke-25 Birama ke-29 Pola kadens penuh (full cadence) yaitu terdapat pada : Birama ke-34 3.3.6.3 Pola Kadensa Lagu Himne Angkatan Darat Pola semi kadens (half cadence) terdapat pada : Birama ke-16 65 Birama ke-24 Birama ke-28 Pola kadens penuh (full cadence) yaitu terdapat pada : Birama ke-8 Birama ke-36 sampai ke-38 : 3.3.7 Formula Melodik (melodie formula) Melodi berasal dari bahasa Yunani yaitu meloidia yang artinya bernyanyi atau berteriak. Namun berdasarkan kamus online Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, melodi adalah: A rhythmically organized sequence of single tones so related to one another as to make up a particular phrase or idea. [sebuah nada yang disusun secara berurutan sehingga setiap nada berkaitan dan membentuk sebuah frasa atau ide tertentu] Dalam mendeskripsikan fomula melodik, ada tiga hal penting yang akan dibahas yaitu bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah suatu aspek yang menguraikan tentang organisasi musikal. Unit terkecil dari suatu melodi disebut 66 dengan motif, yaitu tiga nada atau lebih yang menjadi ide sebagai pembentukan melodi. Gabungan dari motif adalah semi frasa, dan gabungan dari semi frasa disebut dengan frasa (kalimat). Menurut William P Malm dalam bukunya Musical Cultures of The Pasific The Near East and Asia (1977:8), bentuk dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu : 1. Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan 2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian. 3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi pentimpangan melodis. 4. Strofic, yaitu apabila bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama namun menggunakan teks yang baru. 5. Progressive, yaitu apabila bentuk nyanyian selalu berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Nettl dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology, mengatakan bahwa untuk mendeskripsikan bentuk suatu komposisi, ada beberapa patokan yang dipakai untuk membagina ke dalam berbagai bagian, yaitu: 1. Pengulangan bagian komposisi yang diulangi bisa dianggap sebagai satu unit. 2. Frasa-frasa istirahat bisa menunjukkan batas akhir suatu unit. 67 3. Pengulangan dengan perubahan (misal, transposisi lagu atau pengulangan pola ritmis dengan nada-nada yang lain). 4. Satuan teks dalam musik vokal, seperti kata atau baris. Dalam hal ini penulis membagi bentuk dalam lagu-lagu yang dianalisa dengan patokan poin kedua diatas, yaitu membagi dengan berdasarkan frasa-frasa istirahat. 3.3.7.1 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Taruna Jaya Birama Frasa 3-7 A1 8- 11 A2 12-13 B 14-15 C1 16-17 C2 18-19 C3 20-23 A1 24-27 A2 28-29 B 30-31 C1 32-33 C2 34-35 C3 68 Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A2 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2 Setelah dianalisa, bentuk lagu Taruna Jaya dapat diuraikan sebagai A1-A2-B-C1C2-C3, bentuk ini terdapat pada birama pertama sampai dengan birama ke-19. Lagu ini mengalami pengulangan dengan bentuk yang sama pada birama ke-20 sampai dengan birama ke-35. Dengan demikian bentuk pada lagu ini dapat digolongkan ke dalam bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan. 69 3.3.7.2 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Indonesia Raya Birama Frasa 1-5 A1 6-9 A2 10-13 A3 14-17 B 18-21 C1 22-25 C2 26-29 D1 30-34 D2 Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A2 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A3 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B 70 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D1 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D2 Bentuk lagu Indonesia Raya di atas dapat diurutkan sebagai A1-A2-A3-BC1-C2-D1-D2. Bentuk A, C, dan D sama-sama mengalami pengulangan namun terdapat sedikit perubahan pada melodi akhirnya. Dengan demikian bentuk dari lagu tersebut sesuai dengan pendapat Malm adalah Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi pentimpangan melodis. Setelah lagu ini dimainkan sampai birama yang terakhir yakni birama yang ke-33, lagu ini kembali dimainkan dari mulai birama yang ke-26 sampai birama yang ke-34. Tentu hal ini merupakan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk 71 nyanyian yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama. Notasi dapat dilihat pada gambar berikut. 3.3.7.3 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Himne Angkatan Darat Birama Frasa 1-8 C 13-16 A 17-20 B 21-24 C Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A 72 Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B Bentuk pada lagu ini adalah C-A-B-C. Lagunya dimulai pada birama yang ke-13, namun pada birama pertama sampai pada birama yang ke-8 terdapat sebuah frasa yang sama persis dengan frasa pada birama yang ke-21 sampai pada birama yang ke-24. Dengan demikian lagu ini diawali dan diakhiri sebuah frasa yang sama. Hal ini menunjukkan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama. 3.3.8 Kontur (contour) Kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai ddengan menarik garis. Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm dan Jonson 2000:76), antara lain: 1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi. 2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke nada yang lebih rendah. 3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang 73 rendah. Atau sebaliknya dari nada yang tinggi ke nada yang lebih rendah kemudian kembali ke nada yang lebih tinggi. 4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian sejajar. 5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap. 3.3.8.1 Kontur pada Lagu Taruna Jaya Kontur di atas menunjukkan melodi pada lagu Taruna Jaya ini bersifat Pendulous, dimana melodi awalnya berada pada nada yang lebih tinggi, kemudian bergerak ke nada yang lebih rendah dan selanjutnya kembali ke nada yang lebih tinggi. Sedangkan bentuk kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat Pendoulos yang tidak hanya menggambarkan nada dari yang lebih tinggi menuju nada yang lebih rendah, kemudian naik kembali menuju nada yang lebih tinggi. Tetapi dilanjut dengan pergerakan menuju ke nada yang lebih rendah. Notasi di atas berada pada birama yang ke-21 sampai birama yang ke-22 pada lagu Taruna Jaya. 74 3.3.8.2 Kontur pada Lagu Indonesia Raya Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat descending, yaitu dari nada yang lebih tinggi menuju nada yang lebih rendah. Notasi tersebut terdapat pada birama ke-4 sampai birama ke-5. Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap. Notasi tersebut terdapat pada birama yang ke-18. Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat pendulous, yaitu nada yang lebih tinggi bergerak menuju nada yang lebih rendah, kemudian kembali ke nada yang lebih tinggi. Notasi pada gambar di atas terdapat pada birama yang ke-19 sampai ke-20. Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga. 75 3.3.8.3 Kontur pada Lagu Himne Angkatan Darat Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat descending, yaitu dari nada yang lebih tinggi menuju nada yang lebih rendah. Notasi tersebut terdapat pada birama ke-13 sampai birama ke-14. Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat ascending, yaitu dari nada yang lebih rendah menuju nada yang lebih tinggi. Notasi tersebut terdapat pada birama ke-15 sampai birama ke-16. Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat pendulous, yaitu nada yang lebih tinggi bergerak menuju nada yang lebih rendah, kemudian kembali ke nada yang lebih tinggi. 3.4. Analisis Ritem Dalam menganalisis ritem permainan marching band Canka Dhira Dharma ini, penulis melakukan pendekatan dengan melihat tempo, pola ritem, motif, dan 76 meter yang digunakan. Dalam hal ini pada lagu yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Himne Angkatan Darat. 3.4.1 Analisis Ritem pada Lagu Taruna Jaya Pada saat upacara Pedang Pora ini akan dilangsungkan, terlebih dahulu para pemain musik akan memberikan aba-aba bahwa upacara akan segera dimulai. Aba-aba tersebut disampaikan melalui iringan permainan snare drum, middle drum, dan bass drum saja. Iringan ini hanya menggunakan dua motif saja, kemudian diulang-ulang secara terus-menerus sampai upacara siap untuk dimulai. Untuk membatasi diskusi pola ritem pada lagu ini, penulis hanya akan menganalisis ritem yang dimainkan oleh snare drum saja. Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum di atas adalah sebagai berikut: 1. Tempo M.M. : 110 2. Durasi not : 3. Motif ritem : motif A pada birama ke dua pada gambar di atas (1/4), (1/8), dan (1/16) Motif B pada birama ke tiga pada gambar di atas 77 4. Meter : 4/4 yaitu terdapat empat ketuk not seperempat pada setiap biramanya. Sesudah upacara dimulai, pola ritem snare drum ini hanya memiliki satu motif saja, yakni untuk mengiringi lagu Taruna Jaya dari awal hingga selesai. Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum di atas adalah sebagai berikut: 1. Tempo M.M. : 85 2. Durasi not : 3. Motif Ritem : (1/4) , (1/8), dan (1/16) 4. Meter: 4/4 yaitu terdapat empat ketuk not seperempat pada setiap biramanya. 3.4.2 Analisis Ritem pada Lagu Indonesia Raya Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum pada lagu Indonesia Raya (pada lampiran) adalah sebagai berikut: 78 1. Tempo M.M. : 100 2. Durasi not : (1/4 buzz roll) (1/4) , (3/16), (1/16) 3. Motif ritem: Motif A pada birama 4-5 dan birama 8-9 Motif B pada birama 26-27 dan birama 30-31 Motif C pada birama 28-29 4. Meter : 4/4 3.4.3 Analisis Ritem pada Lagu Himne Angkatan Darat Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum pada lagu Himne Angkatan Darat (pada lampiran) adalah sebagai berikut: 1. Tempo M.M. : 110 2. Durasi not : (1/4), (1/8), dan 3. Motif ritem : Motif A pada birama 1-2 79 (1/16) Motif B pada birama 3-4 Motif C pada birama 9-10 dan birama 11-12 birama 9 dan 11 birama 10 dan 12 Motif D pada birama 13-24 Motif E pada birama 25-26 dan birama 27-28 Motif F pada birama 29 dan birama 30 Motif G pada birama 31-32 80 Motif H pada birama 35-36 dan birama 37-38 4. Meter : 4/4 81 BAB IV PENGGUNAAN DAN FUNGSI MARCHING BAND YON ZIPUR I CANKA DHIRA DHARMA, KODAM BUKIT BARISAN MEDAN 4.1 Penggunaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Mengacu kepada pendapat Alan P Merriam tentang sepuluh fungsi musik (Merriam 1964:225), penggunaan suatu musik diartikan dengan melihat kapan, dimana, dan bagaimana musik itu dipakai atau dimainkan. Dengan demikian si penulis juga dalam hal ini mendeskripsikan kapan, dimana, dan bagaimana marching band Yon Zipur I DhiraDharma ini dimainkan. Berdasarkan kerangka pemikiran inilah penulis akan menjelaskan bagaimana penggunaan marching band ini dimainkan, yakni: 1. Waktu Penggunaan Hal ini berbicara tentang waktu, yaitu pada saat bagaimana marching band tersebut dimainkan. Apakah pada saat adanya hari besar yang mana harus diperingati, apakah pada saat adanya suatu peristiwa seperti upacara, pernikahan, dan pengangkatan, atau apakah pada saat adanya undangan untuk ikut berpartisipasi mengisi suatu acara. 2. Tempat Penggunaan Hal ini berbicara tentang tempat, yaitu dimana marching band tersebut dimainkan. Apakah di lapangan tempat dimana sebuah upacara 82 dilaksanakan ataukah di jalan raya tempat dimana masyarakat umum dapat menyaksikannya. 3. Cara Penggunaan Hal ini berbicara tentang bagaimana penyajian permainan marching band ini dilaksanakan. Ada beberapa format dimana marching band ini dilaksanakan (Irawan 2010: 24), yakni: (1) standstill concert, adalah bentuk penampilan konser dan statis, dimana pemainnya tidak berpindah-pindah tempat dan tidak melakukan atraksi yang mana mayoret dan pembawa bendera tidak diikutsertakan, (2) defile, adalah bermain musik sambil berjalan mengelilingi suatu kota atau wilayah. Biasanya digunakan pada saat hari besar, pawai, atau HUT, (3) display, adalah bermain musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi. Format ini biasanya dilakukan pada saat adanya pertandingan atau kompetisi, (4) parade, adalah penampilan suatu marching band di hari-hari besar dengan unit marching band lain, membentuk suatu pawai, (5) long march, merupakan suatu format yang hampir sama dengan defile namun lebih memiliki rute yang lebih panjang. Pada penjelasan bab sebelumnya bahwa penulis menggolongkan jenis permainan marching band ini ke dalam dua kategori berdasarkan tujuannya, yaitu tujuan militer dan tujuan non-militer. Kategori Tujuan Militer ini maksudnya adalah drum band yang dimainkan berada dalam konteks upacara rutinitas yang 83 berada di bawah naungan agenda KODAM/Yon Zipur. Sedangkan kategori tujuan non-militer adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda KODAM/Yon Zipur. Oleh sebab itu maka penulis menguraikan penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma sebagai berikut. 4.1.1Penggunaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Berdasarkan Kategori Militer Penggunaan marching band berdasarkan kategori militer ini biasanya bersifat formal dan selalu dimainkan ketika suatu upacara dilangsungkan. Dengan demikian permainan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma pada kategori ini tidak untuk dipertontonkan atau dipertunjukkan untuk kalangan umum. Berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang dikumpulkan oleh si penulis, maka beberapa penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma berdasarkan kategori militer adalah sebagai berikut: a) Upacara rutinitas setiap hari Senin Merupakan sebuah upacara rutin dimana setiap hari senin marching band ini akan turut mengiringi upacara tersebut sampai selesai. Upacara ini berlangsung mulai pukul 07.00 wib sampai selesai di lapangan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Pada awalnya marching band ini akan memasuki lapangan terlebih dahulu yakni berjalan sambil memainkan musik dengan format dua baris. Kemudian seluruh peserta upacara yaitu para anggota militer akan mengikuti 84 mereka di belakang sambil memasuki lapangan. Setelah memasuki lapangan para pemain marching band mengambil posisi dan berbaris pada tempat yang sudah ditentukan. Upacara dimulai dengan memainkan lagu himne KODAM Bukit Barisan, kemudian lagu mengheningkan cipta, dan lagu Indonesia Raya. Setelah upacara selesai marching band ini kembali lebih dahulu meninggalkan lapangan upacara sambil memainkan lagu dan kemudian diikuti oleh peserta upacara. Secara keseluruhan, bentuk penampilan marching band ini digolongkan ke dalam format standstill concert, dimana pemain tidak berpindah tempat serta tidak melakukan atraksi. b) Upacara rutinitas setiap tanggal 17 pada setiap bulannya Pada dasarnya format keseluruhan upacara ini sama dengan format upacara setiap hari seninnya. Yang membedakan adalah tempat dimana upacara ini dilaksanakan. Tempat pelaksanaan upacara ini adalah di lapangan Komando Daerah Militer Bukit Barisan, Medan. c) Upacara Pedang Pora Upacara Pedang Pora merupakan sebuah tradisi pada lingkungan perwira TNI untuk memberikan penghormatan ketika seorang perwira sedang melangsungkan pernikahan. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada saat resepsi pernikahan dilangsungkan. Biasanya bertempat di gedung resepsi pernikahan atau di rumah mempelai. Format upacara Pedang Pora yang dibawakan oleh marching band Zipur I Dhira Dharma 85 ini pada umumnya terdiri dari tujuh belas orang pemain marching band, yakni satu orang penata rama, dua orang pemain bass drum, dua orang pemain tenor drum, empat orang pemain snare drum, dua orang pemain bellyra, dan enam orang pemain terompet. Selain itu terdapat dua belas orang anggota militer yang bertugas untuk membawa pedang, dan satu orang komandan upacara. Ketiga belas anggota militer tersebut merupakan adik junior dari perwira yang sedang melangsungkan pernikahan tersebut. Menjelang upacara ini dimulai, para pemain marching band sudah mengambil tempat terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan. Kemudian mereka akan memainkan alat musik snare drum, tenor drum dan bass drum terlebih dahulu, yang mana menandakan bahwasannya upacara tersebut akan segera dan siap untuk dimulai. Sebelum mempelai laki-laki dan perempuan memasuki ruangan resepsi, kedua belas pembawa pedang tersebut sudah membentuk formasi berbanjar saling berhadap-hadapan di depan pintu masuk ruangan resepsi. Sementara komandan upacara menyampaikan laporan kepada mempelai laki-laki yang sudah siap untuk memasuki ruangan di depan pintu masuk. Formasi berbanjar memiliki makna bahwa semua peserta upacara yakni adik-adik perwira dari mempelai laki-laki turut bersukacita menghantarkan sang mempelai ke gerbang kebahagiaan dalam menempuh bahtera hidup yang baru. Setelah mempelai masuk, maka mereka berhenti di depan pelaminan, sementara anggota militer yang 86 bertugas membawa pedang mengikuti dari belakang dan membentuk formasi melingkar mengitari mempelai setelah berhenti di depan pelaminan. Selama sang mempelai dan para anggota militer yang bertugas membawa pedang berjalan menuju pelaminan, pemain marching band memainkan lagu Taruna Jaya sampai mereka berhenti di depan pelaminan. Lagu tersebut merupakan lagu yang secara khusus dimainkan pada upacara Pedang Pora untuk mengiringi para mempelai berjalan menuju pelaminan. Ketika berhenti di depan pelaminan, maka lagu tersebut akan selesai dimainkan. Setelah itu komandan upacara akan menyampaikan laporan kembali kepada sang mempelai, dan kemudian para pembawa pedang akan menghunuskan pedangnya kearah atas kepala sang mempelai sehingga membentuk sebuah payung. Hal ini memiliki makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup dalam memulai bahtera hidup yang baru. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemberian cincin dan pakaian persit oleh komandan batalyon dimana tempat mempelai laki-laki bertugas. Cincin untuk mempelai laki-laki diberikan oleh komandan batalyon, sedangkan cincin untuk mempelai perempuan diberikan oleh istri daripada komandan batalyon tersebut. Pemberian cincin ini memiliki makna sebagai tanda ikatan batin kedua mempelai yaitu akan bersama-sama dalam mengrungi bahtera kehidupan yang baru. Selanjutnya pemberian seperangkat pakaian persit dilakukan 87 oleh istri daripada komandan batalyon tersebut kepada mempelai perempuan. Hal ini merupakan simbol bahwa secara resmi mempelai perempuan telah menjadi anggota satuan batalyon tempat dimana mempelai laki-laki ditugaskan atau ditempatkan. Setelah pemberian itu selesai dilaksanakan, acara dilanjutkan kembali dengan penyampaian ucapan selamat dan berbahagia dalam menempuh hidup baru dari para adik kelas atau junior (dalam hal ini diwakilkan oleh seorang protocol yang juga merupakan seorang anggota militer) sang mempelai laki-laki tersebut. Sebelum kedua mempelai dipersilahkan untuk naik ke pelaminan, terlebih dahulu akan dinyanyikan lagu Himne Taruna oleh semua anggota upacara termasuk mempelai laki-laki. Dan untuk mengakhiri upacara Pedang Pora ini, para peserta upacara akan mengikuti mempelai untuk naik ke pelaminan setelah komandan upacara menyampaikan laporan terlebih dahulu kepada mempelai laki-laki. Setelah naik ke pelaminan maka semua peserta upacara dipersilahkan untuk berfoto bersama dengan kesua mempelai. Secara keseluruhan, bentuk penampilan marching band pada upacara Pedang Pora ini digolongkan ke dalam format standstill concert, dimana pemain tidak berpindah tempat serta tidak melakukan atraksi. 88 d) Upacara peringatan Hari Besar Nasional Pada umumnya Hari Besar Nasional yang dipringati adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia, hari Pahlawan, hari ulang tahun Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan hari Besar Nasinoal lainnya. Penampilan format marching band yang dilakukan tergantung pada hari besar yang diperingati. Pada hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia misalnya, format marching band yang digunakan memang tidak jauh berbeda dengan format marching band ketika mengadakan upacara setiap hari senin atau setiap tanggal 17-nya. Tetapi ketika upacara selesai dilaksanakan, biasanya akan ada parade yaitu pemain marching band akan bermain sambil berkeliling sesuai dengan rute yang sudah ditentukan. Namun pada peringatan hari besar lainnya, secara keseluruhan bentuk penampilan marching band yang dimainkan digolongkan ke dalam format standstill concert, yaitu permainan marching band yang mana pemainnya tidak berpindah tempat serta tidak melakukan atraksi. 4.1.2 Penggunaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Berdasarkan Kategori Non-Militer Pengkategorian berdasarkan tujuan non-militer ini adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda KODAM atau Yon Zipur. Permainan marching band pada kategori ini biasanya lebih bersifat terbuka 89 untuk kalangan masyarakat, karena secara khusus memang untuk dipertunjukkan dan dipertontonkan bagi kalangan umum. Berbeda dengan kategori untuk tujuan militer yakni biasanya bersifat formal, dan hanya dimainkan ketika ada upacara kenegaraan. Pada kategori non-militer ini, penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma memiliki ruang lingkup permainan yang lebih luas. Bahkan mereka bisa bermain sampai ke luar kota Medan. Tidak jarang mereka diundang bermain untuk mengisi acara, baik dari kalangan masyarakat, organisasiorganisasi, bahkan sampai instansi Negara. Selain itu mereka juga berani menunjukkan kemampuan mereka dengan mengikuti festifal marching band yang ada. Berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang dikumpulkan oleh si penulis, maka beberapa penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma berdasarkan kategori militer adalah sebagai berikut: a) Display Menurut hasil wawancara dengan Letnan Nurman pada bulan Februari 2013 di batalyon Zipur, marching band Zipur I Dhira Dharma ini akan bermain sambil berkeliling di daerah masyarakat sekitar batalyon Zipur setiap tiga bulannya. Mereka menyebutkan peristiwa ini dengan istilah display, istilah tersebut dalam dunia marchig band memiliki makna yaitu bermain musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi. Format ini biasanya dilakukan pada saat adanya pertandingan atau kompetisi. Namun dalam hal ini format ini 90 digunakan untuk memperkenalkan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma kepada kalangan masyarakat untuk dihibur. Sebelum mereka membentuk barisan, terlebih dahulu mereka akan menggunakan atribut lengkap seperti topi dan topeng yang menyerupai harimau dan burung elang, jubah harimau, sarung tangan harimau, stick atau tongkat untuk para mayoret, dan berbagai atribut yang dipergunakan untuk menghiasi alat musik yang mereka pakai. Setelah itu mereka akan membentuk sebuah barisan di depan batalyon Zipur dan siap untuk bermain sambil berkeliling sesuai dengan rute yang sudah ditentukan. Sang mayoret akan mengambil alih komandan barisan yang mana bertugas untuk memberi aba-aba bagi seluruh personil marching band. Ditengah perjalanan mereka sambil memainkan marching band tersebut, tidak jarang mereka akan berhenti ditengah jalan untuk mempertunjukkan atraksi-atraksi sirkus seperti melemparkan tongkat ke atas setinggi-tingginya, para pemain bass drum akan saling melemparkan alat musiknya kepada pemain lain untuk bertukar, menggigit alat musik bass drum sambil berdiri diatas susunan alat musik bass drum yang telah dibentuk sampai bertingkat, membentuk sebuah formasi, dan sebagainya. Setelah rute yang sudah ditentukan siap dikelilingi, maka mereka kembali ke batalyon untuk mengakhiri permainan mereka. Bentuk penampilan marching band yang dimainkan digolongkan ke dalam format display yaitu 91 bermain musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi. Namun secara keseluruhan bentuk penampilan marching band ini adalah defile, yaitu bermain musik sambil berjalan mengelilingi suatu kota atau wilayah. b) Undangan main Pada suatu perayaan tertentu marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini terkadang mendapatkan undangan main untuk mengisi acara, ataupun untuk bergabung mengikuti sebuah parade ataupun pawai. Pada tanggal 13 April 2013 yang lalu misalnya, marching band ini diundang oleh batalyon Resimen Induk Kodam (Rindam) I Pematang Siantar untuk bermain mengisi acara pada sesi acara bebas upacara kelulusan prajurit baru dari pendidikan Sekolah Calon Tamtama (Secata). Setelah upacara selesai dilaksanakan, marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini diundang untuk bermain untuk menghibur semua peserta upacara, orang tua beserta keluarga daripada prajurit baru, serta semua masyarakat yang hadir. Kurang lebih tiga puluh menit marching band ini bermain menunjukkan kemampuannya dengan berbagai atraksi untuk menghibur semua yang main. Sama seperti ketika mereka akan melakukan display, mereka akan menggunakan atribut lengkap seperti topi dan topeng yang menyerupai harimau dan burung elang, jubah harimau, sarung tangan harimau, stick atau tongkat untuk para mayoret, dan berbagai atribut yang dipergunakan untuk menghiasi alat musik yang mereka pakai. Bentuk penampilan marching band yang 92 dimainkan ini digolongkan ke dalam format display yaitu bermain musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi. Pada tanggal 24 April 2013, marching band ini kembali di undang oleh Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk bermain pada perayaan ulang tahun Provinsi Sumatera Utara. Pada saat itu Pemerintah Kota Medan berencana menggelar parade besar-besaran yang diikuti oleh perwakilan setiap suku dari semua suku yang ada di Sumatera Utara. Tidak hanya itu, parade ini juga diikuti oleh marching band lain dan berbagai komunitas seperti komunitas kendaraan-kendaraan kuno seperti mobil, sepeda motor dan sepeda. Pada saat itu marching band Yon Zipur I Dhira Dharma berada pada barisan paling depan untuk membuka dimulainya pawai tersebut. Kurang lebih semua peralatan, perlengkapan, atribut dan penyajian gaya permainan mereka sama ketika mereka melakukan display. Namun dalam hal ini mereka bergabung dengan anggota lain untuk melakukan pawai. Sehingga secara keseluruhan bentuk penampilan marching band yang dimainkan ini digolongkan ke dalam format parade, yaitu penampilan suatu marching band di hari-hari besar dengan unit marching band lain, membentuk suatu pawai. c) Mengikuti Festival Meskipun sebagai marching band yang ditugaskan untuk acaraacara yang bersifat formal, seperti halnya marching band yang lain, marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini memiliki keterbukaan 93 untuk mengikuti festival yang ada. Menurut informasi yang didapat dari Letnan Nurman (danton) dan Bapak Antorikson Sinaga (mayoret), marching band Zipur I Dhira Dharma ini pernah menjuarai festival marching band pada Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT) beberapa tahun silam. Bentuk penampilan marching band yang dimainkan digolongkan ke dalam format display yaitu bermain musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi. d) Kegiatan Lain Kadang kala batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma ini melakukan kegiatan yang bisa dibilang sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh anggota militer namun berada diluar kegiatan wajib satuan batalyon. Seperti adanya kegiatan olahraga seperti futsal, sepak bola, bela diri, lari, dan cabang olah raga lainnya. Dalam hal ini, penulis pernah menjumpai adanya kegiatan turnamen futsal yang digelar oleh satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma untuk kalangan terbuka. Dari mulai anggota militer itu sendiri, anak sekolah, anak kuliah, bahkan sampai ke masyarakat biasa diperbolehkan untuk mengikuti turnamen ini. Pada saat turnamen ini akan dimulai, terlebih dahulu kegiatan ini dimulai dengan sebuah upacara singkat, dimana marching band Yon Zipur I Dhira Dharma juga turut serta mengiringi selama upacara berlangsung. Namun kurang lebih format yang dimainkan marching band ini sama dengan format permainan pada 94 upacara seperti biasa. Keseluruhan bentuk penampilan marching band yang dimainkan digolongkan ke dalam format standstill concert, yaitu permainan marching band yang mana pemainnya tidak berpindah tempat serta tidak melakukan atraksi. 4.2 Fungsi Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Menurut hematnya, Alan P. Merriam menjabarkan sepuluh fungsi musik pada umumnya, yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) penghayatan estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7) norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9) kesinambungan kebudayaan, dan (10) pengintegrasian masyarakat. Fungsi tersebut menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandangan luas. Dan kesepuluh fungsi umum ini akan mendasari pembahasan mengenai musik marching band Yon Zipur I Dhira Dharma berikut ini. 4.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional Musik mempunyai daya yang besar sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa atau emosi (misalnya rasa sedih, rindu, bangga, tenang, rasa kagum pada dunia hasil ciptaan Tuhan) bagi para pendengarnya (Merriam,1964:223). Reaksirekasi tersebut dapat berupa ekspresi langsung seperti menyanyi mengikuti lagu yang dimainkan atau mendengarkan secara tenang dan seksama tanpa banyak pengungkapan suasana hati yang terlihat secara langsung. 95 Salah satu faktor dalam menentukan reaksi suasana hati terhadapa musik marching band Yon Zipur I Dira Dharma adalah tempo musik yang dibawakan. Tempo sedang atau cepat cenderung untuk menunjukkan suasana riang, sedangkan tempo lambat menunjukkan suasana yang sedih atau hikmat. Tempo lambat pada umumnya dibawakan pada saat menjalani suatu upacara, dan biasanya pada saat pengibaran bendera ataupun saat mengheningkan cipta. Suasana pada saat ini terlihat sangat hikmat dan tenang. Sedangkan tempo sedang atau cepat dapat dijumpai saat kapanpun marching band ini dimainkan. Baik itu saat di dalam menjalankan upacara ataupun di luar konteks upacara. Pada saat tempo sedang atau cepat dimainkan, kita akan dapat menjumpai suasana yang bersemangat. Yakni ketika berbaris menuju dan meninggalkan lapangan atau tempat sebuah upacara dilaksanakan. Marching band ini akan dimainkan sementara para anggota militer mengikuti sambil berlari dan bernyanyi dengan semangat di belakangnya. Mengingat akan sejarah munculnya musik militer pada zaman peperangan dahulu, musik pada dasarnya hanya digunakan untuk memacu adrenalin dan semangat juang para prajurit dalam berperang. Mereka dituntut untuk menimbulkan rasa nasionalisme yang mendalam pada diri para prajurit supaya mereka tidak gentar ketika berperang. Berdasarkan hal itu, penulis berpendapat bahwa fungsi musik sebagai pengungkapan emosional merupakan fungsi musik yang paling utama dalam kemiliteran. Jika zaman dulu musik digunakan untuk tujuan perang yaitu berperang melawan musuh militer yang lain, pada saat ini 96 (sesuai dengan pengamatan yang dilakukan penulis dengan studi kasus di KODAM Bukit Barisan dan Yon Zipur I Dhira Dharma) musik juga digunakan untuk tujuan perang. Yaitu untuk memerangi kemalasan, supaya tetap semangat dalam melakukan tugas-tugas milier. Tentu saja hal ini bukan berarti bahwa kemanapun dan kapanpun para anggota militer bertugas, maching band ini akan selalu dimainkan untuk memacu semangat para prajurit militer. Tetapi kita akan melihat hal ini keika mereka akan melakukan upacara. Ketika marching band ini dimainkan, dengan sendirinya mereka akan berbaris sambil berlari dan bernyanyi dibelakang mengikuti para pemain marching band saat menuju dan meninggalkan lapangan upacara. Tidak hanya itu, penulis juga berpendapat bahwa ketika pengibaran bendera dilaksanakan, semua anggota militer yang hadir saat itu akan mengangkat tangan dan menghormat bendera selama penaikan bendera dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa, ada rasa hormat yang muncul ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Begitu juga halnya ketika mengheningkan cipta (yaitu untuk mengingat perjuangan dan jasa para pejuang kemerdekaan melawan penjajahan), iringan musik marching band yang pelan dan lembut juga akan mempengaruhi rasa rindu dan hormat ketika mereka mengenang jasa para pahlawan yang sudah wafat. 4.2.2 Fungsi Penghayatan Estetis Menurut Merriam, ada empat buah aumsi dalam mendefinisikan kata estetika. Keempat asumsi tersebut adalah: 97 a) Estetika adalah suatu konsep yang digunakan dalam kebudayaan Barat dan Timur untuk menyatakan sesuatu mengenai kesenian. b) Konsep estetika dengn berbagai macam konsep pemikiran cenderung lebih bersifat mengaburkan dan bukan memperjelas konsep-konsep pemikiran pokok yang dikandung oleh filsafat estetika. c) Dalam membahas estetika, biasanya hanya terpaku hanya pada satu macam seni saja. Dengan demikian para pakar telah menegaskan perbedaan antara kesenian murni dan kesenian terapan, maupun antara artis dan pengrajin. d) Tidak ada sesuatu benda atau kegiatan yang memiliki nilai estetika secara langsung. Maksudnya nilai estetika itu berasal dari si pencipta atau si pengamat itu sendiri yang memberikan nilai estetika kepada benda atau kegiatan tersebut. Setiap musik yang dimiliki masyarakat memiliki nilai-nilai estetis dan penilaian terhadap musik tersebut tergantung kepada anggota masyarakat itu sendiri maupun masyarakat luar (Merriam, 1964:223). Merriam juga mengisolir enam buah konsep khas atau faktor yang dapat menyimpulkan apakah suatu masyarakat memiliki pemahaman estetika yang memerankan fungsi tertentu. Ke enam faktor tersebut adalah: 1) Pemisahan psikis, yaitu mencakup kapasitas kemampuan seseorang individu untuk menjauhkan diri dari suatu obyek dan kemudian 98 mengamatinya dengan suatu tingkat obyektivitas tertentu. Maksudnya adalah musik dipisahkan dari konteks di mana musik itu biasanya didengarkan dan unsur-unsur penyusunnya dapat dikenali dan dianalisa. Dalam marching band Yon Zipur I Dhira Dharma tidak dijumpai pemisahan psikis, dimana marching band yang dimainkan memiliki makna tetap tertentu dan umumnya dimainkan pada saat-saat upacara dan konteks tertentu. 2) Manipulasi bentuk secara positif, merupakan bagian yang berpengaruh kuat pada budaya musik Barat, sebab perubahan dianggap sebagai suatu norma dan menjadi logis. Bila musik dianggap sebagai obyek yang abstrak, maka manipulasi bentuk secara otomatis hampir dipastikan akan selalu terjadi. Untuk memanipulasi bentuk diperlukan adanya konsepkonsep unsur bentuk. Dalam terminologi Barat, konsep-konsep unsur tersebut berkenaan dengan hal-hal seperti interval, melodi, irama, ketukan, keselarasan nada, dan yang lainnya. Konsep-konsep unsur tersebut jelas dapat dijumpai pada permainan yang dimainkan oleh marching band Yon Zipur I Dhira Dharma, seperti yang sudah dibahas di dalam bab III . 3) Sifat menggugah suasana hati pada musik yang dipahami hanya sebagai bentuk bunyi-bunyian. Dalam hal ini Merriam mencurahkan perhatiannya terhadap reaksi emosional yang tampak berlebihan terhadap bunyi musik seperti gembira, sedih, maupun bentuk-bentuk suasana hati yang kita kenal. Penulis berpendapat bahwa, tentu saja marching band ini memenuhi 99 kriteria tersebut seperti halnya telah dibahas pada fungsi musik sebagai pengungkapan emosional. 4) Pengakuan keindahan terhadap proses atau produk seni. Dalam masyarakat Barat keindahan merupakan sesuatu yang penting. Keindahan merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesenian. Selain menampilkan musiknya, pada umumnya marching band Yon Zipur I Dhira Dhama juga menampilan keindahan dari sisi atribut dan penampilan secara keseluruhan meliputi format atau formasinya. 5) Kesengajaan dalam menciptakan sesuatu yang estetik. Seniman Barat secara sengaja menciptakan suatu obyek atau bunyi-bunyian yang akan dikagumi secara estetik oleh mereka yang menyaksikan atau mendengarnya, dan unsur pengupayaan secara sadar ini menekankan kembali keabstrakan seni dari konteks kebudayaannya. Pada saat marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini dimainkan, kreativitas dari para pemain tidaklah dibutuhkan. Mereka memainkan secara totalitas apa yang sudah dilatih sebelumnya. 6) Keberadaan filsafat suatu materi estetik. Menurut Merriam, benar adanya jika dikatakan bahwa apa yang menjadi kekhasan konsep-konsep pemikiran Barat serta idealisme akan bentuk dan keindahan adalah bahasa estetika yang pasti. 100 Berdasarkan ke enam faktor tersebut, dapat ditentukan bahwa pada dasarnya marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini memenuhi kriteria tersebut di atas. Oleh sebab itu marching band ini dapat dikatakan memiliki fungsi estetika. 4.2.3 Fungsi Hiburan Pada setiap masyarakat di dunia, musik berfungsi sebagai alat hiburan karena musik dapat memberikan ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan tertentu kepada yang mendengar (Merriam 1964:224). Sama halnya ketika marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini sedang melakukan pawai, dimana mereka akan melakukan berbagai atraksi-atraksi yang dapat membuat para penonton merasa kagum dan akhirnya bertepuk tangan karena merasa puas dan terhibur. Ole sebab itu marching band yang dimainkan ketika mereka melakukan perayaan-perayaan seperti HUT kemerdekaan RI, HUT Provinsi Sumatera Utara, ataupun permainan yang ditampilkan untuk kalangan umum juga merupakan salah satu pemuas (hiburan). 4.2.4 Fungsi Komunikasi Musik mampu menyampaikan sesuatu (pesan) kepada siapa yang akan dituju yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang membentuk musik tersebut (Merriam, 1964:224). Merriam berpendapat bahwa kemungkinan yang paling jelas ialah komunikasi dihadirkan dengan cara menanamkan makna-makna simbolis ke dalam musik yang secara tidak disadari diakui oleh para warga 101 komunitas tersebut. Penanaman makna-makna simbolis dapa terjadi dalam salah satu dari kedua macam cara berikut: secara sadar atau secara bawah sadar. Bunyi musik dapat menyajikan suasana hati tertentu, baik itu sedih, gembira, semangat, ataupun yang lainnya. Dengan demikian bunyi musik dapat mengkomunikasikan lingkup-lingkup nuansa yang sesuai dengan musik yang dibunyikan. Pada saat marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini memainkan lagu Indonesia Raya atau lagu mengheningkan cipta misalnya, dalam hal ini tercipta suasana yang hikmat dengan munculnya suasana hati yang bisa dikatakan sedih ataupun rasa nasionalisme. 4.2.5 Fungsi Perlambangan Pada semua masyarakat, musik berfungsi sebagai lambang dari hal-hal, ideide, dan tingkah laku (Merriam 1964:225). Menurut Alan P. Merriam, ada empat macam cara bagaimana memandang kesenian sebagai sesuatu yang bersifat simbolis. Keempat macam cara tersebut adalah: 1) Melalui makna harafiah yang disajikan. Dalam menulis mengenai aspek simbolisme dalam kesenian ini, Merriam mengakui keberadaan makna harafiah dalam kesenian serta penyampaian ini jauh lebih mudah dipahami dalam bentuk-bentuk seni rupa dan tari-tarian dibandingkan dengan seni musik. 2) Melalui refleksi suasana hati dan makna. 102 3) Melalui refleksi nilai-nlai , pengaturan kondisi sosial dan perilaku budaya lain. Alan P.Merriam berpendapat bahwa musik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan dan sebagaimana aspekaspek kebudayaan lainnya, musik niscaya akan mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip umum yang mendasarinya yang menghidupkan kebudayaan tersebut secara menyeluruh. 4) Melalui prinsip-prinsip aplikasi universal secara luas. Menurut penulis, poin yang pertama di atas tentu memiliki hubungan makna dengan fungsi komunikasi. Musik dapat mengkomunikasikan lingkup-lingkup nuansa yang sesuai dengan musik yang dibunyikan. Pada saat mengheningkan cipta misalnya, tercipta suasana yang hikmat dengan munculnya suasana hati yang bisa dikatakan sedih ataupun rasa nasionalisme. Suasana hati yang muncul ini sekaligus memenuhi poin yang ke dua di atas yaitu melalui refleksi suasana hati. Ada saat dimana marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini akan bermain ketika mereka mendapat undangan main dari pihak tertentu. Dalam hal ini alasan yang diberikan kenapa mereka mengikuti undangan main tersebut adalah kontribusi22. Hal itu jelas menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunya sistem nilai dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Refleksi nilai-nilai perilaku sosial ini tentu sudah menunjukkan bahwa marching band Yon 22 Hasil wawancara dengan Kopral Antorikson Sinaga(mayoret marching band Yon Zipur I Dhira Dharma) pada tanggal 16 Februari 2013 di batalyon Yon Zipur. 103 Zipur I Dhira Dharma ini sudah melambangkan suatu tingkah laku atau perilaku sosial sebagai masyarakat Indonesia. 4.2.6 Fungsi Reaksi Jasmani Merriam (1964:224) berpendapat bahwa fungsi lain dari musik pada masyarakat adalah sebagai pengiring dan perangsang reaksi jasmani. Reaksireaksi ini dapat kita lihat mulai dari mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki hingga pada taraf yang lebih lanjut yakni gejala kesurupan. Pada pelaksanaan upacara misalnya, pada bagian pembahasan fungsi musik sebelumnya, yakni sebagai pengungkapan emosional telah disebutkan bahwa musik dapat menimbulkan rasa hormat ataupun rasa nasionalisme para militer baik kepada Negara ataupun para pahlawan. Dengan demikian ketika lagu Indonesia Raya dikumandangkan, semua para anggota militer akan mengankat tangan untuk menghormat bendera. Mengangkat tangan untuk menghormat bendera jelas merupakan sebagai suatu respon dari fisik manusia sehingga dapat dikatakan sebagai reaksi jasmani. Masih dalam konteks upacara, biasanya sebelum upacara dimulai (upacara pada setiap hari senin misalnya), ketika para anggota militer akan memasuki lapangan upacara, marching band akan dimainkan terlebih dahulu. Ketika marching band dimainkan, maka para anggota militer akan ikut bersorak sorai (misalnya ikut bernyanyi ataupun menyanyikan yel-yel) sambil berlari mengikuti marching band menuju lapangan upacara. Penulis menilai bahwa dengan dimainkannya marching band tersebut, maka musik telah 104 menimbulkan rasa semangat bagi para militer sehingga mereka dapat berlari dan bersorak-sorai menuju lapangan. Diluar konteks upacara, penulis juga menemukan beberapa kejadian yang dapat digolongkan ke dalam fungsi reaksi jasmani ini. Ketika melakukan display, seperti biasa permainan musik marching band ini dijadikan sebagai iringan musik bagi para mayoret dan pemain bass drum untuk melakukan atraksi. Atraksi ini bisa berupa melemparkan tongkat atau stick mayoret ke udara setinggi-tingginya. Atau para pemain bass drum yang memutar-mutarkan badannya sambil memainkan alat musiknya hingga melemparkannya kepada pemain lain untuk saling bertukar alat musik. Selain itu, mengingat display ini merupakan sebuah kegiatan yang secara khusus memang untuk dipertontonkan untuk kalangan masyarakat, maka ketika atraksi dilakukan penulis juga menemukan adanya sambutan dari para penonton yang turut memberikan semangat dan dukungan. Reaksi yang dapat dilihat pada kejadian ini diantaranya adanya masyarakat yang menyoraki dengan berteriak, ataupun dengan bertepuk tangan. Dalam kejadian ini penulis berpendapat bahwa ketika musik menimbulkan pengungkapan emosional yaitu pada upacara ini misalnya rasa hormat, kejadian itu dilanjutkan kembali dengan adanya respon fisik yakni mengangkat tangan dengan menghormat bendera misalnya. Atau ketika munculnya rasa semangat ketika akan berbaris menuju lapangan upacara, maka kemudian kita akan melihat respon fisik yang muncul yakni berlari sambil bersorak-sorai. 105 4.2.7Fungsi yang Berkaitan dengan Norma-norma Sosial Musik yang disampaikan bertujuan untuk pengendalian sosial dengan mengkritik orang-orang yang menyeleweng dari falsafah dan adat istiadat setempat, dan fungsi ini merupakan salah satu fungsi yang utama (Merriam 1964:225). Disini Merriam memfokuskan pada lirik-lirik lagu yang memainkan peran dalam kontrol sosial. Dalam kaitan ini ia menyinggung mengenai lagu-lagu yang digunakan pada saat upacara-upacara peresmian dan lagu-lagu yang pusat perhatiannya terhadap kelayakan dan ketidaklayakan. Meskipun fungsi ini sangat berhubungan dan berkaitan erat dengan sebuah upacara tradisional, namun dalam hal ini penulis juga menemukan fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial pada permainan yang ditampilkan oleh marching band Yon Zipur I Dhira Dharma. Memang dalam proses penyajiannya, marching band ini tidak memiliki lirik lagu. Sebaliknya, marching band ini justru memiliki perangkat nuansanya sendiri yang mengungkapkan nilai-nilai sosial dan keagamaan. Pada upacara Pedang Pora misalnya, dalam proses pelaksanaan upacara ini, ketika mempelai hendak memasuki ruang resepsi pernikahan hingga naik menuju pelaminan akan diiringi oleh permainan musik marching band. Selama melakukan upacara ini, para anggota upacara akan melakukan gerakangerakan yang memiliki symbol dan makna tersendiri. Pada saat itu juga seorang pemandu upacara akan menyampaikan makna dari setiap gerakan tersebut. Misalnya ketika melakukan formasi berbanjar, formasi ini memiliki makna bahwa semua peserta upacara yakni adik-adik perwira dari mempelai laki-laki turut 106 bersukacita menghantarkan sang mempelai ke gerbang kebahagiaan dalam menempuh bahtera hidup yang baru. Kemudian ketika membentuk formasi melingkar, kemudian para pembawa pedang akan menghunuskan pedangnya kearah atas kepala sang mempelai sehingga membentuk sebuah payung. Hal ini memiliki makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup dalam memulai bahtera hidup yang baru. Selain itu, pemberian seperangkat pakaian persit yang dilakukan oleh istri daripada komandan batalyon kepada mempelai perempuan merupakan simbol bahwa secara resmi mempelai perempuan telah menjadi anggota satuan batalyon tempat dimana mempelai laki-laki ditugaskan atau ditempatkan. Dari ketiga makna tersebut dapat kita lihat bahwa terdapat nilai moral dan nilai keagamaan yang disampaikan secara jelas. 4.2.8 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama Menurut Merriam (1964:225) bahwa sistem-sistem agama biasanya didukung dan disahkan oleh mitos-mitos dan legenda-leganda; mitos dan legenda tersebut seingkali dinyanyikan dengan iringan musik. Tentu saja ungsi ini berkaitan erat dengan fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial. Dalam hal ini penulis melihat bahwa pemberian seperangkat pakaian persit yang dilakukan oleh istri daripada komandan batalyon kepada mempelai perempuan pada upacara Pedang Pora sudah menunjukkan bahwa musik (yang dimainkan oleh marching band) memiliki fungsi sebagai pengesahan lembaga sosial. Hal ini 107 dikarenakan kegiatan itu merupakan simbol bahwa secara resmi mempelai perempuan telah menjadi anggota satuan batalyon tempat dimana mempelai lakilaki ditugaskan atau ditempatkan. 4.2.9 Fungsi Kesinambungan Kebudayaan Saat membahas mengenai kesinambungan dan stabilitas suatu kebudayaan, Merriam menekankan bahwa musik memenuhi berbagai fungsi sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Hal ini merupakan rangkuman dari nilai-nilai dan konsep-konsep penting dalam sistem kebudayaan. Menurut Merriam (1964:226) musik berfungi sebagai wahana pengajaran adat menyambungkan sebuah masyarakat dengan masa lampaunya, menjamin kesinambungan dan stabilitas kebudayaan sampai generasi penerus. Pengesahan nilai-nilai kultural dan keagamaan sebagaimana tertuang dalam rangkaian permainan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma pada berbagai upacara yang dilaksanakan biasanya dimainkan oleh pemain (yang juga merupakan anggota militer) yang lebih muda. Pemain-pemain senior yang sudah berumah tangga biasanya sudah tidak ikut serta lagi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh marching band tersebut. Pada konteks upacara Pedang Pora misalnya, semua peserta upacara yang melaksanakan upacara itu haruslah seorang adik kelas atau junior dari mempelai laki-laki. Dari sudut pandang sebagai seorang peneliti, penulis melihat ini bukanlah sesuatu hal yang tidak disengaja. Menyerahkan kegiatan (upacara) ini untuk dilaksanakan kepada angkatan yang 108 lebih muda, menurut penulis hal ini sudah merupakan regenerasi untuk melanjutkan warisan atau kebudayaan yang sudah ada (pada kegiatan kemiliteran). 4.2.10 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat Menurut Merriam (1964:224) bahwa pertunjukan-pertunjukan musik tradisional menimbulkan rasa kebersamaan dalam hati, kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai satu sistem nilai, satu gaya kehidupan dan satu gaya kesenian sehingga musik dapat meningkatkan rasa solidaritas kelompok. Keikutsertaan kelompok dalam kegiatan-kegiatan yang mengharuskan koordinasi dan kerjasama dari seluruh anggotanya cenderung bersifat mempersatukan dan melekatkan kelompok tersebut. Oleh sebab itu, sama halnya dalam permainan musik marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini, para pemain yang berjumlah cukup banyak (hingga 50 orang) telah melibatkan dirinya pada suatu kegiatan kerjasama yang memiliki aspek-aspek positif berupa kesempatan untuk berbagi dan mengungkapkan nilai-nilai bersama. Hasil akhirnya adalah berupa rasa aman dan kebersamaan antar sesame anggota militer dan pemain musik. Selain itu, fungsi pengintegrasian masyarakat ini dapat dijumpai ketika marching band Zipur I Dhira Dharma diundang oleh pihak-pihak tertentu untuk pawai bersama. Ketika ditanya alasan mereka mengikuti undangan tersebut, maka 109 jawaban yang kita dapat adalah kontribusi23. Mereka harus memberikan kontribusi untuk meramaikan acara pawai tersebut. Menurut pengamatan saya, tindakan itu dapat di kategorikan ke dalam fungsi pengintegrasian masyarakat, karena hal itu jelas sudah menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai sistem nilai dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung menurut saya para anggota militer yang memainkan marching band tersebut, sudah menghasilkan suasana kesatuan, kerukunan dan kebersamaan dalam menjaga kesinambungan terhadap masyarakat. 23Sesuai dengan hasil wawancara dengan Kopral Antorikson Sinaga, beliau juga bertugas sebagai mayoret pada marching band Yon Zipur I Dhira Dharma 110 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan beberapa uraian yang sudah dijelaskan tentang struktur musik yang digunakan, serta bagaimana penggunaan dan fungsi musik pada marching band Yon Zipur I Dhira Dharma, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Pada umumnya bentuk lagu yang dimainkan oleh maching band ini berbentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama. Selain itu penulis melihat bahwa tekstur melodi yang dimainkan oleh marching band ini bersifat heterofoni, yaitu pembawa melodinya lebih dari satu alat musik. Dan melodi yang dimainkan adalah melodi yang sama. Pembawa melodi pada marching band ini adalah alat musik terompet dan bellyra. 2. Tidak seperti pada zaman perang dahulu (marching band yang dulunya dikenal sebagai musik militer ini hanya digunakan dalam konteks perang), penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini bersifat terbuka, tidak hanya terpaku pada penggunaan dalam konteks kehidupan militer saja (seperti pada upacara militer, atau kegiatankegiatan militer yang bersifat formal lainnya), tetapi lebih bersifat fleksibel dimana marching band ini bisa saja bermain di luar konteks 111 kegiatan militer. Maksudnya adalah, marching band ini tidak menutup kemungkinan untuk bermain di lingkkungan masyarakat umum sekalipun. Tergantung adanya undangan untuk mengikuti berbagai parade atau pawai misalnya. 3. Fungsi marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini telah mengalami perkembangan yang cukup luas jika dibandingkan dengan fungsi musik militer pada zaman perang dulu. Jika dulunya musik militer berfungsi sebagai fungsi pengungkapan emosional, yakni supaya rasa semangat juang dan rasa nasionalisme muncul pada diri para pejuang ketika berperang melawan musuh, saat ini rasa semangat juang tersebut bukan lagi untuk memerangi musuh, melainkan untuk memerangi kemalasan, supaya tetap bersemangat mengemban tugas-tugas kemiliteran (pada pembahasan di BAB II). Selain itu beberapa fungsi lain juga dapat ditemukan sesuai dengan pengkategorian sepuluh fungsi musik oleh Alan P. Merriam (pada pembahasan di BAB IV). 112 DAFTAR PUSTAKA Camus, Raoul F.1976. Military Music of the American Revolution. Chapel Hill: University of North Carolina Press. Fadlin. 1988. “Studi deskriptif Konstruksi dan Dasar Pola Ritem Gendang Melayu Smatera Timur”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Garofalo, Robert, and Mark Elrod. 1985. A Pictorial History of Civil War Era Musical Instruments &Miltary Bands. Charleston, W.Va.: Pictorial Histories Pub. Co. Hasugian, Inta Junia. 2010. “Deskripsi Pengelolaan Organisasi, Latihan, serta Struktur Musik Marching Band Sinar Husni Medan”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Hutahaean, Amran. 2011. “Penggunaan, Fungsi, dan Gaya Musik Keyboard di Jalan Setia Budi Medan: Studi Kasus Dias Food Court Jalan Setia Budi No 272 G Medan”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Kirnadi. 2004. Pengetahuan Dasar Marching Band. Jakarta: PT. Citra Intirama Maharani, Desi Putri. 2012. “Strategi Pembelajaran Musik Ritmis pada Drum Band TK Pertiwi 26 Jambidan Banguntapan Bantul”, Skripsi S-1, Departemen Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta. Malm, William P. 1977. Music Cultures of The Pasific, The Near East, and Asia. New Jersey: Prentice Hall. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Muhammad Takari, 1993. Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Manoff, Tom. 1991. “The Music Kit (Terjemahan)”. Medan. Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Meliala, Helbert S S. 1998. “Studi Tekstual dan Musikal Katoneng-katoneng Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Karo: Studi Kasus di Jambur Halilintar Medan”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. 113 Merriam, Alan P. 1964. The Antrhopology of Music. Chicago: North Western University. Moleong, Lexy. J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free Press of Glencoe. Syaukani. 2008. Perjalanan PDBI Menuju PON XVII Kalimantan Timur. Jakarta: Persatuan Drum Band Indonesia Takari, Heristina Dewi, Frida Deliana Harahap, Torang Naiborhu, Fadlin, dan Arifni Netriroza. 2008. Masyarakat Kesenian di Indonesia. Medan: Studia Kultura, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Internet: http://www.tniad.mil.id/ http://www.tni.mil.id/pages-19-tni-ad.html http://Kodam1-bukitbarisan.mil.id/ http://www.yonzipur1dd.wix.com/yonzipur1 http://www.music,vt.edu/musicdictionary 114 DAFTAR INFORMAN 1. 2. Nama : Letda Czi Virgo Alamat : Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan Pekerjaan : Anggota Militer TNI AD/ Koordinator Marching band Canka Dhira Dharma Nama : Kptn. Czi Sunandar P Alamat : Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan Pekerjaan 3. 4. : Anggota Militer TNI AD/ Seksi Operasi Marching band Canka Dhira Dharma Nama : Letnan Nurman Alamat : Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan Pekerjaan : Anggota Militer TNI AD/ Calon Koordinator Marching band Canka Dhira Dharma Nama : Serda Antorikson Sinaga Alamat : Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan Pekerjaan : Anggota Militer TNI AD/ Mayoret Marching band Canka Dhira Dharma 115 Lampiran TARUNA JAYA Cipt : anonim Transkrip oleh : H A Marthin Tambunan 116 117 118 119 120 INDONESIA RAYA Cipt : W.R.Soepratman Transkrip oleh : Marthin Tambunan 121 122 HIMNE ANGKATAN DARAT Pencipta: anonim Transkrip oleh : H A Marthin Tambunan 123 124