File - PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI USU MEDAN

advertisement
STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI DRUM BAND
CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD KODAM I BUKIT
BARISAN
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
NAMA: H.A. MARTHIN TAMBUNAN
NIM: 090707021
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2013
STRUKTUR MUSIK, PENGGUNAAN, DAN FUNGSI MARCHING BAND
CANKA DHIRA DHARMA YON ZIPUR I/DD
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
NAMA: H.A. MARTHIN TAMBUNAN
NIM: 090707021
Disetujui
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dra. Heristina Dewi, M.Pd.
NIP 196605271994032010
Drs. Muhammad Takari, M.Hum., Ph.D.
NIP 196512211991031001
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Drum band merupakan sebuah ansambel1 yang memainkan sejumlah
kombinasi alat musik tiup dan pukul (perkusi). Drum band berasal dari dua kata
dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band. Drum berarti sebuah alat musik yang
dipukul atau ditabuh, biasanya menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band
adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu
lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta
ditambah dengan cymbal. Beberapa alat yang digunakan adalah bellyra, trumpet,
pianika, maupun rekorder. Dalam permainannya terdapat aksi baris-berbaris
(military style) yang membentuk formasi dengan pola tertentu (seperti bentuk
bintang dan lingkaran) dan diiringi tarian oleh pembawa bendera dan mayoret. 2
Pada umumnya drum band dapat kita jumpai pada angkatan militer, kepolisian,
sekolah-sekolah, dan organisasi seperti PDBI (Persatuan Drum Band Indonesia).
Menurut Virginia Tech Multimedia Music Dictionary, ansambel adalah “A
group of musicians that perform as a unit.” (www. music,vt.edu/musicdictionary).
Maknanya dalam bahasa Indonesia yaitu pertunjukan sekelompok musisi sebagai
suatu kesatuan. Dalam bentuk ensambel ini diperlukan kerjasama permainan yang
bersifat paduan ritmis dan melodis atau bahkan harmoni sekali gus. Di Sumatera
Utara terdapat juga berbegai jenis ensambel musik seperti Ensambel Bukit
Barisan, Drum Band Sinar Husni, ensambel musik tradisional seperti gondang
sabangunan (Batak Toba), ensambel gonrang bolon (Simalungun), dan lainlainnya.
2
Mayoret adalah pemimpin atau komandan dari semua anggota drum band
yang memiliki tugas untuk memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain
untuk memainkan alat musiknya.
1
1
Oleh sebab itu, pada zaman sekarang ini, drum band bukanlah hal yang asing
untuk kita lihat atau dengar.
Dalam tulisan ini, drum band yang dimaksud akan dibahas adalah drum
band yang terdapat di dalam intitusi militer. Namun dalam pembahasan ini, istilah
drum band yang digunakan atau yang disebutkan oleh para militer (dalam kasus
ini oleh anggota militer Yon Zipur Kodam I Bukit Barisan,3 lazim menyebutkan
nama kelompoknya sebagai “Drum Band Yon Zipur I Dhira Dharma”) menurut
penulis sudahlah merupakan ensambel marching band. Alasannya adalah dalam
pengaplikasian permainan yang ditampilkan oleh kelompok musik militer ini,
format yang digunakan adalah format marching band.4
3
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia, dalam rangka
pertahanan dan keamanan nasionalnya, maka secara organisasi militer, dibagi ke
dalam 13 Kodam (Komando Daerah Angkatan Militer) dan didukung oleh
Kodim-kodim (Komando Daerah Inti Militer), yang diperinci sebagai berikut. 1.
Kodam Iskandar Muda, 2. Kodam I Bukit Barisan, 3. Kodam II Sriwijaya; 4.
Kodam Jaya; 5. Kodam III Siliwangi, 6. Kodam IV Diponegoro, 7. Kodam V
Brawijaya; 8. Kodam VI Mulawarman; 9. KodamVII Wirabuana; 10. Kodam IX
Udayana; 11. Kodam XII Tanjungpura; 12. Kodam XVI Patimura, dan 13. Kodam
XVII Cendrawasih. Kodam I Bukit Barisan terdiri dari: Korem 022 Pantai Timur;
Kodim 0202; Kodim 0203 Langkat; Kodim 0204 Deli Serdang; Kodim 0207
Simalungun; Kodim 0208 Asahan; Kodim 0209 Labuhan Batu; Korem 023 Kawal
Samudera; Kodim 0205 Tanah Karo; Kodim 0206 Dairi; Kodim 0210 Tapanuli
Utara; Kodim 0211 Tapanuli Tengah; Kodim 0212 Tapanuli Selatan; Kodim 0213
Nias; Korem 031 Wirabima; Kodim 0301 Pekanbaru; Kodim 0302 Indragiri Hulu;
Kodim 0303 Bengkalis; Kodim 0313 Kampar; Kodim 0314 Indragiri Hilir; Korem
032 Wirabraja; Kodim 0304 Agam; Kodim 0305 Pasaman; Kodim 0306
Limapuluh Kota; Kodim 0307 Tanah Datar; Kodim 0308 Padang Pariaman;
Kodim 0309 Solok; Kodim 0310 Sawahlunto; Kodim 0311 Pesisir Selatan;
Kodim 0312 Padang; Kodim 0319 Mentawai; Kodim 0320 Bukittinggi; Kodim
0321 Pasaman Barat; Korem 033Wira Pratama; Kodim 0315 Kepulauan Riau;
Kodim 0316 Batam; Kodim 0317 Karimun; Kodim 0318 Natuna Tanjung Pinang;
Kodim 0201 BS Medan (Sumber: Kodam I Bukit Barisan, 2013).
4
Kita tahu bahwa marching band merupakan sebuah ansambel yang terdiri
dari drum section (kelompok alat musik pukul) dan brass section (kelompok alat
2
Sejarah kemiliteran Indonesia sendiri dibentuk pada tanggal 5 Oktober
1945. Angkatan perang pertama Indonesia yang disebut Tentara Keamanan
Rakyat (TKR) ini, kemudian diganti menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI)
pada tanggal 24 Januari 1946. Karena saat itu di Indonesia terdapat barisanbarisan bersenjata lainnya di samping Tentara Republik Indonesia, maka pada
tanggal 5 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan keputusan untuk
mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan bersenjata
tersebut menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam sejarahnya, TNI
pernah digabungkan dengan Polisi Republik Indonesia (POLRI). Gabungan ini
disebut Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Namun sesuai
Ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan POLRI, pada
tanggal 19 Oktober 2004 TNI dan POLRI telah sah dipisahkan (www.anri.com).
Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini dibagi atas tiga angkatan bersenjata,
yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara.
Sedangkan TNI Angkatan Darat ini sendiri memiliki tiga kekuatan, yakni
Kekuatan Terpusat (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat dan Komando
Angkatan Khusus), Kekuatan Kewilayahan (Komando Daerah Militer, Komando
Resort Militer, Komando Distrik Militer), dan Kekuatan Badan Pelaksana Pusat.
musik tiup). Sedangkan drum band merupakan sebuah ansambel yang terdiri dari
drum section saja. Permainan yang ditampilkan oleh kelompok militer ini
merupakan gabungan dari kedua drum section dan percution section. Oleh sebab
itu, berdasarkan pertunjukannya bahwa kelompok musik militer ini merupakan
sebuah kelompok marching band, yakni Marching Band Yon Zipur I Dhira
Dharma, walau juga lazim menyebutkan kelompoknya sebagai Drum Band Yon
Zipur I Dhira Dharma.
3
Di Indonesia, terdapat tiga belas Komando Daerah Militer (Kodam) yang salah
satunya merupakan Kodam1 Bukit Barisan yang terdapat di Medan.
Yon Zipur 1 Dhira Dharma yang terdapat di Kecamatan Helvetia ini
merupakan satuan dari Kodam Bukit Barisan. Kelompok batalion tentara ini
merupakan tempat dimana marching band Zipur 1 Dhira Dharma berada.
Menurut sejarahnya, marching band
yang dulu dikenal sebagai musik
perang atau musik militer ini dipercaya dapat menginspirasi dan mendukung jiwa
para prajurit dalam berperang. Seperti yang ditulis oleh Camus (1993):
Music has been used to encourage the troops and to raise their
spirits both in battle and during the difficult moments before and
after the conflict. [Musik telah digunakan untuk mendorong
pasukan dan untuk meningkatkan semangat mereka baik dalam
pertempuran dan pada saat-saat sulit sebelum dan setelah konflik]
(Camus,1993: 3).
Dari penjelasan tersebut, dapat kita lihat bahwa marching band memiliki
penggunaan dan fungsi. Namun dalam hal ini penggunaan itu adalah dalam
konteks perang. Pertanyaannya adalah jika marching band itu awalnya digunakan
saat perang zaman dulu, lantas apakah marching band itu masih digunakan pada
saat perang masa kini atau untuk keperluan di luar perang? Tentu saja jawabannya
masih ada, dan bahkan berkembang semakin banyak tidak hanya di kalangan
militer saja tetapi sudah ada di kalangan masyarakat biasa seperti di sekolahsekolah dan organisasi-organisasi marching band di luar sekolah. Setelah
pertanyaan di atas, muncul pertanyaan berikutnya yang mana kita jelas tahu
bahwa zaman dulu penggunaan marching band itu semata-mata untuk tujuan
perang yakni untuk mendukung semangat jiwa prajurit dalam berperang agar tidak
4
takut dan mundur. Pertanyaannya adalah, untuk apa dan apa penggunaan dan
fungsi marching band (dalam hal ini yang ada di militer, sesuai dengan judul)
yang ada sekarang ini, terutama di Yon Zipur I Dhira Dharma?
Dalam kenyataannya, rasa semangat atau rasa nasionalisme yang
diungkapkan para militer menunjukkan bahwa musik yang dimainkan marching
band ini mempunyai daya sebagai sarana untuk mengungkapkan rasa atau emosi
pada anggota militer tersebut. Hal ini dapat kita jumpai ketika suatu upacara
berlangung. Lebih tepatnya lagi saat baris-berbaris menuju lapangan, atau ketika
bubar dari lapangan. Seluruh anggota militer akan ikut bernanyi dan bersoraksorai dengan semangat sementara marching band tersebut dimainkan. Selain itu
fungsi hiburan juga merupakan salah satu fungsi dari permainan drum band yang
ada pada militer saat ini. Pengaplikasiannya di lapangan dapat kita lihat ketika
marching band ini melakukan pawai yaitu bermain berkeliling di lingkungan
masyarakat sekitar. Jelas bahwa ketika marching band itu dimainkan di depan
kalangan umum, masyarakat yang menonton dengan antusias menyaksikannya
karena mereka merasa terhibur. Bahkan masih dalam konteks pawai tersebut, kita
dapat menemukan fungsi musik yang lain. Kadang kala mereka (marching band
Zipur I Dhira Dharma) diundang oleh pihak-pihak tertentu untuk pawai bersama.
Ketika ditanya alasan mereka mengikuti undangan tersebut, maka jawaban yang
kita dapat adalah kontribusi. Mereka harus memberikan kontribusi untuk
meramaikan acara pawai tersebut. Menurut pengamatan saya, tindakan itu dapat
5
dikategorikan ke dalam fungsi pengintegrasian masyarakat,5 karena hal itu jelas
sudah menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai
sistem nilai6 dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung
menurut saya para anggota militer yang memainkan marching band tersebut,
sudah menghasilkan suasana kesatuan, kerukunan dan kebersamaan dalam
menjaga kesinambungan terhadap masyarakat.
Dalam proses observasi yang saya jalani, saya menemukan beberapa
kejadian dimana marching band
Zipur I Dhira Dharma ini dimainkan. Di
antaranya adalah, upacara rutinitas setiap hari Senin, upacara rutinitas setiap
tanggal 17 setiap bulannya, upacara Pedang Pora, 7 upacara Hari Ulang Tahun
Komando Daerah Angkatan Militer (Kodam), upacara kunjungan Kepala Staf
Angkatan Darat (Kasad) TNI, pawai tahunan, pawai di kecamatan, mengikuti
5
Fungsi pengintegrasian masyarakat merupakan salah satu dari sepuluh
fungsi musik menurut Alan P Merriam. Pengintegrasian masyarakat dalam
kegiatan yang mereka lakukan ini adalah sebagai kontribusi keebersamaan sosial
antara angkatan perang dalam hal ini Angkatan Darat Tentara Nasional Indonesia,
dengan masyarakat sipil. Artinya bahwa tentara dan rakyat perlu bekerjasama
dalam rangka bela negara yang dikonsepkan sebagai wawasan nusantara, yaitu
suiatu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan nasional. Yang perlu dipertahankan adalah kesatuan sosial dan negara
dari semua tantangan, gangguan, dan hambatan.
6
Dalam hal ini, sistem nilai yang dimaksud mengacu kepada nilai-nilai
yang ada pada Pancasila yakni terutama pada sila ketiga yaitu Persatuan
Indonesia. Persatuan Indonesia adalah merupakan wawasan nusantara bagi bangsa
Indonesia sebagai satu kesatuan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan nasional. Intinya adalah segenap warga Indonesia
adalah menjadi bahagian yang tidak terpisahkan dari negara bangsa ini. Mereka
merasa senasib dan sepenanggungan, dan juga merasa sebagai saudara dalam satu
negara besar.
7
Upacara Pedang Pora adalah sebuah tradisi pada lingkungan perwira TNI
untuk memberikan penghormatan ketika perwira tersebut sedang melangsungkan
pernikahan. Pedang Pora itu sendiri memiliki pengertian janji/sumpah pedang.
6
acara festival, bahkan pada acara Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT). Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa marching band ini pada umumnya
dimainkan pada upacara saja. Namun dari yang saya amati, saya menggolongkan
jenis permainan drum band ini ke dalam dua kategori berdasarkan tujuannya,
yaitu tujuan militer dan tujuan non-militer. Kategori Tujuan Militer ini
maksudnya adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara
rutinitas yang berada di bawah naungan agenda Kodam/Yon Zipur. Contohnya
seperti upacara setiap hari Senin, upacara setiap tanggal 17, Hari Ulang Tahun
Kodam, upacara hari besar nasional, kunjungan Kasad, pada acara Pedang Pora,
dan lain-lain. Sedangkan kategori tujuan non-militer adalah marching band yang
dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda Kodam/Yon Zipur.
Seperti contoh, pawai tahunan, pawai MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) dari
kecamatan, undangan main dari luar, keikutsertaan dalam festival marching band,
dan kegiatan-kegiatan yang di dalamnya ada upacara sehingga marching band
ikut diserta mainkan (pada 18 Maret 2013 yang lalu diadakan turnamen futsal
terbuka di Yon Zipur, sebelum turnamen dimulai diadakan upacara terlebih
dahulu).
Melihat uraian fungsional tersebut, penggunaan marching band pada militer
saat ini sangat berkembang dan jauh berbeda dengan sejarah penggunaan
marching band pada awalnya. Tentu hal ini menurut saya menggenapi isi dari
salah satu objek kajian etnomusikologi yang menyebutkan bahwa musik sebagai
7
budaya yang aktif.8 Penggunaan marching band (pada militer) yang semakin
banyak inilah, yang menjadi latar belakang saya sehingga tertarik untuk
mengkajinya lebih jauh dengan membuat sebuah kajian ilmiah dengan judul:
Struktur Musik, Penggunaan, dan Fungsi Marching Band Canka Dhira
Dharma, Yon Zipur I/DD.
1.2 Pokok Permasalahan
Untuk menghindari ruang lingkup permasalahan yang terlalu luas, maka
saya membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan. Adapun
pokok permasalahan dalam tulisan ini sesuai dengan pendekatan Etnomusikologi
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh marching band Canka I
Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD?
2. Bagaimana penggunaan dan fungsi yang terdapat dalam marching
band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD dalam konteks militer
dan non-militer?
1.3
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
8
Music as creative activity (Merriam, 1960:10). Bahwa musik adalah
sebagai salah satu aktivitas kreatif di bidang seni, yang unsur utamanya adalah
bunyi-bunyian. Musik sendiri biasanya dibentuk oleh dimensi ruang dan waktu.
Ruang mencakup tangga nada dan elemen-elemennta, sedangkan waktu adalah
mencakup cepat lambat, meter, waktu penyajian, tanda birama, dan lain-lain.
Dengan unsur-unsur inilah komposer dan seniman melakukan aktivitas kreatifnya.
8
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi yang
terdapat dalam marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur
I/DD dalam konteks militer dan non-militer,
2. Untuk mengetahui musik dan lagu-lagu yang disajikan oleh
marching band Canka Dhira Dharma, Yon Zipur I/DD.
1.3.2
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat:
1. Menjadi bahan infomasi tentang marching band (terlebih pada
militer) yang dapat dipergunakan pada jurusan etnomusikologi .
2. Memperluas
pengetahuan
dan
wawasan
penulis
dalam
mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan
etnomusikologi.
3. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada para akademis,
masyarakat, serta pihak-pihak yang berkepentingan.
1.4 Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Penulisan ini berisi suatu kajian tentang struktur musik serta penggunaan
dan fungsi marching band pada militer, dalam hal ini studi kasus pada Yon Zipur
9
I Dhira Dharma. Pada umumnya marching band yang ada di Yon Zipur I Dhira
Dharma ini, dimainkan saat adanya acara formalitas, yaitu dalam konteks upacara.
Meskipun penelitian ini berbicara tentang penggunaan dan fungsi, namun
studi etnomusikologi dalam konteks musik tidak lepas dari tulisan ini. Kita tahu
bahwa salah satu fokus materi pengkajian ilmu etnomusikologi adalah
menganalisis tentang materi-materi musik itu sendiri baik
berupa kajian
instrumen ataupun unsur musik itu sendiri. Pada kasus ini saya akan lebih banyak
membahas tentang unsur musik pada permainan marching band yang ada di
satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma . Struktur musik yang dimaksud pada
judul tulisan ini memiliki maksud untuk mengungkapkan beberapa karakteristik
dalam mendeskripsikan melodi sesuai dengan teori yang diungkapkan William P.
Malm dalam teori weight scale. Teori tersebut mencakup (1) tangga nada (scale),
(2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada
(frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7)
formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Selain ITU JUGA
AKAn diuraikan tentang struktur ritme yang dipakai dalam ensambel marching
band ini.
Penggunaan yang dimaksud pada judul tulisan ini mengacu kepada
pemakaian drum band pada setiap upacara yang diikuti oleh drum band Yon
Zipur I Dhira Dharma. Dalam kasus ini, penulis membahas kapan mereka
bermain, di mana saja mereka bermain, dan bagaimana mereka menyajikan
permainannya. Sedangkan fungsi yang dimaksud di sini adalah untuk menjelaskan
10
tujuan dari drum band itu dimainkan. Tujuan ini dijelaskan berdasarkan teori
fungsi yang dijabarkan oleh Alan P. Merriam tentang sepuluh fungsi musik.
Marching band berasal dari kata marching dan band. Menurut Virginia
Tech Multimedia Music Dictionary, marching adalah berjalan berkeliling sambil
melakukan parade .Sedangkan band adalah kumpulan atau gabungan dari
beberapa alat musik (dalam hal ini drum section dan brass section) . Kata band
pada marching band ini juga memiliki makna sebagai bentuk gabungan alat musik
yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup,
alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal. Beberapa alat
yang digunakan adalah bellyra, trumpet, pianika, maupun rekorder (Sudrajat,
2005). Beberapa alat musik yang terdapat pada marching band Yon Zipur I Dhira
Dharma adalah snare drum, tenor/alto drum, bass drum, bellyra, dan thrumpet. Di
samping itu, marching band yang terdapat pada Yon Zipur I Dhira Dharma ini
memiliki unsur pendukung yang disebut color guard, yaitu sekelompok anggota
marching band yang khusus sebagai pelengkap kegiatan dengan menggunakan
tari dan atraksi. Selain itu terdapat juga seorang mayoret yaitu pemimpin atau
komandan dari semua anggota marching band yang memiliki tugas untuk
memberikan aba-aba atau isyarat kepada para pemain untuk memainkan alat
musiknya. Namun dalam penyajiannya, marching band
Dharma
ini
tidak
selalu
mengikutsertakan
color
Yon Zipur I Dhira
guard
dalam
setiap
permainannya. Mereka akan diikutsertakan ketika mengadakan pawai, atau ketika
mengikuti acara festival.
11
Yon Zipur I Dhira Dharma nama satuan yang berdiri di bawah naungan
Komando Daerah Militer I Bukit Barisan. Satuan ini dikenal dengan nama Zipur,
yang merupakan singkatan dari zeni tempur. Kegiatan mereka berlokasi di Jalan
Mesjid, Kelurahan Helvetia Timur, Kecamatan Medan Helvetia.
1.4.2
Teori
Untuk mengkaji penggunaan dan fungsi ensambel musik pada tulisan ini,
saya menggunakan teori fungsional yang dikemukakan oleh Alan P Merriam
dalam bukunya yang berjudul The Anthropology of Music pada Bab XI dengan
perikop uses and functions (penggunaan dan fungsi). Teori ini menjelaskan
tentang kegunaan musik yang menyangkut cara pemakaian musik dalam
konteksnya, sedangkan fungsi musik menyangkut tujuan pemakaian musik dalam
pandangan luas. Menurut hematnya, Alan P. Merriam menjabarkan sepuluh fungsi
musik pada umumnya, yaitu: (1) fungsi engungkapan emosional, (2) penghayatan
estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7)
norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9)
kesinambungan kebudayaan, dan (10) pengintegrasian masyarakat.
Dalam menganalisis aspek struktur musiknya, saya mengikuti teori yang
dikemukakan oleh Malm (1977:8). Teori yang ditawarkan oleh Malm ini disebut
weighted scale (“bobot tangga nada”). Pada prinsipnya teori ini menganalisis
delapan unsur yang terdapat dalam melodi seuatu musik, yaitu: (1) tangga nada,
12
(2) nada dasar, (3) interval, (4) pola-pola kadens, (5) formula melodi, (6) kontur,
(7) wilayah nada, dan (8) distribusi nada.
Untuk mengkaji makna-makna yang terdapat dalam segala aktivitas
ensambel Zipur I Dhira Dharma, seperti pakaian, lambang macan, gerakan pedang
Pora, warna, dan lain-lain, penulis menggunakan teori semiotika. Menurut
Widaryanto (2007:170), penanda identitas yang menandai sebuah kelompok dari
yang lainnya mestinya penting dikenali sebagai simbolisasi dari sebuah kelompok,
simbol-simbol yang dipakai umumnya segera dapat dikenali dan tidak salah lagi
dalam menandai suatu kelompok tersebut. Oleh karena itu, selain aspek
musikologisnya, tulisan ini juga berbicara tentang semiologi, yaitu perlambangan.
Teori ini dapat dipakai untuk mengkaji atribut-atribut yang digunakan pada
seragam marching band yang dipakai oleh pemain musik, color guard, ataupun
mayoret. Secara keseluruhan, semua atribut yang digunakan berkaitan erat dengan
lambang batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Teori Semiotika ini juga dapat saya
gunakan pada saat upacara Pedang Pora. Dalam upacara ini, ada beberapa gerakan
yang dimainkan oleh anggota militer dengan menggunakan pedang. Gerakangerakan itu dilakukan saat mengiringi pengantin berjalan masuk ke dalam ruangan
resepsi. Setiap gerakan memiliki makna-makna tersendiri dan identik dengan
kehidupan seorang militer.
13
1.5. Metode dan Teknik Penelitian Lapangan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah metode
analisis deskriptif, yakni menggambarkan keadaan bagaimana musik marching
band ini dimainkan, lalu menganalisisnya kemudian berdasarkan teori yang
dipelajari di dalam studi etnomusikologi.
Data deskriptif (berupa kata-kata
tertulis atau lisan) yang akan dianalisis tersebut diperoleh dengan cara penelitian
kualitatif.
Untuk mendapat gambaran tentang fenomena musikal dalam upacara yang
diikuti marching band ini, maka dilakukan transkripsi terhadap musik yang
dipakai dalam upacara tersebut. Nettl dalam tulisannya (1964:99-103)
menganggap transkripsi merupakan cara yang baik untuk mempelajari aspekaspek detail pada suatu musik dengan dua pendekatan ; pertama menganalisa dan
mendeskripsikan apa yang didengar, dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat
dan menuliskannya di atas kertas dengan suatu cara penulisan tertentu.
Dalam melakukan penelitian ini, saya melakukan beberpa tahapan kerja,
yaitu: (1) studi kepustakaan; (2) teknik pengumpulan data berupa observasi,
pemilihan informan, wawancara, perekaman, dan (3) kerja laboratorium. Studi
lapangan adalah untuk menambah dan memperluas ilmu pengetahuan penulis
terutama yang berkaitan dengan musik dalam kemiliteran. Pengumpulan data di
lapangan adalah untuk mendapatkan fenomena yang akan dianalisis baik itu guna,
fungsi, maupun struktur musiknya. Selanjutnya dalam kerja laboratorium akan
14
dimuat oleh kerja seperti transkripsi, analisis, uraian sosial budaya, dan penulisan
dalam bentuk skripsi.
1.5.1
Studi Kepustakaan
Sebelum melakukan kerja di lapangan, saya terlebih dahulu melakukan studi
pustaka yaitu dengan mencari informasi dan referensi sebagai literatur untuk
mendukung tulisan ini supaya relevan dengan permasalahan yang dibicarakan.
Beberapa informasi dan referensi yang berhubungan dengan tulisan inin adalah
sebagai berikut.
(1) Skripsi Inta Junia Hasugian yang berjudul “Deskripsi Pengelolaan
Organisasi, Latihan, Serta Struktur Musik Marching Band Sinar Husni Medan.”
Di dalam skripsi ini Inta Junia Hasugian mendeskripsikan tata cara pengelolaan,
dan latihan yang dilakukan kelompok Marching Band Sinar Husni Medan.
Kemudian ia juga
menganalisis beberapa lagu yang lazim digunakan oleh
kelompok ini dalam pertunjukannya dengan pendekatan etnomusikologis.
(2) Diktat perkuliahan mata kuliah Etnomusikologi oleh A.M. Susilo
Pradoko, M.Si. Dalam buku yang diunggah dalam bentuk PDF ini, Pradoko
menjelaskan prinsip-prinsip dasar etnomusikologi, baik itu definisi, ruang lingkup
kajian, dan terutama metode dan teori di dalam etnomusikologi.
(3)
Alan P Merriam dalam bukunya yang bertajuk The Anthropology
of Music (1964), membahas secara luas apa itu etnomusikologi, metode dan teori
yang digunakan, enam ruang lingkup kajian etnomusikologi, penggunaan dan
15
fungsi musik, musikd an dinamika kebudayaan, musik dan antarasa modalitas,
dan lain-lain. Inti dari buku ini adalah bagaimana seorang etnomusikolog melihat
musik dalam kebudayaan manusia, yang tujuannya adalah untuk memahami
karakter manusia yang menghasilkan musik sedemikian rupa itu.
(4)
Raoul F Camus dalam bukunya Military Music (1976). Dalam
buku ini beliau banyak mengungkapkan sejarah musik militer yang terdapat di se
antero dunia baik itu di belahan Amerika.
Mengenai penggunaan marching band di militer ini, saya mendapat
informasi dari beberapa informan seperti Letnan Virgo sebagai koordinator
sekaligus pelatih marching band Canka Dhira Dharma, Letnan Nurman sebagai
calon koordinator, dan Sersan Antorikson Sinaga selaku mayoret pada marching
band Canka Dhira Dharma.
1.5.2
Observasi
Saya melakukan pengamatan secara langsung ke lokasi penelitian di mana
drum band ini akan bermain. Contoh kasus diantaranya, di KODAM Bukit
Barisan saat melakukan upacara rutinitas setiap tanggal 17 tiap bulannya, di Yon
Zipur I Dhira Dharma Helvetia ketika melakukan upacara rutinitas setiap hari
Senin, ketika melakukan pawai, dan pada saat melakukan upacara-upacara
lainnya, di tempat di mana anggota militer melangsungkan acara pernikahannya
dan dalam kasus ini saya pernah ikut menghadiri upacaranya di Jalan Kuini di
Kota Binjai.
16
Dalam proses perekaman, saya menggunakan alat bantu pengamatan seperti
kamera digital dan video kamera digital. Dengan menggunakan alat bantu
pengamatan tersebut saya dapat mengumpulkan foto-foto, dan rekaman video
yang dibutuhkan untuk mengumpulka data-data yang dibutuhkan dalam tulisan
ini. Alat bantu yang dipakai adalah kamera Casio Exilim tipe EX-S880.
1.5.3
Wawancara
Dalam teknik wawancara, saya melakukan wawancara berencana di mana
sebelumnya telah tersedia daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.
Namun dalam wawancara tersebut, pembicaraan bersifat informal dan spontan.
Adakalanya pertanyaan akan berkembang sesuai dengan pembicaraan, tetapi
penulis tetap berpusat kepada inti permasalahan dan tujuan penelitian.
1.5.4
Kerja Laboratorium
Pada kerja laboratorium ini, seluruh data yang terkumpul akan diolah dan
dianalisis sesuai dengan permasalahan yang ada pada tulisan. Saya juga akan
menganalisis struktur musik yang ada pada permainan drum band ini berdasarkan
teori yang sesuai dengan ilmu Etnomusikologi.
Setelah melakukan analisis data tersebut, kemudian saya membuatnya ke
dalam sebuah tulisan karya ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik
penulisan secara ilmiah. Dengan demikian, diharapkan tulisan ini dapat
mengembangkan wawasan pengetahuan di bidang Etnomusikologi.
17
BAB II
DESKRIPSI KODAM I BUKIT BARISAN, YON ZIPUR I CANKADHIRA
DHARMA, DAN KEBERADAAN MARCHING BAND
YON ZIPUR I CANKA DHIRA DHARMA
2.1 Komando Daerah Militer di Indonesia
Indonesia adalah negara persatuan dan kesatuan yang diberi nama lengkap
sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara Indonesia ini
memiliki wilayah dari Sabang sampai Merauke, dan dari Miangas sampai Pulau
Rote. Secara geografis terletak pada 6°LU sampai 11°LS dan 95°BT sampai
145°BT. Negara Republik Indonesia ini memiliki penduduk yang terdiri dari
ribuan etnik dan bahasa, juga mendimai wilayah yang berupa kepulauan. Pulaupulau besar di antaranya adalah Sumatera, jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua
(Irian Jaya), yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil.
Bentuk pemerintahan RI adalah republic yang berdasar kepada kabinet
presidensial, yang berdasar kepada sistem demokrasi, dan pemilihan langsung.
Kini Indonesia terdiri dari 34 Provinsi, yang didukung oleh kabupaten dan kota,
kecamatan, kelurahan dan pedesaan. Indonesia memiliki ideologi Pancasila, dan
berdasarkan kepada konsep bhinneka tunggal ika yang artinya biar berbeda-beda
tetap satu juga.
Belajar dari sejarah perjuangan bangsa, dalam membina persatuan dan
kesatuan terdapat tantangan, gangguan, dan hambatan, yang berasal dari dalam
18
maupun dari luar negara ini. Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keutuhan
wilayah Republik Indonesia dipergunakan konsep pertahanan dan keamanan
rakyat semesta (hankamrata). Termasuk di dalamnya dilakukan oleh TNI dan
POLRI.
Dalam rangka memudahkan koordiasi tentara nasional ini, maka
Pemerintah RI melalui Departemen Pertahanan dan Keamanan membagi wilayah
militer seluruh Indonesia ke dalam 13 Komando Daerah Militer (Kodam) seperti
terurai pada Tabel 2.1 berikut ini.
Tabel 2.1
Tiga belas Kodam di Indonesia
No.
1
2
Nama Kodam, Korem, atau Kodim
Kodam Iskandar Muda
Korem 011 Lilawangsa
Kodim 0102 Pidie
Kodim 0103 Aceh Utara
Kodim 0104 Aceh Timur
Kodim 0106 Aceh Tengah
Kodim 0108 Aceh Tenggara
Kodim 0111 Bireuen
Kodim 0113 Gayo Lues
Korem 012 Teuku Umar
Kodim 0101 Aceh Besar
Kodim 0105 Aceh Barat
Kodim 0107 Aceh Selatan
Kodim 0109 Aceh Singkil
Kodim 0110 Aceh Barat Daya
Kodim 0112 Sabang
Kodim 0114 Aceh Jaya
Kodam I Bukit Barisan
Korem 022 Pantai Timur
19
Pusat Kedudukan
Banda Aceh
Lhokseumawe
Banda Aceh
Medan
Pematang Siantar
Kodim 0202
Kodim 0203 Langkat
Kodim 0204 Deli Serdang
Kodim 0207 Simalungun
Kodim 0208 Asahan
Kodim 0209 Labuhan Batu
Korem 023 Kawal Samudera
Kodim 0205 Tanah Karo
Kodim 0206 Dairi
Kodim 0210 Tapanuli Utara
Kodim 0211 Tapanuli Tengah
Kodim 0212 Tapanuli Selatan
Kodim 0213 Nias
Korem 031 Wirabima
Kodim 0301 Pekanbaru
Kodim 0302 Indragiri Hulu
Kodim 0303 Bengkalis
Kodim 0313 Kampar
Kodim 0314 Indragiri Hilir
Korem 032 Wirabraja
Kodim 0304 Agam
Kodim 0305 Pasaman
Kodim 0306 Limapuluh Kota
Kodim 0307 Tanah Datar
Kodim 0308 Padang Pariaman
Kodim 0309 Solok
Kodim 0310 Sawahlunto
Kodim 0311 Pesisir Selatan
Kodim 0312 Padang
Kodim 0319 Mentawai
Kodim 0320 Bukittinggi
Kodim 0321 Pasaman Barat
Korem 033Wira Pratama
Kodim 0315 Kepulauan Riau
Kodim 0316 Batam
Kodim 0317 Karimun
Kodim 0318 Natuna
Kodim 0201 BS Medan
3
Sibolga
Pekanbaru
Padang
Tanjung Pinang
Kodam II Sriwijaya
Korem 041 Garuda Emas
Kodim 0407 Bengkulu
Kodim 0408 Bengkulu Selatan
Kodim 0409 Rejang Lebong
Palembang
Bengkulu
20
4
5
Kodim 0423 Bengkulu Utara
Kodim 0425 Seluma
Korem 042 Garuda Putih
Kodim 0415 Batanghari
Kodim 0416 Bungo Tebo
Kodim 0417 Kerinci
Kodim 1419 Tanjung Jabung
Kodim 1420 Sarolangun Bangko
Korem 043 Garuda Hitam
Kodim 0410 Bandar Lampung
Kodim 0411 Lampung Tengah
Kodim 0412 Lampung Utara
Kodim 0421 Lampung Selatan
Kodim 0422 Lampung Barat
Kodim 0424 Tanggamus
Kodim 0426 Tulang Bawang
Kodim 0427 Waykanan
Korem 044 Garuda Dempo
Kodim 0401 Musi Banyuasin
Kodim 0402 Ogan Komering Ilir
Kodim 0403 Ogan Komering Ulu
Kodim 0404 Muara Enim
Kodim 0405 Lahat
Kodim 0406 Musi Rawas
Kodim 0418 Palembang
Korem 045 Garuda Jaya
Kodim 0413 Bangka
Kodim 0414 Belitung
Kodam Jaya
Korem 051 Wijayakarta
Kodim 0504 Jakarta Selatan
Kodim 0505 Jakarta Timur
Kodim 0507 Bekasi
Kodim 0508 Depok
Korem 052 Wijayakrama
Kodim 0502 Jakarta Utara
Kodim 0503 Jakarta Barat
Kodim 0504 Tangerang
Kodim 0501 Jakarta Pusat
Kodam III Siliwangi
Korem 061 Suryakencana
Kodim 0606 Kota Bogor
Kodim 0607 Sukabumi
Kodim 0608 Cianjur
Jambi
Bandar Lampung
Palembang
Pangkal Pinang
Jakarta
Bekasi
Tangerang
Bandung
Bogor
21
6
Kodim 0621 Kabupaten Bogor
Korem 062 Tarumanegara
Kodim 0609 Kabupaten Bandung
Kodim 0610 Sumedang
Kodim 0611 Garut
Kodim 0612 Tasikmalaya
Kodim 0613 Ciamis
Korem 063 Sunan Gunung Jati
Kodim 0604 Karawang
Kodim 0605 Subang
Kodim 0614 Kota Cirebon
Kodim 0615 Kuningan
Kodim 0616 Indramayu
Kodim 0617 Majalengka
Kodim 0619 Purwakarta
Kodim 0620 Kabupaten Cirebon
Korem 064 Maulana Yusuf
Kodim 0601 Pandeglang
Kodim 0602 Serang
Kodim 0603 Lebak
Kodim 0623 Cilegon v
Kodim 0618 BS Kota Bandung
Kodam IV Diponegoro
Korem 071 Wijayakusuma
Kodim 0701 Banyumas
Kodim 0702 Purbalingga
Kodim 0703 Cilacap
Kodim 0704 Banjarnegara
Kodim 0710 Pekalongan
Kodim 0711 Pemalang
Kodim 0712 Tegal
Kodim 0713 Brebes
Kodim 0736 Batang
Korem 072
Pamungkas
Kodim 0705 Magelang
Kodim 0706 Temanggung
Kodim 0707 Wonosobo
Kodim 0708 Purworejo
Kodim 0709 Kebumen
Kodim 0729 Bantul
Kodim 0730 Gunung Kidul
Kodim 0731 Kulon Progo
Kodim 0732 Sleman
22
Garut
Cirebon
Serang
Semarang
Purwokerto
Yogyakarta
7
Kodim 0734 Yogyakarta
Korem 073 Makutarama
Kodim 0714 Salatiga
Kodim 0715 Kendal
Kodim 0716 Demak
Kodim 0717 Purwodadi
Kodim 0718 Pati
Kodim 0719 Jepara
Kodim 0720 Rembang
Kodim 0721 Blora
Kodim 0722 Kudus
Korem 074 Warastratama
Kodim 0723 Klaten
Kodim 0724 Boyolali
Kodim 0725 Sragen
Kodim 0726 Sukoharjo
Kodim 0727 Karang Anyar
Kodim 0728 Wonogiri
Kodim 0735 Surakarta
Kodim 0733 BS Kota Semarang
Kodam V Brawijaya
Korem 081 Dhirot Saha Jaya
Kodim 0801 Pacitan
Kodim 0802 Ponorogo
Kodim 0803 Madiun
Kodim 0805 Ngawi
Kodim 0806 Trenggalek
Kodim 0807 Tulungagung
Kodim 0808 Blitar
Kodim 0810 Nganjuk
Korem 082 Citra Panca Yudha Jaya
Kodim 0809 Kediri
Kodim 0811 Tuban
Kodim 0812 Lamongan
Kodim 0813 Bojonegoro
Kodim 0814 Jombang
Kodim 0815 Mojokerto
Korem 083 Bala Dika Jaya
Kodim 0818 Kabupaten Malang
Kodim 0819 Pasuruan
Kodim 0820 Probolinggo
Kodim 0821 Lumajang
Kodim 0822 Bondowoso
Kodim 0823 Situbondo
23
Salatiga
Surakarta
Surabaya
Madiun
Mojokerto
Malang
8
9
Kodim 0824 Jember
Kodim 0825 Banyuwangi
Kodim 0833 Kota Malang
Korem 084 Bhaskara Jaya
Kodim 0816 Sidoarjo
Kodim 0817 Gresik
Kodim 0826 Pamekasan
Kodim 0827 Sumenep
Kodim 08x1428 Sampang
Kodim 0829 Bangkalan
Kodim 0830 Surabaya Utara
Kodim 0831 Surabaya Timur
Kodim 0832 Surabaya Selatan
Kodam VI Mulawarman
Korem 091 Aji Surya Natakesuma
Kodim 0901 Samarinda
Kodim 0902 Tanjung Redeb
Kodim 0903 Tanjung Selor
Kodim 0904 Tanah Grogot
Kodim 0905 Balikpapan
Kodim 0906 Tenggarong
Kodim 0907 Tarakazn
Kodim 0908 Bontang
Kodim 0909 Sangatta
Kodim 0910 Malinau
Kodim 0911 Nunukan
Korem 101 Antasari
Kodim 1001 Amuntai
Kodim 1002 Barabai
Kodim 1003 Kandangan
Kodim 1004 Kotabaru
Kodim 1005 Marabahan
Kodim 1006 Martapura
Kodim 1007 Banjarmasin
Kodim 1008 Tanjung
Kodim 1009 Pelaihari
Kodim 1010 Rantau
Kodam VII Wirabuana
Korem 131 Santiago
Kodim 1301 Sangihe Talaud
Kodim 1302 Minahasa
Kodim 1303 Bolaang Mongondow
Kodim 1304 Gorontalo
24
Surabaya
Balikpapan
Samarinda
Banjarmasin
Makassar
Manado
Kodim 1309 Manado
Kodim 1310 Bitung
Korem 132 Tadulako
Kodim 1305 Buol Toli-Toli
Kodim 1306 Donggala
Kodim 1307 Poso
Kodim 1308 Luwuk Banggai
Korem 141 Toddopuli
Kodim 1406 Wajo
Kodim 1407 Bone
Kodim 1409 Gowa
Kodim 1410 Bantaeng
Kodim 1411 Bulukumba
Kodim 1415 Selayar
Kodim 1422 Maros
Kodim 1423 Soppeng
Kodim 1424 Sinjai
Kodim 1425 Jeneponto
Kodim 1426 Takalar
Korem 142 Taroada Tarogau
Kodim 1401 Majene
Kodim 1402 Polmas
Kodim 1403 Luwu
Kodim 1404 Pinrang
Kodim 1405 Pare-Pare
Kodim 1414 Tana Toraja
Kodim 1418 Mamuju
Kodim 1419 Enrekang
Kodim 1420 Sidrap
Kodim 1421 Pangkep
Korem 143 Haluoleo
Kodim 1412 Kolaka
Kodim 1413 Buton
Kodim 1416 Muna
Kodim 1417 Kendari
Kodim 1408 BS Makassar
10
Palu
Watampone
Pare-Pare
Kendari
Kodam IX Udayana
Korem 161 Wirasakti
Kodim 1601 Sumba Timur
Kodim 1602 Ende
Kodim 1603 Sikka
Kodim 1604 Kupang
Kodim 1605 Belu
Denpasar
Kupang
25
11
12
Kodim 1612 Manggarai
Kodim 1613 Sumba Barat
Kodim 1618 Timor Tengah Utara
Kodim 1621 Timor Tengah Selatan
Kodim 1622 Alor
Kodim 1624 Larantuka
Kodim 1625 Ngada
Korem 162 Wirabhakti
Kodim 1606 Lombok Barat
Kodim 1607 Sumbawa
Kodim 1608 Bima
Kodim 1614 Dompu
Kodim 1615 Lombok Timur
Kodim 1620 Lombok Tengah
Korem 163 Wirasatya
Kodim 1609 Buleleng
Kodim 1610 Klungkung
Kodim 1611 Badung
Kodim 1616 Gianyar
Kodim 1617 Jembrana
Kodim 1619
Tabanan
Kodim 1623 Karangasem
Kodim 1626 Bangli
Kodam XII Tanjungpura
Korem 102 Panju Panjung
Kodim 1011 Kuala Kapuas
Kodim 1012 Buntok
Kodim 1013 Muara Teweh
Kodim 1014 Pangkalan Bun
Kodim 1015 Sampit
Kodim 1016 Palangkaraya
Korem 121 Alambhana Wanawai
Kodim 1201 Mempawah
Kodim 1202 Sambas
Kodim 1203 Ketapang
Kodim 1204 Sanggau
Kodim 1205 Sintang
Kodim 1206 Putussibau
Kodim 1207 Pontianak
Kodam XVI Patimura
Korem 151 Binaya
Kodim 1502 Masohi
Kodim 1503 Tual
26
Mataram
Denpasar
Pontianak
Palangkaraya
Sintang
Ambon
Ambon
Kodim 1504 Ambon
Kodim 1506 Namlea
Kodim 1507 Saumlaki
Korem 152 Baabullah
Kodim 1501 Ternate
Kodim 1505 Tidore
Kodim 1508 Tobelo
Kodim 1509 Labuha
13
Kodam XVII Cendrawasih
Korem 171 Praja Vira Tama
Kodim 1703 Manokwari
Kodim 1704 Sorong
Kodim 1710 Fak-Fak
Kodim 1713 Kaimana
Korem 172 Praja Wira Yakthi
Kodim 1701 Jayapura
Kodim 1702 Jayawijaya
Kodim 1712 Sarmi
Korem 173 Praja Vira Braja
Kodim 1705 Paniai
Kodim 1708 Biak Numfor
Kodim 1709 Yapen Waropen
Korem 174 Anim Ti Waninggap
Kodim 1707 Merauke
Kodim 1710 Mimika
Kodim 1711 Boven Digul
sumber: KODAM I Bukit Barisan, 2013
Ternate
Jayapura
Sorong
Jayapura
Biak
2.1 Sejarah Kodam Bukit Barisan
Sejarah kelahiran Kodam I/Bukit Barisan tidak dapat dilepaskan dari
sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia yang diploklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945. Kelahiran Kodam I/BB pada awalnya disemangati oleh keinginan
untuk mempertahankan kemerdekaan RI. Pada saat yang sama Pemerintah RI
yang masih seumur jagung tersebut membuat kebijaksanaan tentang pentingnya
menghimpun seluruh potensi kekuatan nasional. Dalam kerangka inilah lahir
kelaskaran dan Tentara Keamanaan Rakyat yang pada gilirannya berkembang
27
menjadi Tentara Republik Indonesia. Selanjutnya Tentara Republik Indonesia ini
berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia.
Kelahiran Kodam I/BB tentu saja melalui proses yang cukup panjang.
Berbagai macam rintangan telah dilewati pejuang-pejuang RI. Diawali dengan
perang kemerdekaan sampai pada era perjuangan mempertahankan Negara
Kesatuan RI. Setelah adanya pengakuan pemerintah Belanda kepada Pemerintah
RI, maka seluruh kekuatan bersenjata yang berada di Sumatera Utara dihimpun
menjadi Komando Tentara Teritorium Sumatera Utara (Ko T.T/SU). Peristiwa ini
terjadi pada tahun 1950. Dari sinilah cikal bakal lahirnya Kodam I/BB9.
Kedatangan tentara sekutu ke Medan telah memantik semangat juang
rakyat di daerah ini. Pertempuran menjadi tak terhindarkan. Sejarah dengan cukup
baik merekam berbagai macam peristiwa pertempuran di beberapa tempat seperti
di Marendal, Tanjung Morawa, Tiga Panah dan beberapa daerah lainnya. Pada
saat itu jelas terlihat bagimana gigihnya pejuang Indonesia mempertahankan
kemerdekaan RI. Peristiwa di jalan Bali pada tanggal 13 Oktober 1945, peristiwa
di Siantar Hotel tanggal 15 Oktober 1945, dan peristiwa di Matahari Hotel
Berastagi pada tanggal 23 Nopember menjadi saksi dan bukti sejarah bagaimana
semangat patriotisme dan pantang menyerah ditunjukkan pejuang-pejuang
Indonesia. Pertempuran inilah yang kemudian dikenal dengan Palagan Medan
Area.
Menyadari kuatnya ancaman tentara Sekutu, pemerintah RI akhirnya
membentuk apa yang disebut dengan Tantara Keamanan Rakyat. Sejak saat ini,
9
Website TNI AD dan website KODAM BB I.
28
pasukan-pasukan besenjata yang ada segera direorganisasi sesuai dengan
kebijakan pemerintah pusat. Berdasarkan instruksi Presiden, konsolidasi TKR dan
penyatuan seluruh kekuatan bersenjata di dalam kesatuan komando segera
dilakukan. Peyusunan kekuatan ini terlaksana dengan baik, karena pada waktu itu
terjadi gencatan senjata. Tentara Republik Indonesia tentu tidak menyia-yiakan
kesempatan yang cukup berharga tersebut. Hasilnya sebagian BKR dan Badanbadan perjuangan telah terbentuk seperti : TKR Divisi V di Aceh, TKR Divisi IV
di Sumatera Utara, TKR Divisi VI di Tapanuli dan TKR Divisi III di Sumatera
tengah.
Pada tanggal 20 Juni 1950 diresmikan lambang Bukit Barisan sebagai
lambang Komando Tentara Teritorium I/Sumatera Utara, dengan diberi nama
Komando Tentara Teritorium I/Bukit Barisan. Tanggal 20 Juni ditetapkan menjadi
hari jadi Kodam I/BB. Dalam rangka menghadapi sisa-sisa pemberontakan PRRI
dan pemulihan keamanan wilayah, Kodam I/BB membentuk Komando Daerah
Pertempuran (KODP) I s/d IV. Selanjutnya pada tahun 1961 berdasarkan
keputusan KASAD, dibentuklah Komando Resort Militer (KOREM) sehingga
terjadi perubahan sebagai berikut:10
1. KDOP I menjadi Korem C di Medan.
2. KDOP II menjadi Korem A di Pematang Siantar.
3. KDOP III menjadi Korem B di Padang Sidempuan.
4. KDOP IV menjadi Korem D di Pulau Raja.
10
Website KODAM BB I
29
Setahun berselang, tepatnya pada tanggal 28 April 1962, berdasarkan surat
keputusan Pangdam II/BB KPTS/0094/4/1962 kembali diadakan perubahan nama
sebagi berikut:
1. Korem A menjadi Korem 021/PT.
2. Korem B menjadi Korem 022/KS.
3. Korem C menjadi Korem 023/DT.
4. Korem D menjadi Brigif 7/RR.
Pada tanggal 26 Juli 1969 Kodam II/BB dianugrahi Bintang Jasa SAMKARYA
NUGRAH oleh Presiden republik Indonesia atas jasa-jasa dan perjuangannya di
dalam membela dan mempertahankan Negara. Pada tanggal 18 September 1969
lahir motto Kodam II/BB “Patah Tumbuh Hilang Berganti.”
2.1.1
Visi dan Misi Komando Daerah Militer Bukit Barisan
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki Visi dan
Misi sebagai berikut.11
Visi: Solid, profesional, tangguh, modern, berwawasan kebangsaan dan dicintai
rakyat
11
Website TNI AD
30
Misi:
1. Mewujudkan kekuatan, kemampuan dan gelar kekuatan jajaran TNI
Angkatan Darat yang profesional dan modern dalam penyelenggaraan
pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di darat.
2. Meningkatkan dan memperkokoh jatidiri prajurit TNI Angkatan Darat
yang tangguh, yang memiliki keunggulan moral, rela berkorban dan
pantang menyerah dalam menjaga kedaulatan negara dan mempertahankan
integritas keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
Sapta Marga dan Sumpah Prajurit.
3. Mewujudkan kualitas TNI Angkatan Darat yang memiliki penguasaan
ilmu dan keterampilan prajurit melalui pembinaan doktrin, pendidikan dan
latihan yang sistematis, dan meningkatkan kesejahteraannya.
4. Mewujudkan kesiapan operasional peningkatan ancaman baik dalam
bentuk
ancaman
tradisional
maupun
ancaman
non
tradisional.
Mewujudkan kerjasama militer dengan negara-negara sahabat baik dalam
rangka confidence building measure (CBM), maupun untuk meningkatkan
profesionalitas prajurit.
5. Mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat sebagai roh kekuatan TNI AD
dalam rangka pertahanan negara.
31
2.1.2
Kode Etik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
Di samping memiliki visi dan misi, Tentara Nasional Indonesia Angkatan
Darat (TNI AD) memiliki beberapa kode etik yang dijadikan sebagai landasan dan
janji setia para tentara. Kode etik tersebut meliputi Sapta Marga, Sumpah Prajurit,
dan 8 Wajib TNI. Sapta Marga tersebut adalah12 :
1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia Yang Bersendikan
Pancasila.
2. Kami Patriot Indonesia Pendukung Serta Pembela Ideologi Negara, Yang
Bertanggung Jawab Dan Tidak Mengenal Menyerah.
3. Kami Kesatria Indonesia Yang Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Serta Membela Kejujuran, Kebenaran Dan Keadilan.
4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Adalah Bhayangkari Negara
Dan Bangsa Indonesia.
5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Memegang Teguh Disiplin,
Patuh Dan Taat Kepada Pimpinan Serta Menjunjung Tinggi Sikap Dan
Kehormatan Prajurit.
6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Mengutamakan Keperwiraan Di
Dalam Melaksanakan Tugas Serta Senantiasa Siap Sedia Berbakti Kepada
Negara Dan Bangsa.
7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia Setia Dan Menepati Janji Serta
Sumpah Prajurit.
Sedangkan Sumpah Prajurit terdiri atas:
12
Website TNI AD
32
1. Setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.
2. Tunduk kepada hokum dan memegang teguh disiplin keprajuritan.
3. Taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan.
4. Menjalankan segala kewajiban dengan rasa penuh tanggung jawab
kepaada tentara dan Negara Republik Indonesia.
5. Memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.
Yang terakhir Delapan Wajib TNI meliputi:13
1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.
2. Bersikap sopan santun terhadap rakya.
3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita.
4. Menjaga kehormatan diri di muka umum.
5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya.
6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat.
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8. Menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi masalah
dan kesulitan rakyat di sekelilingnya.
9.
2.1.3
Tugas Pokok Tentara Nasional Indonesia
Sebagai bagian dari TNI, tugas pokok TNI AD adalah menegakkan
kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara
13
Website TNI AD
33
Republik Indonesia tahun 1945, serta melindungi segenap bangsa dan segenap
tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa
dan negara.
Tugas-tugas pokok tersebut seuai dengan PPPA TNI AD TA 2012
berdasarkan Peraturan Kasad nomor Perkasad/125/XII/2011 tanggal 21 Desember
2011 meliputi:14
1. Melaksanakan tugas TNI Matra Darat bidang pertahanan Operasi Militer
untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
a) Memelihara
dan
meningkatkan
kemampuan
Satintel
untuk
melaksanakan deteksi dini dan peringatan dini dari setiap gejala
kerawanan dan ancaman agar tidak berkembang menjadi ancaman
nyata.
b) Menyiapkan satuan-satuan operasional baik kekuatan terpusat maupun
kekuatan kewilayahan khususnya di daerah rawan konflik, rawan
separatis, perbatasan dan pulau-pulau terluar sesuai dengan ekalasi
ancaman.
c) Menyiapkan dan memelihara kemampuan operasional ngkatan Darat
yang professional dengan cara meningkatkan kemantapan satuan,
menata organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal
segala bentuk ancaman.
14
Website TNI AD
34
d) Menyiapkan satuan dalam rangka Kerasama Militer Internasional
dengan Angkatan Bersenjata negara sahabat dan melaksanakan tugas
perdamaian dunia sesuai dengan kebiakan politik luar negeri.
e) Menyiapkan satuan operasional dalam rangka mengatasi pemberontak
bersenjata, gerakan separatis bersenjata dan aksi terorisme.
f) Menyiapkan satuan dalam rangka tugas pengamanan Presiden dan
Wakil Presiden beserta keluarganya serta tamu Negara setingkat Kepala
Negara dan Perwakilan Pemerintahan Asing yang sedang berada di
Indonesia.
g) Menyiapkan satuan dalam rangka tugas perbantuan kepada Polri atas
permintaan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
h) Menyiapkan dan menyiagakan satuan dalam rangka tugas membantu
pemerintah menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian dan
pemberian bantuan kemanusiaan serta pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan.
i) Membantu tugas pemerintah di daerah melalui program Operasi Bakti
TNI dan Karya Bakti TNI.
2. Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan
darat dengan Negara lain dan pulau-pulau terluar.
a) Menyiapkan satuan-satuan Angkatan Darat untuk melaksanakan operasi
pengamanan wilayah perbatasan Papua-PNG, Kalimantan-Malaysia,
NTT-RTDL dan pengamanan pulau-pulau terluar.
35
b) Membangun pos-pos perbatasan dan satuan-satuan baru di wilayah
perbatasan.
c) Melanjutkan pemetaan wilayah perbatasan.
3. Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan
kekuatan Matra Darat.
a) Menyiapkan dan memelihara kemampuan operasional TNI AD yang
professional dengan cara meningkatkan kemantapan satuan, menata
organisasi dan mengembangkan gelar satuan untuk menangkal segala
bentuk ancaman.
b) Melanjutkan reformasi internal dalam tubuh TNI AD yang meliputi
aspek structural, doktrin, dan cultural serta hukum upaya membangun
jati diri TNI AD.
c) Meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan latihan baik di pusat
maupun daerah dalam rangka memelihara profeionalisme prajurit.
4. Melaksanakan tugas TNI dalam pemberdayaan wilayah pertahanan di
darat.
a) Membantu pemerintah menyiapkan potensi nasional menjadi kekuatan
pertahanan aspek darat yang dipersiapkan secara dini meliputi wilayah
pertahanan beserta kekuatan pendukungnya untuk melaksanakan Operasi
Militer untuk Perang, yang pelaksanaannya didasarkan atas kepentingan
pertahanan negara sesuai Sistem Pertahanan Semesta.
36
b) Membantu pemerintah menyelenggarakan pelatihan dasar kemiliteran
secara waib bagi warga negara dengan peraturan perundang-undangan.
c) Membantu pemerintah memberdayakan rakyat sebagai kekuatan
pendukung sesuai dengan perundang-undangan.
d) Membantu tugas pemerintah untuk member bantuan kemanusiaan,
menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, merehabilitasi
infrastruktur dan mengatasi masalah akibat pemogokan serta konflik
komunal.
e) Membangun,
memelihara,
meningkatkan
dan
memantapkan
kemanunggalan TNI-Rakyat.
2.2
Deskripsi Yon Zipur I Canka Dhira Dharma
Yonzipur 1/DD adalah satuan bantuan tempur di bawah Kodam I/BB yang
memiliki tugas pokok memperbesar daya gerak satuan sendiri dan memperkecil
daya gerak pasukan musuh dengan melaksanakan konstruksi, destruksi dan nuklir
biologi kimia serta membantu mempertahankan kelangsungan hidup dan
mempertinggi kemampuan operasi satuan Kodam I/BB. Sebagai satuan zeni yang
profesional dan penuh pengalaman, Yonzipur 1/DD selalu berusaha memberikan
yang terbaik
sebagai
mitra
masyarakat melalui
profesionalisme, mutu
layanan dan hasil pekerjaan.
Langkah-langkah strategis yang diambil komandan satuan,adalah selalu
memperluas dan secara konsisten meningkatkan kualitas, mutu hasil pekerjaan
melalui pengembangan metode kerja yang profesional, inovatif, kreatif dan teruji
37
serta bertanggung jawab dengan dukungan perwira-perwira satuan yang
mempunyai kualifikasi di bidang zeni (teknik) serta prajurit satuan yang
berkualitas. Sebagai aset terpenting dalam satuan sumber daya manusia, prajurit
yang profesional merupakan perhatian satuan untuk selalu meningkatkan kinerja
prajurit melalui penugasan yang tepat,mengusahakan terpenuhinya uji kompetensi
jabatan dan memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan pelatihan yang
dibutuhkan dengan tidak lupa selalu berusaha menyesuaikan dengan update
teknologi.
2.2.1
Visi dan Misi Zipur I Dhira Dharma
Zipur I Dhira Dharma memiliki visi dan misi sebagai berikut:15
Visi: memberikan yang terbaik untuk mutu pelayanan serta menjadi mitra kerja
yang bertanggungjawab.
Misi:
1. Selalu mengutamakan ketepatan mutu dan waktu dalam setiap pekerjaan
serta
mengedepankan kepuasan mitra kerja dengan mengembangkan
sumber daya manusia yang semngat, profesional, pantang menyerah,
berdedikasi dan tangguh.
15
Website Batalyon Yon Zipur I DD
38
2. Menjadi satuan yang konsisten solid dan
menghasilkan
bertanggung jawabuntuk
mutu dan pekerjaan sesuai harapan mitra kerja dan
masyarakat.
3. Menciptakan rasa aman bagi mitra kerja kami, mengembangkan
kreativitas, inovasi dan kreasi dalam pencapaian sasaran tugas sesuai
dengan tujuan yang diharapkan.
2.2.2
Struktur Organisasi Yon Zipur I Dhira Dharma
Satuan Yon Zipur I Dhira Dharma memiliki kelompok komando yang
disusun dalam sebuah struktur organisasi sebagai berikut16 :
Komandan
: Myr Czi Mahfud Ghozali
Wadan
: Myr Czi Edward Rindang S
Pasi Intel
: Ltt Czi Ari S
Pasi Ops
: Ltt Czi Vispayudha
Pasi Pers
: Ltt Czi Arie Y
Pasi Log
: Ltt Czi Erwan
Danki Markas : Kpt Czi Naspi
Danki Bant
: Kpt Czi Ramdhani
Danki Zipur A : Ltt Czi Sunandar
Danki Zipur B : Kpt Czi Fajar M
Danki Zipur C : Kpt Czi Tobing
16
Website Batalyon Yon Zipur I DD
39
2.3
Sejarah Lahirnya Marching Band di Indonesia
Menurut informasi dari Persatuan Drumband Indonesia (PDBI), drumband
di Indonesia sudah memiliki banyak penggemar ketika organisasi ini belum
terbentuk pada bulan desember tahun1977. Pada saat itu dinas olahraga DKI Jaya
dan KONI DKI Jaya beserta Yayasan Dharma Wanodya (sebuah perkumpulan
Drumband di Jakarta), mengambil prakarsa untuk mengadakan pertemuan dengan
seluruh perkumpulan drumband yang ada di DKI Jakarta Raya untuk membentuk
wadah organisasi drumband. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 7 Oktober 1977.
Akhirnya organisasi itu terbentuk dengan nama PDBI (Persatuan Drum Band
Indonesia) melalui S.K. Gubernur KDH DKI Jaya No. 700 yang isinya
menentukan bahwa kegiatan drumband dibina oleh Dinas Olahraga dan KONI
DKI Jaya.
Pada saat setelah terbentuknya organisasi PDBI ini, diadakan hubungan
dengan semua Bupati maupun Walikota seluruh wilayah Indonesia. Hal ini
mendapat tanggapan positif, dan terdaftar 400 unit drumband yang tersebar di 25
prospinsi. Melihat hal ini, penulis beranggapan bahwa dengan adanya 400 unit
drumband yang tersebar pada tahun1977, sangat memungkinkan bahwa jauh
sebelum tahun itu drumband sudah ada di Indonesia.
Menurut Inta (2011:39), di Indonesia pada awalnya maching band lahir
pada masa penjajahan Belanda. Pada zaman pemerintahan Hindia-Belanda
tersebut, corps music sangat dibutuhkan untuk mengiringi upacara-upacara
pemerintahan. Maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut dibentuklah corp musik
40
dengan para pemain adalah pemain lokal Indonesia. Saat itu pemain alat musik
tiup sangat sedikit, sehingga corp musik tersebut dibuat hanya dengan
menggunakan alat musik pukul (drum). Dengan begitu mereka menamakan
kelompok alat musik ini dengan sebutan ‘drum band’. Namun dalam
perkembangannya akhirnya dimasukkanlah alat-alat music tiup. Pada masa itu,
istana-istana kerajaan yang ada di Jawa juga ikut membentuk drum band, dimana
drum band ini dimainkan oleh para prajurit istana kerajaan Jawa. Tidak hanya
berhenti sampai di istana, drum band juga akhirnya berkembang di sekolahsekolah dan masyarakat umum di Indonesia.
2.3.1
Istilah Drum Band, Brass Band, dan Marching Band
Pada dasarnya drum band dan brass band adalah sama-sama sebuah
ansambel yang mana komposisi alat musiknya tidak jauh berbeda. Kedua
ansambel ini sama-sama terdiri atas sekelompok alat musik pukul/tabuh dan
sekelompok alat musik tiup (pada umumnya alat musik tiup dari logam). Namun
dalam permainanya, kedua ansambel ini akan jelas terlihat perbedaannya ketika
drum band atau brass band tersebut dimainkan. Pada ansambel drum band
misalnya, ketika dimainkan kita akan dapat merasakan bahwa suara alat musik
pukul (baik itu snare drum, tom-tom, bass drum,ataupun bellyra) akan sangat
mendominasi dibandingkan dengan suara alat musik tiup. Dan kita akan dapat
melihat bahwa alat musik tiup hanya berperan sebagai alat musik pendukung dan
pelengkap. Begitu juga sebaliknya, ketika ansambel brass band dimainkan maka
alat musik pukul hanya akan berperan sebagai alat musik pendukung dan
41
pelengkap. Selain itu, jumlah komposisi alat musik yang digunakan juga dapat
kita lihat dalam membedakan kedua ansambel ini. Pada drum band, jumlah
komposisi alat musik pukul (baik itu snare drum, tom-tom, bass drum, ataupun
bellyra) akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah komposisi alat musik tiup
(terompet, tuba,klarinet,pianika, dll). Demikian sebaliknya pada jumlah komposisi
perbedaan jumlah alat musik pada ansambel brass band.
Lain halnya dengan marching band, ansambel ini merupakan gabungan dari kedua
ansambel drum band dan ansambel brass band. Pada marching band, distribusi
penggunaan alat musik pukul/tabuh dan alat musik tiup sama-sama saling
melengkapi satu sama lain. Dalam permainannya, ada saatnya ketika alat musik
pukul/tabuh yang mendominasi, dan ada juga saatnya alat musik tiup yang
mendominasi. Menurut sejarahnya (Reza Qumilar 2010), marching band bermula
dari tradisi purba sebagai kegiatan yang dilakukan oleh beberapa musisi yang
bermain music secara bersama-sama dan dilakukan sambil berjalan untuk
mengiringi suatu perayaan ataupun festival. Seiring dengan perjalanan waktu,
marching band berevolusi menjadi lebih terstruktur dalam kemiliteran di masamasa awal era negara kota. Bentuk inilah yang menjadi dasar awal band militer
yang kemudianmenjadi awal munculnya marching band saat ini.
Untuk memperjelas definisi dari ketiga istilah drum band, brass band, dan
marching band, maka di bawah ini akan dijelaskan pengertian dari ketiga istilah
tersebut berdasarkan etimologi katanya (menurut Virginia Tech Multimedia Music
Dictionary) :
42
a) Drum band berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu drum dan band.
Drum berarti sebuah alat musik yang dipukul atau ditabuh, biasanya
menggunakan stik (pemukul). Sedangkan band adalah bentuk gabungan
alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri
dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah
dengan cymbal.
b) Brass band berasal dari kata brass dan band. Brass berarti sebuah alat
musik yang ditiup (alat musik yang terbuat dari logam). Sedangkan band
adalah bentuk gabungan alat musik yang berfungsi sebagai melodi dalam
suatu lagu yang terdiri dari alat musik tiup, alat musik perkusi yang
bernada, serta ditambah dengan cymbal.
c) Marching band berasal dari kata marching dan band. Marching berarti
berbaris, sedangkan band adalah bentuk gabungan alat musik yang
berfungsi sebagai melodi dalam suatu lagu yang terdiri dari alat musik
tiup, alat musik perkusi yang bernada, serta ditambah dengan cymbal.
2.3.2
Keberadaan Marching Band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD
2.3.2.1 Sejarah Terbentuknya Marching Band Canka Dhira Dharma Yon
Zipur I/D
Menurut
Letnan Virgo17, selaku seorang danton pada marching band
Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD, keberadaan munculnya marching band di
17
Hasil wawancara tanggal 26 Maret 2013 di markas batalyon Yon Zipur I
Dhira Dharma.
43
batalyon Zipur I Dhira Dharma ini tidak lepas dari pengaruh marching band
Canka Lokananta yang berada di kota Magelang. Marching band yang menjadi
kebanggaan para taruna AKMIL tersebut sukses menjadi icon bagi marching band
militer TNI Angkatan Darat di Indonesia. Hal tersebut sedikit banyak telah
mempengaruhi berbagai satuan batalyon di berbagai tempat untuk memiliki
marching band sendiri.
Pada awalnya, Komando Daerah Militer Bukit Barisan hanya memiliki
korps musik (korsik) yang penggunaannya
hanya sebatas untuk mengiringi
upacara saja. Masih menurut beliau18, selanjutnya lulusan-lulusan akmil dari kota
Magelang yang berada di Yon Zipur inilah yang mengeluarkan gagasan atau ide
untuk membentuk sebuah drum band di satuan batalyon Yon Zipur I Dhira
Dharma. Drum band ini diharapkan nantinya tidak hanya berfungsi sebagai
pengiring untuk upacara saja, namun sifatnya sudah multifungsi yakni untuk
mengikuti parade-parade, festival, dan acara lainnya. Dengan adanya ide atau
gagasan dari beberapa akmil lulusan Magelang tersebut 19, maka terbentuklah
marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD. Menurut Sersan
Antorikson Sinaga20, marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD ini
dibentuk sejak tahun 2010 silam. Pada waktu itu marching band ini berada
dibawah bimbingan dan asuhan Danyon Zipur I/DD Letkol Czi A. Rizal
18
Hasil wawancara dengan Letnan Virgo pada 9 Juli 2013 di batalyon Yon
Zipur I Dhira Dharma
19
Ide atau gagasan dari para akmil tersebut dapat dipertanggung-jawabkan
karena mereka sendiri sudah dilatih untuk bermain drum band ketika masih dibina
di Akademi Militer di Magelang.
20
Hasil wawancara tanggal 12 Februari 2013 di markas batalyon Yon
Zipur I Dhira Dharma.
44
Ramdhani dengan pelatih Letda Czi Andria Sandiawan. Pada saat itu jumlah
personilnya 48 orang dengan susunan formasi mayoret dipegang oleh Serda A. R.
Sinaga.
2.3.2.2 Kepengurusan dan Keanggotaan Marching Band Yon Zipur I Dhira
Dharma
Secara umum, struktur organisasi marching band Canka Dhira Dharma
Yon Zipur I/DD sangat sederhana, hanya terdiri dari penanggung jawab yang
diisi oleh komandan batalyon, seksi operasi yang bertugas untuk mengatur jadwal
operasi kapan marching band ini akan bermain, danki drumband yaitu tempat
koordinator memberikan laporan, koordinator drumband yaitu pelatih pemain
marching band, dan yang hierarki yang terakhir adalah pemain itu sendiri.
45
Bagan 2.1:
Struktur Organisasi Drum Band Canka Dhira Dharma
Penanggung Jawab
(Letkol Czi Mahfud Ghozali)
Seksi Operasi
Danki Drumband
(Kapten Czi Sunandar P)
(Lettu Czi T. E. J. Tobing)
Koordinator/Pelatih
Letda Czi Virgo
Pemain Marching
Band
46
Keanggotaan marching band Canka Dhira Dharma Yon Zipur I/DD haruslah
seorang anggota militer yang lajang21. Pada saat masuknya anggota militer
angkatan yang baru, semua mereka akan langsung dibina dan dididik untuk
mendapatkan pelajaran bagaimana bermain marching band. Dari hasil itu akan
diperoleh data siapa yang layak untuk dimasukkan ke dalam anggota marching
band.
Jadwal latihan yang dilaksanakan oleh marching band Canka Dhira Dharma
ini biasanya diadakan setiap hari sabtunya. Mereka mengadakan latihan setiap
sekali seminggu (di lapangan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma) dan biasanya
mereka akan melatih lagu-lagu yang akan dimainkan pada upacara hari seninnya
ataupun untuk dimainkan pada acara-acara yang akan mereka ikuti. Disamping
itu, marching band ini juga terkadang melakukan sesi latihan di lapangan
KODAM Bukit Barisan untuk menggelar latihan bersama jika adaupacara-upacara
besar. Misalnya pada bulan Februari 2013 silam, mereka menggelar latihan
bersama di KODAM beserta dengan seluruh anggota militer dari berbagai satuan
batalyon untuk menyambut kunjungan Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad).
2.3.2.3 Klasifikasi Alat Musik dan Lagu Marching Band Yon Zipur I Dhira
Dharma
Adapun beberapa alat musik yang dimiliki oleh satuan batalyon ini terdiri
dari 16 buah snare drum, 8 buah tenor drum, 8 buah bass drum, 12 buah bellyra,
21
Hasil wawancara dengan Letnan Virgo, 9 Juli 2013 di batalyon Yon
Zipur
47
dan 16 buah terompet. Sedangkan perlengkapan lain seperti atribut terdiri dari
jubah harimau, jubah macan tutul, jubah elang, sarung tangan harimau, stick atau
tongkat mayoret, serta berbagai perhiasan untuk alat musik yang dipakai.
Pada umumnya marching band Canka Dhira Dharma ini memiliki lagu-lagu
yang bertemakan nasionalisme atau yang disebut dengan lagu nasional. Lagu-lagu
tersebut dimainkan pada saat mengikuti upacara seperti upacara rutinitas setiap
hari Senin, upacara rutinitas setiap tanggal 17 setiap bulannya, upacara hari besar
nasional, dan upacara-upacara yang bersifat formal lainnya. Dan ketika mereka
mengadakan pawai (display), mengikuti suatu kegiatan untuk acara pembukaan
untuk tujuan hiburan, dan bahkan saat mengikuti festival, marching band ini
memainkan lagu tersendiri. Pada upacara Pedang Pora, mereka memainkan lagu
yang secara khusus hanya dimainkan pada upacara tersebut . Menurut Letnan
Virgo, secara keseluruhan daftar lagu-lagu yang dimainkan oleh marching band
Canka Dhira Dharma diambil dan mengikuti lagu-lagu yang ada pada marching
band Canka Lokananta yang berada di Magelang.
Dan sejauh ini menurut
pengamatan penulis, marching band ini memiliki tiga kategori lagu yang
dibawakan pada saat bermain, yaitu : (1) kategori lagu nasional, yaitu dimainkan
pada saat mengikuti upacara formal atau rutinitas ; (2) kategori lagu display, yaitu
lagu yang dimainkan pada saat pawai atau untuk tujuan hiburan lainnya ; (3)
kategori lagu yang dibawakan pada saat upacara Pedang Pora saja.
48
BAB III
ANALISIS STRUKTUR MUSIK MARCHING BAND
ZIPUR I DHIRA DHARMA
3.1
Transkripsi dan Analisis
Nettl dalam tulisannya (1964:99-103) menganggap transkripsi merupakan
cara yang baik untuk mempelajari aspek-aspek detail pada suatu musik dengan
dua pendekatan ; pertama menganalisa dan mendeskripsikan apa yang didengar,
dan kedua mendeskripsikan apa yang dilihat dan menuliskannya di atas kertas
dengan suatu cara penulisan tertentu. Untuk mendapat gambaran tentang
fenomena musikal dalam setiap kegiatan yang diikuti marching band ini, maka
dilakukan transkripsi terhadap musik yang dipakai dalam kegiatan tersebut.
Penulis memilih notasi musik Barat sebagai acuan notasi penulisan
transkripsi didasarkan atas dua pertimbangan, yaitu : (1) Notasi ini sudah lazim
dikenal dalam dunia musik sehingga secara umum telah dikenal oleh masyarakat
luas, khususnya yang menaruh minat dalam menulis dan membaca tentang musik;
(2) Notasi ini memberikan beberapa kemudahan, diantaranya dalam penulisan
gerakan melodi (kantur) baik menaik atau menurun dapat diketahui dengan jelas,
serta membantu dalam kemudahan dalam usaha penganalisaan.
Dalam melakukan penotasian tersebut, penulis memiliki alasan yang
mengacu kepada sebuah artikel “The Purpose of Transcription” tulisan Pandora
Hopkins di dalam Jurnal for The Society of Ethnomusicology (1966 : 316). Dia
49
menyatakan bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk
menunjukkan bahwa notasi itu sebagai fenomena yang telah memiliki arti bagi
kita (pemakainya) dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai
untuk perbandingan ( lihat skripsi Johannes, 2000 : 52 ).
Dengan melihat uraian kategori lagu yang dimainkan pada pembahasan
sebelumnya, maka penulis hanya memilih tiga buah lagu yang akan
ditranskripsikan dan dianalisa dengan masing-masing satu lagu dari setiap
kategori. Pada kategori lagu nasional, penulis akan mentranskripsi dan
menganalisa lagu “Indonesia Raya”. Alasan penulis memilih lagu ini dikarenakan
setiap upacara yang dilaksanakan, lagu yang wajib dan paling sering dimainkan
adalah
lagu “Indonesia Raya”.
Pada kategori lagu display, penulis akan
mentranskripsi dan menganalisa “Himne Angkatan Darat “. Dan terakhir pada
upacara Pedang Pora, penulis akan mentranskripsikan dan menganalisa lagu
“Taruna Jaya”. Lagu ini merupakan sebuah lagu yang hanya dibawakan khusus
untuk anggota militer lulusan dari Akademi Militer. Lagu ini dimainkan pada saat
mereka melangsungkan pernikahan.
3.2
Model Notasi
Notasi yang digunakan untuk mentranskripsi ketiga lagu Indonesia Raya,
Taruna Jaya, dan lagu Himne Angkatan Darat adalah notasi Barat. Notasi ini
merupakan notasi yang sudah baku dan sudah umum. Di dalamnya terdapat
beberapa simbol-simbol yang digunakan dalam partitur notasi balok dari lagu-
50
lagu di atas. Adapun beberapa simbol tersebut akan diuraikan secara rinci di
bawah ini.
1.
Menunjukkan garis paranada dimana terdapat lima buah garis paranada dan
empat buah spasi.
2.
Gambar yang paling kiri menunjukkan tanda kunci (key signature) G,
dimana pada garis paranada kedua dari bawah merupakan nada G. Gambar yang
ditengah merupakan tanda dua mol yang berarti nada dasarnya adalah Bb.
Sedangkan gambar yang paling kanan menunjukkan birama 4/4 artinya dalam
setiap birama memiliki empat ketuk not seperempat.
3.
Gambar tersebut menandakan not penuh (whole note), artinya nada tersebut
memiliki nilai sebanyak empat ketuk.
4.
Gambar tersebut menandakan not setengah (half note), artinya nada tersebut
memiliki nilai sebanyak dua ketuk.
5.
51
Gambar tersebut menandakan not seperempat (quarter note), artinya nada
tersebut memiliki nilai sebanyak satu ketuk.
6.
Gambar tersebut menandakan not seperdelapan (eighth note), artinya nada
tersebut memiliki nilai sebanyak setengah ketuk.
7.
Gambar tersebut menandakan not seperenambelas (sixteenth note), artinya
nada tersebut memiliki nilai sebanyak seperempat ketuk.
8.
Gambar tersebut menandakan tanda istirahat penuh (whole rest), artinya
tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak empat ketuk.
9.
Gambar tersebut menandakan tanda istirahat seperempat (quarter rest),
artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak satu ketuk.
10.
Gambar tersebut menandakan tanda istirahat seperdelapan (eighth rest),
artinya tanda istirahat tersebut memiliki nili sebanyak satu ketuk.
11.
52
Gambar disebelah kiri menandakan not seperempat dengan tanda titik
(dotted not) di depannya. Tanda titik itu memiliki nilai setengah ketuk dari not
yang dibelakangnya. Jadi nilai keseluruhan not itu adalah nilai not seperempat
ditambah dengan setengah dari nilai not seperempat, yaitu satu setengah ketuk.
Demikian juga dengan gambar yang di sebelah kanan, yaitu tanda istirahat
setengah dengan tanda titik (dotted rest) di depannya.
12.
Ketiga gambar di atas merupakan penjelasan tentang snare drum. Gambar
paling kiri menunjukkan bahwa snare drum dimainkan dengan cara memukul
bagian sisi snare drum (side stick). Gambar yang di tengah menunjukkan bahwa
snare drum dimainkan bersamaan dengan cymbal. Sedangkan gambar yang paling
kiri menunjukkan bahwa snare drum dimainkan tiga kali empat buah not
seperenambelas. Hal ini disebut juga dengan istilah buzz roll.
Simbol-simbol tersebut di atas perlu untuk diketahui agar pembaca dapat
memahami makna simbol-simbol tersebut yang terdapat dalam lampirn partitur.
53
3.3
Analisis Melodi
William P. Malm dalam teorinya weight scale mengungkapkan bahwa ada
beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi, yaitu mencakup (1) tangga
nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah
nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns),
(7) formula melodik (melodie formula), (8) kontur (contour). Oleh sebab itu,
dalam menganalisis struktur melodi dari lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan
Lagu Display, penulis mengacu kepada kedelapan karakteristik yang ditawarkan
oleh William P. Malm dalam teori weight scale tersebut.
3.3.1
Tangga Nada (scale)
Menurut Malm, mendeskripsikan tangga nada adalah menyusun semua
nada yang dipakai dalam melodi suatu lagu. Dengan demikian penulis akan
menyusun nada-nada yang terdapat dalam melodi lagu Taruna Jaya, Indonesia
Raya, dan Lagu Display mulai dari nada terendah hingga nada tertinggi, termasuk
nada-nada oktaf.
3.3.1.1 Tangga Nada Lagu Taruna Jaya
Penulis mengurutkan semua nada yang dipakai dalam lagu ini, kemudian
menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada
pada lagu Taruna Jaya. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat lima nada dan
ditambah satu nada oktaf. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’.
54
3.3.1.2 Tangga Nada Lagu Indonesia Raya
Penulis mengurutkan semua nada yang dipakai dalam lagu ini, kemudian
menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada
pada lagu Indonesia Raya. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat tujuh nada dan
ditambah empat nada oktaf. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D, Eb, F, G, A, Bb’.
3.3.1.3 Tangga Nada Lagu Himne Angkatan Darat
Penulis mengurutkan semua nada yang dip[akai dalam lagu ini, kemudian
menyusunnya ke dalam garis paranada yang disusun sesuai dengan nada-nada
pada lagu ini. Setelah dianalisa, pada lagu ini terdapat tujuh nada oktaf dan
ditambah tiga nada satu oktaf lebih tinggi. Nada tersebut adalah nada Bb, C, D,
Eb, F, G, A, Bb’
3.3.2
Nada Dasar (Pitch Center)
Dalam menentukan nada dasar pada setiap lagu yang akan ditranskripsikan,
penulis berpedoman kepada hasil rekaman yang dimainkan di lapangan. Atas
dasar itu, kemudian penulis mengubahnya ke dalam bentuk partitur. Namun dalam
mentranskripsikan lagu Indonesia Raya, penulis terlebih dahulu berpedoman
kepada partitur yang sudah ada, kemudian mencocokkannya dengan hasil
rekaman yang ada di lapangan. Nada dasar dalam partitur lagu Taruna Jaya,
Indonesia Raya, dan Himne Angkatan Darat adalah Bb.
55
3.3.3
Wilayah Nada (Range)
Wilayah nada dalam suatu komposisi musik adalah jarak antara nada
terendah dengan nada tertinggi. Untuk menentukan wilayah nada pada setiap lagu,
maka pertama sekali penulis menyusun setiap nada-nada yang dimainkan ke
dalam bentuk tangga nada (pada sub-bab sebelumnya). Setelah tangga nadanya
selesai dibentuk, maka penulis dapat melihat dan menentukan nada terendah dan
nada tertinggi. Berikutnya penulis menghitung frekuensi jarak nada tersebut (dari
nada terendah ke nada tertinggi) dengan menggunakan sistem cent sebagaimana
halnya pendapat yang ditawarkan oleh Ellis dalam Malm (1977:35) yaitu nadanada yang berjarak satu laras sama dengan 200 cent dan nada yang berjarak
setengah laras sama dengan 100 cent.
3.3.3.1 Wilayah Nada Lagu Taruna Jaya
Untuk membuat wilayah nada yang terdapat pada lagu Taruna Jaya ini,
penulis berpedoman kepada tangga nada yang sudah dibuat ke dalam bentuk
partitur yang terdapat pada sub-bab sebelumnya. Lagu Taruna Jaya ini memiliki
wilayah nada dari nada F ke F’. Jarak dari nada F ke F’ adalah sebanyak enam
laras sehingga jumlah frekuensi jarak nada tersebut adalah 1200 cent.
56
3.3.3.2 Wilayah Nada Lau Indonesia Raya
Dari tangga nada yang sudah dibuat sebelumnya,maka lagu Indonesia Raya
ini memiliki wilayah nada dari nada D ke G’. Jarak dari nada D ke G’ adalah
sebanyak delapan setengah laras sehingga jumlah frekuensi jarak kedua nada
tersebut adalah 1700 cent.
3.3.3.3 Wilayah Nada Lagu Himne Angkatan Darat
Dengan berpedoman kepada tangga nada yang sudah dibuat pada sub-bab
sebelumnya, maka wilayah nada yang terdapat pada lagu ini adalah dari nada D’
ke F”. Jarak dari nada D; ke F” adalah sebanyak tujuh setengah laras sehingga
jumlah frekuensi jarak kedua nada tersebut adalah 1500 cent.
57
3.3.4
Jumlah Nada (Frequency of Note)
Jumlah nada merupakan banyaknya pemakaian nada yang dipakai dalam
sebuah komposisi. Menurut Nettl (1964:146), untuk menggambarkan jumlah
nada-nada umumnya disampaikan lewat notasi yang ditulis pada garis paranada.
Dalam hal ini penulis akan menyusun jumlah nada yang dipakai sesuai dengan
tangga nada yang telah dibuat sebelumnya.
3.3.4.1 Jumlah Nada Lagu Taruna Jaya
Frekuensi pemakaian nada pada lagu Taruna Jaya ini dapat dilihat pada
garis paranada di bawah ini.
17
32
42
20
8
4
Dari gambar di atas, dapat dilihat frekuensi pemakaian dari setiap nada
yang mana nada yang paling sering digunakan adalah nada C sebanyak 42 kali.
Sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada E’ yakni sebanyak 4
kali.
58
3.3.4.2 Jumlah Nada Lagu Indonesia Raya
Frekuensi pemakaian nada pada lagu Indonesia Raya ini dapat dilihat pada
garis paranada di bawah ini.
5
15
18
16
5
26
24
27
20
21 15
Dari gambar di atas, dapat dilihat frekuensi pemakaian dari setiap nada
yang mana nada yang paling sering digunakan adalah nada D’ sebanyak 27 kali.
Sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada D dan A yakni
sebanyak 5 kali.
3.3.4.3 Jumlah Nada Lagu Himne Angkatan Darat
Frekuensi pemakaian nada pada lagu ini dapat dilihat pada garis paranada
di bawah ini.
4
2
2
39
29
21
17
25
13
4
Dari gambar di atas, dapat dilihat frekuensi pemakaian dari setiap nada
yang mana nada yang paling sering digunakan adalah nada G’ sebanyak 39 kali.
59
Sedangkan nada yang paling sedikit digunakan adalah nada Eb’ dan F’ yakni
sebanyak 2 kali.
3.3.5
Interval
Interval merupakan jarak antara nada yang satu dengan yang lainnya
(Mnoff,1991:71). Dari hasil transkripsi ketiga lagu Taruna Jaya, Indonesia Raya,
dan Lagu Himne Angkatan Darat, maka penulis menentukan interval dari setiap
lagu dan membaginya ke dalam interval naik dan interval turun. Untuk melihat
lebih jelas lagi maka penulis membuat tabel berikut dibawah ini:
3.3.5.1 Interval Lagu Taruna Jaya
Interval
Posisi
Naik
Total
Turun
1P
17
2m
7
4
11
2M
39
26
65
3m
3
3
3M
4
4
7
5
12
3
1
4
4P
17
5dim
5P
6m
6M
60
Jumlah
73
43
116
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul
adalah interval 2M, yaitu sebanyak 67 kali. Sedangkan interval yang paling
sedikit muncul adalah interval 3m, yaitu sebanyak 3 kali. Dan apabila dilihat dari
posisinya, interval naik memiliki jumlah sebanyak 73 kali. Sedangkan interval
turunnya memiliki jumlah sebanyak 43 kali. Hal ini berarti bahwa lagu tersebut
memiliki banyak nada berdekatan dengan posisi naik.
3.3.5.1 Interval Lagu Indonesia Raya
Interval
Posisi
Naik
Total
Turun
1P
74
74
2m
5
17
22
2M
10
40
50
3m
7
6
13
3M
2
5
7
4P
9
5
14
5dim
5P
6m
4
4
61
6M
3
Jumlah
113
3
73
186
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul
adalah interval 1P, yaitu sebanyak 74 kali. Dan interval kedua paling sering
muncul adalah interval 2M, yaitu sebanyak 50 kali. Sedangkan interval yang
paling sedikit muncul adalah interval 6M, sebanyak 3 kali dan interval 6m
sebanyak 4 kali. Dan apabila dilihat dari posisinya, interval naik memiliki jumlah
sebanyak 113 kali. Sedangkan interval turunnya memiliki jumlah sebanyak 73
kali. Hal ini berarti bahwa lagu tersebut memiliki banyak nada berdampingan dan
berdekatan dengan posisi naik.
3.3.5.1 Interval Lagu Himne Angkatan Darat
Interval
Posisi
Naik
Total
Turun
1P
30
30
2m
19
22
41
2M
23
26
49
3m
1
9
10
5
5
3M
4P
7
7
5dim
62
5P
2
2
6m
6M
Jumlah
82
62
144
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa interval yang paling banyak muncul
adalah interval 2M, yaitu sebanyak 49 kali. Sedangkan interval yang paling
sedikit muncul adalah interval 5P, yaitu sebanyak 2 kali. Dan apabila dilihat dari
posisinya, interval naik memiliki jumlah sebanyak 82 kali. Sedangkan interval
turunnya memiliki jumlah sebanyak 62 kali. Hal ini berarti bahwa lagu tersebut
memiliki banyak nada berdekatan dengan posisi naik.
3.3.6
Pola Kadensa (cadence patterns)
Pengertian kadensa adalah pergerakan nada akhir dari suatu frasa lagu. Pola
kadens dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu semi kadens (half cadence) dan
kadens penuh (full cadence). Semi kadens adalah suatu bentuk istirahat yang tidak
lengkap atau tidak selesai dan memberi kesan adanya gerakan ritem yang lebih
lanjut. Sedangkan kadens penuh adalah suatu bentuk istirahat di akhir frasa yang
terasa selesai sehingga pola kadens seperti ini tidak memberikan kesan untuk
menambah gerakan ritem.
3.3.6.1 Pola Kadensa Lagu Taruna Jaya
63
Pola semi kadens (half cadence) terdapat pada :
Birama ke-15
Birama ke-17
Birama ke-19
Birama ke-28
Birama ke-29
Birama ke-31
Birama ke-33
Birama ke-35
Pola kadens penuh (full cadence) yaitu terdapat pada :
Birama ke-11
Birama ke-27
64
3.3.6.2 Pola Kadensa Lagu Indonesia Raya
Pola semi kadens (half cadence) terdapat pada :
Birama ke-5
Birama ke-9
Birama ke-17
Birama ke-25
Birama ke-29
Pola kadens penuh (full cadence) yaitu terdapat pada :
Birama ke-34
3.3.6.3 Pola Kadensa Lagu Himne Angkatan Darat
Pola semi kadens (half cadence) terdapat pada :
Birama ke-16
65
Birama ke-24
Birama ke-28
Pola kadens penuh (full cadence) yaitu terdapat pada :
Birama ke-8
Birama ke-36 sampai ke-38 :
3.3.7
Formula Melodik (melodie formula)
Melodi berasal dari bahasa Yunani yaitu meloidia yang artinya bernyanyi
atau berteriak. Namun berdasarkan kamus online Virginia Tech Multimedia
Music Dictionary, melodi adalah:
A rhythmically organized sequence of single tones so related to one
another as to make up a particular phrase or idea. [sebuah nada yang
disusun secara berurutan sehingga setiap nada berkaitan dan
membentuk sebuah frasa atau ide tertentu]
Dalam mendeskripsikan fomula melodik, ada tiga hal penting yang akan
dibahas yaitu bentuk, frasa, dan motif. Bentuk adalah suatu aspek yang
menguraikan tentang organisasi musikal. Unit terkecil dari suatu melodi disebut
66
dengan motif, yaitu tiga nada atau lebih yang menjadi ide sebagai pembentukan
melodi. Gabungan dari motif adalah semi frasa, dan gabungan dari semi frasa
disebut dengan frasa (kalimat).
Menurut William P Malm dalam bukunya Musical Cultures of The Pasific
The Near East and Asia (1977:8), bentuk dapat dibagi menjadi lima bagian
yaitu :
1. Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami pengulangan
2. Ireratif, yaitu suatu bentuk nyanyian yang menggunakan formula melodi
yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam
keseluruhan nyanyian.
3. Reverting, yaitu suatu bentuk nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi
pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi pentimpangan melodis.
4. Strofic, yaitu apabila bentuk nyanyian diulang dengan formalitas yang sama
namun menggunakan teks yang baru.
5. Progressive, yaitu apabila bentuk nyanyian selalu berubah dengan
menggunakan materi melodi yang selalu baru.
Nettl dalam bukunya Theory and Method in Ethnomusicology, mengatakan
bahwa untuk mendeskripsikan bentuk suatu komposisi, ada beberapa patokan
yang dipakai untuk membagina ke dalam berbagai bagian, yaitu:
1. Pengulangan bagian komposisi yang diulangi bisa dianggap sebagai satu
unit.
2. Frasa-frasa istirahat bisa menunjukkan batas akhir suatu unit.
67
3. Pengulangan dengan perubahan (misal, transposisi lagu atau pengulangan
pola ritmis dengan nada-nada yang lain).
4. Satuan teks dalam musik vokal, seperti kata atau baris.
Dalam hal ini penulis membagi bentuk dalam lagu-lagu yang dianalisa
dengan patokan poin kedua diatas, yaitu membagi dengan berdasarkan frasa-frasa
istirahat.
3.3.7.1 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Taruna Jaya
Birama
Frasa
3-7
A1
8- 11
A2
12-13
B
14-15
C1
16-17
C2
18-19
C3
20-23
A1
24-27
A2
28-29
B
30-31
C1
32-33
C2
34-35
C3
68
Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2
Setelah dianalisa, bentuk lagu Taruna Jaya dapat diuraikan sebagai A1-A2-B-C1C2-C3, bentuk ini terdapat pada birama pertama sampai dengan birama ke-19.
Lagu ini mengalami pengulangan dengan bentuk yang sama pada birama ke-20
sampai dengan birama ke-35. Dengan demikian bentuk pada lagu ini dapat
digolongkan ke dalam bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian yang mengalami
pengulangan.
69
3.3.7.2 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Indonesia Raya
Birama
Frasa
1-5
A1
6-9
A2
10-13
A3
14-17
B
18-21
C1
22-25
C2
26-29
D1
30-34
D2
Gambar notasi di samping merupakan notasi pada frasa A1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A3
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B
70
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C2
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D1
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa D2
Bentuk lagu Indonesia Raya di atas dapat diurutkan sebagai A1-A2-A3-BC1-C2-D1-D2. Bentuk A, C, dan D sama-sama mengalami pengulangan namun
terdapat sedikit perubahan pada melodi akhirnya. Dengan demikian bentuk dari
lagu tersebut sesuai dengan pendapat Malm adalah Reverting, yaitu suatu bentuk
nyanyian apabila di dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama
setelah terjadi pentimpangan melodis.
Setelah lagu ini dimainkan sampai birama yang terakhir yakni birama yang
ke-33, lagu ini kembali dimainkan dari mulai birama yang ke-26 sampai birama
yang ke-34. Tentu hal ini merupakan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk
71
nyanyian yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama. Notasi dapat
dilihat pada gambar berikut.
3.3.7.3 Analisis Bentuk, Frasa, dan Motif pada Lagu Himne Angkatan Darat
Birama
Frasa
1-8
C
13-16
A
17-20
B
21-24
C
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa C
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa A
72
Gambar notasi di atas merupakan notasi pada frasa B
Bentuk pada lagu ini adalah C-A-B-C. Lagunya dimulai pada birama yang
ke-13, namun pada birama pertama sampai pada birama yang ke-8 terdapat
sebuah frasa yang sama persis dengan frasa pada birama yang ke-21 sampai pada
birama yang ke-24. Dengan demikian lagu ini diawali dan diakhiri sebuah frasa
yang sama. Hal ini menunjukkan sebuah bentuk Repetitve, yaitu bentuk nyanyian
yang mengalami pengulangan dengan melodi yang sama.
3.3.8 Kontur (contour)
Kontur adalah alur melodi yang biasanya ditandai ddengan menarik garis.
Ada beberapa jenis kontur yang dikemukakan oleh Malm (Malm dan Jonson
2000:76), antara lain:
1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke
nada yang lebih tinggi.
2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang
tinggi ke nada yang lebih rendah.
3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari nada
yang rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang
73
rendah. Atau sebaliknya dari nada yang tinggi ke nada yang lebih
rendah kemudian kembali ke nada yang lebih tinggi.
4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak
tangga dari nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi, kemudian
sejajar.
5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap.
3.3.8.1 Kontur pada Lagu Taruna Jaya
Kontur di atas menunjukkan melodi pada lagu Taruna Jaya ini bersifat
Pendulous, dimana melodi awalnya berada pada nada yang lebih tinggi, kemudian
bergerak ke nada yang lebih rendah dan selanjutnya kembali ke nada yang lebih
tinggi.
Sedangkan bentuk kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya
sifat Pendoulos yang tidak hanya menggambarkan nada dari yang lebih tinggi
menuju nada yang lebih rendah, kemudian naik kembali menuju nada yang lebih
tinggi. Tetapi dilanjut dengan pergerakan menuju ke nada yang lebih rendah.
Notasi di atas berada pada birama yang ke-21 sampai birama yang ke-22 pada
lagu Taruna Jaya.
74
3.3.8.2 Kontur pada Lagu Indonesia Raya
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat
descending, yaitu dari nada yang lebih tinggi menuju nada yang lebih rendah.
Notasi tersebut terdapat pada birama ke-4 sampai birama ke-5.
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat statis,
yaitu garis melodi yang sifatnya tetap. Notasi tersebut terdapat pada birama yang
ke-18.
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat
pendulous, yaitu nada yang lebih tinggi bergerak menuju nada yang lebih rendah,
kemudian kembali ke nada yang lebih tinggi. Notasi pada gambar di atas terdapat
pada birama yang ke-19 sampai ke-20.
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat teracced,
yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga.
75
3.3.8.3 Kontur pada Lagu Himne Angkatan Darat
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat
descending, yaitu dari nada yang lebih tinggi menuju nada yang lebih rendah.
Notasi tersebut terdapat pada birama ke-13 sampai birama ke-14.
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat
ascending, yaitu dari nada yang lebih rendah menuju nada yang lebih tinggi.
Notasi tersebut terdapat pada birama ke-15 sampai birama ke-16.
Jenis kontur pada gambar notasi di atas menunjukkan adanya sifat
pendulous, yaitu nada yang lebih tinggi bergerak menuju nada yang lebih rendah,
kemudian kembali ke nada yang lebih tinggi.
3.4. Analisis Ritem
Dalam menganalisis ritem permainan marching band Canka Dhira Dharma
ini, penulis melakukan pendekatan dengan melihat tempo, pola ritem, motif, dan
76
meter yang digunakan. Dalam hal ini pada lagu yang sudah ditentukan
sebelumnya, yaitu Taruna Jaya, Indonesia Raya, dan Himne Angkatan Darat.
3.4.1
Analisis Ritem pada Lagu Taruna Jaya
Pada saat upacara Pedang Pora ini akan dilangsungkan, terlebih dahulu para
pemain musik akan memberikan aba-aba bahwa upacara akan segera dimulai.
Aba-aba tersebut disampaikan melalui iringan permainan snare drum, middle
drum, dan bass drum saja. Iringan ini hanya menggunakan dua motif saja,
kemudian diulang-ulang secara terus-menerus sampai upacara siap untuk dimulai.
Untuk membatasi diskusi pola ritem pada lagu ini, penulis hanya akan
menganalisis ritem yang dimainkan oleh snare drum saja.
Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum di atas
adalah sebagai berikut:
1. Tempo M.M.
: 110
2. Durasi not
:
3. Motif ritem
: motif A pada birama ke dua pada gambar di atas
(1/4),
(1/8), dan
(1/16)
Motif B pada birama ke tiga pada gambar di atas
77
4. Meter : 4/4 yaitu terdapat empat ketuk not seperempat pada setiap
biramanya.
Sesudah upacara dimulai, pola ritem snare drum ini hanya memiliki satu motif
saja, yakni untuk mengiringi lagu Taruna Jaya dari awal hingga selesai.
Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum di atas adalah
sebagai berikut:
1. Tempo M.M.
: 85
2. Durasi not
:
3. Motif Ritem
:
(1/4) ,
(1/8), dan
(1/16)
4. Meter: 4/4 yaitu terdapat empat ketuk not seperempat pada setiap
biramanya.
3.4.2 Analisis Ritem pada Lagu Indonesia Raya
Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum pada lagu
Indonesia Raya (pada lampiran) adalah sebagai berikut:
78
1. Tempo M.M. : 100
2. Durasi not :
(1/4 buzz roll)
(1/4) ,
(3/16),
(1/16)
3. Motif ritem:
Motif A pada birama 4-5 dan birama 8-9
Motif B pada birama 26-27 dan birama 30-31
Motif C pada birama 28-29
4. Meter : 4/4
3.4.3 Analisis Ritem pada Lagu Himne Angkatan Darat
Ringkasan yang dapat ditarik dari notasi permainan snare drum pada lagu
Himne Angkatan Darat (pada lampiran) adalah sebagai berikut:
1. Tempo M.M. : 110
2. Durasi not :
(1/4),
(1/8), dan
3. Motif ritem :
Motif A pada birama 1-2
79
(1/16)
Motif B pada birama 3-4
Motif C pada birama 9-10 dan birama 11-12
birama 9 dan 11
birama 10 dan 12
Motif D pada birama 13-24
Motif E pada birama 25-26 dan birama 27-28
Motif F pada birama 29 dan birama 30
Motif G pada birama 31-32
80
Motif H pada birama 35-36 dan birama 37-38
4. Meter : 4/4
81
BAB IV
PENGGUNAAN DAN FUNGSI MARCHING BAND
YON ZIPUR I CANKA DHIRA DHARMA, KODAM
BUKIT BARISAN MEDAN
4.1
Penggunaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma
Mengacu kepada pendapat Alan P Merriam tentang sepuluh fungsi musik
(Merriam 1964:225), penggunaan suatu musik diartikan dengan melihat kapan,
dimana, dan bagaimana musik itu dipakai atau dimainkan. Dengan demikian si
penulis juga dalam hal ini mendeskripsikan kapan, dimana, dan bagaimana
marching band Yon Zipur I DhiraDharma ini dimainkan. Berdasarkan kerangka
pemikiran inilah penulis akan menjelaskan bagaimana penggunaan marching band
ini dimainkan, yakni:
1. Waktu Penggunaan
Hal ini berbicara tentang waktu, yaitu pada saat bagaimana
marching band tersebut dimainkan. Apakah pada saat adanya hari besar
yang mana harus diperingati, apakah pada saat adanya suatu peristiwa
seperti upacara, pernikahan, dan pengangkatan, atau apakah pada saat
adanya undangan untuk ikut berpartisipasi mengisi suatu acara.
2. Tempat Penggunaan
Hal ini berbicara tentang tempat, yaitu dimana marching band
tersebut dimainkan. Apakah di lapangan tempat dimana sebuah upacara
82
dilaksanakan ataukah di jalan raya tempat dimana masyarakat umum
dapat menyaksikannya.
3. Cara Penggunaan
Hal ini berbicara tentang bagaimana penyajian permainan
marching band ini dilaksanakan. Ada beberapa format dimana marching
band ini dilaksanakan (Irawan 2010: 24), yakni: (1) standstill concert,
adalah bentuk penampilan konser dan statis, dimana pemainnya tidak
berpindah-pindah tempat dan tidak melakukan atraksi yang mana
mayoret dan pembawa bendera tidak diikutsertakan, (2) defile, adalah
bermain musik sambil berjalan mengelilingi suatu kota atau wilayah.
Biasanya digunakan pada saat hari besar, pawai, atau HUT, (3) display,
adalah bermain musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad,
atau formasi. Format ini biasanya dilakukan pada saat adanya
pertandingan atau kompetisi, (4) parade, adalah penampilan suatu
marching band di hari-hari besar dengan unit marching band lain,
membentuk suatu pawai, (5) long march, merupakan suatu format yang
hampir sama dengan defile namun lebih memiliki rute yang lebih
panjang.
Pada penjelasan bab sebelumnya bahwa penulis menggolongkan jenis
permainan marching band ini ke dalam dua kategori berdasarkan tujuannya, yaitu
tujuan militer dan tujuan non-militer. Kategori Tujuan Militer ini maksudnya
adalah drum band yang dimainkan berada dalam konteks upacara rutinitas yang
83
berada di bawah naungan agenda KODAM/Yon Zipur. Sedangkan kategori tujuan
non-militer adalah marching band yang dimainkan berada dalam konteks upacara
di luar agenda KODAM/Yon Zipur. Oleh sebab itu maka penulis menguraikan
penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma sebagai berikut.
4.1.1Penggunaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Berdasarkan
Kategori Militer
Penggunaan marching band berdasarkan kategori militer ini biasanya
bersifat formal dan selalu dimainkan ketika suatu upacara dilangsungkan. Dengan
demikian permainan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma pada kategori ini
tidak untuk dipertontonkan atau dipertunjukkan untuk kalangan umum.
Berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang dikumpulkan oleh si penulis,
maka beberapa penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma
berdasarkan kategori militer adalah sebagai berikut:
a) Upacara rutinitas setiap hari Senin
Merupakan sebuah upacara rutin dimana setiap hari senin
marching band ini akan turut mengiringi upacara tersebut sampai
selesai. Upacara ini berlangsung mulai pukul 07.00 wib sampai selesai
di lapangan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma. Pada awalnya
marching band ini akan memasuki lapangan terlebih dahulu yakni
berjalan sambil memainkan musik dengan format dua baris. Kemudian
seluruh peserta upacara yaitu para anggota militer akan mengikuti
84
mereka di belakang sambil memasuki lapangan. Setelah memasuki
lapangan para pemain marching band mengambil posisi dan berbaris
pada tempat yang sudah ditentukan. Upacara dimulai dengan
memainkan lagu himne KODAM Bukit Barisan, kemudian lagu
mengheningkan cipta, dan lagu Indonesia Raya. Setelah upacara selesai
marching band ini kembali lebih dahulu meninggalkan lapangan upacara
sambil memainkan lagu dan kemudian diikuti oleh peserta upacara.
Secara keseluruhan, bentuk penampilan marching band ini digolongkan
ke dalam format standstill concert, dimana pemain tidak berpindah
tempat serta tidak melakukan atraksi.
b) Upacara rutinitas setiap tanggal 17 pada setiap bulannya
Pada dasarnya format keseluruhan upacara ini sama dengan
format upacara setiap hari seninnya. Yang membedakan adalah tempat
dimana upacara ini dilaksanakan. Tempat pelaksanaan upacara ini
adalah di lapangan Komando Daerah Militer Bukit Barisan, Medan.
c) Upacara Pedang Pora
Upacara Pedang Pora merupakan sebuah tradisi pada lingkungan
perwira TNI untuk memberikan penghormatan ketika seorang perwira
sedang melangsungkan pernikahan. Upacara ini biasanya dilaksanakan
pada saat resepsi pernikahan dilangsungkan. Biasanya bertempat di
gedung resepsi pernikahan atau di rumah mempelai. Format upacara
Pedang Pora yang dibawakan oleh marching band Zipur I Dhira Dharma
85
ini pada umumnya terdiri dari tujuh belas orang pemain marching band,
yakni satu orang penata rama, dua orang pemain bass drum, dua orang
pemain tenor drum, empat orang pemain snare drum, dua orang pemain
bellyra, dan enam orang pemain terompet. Selain itu terdapat dua belas
orang anggota militer yang bertugas untuk membawa pedang, dan satu
orang komandan upacara. Ketiga belas anggota militer tersebut
merupakan adik junior dari perwira yang sedang melangsungkan
pernikahan tersebut. Menjelang upacara ini dimulai, para pemain
marching band sudah mengambil tempat terlebih dahulu di tempat yang
sudah disediakan. Kemudian mereka akan memainkan alat musik snare
drum, tenor drum dan bass drum terlebih dahulu, yang mana menandakan
bahwasannya upacara tersebut akan segera dan siap untuk dimulai.
Sebelum mempelai laki-laki dan perempuan memasuki ruangan resepsi,
kedua belas pembawa pedang tersebut sudah membentuk formasi
berbanjar saling berhadap-hadapan di depan pintu masuk ruangan
resepsi. Sementara komandan upacara menyampaikan laporan kepada
mempelai laki-laki yang sudah siap untuk memasuki ruangan di depan
pintu masuk. Formasi berbanjar memiliki makna bahwa semua peserta
upacara yakni adik-adik perwira dari mempelai laki-laki turut bersukacita
menghantarkan sang mempelai ke gerbang kebahagiaan dalam
menempuh bahtera hidup yang baru. Setelah mempelai masuk, maka
mereka berhenti di depan pelaminan, sementara anggota militer yang
86
bertugas membawa pedang mengikuti dari belakang dan membentuk
formasi melingkar mengitari mempelai setelah berhenti di depan
pelaminan. Selama sang mempelai dan para anggota militer yang
bertugas membawa pedang berjalan menuju pelaminan, pemain marching
band memainkan lagu Taruna Jaya sampai mereka berhenti di depan
pelaminan. Lagu tersebut merupakan lagu yang secara khusus dimainkan
pada upacara Pedang Pora untuk mengiringi para mempelai berjalan
menuju pelaminan. Ketika berhenti di depan pelaminan, maka lagu
tersebut akan selesai dimainkan. Setelah itu komandan upacara akan
menyampaikan laporan kembali kepada sang mempelai, dan kemudian
para pembawa pedang akan menghunuskan pedangnya kearah atas
kepala sang mempelai sehingga membentuk sebuah payung. Hal ini
memiliki makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi
kedua mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup dalam
memulai bahtera hidup yang baru. Kemudian acara dilanjutkan dengan
pemberian cincin dan pakaian persit oleh komandan batalyon dimana
tempat mempelai laki-laki bertugas. Cincin untuk mempelai laki-laki
diberikan oleh komandan batalyon, sedangkan cincin untuk mempelai
perempuan diberikan oleh istri daripada komandan batalyon tersebut.
Pemberian cincin ini memiliki makna sebagai tanda ikatan batin kedua
mempelai yaitu akan bersama-sama dalam mengrungi bahtera kehidupan
yang baru. Selanjutnya pemberian seperangkat pakaian persit dilakukan
87
oleh istri daripada komandan batalyon tersebut kepada mempelai
perempuan. Hal ini merupakan simbol bahwa secara resmi mempelai
perempuan telah menjadi anggota satuan batalyon tempat dimana
mempelai laki-laki ditugaskan atau ditempatkan. Setelah pemberian itu
selesai dilaksanakan, acara dilanjutkan kembali dengan penyampaian
ucapan selamat dan berbahagia dalam menempuh hidup baru dari para
adik kelas atau junior (dalam hal ini diwakilkan oleh seorang protocol
yang juga merupakan seorang anggota militer) sang mempelai laki-laki
tersebut. Sebelum kedua mempelai dipersilahkan untuk naik ke
pelaminan, terlebih dahulu akan dinyanyikan lagu Himne Taruna oleh
semua anggota upacara termasuk mempelai laki-laki. Dan untuk
mengakhiri upacara Pedang Pora ini, para peserta upacara akan
mengikuti mempelai untuk naik ke pelaminan setelah komandan upacara
menyampaikan laporan terlebih dahulu kepada mempelai laki-laki.
Setelah naik ke pelaminan maka semua peserta upacara dipersilahkan
untuk berfoto bersama dengan kesua mempelai.
Secara keseluruhan, bentuk penampilan marching band pada upacara
Pedang Pora ini digolongkan ke dalam format standstill concert, dimana
pemain tidak berpindah tempat serta tidak melakukan atraksi.
88
d) Upacara peringatan Hari Besar Nasional
Pada umumnya Hari Besar Nasional yang dipringati adalah hari
kemerdekaan Republik Indonesia, hari Pahlawan, hari ulang tahun
Tentara Nasional Indonesia (TNI), dan hari Besar Nasinoal lainnya.
Penampilan format marching band yang dilakukan tergantung pada hari
besar yang diperingati. Pada hari ulang tahun kemerdekaan Republik
Indonesia misalnya, format marching band yang digunakan memang
tidak jauh berbeda dengan format marching band ketika mengadakan
upacara setiap hari senin atau setiap tanggal 17-nya. Tetapi ketika
upacara selesai dilaksanakan, biasanya akan ada parade yaitu pemain
marching band akan bermain sambil berkeliling sesuai dengan rute yang
sudah ditentukan. Namun pada peringatan hari besar lainnya, secara
keseluruhan bentuk penampilan marching band yang dimainkan
digolongkan ke dalam format standstill concert, yaitu permainan
marching band yang mana pemainnya tidak berpindah tempat serta tidak
melakukan atraksi.
4.1.2 Penggunaan Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma Berdasarkan
Kategori Non-Militer
Pengkategorian berdasarkan tujuan non-militer ini adalah marching band
yang dimainkan berada dalam konteks upacara di luar agenda KODAM atau Yon
Zipur. Permainan marching band pada kategori ini biasanya lebih bersifat terbuka
89
untuk kalangan masyarakat, karena secara khusus memang untuk dipertunjukkan
dan dipertontonkan bagi kalangan umum. Berbeda dengan kategori untuk tujuan
militer yakni biasanya bersifat formal, dan hanya dimainkan ketika ada upacara
kenegaraan. Pada kategori non-militer ini, penggunaan marching band Yon Zipur
I Dhira Dharma memiliki ruang lingkup permainan yang lebih luas. Bahkan
mereka bisa bermain sampai ke luar kota Medan. Tidak jarang mereka diundang
bermain untuk mengisi acara, baik dari kalangan masyarakat, organisasiorganisasi, bahkan sampai instansi Negara. Selain itu mereka juga berani
menunjukkan kemampuan mereka dengan mengikuti festifal marching band yang
ada.
Berdasarkan hasil penelitian dan informasi yang dikumpulkan oleh si
penulis, maka beberapa penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma
berdasarkan kategori militer adalah sebagai berikut:
a) Display
Menurut hasil wawancara dengan Letnan Nurman pada bulan
Februari 2013 di batalyon Zipur, marching band Zipur I Dhira Dharma
ini akan bermain sambil berkeliling di daerah masyarakat sekitar
batalyon Zipur setiap tiga bulannya. Mereka menyebutkan peristiwa ini
dengan istilah display, istilah tersebut dalam dunia marchig band
memiliki makna yaitu bermain musik sambil membentuk suatu bentuk
geometris, abjad, atau formasi. Format ini biasanya dilakukan pada saat
adanya pertandingan atau kompetisi. Namun dalam hal ini format ini
90
digunakan untuk memperkenalkan marching band Yon Zipur I Dhira
Dharma kepada kalangan masyarakat untuk dihibur.
Sebelum mereka membentuk barisan, terlebih dahulu mereka akan
menggunakan atribut lengkap seperti topi dan topeng yang menyerupai
harimau dan burung elang, jubah harimau, sarung tangan harimau, stick
atau tongkat untuk para mayoret, dan berbagai atribut yang
dipergunakan untuk menghiasi alat musik yang mereka pakai. Setelah
itu mereka akan membentuk sebuah barisan di depan batalyon Zipur dan
siap untuk bermain sambil berkeliling sesuai dengan rute yang sudah
ditentukan. Sang mayoret akan mengambil alih komandan barisan yang
mana bertugas untuk memberi aba-aba bagi seluruh personil marching
band. Ditengah perjalanan mereka sambil memainkan marching band
tersebut, tidak jarang mereka akan berhenti ditengah jalan untuk
mempertunjukkan atraksi-atraksi sirkus seperti melemparkan tongkat ke
atas
setinggi-tingginya,
para
pemain
bass
drum
akan
saling
melemparkan alat musiknya kepada pemain lain untuk bertukar,
menggigit alat musik bass drum sambil berdiri diatas susunan alat musik
bass drum yang telah dibentuk sampai bertingkat, membentuk sebuah
formasi, dan sebagainya. Setelah rute yang sudah ditentukan siap
dikelilingi, maka mereka kembali ke batalyon untuk mengakhiri
permainan mereka. Bentuk penampilan marching band yang dimainkan
digolongkan ke dalam format display yaitu
91
bermain musik sambil
membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi. Namun secara
keseluruhan bentuk penampilan marching band ini adalah defile, yaitu
bermain musik sambil berjalan mengelilingi suatu kota atau wilayah.
b) Undangan main
Pada suatu perayaan tertentu marching band Yon Zipur I Dhira
Dharma ini terkadang mendapatkan undangan main untuk mengisi
acara, ataupun untuk bergabung
mengikuti sebuah parade ataupun
pawai. Pada tanggal 13 April 2013 yang lalu misalnya, marching band
ini diundang oleh batalyon Resimen Induk Kodam (Rindam) I Pematang
Siantar untuk bermain mengisi acara pada sesi acara bebas upacara
kelulusan prajurit baru dari pendidikan Sekolah Calon Tamtama
(Secata). Setelah upacara selesai dilaksanakan, marching band Yon
Zipur I Dhira Dharma ini diundang untuk bermain untuk menghibur
semua peserta upacara, orang tua beserta keluarga daripada prajurit baru,
serta semua masyarakat yang hadir. Kurang lebih tiga puluh menit
marching band ini bermain menunjukkan kemampuannya dengan
berbagai atraksi untuk menghibur semua yang main. Sama seperti ketika
mereka akan melakukan display, mereka akan menggunakan atribut
lengkap seperti topi dan topeng yang menyerupai harimau dan burung
elang, jubah harimau, sarung tangan harimau, stick atau tongkat untuk
para mayoret, dan berbagai atribut yang dipergunakan untuk menghiasi
alat musik yang mereka pakai. Bentuk penampilan marching band yang
92
dimainkan ini digolongkan ke dalam format display yaitu
bermain
musik sambil membentuk suatu bentuk geometris, abjad, atau formasi.
Pada tanggal 24 April 2013, marching band ini kembali di undang
oleh Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk bermain pada perayaan
ulang tahun Provinsi Sumatera Utara. Pada saat itu Pemerintah Kota
Medan berencana menggelar parade besar-besaran yang diikuti oleh
perwakilan setiap suku dari semua suku yang ada di Sumatera Utara.
Tidak hanya itu, parade ini juga diikuti oleh marching band lain dan
berbagai komunitas seperti komunitas kendaraan-kendaraan kuno seperti
mobil, sepeda motor dan sepeda. Pada saat itu marching band Yon Zipur
I Dhira Dharma berada pada barisan paling depan untuk membuka
dimulainya pawai tersebut. Kurang lebih semua peralatan, perlengkapan,
atribut dan penyajian gaya permainan mereka sama ketika mereka
melakukan display. Namun dalam hal ini mereka bergabung dengan
anggota lain untuk melakukan pawai. Sehingga secara keseluruhan
bentuk penampilan marching band yang dimainkan ini digolongkan ke
dalam format parade, yaitu penampilan suatu marching band di hari-hari
besar dengan unit marching band lain, membentuk suatu pawai.
c) Mengikuti Festival
Meskipun sebagai marching band yang ditugaskan untuk acaraacara yang bersifat formal, seperti halnya marching band yang lain,
marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini memiliki keterbukaan
93
untuk mengikuti festival yang ada. Menurut informasi yang didapat dari
Letnan Nurman (danton) dan Bapak Antorikson Sinaga (mayoret),
marching band Zipur I Dhira Dharma ini pernah menjuarai festival
marching band pada Pesta Rakyat Danau Toba (PRDT) beberapa tahun
silam. Bentuk penampilan marching band yang dimainkan digolongkan
ke dalam format display yaitu bermain musik sambil membentuk suatu
bentuk geometris, abjad, atau formasi.
d) Kegiatan Lain
Kadang kala batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma ini melakukan
kegiatan yang bisa dibilang sebagai kegiatan ekstrakurikuler. Yaitu
kegiatan yang dilakukan oleh anggota militer namun berada diluar
kegiatan wajib satuan batalyon. Seperti adanya kegiatan olahraga seperti
futsal, sepak bola, bela diri, lari, dan cabang olah raga lainnya. Dalam
hal ini, penulis pernah menjumpai adanya kegiatan turnamen futsal yang
digelar oleh satuan batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma untuk kalangan
terbuka. Dari mulai anggota militer itu sendiri, anak sekolah, anak
kuliah, bahkan sampai ke masyarakat biasa diperbolehkan untuk
mengikuti turnamen ini. Pada saat turnamen ini akan dimulai, terlebih
dahulu kegiatan ini dimulai dengan sebuah upacara singkat, dimana
marching band Yon Zipur I Dhira Dharma juga turut serta mengiringi
selama upacara berlangsung. Namun kurang lebih format yang
dimainkan marching band ini sama dengan format permainan pada
94
upacara seperti biasa. Keseluruhan bentuk penampilan marching band
yang dimainkan digolongkan ke dalam format standstill concert, yaitu
permainan marching band yang mana pemainnya tidak berpindah tempat
serta tidak melakukan atraksi.
4.2
Fungsi Marching Band Yon Zipur I Dhira Dharma
Menurut hematnya, Alan P. Merriam menjabarkan sepuluh fungsi musik
pada umumnya, yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) penghayatan
estetis, (3) hiburan, (4) komunikasi, (5) perlambangan, (6) reaksi jasmani, (7)
norma-norma sosial, (8) pengesahan lembaga sosial dan upacara agama, (9)
kesinambungan kebudayaan, dan (10) pengintegrasian masyarakat. Fungsi
tersebut
menyangkut tujuan pemakaian musik dalam pandangan luas. Dan
kesepuluh fungsi umum ini akan mendasari pembahasan mengenai musik
marching band Yon Zipur I Dhira Dharma berikut ini.
4.2.1 Fungsi Pengungkapan Emosional
Musik mempunyai daya yang besar sebagai sarana untuk mengungkapkan
rasa atau emosi (misalnya rasa sedih, rindu, bangga, tenang, rasa kagum pada
dunia hasil ciptaan Tuhan) bagi para pendengarnya (Merriam,1964:223). Reaksirekasi tersebut dapat berupa ekspresi langsung seperti menyanyi mengikuti lagu
yang dimainkan atau mendengarkan secara tenang dan seksama tanpa banyak
pengungkapan suasana hati yang terlihat secara langsung.
95
Salah satu faktor dalam menentukan reaksi
suasana hati terhadapa musik
marching band Yon Zipur I Dira Dharma adalah tempo musik yang dibawakan.
Tempo sedang atau cepat cenderung untuk menunjukkan suasana riang,
sedangkan tempo lambat menunjukkan suasana yang sedih atau hikmat. Tempo
lambat pada umumnya dibawakan pada saat menjalani suatu upacara, dan
biasanya pada saat pengibaran bendera ataupun saat mengheningkan cipta.
Suasana pada saat ini terlihat sangat hikmat dan tenang. Sedangkan tempo sedang
atau cepat dapat dijumpai saat kapanpun marching band ini dimainkan. Baik itu
saat di dalam menjalankan upacara ataupun di luar konteks upacara. Pada saat
tempo sedang atau cepat dimainkan, kita akan dapat menjumpai suasana yang
bersemangat. Yakni ketika berbaris menuju dan meninggalkan lapangan atau
tempat sebuah upacara dilaksanakan. Marching band ini akan dimainkan
sementara para anggota militer mengikuti sambil berlari dan bernyanyi dengan
semangat di belakangnya.
Mengingat akan sejarah munculnya musik militer pada zaman peperangan
dahulu, musik pada dasarnya hanya digunakan untuk memacu adrenalin dan
semangat juang para prajurit dalam berperang. Mereka dituntut untuk
menimbulkan rasa nasionalisme yang mendalam pada diri para prajurit supaya
mereka tidak gentar ketika berperang. Berdasarkan hal itu, penulis berpendapat
bahwa fungsi musik sebagai pengungkapan emosional merupakan fungsi musik
yang paling utama dalam kemiliteran. Jika zaman dulu musik digunakan untuk
tujuan perang yaitu berperang melawan musuh militer yang lain, pada saat ini
96
(sesuai dengan pengamatan yang dilakukan penulis dengan studi kasus di
KODAM Bukit Barisan dan Yon Zipur I Dhira Dharma) musik juga digunakan
untuk tujuan perang. Yaitu untuk memerangi kemalasan, supaya tetap semangat
dalam melakukan tugas-tugas milier. Tentu saja hal ini bukan berarti bahwa
kemanapun dan kapanpun para anggota militer bertugas, maching band ini akan
selalu dimainkan untuk memacu semangat para prajurit militer. Tetapi kita akan
melihat hal ini keika mereka akan melakukan upacara. Ketika marching band ini
dimainkan, dengan sendirinya mereka akan berbaris sambil berlari dan bernyanyi
dibelakang mengikuti para pemain marching band saat menuju dan meninggalkan
lapangan upacara. Tidak hanya itu, penulis juga berpendapat bahwa ketika
pengibaran bendera dilaksanakan, semua anggota militer yang hadir saat itu akan
mengangkat tangan dan menghormat bendera selama penaikan bendera
dilaksanakan. Hal ini berarti bahwa, ada rasa hormat yang muncul ketika lagu
Indonesia Raya dikumandangkan. Begitu juga halnya ketika mengheningkan cipta
(yaitu untuk mengingat perjuangan dan jasa para pejuang kemerdekaan melawan
penjajahan), iringan musik marching band yang pelan dan lembut juga akan
mempengaruhi rasa rindu dan hormat ketika mereka mengenang jasa para
pahlawan yang sudah wafat.
4.2.2 Fungsi Penghayatan Estetis
Menurut Merriam, ada empat buah aumsi dalam mendefinisikan kata
estetika. Keempat asumsi tersebut adalah:
97
a) Estetika adalah suatu konsep yang digunakan dalam kebudayaan Barat
dan Timur untuk menyatakan sesuatu mengenai kesenian.
b) Konsep estetika dengn berbagai macam konsep pemikiran cenderung
lebih bersifat mengaburkan dan bukan memperjelas konsep-konsep
pemikiran pokok yang dikandung oleh filsafat estetika.
c) Dalam membahas estetika, biasanya hanya terpaku hanya pada satu
macam seni saja. Dengan demikian para pakar telah menegaskan
perbedaan antara kesenian murni dan kesenian terapan, maupun antara
artis dan pengrajin.
d) Tidak ada sesuatu benda atau kegiatan yang memiliki nilai estetika
secara langsung. Maksudnya nilai estetika itu berasal dari si pencipta
atau si pengamat itu sendiri yang memberikan nilai estetika kepada
benda atau kegiatan tersebut.
Setiap musik yang dimiliki masyarakat memiliki nilai-nilai estetis dan
penilaian terhadap musik tersebut tergantung kepada anggota masyarakat itu
sendiri maupun masyarakat luar (Merriam, 1964:223). Merriam juga mengisolir
enam buah konsep khas atau faktor yang dapat menyimpulkan apakah suatu
masyarakat memiliki pemahaman estetika yang memerankan fungsi tertentu. Ke
enam faktor tersebut adalah:
1) Pemisahan psikis, yaitu mencakup kapasitas kemampuan seseorang
individu untuk menjauhkan diri dari suatu obyek dan kemudian
98
mengamatinya dengan suatu tingkat obyektivitas tertentu. Maksudnya
adalah musik dipisahkan dari konteks di mana musik itu biasanya
didengarkan dan unsur-unsur penyusunnya dapat dikenali dan dianalisa.
Dalam marching band Yon Zipur I Dhira Dharma tidak dijumpai
pemisahan psikis, dimana marching band yang dimainkan memiliki makna
tetap tertentu dan umumnya dimainkan pada saat-saat upacara dan konteks
tertentu.
2) Manipulasi bentuk secara positif, merupakan bagian yang berpengaruh
kuat pada budaya musik Barat, sebab perubahan dianggap sebagai suatu
norma dan menjadi logis. Bila musik dianggap sebagai obyek yang
abstrak, maka manipulasi bentuk secara otomatis hampir dipastikan akan
selalu terjadi. Untuk memanipulasi bentuk diperlukan adanya konsepkonsep unsur bentuk. Dalam terminologi Barat, konsep-konsep unsur
tersebut berkenaan dengan hal-hal seperti interval, melodi, irama, ketukan,
keselarasan nada, dan yang lainnya. Konsep-konsep unsur tersebut jelas
dapat dijumpai pada permainan yang dimainkan oleh marching band Yon
Zipur I Dhira Dharma, seperti yang sudah dibahas di dalam bab III .
3) Sifat menggugah suasana hati pada musik yang dipahami hanya sebagai
bentuk bunyi-bunyian. Dalam hal ini Merriam mencurahkan perhatiannya
terhadap reaksi emosional yang tampak berlebihan terhadap bunyi musik
seperti gembira, sedih, maupun bentuk-bentuk suasana hati yang kita
kenal. Penulis berpendapat bahwa, tentu saja marching band ini memenuhi
99
kriteria tersebut seperti halnya telah dibahas pada fungsi musik sebagai
pengungkapan emosional.
4) Pengakuan keindahan terhadap proses atau produk seni. Dalam masyarakat
Barat keindahan merupakan sesuatu yang penting. Keindahan merupakan
suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesenian. Selain menampilkan
musiknya, pada umumnya marching band Yon Zipur I Dhira Dhama juga
menampilan keindahan dari sisi atribut dan penampilan secara keseluruhan
meliputi format atau formasinya.
5) Kesengajaan dalam menciptakan sesuatu yang estetik. Seniman Barat
secara sengaja menciptakan suatu obyek atau bunyi-bunyian yang akan
dikagumi
secara
estetik
oleh
mereka
yang
menyaksikan
atau
mendengarnya, dan unsur pengupayaan secara sadar ini menekankan
kembali keabstrakan seni dari konteks kebudayaannya. Pada saat marching
band Yon Zipur I Dhira Dharma ini dimainkan, kreativitas dari para
pemain tidaklah dibutuhkan. Mereka memainkan secara totalitas apa yang
sudah dilatih sebelumnya.
6) Keberadaan filsafat suatu materi estetik. Menurut Merriam, benar adanya
jika dikatakan bahwa apa yang menjadi kekhasan konsep-konsep
pemikiran Barat serta idealisme akan bentuk dan keindahan adalah bahasa
estetika yang pasti.
100
Berdasarkan ke enam faktor tersebut, dapat ditentukan bahwa pada dasarnya
marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini memenuhi kriteria tersebut di
atas. Oleh sebab itu marching band ini dapat dikatakan memiliki fungsi estetika.
4.2.3 Fungsi Hiburan
Pada setiap masyarakat di dunia, musik berfungsi sebagai alat hiburan
karena musik dapat memberikan ketenangan, kebahagiaan dan kepuasan tertentu
kepada yang mendengar (Merriam 1964:224). Sama halnya ketika marching band
Yon Zipur I Dhira Dharma ini sedang melakukan pawai, dimana mereka akan
melakukan berbagai atraksi-atraksi yang dapat membuat para penonton merasa
kagum dan akhirnya bertepuk tangan karena merasa puas dan terhibur. Ole sebab
itu marching band yang dimainkan ketika mereka melakukan perayaan-perayaan
seperti HUT kemerdekaan RI, HUT Provinsi Sumatera Utara, ataupun permainan
yang ditampilkan untuk kalangan umum juga merupakan salah satu pemuas
(hiburan).
4.2.4 Fungsi Komunikasi
Musik mampu menyampaikan sesuatu (pesan) kepada siapa yang akan
dituju yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang membentuk musik tersebut
(Merriam, 1964:224). Merriam berpendapat bahwa kemungkinan yang paling
jelas ialah komunikasi dihadirkan dengan cara menanamkan makna-makna
simbolis ke dalam musik yang secara tidak disadari diakui oleh para warga
101
komunitas tersebut. Penanaman makna-makna simbolis dapa terjadi dalam salah
satu dari kedua macam cara berikut: secara sadar atau secara bawah sadar.
Bunyi musik dapat menyajikan suasana hati tertentu, baik itu sedih,
gembira, semangat, ataupun yang lainnya. Dengan demikian bunyi musik dapat
mengkomunikasikan lingkup-lingkup nuansa yang sesuai dengan musik yang
dibunyikan. Pada saat marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini memainkan
lagu Indonesia Raya atau lagu mengheningkan cipta misalnya, dalam hal ini
tercipta suasana yang hikmat dengan munculnya suasana hati yang bisa dikatakan
sedih ataupun rasa nasionalisme.
4.2.5 Fungsi Perlambangan
Pada semua masyarakat, musik berfungsi sebagai lambang dari hal-hal, ideide, dan tingkah laku (Merriam 1964:225). Menurut Alan P. Merriam, ada empat
macam cara bagaimana memandang kesenian sebagai sesuatu yang bersifat
simbolis. Keempat macam cara tersebut adalah:
1) Melalui makna harafiah yang disajikan. Dalam menulis mengenai aspek
simbolisme dalam kesenian ini, Merriam mengakui keberadaan makna
harafiah dalam kesenian serta penyampaian ini jauh lebih mudah
dipahami dalam bentuk-bentuk seni rupa dan tari-tarian dibandingkan
dengan seni musik.
2) Melalui refleksi suasana hati dan makna.
102
3) Melalui refleksi nilai-nlai , pengaturan kondisi sosial dan perilaku
budaya lain. Alan P.Merriam berpendapat bahwa musik merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan dan sebagaimana aspekaspek kebudayaan lainnya, musik niscaya akan mencerminkan nilai-nilai
dan prinsip-prinsip umum yang mendasarinya yang menghidupkan
kebudayaan tersebut secara menyeluruh.
4) Melalui prinsip-prinsip aplikasi universal secara luas.
Menurut penulis, poin yang pertama di atas tentu memiliki hubungan makna
dengan fungsi komunikasi. Musik dapat mengkomunikasikan lingkup-lingkup
nuansa yang sesuai dengan musik yang dibunyikan. Pada saat mengheningkan
cipta misalnya, tercipta suasana yang hikmat dengan munculnya suasana hati yang
bisa dikatakan sedih ataupun rasa nasionalisme. Suasana hati yang muncul ini
sekaligus memenuhi poin yang ke dua di atas yaitu melalui refleksi suasana hati.
Ada saat dimana marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini akan bermain
ketika mereka mendapat undangan main dari pihak tertentu. Dalam hal ini alasan
yang diberikan kenapa mereka mengikuti undangan main tersebut adalah
kontribusi22. Hal itu jelas menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat
yang mempunya sistem nilai dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Refleksi
nilai-nilai perilaku sosial ini tentu sudah menunjukkan bahwa marching band Yon
22
Hasil wawancara dengan Kopral Antorikson Sinaga(mayoret marching
band Yon Zipur I Dhira Dharma) pada tanggal 16 Februari 2013 di batalyon Yon
Zipur.
103
Zipur I Dhira Dharma ini sudah melambangkan suatu tingkah laku atau perilaku
sosial sebagai masyarakat Indonesia.
4.2.6 Fungsi Reaksi Jasmani
Merriam (1964:224) berpendapat bahwa fungsi lain dari musik pada
masyarakat adalah sebagai pengiring dan perangsang reaksi jasmani. Reaksireaksi ini dapat kita lihat mulai dari mengetuk-ngetukkan tangan atau kaki hingga
pada taraf yang lebih lanjut yakni gejala kesurupan.
Pada pelaksanaan upacara misalnya, pada bagian pembahasan fungsi musik
sebelumnya, yakni sebagai pengungkapan emosional telah disebutkan bahwa
musik dapat menimbulkan rasa hormat ataupun rasa nasionalisme para militer
baik kepada Negara ataupun para pahlawan. Dengan demikian ketika lagu
Indonesia Raya dikumandangkan, semua para anggota militer akan mengankat
tangan untuk menghormat bendera. Mengangkat tangan untuk menghormat
bendera jelas merupakan sebagai suatu respon dari fisik manusia sehingga dapat
dikatakan sebagai reaksi jasmani.
Masih dalam konteks upacara, biasanya
sebelum upacara dimulai (upacara pada setiap hari senin misalnya), ketika para
anggota militer akan memasuki lapangan upacara, marching band akan dimainkan
terlebih dahulu. Ketika marching band dimainkan, maka para anggota militer akan
ikut bersorak sorai (misalnya ikut bernyanyi ataupun menyanyikan yel-yel) sambil
berlari mengikuti marching band menuju lapangan upacara. Penulis menilai
bahwa dengan dimainkannya marching band tersebut, maka musik telah
104
menimbulkan rasa semangat bagi para militer sehingga mereka dapat berlari dan
bersorak-sorai menuju lapangan.
Diluar konteks upacara, penulis juga menemukan beberapa kejadian yang
dapat digolongkan ke dalam fungsi reaksi jasmani ini. Ketika melakukan display,
seperti biasa permainan musik marching band ini dijadikan sebagai iringan musik
bagi para mayoret dan pemain bass drum untuk melakukan atraksi. Atraksi ini
bisa berupa melemparkan tongkat atau stick mayoret ke udara setinggi-tingginya.
Atau para pemain bass drum yang memutar-mutarkan badannya sambil
memainkan alat musiknya hingga melemparkannya kepada pemain lain untuk
saling bertukar alat musik. Selain itu, mengingat display ini merupakan sebuah
kegiatan yang secara khusus memang untuk dipertontonkan untuk kalangan
masyarakat, maka ketika atraksi dilakukan penulis juga menemukan adanya
sambutan dari para penonton yang turut memberikan semangat dan dukungan.
Reaksi yang dapat dilihat pada kejadian ini diantaranya adanya masyarakat yang
menyoraki dengan berteriak, ataupun dengan bertepuk tangan.
Dalam kejadian ini penulis berpendapat bahwa ketika musik menimbulkan
pengungkapan emosional yaitu pada upacara ini misalnya rasa hormat, kejadian
itu dilanjutkan kembali dengan adanya respon fisik yakni mengangkat tangan
dengan menghormat bendera misalnya. Atau ketika munculnya rasa semangat
ketika akan berbaris menuju lapangan upacara, maka kemudian kita akan melihat
respon fisik yang muncul yakni berlari sambil bersorak-sorai.
105
4.2.7Fungsi yang Berkaitan dengan Norma-norma Sosial
Musik yang disampaikan bertujuan untuk pengendalian sosial dengan
mengkritik orang-orang yang menyeleweng dari falsafah dan adat istiadat
setempat, dan fungsi ini merupakan salah satu fungsi yang utama (Merriam
1964:225). Disini Merriam memfokuskan pada lirik-lirik lagu yang memainkan
peran dalam kontrol sosial. Dalam kaitan ini ia menyinggung mengenai lagu-lagu
yang digunakan pada saat upacara-upacara peresmian dan lagu-lagu yang pusat
perhatiannya terhadap kelayakan dan ketidaklayakan.
Meskipun fungsi ini sangat berhubungan dan berkaitan erat dengan sebuah
upacara tradisional, namun dalam hal ini penulis juga menemukan fungsi yang
berkaitan dengan norma-norma sosial pada permainan yang ditampilkan oleh
marching band Yon Zipur I Dhira Dharma. Memang dalam proses penyajiannya,
marching band ini tidak memiliki lirik lagu. Sebaliknya, marching band ini justru
memiliki perangkat nuansanya sendiri yang mengungkapkan nilai-nilai sosial dan
keagamaan. Pada
upacara Pedang Pora misalnya, dalam proses pelaksanaan
upacara ini, ketika mempelai hendak memasuki ruang resepsi pernikahan hingga
naik menuju pelaminan akan diiringi oleh permainan musik marching band.
Selama melakukan upacara ini, para anggota upacara akan melakukan gerakangerakan yang memiliki symbol dan makna tersendiri. Pada saat itu juga seorang
pemandu upacara akan menyampaikan makna dari setiap gerakan tersebut.
Misalnya ketika melakukan formasi berbanjar, formasi ini memiliki makna bahwa
semua peserta upacara yakni adik-adik perwira dari mempelai laki-laki turut
106
bersukacita menghantarkan sang mempelai ke gerbang kebahagiaan dalam
menempuh bahtera hidup yang baru. Kemudian ketika membentuk formasi
melingkar, kemudian para pembawa pedang akan menghunuskan pedangnya
kearah atas kepala sang mempelai sehingga membentuk sebuah payung. Hal ini
memiliki makna bahwa Tuhan Yang Maha Esa akan selalu melindungi kedua
mempelai dalam menghadapi berbagai rintangan hidup dalam memulai bahtera
hidup yang baru. Selain itu, pemberian seperangkat pakaian persit yang dilakukan
oleh istri daripada komandan batalyon kepada mempelai perempuan merupakan
simbol bahwa secara resmi mempelai perempuan telah menjadi anggota satuan
batalyon tempat dimana mempelai laki-laki ditugaskan atau ditempatkan. Dari
ketiga makna tersebut dapat kita lihat bahwa terdapat nilai moral dan nilai
keagamaan yang disampaikan secara jelas.
4.2.8 Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial dan Upacara Agama
Menurut Merriam (1964:225) bahwa sistem-sistem agama biasanya
didukung dan disahkan oleh mitos-mitos dan legenda-leganda; mitos dan legenda
tersebut seingkali dinyanyikan dengan iringan musik. Tentu saja ungsi ini
berkaitan erat dengan fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial. Dalam
hal ini penulis melihat bahwa pemberian seperangkat pakaian persit yang
dilakukan oleh istri daripada komandan batalyon kepada mempelai perempuan
pada upacara Pedang Pora sudah menunjukkan bahwa musik (yang dimainkan
oleh marching band) memiliki fungsi sebagai pengesahan lembaga sosial. Hal ini
107
dikarenakan kegiatan itu merupakan simbol bahwa secara resmi mempelai
perempuan telah menjadi anggota satuan batalyon tempat dimana mempelai lakilaki ditugaskan atau ditempatkan.
4.2.9 Fungsi Kesinambungan Kebudayaan
Saat membahas mengenai kesinambungan dan stabilitas suatu kebudayaan,
Merriam menekankan bahwa musik
memenuhi berbagai fungsi sebagaimana
telah dibahas sebelumnya. Hal ini merupakan rangkuman dari nilai-nilai dan
konsep-konsep penting dalam sistem kebudayaan. Menurut Merriam (1964:226)
musik berfungi sebagai wahana pengajaran adat menyambungkan sebuah
masyarakat dengan masa lampaunya, menjamin kesinambungan dan stabilitas
kebudayaan sampai generasi penerus.
Pengesahan nilai-nilai kultural dan keagamaan sebagaimana tertuang dalam
rangkaian permainan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma pada berbagai
upacara yang dilaksanakan biasanya dimainkan oleh pemain (yang juga
merupakan anggota militer) yang lebih muda. Pemain-pemain senior yang sudah
berumah tangga biasanya sudah tidak ikut serta lagi dalam berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh marching band tersebut. Pada konteks upacara Pedang Pora
misalnya, semua peserta upacara yang melaksanakan upacara itu haruslah seorang
adik kelas atau junior dari mempelai laki-laki. Dari sudut pandang sebagai
seorang peneliti, penulis melihat ini bukanlah sesuatu hal yang tidak disengaja.
Menyerahkan kegiatan (upacara) ini untuk dilaksanakan kepada angkatan yang
108
lebih muda, menurut penulis hal ini sudah merupakan regenerasi untuk
melanjutkan warisan atau kebudayaan yang sudah ada (pada kegiatan
kemiliteran).
4.2.10 Fungsi Pengintegrasian Masyarakat
Menurut Merriam (1964:224) bahwa pertunjukan-pertunjukan musik
tradisional menimbulkan rasa kebersamaan dalam hati, kebersamaan dalam suatu
masyarakat yang mempunyai satu sistem nilai, satu gaya kehidupan dan satu gaya
kesenian sehingga musik dapat meningkatkan rasa solidaritas kelompok.
Keikutsertaan kelompok dalam kegiatan-kegiatan yang mengharuskan koordinasi
dan kerjasama dari seluruh anggotanya cenderung bersifat mempersatukan dan
melekatkan kelompok tersebut. Oleh sebab itu, sama halnya dalam permainan
musik marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini, para
pemain yang
berjumlah cukup banyak (hingga 50 orang) telah melibatkan dirinya pada suatu
kegiatan kerjasama yang memiliki aspek-aspek positif berupa kesempatan untuk
berbagi dan mengungkapkan nilai-nilai bersama. Hasil akhirnya adalah berupa
rasa aman dan kebersamaan antar sesame anggota militer dan pemain musik.
Selain itu, fungsi pengintegrasian masyarakat ini dapat dijumpai ketika marching
band Zipur I Dhira Dharma diundang oleh pihak-pihak tertentu untuk pawai
bersama. Ketika ditanya alasan mereka mengikuti undangan tersebut, maka
109
jawaban yang kita dapat adalah kontribusi23. Mereka harus memberikan kontribusi
untuk meramaikan acara pawai tersebut. Menurut pengamatan saya, tindakan itu
dapat di kategorikan ke dalam fungsi pengintegrasian masyarakat, karena hal itu
jelas sudah menimbulkan kebersamaan dalam suatu masyarakat yang mempunyai
sistem nilai dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Secara tidak langsung
menurut saya para anggota militer yang memainkan marching band tersebut,
sudah menghasilkan suasana kesatuan, kerukunan dan kebersamaan dalam
menjaga kesinambungan terhadap masyarakat.
23Sesuai
dengan hasil wawancara dengan Kopral Antorikson Sinaga,
beliau juga bertugas sebagai mayoret pada marching band Yon Zipur I Dhira
Dharma
110
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa uraian yang sudah dijelaskan tentang struktur musik
yang digunakan, serta bagaimana penggunaan dan fungsi musik pada marching
band Yon Zipur I Dhira Dharma, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
1. Pada umumnya bentuk lagu yang dimainkan oleh maching band ini
berbentuk
Repetitve,
yaitu
bentuk
nyanyian
yang
mengalami
pengulangan dengan melodi yang sama. Selain itu penulis melihat
bahwa tekstur melodi yang dimainkan oleh marching band ini bersifat
heterofoni, yaitu pembawa melodinya lebih dari satu alat musik. Dan
melodi yang dimainkan adalah melodi yang sama. Pembawa melodi
pada marching band ini adalah alat musik terompet dan bellyra.
2. Tidak seperti pada zaman perang dahulu (marching band yang dulunya
dikenal sebagai musik militer ini hanya digunakan dalam konteks
perang), penggunaan marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini
bersifat terbuka, tidak hanya terpaku pada penggunaan dalam konteks
kehidupan militer saja (seperti pada upacara militer, atau kegiatankegiatan militer yang bersifat formal lainnya), tetapi lebih bersifat
fleksibel dimana marching band ini bisa saja bermain di luar konteks
111
kegiatan militer. Maksudnya adalah, marching band ini tidak menutup
kemungkinan untuk bermain di lingkkungan masyarakat umum
sekalipun. Tergantung adanya undangan untuk mengikuti berbagai
parade atau pawai misalnya.
3. Fungsi marching band Yon Zipur I Dhira Dharma ini telah mengalami
perkembangan yang cukup luas jika dibandingkan dengan fungsi musik
militer pada zaman perang dulu. Jika dulunya musik militer berfungsi
sebagai fungsi pengungkapan emosional, yakni supaya rasa semangat
juang dan rasa nasionalisme muncul pada diri para pejuang ketika
berperang melawan musuh, saat ini rasa semangat juang tersebut bukan
lagi untuk memerangi musuh, melainkan untuk memerangi kemalasan,
supaya tetap bersemangat mengemban tugas-tugas kemiliteran (pada
pembahasan di BAB II). Selain itu beberapa fungsi lain juga dapat
ditemukan sesuai dengan pengkategorian sepuluh fungsi musik oleh
Alan P. Merriam (pada pembahasan di BAB IV).
112
DAFTAR PUSTAKA
Camus, Raoul F.1976. Military Music of the American Revolution. Chapel Hill:
University of North Carolina Press.
Fadlin. 1988. “Studi deskriptif Konstruksi dan Dasar Pola Ritem Gendang Melayu
Smatera Timur”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Garofalo, Robert, and Mark Elrod. 1985. A Pictorial History of Civil War Era
Musical Instruments &Miltary Bands. Charleston, W.Va.: Pictorial
Histories Pub. Co.
Hasugian, Inta Junia. 2010. “Deskripsi Pengelolaan Organisasi, Latihan, serta
Struktur Musik Marching Band Sinar Husni Medan”, Skripsi S-1,
Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara.
Hutahaean, Amran. 2011. “Penggunaan, Fungsi, dan Gaya Musik Keyboard di
Jalan Setia Budi Medan: Studi Kasus Dias Food Court Jalan Setia Budi
No 272 G Medan”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Kirnadi. 2004. Pengetahuan Dasar Marching Band. Jakarta: PT. Citra Intirama
Maharani, Desi Putri. 2012. “Strategi Pembelajaran Musik Ritmis pada Drum
Band TK Pertiwi 26 Jambidan Banguntapan Bantul”, Skripsi S-1,
Departemen Pendidikan Seni Musik, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Malm, William P. 1977. Music Cultures of The Pasific, The Near East, and Asia.
New Jersey: Prentice Hall. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh
Muhammad Takari, 1993. Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah,
dan Asia. Medan: Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
Manoff, Tom. 1991. “The Music Kit (Terjemahan)”. Medan. Departemen
Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Meliala, Helbert S S. 1998. “Studi Tekstual dan Musikal Katoneng-katoneng
Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Karo: Studi Kasus di Jambur
Halilintar Medan”, Skripsi S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
113
Merriam, Alan P. 1964. The Antrhopology of Music. Chicago: North Western
University.
Moleong, Lexy. J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nettl, Bruno. 1964. Theory and Method in Ethnomusicology. New York: The Free
Press of Glencoe.
Syaukani. 2008. Perjalanan PDBI Menuju PON XVII Kalimantan Timur. Jakarta:
Persatuan Drum Band Indonesia
Takari, Heristina Dewi, Frida Deliana Harahap, Torang Naiborhu, Fadlin, dan
Arifni Netriroza. 2008. Masyarakat Kesenian di Indonesia. Medan:
Studia Kultura, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Internet:
http://www.tniad.mil.id/
http://www.tni.mil.id/pages-19-tni-ad.html
http://Kodam1-bukitbarisan.mil.id/
http://www.yonzipur1dd.wix.com/yonzipur1
http://www.music,vt.edu/musicdictionary
114
DAFTAR INFORMAN
1.
2.
Nama
: Letda Czi Virgo
Alamat
: Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan
Pekerjaan
: Anggota Militer TNI AD/ Koordinator Marching band
Canka Dhira Dharma
Nama
: Kptn. Czi Sunandar P
Alamat
: Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan
Pekerjaan
3.
4.
: Anggota Militer TNI AD/ Seksi Operasi Marching band
Canka Dhira Dharma
Nama
: Letnan Nurman
Alamat
: Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan
Pekerjaan
: Anggota Militer TNI AD/ Calon Koordinator Marching
band Canka Dhira Dharma
Nama
: Serda Antorikson Sinaga
Alamat
: Batalyon Yon Zipur I Dhira Dharma, Helvetia Medan
Pekerjaan
: Anggota Militer TNI AD/ Mayoret Marching band
Canka Dhira Dharma
115
Lampiran
TARUNA JAYA
Cipt : anonim
Transkrip oleh : H A Marthin Tambunan
116
117
118
119
120
INDONESIA RAYA
Cipt : W.R.Soepratman
Transkrip oleh : Marthin Tambunan
121
122
HIMNE ANGKATAN DARAT
Pencipta: anonim
Transkrip oleh : H A Marthin Tambunan
123
124
Download