PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT DI LINGKUNGAN KAWASAN INDUSTRI (Studi Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Eni Haryati NIM 1112015000037 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 1 ABSTRAK Eni Haryati (1112015000037). Perubahan Perilaku Masyarakat Di Lingkungan Kawasan Industri (Studi Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Skripsi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Salah satu kebijakan pemerintah adalah dengan ditumbuhkannya industrialisasi di berbagai daerah. Kegiatan tersebut merupakan usaha untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan. Kehidupan masyarakat Desa Tarikolot telah mengalami perubahan semenjak adanya kawasan industri. Adanya lingkungan industri telah menjadikan perubahan struktur masyarakat yang awalnya bekerja dalam sektor pertanian beralih mata pencaharian ke sektor industri. Hal ini berimplikasi pada perubahan pola hidup, perilaku, cara berpikir, dan perubahan lainnya. Di desa Tarikolot, dampak yang ditimbulkan dari hadirnya industri telah merubah pola kehidupan masyarakat, terutama perubahan perilaku sosial seperti pergeseran perilaku bergotong royong dan perilaku ekonomi seperti gaya hidup konsumtif masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan perilaku masyarakat sekitar kawasan industri yang beralih mata pencaharian dari sektor pertanian ke masyarakat industri meliputi perilaku dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial dan ekonomi sebelum adanya kawasan industri seperti layaknya masyarakat desa yang sederhana dan kental akan rasa solidaritas dalam hal bergotong royong. Namun setelah hadirnya kawasan industri masyarakat lebih berorientasi pada sistem upah sehingga intensitas partisipasi masyarakat dalam hal bergotong royong mengalami penurunan. Sedangkan perilaku dalam kehidupan ekonomi setelah adanya kawasan industri secara umum mengalami perubahan seperti pola hidup yang lebih konsumtif. Kata kunci: industrialisasi, perubahan perilaku sosial dan ekonomi i ABSTRACT Eni Haryati (NIM: 1112015000037). Community Behavioral Studies in Environmental Tarikolot Village Industrial Zone, District Citeureup, Bogor, West Java. Skripsi, Department of Education Social Sciences (IPS), Tarbiyah and Teaching Science Faculty, State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta. One of the government's policy is to industrialization would grow in various regions. The activity is an effort to improve the lives and well-being. Tarikolot village people's lives have changed since their industrial areas. Their industry environment has made changes in the structure of society who initially worked in the agricultural sector switch livelihood to the industrial sector. This has implications for changes in lifestyle, behavior, thinking, and other changes. In the village Tarikolot, the impact of the presence of the industry has changed the pattern of people's lives, especially the changes in social behavior are like the shifting attitudes of mutual cooperation and economic behavior as consumptive lifestyles surrounding communities. This study aims to know how the behavior of people around the industrial area have livelihood from agriculture to the industrial community includes behavior in social and economic life.. The method used in this research is qualitative. The techniques used to collect the data are: observation, interviews and documentation. Then the data analysis technique used are data reduction, data presentation and conclusion. Based on the research result shows that people's behavior in social and economic life before the industrial area like a village community that is simple and condensed solidarity in terms of mutual cooperation. Meanwhile, after the industrial area in general change as more consumptive lifestyles. Keywords: industrialization, social and economic behavior ii KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Dzat yang Maha Sempurna yang senantiasa menyempurnakan kenikmtan kepada hamba-Nya, dengan segala karunia-Nya penulis akhirnya mampu menyelesaikan penelitian ini. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dan keluarganya. Penulis menyadari bahwa tidak akan mampu menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari pihak lain. Semua karena bimbingan, nasihat dan motivasi dari semua pihak yang diberikan kepada penulis. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang disusun untuk melengkapi salah satu syarat yang telah ditentukan dalam menempuh program studi Strata (S1) pada jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selanjutnya, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), beserta seluruh Staf Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Drs. H. Syaripulloh, M.Si, Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Andri Noor Ardiansyah, M. Si dan Neng Sri Nuraeni, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan ilmu dan meluangkan waktu serta kontribusinya membimbing penulis dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. 5. Prof. Dr. Rusmin Tumanggor, M.A. sebagai Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan arahan kepada penulis. iii Seluruh Dosen yang mengajar di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya yang mengajar di Jurusan Pendidikan IPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala pengetahuan dan pengalaman berharga sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di Universitas ini. 6. Seluruh Staf Pusat Perpustakaan dan Perpusakaan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis untuk mencari bahan referensi penelitian ini. 7. H. Maspuloh, selaku Kepala Desa Tarikolot yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan Ryan Hidayat selaku Sekretaris Desa, serta tak lupa seluruh warga sekitar Kawasan Industri Desa Tarikolot yang telah membantu dengan tulus dalam memberikan informasinya. 8. Orang tua tercinta yakni Bapak Ayub dan Ibu Ade serta Kakak-kakak tersayang Liana Hayati dan Akmal Saepul atas segala doa, perhatian, motivasi dan kasih sayang baik secara materil dan non materil. 9. Sahabat teristimewa Dhoni Amalia, Hanni Khairunisa, Nurhayati, Alm. Ajeng Putri Kartini, Maulyda Wulandari, Sri Setiyowati, Eli Karlina, Winda Alfiani dan Khoirunnisa untuk waktu bersama, beban bersama yang telah dilewati selama di bangku perkuliahan dan tidak pernah bosan dalam memberikan sarannya selama proposal hingga skripsi rampung. 10. Teman-teman Bu Muslim Community (BMC) Pupu Ressy Lusita, Nurkumalasari dan Reza Nawafella yang telah tinggal beberapa tahun terakhir dan saling menyemangati untuk segera menyelesaikan skripsi. 11. Teman-teman seluruh keluarga besar pendidikan IPS angkatan 2012, khususnya teman-teman Geografi 2013. 12. Segenap pihak yang telah mendukung penulis dalam proses penulisan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah membalas jasa kalian. iv Akhirnya, saat ini penulis hanya bisa membalas dengan doa, semoga semua pihak yang telah memberi perhatian dan membantu atas kelancaran studi penulis untuk meraih gelar sarjana mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, serta hajatnya dikabulkan, dan mohon maaf apabila ada katakata atau penulisan dalam skripsi ini ada yang salah. Penulis mengakui banyak sekali kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu kritikan dan masukan yang konstruktif sangat penulis harapkan bagi siapa saja yang mau membantu untuk menyempurnkannya. Jakarta, 25 Oktober 2016 Penulis Eni Haryati NIM. 1112015000037 v DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK ..................................................................................................... i ABSTRACT ................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix BAB I BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4 C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ........................ 5 D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ................................ 5 KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ............................................................................... 7 1. Perilaku ............................................................................... 7 a. Pengertian Perilaku ........................................................ 7 b. Proses Terjadinya Perubahan Perilku ............................ 8 2. Masyarakat .......................................................................... 10 3. Industri ................................................................................ 12 4. Perilaku dalam kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat .......................................................................... 13 a. Solidaritas Sosial ............................................................. 13 1) Mekanik .................................................................. 14 2) Organik ................................................................... 16 3) Gotong royong ........................................................ 19 vi b. Perilaku Konsumtif ......................................................... 21 B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 28 B. Metode Penelitian ..................................................................... 29 C. Populasi dan Sampel ................................................................. 30 D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ........................... 31 a. Observasi ............................................................................ 32 b. Wawancara ......................................................................... 32 c. Dokumentasi ....................................................................... 32 E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan data .......................... 33 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data .......................................................................... 35 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................... 35 a) Kondisi Geografis ......................................................... 35 b) Kondisi Demografis ...................................................... 36 c) Kondisi Sosial dan Ekonomi ........................................ 38 2. Perubahan Perilaku dalam kehidupan Sosial dan Ekonomi BAB V Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri .................... 41 B. Pembahasan .............................................................................. 53 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................ 59 B. Saran .......................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 62 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 66 vii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik ............... 18 Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ........................................................................ 29 Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Tarikolot .......... ......................................... 35 Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 36 Tabel 4.3 Rekapitulasi Kelompok Umur Penduduk .................................. 37 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana .................................................................. 38 Tabel 4.5 Mata Pencaharian 2006 ................................ .............................. 40 Tabel 4.6 Mata Pencaharian 2016 ................................ .............................. 40 viii DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ........................................................... 28 Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Citeureup............................... 36 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah suatu bentuk respon manusia terhadap lingkungannya, baik itu menyangkut lingkungan sosial maupun lingkungan alamnya. Pembangunan berarti usaha sadar dan mendasar manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kondisi yang lebih baik dan hasilnya dapat dinikmati secara lebih layak oleh masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan yang terjadi di Negara kita adalah pembangunan kawasan industri. Kegiatan pembangunan di bidang industri ini, pemerintah telah melakukan kebijakan yakni dengan memberikan peluang serta kesempatan luas terhadap pembangunan kawasan industri melalui Keputusan Presiden No.41 Tahun 1996. 1 Industrialisasi merupakan bagian integral dari pemulihan serta pertumbuhan perekonomian Indonesia. Industrialisasi menciptakan peranan yang kompleks dan menekankan pada berbagai ragam keahlian yang diperlukan dalam proses-proses industri. Industrialisasi membuat perubahan sosial pada masyarakat yang menjadikan kawasan pertanian menjadi kawasan industri secara perlahan-lahan dapat mengubah struktur sosial yang ada di masyarakat misalnya nilai sikap, pemikiran, kepercayaan, dan pola tingkah laku sebagaimana perilaku masyarakat pada hakikatnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat, yang berpengaruh pada gaya hidup, makanan, pakaian, perjalanan, adat istiadat, kesenian (kebudayaan), bahasa, dan termasuk pada mata pencaharian. 2 Di Indonesia sektor industri menjadi salah satu solusi bagi sebagian kalangan di masyarakat dalam aspek mata pencaharian. Selama ini, tidak sedikit yang beranggapan bahwa industrialisasi dapat berpengaruh dalam meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang lebih 1 Keputusan Presiden No.41 Tahun 1996 tentang Pembangunan Kawasan Industri Hafiah Choerunisa ‘Pergeseran Nilai-nilai Solidaritas Sosial Masyarakat di Kawasan Industri (Studi Kasus di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang’ Skripsi Kearsipan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UPI, 2015, h.1. 2 1 2 baik. Berdasarkan data dari Badan Penelitian Statistik (BPS) sektor industri, selain memberi kontribusi ekonomi melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu memberi kontribusi menuju transformasi kultural masyarakat kearah modernisasi yang menunjang daya saing suatu wilayah. 3 Perubahan akibat pembangunan yang berlangsung dengan pesat, selain mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat juga memberi pengaruh terhadap lingkungan sosial, ekonomi setempat. Untuk itu setiap pembangunan industri harus memperhitungkan dampak yang mungkin ditimbulkan. Dampak ini meliputi dampak yang bersifat positif dan negatif. Dampak positif dari pembangunan kawasan industri diharapkan mampu menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Artinya, kehadiran kawasan industri akan menciptakan peluang kerja baik dari sektor industri itu sendiri maupun di sektor lain seperti sektor jasa dan perdagangan, sehingga mendorong peningkatan pendapatan masyarakat yang akan berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik dan merata. Dampak lain dari kehadiran kawasan industri ini pun berdampak negatif bagi kehidupan masyarakat pedesaan, pada pola perilaku masyarakat, yang lambat laun mulai pudar tergerus oleh zaman. Di Kecamatan Citeureup sejak tahun 2002, sektor pembangunan industri dijalankan dan secara geografis dapat dilaksanakan dengan kondisi kekayaan alam (natural resources) yang serba memungkinkan. Namun pada sumber daya manusia (human resources) yang perlu dipertanyakan, adakah kesiapan dari masyarakat setempat untuk menerima segala macam bentuk perubahan tersebut. Salah satu daerah yang terkena imbas dari proses industrialisasi adalah Desa Tarikolot. Dari data kependudukan dan statistik Desa Tarikolot Kecamatan Citeureup tahun 2015, semakin bertambahnya masalah sosial yang ada di 3 http://Bogor.bps.go.id, (Diakses Sabtu, 20 Febuari 2016) 3 masyarakat desa tersebut ditemukan fakta bahwa terdapat kasus yang tak lazim dilakukan oleh kalangan remaja, seperti mabuk-mabukkan. Kemudian dari gaji pekerjaan sebagai buruh pabrik karena Desa Tarikolot ini merupakan kawasan industri yang notabennya buruh pabrik menjadikan masyarakat lebih konsumtif dan matrealistik. Dengan itu, dimensi-dimensi hubungan sosial dan gaya hidup di pedesaan mulai berubah dan menyesuaikan diri dengan gaya hidup modern sesuai 4 kemampuan dan akses yang dimiliki. Singkatnya, masyarakat mengalami perubahan terhadap kondisi sosial ke tahap berikutnya atau menuju taraf kehidupan yang semakin kompleks. Menurut Durkheim (dalam Beilhardz, 2005) mengungkapkan, “Perubahan sosial yang terjadi akibat modernitas secara lambat laun menggeser pola kehidupan sosial masyarakat secara perlahan, pembagian kerja karena proses industrialisasi, pencerahan dan individualism telah bergeser nilai-nilai sosial masyarakat khususnya pada ikatan-ikatan tradisional masyarakat.” 5 Perubahan gaya hidup modern yang sejalan dengan berkembangnya industrialisasi di berbagai daerah menyebabkan menipisnya perbedaan antara desa dan kota. 6 Perubahannya ditunjukkan melalui perilaku konsumtif masyarakat desa yang sudah tidak jauh berbeda dengan masyarakat kota. Sebelum masuknya sektor industri di desa Tarikolot, mayoritas masyarakatnya adalah bermata pencaharian dalam sektor pertanian. Masuknya sektor industri di bidang barang/jasa di daerah tersebut menambah variasi dalam segi mata pencaharian masyarakat sekitar. Sebenarnya, jika dilihat dari pendapatan masyarakat setelah beralih berprofesi sebagai buruh pabrik tidaklah lebih besar nominalnya yang berkisaran Rp. 1.800.000 sampai Rp. 2.500.000 perbulannya yang mana hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 7 Namun menjadi buruh pabrik lebih mudah memperoleh pendapatan tambahan 4 Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Gajah Mada University Press, (Yogyakarta, 2010), h. 194. 5 Hafiah Choerunisa, op. cit., h. 2. 6 Raharjo, op. cit., h. 193. 7 Hasil wawancara dengan Bpk. Agus, pada tanggal 11 Maret 2016 4 seperti adanya kerja lembur. Sehingga memberikan peluang bagi pekerja untuk berperilaku konsumtif. Keberadaan kawasan industri juga dapat memicu terjadinya mobilitas penduduk yaitu terdapat penduduk pendatang ke daerah sekitar kawasan industri. Keberadaan penduduk pendatang akan berpengaruh terhadap pergeseran perilaku sosial dalam tingkat solidaritas antara penduduk lokal dan penduduk pendatang yang membawa tata nilai dan perilakunya dengan masyarakat setempat. Akibatnya melemah dan melunturnya solidaritas dalam hal bergotong royong diakibatkan dari kesibukan dan banyaknya masyarakat yang menghabiskan waktu di tempat kerja. Kesibukan itulah yang membuat masyarakat menjadi kurang perhatian terhadap lingkungan sekitarnya yang menyebabkan melunturnya solidaritas dalam hal bergotong royong. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Perilaku Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri (Studi Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diketahui untuk diidentifikasikan masalahnya seperti berikut : 1. Alih fungsi lahan agraris menjadi bangunan industri 2. Banyaknya pendatang dari berbagai daerah 3. Terjadi variasi dalam pekerjaan 4. Terjadi perubahan perilaku dalam bentuk gotong royong antar masyarakat 5. Terjadi perubahan gaya hidup yang mengarah kepada perilaku konsumtif karena peralihan mata pencaharian dalam sektor industri 5 C. Pembatasan dan Perumusan Masalah Masalah penelitian ini dibatasi pada Desa Tarikolot, yang dijadikan fokus kajian adalah : 1. Perubahan perilaku dalam kehidupan sosial yaitu solidaritas sosial dalam bentuk gotong royong antar masyarakat 2. Perubahan perilaku dalam kehidupan ekonomi yaitu perilaku konsumtif karena peralihan mata pencaharian dalam sektor industri Berdasarkan pembatasan masalah tersebut penulis menemukan rumusan masalah : 1. Bagaimana perubahan perilaku masyarakat dalam kehidupan sosial di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat? 2. Bagaimana perilaku dalam kehidupan ekonomi masyarakat di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian Sesuai dengan uraian yang telah dikemukakan, tujuan dari prnrlitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh gambaran perubahan perilaku dalam kehidupan sosial masyarakat di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Untuk memperoleh gambaran perilaku dalam kehidupan ekonomi masyarakat di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Manfaat penelitian dari kegiatan penelitian yang dilakukan ini diantaranya : 1. Manfaat Teoritis Hasil ini dapat dijadikan sumber wawasan dalam khasanah ilmu pengetahuan mengenai bagaimana perilaku masyarakat dalam 6 kehidupan sosial dan ekonomi di lingkungan kawasan industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa: Memberikan informasi mengenai pentingnya menjaga struktur masyarakat yang ada di lingkungan sekitar. b. Bagi masyarakat: Memberikan informasi mengenai gambaran kehidupan sosial dan ekonomi yang ada pada masyarakat pedesaan saat ini khususnya bagi pemerintah di Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. c. Bagi pemerintah: Penelitian ini dapat membantu pihak pemerintah desa untuk membuat kebijakan mengenai perilaku masyarakat dalam bidang industri di Desa Karang Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. d. Bagi peneliti lain yang mempunyai ketertarikan yang sama dengan penulis, kiranya dapat dijadikan rujukan atau referensi serta dapat menyempurnakan lagi, baik dari segi konsep maupun temuan di lapangan. BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku Kata perilaku dalam Kamus Bahasa Inggris disebut dengan “behave” dan “conduct”. “Behave” yang memiliki arti kelakuan / perilaku, 8 sedangkan “conduct” yang artinya adalah tingkah laku, kelakuan, sikap, tabi’at, memimpin dan menuntut. 9 Arti perilaku menurut J.P Chaplin, perilaku lebih ke arah pembahasan behavior (tingkah laku, kelakuan, perilaku tindak-tanduk, perangi). Menurutnya perilaku ini sebagai respon baik dalam bentuk reaksi, tanggapan, jawaban, dan balasan yang dilakukan oleh suatu organisme. 10 Behavior (tingkah laku, kelakuan, perilaku tindak-tanduk, perangi); 1. Sebarang respon (reaksi, tanggapan, jawaban, balasan) yang dilakukan oleh oraganisme. 2. Secara khusus, bagian dari satu kesatuan pola reaksi. 3. Suatu perbuatan atau aktifitas. 4. Satu gerak atau kompleks gerak-gerak. 11 Sedangkan menurut KBBI perilaku “tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan’. 12 Maksud dari KBBI ini bahwa perilaku merupakan sebuah tanggapan baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan yang dilakukan individu dalam bentuk reaksi individu maupun 8 John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2005), Cet.Ke-XXVI, hal. 60 9 Ibid., h. 136 10 J.P Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi Diterjemahkan Kartini Kartono, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2011), h. 12. 11 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai Pustaka: Jakarta, 2004 edisi ke-3), h. 53. 12 Ibid., h. 859. 7 8 kelompok yang dipengaruhi oleh lingkungan sehingga muncul adanya sebuah rangsangan. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. 13 Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu. Menurut penulis, yang disebut perilaku adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Notoatmodjo, dilihat dari bentuk stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Perilaku tertutup (convert behaviour) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka (overt behaviour) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. 14 b. Proses Terjadinya Perubahan Perilaku Perubahan perilaku manusia sangat bervariasi tergantung pada konsep yang digunakan para ahli dalam memahami perilaku manusia tersebut. Secara psikologis, proses terjadinya perubahan perilaku manusia disebabkan oleh : 1) Perubahan secara alamiah (Natural change) 13 Soekidjo Notoatmojo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h.135 14 Ibid., h. 136. 9 Perilaku manusia cenderung selalu berubah-ubah dan hampir sebagian besar perubahannya disebabkan kejadian secara alamiah. Apabila terjadi perubahan di lingkungan sosial, budaya dan ekonomi, maka seseorang atau sekelompok orang juga cenderung ikut mengalami perubahan. Misalnya, ibu hamil dalam kondisi sakit kepala. Semula dia akan membuat ramu-ramuan tradisional untuk mengurangi keluhannya kemudian secara alamiah dia mulai berubah dan beralih dengan menggunakan obat-obat modern. 2) Perubahan terencana Perubahan perilaku juga dapat terjadi akibat direncanakan sendiri. Misalnya, seorang wanita saat belum menikah dia adalah seorang perokok berat, namun karena dia ingin hamil dan memperoleh informasi dampak negative merokok pada perkembangan janin, kemudia dia merencanakan untuk tidak merokok lagi. Selama masa hamil dia berhenti merokok, berarti terjadi perubahan perilaku terencana sesuai informasi dan pengalamannya. 3) Penerimaan informasi atau pengetahuan Banyak tidaknya informasi atau pengetahuan yang diterima seseorang atau sekelompok orang memengaruhi perubahan perilaku. Misal, informasi keluarga berencana. Informasi dan pengetahuan makna keluarga berencana bagi masyarakat di desa yang sangat terpencil cenderung lebih sedikit daripada masyarakat kota. Bagi masyarakat kota biasanya lebih mudah mendapatkan informasi keluarga berencana. Kondisi itu membedakan perilaku orang atau masyarakat yang mengenal konsep keluarga berencana dengan yang belum mengenal. 4) Perubahan kondisi fisiologis Perubahan perilaku manusia juga bisa terjadi akibat perubahan kondisi fisiologis, terutama yang berhubungan 10 kesehatan dan penyakit yang diderita. Adanya perubahan terhadap kondisi kesehatan fisik akan memengaruhi kondisi psikis seseorang yang akhirnya membawa perubahan sikap dan perilaku. 5) Kesediaan untuk berubah Apabila terjadi inovasi program-program pembangunan dalam masyarakat, maka sering terjadi perubahan perilaku. Akan terlihat perbedaan pola sikap dan perilaku masyarakat. Ada sebagian cepat menerima program dan ada sebagian lagi menolak terhadap perubahan tersebut. Hal ini disebabkan kesiapan dan kesediaan untuk berubah akibat perbedaan dari sikap, minat, dan kemampuan diri. 15 2. Masyarakat Masyarakat menurut Shadily dalam Abu Ahmadi, adalah “golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya,bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain” 16. Masyarakat bisa diartikan pula sebagai kelompok manusia yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi yang memiliki peranan untuk mencapai tujuan bersama. Pendapat J.L. Gillin dan J. P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah “kelompok manusia terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil” 17. Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut sebagai society, asal kata socius yang berarti kawan. Adapun “masyarakat” berasal dari bahasa Arab yaitu syirk yang artinya bergaul. Adanya saling begaul itu tentu karena ada bentuk-bentuk aturan hidup, yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan 15 Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, (Jakarta: Kencana, 2010), h.51-53. 16 Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009), h. 106. 17 Ibid. 11 oleh unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan 18. Drs. JBAF Mayor Polak dalam Abu Ahmadi menyebut masyarakat adalah “wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau sub kelompok”. 19 Dapat disimpulkan dari pernyataan di atas, Masyarakat berasal dari 2 bahasa yaitu bahasa Inggris dan Arab yang memiliki pengertian yakni kawan dan bergaul maksudnya adalah sekolompok individuindividu yang memiliki kepentingan dan tujuan sama dengan cara berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri pokok masyarakat yaitu : a. Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup. b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti; mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah system komunikasi dan timbul peraturanperaturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan. Mereka merupakan system hidup bersama. Sistem kehidupan bersama 18 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, ( Bandung: PT Eresco, 1995), h. 63. 19 Abu Ahmadi, dkk, op. cit.,h. 96. 12 menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. 20 3. Industri Industri memiliki pengertian kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk yang sejenis, atau produk pengganti yang mendekati. 21 Menurut UU. No.5 Tahun 1984 Bab 1 tentang perindustrian, industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, bahan setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Pembangunan industri adalah bagian dari pembangunan nasional, sehingga pembangunan industri ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang berarti terhadap pembangunan ekonomi maupun sosial. Oleh karenanya, dalam penentuan tujuan pembangunan sektor industri di masa depan, baik jangka menengah maupun jangka panjang, bukan hanya ditujukan untuk mengatasi permasalahan dan kelemahan di sektor industri saja yang disebabkan oleh melemahnya daya saing, tetapi juga hasrus mampu turut mengatasi permasalahan nasional. 22 Perusahaan/usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan untuk mengubah barang-barang (bahan baku) dengan mesin atau kimia atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut dengan konsumen akhir. 20 Ibid., h. 32. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 234. 22 Departemen Perindustrian RI. Kebijakan Pembangunan Industri, http://www.dprin.go.id/kebijakan/10KPAIN-Bab6.pdf (Diakses Minggu, 19 Juni 2016). 21 13 Berdasarkan PP.24/2009, pengertian kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri. 4. Perilaku dalam Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri a. Solidaritas Sosial 1) Pengertian solidaritas sosial Solidaritas dalam bahasa arab dikenal dengan istilah “Takaful” 23 yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengandung pengertian Sifat (perasaan) solider; sifat satu rasa (senasib dsb); perasaan setia kawan. 24 Adapun pengertian solidaritas menurut Siti Sholehah adalah sikap saling membantu, menanggung dan memikul kesulitan dalam hidup bermasyarakat. 25 Secara terminologi, solidaritas sosial adalah potensi spiritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa. Oleh karena itu, kesetiakawanan sosial merupakan Nurani Bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi sosial sesuai dengan kemampuan dari masing-masing dari warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan. Oleh karena itu, kesetiakawanan sosial merupakan nilai dasar kesejahteraan sosial, modal sosial yang ada dalam masyarakat 23 Achmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), h. 821. 24 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, (Diakses Selasa, 21 Juni 2016). 25 Siti Sholihah ‘Peran Masjid Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Mayarakat (Cinere-Depok)’ Skripsi pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2009, h. 26. 14 terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu, masyarakat sejahtera. 26 Salah seorang sosiolog yang menaruh perhatian dan menjadikan fokus teoritis dalam membaca masyarakat adalah Emile Durkheim. Bahkan, persoalan solidaritas sosial merupakan inti dari seluruh teori yang dibangun Durkheim. Menurut Durkheim dikutip dari Johnson menyatakan bahwa solidaritas sosial merupakan suatu keadaan hubungan antar individu atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. 27 2) Bentuk-bentuk Solidaritas sosial Menurut Durkheim, solidaritas sosial dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori yakni solidaritas mekanik dan solidaritas organik. a) Solidaritas mekanik Solidaritas mekanik pada umumnya terdapat pada masyarakat primitif, terbentuk karena mereka terlibat dalam aktivitas yang sama dan memiliki tanggung jawab yang sama dan memerlukan keterlibatan secara fisik. 28 Solidaritas tersebut mempunyai kekuatan sangat besar dalam membangun kehidupan harmonis antara sesama, sehingga solidaritas tersebut lebih bersifat lama dan tidak temporer. 26 Ihttp://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=342. Doyle Paul Jhonson, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang, (Jakarta: PT Gramedia, 1998), h. 181. 28 George Ritzer, Teori Sosiologi (Dari Teori Sosiologi Klasik sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern), (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2011), h. 93. 27 15 Solidaritas mekanik juga didasarkan pada tingkat homogenitas yang tinggi. 29 Tingkat homogenitas yang tinggi dengan tingkat ketergantungan antar individu yang sangat rendah. Hal ini dapat dilihat misalnya pada pembagian kerja dalam masyarakat. Dalam solidaritas mekanik, individu memiliki tingkat kemampuan dan keahlian dalam suatu pekerjaan yang sama sehingga setiap individu dapat mencukupi keinginannya tanpa bergantung dengan individu lain. Ciri masyarakat dengan solidaritas mekanik ini ditandai dengan adanya kesadaran kolektif yang kuat, yang menunjuk pada totalitas-totalitas kepercayaan dan sentiment-sentimen bersama. Dimana ikatan kebersamaan tersebut terbentuk karena adanya kepedulian diantara sesama. Solidaritas mekanik terdapat dalam masyarakat yang homogen terutama masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, karena rasa persaudaraan dan kepedulian diantara mereka biasanya lebih kuat daripada masyarakat perkotaan. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitive dipersatukan terutama oleh fakta nonmaterial, khususnya oleh kuatnya ikatan moralitas bersama, atau oleh apa yang biasa ia sebut sebagai kesadaran kolektif. 30 Bagi Durkheim, indikator yang paling jelas untuk solidaritas mekanik adalah ruang lingkup dan kerasnya hokum-hukum yang bersifat represif (menekan). Anggota masyarakat ini memiliki kesamaan satu sama lain dan mereka cenderung sangat percaya pada moralitas bersama, apapun pelanggaran terhadap sistem nilai bersama tidak akan dinilai main-main oleh seriap individu. 31 29 John Scott, Teori Sosial: Masalah-masalah Sosial dalam Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 80. 30 George Ritzer, Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 22 31 George Ritzer. loc. cit. h. 93. 16 Hukuman yang dikenakan terhadap pelanggaran aturan-aturan represif itu pada hakikatnya adalah merupakan manifestasi dari kesadaran kolektif untuk menjamin supaya masyarakat yang bersangkutan berjalan dengan teratur dan baik. Ikatan yang mempersatukan anggota-anggota masyarakat disini adalah homogen dan masyarakat terikat satu sama lain secara mekanik. Perilaku disebut melawan hukum jika dipandang mengancam atau melanggar kesadaran kolektif. Jenis dan beratnya hukuman tidak selalu harus mempertimbangkan kerugian atau kerusakan yang yang diakibatkan oleh pelanggarannya, tapi lebih dirasakan pada kemarahan bersama akibat terganggunya kesadaran kolektif seperi penghinaan untuk menjamin supaya masyarakat yang bersangkutan berjalan dengan teratur dan baik. b) Solidaritas organik Solidaritas organik merupakan sebuah ikatan bersama yang dibangun atas dasar perbedaan, mereka justru dapat bertahan dengan perbedaan yang ada di dalamnya karena pada kenyataannya bahwa semua orang memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang berbeda-beda. 32 Tetapi perbedaan tersebut saling berinteraksi dan membentuk suatu ikatan yang sifatnya tergantung. Masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. saling ketergantungan antar anggota ini disebabkan karena mereka telah mengenal pembagian kerja yang teratur. 32 Ibid., h. 91. 17 Solidaritas organik biasanya terdapat dalam masyarakat perkotaan yang heterogen. Hubungan atau ikatan yang dibangun biasanya didasarkan atas kebutuhan materi atau hubungan kerja dalam sebuah perusahaan. Pembagian yang mencolok terdapat dalam masyarakat perkotaan yang sebagian masyarakatnya bekerja dalam berbagai macam sektor perekonomian. Spesialisasi yang berbeda-beda dalam bidang pekerjaan dan peranan sosial menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, sehingga tingkat solidaritas organik uncul karena pembagian kerja yang bertambah besar. Bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan akan berakibat pada bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan akan berakibat pada bertambahnya saling ketergantungan meungkinkan individu. antara bertambahnya Munculnya individu, perbedaan perbedaan-perbedaan yang juga dikalangan dikalangan individu merombak kesadaran kolektif itu, yang pada gilirannya menjadi kurang penting lagi sebagai dasar untuk keteraturan sosial. Akibat dari pembagian kerja yang semakinrumit, timbullah kesadaran yang lebih mandiri. 33 Kesadaran individual berkembang dala cara yang berbeda dari kesadaran kolektif, seringkali malah berbenturan dengan kesadaran kolektif. Sehingga kepedulian diantara sesama menjadi luntur dan berkurang dalam sebuah masyarakat. Dari kondisi tersebut timbullah aturan-aturan baru yang berlaku pada individu, misalnya aturan bagi para dokter, para 33 guru, buruh atau pekerja, konglomerat, I.B Wirawan, Teori-teori dalam Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 18 dan 18 sebagainya. Aturan-aturan tersebut menurut Durkheim yang disebut bersifat restitutif. Hukum yang bersifat restitutuf (memulihkan), ia bertujuan bukan untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu masyarakat yang kompleks. Hukum restitutif berfungsi untuk melndungi dan mempertahankan pola ketergantungan antara berbagai individu dan kelompok yang berbeda. Hukuman yang diberikan bukan untuk memulihkan keadaan. balas dendam tapi untuk Jenis dan beratnya hukuman disesuaikan dengan parahnya pelanggaran yang dilakukan dan dimaksudkan untuk memulihkan hak-hak korban atau menjamin bertahannya pola ketergantungan yang tercipta dalam masyarakat. Tabel 2.1 Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik 1. Pembagian kerja 1. Pembangian kerja rendah 2. Kesadaran kolektif kuat 3. Hukum represif dominan 4. Konsensus tinggi 2. Kesadaran kolektif lemah 3. Hukum restitutif dominan 4. Konsensus pada terhadap pola-pola nilai-nilai abstrak normative penting dan umum penting 5. Individualitas 5. Individualitas tinggi rendah 6. Keterlibatan 6. Badan kontrol sosial komunitas dalam yang menghukum menghukum orang orang-orang yang 19 yang menyimpang 7. ketergantungan rendah menyimpang 7. ketergantungan tinggi 8. Bersifat primitive atau pedesaan 8. Bersifat industrial perkotaan 3) Gotong royong Solidaritas tentunya tidak lepas dari makna gotong royong. Hubungannya dengan gotong royong, Sajogyo mengatakan bahwa gotong royong merupakan satu bentuk tolong menolong yang umumnya berlaku pada daerah pedesaan Indonesia. Gotong royong sebagai bentuk kerjasama antar individu, individu dengan kelompok, dan diantara sesama kelompok membuat suatu norma yang saling percaya untuk melakukan kerjasama dalam menangani permasalahan yang menjadi kepentingan bersama. Bentuk gotong royong seperti ini merupakan salah satu bentuk solidaritas sosial, karena salah satu sumber solidaritas adalah gotong royong. 34 Gotong royong merupakan kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama dan bersifat suka rela dengan tujuan agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan dengan lancar, mudah dan ringan. Menurut Kentjoroningrat dalam Rary, gotong royong atau tolong menolong dalam komunitas kecil bukan saja tergolong oleh keinginan spontan untuk berbakti kepada sesama, tetapi dasar tolong menolong adalah perasaan saling membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat. 35 Perilaku masyarakat dalam kegiatan gotong royong menunjukkan bentuk solidaritas dalam kelompok masyarakat 34 Siti Sholihah ‘Peran Masjid Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Mayarakat (Cinere-Depok), h. 34-35. 35 Rary, 2012, Bentuk-bentuk Gotong Royong Masyarakat Desa, (Diakses Senin, 4 April 2016) 20 tersebut. Gotong royong merupakan ciri bangsa Indonesia yang berlaku secara turun-temurun sehingga membentuk perilaku sosial yang nyata dalam tata nilai kehidupan sosial. Nilai tersebut menjadikan kegiatan gotong royong selalu terbina dalam kehidupan komunitas sebagai suatu warisan yang patut untuk dilestarikan. Gotong royong sebagai solidaritas sosial mengandung dua pengertian, yaitu gotng royong dalam bentuk tolong menolong dan gotong royong dalam bentuk kerja bakti. Keduanya merupakan sama-sama bertujuan untuk saling meringankan beban namun berbeda dalam hal kepentingan. Tolonng menolong dilakukan untuk kepentingan perseorangan pada saat kesusahan atau memerlukan bantuan dalam menyeesaikan pekerjaannya sehingga pihak yang bersangkutan mendapat keuntungan dengan adanya bentuan tersebut. Sedangkan kerja bakti dilakukan untuk kepentingan bersama sehingga keuntungannya pun dirasakan bersama baik bagi warga yang bersangkutan maupun orang lain walaupun tidak turut serta dalam kerja bakti. Guna memelihara nilai-nilai solidaritas sosial dan partisipasi masyarakat secara sukarela dalam pembangunan di era sekarang ini, maka perlu ditumbuhkan dari interaksi sosial yang berlangsung karena ikatan kultural sehingga memunculkan kebersamaan komunitas yang unsur-unsurnya meliputi: seperasaan, sepenanggungan, dan saling butuh. Pada akhirnya menumbuhkan kembali solidaritas sosial. Menurut Koendjaraningrat dalam Suprihatin mengemukaan konsep atau bentuk kegiatan gotong royong sebagai berikut : 36 a) Gotong royong dalam kepentingan umum dalam masyarakat desa, seperti siskamling, memperbaiki jalan, jembatan, 36 Suprihatin, “Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat sekitar Persahaan Tambang Batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang”, Skripsi pada Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur, 2014, h. 32. 21 bendungan irigasi, bangunan umum, dsb. Dalam hal ini penduduk desa dapat bergerak untuk kerja bakti atas perintah dari kepala desa. b) Gotong royong dalam menangani musibah seperti kematian, sakit, atau kecelakaan, dimana keluarga yang tertimpa musibah tersebut mendapat pertolongan berupa tenaga dan benda dari tetangga-tetangga dan orang lain yang tinggal di desa sekitar. c) Gotong royong dalam pesta atau hajatan, bantuan tidak hanya dapat diminta dari kaum kerabat saja tetapi juga tetangga untuk mepersiapkan dan penyelenggaraan pestanya. b. Perilaku Konsumtif 1) Pengertian Perilaku Konsumtif Kata konsumtif, bisa berarti sikap atau perilaku yang senang membeli barang untuk mendapatkan prestise atau gengsi. 37 Retno Widiastuti mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah sebuah perilaku boros, yang mengkonsumsi barang atau jasa secara berlebihan, yang lebih mendahulukan keinginan daripada kebutuhan, serta tidak ada skala prioritas. Perilaku konsumtif juga dapat diartikan sebagai gaya hidup yang bermewah-mewahan. 38 Kemudian Ratno Sumabi, dalam situs komunitas dari Universitas Gunadarma, istilah konsumtif biasanya digunakan pada masalah yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam kehidupannya. Dewasa ini salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung terjadi di dalam masyarakat adalah gaya hidup yang 37 menganggap materi sebagai sesuatu yang bisa Fitri Irfani, 2010, Pengaruh Iklan Fashion Majalah Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa SMAN 2 Kota Tangsel, Skripsi Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah, h. 24. 38 Fatimatul Fikriyah, 2009, Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa Program Non Reguler Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi Sarjana Psikologi, h. 30. 22 mendatangkan kepuasan. Gaya hidup seperti ini dapat menimbulkan adanya gejala konsumtifisme, sedangkan konsumtifisme untuk membeli barang yang kurang atau tidak diperlukan. 39 Adapun menurut Tambunan menjelaskan bahwa perilaku konsumtif merupakan keinginan untuk mengkonsumsi barangbarang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai kepuasan maksimal. 40 Perilaku ini lebih banyak dipengaruhi oleh nafsu yang semata-mata untuk memuaskan kesenangan serta lebih mementingkan keinginan dari pada kebutuhan. Sehingga tanpa pertimbangan yang matang seseorang begitu mudah melakukan pengeluaran untuk macam-macam keinginan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pokoknya sendiri. Sejalan dengan pendapat di atas, penulis memiliki pandangan yang sama mengenai perilaku konsumtif yaitu perilaku individu yang ditujukan untuk mengkonsumsi tiada batas terhadap barang dan jasa yang kurang atau tidak diperlukan, hanya berdasarkan keinginan semata tanpa pertimbangan yang rasional. Para perilaku konsumtif berperilaku dengan demikian karena alasan-alasan tertentu yang sebenarnya hanya berorientasi pada pencapaian kepuasan, peningkatan kepercayaan diri serta ingin dianggap keberadaannya di lingkungan mereka tinggal. Perilaku konsumtif sebagian besar dilakukan kaum wanita. Wanita mempunyai kecenderungan lebih besar untuk berperilaku konsumtif dibandingkan pria. Hal ini disebabkan konsumen 39 wanita cenderung lebih emosional, sedang Retno Sumabi, Konsep Konsumsi, konsumen, Konsumtif, Konsumerisme, Universitas Gunadarma, www.wartawarga.com (11-06-2016, 20.42). 40 Nur Fitriyani dkk, Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa di Genuk Indah, jurnal psikolog Undip, 2013, vol 12 no 1 April, h. 56. 23 konsumen pria lebih nalar. Wanita sering menggunakan emosinya dalam berbelanja. Wanita Kalau emosi sudah menjadi raja sementara keinginan begitu banyak, maka yang terjadi adalah mereka akan jadi pembeli yang royal. 41 Tambunan menjelaskan kecenderungan perilaku konsumsi pria yaitu mudah terpengaruh bujukan penjual, sering tertipu karena tidak sabaran dalam memilih barang, mempunyai perasaan kurang enak bila tidak membeli sesuatu setelah memasuki toko, kurang menikmati kegiatan berbelanja sehingga sering terburu-buru mengambil keputusan membeli. Sebaliknya, perilaku konsumsi wanita yaitu lebih tertarik pada warna dan bentuk, bukan pada hal teknis dan kegunaannya, mudah terbawa arus bujukan penjual, menyenangi hal-hal yang romantic daripada objektif, cepat merasakan suasana toko, dan senang melakukan kegiatan berbelanja walau hanya windows shopping (melihat-lihat tapi tidak membeli). 42 2) Faktor-faktor yang mempegaruhi perilaku konsumtif Kotler mengatakan bahwa, “perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis”. a) Faktor Budaya Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian. Budaya terdiri dari sejumlah subbudaya yang lebih menampakkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan, agama, kelompok ras, wilayah geografis. Pada dasarnya, semua masyarakat manusia memiliki stratifikasi 41 Rifa Dwi Styaning Anugrahati, 2014, Gaya Hidup Shopaholic sebagai bentuk Perilaku Konsumtif pada Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Skripsi Sarjana Ilmu Sosial, h. 1. 42 Habibah, 2014, Dampak Tunjangan Sertifikasi terhadap Gaya Hidup Konsumtif, Skripsi Sarjana PAI UIN JKT, h. 22. 24 sosial. Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial, pembagian masyarakat yang relatif homogeny dan permanen, yang tersusun secara hirarkis dan yang para anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku serupa. b) Faktor sosial Perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial. Kelompok acuan membuat seseorang menjalani perilaku dan gaya hidup baru dan mempengaruhi perilaku serta konsep pribadi seseorang, kelompok acuan menuntut orang untuk mengikuti kebiasaan kelompok sehingga dapat mempengaruhi pilihan seseorang akan produk dan merek actual. Keluarga orientasiterdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang. Dari orang tua seseorang mendapatkan orientasi atas agama, politik, dan ekonomi serta ambisi, pribadi, harga diri dan cinta. c) Faktor pribadi Keputusan pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi. Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan, keadaan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli. d) Faktor psikologis Suatu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakter konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan pembelian. Empat proses psikologis penting-motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memorisecara fundamental mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap berbagai rangsangan pemasaran. 43 43 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analils, Perencanaan Pengendalian, Prentice Hall (Jakarta: Salemba Empat,2007), Edisi Bahasa Indonesia. 25 3) Aspek-aspek perilaku konsumtif Ciri-ciri seseorang yang berperilaku konsumtif ditandai dengan: a) Pembeli ingin tampak berbeda dengan orang lain Seseorang melakukan kegiatan membeli barang dengan maksud untuk menunjukkan dirinya berbeda dengan yang lainnya. Seseorang dalam memakai atau menggunakan suatu barang selalu ingin lebih dari yang dimiliki orang lain. b) Kebanggan diri Orang biasanya akan merasa bangga apabila ia dapat memiliki barang yang berbeda dari orang lain, terlebih lagi apabila barang tersebut jauh lebih bagus daripada milik orang lain. c) Ikut-ikutan Pada umumnya seseorang akan melakukan tindakan pembelian yang berlebihan hanya untuk meniru orang lain dan mengikuti trend mode yang sedang beredar dan bukan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. d) Menarik perhatian orang lain Pembelian terhadap suatu barang dilakukan karena seseorang ingin menarik perhatian orang lain dengan menggunakan barang yang sedang popular saat ini. 44 Menurut Lamarto, gejala-gejala konsumitivisme adalah : 1) Adanya pola konsumsi yang bersifat berlebihan, artinya kecenderungan manusia untuk mengkonsumsi barang tanpa batas (berfoya-foya) dan lebih mementingkan faktor keinginan. 2) Pemborosan, artinya kecenderungan manusia yang bersifat matrealistik dan hasrat yang besar untuk 44 Gultomhans, https://gultomhans.woldpress.com/2012/10/14/faktor-faktor-yangmempengaruhi-perilaku-konsumtif/, (Diakses Selasa, 29 September 2016). 26 memiliki benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya. 3) Kepuasan semu, artinya kepuasan yang seharusnya dapat ditunda menjadi yang harus segera dipenuhi. B. Hasil Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dilakukan oleh Sri Hastuti (2007) di mana judul penelitiannya adalah Gaya Hidup Remaja Pedesaan (Studi di Desa Sukaraya, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara) dengan menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa masyarakat mengalami perubahan dalam hal gaya hidup yang mengarah ke perilaku konsumtif dalam berpenampilan mengikuti perkembangan zaman. 45 2. Penelitian dilakukan Ayi Budi Santosa (2010), meneliti tentang gotong royong menggunakan metode kualitatif dengan judul Sikap Gotong Royong pada Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus Kampung Batu Reog, Lembang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan gotong royong masih ada dan terpelihara kelestariannya dengan adanya kegiatan gotong royong seperti jum’at bersih, pembersihan makam, gotong royong dalam menggalang dana untuk memeriahkan hari kemerdekaan Indonesia, gotong royong dalam hajatan dsb. 46 3. Penelitian dilakukan oleh Febri Cahya Gumelar (2012) yang berjudul Dampak Perubahan Mata Pencaharian terhadap Perilaku Masyarakat di Pantai Harapan Jaya Kabupaten Bekasi, dengan menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum tidak mengalami perubahan yang signifikan yaitu masih berbau masyarakat desa. Sedangkan perilaku yang berkaitan dengan perilaku ekonomi, perilaku pola pikir dan perilaku gaya hidupnya, secara umum mengalami perubahan, seperti pendapatan bertambah, pekerjaan tetap, 45 Sri Hastuti, Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan, jurnal FISIP Universitas Sumut, Januari 2007, vol 1 no 2. 46 Ayi Budi Santosa. 2010. Sikap Gotong Royong Pada Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kampung Batu Reog, Lembang). Lembang. 27 hidup lebih konsumtif (boros), gaya hidup ke kota-kotaan dan pergaulan dalam penampilan lebih glamaour serta lebih banyak menggunakan sarana teknologi dalam komunikasinya. 47 4. Penelitian dilakukan oleh Ana Rosita Sari (2006) yang berjudul Industrialisasi dan Perubahan Pola Perilaku Masyarakat Desa (Studi tentang Perubahan Pola Perilaku Sosial dan Perubahan Pola Perilaku Ekonomi yang terjadi di Desa Tepas, Kec. Geneng, Kab. Ngawi) yang menggunakan metode Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi perubahan perilaku masyarakat dengan masuknya industrialisasi yang secara tidak langsung terjadi perubahan mata pencaharian ke sektor industri, pola perubahan perilaku ekonomi masyarakat cenderung konsumtif. Sedangkan perilaku sosial masyarakat tidak peduli pada lingkungan sekitarnya, individualistik. Rutinitas masyarakat terpusat pada sektor industri sehingga rasa kebersamaan sebagai ciri masyarakat menjadi pudar. 48 5. Penelitian dilakukan oleh Elly (2006) yang berjudul Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa di Lingkungan Industri (Studi Deskriptif tentang Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Cangkrigmalang, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan) yang menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan perilaku konsumtif. Faktor yang mempengruhi seperti untuk membandingkan, tidak ingin ketinggalan zaman, tampil percaya diri, kepuasan, keren/gaul dan gengsi/kelihatan kaya. 49 47 Febri Cahya Gumelar, ‘Dampak Perubahan Mata Pencaharian terhadap Perilaku Masyarakat (Studi Psikolog Sosial di Pantai Harapan Jaya Kabupaten Bekasi)’ Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012. 48 Ana Rosita Sari, “Industrialisasi dan Perubahan Pola Perilaku Masyarakat Desa (Studi tentang Perubahan Pola Perilaku Sosial dan Perubahan Pola Perilaku Ekonomi yang terjadi di Desa Tepas, Kec. Geneng, Kab. Ngawi), Skripsi Jurusan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. 49 Elly, “Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa di Lingkungan Industri (Studi Deskriptif tentang Perilaku Konsumtif Masyarakat Desa Cangkrigmalang, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan)”, Skripsi Jurusan Sosiologi, Universitas Muhammadiyah Malang, 2006. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini difokuskan pada desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Bogor yang menjadi daerah sekitar kawasan industri. Tempat ini dipilih karena desa tersebut merupakan desa yang paling dekat berada dengan kawasan industri. Secara administratif, Desa Tarikolot berbatasan dengan wilayah: Sebelah Utara : Desa Citeureup Sebelah Selatan : Desa Sukahati Sebelah Timur : Desa Pasir Mukti Sebelah Barat : Desa Karang Asem Timur Untuk lebih jelasnya mengenai tempat penelitian dapat dilihat pada gambar: Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian 28 29 Waktu penelitian dilakukan dari bulan Agustus sampai September 2016. Berikut ini dijelaskan jadwal penelitian dalam bentuk tabel: Tabel 3.1 Jadwal Penelitian Bulan No. 1 Kegiatan Maret Mei Juli Sept 2015 2016 2016 2016 2016 Pengajuan Proposal 2 Nov √ Seminar Proposal √ 3 Penyusunan Bab IIII 4 √ Penyusunan Instrumen √ Penelitian 5 Pengumpulan Data √ 6 Pengolahan Data √ dan Analisis Data 7 Pemeriksaan dan √ Keabsahan Data 8 Penyerahan Hasil Penelitian √ B. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang digunakan dalam suatu penelitian untuk memecahkan masalah dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut maka harus ditempuh 30 dengan langkah-langkah yang relevan dengan masalah yang sudah dirumuskan. Metode penelitian merupakan panduan bagi peneliti dalam menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan. Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah kualitatif. “Meleong menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah”. 50 Dimana menurut metode ini adalah metode yang dapat menghasilkan data dalam bentuk deskriptif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Taylor dan Bogdan yang mengemukakan bahwa metode peneltian kualitatif ini dapat diartikan “Sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti.” 51 C. Populasi dan Sampel Populasi menurut Sugiyono adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain” 52. Menurut pendapat Nursid Sumaatmadja, populasi adalah “keseluruhan gejala, individu, kasus dan masalah yang kita teliti, yang ada di daerah penelitian, menjadi obyek penelitian geografi itu meliputi kasus (masalah, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan, maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya, politik) yang ada pada ruang geografi tertentu”. 53 50 Lexy J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6. 51 Bagong Syanto, Sutinah, Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011), h. 166. 52 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 80. 53 Nursid Sumaatmadja, Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan, (Bandung: Alumni 1988), h. 112. 31 Pendapat Suharsimi mengenai populasi adalah “Keseluruhan subjek penelitian”. 54 Populasi menurut Moh. Pabundu Tika adalah himpunan atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas”. 55 Berdasarkan pernyataan diatas, populasi adalah keseluruhan dari suatu objek maupun subjek dari suatu tempat penelitian. Populasi di penelitian ini adalah keseluruhan warga masyarakat yang ada di Desa Tarikolot. Sampel menurut Moh. Pabundu Tika adalah “sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi”. 56 Pendapat lain menurut Suharsimi Arikunto adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. 57 Sampel sebagai setengah bagian dari suatu populasi, sampel ini dijadikan sebagai pembatas dalam penarikan data. Sampel di dalam penelitian ini berjumlah 13 orang yaitu Kepala Desa, tokoh masyarakat, ketua RT, dan buruh pabrik. D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan agar dapat menunjang suatu penelitian, maka penulis melakukan pengumpulan data dengan teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut : 54 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.173. 55 Moh. Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h 24. 56 Ibid. 57 Suharsini Arikunto, op. cit., h.109. 1. Observasi Menurut Nasution dalam Sugiyono, menyebutkan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. 58 Observasi penelitian yaitu peneliti langsung di lapangan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang keadaan kondisi sosial masyarakat dan kesaharian informan. Teknik ini dianggap kuat karena meskipun sasarannya individu tetapi dapat memotret dunia sosial mereka sehingga dapat menampilkan potret masyarakat secara keseluruhan. Data yang diungkap melalui observasi antara lain keadaan sosial individu informan, proses interaksi antar individu di dalam masyarakat. 2. Wawancara Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka (face to face) antara pewawancara (interviewer) dan yang diwawancara (interviewee) tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepi, sikap, dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara maka hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara. 59 Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. 60 3. Dokumentasi Menurut Sugiyono “Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang” 61. Dokumentasi dalam penelitian ini mengambil segala kegiatan yang dilaksanakan sejak awal penelitian hingga akhir penelitian dengan menggunakan kamera, alat perekam, catatan kecil. 58 Sugiyono, op. cit., h. 218-219. Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (PT Bumi Aksara, 2013), h. 162. 60 Arif Sumantri, metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 170. 61 Sugiyono, op. cit., h. 240. 59 32 33 E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data Triangulasi dalam pengujian kreadibilitas dalam penelitian kualitatif ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan cara dan tekhnik yang berbeda, terdapat dua macam triangulasi untuk mengecek kreadibilitas data dalam penelitian ini. 1. Triangulasi sumber, digunakan unutk menguji kreadibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Setelah didapatkan data selanjutnya data dideskripsikan, dikategorisasikan, dan dicari yang lebih spesifik. 2. Triangulasi tekhnik, untuk menguji kreadibilatas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda. 62 F. Teknik Analisis Data Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang di peroleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, hingga setelah di lapangan. 63 Untuk menganalisis data-data yang terkumpul yang kemudian telah diolah, maka digunakan beberapa tekhnik analisis data sebagai berikut: 1. Data reduksi, data yang di peroleh di tulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Laporan yang di susun berdasarkan data yang di peroleh di reduksi, di rangkum, di pilih hal-hal yang pokok di fokuskan pada hal-hal yang penting. Data hasil akan memberikan gambaran yang lebih mudah untuk melakukan pengumpulan data. 2. Data display, dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antra kategori, flowchart dan sejenisnya. 62 Ibid., h. 273. Buchori Lapau. Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013), h. 95-96. 63 34 3. Penarikan kesimpulan, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang di rumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualittaif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan. 64 64 Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h.218-220. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian a. Kondisi Geografis Desa Tarikolot merupakan bagian dari Kecamatan Citeureup yang merupakan bagian dari Kabupaten Bogor dengan luas wilayah 250.05 Ha. Bentang alam Desa Tarikolot merupakan dataran rendah dengan curah hujan 3002002/3500/Tahun, tingkat kelembapan dengan suhu rata-rata 3500°C s/d 3800°C. Memiliki tinggi tepat 94300.120 dari permukaan laut. Batas-batas Desa Tarikolot antara lain sebelah utara berbatasan dengan Desa Citeureup, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukahati, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pasir Mukti, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karang Asem Timur. 65 Secara tabel dapat dijelaskan sebagai berikut. Tabel 4.1 Batas Wilayah Desa Tarikolot Batas Desa/Kelurahan Kecamatan Sebelah Utara Citeureup Citeureup Sebelah Selatan Sukahati Citeureup Sebelah Timur Pasir Mukti Citeureup Sebelah Barat Karang Asem Timur Citeureup Sumber: Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016 65 Data dan Informasi Desa di Jawa Barat Tahun 2016 35 36 Gambar 4.1 Peta Administratif Kecamatan Citeureup b. Kondisi Demografis Desa yang memiliki jumlah penduduk sekitar 19.224 Jiwa pada tahun 2016 dengan jumlah perbandingan Laki-laki sebanyai 9.870 Jiwa dan Perempuan sebanyak 9.354 Jiwa. Berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) berjumlah 4.931 KK, yang terbagi menjadi 4 (empat) Dusun, 11 (sebelas) Rukun Warga (RW), dan 58 (lima puluh delapan) Rukun Tetangga (RT). Tabel 4.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 1 Laki-laki 9.870 Jiwa 2 Perempuan 9.354 Jiwa Jumlah 19.224 Jiwa Sumber: Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016 Gambaran data penduduk berdasarkan usia Desa Tarikolot dapat dilihat dari tabel di bawah ini : 37 Tabel 4.3 Rekapitulasi Kelompok Umur Penduduk Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah 00 s/d 05 Thn 323 291 614 05 s/d 07 Thn 322 316 638 07 s/d 13 Thn 1.193 1.200 2.993 13 s/d 16 Thn 640 541 1.181 16 s/d 19 Thn 563 525 1.088 19 s/d 23 Thn 774 666 1.440 23 s/d 30 Thn 1.308 1.282 2.590 30 s/d 40 Thn 1.856 2.006 3.862 40 s/d 56 Thn 2.096 1.910 4.006 56 s/d 65 Thn 529 426 955 65 s/d 75 Thn 206 133 339 75 Thn keatas 60 58 118 Jumlah 9.870 9.354 19.224 Umur Sumber: Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016 Berikut ini adalah penjelasan data penduduk Desa Tarikolot berdasarkan usia, usia 0 – 5 tahun sampai dengan usia 75 tahun ke atas. Usia 0-5 tahun sebanyak 614 orang, usia 5-7 tahun sebanyak 638 orang, usia 7-13 tahun sebanyak 2.993 orang, usia 13-16 tahun sebanyak 1.181 orarng, usia 16-19 tahun sebanyak 1.088 orang, usia 19-23 tahun sebanyak 1.440 orang, usia 23-30 tahun sebanyak 2.590 orang, usia 30-40 tahun sebanyak 3.862 orang, usia 40-56 tahun sebanyak 4.006 orang, usia 56-65 tahun sebanyak 955 orang, usia 65-75 tahun sebanyak 339 orang, dan usia 75 ke atas sebanyak 118 orang. 38 c. Kondisi Sosial Politik dan Trantib (Ketentraman dan ketertiban) Secara umum kondisi sosial politik serta ketentraman dan ketertiban di wilayah Desa Tarikolot cukup kondusif dan terkendali. Berkaitan dengan masalah ketentraman dan ketertiban dapat disampaikan bahwa pada tahun 2016 situasi dan kondisi terbilang aman. Adapun gangguan ketentraman dan ketertiban yang terjadi antara lain : Pencurian : 4 kali Kebakaran : 0 kali Penipuan : 0 kali Lain kejadian : 4 kali Adapun jumlah anggota Perlindungan Masyarakat (LINMAS) sampai saat ini tercatat sebanyak 100 orang dan LINMAS kategori aktif tercatat sebanyak 46 orang. Untuk mendukung tugas pemerintah, Desa Tarikolot memiliki fasilitas umum yaitu Kantor Pemerintahan Desa 1 buah, Balai Pertemuan 1 buah, Posyandu 11 buah, dan Poskamling 8 buah. Serta sarana dalam bidang pendidikan desa Tarikolot memiliki 6 Taman Kanak-kanak (TK), 6 Sekolah Dasar (SD), 3 Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan 2 Sekolah Menegah Atas (SMA). Lebih jelas dapat diuraikan dalam table di bawah ini : Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana No Sarana 1 Pemerintahan Desa 2 Pendidikan Umum Nama Tempat Jumlah Kantor Desa 1 Balai Pertemuan 1 Poskamling 8 TK/PAUD 8 SD/MII 9 39 3 Peribadatan 4 Kesehatan SMP/MTs 3 SMA/MAN 3 Mesjid 11 Mushola 18 Majelis Ta’lim 15 Posyandu 11 Puskesmas 1 Bidan praktek 5 swasta 6 Dukun beranak terlatih Jumlah 109 Sumber: Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016 d. Keadaan Ekonomi Dari Tabel 4.5 di bawah dapat diketahui jumlah penduduk Menurut mata pencaharian. Penduduk yang berprofesi sebagai pengrajin sebanyak 275 orang, buruh pabrik sebanyak 876 orang, bengkel las sebanyak 15 orang, bengkel mobil/motor sebanyak 15 orang, tukang jahit sebanyak 25 orang, pedagang sebanyak 115 orang, warung sebanyak 6 rang, kios sebanyak 55 orang, petani sebanyak 214 orang, berkebun sebanyak 6 orang, kuli bangunan sebanyak 43 orang, supir angkot sebanyak 33 orang, tukang ojeg sebanyak 480 orang, ABRI sebanyak 9 orang, pensiunan sebanyak 17 orang, PNS sebanyak 45 orang dan lain-lain 7817 orang. Dilihat dari jumlah tersebut dapat diketahui bahwa matapencaharian ataupun pekerjaan yang paling banyak digeluti oleh penduduk Desa Tarikolot adalah buruh pabrik. Tentunya hal ini didukung oleh perkembangan industri yang ada di Desa Tarikolot seperti PT Ricki Putra Globalindo, PT Wacoal Indonesia, PT Untung Terus Sejahtera, PT Sari Rasa dan lain-lain. 40 Tabel 4.5 Mata Pencaharian No Nama Pekerjaan Jumlah 1 Pengrajin 275 2 Buruh Pabrik 876 3 Bengkel Las 15 4 Bengkel Motor/Mobil 15 5 Tukang Jahit 25 6 Pedagang 115 7 Warung 60 8 Kios 55 9 Petani 214 10 Berkebun 6 11 Kuli Bangunan 43 12 Sopir Angkot 33 13 Tukang ojeg 480 14 ABRI 9 15 Pensiunan 17 16 PNS 45 17 Lain-lain 3817 Jumlah 6094 Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Kepala Desa Tarikolot 2006 Tabel 4.5 Mata Pencaharian No 1 Nama Pekerjaan Petani Jumlah 214 41 2 Pedagang 525 3 Pegawai Negeri 23 4 TNI/POLRI 102 5 Pensiun 53 6 Swasta 3.556 7 Buruh pabrik 5.253 8 Pengrajin 541 9 Tukang bangunan 96 10 Penjahit 38 11 Tukang las 12 12 Tukang ojeg 121 13 Bengkel 23 14 Sopir angkutan 95 Jumlah 10.652 Sumber: Data dan Informasi Desa Tarikolot 2016 Keadaan ekonomi masyarakat Desa Tarikolot begitu beragam tetapi secara umum lebih banyak mengandalkan sector industri dari pada sector pertanian. Dari data di atas menjelaskan yang bekerja dalam sector pertanian sebanyak 525 orang, pegawai negeri 102 orang, pensiun 53 orang, swasta 3.556 orang, buruh pabrik 5253 orang, pengrajin 541 orang, tukang bangunan 96 orang, penjahit 38 orang, tukang las 12 orang, tukang ojeg 121 orang, bengkel 23 orang dan supir angkuran 95 orang. Bila dibandingkan dari tabel 4.5 dan 4.6 dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Desa Tarikolot mengalami peningkatan dalam sektor industri dimana pada tahun 2006 buruh industri sebanyak 876 orang sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 5253 orang. 2. Perubahan Perilaku dalam Kehidupan Sosial dan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri a. Kehidupan Sosial Interaksi sosial pada dasarnya adalah segala tindakan yang dilakukan oleh setiap individu di lingkungan tempat tinggalnya 42 dengan individu yang lain. Dalam interaksi sosial tidak jarang nantinya akan timbul intensitas dalam berhubungan, keakraban dan saling memiliki satu sama lain dan akan cenderung membentuk kelompok. Dalam masyarakat pedesaan yang pada umumnya pasti akan memiliki interaksi yang sangat intens dan sangat dekat, tetapi pada Desa Tarikolot dengan adanya perkembangan industri yang terus meningkat terjadi perubahan dan pergeseran nilai kebersamaan seperti dalam kegiatan gotong royong. 1) Perilaku gotong royong dalam kepentingan umum sebelum hadirnya kawasan industri Kegiatan yang terjadi secara gotong royong pada kepentingan umum adalah seperti pada pembuatan atau perbaikan jalan, membersihkan parit dan renovasi tempat ibadah. Perbaikan jalan dilakukan karena kondisi jalan yang rusak sehingga mengkhawatirkan pengguna jalan. Hal ini dirasakan oleh Ketua RT 04/07 yang mengatakan, sebelum adanya kawasan industri, masyarakat sangat antusias dalam mengikuti aktivitas kerja bakti yang menyangkut kepentingan bersama. “dulu… masyarakat sangat antusias mengikuti kegiatan kerja bakti seperti membersihkan lingkungan.” 66 Rasa kebersamaan dan persaudaraan sangat nampak disini. Dengan suka rela warga mengerjakannya hingga selesai, baik dalam menyediakan material maupun proses pelaksanaan. Sebagaimana yang dikatakan Informan : “memperbaiki jalan, parit hingga jalan dulunya dikerjakan oleh masyarakat dengan kerja bakti yang digerakan oleh RT setempat. Dengan sukarela masyarakat turut berpartisipasi hingga pekerjaan selesai. Jadi kebersamaan antar warga sangat kelihatan.” 67 Pernyataan sama disampaikan oleh Bapak H. Maspuloh selaku Kepala Desa : 66 67 Wawancara Ketua RT 04/07, 45 Thn, 04 September 2016, Pukul 11.15 Wawancara Buruh Pabrik, 35 Thn, 06 September 2016, Pukul 10.43 43 “Alhamdulillah, masyarakat di desa ini sangat kompak dalam kegiatan kerja bakti yang bertujuan untuk memperbaiki kepentingan umum, tujuan lainnya kan bisa menjalin kebersamaan antar warga.” 68 Pada kegiatan ini pula tidak hanya kaum laki-laki saja, perempuan juga ikut berperan dengan turut berpartisipasi dalam menyajikan makan dan minum yang biasanya dikerjakan di satu rumah yang lokasinaya dekat dengan kegiatan kerja bakti. “ya engga laki-laki saja yang ikut kerja bakti, ibu-ibu juga ikut bantuin seperti masak-masak dan sediain minuman.. yang dilakukan disalah satu rumah warga yang terdekat dengan kegiatan kerja bakti.” 69 Adapun kegiatan dalam memperbaiki sarana umum yaitu gotong royong antar masyarakat ketika adanya renovasi masjid dikarenakan kondisi masjid mengalami kerusakan. Kemudian masyarakat secara bersama-sama berusaha mencari dana seperti meminta sumbangan kepada masyarakat dengan mencari dana di jalan raya dengan meminta kepada motor dan mobil yang lewat. Masyarakat secara bersama-sama saling bahu membahu membantu kelancaran memberbaiki sarana umum yang ada di dalam desa. “iya.. kalau dulu renovasi masjid atau mushola itu ya dikerjakan dengan kerja bakti, iuran beli material kemudian dikerjakan bersama-sampai selesai. Kalau pun dana kurang, warga mempunyai inisiatif meminta sumbangan di jalan raya kepada pengguna motor atau mobil yang lewat. Kegiatan tersebut biasanya dipimpin pengurus musholla sama Pak RT.” 70 2) Perilaku gotong royong dalam bidang penanganan musibah sebelum adanya kawasan industri Perilaku masyarakat secara bergotong royong saat ada kerabat atau tetangga yang sedang mengalami musibah merupakan kepedulian masyarakat untuk saling membantu 68 Wawancara Kepala Desa, 55 Thn, 06 September 2016, Pukul 14.47 Wawancara Ketua RT 05/07, 42 Thn, 04 September 2016, Pukul 14.22 70 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 05/07, 39 Thn, 06 September 2016, Pukul 15.09 69 44 sesamanya seperti pada musibah sakit, kecelakaan maupun kematian. Seperti yang disampaikan oleh Ketua RT 04/07, beliau mengatakan sebelum hadirnya kawasan industry, masyarakat memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kerabat atau tetangga yang sedang tertimpa musibah, seperti ketika terdapat keluarga yang sakit, kecelakaan dan ketika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal. Warga saling membantu untuk mengatasi segala keperluan yang dibutuhkan oleh keluarga yang terkena musibah. Bantuan tersebut berupa uang, tenaga juga sembako yang diberikan seikhlasnya. “dulu.. kalau ada masyarakat yang sedang terkena musibah, contohnya saja ada yang sakit, kecelakaan atau ada yang meninggal, tanpa disuruh pun warga lain secara bergotong royong akan berdatangan untuk membantu. Bantuan yang diberikan seperti tenaga, uang dan perlengkapan lain yang dibutuhkan” 71 Adapun ketika ada musibah kematian, warga masyarakat berdatangan berusaha membantu selama proses pemakaman hingga selesai. Bantuan yang diberikan secara suka rela karena merupakan kesadaran moral masing-masing individu seperti uang santunan maupun tenaga. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh tokoh masyarakat: “ketika terdapat warga yang meninggal, masyarakat seperti biasa mengikuti dan membantu mempersiapkan segala keperluannya. Adapun warga masyarakat yang mengikuti pengajian, sedangkan yang lain ada yang menggali kuburan, membuat kayu nisan dan sebagainya. Seperti hukum dalam Islam, membantu proses pemakaman orang yang meninggal itu hukumnya fardu kifayah.” 72 Perilaku masyarakat dalam bentuk gotong royong lainnya adalah ketika menjumpai tetangga atau kerabat dekat yang sedang mengalami musibah sakit atau kecelakaan. Warga menunjukkan 71 72 Wawancara Ketua RT 04/07, 45 Thn, 04 September 2016, Pukul 11.15 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 04/07, 58 Thn, 04 September 2016, Pukul 13.11 45 pedulinya dengan menjenguk ke rumah warga yang sakit, entah secara individu maupun bersama-sama yang bertujuan untuk memberikan kekuatan moril supaya segera sembuh dari sakitnya atau jika pada kondisi yang parah, mereka membantu selama proses evakuasi dan pengobatan secara suka rela, karena baginya dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting mempunyai rasa kepedulian satu sama lain. “kalau terdapat warga yang sakit atau sakit karena kecelakaan pasti kerabat serta tetangga yang mengetahui kabar tersebut akan datang untuk menjenguk dan membantu sebisa mereka seperti kalau ada yang membutuhkan kendaraan untuk ke puskesmas hingga pendanaan. Apalagi kalau yang terkena musibah itu keadannya kurang mampu atau sedang tidak punya uang.” 73 Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh ketua RT 06/07 yaitu Bapak Ujang Jarkasih yaitu ketika terdapat warga yang sedang terkena musibah seperti sakit atau sakit karena kecelakaan, tetangga akan berdatangan untuk menjenguk atau sekedar memberi semangat supaya lekas sembuh. “ya tentu, masyarakat di sini akan membantu ketika ada tetannga atau kerabat yang terkena musibah seperti kalau ada yang sakit. Hal yang mereka lakukan adalah membantu semampu mungkin seperti dipinjamkan ke warga yang punya mobil untuk mengantar ke puskesmas atau rumah sakit.” 74 3) Gotong royong dalam bidang pesta atau hajatan sebelum adanya kawasan industri Pesta atau hajatan yang biasa dilakukan oleh masyarakat pedesaan adalah seperti pada acara pernikahan, khitanan dan aqikahan. Acara-acara tersebut dilakukan bergorong royong. Mekanisme pelaksanaan pesta atau hajatan ini yaitu warga yang mempunyai hajat meminta bantuan kepada kerabat atau tetangga dekat sebelum acara dilaksanakan. 73 74 Wawancara Ketua RT 05/07, 42 Thn, 04 September 2016, Pukul 14.22 Wawancara Ketua RT 06/07, 45 Thn, 04 September 2016, Pukul 11.45 46 Ketika ada warga masyarakat yang akan menyelenggarakan pesta atau hajatan, perilaku masyarakat dalam bergotong royong untuk membantu segala prosesi kegiatan nempak antusias. Seperti yang disampaikan oleh tokoh masyarakat sebagai berikut : “iya kalau ada yang mau menyelenggarakan hajatan seperti ada yang nikahan, biasanya salah satu keluarga datang ke sini.. istilahnya mengundang ya yang maksudnya meminta bantuan dalam acara tersebut.. ya bantu-bantu suka rela sampai acara selesai.. itu juga kepada kerabat dekat, tetangga-tetangga dekat. Setelah dikasih tau kapan pelaksanaannya, paling datang ke rumahnya sekitar seminggu atau mendekati acara. Disana.. terlihat warga antusias meskipun suasana hajatan sederhana namun rame gitu.” 75 Dalam penyelenggaraan suatu pesta atau hajatan, tuan rumah mempercayakan pelaksanaan dalam pengarturan dan pembagian kerja kepada seseorang dinamakan Bas (mengatur dari proses dan keperluan dalam pelaksanaan hajatan). “ada yang ditunjuk oleh yang menyelenggarakan hajat atau dibilang tuan rumah yaitu seseorang untuk menjadi bas.. kaya wakil tuan rumah yang mengarahkan dan menjadi pemimpin buat teman-teman lain yang juga membantu dalam pelaksanaan hajatan.” 76 Berkaitan dengan imbalan, berikut yang dikatakannya menurut salah satu warga yang sering diminta bantuan untuk memasak : “kalau sistem imbalan kepada warga yang ngebantuin mah suka diberi makanan bukan berupa uang ya sebagai tanda terima kasih telah ngebantuin hehe. Tapi yang dikasih uang itu kalau yang memasak.. kan pekerjaannya banyak dan bikin lelah ya.” 77 a) Gotong royong dalam bidang kepentingan umum sesudah adanya kawasan industri Kegiatan gotong royong dalam bidang kepentingan umum yaitu aktivitas kerja bakti pada kegiatan yang menyangkut 75 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 04/07, 58 Thn, 04 September 2016, Pukul 13.11 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 04/07, 58 Thn, 04 September 2016, Pukul 13.11 77 Wawancara warga masyarakat RT 04/07, 58 Thn, 07 September 2016, Pukul 11.02 76 47 kepentingan bersama seperti memperbaiki jalan, jembatan maupun tempat ibadah. Setelah adanya kawasan industri, antusias warga masyarakat untuk gotong royong dalam bidang kepentingan umum tersebut mengalami penurunan bahkan nyaris tidak ada lagi. Hal ini dituturkan oleh tokoh masyarakat di Desa Tarikolot RT 04/07 bahwa saat ini masyarakat cenderung berorientasi pada kegiatan yang lebih menghasilkan uang sehingga tidak berminat untuk kerja bakti. “ah.. sekarang mah sudah tidak seperti dulu. Maksudnya tidak ada lagi dek yang namanya kerja bakti memperbaiki jalan, jembatan maupun mushola. Masyarakatnya sibuk sendiri, meskipun banyak pendatang pun sama saja, sekarang mereka sibuk dengan pekerjaan yang mendatangkan materi, yaa matrealistis lah kata orang mah, mana mau diajak kerja bakti. Kan kalau pun ada perbaikan mungkin mempekerjakan orang saja he he he.” 78 Ditambahkan pula pernyataan tersebut oleh Bapak Riyan Hidayat selaku Sekretaris desa bahwa : “kalau soal kerja bakti antar warga yang sifatnya pekerjaan umum kaya gitu… masyarakat sekarang ni cuek dek.. tidak ada lagi, karena warga merasa hal tersebut merupakan tanggung jawab pihak pemerintah desa.” “memang benar, saat ini segala perbaikan seperti infrastruktur jalan maupun jembatan yang mendanai yaitu dari bantuan anggaran dasar desa (ADD) dengan mengerjakan tenaga kontraktor, sebab bagaimana masyarakat mau mengerjakan sedangkan faktor kesibukan dalam bekerja dan rasa malas, matrealistis masyarakat menjadi sebuah alasan utama untuk tidak turut berpartisipasi dalam melakukan kegiatan gotong royong tersebut, dan karna faktor ini pula antusias warga jadi menurun.” 79 Begitu juga dalam hal kegiatan renovasi tempat ibadah, di desa ini tetap dilakukan dengan intruksi dari Ketua RT setempat 78 79 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 05/07, 55 Thn, 04 September 2016, Pukul 14.54 Wawancara Sekretaris Desa Tarikolot, 26 Thn, 06 September 2016, Pukul 14.25 48 atau ketua masjid/mushola tetapi hanya dihadiri oleh sebagian warga yang sempat saja. “tentunya dikumpulkan dulu warganya atas intruksi dari Pak RT atau ketua masjid/mushola kalau akan melakukan kerja bakti tapi.. ya begitulah karena banyak yang sibuk yang datang ya sedikit aja.” 80 b) Gotong royong dalam bidang penanganan musibah sesudah adanya kawasan industri Perilaku masyarakat secara bergotong royong saat ada kerabat atau tetangga yang sedang mengalami musibah merupakan kepedulian masyarakat untuk saling membantu sesamanya seperti pada musibah sakit, kecelakaan maupun kematian. Setelah hadir kawasan industri di Desa Tarikolot, perilaku bergotong royong warga kepada yang terkena musibah ditunjukan dengan memberi bantuan atau pertolongan. Seperti halnya pada musibah kematian, kepedulian itu ditunjukkan dengan hadir untuk berbela sungkawa dan memberi bantuan berupa uang dan tenaga hingga proses pemakaman selesai. Seperti yang disampaikan oleh warga di desa ini : “namanya juga musibah dek siapa yang tau dan mau.. yang pasti dari dulu sampai sekarang warga saling membantu semampunya, seperti hadir ke rumah duka untuk berbela sungkawa dan mengikuti pengajian serta memberi bantuan seperti uang, tenaga atau bantuan lain yang dibutuhkan.” 81 Selanjutnya, ketika terdapat kerabat atau tetangga yang sakit atau sakit karena kecelakaan, perilaku masyarakat di Desa Tarikolot terlihat kepeduliannya untuk menjenguk dan semapunya memberi bantuan berupa uang maupun tenaga dari proses evakuasi hingga pendanaan ke rumah sakit terutama yang kurang mampu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh salah satu informan : 80 81 Pengurus Mesjid/Mushola Desa, 55 Thn, 07 September 2016, Pukul 13.36 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 04/07, 58 Thn, 04 September 2016, Pukul 13.11 49 “ya pasti dek.. kalau ada yang sakit mah kita saling ngejenguk apalagi yang sakit tetangga dekat atau kerabat.” 82 Kemudian tokoh masyarakat mengatakan : “kalau misalnya salah satu warga ada yang kecelakaan, semampunya akan kita bantu, entah langsung mengevakuasi apalagi kan desa ini lumayan jauh dari rumah sakit jadi langsung dipanggilkan ambulance tapi kalau ambulance tidak ada.. yaa berarti kita yang mengantarkan supaya si korban kecelakaan cepat ditangani. Kalau soal pendanaan rumah sakit misalnya si orang tua belum datang atau kurang mampu, maka warga seikhlasnya memberikan iuran dulu.” 83 Adapun tokoh pemuda di Desa Tarikolot menuturkan : “misalnya kalau ada yang sakit parah.. biasanya pemuda di desa ini dimintai untuk mengantar ke rumah sakit.. ya upahnya seikhlasnya aja karena kan kita niatnya bantuin tapi kadang-kadang sih dikasih buat uang bensin atau rokok bilangnya.” 84 Selanjutnya Ketua RT 04/07 dan RT 05/07 ikut menuturkan pendapat yang berbeda dari pendapat informan lain yaitu : “sekarang mah dek karena pada punya kesibukan dalam pekerjaannya, perilaku masyarakat jika ada tetangga yang sedang tertimpa musibah kalau memberikan bantuan banyak menggunakan uang saja, kalau ada waktu ya nengok tapi biasanya kalau menengok kepada kerabat dekat saja.” “ketika ada yang terkena musibah ya jelas dek pengennya ngebantu, bantuan seperti memberikan uang atau tenaga yang dibutuhkan tapi yang banyak membantu sih dari kerabat dekat, sedangkan yang lain membantu dalam hal menengok, menemani, memberi semangat supaya cepet sehat.” 85 82 Wawancara warga masyarakat, 36 Thn, 07 September 2016, Pukul 10.42 Wawancara warga masyarakat, 39 Thn, 07 September 2016, Pukul 11.02 84 Wawancara Tokoh Pemuda, 33 Thn, 07 September 2016, Pukul 10.57 85 Wawancara Ketua RT 04/07 dan RT 05/07, 45-42 Thn, 04 September 2016, Pukul 11.15-14.22 83 50 c) Gotong royong dalam bidang pesta atau hajatan sesudah adanya kawasan industri Pesta atau hajatan yang dimaksud seperti pada acara pernikahan, khitanan sampai aqikahan. Acara tersebut dilakukan masyarakat secara bergotong royong dengan mengundang atau meminta bantuan kepada kerabat dekat maupun tetangga-tetangga sekitar rumah. Untuk mengetahui perilaku sosial masyarakat setelah hadirnya kawasan indsutri dalam kegiatan bergotong royong dalam acara pesta atau hajatan dapat dilihat dari mekanisme pelaksanaannya yaitu dengan cara warga yang akan melaksanakan pesta atau hajatan meminta bantuan kepada kerabat dekat maupun tetangga sekitar rumahnya dengan cara mendatangi langsung seminggu sebelum acara akan dilaksanakan. Seperti yang disampaikan oleh Tokoh Masyarakat sebagai berikut : “didatengin langsung ke rumah.. dari rumah sini ke rumah sana.. warga yang akan melaksanakan hajat meminta bantuan untuk acaranya nanti. Bisa dilihat antusias warga untuk hadir membantu yaa..namanya hidup bermasyarakat, ketika ada yang meminta bantuan ya dibantu.. kan nanti juga kita yang akan meminta bantuan kepada mereka. Bedanya sekarang kan banyak yang menggunakan sewaan jadi ga ribet. Kaya tenda dan perabot atau yang lainnya. Kurang lebih 3 sampai 4 harian yang diminta bantuan akan datang untuk melakukan tugasnya.” 86 Berkaitan dengan imbalan setelah acara selesai, berikut yang disampaikan warga masyarakat : “untuk imbalan mah ya tergantung tuan rumah.. namanya kita ngebantu ya. Tapi biasanya sih juru masak yang diberi bayaran karena kan pekerjaannya banyak dan melelahkan.. yang lainnya mah dikasih makanan sebagai tanda terima kasih dari tuan rumah. 87 86 87 Wawancara Tokoh Masyarakat RT 04/07, 58 Thn, 04 September 2016, Pukul 13.11 Wawancara warga masyarakat, 39 Thn, 07 September 2016, Pukul 11.02 51 b. Kehidupan Ekonomi Sebelum Desa Tarikolot dijadikan kawasan industri, masyarakat setempat umumnya bekerja dalam sektor pertanian. Akan tetapi, setelah dijadikannya kawasan industri yang tentunya telah banyak didirikan pabrik-pabrik seperti industri garmen, sepeda, helm, baja dan lain sebagainya secara otomatis pabrik tersebut membutuhkan banyak tenaga kerja dan secara tidak langsung memberikan peluang bagi masyarakat dari kehidupan bertani menjadi ke sektor perindustrian. Dalam arti, sumber ekonomi yang asalnya bergantung dari hasil pertanian kini menjadi kepada akibat adanya industri di sekitar tempat tinggalnya. Pendapatan yang diperoleh masyarakat dengan adanya kawasan industri telah mengalami perubahan. Seperti yang diungkapkan salah satu warga yang mengalami peralihan dari sektor pertanian ke industri. “dulu sih sebelum hadir industri ini saya kerja di bidang pertanian, tau sendiri pendapatannya tidak nentu dan tentu saja kurang cukup untuk kebutuhan. Alhamdulillah disini sekarang banyak pabrik dan menjadi peluang untuk mencari pendapatan yang lebih”. 88 Hal yang sama juga dikatakan oleh buruh pabrik lain, yaitu : “iya mbak sebelum adanya kawasan industri di sini dulu mah susah cari kerja paling di sawah ikut-ikutan ngebantuin.. pendapatannya ga seberapa. nah sekarang banyak pabrik dan banyak juga pendatang jadi rame buat cari kerja.. kan bisa buat ngasih orang tua dan memenuhi kebutuhan”. 89 Penuturan lain juga diungkapkan oleh Kepala Desa setempat. Peningkatan dalam pendapatan sudah terlihat, karena warga masyarakat yang bekerja di pabrik ini terpenuhi kebutuhannya bahkan ada yang bisa membeli kebutuhan lain-lain misalnya saja kendaraaan sepeda motor yang sebagian besar masyarakat sudah memiliki dan TV. 88 89 Wawancara Buruh Pabrik S, 45 Tahun, 4 September 2016, Pukul 11.31 Wawancara Buruh Pabrik W, 23 Tahun, 7 September 2016, Pukul 19.27 52 “bisa dilihat ya perkembangan sebelum dan sesudah adanya industri, masyarakat di sini sudah bisa memenuhi kebutuhannya. Ada yang beli TV bahkan kendaraan seperti motor meskipun kredit”. 90 Kehidupan yang ditopang dari penghasilan di atas standar membawa perubahan terhadap gaya hidup yang lebih ke arah perilaku konsumtif. Sehingga apa yang dilihat masyarakat saat ini menjadi tren tersendiri untuk dipraktekkan. Karena ini menyangkut rasa kepercayaan diri yang diukur dari perubahan materi. “.. ya gitu mbak perubahan pasti ada, dengan penghasilan yang cukup, masyarakat memiliki jiwa konsumtif yang tinggi terutama anak muda. Mereka bisa membeli apapun yang dimau sesuai dengan kemampuannya”. 91 Ungkapan Ketua RT dibenarkan oleh warga masyarakat yaitu : “hmmm bisa dirasakan ya perubahannya karena yang dulu menganggur dan ga nentu penghasilannya sekarang punya penghasilan dan lebih dari cukup untuk membeli apa yang mereka butuhkan”. 92 Terkadang kesempatan untuk bekerja di pabrik tidaklah efektif dalam penggunaan penghasilan mereka. Tidak sadar para pekerja membelanjakan gaji tanpa berpikir panjang secara tepat. Seperti yang dikatakan buruh pabrik sebagai berikut : “mulai aktif mengkonsumsi barang ya dari pas kerja, sebelum kerja mah dari mana uangnya hehe.. cukup sih gajinya buat beli barang yang pengen dibeli kaya baju terus bisa main.” 93 “iya teh sekarang mah banyak barang ini itu terbaru, kan siapa yang ga ke pengen beli. Jadi kalau gajian beli hehe kaya kalau pengen baju, celana, hp.” 94 “hmm.. iya mengikuti trend yang lagi berkembang.. eee dapet informasinya ya kadang dari temen atau kan sekarang banyak sosial media kaya instagram dan facebook jadi bisa tau dari situ.” 95 90 Wawancara Kepala Desa H.M, 55 Tahun, 7 September 2016, Pukul 14.47 Wawancara Ketua RT, 45 Tahun, 04 September 2016, Pukul 11.15 92 Wawancara masyarakat, 39 Tahun, 07 September 2016, Pukul 10.42 93 Wawancara buruh pabrik W, 23 Thn, 7 September 2016, Pukul 19.27 94 Wawancara buruh pabrik L, 26 Thn, 7 September 2016, Pukul 19.34 95 Wawancara buruh pabrik W, 23 Thn, 7 September 2016, Pukul 19.27 91 53 Pernyataan yang sama pula disampaikan oleh pekerja pabrik lainnya : “hehe iya sih ngikutin apa yang lagi musim.. kan pengen kaya gitu. Kebanyakan sih dari media sosial kan suka ada tuh apa aja yang sekarang lagi trend tapi kadang juga dari temen. Temen pabrik kan suka ada yang jualan bawa majalah.” 96 Selain itu, dengan hadirnya pendatang dijadikan sumber keuntungan. Artinya, berdirinya pabrik-pabrik di desa tersebut memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar. Peluang usaha ini memberikan nilai tersendiri bagi sebagian masyarakat yang membuka usaha mendirikan kontrakan, bengkel dan berdagang. “dijadikan peluang dek dari semenjak adanya bangunanbangunan pabrik.. kita di sini ada yang jualan makan da ada juga bengkel karna banyak orang atau yang bekerja membutuhkan itu seperti kalau istirahat kerja yang mereka cari kan warung untuk makan. Walaupun usahanya tidak tentu tapi lumayan lah buat tambah-tambah. Iya.. lihat saja makin kesini makin banyak yang bangun kontrakan untuk yang kerja tatapi yang punya nya mah gak tinggal di sini” 97 Adapun pernyataan salah satu warga yang menjadikan keadaan ini sebagai peluang adalah warga yang menjual sayur : “kawasan ini jadi ramai sekali banyak orang yang datang sejak dibangunnya pabrik-pabrik.. makanya saya jualan sayur karena jarak ke pasar lumayan jauh.” 98 B. PEMBAHASAN Berdasarkan informasi yang diperoleh dari observasi dan wawancara kepada informan di lapangan, maka dapat diketahui bagaimana perilaku masyarakat di lingkungan kawasan industri dalam kehidupan sosial dan ekonomi dari sebelum dan sesudah hadirnya kawasan industri. Dari hasil penelitian yang sudah dijelaskan di atas bahwa dapat diketahui sebelum hadirnya kawasan industri di tengah masyarakat Desa Tarikolot perilaku masyarakat ketika terdapat warga, tetangga atau kerabat dekat yang sedang mengalami musibah ditunjukkan dengan sikap 96 Wawancara buruh pabrik E, 23 Thn, 7 September 2016, Pukul 19.34 Wawancara pedagang, 30 Thn, 07 September 2016, Pukul 16.52 98 Wawancara pedagang, 28 Thn, 07 September 2016, Pukul 16.29 97 54 kepedulian dan sikap untuk saling membantu dalam hal memberi bantuan yang bertujuan untuk meringankan beban. Ketika ada salah satu tetangga atau kerabat dekat meninggal, maka warga saling membantu dalam mempersiapkan segala suatu yang dibutuhkan dari proses pemakaman hingga selesai secara sukarela. Bantuan lain selain tenaga, mayarakat juga memberikan bantuan dalam bentuk sembako atau uang santunan. Kemudian ketika ada yang sakit, entah sakit atau sakit karena kecelakaan, warga masyarakat juga menunjukkan kepedulian seperti saling menjenguk atau kondisi sudah parah, warga membantu dalam proses membawa ke rumah sakit hingga pembiayaan bagi orang yang kurang mampu. Perubahan dari perilaku masyarakat sebelum dan sesudah adanya kawasan industri tidak jauh berbeda. Masyarakat masih memiliki kepedulian untuk saling membantu. Bedanya, bentuk bantuan yang diberikan lebih kepada finansial (uang). Ketika ada yang meninggal dunia, kepedulian itu ditunjukkan dengan menyempatkan hadir untuk berbelasungkawa dan memberi uang santunan. Sama halnya ketika warga atau tetangga ada yang sedang sakit atau sakit karena kecelakaan, perilaku masyarakat desa terlihat kepeduliannya untuk menjenguk dan memberi bantuan berupa uang. Artinya, kondisi sebelum dan sesudah hadirnya kawasan industri kepedulian dan antusias masyarakat tetap ada untuk saling membantu ketika ada yang mengalami musibah seperti ada yang sakit atau sakit karena kecelakan dan kematian. Perbedaannya, bantuan yang diberikan lebih dominan pada bentuk finansial. Ketika bantuan finansial lebih dominan, berarti partisipasi langsung masyarakat mengalami penurunan. Adapun perilaku bergotong royong yang dilakukan masyarakat yaitu dalam hal kepentingan umum seperti memperbaiki jalan, jembatan dan renovasi masjid. Sebelum hadirnya kawasan industri, antusias masyarakat sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan gotong royong berupa kerja bakti dalam hal membersihkan jalan, jembatan maupun renovasi masjid yang digerakkan oleh RT setempat. Bisa dilihat dari kegiatan tersebut 55 membangun rasa kebersaman dan persaudaraan. Tidak hanya kaum pria saja yang ikut serta, tetapi ibu-ibu pun turut berpartisipasi dalam menjamu makanan dan minuman. Kemudian pada kegiatan renovasi tempat ibadah seperti mushola dan masjid secara bersamaan warga yang tinggal di sekitar meyiapkan material hingga proses pengerjaan selesai. Tetapi, setelah hadirnya kawasan industri di tengah masyarakat, antusias yang sebelumnya tinggi terjadi penurunan dan lebih memilih pekerjaan yang menghasilkan uang sehingga tidak mau mengikuti kerja bakti. Selain itu, faktor kesibukan dalam pekerjaan sehingga ada rasa malas yang timbul dalam diri masyarakat untuk tidak turut serta dalam melaksanakan kerja bakti. Aktifitas kerja bakti dalam menyangkut kepentingan umum bisa dikatakan sudah jarang bahkan hampir sulit dijumpai. Kalau pun ada, biasanya kerja bakti dilakukan tetapi hanya dihadiri oleh sebagian warga yang bisa saja dengan yang tidak banyak. Saat ini, mengerjakan pekerjaan seperti perbaikan jalan, jembatan maupun renovasi masjid, pemerintah desa menggunakan tenaga kontraktor atau diserahkan kepada tukang kuli bangunan. Artinya, perilaku bergotong royong masyarakat yang ada di lingkungan kawasan industri dalam kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan umum mengalami penurunan. Penurunan tersebut ditandai dengan antusias dan minat masyarakat dalam berpartisipasi lebih memilih pada kegiatan yang mendatangkan rupiah. Kini, kegiatan-kegiatan tersebut cenderung mempekerjakan orang dengan sistem upah. Selanjutnya, gotong royong dalam bidang pesta atau hajatan sebelum hadirnya kawasan industri mekanisme yang dipakai pada acara tersebut adalah warga yang mempunyai hajat mendatangi kerabat dekat atau tetangga untuk meminta bantuan. Antusias masyarakat dalam bergotong royong untuk membantu rangkaian kegiatan Nampak ramai. Dalam penyelenggaraannya, tuan rumah mempercayai seseorang untuk menjadi pemimpin untuk mengarahkan teman-teman lainnya yang disebut Bas. 56 Tidak ada imbalan atau upah untuk semua yang ikut serta membantu kecuali bagi yang menjadijuru masak yang pekerjaannya banyak dan melelahkan, sedangkan yang lainnya diberi makanan sebagai ungkapan rasa terima kasih. Namun, setelah hadirnya kawasan industri, mekanisme yang digunakan tetap sama yaitu tuan rumah meminta bantuan kepada kerabat maupun tetangga sekitar rumah serta masih ada antusias warga dalam bergotong royong untuk membantu rangkaian acara, meski demikian pekerjaan yang dilakukan tidak lagi sebanyak masa sebelumnya. Hal tersebut karena masyarakat banyak yang memilih untuk menggunakan jasa penyewaan seperti tenda maupun perabot dapur. Kurang lebih 3 sampai 4 hari sebelum acara dilaksanakan, warga yang dipercaya oleh tuan rumah untuk membantu telah hadir. Sebagian orang yang turut membantu medapat bayaran, mereka yang mendapat upah adalah khusus untuk juru masak yang dirasa pekerjaannya cukup melelahkan, sedangkan yang lain secara keseluruhan diberi makanan juga diberi upah sebagai tanda terima kasih. Artinya, perilaku masyarakat bergotong royong dalam bidang ini mengalami perubahan. Perubahan tersebut Nampak pada teknis bergotong royong yang dilakukan oleh masyarakat menjadi tidak sebanyak sebelum adanya kawasan industri, karena telah menggunakan jasa-jasa penyewaan dan peralatan rumah tangga yang lebih mudah dan cepat. Dengan demikian, kondisi seperti ini sesuai dengan teori Emile Durkheim bahwa pada masyarakat industri solidaritas mekanik berubah menjadi solidaritas organik yang didalamnya telah memberlakukan sistem bayaran sebagai imbalan nyata atas bantuan yang diberikan dan imbalan tersebut diberikan berupa uang. Dalam kehidupan ekonomi masyarakat di Kecamatan Citeureup khususnya Desa Tarikolot telah mengalami perubahan sebagai daerah agraris. Perubahan tersebut dapat dilihat pada mata pencaharian penduduk yang telah digambarkan sebelumnya dalam data mata pencaharian 57 penduduk Desa. Perubahan tersebut diantaranya dengan menurunnya pekerja dalam sektor pertanian. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor antara lain, menyempitnya lahan pertanian yang disebabkan oleh adanya pengalihan lahan pada bidang non pertanian yaitu pembangunan usaha lain seperti industri, baik industri berskala kecil sampai industri dengan skala besar. Keberadaan kawasan industri otomatis menjadi daya tarik masyarakat luar datang untuk menjadi karyawan/buruh pabrik. Daya tarik tersebut yakni sebagai tenaga kerja untuk mendapatkan sumber mata pencaharian yang baru dalam arti mengharapkan untuk mendapatkan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Artinya, bekerja di pabrik tersebut untuk mendapatkan hasil dan usaha, mereka bekerja dengan maksud untuk mengubah keadaan hidupnya. Akibat dari hal tersebut dengan sendirinya membawa perubahan-perubahan dalam perilaku kehidupan ekonomi. Perubahan-perubahan dalam perilaku akibat dari kehidupan ekonomi yang mereka peroleh nampak dari gaya hidup mereka sebelumnya, serta keinginan-keinginan dan harapan yang mereka dapatkan akibat bertambahnya pendapatan yang mereka peroleh. Seberapa jauh transisi terlihat pada masyarakat setempat dan masyarakat pendatang, yakni munculnya jiwa konsumtif yang melanda sebagian besar di antara mereka. Gejala ini tampak pada suburnya sistem kredit barang-barang baik berupa pakaian maupun barang elektronik yang baru. Terkadang kesempatan untuk bekerja di pabrik tidaklah efektif dalam penggunaan penghasilan mereka. Tidak sadar para pekerja membelanjakan gaji tanpa berpikir panjang secara tepat. Dengan logika yang sederhana mereka merasa ketergantungan akan produk-produk baru yang beredar di pasaran. Beberapa hal yang mendorong para pekerja pabrik berlaku konsumtif adalah pertama, lebih pada gaya hidup yang merupakan sebagai landasan untuk membangun percaya diri sehingga dari rasa kecanduan dan dibuat mudah oleh produk pasar menjadi ketergantungan pada suatu benda 58 yang sudah dibeli. Kedua, ingin dianggap keberadaannya dan diakui oleh lingkungan. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain itu menyebabkan mengikuti berbagai atribut yang sedang popular. Salah satu caranya dengan berperilaku konsumtif, seperti memakai barangbarang yang baru agar dianggap mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan di mana mereka tinggal. Di dukung pula dengan adanya semua fasilitas dan tempat perbelanjaan yang memudahkan akses bagi masyarakat untuk berperilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan untuk dianggap keberadaanya oleh lingkungan, ia harus mengikuti lingkungan tersebut dengan cara mengkonsumsi dan menikmati semua fasilitas yang telah disediakan. Artinya, semua yang dilakukan semata-mata ingin diperhatikan dan ingin menunjukkan bahwa sudah bisa hidup dan bergaul, tetapi akibat dari perilaku konsumtif ini akan terus menjadi kebiasaan gaya hidup masyarakat di Indonesia. Ketiga, munculnya majalah. Majalah yang berisi produk-produk untuk dijual yang setiap orang melihatnya pasti ada keinginan untuk membeli. Perilaku konsumtif menyebabkan pemborosan. Kita tanpa daya di hadapan tawaran konsumsi itu. Beda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Febri Cahya Gumelar yang berjudul Dampak Perubahan Mata Pencaharian terhadap Perilaku Masyarakat (Studi Psikolog Sosial di Pantai Harapan Jaya Kabupaten Bekasi) menyatakan bahwa perilaku sosial masyarakat sebelum dan sesudah berubahnya pola mata pencaharian tidak mengalami perubahan yang signifikan yakni masih berbau masyarakat desa. Sedangkan ada persamaan perilaku yang berkaitan dengan kehidupan ekonomi yaitu dalam pola pikir dan perilaku gaya hidup secara umum mengalami perubahan, seperti pendapatan bertambah, pekerjaan tetap, hidup lebih konsumtif (boros), gaya hidup ke kota-kotaan dan pergaulan dalam penampilan lebih glamaour serta lebih banyak menggunakan sarana teknologi dalam komunikasinya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan oleh penulis yang bersumber dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi mengenai perilaku masyarakat di lingkungan kawasan industri desa Tarikolot yang meliputi kehidupan sosial dan ekonomi, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Keberadaan kawasan industri di Desa Tarikolot Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor berimplikasi pada perubahan perilaku masyarakat disekitarnya yaitu dalam perilaku bergotong royong pada bidang penanganan musibah, kepentingan umum dan hajatan. Sebelum hadirnya kawasan industri di Desa Tarikolot, masyarakat sangat antusias dalam mengikuti aktivitas kerja bakti yang menyangkut kepentingan bersama seperti pada pembuatan atau perbaikan jalan, membersihkan parit dan renovasi tempat ibadah. Tetapi, setelah hadir kawasan industri, perilaku masyarakat dalam kegiatan bergotong royong mengalami perubahan, yaitu perilaku masyarakat lebih berorientasi pada materi atau sistem upah serta lebih dominan memberi bantuan dalam bentuk finansial (uang) dari pada bantuan tenaga. Adapun faktor lain karena kesibukan kerja masing-masing warga yang semakin bervariasi sehingga intensitas partisipasi masyarakat mengalami penurunan. Adapun perilaku gotong royong dalam bidang penanganan musibah yaitu tidak jauh berbeda antara sebelum dan sesudah hadinya kawasan industri. Selanjutnya, perubahan perilaku bergotong royong dalam bidang pesta atau hajatan yang sebelumnya tuan rumah mendatangi rumah kerabat atau tetangga sekitar untuk meminta bantuan dan antusias warga yang datang tampak ramai, dan tidak ada imbalan atau upah, namun setelah 59 60 hadirnya kawasan industri antusias warga masih ada tapi keikutsertaan dalam membantu tidak sebanyak saat sebelum hadirnya kawasan industri, hal ini dikarenakan masyarakat banyak yang memilih untuk menggunakan jasa penyewaan. 2. Perubahan-perubahan perilaku akibat berdirinya kawasan industri adalah dalam kehidupan enonomi yang mereka peroleh. Nampak dari gaya hidup masyarakat yang ditunjukkan pada perilaku konsumtif, karena telah masuknya industri otomatis terbukanya peluang kerja bagi masyarakat sekitar. Kemudian pekerja pabrik selain mendapatkan gaji pokok, mendapatkan juga penghasilan dari kerja lembur serta kebijakan-kebijakan lain dari pabrik yang menguntungkan. Sehingga dengan adanya kemudahan tersebut memberikan peluang bagi pekerja untuk berperilaku konsumtif. Perilaku tersebut mereka tunjukkan untuk menikmati hasil pekerjaan, walaupun terkadang mereka menganggap hal tersebut sebagai rasa kepercayaan diri, gengsi sekaligus ingin diakui keberadaannya di lingkungan tempat mereka tinggal. Adapun dampak positif dan negatif dari perilaku konsumtif. Dampak negatifnya adalah pertama, pemborosan, baik dari segi materi maupun produk yang dibeli. Kedua, menimbulkan sifat riya (pamer). Sedangkan dampak positifnya adalah membeli jenis barang tertentu merupakan bentuk dari menikmati hasil kerja dan dapat memenuhi keinginan-keinginan mereka. Selain itu, dengan hadirnya pendatang dijadikan sumber keuntungan. Artinya, berdirinya pabrikpabrik di desa tersebut memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar. Peluang usaha ini memberikan nilai tersendiri bagi sebagian masyarakat yang membuka usaha mendirikan kontrakan, bengkel dan berdagang. 61 B. Saran 1. Kepala Desa, Dusun dan Ketua RT/RW setempat harus lebih aktif dan berinisiatif menggerakan masyarakat untuk saling peduli serta mau berpartisipasi langsung untuk membantu kepada warga atau tetangga yang sedang membutuhkan pertolongan baik berupa bantuan tenaga atau materi. 2. Masyarakat Desa Tarikolot harusnya menyadari pentingnya gotong royong sebagai bentuk solidaritas dan kerukunan dalam lingkungan bertetangga juga sebagai wujud kebersamaan. 3. Peneliti lain yang hendak meneliti penelitian yang sama, supaya mengambil tema lain agar lebih inovatif sekaligus menambah wawasan bagi masyarakat umum. DAFTAR PUSTAKA Buku Teks Abdulsyani. Sosiologi Skematika, teori, dan Terapan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) Ahmadi, Abu dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta; PT Rineka Cipta, 2009) Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi Diterjemahkan Kartini Kartono, (Jakarta: PT Radja Grafindo Persada, 2011) Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (PT Bumi Aksara, 2013 Jhonson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, terj. Robert M.Z Lawang, (Jakarta: PT Gramedia, 1998) Komariah, Aan dan Djam’an Satori. Metodologi penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran Analils, Perencanaan,Pengendalian,Prentice Hall (Jakarta: Salemba Empat, 2007), Edisi Bahasa Indonesia Lapau, Buchori. Metode Penelitian Kesehatan, Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2013) M. Echols, John dan Hassan Shadily. Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2005), Cet.KeXXVI Meleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009) Munawwir, Achmad Warson. Al-Munawwir: Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007) Notoatmojo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Pieter, Herri Zan dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, (Jakarta:Kencana, 2010) 62 63 Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Gajah Mada University Press, (Yogyakarta, 2010) Ritzer, George. Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, (Jakarta: Kencana, 2011 Sarwono, Sarlito W. Berkenalan dengan Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokoh Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002) Scott, John. Teori Sosial: Masalah-masalah Sosial dalam Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012) Soelaeman, M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar Edisi Revisi, (Bandung: PT Eresco, 1995) Sutinah, Bagong Syanto. Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Prenada Media Group, 2011) Sumantri, Arif. Metodologi Penelitian Kesehatan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011) Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002) Walgito, Bimo. Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET, 2003) Wirawan, I.B. Teori-teori dalam Prenadamedia Group, 2013) Tiga Paradigma, (Jakarta: Kencana Skripsi Anugrahati, Rifa Dwi Styaning. 2014, Gaya Hidup Shopaholic sebagai bentuk Perilaku Konsumtif pada Kalangan Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Skripsi Sarjana Ilmu Sosial, UNY Choerunisa, Hafiah. ‘Pergeseran Nilai-nilai Solidaritas Sosial Masyarakat di Kawasan Industri (Studi Kasus di Desa Cintamulya Kecamatan Jatinagor Kabupaten Sumedang’ Skripsi Kearsipan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, UPI, 2015 E. Sonia. Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswi Unika Soegijapranata Ditinjau dari External Locus Of Control, Semarang, 2008. Skripsi Fikriyah, Fatimatul. 2009, Hubungan Antara Konsep Diri dengan Perilaku Konsumtif Pada Mahasiswa Program Non Reguler Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Skripsi Sarjana Psikologi 64 Gumelar, Febri Cahya. ‘Dampak Perubahan Mata Pencaharian terhadap Perilaku Masyarakat (Studi Psikolog Sosial di Pantai Harapan Jaya Kabupaten Bekasi)’ Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2012. Habibah. 2014, Dampak Tunjangan Sertifikasi terhadap Gaya Hidup Konsumtif, Skripsi Sarjana PAI UIN JKT Irfani, Fitri. 2010, Pengaruh Iklan Fashion Majalah Terhadap Perilaku Konsumtif Siswa SMAN 2 Kota Tangsel, Skripsi Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Sholihah, Siti. ‘Peran Masjid Cinere dalam Meningkatkan Solidaritas Sosial Mayarakat Cinere Depok)’ Skripsi Kearsipan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Jakarta, 2009 Suprihatin, “Perubahan Perilaku Bergotong Royong Masyarakat sekitar Persahaan Tambang Batubara di Desa Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang”, Skripsi pada Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur Jurnal Hastuti, Sri. Gaya Hidup Masyarakat Pedesaan, jurnal FISIP Universitas Sumut, Januari 2007, vol 1 no 2. Nur Fitriyani dkk. Hubungan antara Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada Mahasiswa di Genuk Indah, jurnal psikolog Undip, 2013 Samaun, Indra. “Solidaritas Masyarakat Pluralisme dalam Tradisi Perkawinan (Suatu Penelitian Pada Masyarakat Etnik Gorontalo dan Masyarakat Etnik Jawa di Desa Bandung Rejo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten Gorontalo)”, Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Sosial, (Gorontalo, 2015), h. 3 Santosa, Ayi Budi. 2010. Sikap Gotong Royong Pada Masyarakat Perdesaan (Studi Kasus Kampung Batu Reog, Lembang). Lembang. Internet Departemen Perindustrian RI. Kebijakan Pembangunan Industri, http://www.dprin.go.id/kebijakan/10KPAIN-Bab6.pdf http://Bogor.bps.go.id Ihttp://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=342 65 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online Keputusan Presiden No.41 Tahun 1996 tentang Pembangunan Kawasan Industri Rary, 2012, Bentuk-bentuk Gotong Royong Masyarakat Desa Sumabi, Retno. Konsep Konsumsi, konsumen, Konsumtif, Konsumerisme, Universitas Gunadarma. LAMPIRAN - LAMPIRAN 66 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Variabel Dimensi Kehidupan Perilaku Sosial Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri Desa Tarikolot 1. Perkembangan wilayah sebelum dan setelah masuknya industri 2. Tanggapan terhadap kedatangan para migran di lingkungan 3. Kegiatan bekerja mempengaruhi interaksi dengan lingkungan sekitar 4. Penggunaan waktu luang yang dimiliki 5. Kepedulian masyarakat terhadap tetangga yang tertimpa musibah 6. Kepedulian masyarakat terhadap kepentingan umum 7. Kepedulian masyarakat terhadap dalam pesta atau hajatan 8. Masyarakat pendatang tidak mendominasi dalam kegiatan sosial 9. Kegiatan yang dilakukan untuk menjalin keakraban dan kebersamaan Kecamatan 1. Sebelum dan sesudah beralih profesi menjadi aktif dalam mengkonsumsi (barang) 2. Barang apa saja yang dibeli 3. Jika berbelanja mengikuti trend yang Citeureup Kabupaten Bogor, Jawa Barat Pernyataan Kehidupan sedang berkembang melalui majalah Ekonomi atau sosial media 4. Jika berbelanja mementingkan keinginan atau kebutuhan 5. Jika berbelanja direncanakan atau tidak 67 Daftar Pertanyaan Wawancara 1. Identitas Informan : Nama : Jenis Kelamin : Status : Alamat : Pendidikan : 2. Bagaimana perkembangan wilayah sebelum dan sebelum masuknya industry? 3. Bagaimana tanggapan terhadap kedatangan para migran di lingkungan masyarakat? 4. Apakah masyarakat pendatang mendominasi/tidak mendominasi dalam kegiatan sosial? 5. Apakah kegiatan bekerja mempengaruhi interaksi dengan tetangga, teman kerja, dan masyarakat? 6. Bagaimana penggunaan waktu luang yang di miliki? 7. Apakah sebelum dan sesudah beralih profesi Anda dan keluarga aktif dalam berkonsumsi (barang)? 8. Barang apa saja yang Anda beli? 9. Apakah Anda jika berbelanja mengikuti trend yang sedang berkembang? Jika iya, dari mana memperoleh informasinya? 10. Apakah Anda jika berbelanja mementingkan keinginan atau kebutuhan? 11. Apakah Anda jika berbelanja direncanakan atau tidak? 12. Kegiatan apakah yang dilakukan untuk menjalin keakraban dan kebersamaan? 13. Bagaimana kepedulian masyarakat terhadap tetangga yang tertimpa musibah? 14. Bagaimana kepedulian masyarakat dalam pesta atau hajatan? 15. Bagaimana kepedulian masyarakat di bidang kepentingan umum, seperti kegiatan pembuatan jalan/jembatan, perbaikan jalan/jembatan, membersihkan parit, renovasi tepat-tempat ibadah? 68 REKAP BERITA WAWANCARA WARGA DESA TARIKOLOT Identitas Interview 1 Nama : Sodikan Usia : 45 Pekerjaan : Buruh pabrik dan Tukang ojeg Alamat : Desa Tarikolot RT 04/07 Saya : Assalamu’alaikum wr wb Sodik : Wa’alikumsalam wr wb Ada apa? Saya : ini pak, Saya dari UIN Jakarta sedang melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Perilaku masyarakat di lingkungan kawasan industry Desa Tarikolot”. Saya ingin bertanya sedikit kepada bapak, apakah bapak bersedia? Sodik : boleh…. mau nanya apa? Saya : bapak di sini pendatang apa penduduk asli? Sodik : pendatang, Saya sudah 22 tahun tinggal di sini. Saya : tentunya banyak tau tentang desa tarikolot Sodik : iya Saya : nih pak.. Di sini kan bisa dikatakan kawasan industri ya pak. Nah sebelum adanya kawasan industri lahan di sini apa sih sebelumnya? Sodik : sawah Saya : terus? Sodik : terus sekarang sudah berubah menjadi banyak bangunan-bangunan pabrik Saya : berarti semakin sini semakin berkembang ya? Bagaimana sih perkembangannya dari tahun ke tahun? Sodik : ya kalau bisa dibilang di sini perkembangannya cukup pesat.. perkembangannya kaya nambah bangunan-bangunan pabrik lagi, tapi ga kaya yang lain ya perkembangannya ke infrastruktur juga diperhatikan. Disini juga bisa dilihat ya banyak kontrakan atau kos kosan yang berdiri dan untuk kerapihan ya kurang 69 Saya : dengan adanya industri otomatis menjadi daya tarik masyarakat luar. Bagaimana tanggapan masyarakat? Sodik : ya seperti saya dulu pas datang ke desa ini ngerasa hubungannya sama pribumi seakan tidak cocok yak arena bisa dilihat di desa ini kan kebanyakan pendatang jadi yang kebanyakan berhasil ya dari pendatang daripada pribumi. Pribumi kebanyakan perkembangannya kurang bagus. Seperti tanah.. mungkin sekarang sudah kebanyakan milik pendatang. Nah dari kerja juga peribumi gamau dia.. males-maslesan gitu (dulu ya). Terus dulu banyak preman ya kalau bekerja ditegur udah diancam-ancam.. itu dulu. Kalau sekarang udah mulai beradaptasi antara pendatang dan pribumi. Kebanyakan sih pendatang dari Jawa, lampung Saya : apakah masyarakat pribumi atau pendatang mendominasi dalam kegitan sosial seperti gotong royong? Sodik : ya ada yang ikut ada yang engga, yang pribumi atau pendatang begitu. Apalagi pendatang kurang ya untuk kebersamaannya Saya : biasanya kalau ada kegiatan sosial diberitahunya kumpulan gitu pak? Sodik : iya ada kumpulan dulu Saya : bapak kan pekerja pabrik ya, apakah ada pengaruh terhadap mayarakat seperti dalam interaksi? Sodik : ya namanya kerja ya lamaan di tempat kerja jadi intensitas ketemu orang ya jadi berkurang tetapi paling ketemu di tempat kerja kalaupun sama daerahnya. Jadi kalau ketemu ya biasa aja gitu gitu aja Saya : bagaimana penggunaan waktu luang? Sodik : kalau pun libur dipake buat tidur aja. Tapi kadang keluar sekedar nyenengin anak Saya : nah.. bapak kan sudah berkeluarga ya? Apakah sebelum dan sesudah adanya kawasan industri aktif mengkonsumsi barang? (elektronik, baju, dll.) lebih mendahulukan keinginan atau kebutuhan Sodik : iya betul. ya butuh ya hehe tapi yang namanya ngeliat barang yang dipengen meskipun ga butuh pengen beli juga.. istilahnya gapapa sesekali. Saya : apakah kalau berkonsumsi mengikuti trend? Sodik : kadang engga.. kadang iya ya. Tapi masih dibatas wajar dan ukuran pengahsilan. Kaya baju kita beli tapi karena punya anak ya jadi pentingin mereka Saya : bagaimana kepedulian masyarakat ketika ada yang terkena musibah? 70 Sodik : ya kita kalau ada waktu pasti diluangkan waktu ya, misal kalau ada tetangga yang meninggal. Kalau kita punya ya sekalian bantu semampunya. Entah tenaga atau sumbangan Saya : bagaimana kepedulian masyarakat terhadap kepentingan umum? Sodik : balik lagi ke waktu ya. Kalau ada waktu ya ikut kalau engga ya berarti belum sempet. Kan buruh pabrik kadang minggu juga ada yang masuk. Kalau tidak bisa ikut ya paling sekedar bantu memberi buat beli makanan kecil Sodik : selain sebagai buruh pabrik apakah ada pekerjaan lain? Sodik : iya.. ya kaya ngojek kalau ada libur. Identitas Interview 2 Nama : Wahyu Usia : 23 Pekerjaan : Buruh Pabrik Alamat : Desa Tarikolot RT 04/07 Saya : Assalamu’alaikum wr wb Wahyu : Wa’alikumsalam wr wb Saya : saya sedang melakukan penelitian nih mau nanya-nanya sedikit boleh ga? Hehe Wahyu : ya kalau saya bisa jawab mau aja hehe. Emang apa? Saya : mas nya kerja di pabrik bukan? Wahyu : oh iya benar. Knapa tuh? Saya : hehe mau nanya nih mas tau gak dulu daerah sini sebelum adanya kawasan industri keadaannya gimana? Wahyu : yang saya tau sih di sini sawah dan perkebunan yang luas sekali Saya : nah bagaimana perkembangannya semakin ke sini setelah masuknya industri? Wahyu : ya menurut saya banyak berdirinya pabriik-pabrik, kos kosan dan penduduk kan makin padat Saya : otomatis menjadi daya tarik masyarakat luar untuk bekerja atau bermukim dong? Bagaimana responnya? 71 Wahyu : biasa aja sih. Dia dia saya saya hubungannya. Asal jangan mengganggu aja selagi dia baik mah Saya : apakah kalau ada kegiatan sosial mas atau masyarakat lainnya ikut? Wahyu : tergantung sih. Ada yang ikut ada yang engga. Kalau ada waktu ya ikut, kalau engga ah berarti belum sempet apalagi kan kerja. bisa dilihat kalau ada kegiatan begitu ga begitu rame ya jadi yang mau aja Saya : membahas pendatang nih mas, dari mana aja sih? Wahyu : kebanyakan sih orang jawa. Jawa timur, jaw tengah misalnya purbalingga, purwkerto, lampung dan sumatera Saya : dengan bekerja, masing-masing pabrik tentunya mempunyai peraturan sift misalnya. Nah apakah dengan bekerja mempengaruhi interaksi dengan orang sekitar? Wahyu : tergantung ya. Tergantung kitanya terhadap mereka. Ya kalau kita duluan nyapa ya nyapa tapi kalau engga ya biasa aja. Tergantung waktu juga, kalau kerja pulangnya masih siang bisa lah mainmain sebentar dengan teman Saya : kalau ada libur, waktu luang anda digunakan ngapain aja? Apa jalanjalan, apa belanja? Wahyu : kalau misalnya waktu luang ya paling digunakan untuk main bola kalau ada jadwalnya itu juga hehe. Ngeband juga sama temen-temen keluar ya kemana aja namanya libur kan. Misalnya makan atau liat-liat Saya : selanjutnya.. apakah sebelum dan sesudah beralih profesi menjadi pekerja pabrik anda aktif berkonsumsi? Misal barang elektronik dll. Wahyu : ya begitu lah. Dulu mah belum kerja kan gak punya penghasilan paling minta sama orang tua. Tapi sekarang udah kerja jadi gaminta lagi. Bedanya sekarang pake uang sendiri pengen beli apa aja Alhamdulillah bisa. misalnya beli baju sering, sepatu, beli apa aja. Saya : apakah rutin setiap gajian membeli sesuatu? Wahyu : bisa dikatakan rutin. Kaya beli bajukan sering hehe. Saya : apakah ada perkembangan drastis dulu dan sekarang? Wahyu : ada. Saya : seperti apa? Wahyu : ya kaya sekarang, pengen ini pengen itu ada.. kebeli gitu alhamdulilah lah Saya : apakah kalau berbelanja mengikuti trend? Wahyu : sering sih mengikuti. 72 Saya : darimana mengetahuinya/ Wahyu : banyak sih dari sosmed kaya facebook, instagram, dari temen juga ada Saya ; balik lagi pertanyaan tentang masyarakat. Kegiatan apakah yang anda lakukan untuk menjalin kebersamaan? Wahyu : paling ngumpul sama temen kaya gitar-gitaran ya namanya juga masih muda bu hehe Saya : bagaimana kepedulian masyarakat terhadap tetangga yang terkena musibah? seperti sakit, meninggal atau kecelakaan Wahyu : ya gitu sih responnya. Ngebantu. Saya : bagaimana? Apa kolektifan atau individu Wahyu : ada ada. Kolektifan seikhlasnya. Kadang juga disuruh RT nya kan gaenak juga kalau ga lakuin apa apa Saya : kegiatan masyarakat dikepntingan umum seperti membersihkan jalan atau renovasi masjid. Bagaimana kepedulian masyarakat dalam hal itu? Wahyu : peduli. Tapi ada juga yang engga ikut.. ga semuanya lah. Tergantung orangnya Saya : mungkin sampai disini saja. Terimakasih Wahyu : sama sama. Identitas Interview 3 Nama : Edi Mulyono Usia : 58 Pekerjaan : Ketua Komite Pendidikan SD Alamat : Kp. Tarikolot RT 04/07 Saya : langsung saja pak ke pertanyaan Edi : boleh Saya : di desa ini kan bisa dikatakan kawasan industri ya pak? Edi : ya sebagian besar betul Saya : nah sebelum adanya kawasan industri tuh daerah sini gimana pak? Apa lahan pertanian apa permukiman warga? Edi : awalnya sih ga begitu tau karena kami pendatang tapi pendatang lama sekitar 26 tahunan memang sudah ada pabrik tapi ada juga persawahan. Terus saja juga liat dulu ada pembuatan batu bata atau lio tapi semakin 73 kesini sudah tidak ada lagi. Tapi di sini warga nya hampir bekerja pabrik semua 90% bisa dilihat disini banyak dibangunnya kontrakan Saya : nah setelah masuknya kawasan industri perkembangannya gimana sih? Misalnya ekonomi, sosial atau budayanya? Edi : kalau budaya ya otomatis berubah yak karena kan disini kawasan industri tentu menerima masuknya semua suku bangsa ya dari seluruh Indonesia barangkali. Disini ekonomi ada juga sebagian penduduk yang memang mata pencahariannya diperdagangan entah itu jualan makanan jadi, tokotoko tapi secara umum kalau di kita sih ga terlalu terasa ya. Di sini standar aja hidupnya karena dominasikan karyawan jadi pola hidupnya seperti itu aja tapi ada juga yang mempunyai penghasilan lebih hidupnya seneng Saya : ini kan kawasan industri, otomatis kan menjadi daya tarik masyarakat luar untuk menetap atau bekerja di sini. Bagaimana sih tanggapan adanya mereka? Edi : kalau buat kami welcome aja ya. Selagi mereka baik. Kalau mereka datang dengan baik-baik kami terima tapi kalau mereka tidak baik ya begitu. Kebanyakan pendatang perempuan yak arena kan pabrik di sini seperti garmen. Kalau yang lakinya ga terlalu banyak Saya : mereka mendominasi atau engga sih pak kalau ada kegiatan sosial? Edi : tidak terlalu juga. Kami berupaya mengajak. Jadi dalam kegiatan sosial seperti hari kemerdekaan, PHBI kami tetep libatkan. Entah mereka datang atau engga tapi tetep berkontribusi kan lari-larinya ke uang ya yang bertujuan untuk mensukseskan acara juga Saya : apakah kegiatan bekerja mempengaruhi interaksi dalam masyarakat? Edi : biasa aja. Normal. Ada juga kan setiap daerah ga semua islam nah misalnya kalau ada kegiatan qurban tetep kami kasih Saya : kegiatan apakah yang dilakukan untuk menjalin kebersamaan antar masyarakat? Edi : biasanya yang terasa itu pas tujuh belas agustusan ya kita di sini ada pengajian tapi balik lagi lah ke orang nya. Ada yang datang ada yang engga Saya : bagaimana kepedulian masyarakat terhadap orang yang terkena musibah? Edi : Alhamdulillah kalau disini barang kali bisa dicontoh ya barang kali. Saya ambil contoh baru seratus tiga puluh hari istri saya meninggal itu sejak pulang dari rumah sakit dan selesai hampir semua terlibat mebantu Saya : bagaimana kepedulian masyarakat dikepentingan umum? Edi : biasa aja 74 Saya : kalau ada kegiatan misalnya gotong royong melakukan apa gitu apa dibertahu dulu misal kumpul dulu? Edi : kita cukup umumkan di mushola. Yang sempet tinggal bergabung. Itu aja ya begitu ada yang gabung sebagian. Kan ada yang males juga apalagi kalau libur apalagiyang bekerja mungkin alasannya cape atau apa jadi seadanya aja. Apalgi kan sekarang jarang ya padahal penting gotong royong untuk silaturahmi juga tapi tau sendirisekarang apa apa bayar istilahnya Saya : mungkin itu aja yang ditanyakan hehe terimakasih pak. Identitas Interview 4 Nama : Ujang Jarkasih Usia : 42 Status : Kawin, Ketua RT dan Security Pemda Alamat : Desa Tarikolot RT 05/07 Saya : bismillah. Assalamu’alaikum pak Ujang : wa’alaikumsalam Saya : bapak pendatang pak apa asli sini? Ujang : bisa dibilang asli lah Saya : lagsung saja ke pertanyaan pak. Bapak kan asli sini ya.. nah di sini bisa dikatakan kawasan industri, sebelumnya apasih pak? Ujang : di sini sawah yah kebun dan pengrajin kaya ember, batu bata pekerjaan pribuminya tapi sekarang banyak pabrik dan kontrakan yang ditemui padat Saya : nah sesudah adanya kawasan industri perkembangannya seperti apa? Ujang : ada sih. Misalnya dari bidang keamanan Saya ; adanya kawasan industri berarti menjadi daya tarik masyarakat luar. Nah bagimana sih responnya? Ujang : nerima nerima aja sih asal tau peraturannya. Tapi kalau misal gaada laporan ya maaf maaf saja saya tidak membantu apabila ada keperluan. Misalnya banyak maslah yang dari luar dibawa ke sini gitu kita kena imbasnya makanya yang begitu saya ga akui. Dengan itu bukan gila hormat tetapibiar saling menghormati. Yang kita takutkan ya kalau adamasalah misal ada yang celaka atau apaterus nyari alamatnya kesini kan dari awal tidak lapor bagaimana saya tau. Tapi kalau lapor dari awal pasti kita bantu 75 Saya : banyak yang seperti itu? Ujang : banyak. Misalnya sudah tinggal sekian bulan lagi sakit dating ke rumah. Saya jawab aja saya bukan dokter dan anda saja kesini tidak lapor, memberi salam itulah yang gapunya aturan tapi masih aja yang cuek-cuek aja Saya : apakah masyarakat mendominasi dalam kegiatan sosial? Ujang : kalau kegiatan sosial ya semua tergantung kepengurusan ya. Kalau kita agak jauh dengan masyarakat mungkin mereka juga agak cuek. Saya menafsikan di sini kebanyakan masyarakat pekerja yang cuek ada juga males. Saya menafsirkan juga masyarakat disini kalau soal gotong royong ya Alhamdulillah ada yang hadir. Tapi banyak nya ya yang ogah-ogahan. Kebanyakan apa apa dikerjain orng bukan kita semua yang ngerjain. Ya gimana orang-orangnya susah. Kita di sini ada linmas ya tentunya kalau di RT lain mungkin ada pungutan misal sebulan 10-15 ribu kalau disini tidak ada. Saldo kita nol pisan ya jadi kalau adakegiatan apapun ya paling maintain ke masyarakat. Ada yang tidak datang tapi kan bayar mah kudu Saya : bagaimana interaksi masyarakat terhadap lingkungan sekitar? Apakah dengan bekerja mempengaruhi? Ujang : ya secara kasat mata biasa aja. Soalnya bisa kita pantau biasa aja. Tetap akur Saya : seanjutnya, kegiatan apakah untuk menjalin keakraban dengan masyarakat? Ujang : ya itu dengan pendekatan kaya pengajian. Intinya saling komunikasi misalnya saya nih kalau ada yang diperluin ya kadang saya samperin kaya tadi yang baru pindah Saya : bagaimana kepedulian masyarakat terhadap masyarakat yang terkena musibah? Ujang : di sini Alhamdulillah kalau adamaslah musibah sakit, meninggal atau apa kita siap ada. Misal nih ada yang ngasih tau.. pak RT ni ada yang sakit, ya kita musyawarah buat membantu entah tenaga atau uang. Tapi semakin kesini yan namanya kebanyakan pekerja kalau ga bisa liat paling ngebantunya sama sumbangan seikhlasnya dengan uang. Kalau butuh anter ke puskemas kalau ada yang punya kendaraan dianter. Kalau udah dirawat juga ada yang nyamperin ke sana Saya : bagaimana kepedulian masyarakat terhadap kepentingan umum? Misalnya memperbaiki jalan, membersihkan selokan atau merenovasi masjid Ujang : Alhamdulillah masalah gotong royong di sini siap., dari laki-lakinya maupun ibu ada yang ikut serta tapi ga banyak sih seadanya aja. Misal ibu yang mempersiapkan makanan seadanya untuk yang lagi kerja bakti. Udah 76 di informasikan kepada warga nah ada yang ikut ada yang engga ya gimana yaaa sekarang mah antusiasnya ga kaya dulu apalgi kan alasannya yacape mungkin bekerja atau males. Maunya semuanya ya Saya : itu saja pak yang ditanyakan, terimakasih atas waktunya Ujang : sama sama neng Identitas Interview 5 Nama : Popon Usia : 38 Pekerjaan : Buruh pabrik Alamat : Desa Tarikolot RT 06/07 Saya : langsung saja ya bu hehe pertanyaannya tadi ibu kan bilang sudah lama ya tinggal di sini tentunya tau ya sedikit atau banyaknya perkembangan tentang desa ini? Popon : hehe ya apa dulu peranyaannya nanti kalau tau mah dijawab Saya : dulu sebelum adanya kawasan industri di desa ini apa sih bu? Popon : masih sepi ya di dulu mah sawah, perkebunan ya Saya : nah setelahnya gimana nih? Popon : ya bisa diliat sekarang mah banyak kontrakan dibangun banyak juga pabrik, sawah udah ga keliatan hehe Saya : nih bu ini kan kawasan industri ya tentunya menjadi daya tarik masyarakat luar untuk datang sekedar bekerja dan bermukim.. bagaimana sih responnya? Popon : sekarang mah rame, padat. Banyak yang datang. Ada yang dari jawa, sumatera ada. Responnya ya biasa aja Saya : selanjutnya bu apakah masyarakat sini.. masyarakat pendatang atau asli mendominasi dalam kegiatan sosial? Popon : ikut kalau lagi ga kerja mah seperti bapak nih (suami) tapi sekarang lagisakit jadi ga ikut. Tapi kalau kerja kan dibagi-bagi waktunya jadi kadang ikut kadang engga. Disini sih tergantung RT nya kalau ikut serta ya yang llain ikut tapi ga banyak. Apalagi didominasi pekerja ya jadi adayang hadir ada yang engga.. karena itu kalau ada apa apa istilahnya biar orang aja yang ngerjain dibayar Saya : ibu bekerja? Popon : iya 77 Saya : nah sebagai pekerja apakah mepengaruhi hubungannya dengan masyarakat? Misal dengan tetangga Popon : kurang lah Saya : terus? Popon : kebanyakan di tempat kerja ya dari pada di rumah jadi biasa aja hubungannya hehe gitu deh Saya : nih bu kalau libur. Waktunya ibu gunain ngapain sih? Popon : paling istirahat ya dirumah sama keluarga. Kalau gajian mah keluar untuk sekedar jalan-jalan sama anak hehe misalnya makan kemana gitu Saya : bu.. apakah sebelum dan sesudah beralih profesi ibu aktif dalam berkonsumsi? Misal barang elektronik, pakaian atau apa aja Popon : berbelanja ya yang dibutuhin aja Identitas Interview 6 Nama : Suherman Usia : 45 Pekerjaan : Buruh pabrik Alamat : Desa Tarikolot RT 05/07 Saya : ini pak saya mau menanyakan sedikit tentang kehidupan di desa ini. Apakah bapak bersedia? Herman: oh boleh. Tentang apa? Kalau bisa saya jawab mah hehe Saya : nah pertanyaannya.. sebelum adanya kawasan industri di sini apa sih pak? Apa lahannya memang kosong apa sawah? Herman : oh itu mah yang saya tau persawahan ya sebelum adanya pabrik kaya sekarang Saya : setelah dibangunnya industri perkembangannya gimana? Herman : Alhamdulillah ya warga di sini ada kemajuan. Entah dari informasi entah darimasalah jalan Saya : kawasan industri nih pak tomatis menjadidaya tarik masyarakat luar untuk bekerja atau bermukin disini.. bagaimana sih responnya masyarakat sekitar? Herman : iya sih bisa dirasakan di sini mayoritas pendatang ya. Hmm 60% lah malahan 78 Saya : darimana saja pak? Herman : ya ada dari lampung ya, ada dari jawa. Saya : bagaimana sih pak responnya? Herman : baik.. baik Saya : apakah masyarakat pendatang atau asli mendominasi dalam kegiatan sosial? Herman : hmm kalau itu ya sekarang gimana ya bisa dikatakan biasaaja. Ga rame ga sepi ya tergantung orang dan waktunya ya da nada juga yang males. Tapi dulu sih lebih ramenaanya kegiatan ya tapi sekarang sepi sih tapi tetap adayang hadir mah Saya : di sini kebanyakan yang bekerja pabrik ya pak. Apakah mempengaruhi gak sih pak terhadap tetangga sekitar? Herman : balik lagi ke masalah waktuya. Kan namanya kerja dipabrik di sift jadi jarang ketemu selain di pabrik mah. Ya biasa aja hehe tetap berhubungan Saya : bapak juga seorang pekerja pabrik. Nah bagaimana bagaimana penggunaan waktu luang? Herman : saya gunain ya sebaik baiknya tapi kebanyakan mah di rumah ya istirahat tapi kadang-kadang keluar kemana gitu hehe naanya libur kan jarang ya istilahnya refreshing dulu Saya : saya mngambil judul tentang perilaku ya pak. Mengarah ke perilaku konsumtif salah satunya.. bagaimana perkembangan sebelum dan sesudah beralih profesi? Apakah andaaktif dlm berkonsumsi? Misalnya berbelanja barang atau lain lain Herman : aktif. Bisa dikatakan aktif Saya : apa aja sih pak yang suka dibeli? Herman : ya gitu gitu aja sih dek hehe adek juga paling sama beli. Seperti baju ya gitu deh. Apalgi kalau ada uang lebih yaa bisa digunakan buat apa aja Saya : bapak kalau belanja mengikuti trend yang berkembang gitu pak? Herman : biasa aja sih tapi pernah juga. Saya : kegiatan apa yang bapak lakukan untuk menjalin keakrabandengan lingkungan sekitar? Herman : ya mungkin dengan kerja bakti tapi sekarang kan gimana ya sudah agak susah ya. Ada juga perkumpulan di suruh RT.. ada yang datang ada yang engga Saya : apakah bapak sering ikut kalau adakegiatan? 79 Herman: ikut.. kalau ada waktu luang ikut Saya : bagaimana kepedulian masyarakat terhadap yang terkena musibah? misal adayang sakit atau ada yang meninggal Herman : maksudnya ada gotong royong sih solidaritas gitu ada Saya : kalau dalam kepentingan umum pak bagaimana kepeduliannya? Herman : itu jasdi itu kan RT ya yang ngadiain ya tergantung mereka. Tapi ya disini ada sih suka adakegiatan tapi jarang mungkin karena waktu kan di sini banyak yang kerjanya di pabrik. Cape juga ungkin alasnnnya jadi kalau adakegiatan begitu aumau engga engga hehe namanya sukarela yaaa. Kan sekarang mah banyak yang apa apa maunya dibayar meskipun kepentingan bersama juga Saya : itu kalau ada kegiatan begitu diinformasikannya gimana pak? Herman : ya kalaudimushola ya setelah sholat atau adakumpulan dulu. Tapi kalau adayang ga hadir paling memberikan uang buat beli apa gitu itung-itung makanan kecil hehe Saya : oh gitu ya pa. hmmmm terimakasih pak itu saja yang ditanyakan hehe Herman : ya sama sama. Identitas Interview 7 Nama : Budi Usia : 31 Pekerjaan : Counter Alamat : Kp. Bojong RT 05/07 Saya : ehehe selamat siang nih mas maaf mengganggu waktunya Budi : iya gapapa.. ada apa ya? Saya : mau menanyakan sedikit tentang daerah sini mas. Boleh gak? Buid : apa ya? Hehe boleh kalau saya bisa jawab mah Saya : mas di sini pendatang atau asli? Budi : pendatang udang lama tapi ya Saya : oh berapa tahun? Budi : sekitar berapa ya lamaaa.. kecil kali eh mgkin 13 tahunan Saya : langsung ke pertanyaan, mas gimana sih keadaan disini sebelum adanya kawasan industri? 80 Budi : oh itu mah yang saya tau mungkin sawah ya perladangan mungkin asyarakat skitar Saya : oh sawah. Sekarang sudah jarang ya sawahnya? Budi : iya kan sekarang udah dibangun pabrik dan banyak kontrakan untuk peukiman warga yang semakin padat hehe Saya : mas kan pendatang ya.. ini kan kawasan industri otomatis menjadi daya tarik masyarakat luar tergantung mas juga. Bagaimana sih responnya? Budi : iya tentu apalagiuntuk bekerja dan tinggal ya banyak. Saya juga pas datang kesini baik baik aja ya biasa aja Saya : nah pertanyaan selanjutnya.. kalau ada kegiatan sosial di sini nih yang mendominasi pendatang atau asli yang ikut? Budi : ya kaya kegiatan kemarin ya pas 17 agustusan hehe di sini rame Saya : masnya ikut serta? Budi : diundang sih hehe tapi saya ga dating dan belum kesana Saya : kenapa? Budi : ya gitu deh hehe disini aja ah keliatan gaikut kesana jadinya. Di sini juga jaga counter ya Saya : dengan bekerja begini mas, otomatis kan kebanyakan bekerja dari pada di rumanya. Apakah itu mempengaruhi? Budi : biasa aja. Tapi ada sih yang saya saya dia dia maksudunya cuek gitu.. ada banyak tapi ada juga yang suka negur menegur Saya : kalau jaga counter gini liburnya kapan mas? Budi : semaunya hehe semaunya kita Saya : kalau libur? Waktunya digunain untuk apa? Budi : saya paling di rumah atau keluar sama istri dan anak hehe jalan jalan gitu Saya : aktif dalam berkonsumsi mas? Misalnya membeli barang, baju dll Budi : biasa aja hehe dibilang jarang ya tapi sering apalagi istri itu mah mungkin sering hehe kaya belanja baju apa aja tuh Saya : kalau belanja gitu.. mementingkan kebutuhan atau keinginan sih? Budi : tergantung.. namanya juga misal liat barang nih yang bagus tentu saja dipengen hmm kadang langsung beli hehe takut diambil orang Saya : suka mengikuti trend yang sedang berkembang mas? 81 Budi : iya kadang, kan gamau beli yang lama lama mah hehe kalau lagi musim baju ya beli kan pengen gitu ngikutin hehe senengkalau punya mah Saya : oh gitu mas.. terus pertanyaan selanjutnya nih. Bagaimana kepedulian masyarakat kepada orang yang sedang terkena musibah mas? Budi : ya naanya sakit ya hehe siapa yang mau apalgi deket misalnya tetangga. Kalaupun lagi disempetin atau engga ngasih sembako atau sumbangan buat bantu seikhlasnya.. seadanya kita Saya : itu kan kalau ada musibah ya mas.. kalau untuk kepentingan umum bagaimana kepedulinnya? Budi : hmm gotong royong kaliyakerjasama gitu kerjnya. Tapi pasti adaperbedaan dulu sampe sekarang. Kaya dulu mah rame ya sebelum adanya pabrik, sekarang mah mungkin karena pada bekerja jadi waktunya terbatas dan kerja begitu sepi dan jarang dilakuin. Yang datang paling sedikit apalgi kan sekarang mah meskipun buat kita nantinya kebanyakan sih dikerjain orang dan digaji kaya perbaikan mushola, jalan. Tapi kadang juga ada sih yang minta sumbangan dijalan hehe Saya : hehe gitu ya mah. Terimakasih ya atas waktunya nih maaf mengganggu Budi : iya gapapa sama sama hehe Identitas Interview 8 Nama : Riyan Hidayat Usia : 26 Pekerjaan : Sekdes Alamat : Kp. Bojong RT 04/07 Saya : asaalau’alaikum.. maaf menggannggu waktunya sbentar pak hehe paling 5-10 menitan. Apakah bpk bersedia? Riyan : nanya apa? Hmm boleh Saya : bapak asli sini? Riyan : asli. Memang kenapa? Saya : mau menyakan tentang desa ini sebelum dan sesudahadanya kawasan industri gimana pak? Ryan : yang saya tau mah dulu di sini sawah an lahan untuk berladang masyarakat lah ya. Sekarang mah bisa diliat banyak pabrik dan kontrakan di mana-mana karena penduduk semakin banyak 82 Saya : hmm sawah ya. Terus sekarang ajdi kawasan industri banyak juga pendatang..bagaimana responnya? Riyan : biasa aja, ada yang cuek ada yang nerima ya masing-masing aja Saya : kalau ada kegiatan sosial ana yang paling mendominasi? Riyan : semua harusnya ikut serta yaaa hadir tapi kan gabisa paksain. Setiap orang punya kepentingan masing-masing seperti banyak yang bekerja alasannya jadi seadanya aja Saya : hmmm ada pengaruh berarti pak bekerja? Riyan : iya jelas ada. Kaya ada timbul individualis ya, cuek. Apalgi ya yang peruahan sana kepengennya membuat peraturan sendiri kabarnya tetapi kita biarkan tapi sebelumnya ada sih peringatan tapi mereka tertutup seakan ga ngikutin peraturan ya Saya : selajutnya pak.. kepedulian masyarakat gimana terhadap yang terkena musibah seperti adayang sakit atau adayang meningga? Riyan : kita bantu ya sebisa mungkin.kan ini lingkungan di mana kita tinggal hmmm namanya juga musibah yaa. Kalau butuh apa apa kita bantu misal anterke rumah sakit pake ambulance atau kalau tidak adamemakai yang punya kendaraan. Apa lagi yang kurang mampu hmm bisa ajakita memberi sumbangan untuk meringankan. Kalau adayang sakit ya jenguk kalau punya waktu mah. Tapi kan kebanyakan yang kerja ya jadi waktunya ga nentu pasti ada perbedaannya Saya : nah itukan kalauadamusibah pak, bagaimana kalau kepentingan umum? Kaya merenovasi masjid, membersihkan parit.. kegiatan begitu-begitu pak? Riyan : ada ya sering diadain sebisa mungkin untuk menjalin kebersamaan.. tapi balik lagi ke kesibukan masing-masing. Adajuga karena males atau ada aja ya hehe mungkin karena itu. Diadain juga ya yang dating itu itu aja hehe ga banyak. Beda kalau dulu kan rame gotong royong namanya untuk kepentingan kita juga yaaa Saya : hmmm gitu ya pak Riyan : iya mungkin karena sudah bekerja ya jadi kalau ada kerjaan yang sukarela begitu agak maleskan kalau kerja sekarang mah apa apa ada bayarannya. Jadi sekarang mah mending dikerjain orang aja Saya : mungkin itu aja pak yang saya tanyain. Hehe terimakasih ya Riyan : iya 83 Identitas Interview 9 Nama : H. Maspulloh Usia : 55 Pekerjaan : Kepala Desa Alamat : Desa Tarikolot RT 04/07 Saya : assalamu’alaikum pak H : wa’alaikumsalam.. hehe ada apa ini? Saya : ini pak saya mahasiswa dari UIN lagi penelitian tentang periaku masyarakat. Boleh diwawancara sebentar pak? H : hehe wawancara apa neng? Boleh boleh lah kalau saya bisa jawab mah Saya : bapak di sini pendatang atau asli? H : pendatang tapi sudah lama banget di sini sudah jadi asli mungkin hehe Saya : hmm pak. Ini kan kawasan industri ya pak? Sebelum adanya ini di sini gimana sih keadaannya? H : dulu mah sepi neng sepi beda sama yang sekarang hehe rame. Rame pabrik rame kontrakan. Kan dulu sawah, lahan kosong, ada juga pemukimana yang sekarang jadi pabrik-pabrik Saya : oh gitu ya sebelum dan sampai sekarangnya hehe H : iya hehe sekarang mah sudah tidak terlihat sawah kaya dulu. Ada sih tapi mungkin jarang. Jarang juga keliatan yak e kebon nanem apa gitu kaya sayur.. sekarang mah penduduk semakin banyak dengan bekerja Saya : iya pak namanya kawasan industri ya otomatis menjadi daya tarik masyarakat luar untuk bekerja dan tinggal H : iya neng betul. Ada kemajuannya ehehe entah dari perekonomian masyarakat sekitar. Apalagi banyak pabrik banyak juga tentunya yang bekerja sebagai buruh.. Alhamdulillah Saya : bagaimana sih pak respon masyarakat? Kan banyak pendatang tuh? H : welcome ya kalau niatnya baik mah masa kita tolak hehe asalmengikuti peraturan aja. Kan desa ini juga seneng kalau adaperkembangan mah Saya : selanjutnya pak.. kalau adakegiatan sosial yang paling mendoinasi pendatang atau asli? H : hmmm pendatang dengan asli sama aja yaasudah tidak keliatan. Disini juga kan malah banyakan pendatang hmmm atau sama yaa. Dihitung mah bisa 50:50% lah. Kalauada kegiatan ya kita kasih tau tapi balik lagi ke 84 masyarakatnya dan RT setempat bagaimana melaksanakannya. Tapi Alhamdulillah disini lancar da nada yang hadir meski ga semua Saya : bagaimana pak untuk menjalin kebersamaan? H : ya paling sering rapat ya untuk bagaimana kemajuan yang aka dibuat untuk desa ini hmmm Saya : nah bagaimana kepedulian masyarakat kalau ada keluarga, tetangga yang terkena musibah? entah sakit atau meninggal H : kita bantu ya, kolektifan atau gimanapun caranya hehe jangan sampai kita tidak. Sepertiadayang meninggalyakita bantu keperluan atau sumbangan seikhlasnya. Adaun kaya sembako.. tapisemakinkesinikan namanya banyak yang kerja ya mungkin bantuan yng dikasih kebanyak uang biar simple istilahnya. Nah kalau ada yang sakit sekerdar menjenguk mah harus tapi kalau ada waktun juga ya menyesuaikan aja. Saya : itukan kalau ada musibah ya pak.. kalau kepentingan umum gimana kepedulian masyarakatnya? H : suka kita adain yaa kaya gotong royong ya maksudnya kaya renovasi atau mebersihkan selkan dan memperbaikinya.. suka diadain dan setiap RT ya tapi ya balik lagi ke waktu. Hhmm bisa dikatakan namanya dunia juga berkembang yaa tentunya masyarakatnya juga ikut. Kaya dulu mah rame yang ikut kerja bakti kaya pekerjaan di atas, sekarang mah ya biasa aja hehe. Apalgi adayang berpikiran bahwa alau ada apa apa yang rusak ya pemerintah desa yang ngurusin kaya ada pengeluaran buat itu semua. Hmm jadi kalau ada apa apa lebih ke nyuruh orang ya dengan system gaji. Kan kalau ngandelin mah jarang yaaa. Ada sih tapi sepi Saya : oh gitu ya pak. Berarti ada ya perbedaannya hmmmm H : iya neng Saya : yaudah pak hehe itu aja yang ditanyain.makasih pak.. assalamu’alaikum H : wa’alaikumsalam 85 DOKUMENTASI Wawancara dengan Kepala Desa Wawancara dengan Sekretaris Desa Wawancara dengan Buruh Pabrik (S) Wawancara dengan Buruh Pabrik (P) 86 Wawancara dengan Ketua RT Wawancara Penjaga Counter (B) Wawancara dengan Buruh Pabrik (W) Banyak bangunan Kontrakan 87 Banyak bangunan Kontrakan Sedang merenovasi tempat ibadah Kemacetan jalan raya Desa Tarikolot 88 BIOGRAFI PENULIS Eni Haryati, lahir di Bogor, pada tanggal 03 September 1994. Bertempat tinggal di Desa Tajur, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor. Merupakan Anak ke tiga dari Bapak Ayub dan Almh Ibu Emah. Pendidikan formal yang ditempuh ialah mulai dari Sekolah Dasar di MII Al-Khairiyah, melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di tempat yang sama MTs Al-Khairiyah, melanjutkan Sekolah Menengah Atas di MAN Cibinong, dan melanjutkan perguruan tinggi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial IPS/Konsentrasi Geografi. Skripsi yang penulis buat berjudul “Perubahan Perilaku Masyarakat di Lingkungan Kawasan Industri Desa Tarikolot, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor, Jawa Barat” dengan berbagai arahan dan bimbingan dari Bapak Andri Noor Ardiansyah, M.Si dan Ibu Neng Sri Nuraeni, M.Pd.