BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan mempunyai banyak pulau, baik
besar maupun kecil, yang tersebar dari barat hingga timur. Wilayah laut Indonesia
sangat luas yang mencakup kawasan laut, selat, maupun pantai. Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki panjang garis pantai 80.791
kilometer.
Daerah pesisir banyak terdapat di wilayah Indonesia yang terjadi karena
pengendapan material batuan yang halus yang dibawa oleh aliran sungai secara
langsung atau setelah kerja ulang gelombang dan arus laut (Surastopo, 1982
dalam Setiyono, 1999). Pesisir merupakan daerah yang dinamik disebabkan pada
daerah pesisir terjadi proses geomorfik yang beragam seperti proses fluvial,
proses marine, dan proses eolin, sehingga menjadikan pesisir lebih cepat
mengalami perubahan fisik daripada lingkungan fisik lain, kecuali daerah yang
rawan terhadap gempa bumi, daerah gunung berapi, dan daerah yang terlanda
banjir (Abdul Sobur, 1982 dalam Setiyono, 1999). Deflasi pasir merupakan suatu
proses geomorfologis utama di daerah gumuk pasir yang memiliki angin yang
bertiup dengan kuat.
Pemanfaatan
sumberdaya
yang
ada
begitu
beragam,
sehingga
kompleksitas masalah yang timbul di wilayah tersebut juga tinggi. Masalah yang
timbul dapat dibedakan menjadi dua, yaitu masalah yang terkait dengan aspek
lingkungan fisik dan masalah yang berkaitan dengan aktivitas manusia atau
penduduk setempat. Proses utama yang terjadi adalah adanya perubahan
kenampakan morfologis pantai yang disebabkan karena proses hidrodinamik,
proses aerodinamik, dan proses morfodinamik. Pantai Depok merupakan salah
satu deretan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak pada
12
deretan kawasan lindung gumuk pasir (sand dune). Pantai ini merupakan pantai
yang digunakan sebagai lokasi pelelangan ikan hasil tangkapan nelayan setempat.
Potensi lainnya adalah keindahan panorama, sehingga untuk tujuan wisata.
Kawasan pantai selatan Pulau Jawa mempunyai karakteristik arus dan gelombang
laut yang sangat tinggi.
Pantai Depok dan sekitar muara Sungai Opak merupakan sebagian pantai
Selatan DIY. Pantai ini berbentuk cresentic beach. Cirinya bahwa dari Pantai
Parangtritis sampai muara Sungai Opak terdiri atas Teluk dan Tanjung secara
berselang-seling pada garis pantainya. (Sukirman, 2003). Daya tarik lainnya di
sekitar pantai Depok menuju ke arah muara Sungai Opak adalah tumbuhan khas
daerah pesisir. Tumbuhan xerofit ini lebih dikenal dengan nama rumput widuri,
sebab tanaman ini termasuk tanaman berduri. Di lokasi penelitian dan sekitarnya
terkenal akan budaya dan tradisi yang masih dipegang teguh oleh sebagian
masyarakat sekitar.
Di muara Sungai Opak dipercaya oleh warga masyarakat sekitar sebagai
tempat melarung hasil bumi (tempat larung sesaji) sebagai ungkapan rasa syukur
kepada Allah SWT. Oleh karena itu, muara Sungai Opak terkesan berbahaya atau
‘angker’. Namun, sebenarnya jika dilihat dari segi ilmiah bahaya ini dikarenakan
pada muara Sungai Opak sering mengalami perubahan, baik pembukaan maupun
penutupan oleh sedimen pasir. Perubahan ini dipengaruhi oleh musim. Pada
musim kemarau biasanya terjadi penutupan muara sungai. Sebaliknya, pada
musim penghujan terjadi pengikisan atau abrasi pada muara sungai. Perubahan
ini terjadi relatif cepat, baik secara alami maupun karena aktivitas manusia. Selain
itu, bahaya lainnya adalah sepanjang Pantai Parangtritis khususnya sekitar muara
Sungai Opak terdapat rip current. Rip current adalah arus balik yang sangat kuat
yang melewati celah yang sempit (Sukirman, 2003).
1.2 Perumusan Masalah Penelitian
13
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan
perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut.
Sedimentasi yang terjadi di lingkungan pantai menjadi persoalan bila terjadi di
lokasi-lokasi yang terdapat aktivitas manusia yang membutuhkan kondisi perairan
yang dalam seperti pelabuhan, dan alur-alur pelayaran, atau yang membutuhkan
kondisi perairan yang jernih seperti tempat wisata, ekosistem terumbu karang atau
padang lamun. Untuk daerah-daerah yang tidak terdapat kepentingan seperti itu,
sedimentasi
memberikan
keuntungan,
karena
sedimentasi
menghasilkan
pertambahan lahan pesisir ke arah laut.
Garis pantai tidak selalu tetap dari tahun ke tahun. Garis pantai ini
mengalami perubahan atau perkembangan. Perubahan ini bisa semakin menuju ke
arah daratan maupun menuju ke arah lautan. Perubahan ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain: arus, gelombang, pasang surut air laut, angin,
sedimentasi, dll. Sejauh ini penelitian tentang topik ini terbatas. Perubahan garis
pantai di Pulau Jawa khususnya di Pantai Depok, DIY. Topik ini menarik karena
fakta di lapangan menunjukkan angin dari Samudra Hindia besar, sehingga
mengakibatkan arus dan gelombang yang menuju ke daratan besar. Hal inilah
yang menjadi faktor utama adanya perubahan garis pantai di Pantai Depok DIY.
Lokasi penelitian ini berbeda dengan daerah lain karena di daerah ini
terdapat syarat atau faktor pendukung yang lebih lengkap (misalnya, pasir atau
material sedimentasi), gisik lebih berkembang di daerah Selatan DIY daripada
tempat lain. Pasang (tide, tidal) adalah gerak naik turunnya permukaan laut secara
periodik sebagai akibat hubungan gravitasional antara bumi, bulan dan matahari
(Heryoso Setiyono, 1996). Angin yang berhembus dari Samudra Hindia kencang
dan tanpa penghalang daratan sehingga perubahan garis pantainya lebih intensif
daripada garis pantai lainnya. Perubahan garis pantai ada dua macam, yaitu pantai
maju dan pantai mundur. Dalam memahami mengenai karakteristik oseanografi
dan segala parameter yang terkait dengan perubahan garis pantai ini, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kemungkinan
kerusakan yang dapat ditimbulkan.
14
Pada muara Sungai Opak di musim Pasat Tenggara (Bulan Juli hingga
September mengalami penutupan atau sedimentasi. Pada Musim Barat (Bulan
Nopember hingga Februari) mengalami pengikisan atau abrasi sehingga pada
muara Sungai Opak terbuka. Berdasarkan uraian tersebut, maka pertanyaan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana dinamika penutupan muara Sungai Opak?
2. Apa saja dampak positif dan negatif penutupan muara Sungai Opak?
3. Bagaimana cara mengendalikan penutupan muara Sungai Opak?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dinamika penutupan muara Sungai Opak
2. Mengetahui dampak positif dan negatif penutupan muara Sungai Opak
3. Mengetahui cara mengendalikan penutupan muara Sungai Opak
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Dapat digunakan sebagai informasi mengenai kondisi kawasan ini.
2. Dapat memberikan manfaat bagi perencanaan dan pengembangan kawasan
di sekitar muara Sungai Opak.
3. Dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang kelautan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bentuklahan di
permukaan bumi baik di daratan maupun di dasar laut dan menekankan pada
genesis dan perkembangan di masa yang akan datang, sebagaimana dalam
konteks lingkungan (Verstappen, 1983). Perubahan garis pantai tidak akan
terlepas dari seperti yang diilustrasikan oleh Shepard dalam King, 1972. Semua
15
perubahan bentuklahan yang terjadi di permukaan bumi disebabkan oleh adanya
proses geomorfik. Pengaruh kenaikan muka air laut di masa silam telah dirasakan
dimana proporsi garis pantai yang mundur selama satu abad terakhir melebihi
garis pantai yang maju, meskipun sektor-sektor yang lain tetap stabil (Bird, 1985
dalam Setyono, 1990). Tinggi gelombang rata-rata yang ditimbulkan oleh angin
merupakan fungsi dari kecepatan angin, fetch (jarak seret gelombang, jarak
tempuh gelombang) dan duration (lamanya angin berhembus). Pada suatu daerah
dengan fetch tak terbatas (misal laut terbuka), mendapat hembusan angin dengan
kecepatan tertentu dan lama hembus tak terbatas, akan memberikan/menghasilkan
gelombang dengan periode dan tinggi rata-rata yang tertentu. Tinggi gelombang
tersebut tidak dapat bertambah terus dan mencapai maksimum pada saat energi
yang didapat dari angin seimbang dengan energi yang hilang karena adanya
turbulensi maupun pecahnya gelombang (Triatmadja, 1989 dalam Kamija, 2003).
Pipkin (1977) menyatakan bahwa sedimen adalah pecahan, mineral, atau
material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh
media udara, angin, es, atau oleh airdan juga termasuk didalamnya material yang
diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan
kimia. Gross (1990) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineralmineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang
dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat
proses kimia yang terjadi di laut. Pettijohn (1975) mendefinisikan sedimentasi
sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang
disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta,
estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Sedimentasi di suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai
muatan sedimen yang tinggi di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen
yang sangat tinggi yang menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari
daratan yang dibawa ke laut melalui aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah
aliran sungai yang meningkatkan erosi permukaan merupakan faktor utama yang
16
meningkatkan suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala
yang lebih kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai.
Sedimentasi di perairan pesisir terjadi perlahan dan berlangsung menerus
selama suplai muatan sedimen yang tinggi terus berlangsung. Perubahan laju
sedimentasi dapat terjadi bila terjadi perubahan kondisi lingkungan fisik di daerah
aliran sungai terkait. Pembukaan lahan yang meningkatkan erosi permukaan dapat
meningkatkan laju sedimentasi. Sebaliknya, pembangunan dam atau pengalihan
aliran sungai dapat merubah kondisi sedimentasi menjadi kondisi erosional. Bila
sedimentasi semata-mata karena tranportasi muatan sedimen sepanjang pantai,
laju sedimentasi yang terjadi relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan
sedimentasi yang mendapat suplai muatan sedimen dari daratan.
Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa
cara transportasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
bed load yaitu material yang terangkut secara menggeser atau menggelinding di
dasar aliran, sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat
bertumpu pada dasar aliran, sedimen layang (suspended load) yaitu material yang
terbawa arus dengan cara melayang-layang dalam air.
Transpor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah
pantai yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar :
1983). Transpor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis
pantai akibat sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999)
transpor sedimen sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transpor
sedimen dalam bentuk gigi gergaji di garis pantai dan transpor sedimen sepanjang
pantai di surf zone. Transpor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena
perubahan dasar perairan seperti pendangkalan muara sungai, erosi pantai
perubahan garis pantai, dan sebagainya (Yuwono, 1994).
Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang bergantung pada
faktor domonan yang mempengaruhi, yaitu didominasi faktor gelombang, debit
17
sungai, atau pasang surut. Pada kenyataannya ketiga sungai tersebut akan bekerja
secara simultan, walaupun salah satunya akan terlihat lebih dominan pada daerah
muara karena gelombang yang lebih dominan biasanya akan mengakibatkan
tertutupnya muara sungai akibat transfor sedimen sepanjang pantai yang
dibawanya masuk ke alur sungai.
Erosi pantai adalah proses mundurnya garis pantai dari kedudukan garis
pantai semula. Hal ini disebabkan daya tahan material dilampaui oleh kekuatan
yang ditimbulkan oleh pengaruh arus dan gelombang, tidak adanya keseimbangan
antara suplai sedimen yang datang ke bagian pantai yang ditinjau dan kapasitas
angkutan sedimen di bagian pantai tersebut (Wahyudin, 2008). Hal ini dapat
terjadi karena adanya gangguan yang berasal dari aktivitas manusia. Aktivitas
manusia yang berpengaruh terhadap kondisi pantai antara lain adalah
pembangunan,
reklamasi
dan
pengerukan
dasar
perairanuntuk
tujuan
komersialyang berlebihan. Berkembangnya wisata bahari di beberapa daerah
pantai juga mendorong terjadinya perubahan kondisi alam menjadi lingkungan
buatan dengan dibangunnya beberapa fasilitas penunjang yang diperlukan.
Pengamatan di beberapa stasiun penelitian di Jawa menunjukkan adanya kenaikan
muka air laut dan mengakibatkan berkurangnya kawasan pantai.
Gelombang laut yang datang ke pantai dengan energi yang cukup besar
serta erosi dapat menambah kerusakan kawasan pantai. Perubahan garis pantai
yang cepat, maka untuk dapat mengidentifikasi proses dinamika pantai dilakukan
studi tentang proses dinamis yang terjadi. Hubungan aerodinamis, hidrodinamis,
dan morfodinamis akan menyebabkan perubahan garis pantai (Fairbridge, 1968
dalam Widiyanti, 2003). Dengan adanya dinamika di daerah pantai yang
berlangsung sangat cepat dari waktu ke waktu, maka untuk dapat mengidentifikasi
proses dinamika tersebut dapat dilakukan dengan studi tentang proses dinamis
yang terjadi di pantai. Faktor-faktor fisik perairan seperti gelombang, arus laut,
dan pasang surut membentuk pola sirkilasi air dekat pantai yang khusunya
berpengaruh terhadap pergerakan sedimen pantai dan pola deposisi yang terjadi di
sekitar pantai (Bird, 1970 dalam Widiyanti, 2003). Selain itu, aktivitas manusia
18
secara langsung maupun tak langsung juga mengakibatkan terjadinya perubahan
di sekitar pantai.
Gelombang laut yang relatif datar bersifat membangun dan gelombang
laut yang curam bersifat merusak. Hal ini disebabkan olahenergi gelombang
tergantung pada tinggi dan panjang gelombang. Gelombang yang menuju ke
pantai akan menyebabkan arus pantai (near shore current) yang berpengaruh
terhadap proses sedimentasi atau abrasi di pantai. Pola arus pantai ini ditentukan
oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis
pantai. Jika sudut datang gelombang kecil, maka akan terbentuk arus meretas
pantai (rip current) dengan arah menjauhi pantai disamping terbentuknya arus
menyusur pantai . Arus yang menyusur pantai (long shore current) mempunyai
pengaruh lebih besar dalam transportasi sedimen pantai.
Suprapto Dibyosaputro (1988), telah melakukan penelitian mengenai
morfodinamik pantai di Pantai Parangtritis Bagian Barat DIY. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perubahan profil pantai terjadi dari waktu ke waktu. Struktur
endapan pasir memiliki dip pelapisan yang arahnya bervariasi. Hasil pemetaan
geomorfologi dan pengukuran parameter-parametaer gelombang menunjukkan
bahwa letak dari teluk dan tanjung pesisir Parangtritis pada saat yang berbeda
menggeser ke arah barat. Letak dari arus balik yang deras juga bergeser sejalan
dengan bergesernya teluk dan tanjung tersebut.
1.6 Landasan Teori
Proses geomorfik terjadi karena ada tenaga geomorfik. Tenaga geomorfik
misalnya adalah gelombang, arus, serta pasang surut air laut. Tenaga-tenaga inilah
yang dapat mempengaruhi hidrodinamika di pantai. Penyebab utama terjadinya
perubahan atau morfodinamika garis pantai adalah gelombang air laut.
Gelombang yang pecah di pantai menyebabkan terjadinya abrasi maupun akresi.
Sesuai dengan lokasinya, pantai Selatan Jawa mempunyai gelombang dan arus
19
laut yang cukup kuat dari arah Samudra Hindia. Hal ini dikarenakan angin yang
berhembus dari Samudra Hindia yang bertiup ke arah daratan DIY pada
khususnya tanpa penghalang oleh daratan. Gelombang yang pecah tersebut akan
semakin besar kekuatannya apabila terjadi pada musim Barat.
Erosi menjadi semakin intensif terjadi karena gelombang yang memiliki
energi yang besar menuju pantai yang sering terjadi pada musim Barat. Elevasi
muka air laut juga dapat mempengaruhi erosi pasang surut pantai. Perubahan
tinggi muka air laut disebabkan karena pasang surut air laut, musim, dan adanya
badai. Transpor sedimen sangat berperan dalam masalah teknik pantai. Perubahan
garis pantai berdasarkan musim misalnya, di Pantai Depok pada saat musim Pasat
Tenggara (bulan Juni-September) muara Opak kadang tertutup oleh sedimen,
namun kadang terbuka. Pada musim Barat (bulan Nopember-Februari) garis
pantai sepanjang pantai Depok mengalami abrasi (kemunduran). Abrasi ini terjadi
karena angin yang berhembus terlalu kencang sehingga gelombang yang
terbentuk juga besar. Pasang surut air laut mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap perubahan aris pantai. Arus dan gelombang laut merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap morfologi/perubahan garis pantai.
Karakteristik gelombang ini bergantung pada kecepatan angin, durasi
angin, dan jarak seret gelombang (fetch). Pada saat gelombang memecah bibir
pantai, terjadi runup, kemudian surut kembali ke laut, dan membawa sedimen atau
material di sekitar pantai. Sedimen ini disebut ‘littoral drift’. Transport sedimen
sangat berperan penting dalam berbagai masalah teknik pantai. Gelombang
merupakan parameter utama dalam proses erosi dan sedimentasi. Erosi yang tidak
diinginkan pada bangunan pantai, abrasi garis pantai atau pengendapan sedimen
atau pelumpuran pada alur pelabuhan atau muara adalah beberapa contoh
permasalahan yang berkaitan dengan transpot sedimen. Gelombang laut umumnya
terbentuk karena adanya proses alih energi dari angin ke permukaan laut, atau
pada saat-saat tertentu disebabkan oleh gempa di dasar laut. Gelombang akan
merambat ke segala arah membawa energi tersebut kemudian dilepaskan ke pantai
dalam bentuk empasan gelombang.
20
Kemampuan
air
memindahkan
material
pantai
tergantung
pada
kecepatannya. Gelombang besar atau gelombang dengan arus kuat atau cepat
mampu mengangkut sedimen yang cukup banyak. Material sedimen ini
diendapkan ketika kecepatan air mulai menurun dan kemudian akan diambil
kembali ketika kecepatan ait meningkat. Elevasi muka air juga mempengaruhi
proses terjadinya erosi pantai. Perubahan tinggi gelombang ini disebabkan
misalnya karena pasang surut, musim, atau badai. Pantai dengan kemiringan
relatif datar memiliki sistem perlindungan alami terhadap erosi. Sedimentasi di
suatu lingkungan pantai terjadi karena terdapat suplai muatan sedimen yang tinggi
di lingkungan pantai tersebut. Suplai muatan sedimen yang sangat tinggi yang
menyebabkan sedimentasi itu hanya dapat berasal dari daratan yang dibawa ke
laut melalui aliran sungai. Pembukaan lahan di daerah aliran sungai yang
meningkatkan erosi permukaan merupakan faktor utama yang meningkatkan
suplai muatan sedimen ke laut. Selain itu, sedimentasi dalam skala yang lebih
kecil dapat terjadi karena transportasi sedimen sepanjang pantai.
Terjadinya perubahan garis pantai dapat diketahui dengan memahami
mengenai transpor sedimen dan pengaruhnya terhadap bangunan-bangunan
artifisial yang ada di sekitar garis pantai. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya perubahan garis pantai adalah peletakkan struktur
pantai, misalnya bangunan pengamanan pantai seperti jetty. Namun, pada daerah
ini tidak ada bangunan seperti itu. Bangunan yang semakin banyak berdiri adalah
permukiman, baik yang permanen maupun yang tidak permanen seperti gubuggubug. Bangunan permanen tersebut berupa penginapan dan sarana wisata
lainnya. Keberadaan struktur tersebut mengganggu kestabilan transpor sedimen
secara alamiah. Hal ini terutama mengenai penggerusan di kaki struktur pantai
dimana transport sedimen terjadi pada arah tegak lurus garis pantai.
Ada tiga sumber utama pemasok material pantai, yaitu : hasil erosi tebing,
erosi sungai, dan erosi dasar laut. Hasil-hasil tersebut akan menjadi endapan yang
terbawa masuk ke mintakat dekat pantai (near-shore zone) dan ke mintakat dasar
laut, oleh kenaikan muka laut. Ukuran butir adalah gradasi diameter butir dalam
21
skala ø atau skala matriks. Bentuk butir berupa keruncingan, ketumpulan,
kebulatan, dan tekstur permukaan. Orientasi butir adalah kedudukan butir
terhadap arah datangnya energi (gelombang, angin, atau arus).
Gambar 1.1 Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik
sedimen (Goudie, 1981 dalam Sunarto, 1991)
Umumnya material pantai berwujud material sedimen. Butiran sedimen
pantai dihasilkan oleh rombakan batuan. Ada dua macam sedimen pantai, yaitu
sedimen klastik dan sedimen biogenik. Sedimen klastik berupa batuan lepas dari
bahan rombakan, sedangkan sedimen biogenik kebanyakan berupa material
kalsium karbonat dari cangkang binatang karang.
22
Parameter-parameter ukuran butir sedimen digunakan untuk analisis
statistika. Ada empat alasan penting diadakannya analisis statistika sedimen,
yaitu; ukuran butir merupakan deskriptif pokok pada sedimen, agihan ukuran butir
mencerminkan karakter sedimen pada lingkungan tertentu, analisis agihan ukuran
butir memberikan informasi tentang mekanisme kerja selama pengendapan,
variasi karakter sedimen dapat diperkirakan dari variasi ukuran butir.
Kondisi iklim akan berpengaruh terhadap perubahan musim. Pada musim
kemarau ada kecenderungan angin bertiup dari arah tenggara, sedangkan musim
penghujan angin bertiup dari barat daya. Perubahan arah angin akan berpengaruh
terhadap parameter gelombang dan akan berpengaruh pula terhadap morfologi
pesisir.
Muara sungai dapat dibedakan dalam tiga kelompok yang tergantung pada
faktor domonan yang mempengaruhi. Faktor-faktor tersebut yaitu didominasi
faktor gelombang, debit sungai atau pasang surut. Pada kenyataannya ketiga
faktor tersebut akan bekerja secra simultan, walaupun salah satunya akan terlihat
lebih dominan pada daerah muara dimana gelombang lebih dominan biasanya
akan mengakibatkan tertutupnya muara sungai akibat transfor sedimen sepanjang
pantai yang dibawanya masuk ke alur sungai. (Krumbein dan Sloss, 1983)
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi
dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil. Faktor non astronomi yang mempengaruhi
pasang surut terutama di perairan semi tertutup seperti teluk adalah bentuk garis
pantai dan topografi dasar perairan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan
lembah gelombang disebut pasang rendah.
23
Batasan Istilah
Arus
: gerakan air yang menyebabkan terjadinya perpindahan massa air secara
horisontal (Heryoso Setyono,1996)
Arus Susur Pantai
: Arus laut yang terdapat di zona empasan, yang umumnya
bergerak sejajar garis pantai yang ditimbulkan gelombang pecah yang
datang menyudut terhadap garis pantai. Arus yang menyusuri dan sejajar
pantai ini umumnya merupakan hasil gelombang yang datang pada
perairan pantai yang dangkal pada susut yang kurang dari normal terhadap
garis pantai dan kontur bawah laut. (Sned, 1982 dalam Sunarto, 2003).
Arus retas pantai (rip current) : Arus balik yang disebabkan oleh pertemuan antara
arus susur pantai yang berlawanan arah yang kembali ke laut (Hutabarat,
S. Dan Evans, S.M., 1985).
Empasan (breaker)
: bentuk gelombang laut yang pecah
Orientasi butir
: Kedudukan butir terhadap arah datangnya energi,
misalnya ; gelombang, angin, atau arus (Goudie, 1981 dalam Sunarto,
1991)
Panjang gelombang
: Jarak antara dua buah puncak gelombang yang berdekatan
atau dua buah lembah gelombang yang berdekatan (Setyono, 1996)pada
saat mendekati pantai (Pethick, 1984 dalam Widiyanti, 2003).
Pasang (tide, tidal)
: Gerak naik turunnya permukaan laut secara periodik
sebagai akibat hubungan gravitasional antara bumi, bulan dan matahari
(Heryoso Setiyono, 1996).
Pasang surut laut
: Suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air
laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan
gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari,
bumi dan bulan (Surbakti, 2007)
24
Plunging
: tipe empasan dengan ciri gelombang melengkung terutama pada
saat puncak gelombang (Galvin dalam Pethick, 1984)
Sedimentasi
: 1. Proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang
diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau
asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan
pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut
dangkal sampai laut dalam. (Pettijohn, 1975)
2. Pecahan mineral, atau material organik yang ditransforkan dari
berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh
air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari
material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia.
(Pipkin, 1977, dalam Sukirman, 2003)
3. Akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang
bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut
serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang
terjadi di laut (Gross, 1990 dalam Sukirman 2003)
4. Masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan
tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan
tersebut. (Wahyu, 2008).
Tinggi gelombang
: Jarak vertikal antara lembah dan puncak gelombang.
(Setyono, 1996)
Ukuran butir : Gradasi diameter butir dalam skala ø atau skala matriks (Goudie,
1981 dalam Sunarto, 1991).
25
KERANGKA TEORI PENELITIAN
Faktor-faktor atau parameter-parameter oseanografi
(gelombang, arus, sedimentasi, arah angin, pasang surut)
Muara Sungai Opak
Proses dinamis yang terjadi :
Aerodinamis, Hidrodinamis, Morfodinamis
Dinamika penutupan muara Sungai Opak
Cara mengendalikan penutupan muara Sungai Opak
Dampak positif dan dampak negatif penutupan muara Sungai Opak
26
Download