BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak terlepas dari adanya proses manajemen. Tanpa adanya manajemen yang jelas dalam suatu perusahaan, berbagai aktivitas bisnis perusahaan tidak akan berjalan dengan optimal. Menurut Terry (2010:16) menjelaskan pengertian manajemen sebagai berikut: “Manajemen merupakan suatu proses khas yang terdiri atas tindakantindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.” Sedangkan menurut Handoko (2009:10) menjelaskan mengenai pengertian manajemen adalah sebagai berikut: “Manajemen dapat didefinisikan sebagai bekerja dengan orang-orang untuk menentukan, menginterprestasikan dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penyusunan personalia atau kepegawaian (staffing), pengarahan dankepemimpinan (leading), dan pengawasan (controlling).” Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan serta pengawasan melalui pemanfaatan sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.1.2 Pengertian Keuangan Lingkup keuangan demikian luas dan dinamis. Keuangan sangat berpengaruh langsung terhadap kehidupan setiap orang dan organisasi baik yang bersifat keuangan maupun non keuangan, umum maupun pribadi, mencari laba atau tidak mencari laba. Keuangan diperlukan oleh setiap perusahaan dalam 13 14 memperlancar kegiatan operasinya. Pengertian keuangan menurut Gitman (2012:4) adalah: “Keuangan dapat didefiniskan sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan dari pengelolan uang. Sesungguhnya setiap individu dan organisasi menghasilkan uang dan membelanjakan atau menginvestasikan uang. Keuangan berhubungan dengan proses, institusi, pasar, dan instrumen yang terlibat dalam perpindahan atau transfer uang antar individu, bisnis, dan pemerintah.” Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2012:3) mengenai pengertian keuangan ialah sebagai berikut: “Keuangan menjelaskan fenomena di bidang keuangan yang berguan bagi mereka yang bertanggung jawab di bidang keuangan dan individu, sebagai pengambilan keputusan.” Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keuangan merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pengelolaan uang, dimana keuangan sangat berpengaruh dalam kehidupan setiap manusia. 2.1.3 Pengertian Manajemen Keuangan Pada dasarnya manajemen keuangan mempunyai dua unsur kata yaitu “manajemen” dan “keuangan”. Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting diantara fungsi-fungsi operasional perusahaan lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen sumber daya manusia, manajemen strategik dan lainnya. Menurut Sutrisno (2012:3) pengertian manajemen keuangan adalah sebagai berikut: “Manajemen keuangan adalah aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Sedangkan menurut Kasmir (2010:5) mengartikan manajemen keuangan sebagai: “Manajemen keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.” 15 Berdasarkan definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen keuangan merupakan suatu kegiatan perencanaan masalah keuangan di dalam penganggaran dan pemeriksaan keuangan pengelolaan pengendalian, pencarian dan penyimpanan dana yang dimiliki oleh suatu badan atau organisasi organisasi atau perusahaan. 2.1.4 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memiliki aktivitas yang luas dalam bidang keuangan karena setiap perusahaan membutuhkan seorang manajer keuangan yang menangani fungsi-fungsi keuangan. Fungsi pokok dari manajemen keuangan mencakup keputusan investasi, keputusan pembiayaan, dan keputusan kebijakan deviden. Fungsi manajemen keuangan menurut Sutrisno (2012:5) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh sebuah perusahaan yaitu : 1. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa mendatang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan dimasa depan. Keuntungan dimasa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. 2. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini seorang manajer dituntut untuk mempertimbsngksn dan menganalisis kombinasi dan sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. 16 3. Keputusan Deviden Deviden merupakan bagian dari keuntungan perusahaan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu deviden ini merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan deviden merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash dividend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) deviden saham (stock dividend), (4) pemecahan saham (stock split), (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditunjukkan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. 2.1.5 Tujuan Manajemen Keuangan Untuk bisa mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Keputusan yang benar adalah keputusan yang membantu mencapai tujuan tersebut. Secara normatif tujuan keputusan keuangan adalah untuk memaksimumkan nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan itu sendiri merupakan harga yang tersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Menurut Kasmir (2010:13) dalam praktiknya untuk mencapai tujuan tersebut, maka manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendekatan yaitu: 1. Profit Risk Approach Dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan risiko yang akan dihadapi. Bukan tidak mungkin harapan profit yang besar tidak tercapai akibat risiko yang dihadapi juga besar. Disamping itu, manajer keuangan juga harus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aktivitas yang dijalankan. Kemudian seorang manajer keuangan dalam menjalankan aktivitasnya harus menggunakan prinsip kehati-hatian. 2. Liquidity and Profitability Merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam hal 17 likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana (uang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu. Kemudian manajer keuangan juga dituntut untuk mampu mengelola dana yang dimilki termasuk pencarian dana serta mampu mengelola asset perusahaan sehingga terus berkembang, dari waktu ke waktu. 2.2 Pasar Modal 2.2.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pengertian pasar modal yaitu: “Pasar modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Menurut Fahmi (2012:55) mendefinisikan pasar modal sebagai berikut: “Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana untuk memperkuat modal perusahaan.” Sedangkan menurut Martalena dan Maya (2011:2) “Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi.” 18 Berdasarkan pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek . 2.2.2 Peran dan Manfaat Pasar Modal Dengan adanya pasar modal diharapkan aktivitas perekonomian menjadi meningkat, karena pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaanperusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas. Menurut Martalena dan Maya (2011:5), peran dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: 1. Pasar modal merupakan wahana pengalokasian dana secara efisien. 2. Pasar modal sebagai alternatif investasi. 3. Memungkinan para investor untuk memiliki perusahaan yang sehat dan berprospek baik. 4. Pelaksanaan manajemen perusahaan secara professional dan transaparan. 5. Peningkatan aktivitas ekonomi nasional. 2.2.3 Jenis-Jenis Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis-jenis pasar modal menurut Sunariyah (2011:13) sebagai berikut : 1. Pasar Perdana (Primary Market) Pasar perdana merupakan penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut diperdagangkan dipasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya enam hari kerja. Harga saham dipasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Harga saham dipasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin 19 emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pememsanan yang dilakukan agen penjualan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 859/kmk/1987 pengertian pasar perdana adalah: “Pasar perdana (premier) adalah pasar dimana penawaran efek emiten kepada pemodal selama masa tertentu sebelum efek ini dicatatkan di bursa efek.” 2. Pasar Sekunder (Secondary Market) Pasar sekunder merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa. Menurut Surat Keputusan Bapepam No.01/RM/1989 pengertian pasar sekunder adalah : “Pasar Sekunder adalah pasar dimana penawaran efek kepada publik dilakukan melalui masa penawaran di pasar perdana dan telah dicatatkan pada bursa efek.” Dari pengertian di atas dapat ambil kesimpulan bahwa pasar sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas, setelah melalui masa penjualan dipasar perdana. Harga saham dipasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran pembeli dan penjual. 3. Pasar Ketiga (Third Market) Pasar ketiga merupakan tempat perdagangan saham atau sekuritas lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasai di luar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading (lantai bursa). Informasi yang diberikan dalam pasar ini pun meliputi: harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang 20 bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak dalam kedudukan sebagai pedagang efek maupun sebagai perantara pedagang. 4. Pasar Keempat (Fouth Market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemgang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan dalam jumlah besar (block sale). 2.2.4 Fungsi Pasar Modal Pasar modal memilki peran penting bagi perekonomian suatu Negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain. Dengan demikian masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen (http://www.idx.co.id/home) . 2.2.5 Instrumen Pasar Modal Dalam mengukur tingkat kemajuan pasar modal dapat diukur dengan instrumen investasi yang tersedia. Semakin banyak instrumen yang ditawarkan akan membuat banyak pilihan bagi pelaku pasar dan kemungkinan besar akan semakin diminati oleh investor. Menurut Sunariyah (2011:48) mengenai instrumen pasar modal di Indonesia antara lain: 1. Saham Biasa (Common Stock) Diantara surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, saham biasa (common stock) adalah yang paling dikenal oleh masyarakat. Diantara emiten (perusahaan yang menerbitkan surat berharga), saham biasa juga merupakan yang paling banyak digunakan untuk menarik dana dari 21 masyarakat. Saham biasa dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemiliki kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan kertas tersebut. 2. Saham Preferen (Prefered Stock) Saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 3. Obligasi (Bond) Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak antara pemberi dana (dalam hal ini pemodal) dengan diberi dana (emiten). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi. 4. Obligasi Konversi (Convertible Bond) Obligasi konversi sekilas tidak ada bedanya dengan obligasi biasa, misalnya memberi kupon yang tetap, memiliki waktu jatuh tempo, dan memiliki nilai par. Hanya saja, obligasi konversi memiliki keunikan, yaitu bisa ditukar dengan saham biasa. Pada obligasi konversi selalu tercantum persyaratan untuk melakukan konversi. 5. Right Right merupakan surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten. Kebijakan untuk melakukan right issue merupakan upaya emiten untuk menambah saham yang beredar, guna menambah modal perusahaan. Sebab dengan pengeluaran saham baru berarti pemodal harus mengeluarkan uang untuk membeli right. Kemudian uang ini akan masuk ke modal perusahaan. 6. Waran Waran seperti halnya right adalah hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Biasanya waran dijual bersamaan dengan surat berharga lainnya, misalnya obligasi atau saham. Penerbit 22 waran harus memiliki saham yang nantinya dikonversi oleh pemegang waran. Namun, setelah obligasi atau saham yang disertai waran memasuki pasar, baik obligasi, saham, maupun waran dapat diperdagangkan terpisah. 7. Reksa Dana Reksa dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko investasi mereka. Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. 2.2.6 Pelaku Pasar Modal Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial, pasar modal melibatkan banyak orang dan banyak lembaga. Masing-masing pihak mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang kepentingan pihak lain. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal Indonesia sesuai dengan SK Menteri Keuangan RI Nomor 1548/KMK.013/1990 tentang Pasar Modal yaitu: 1. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) Bapepam merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk (1) mengikuti perkembangan dan mengatur pasar modal sehingga efek dapat ditawarkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar dan efisien serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat umum pasar modal, (2) melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap lembaga-lembaga dan profesi-profesi penunjang yang terkait dalam pasar moda, (3) memberi pendapat kepada menteri keuangan mengenai pasar modal beserta kebijakan operasionalnya. 2. Pelaksana Bursa Bursa efek menurut Kepres No.53 adalah suatu tempat pertemuan termasuk sistem elektronik tanpa tempat pertemuan yang diorganisir dan digunakan 23 untuk menyelenggarakan pertemuan penawaran jual-beli atau perdagangan efek. 3. Perusahaan yang Go Public (Emiten) Adalah pihak yang melakukan emisi atau yang telah melakukan emisi efek. Emiten adalah pihak yang membutuhkan dana guna membelanjai operasi maupun rancangan investasi. 4. Perusahaan Efek Adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha untuk beberapa kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara pedagang efek, manajer investasi atau penasihat investasi. 5. Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan Adalah suatu lembaga yang menyelenggarakn kliring dan penyelesaian transaksi di bursa efek, serta penyimpanan efek dalam penitipan dalam pihak lain. 6. Reksa Dana (Investment Fund) Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi kembali (reinvestment) atau perdagangan efek, Reksa dana tertutup (closed and investment fund) adalah reksa dana yang melakukan emisi saham tidak dapat dijual kepada atau dibeli kembali oleh reksa dana yang bersangkutan. 7. Lembaga Penunjang Pasar Modal Adalah tempat penitipan harta, biro administrasi efek, wali amanat, atau penanggung yang menyediakan jasanya. 8. Profesi Penunjang Pasar Modal Tediri dari akuntan, notaris, perusahaan penilai (appraisal), dan konsultan hukum. 9. Pemodal (Investor) Adalah pihak baik perorangan maupun lembaga yang menanamkan modalnya dalam efek-efek yang diperdagangkan di pasar modal. 24 2.3 Bursa Efek 2.3.1 Pengertian Bursa Efek Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan efek pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Pasal 1 ayat 4 mendefinisikan bursa efek sebagai berikut: “Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dana atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek, pihakpihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.” Sedangkan pengertian Bursa Efek menurut Sutrisno (2012:341) yaitu: “Bursa Efek/Stock Exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.” Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bursa efek adalah suatu wadah atau tempat bagi para pelaku saham dalam melakukan transaksi jual beli saham. 2.3.2 Fungsi Bursa Efek Bursa efek yang menyediakan sarana perdagangan efek antara penjual dan pembeli mempunyai fungsi dalam mencapai tujuannya. Fungsi bursa efek menurut Ahmad (2004:19) adalah: 1. Menciptakan pasar secara terus-menerus bagi efek yang ditawarkan kepada masyarakat. 2. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui mekanisme penawaran dan permintaan. 3. Untuk membantu dalam pembelanjaan dunia usaha. 2.3.3 Tugas Bursa Efek Bursa Efek adalah salah satu bursa dimana orang memperjualbelikan efek diindonesia yang mempunyai tugas. Menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:35) tugas bursa efek adalah sebagai berikut: 25 1. Tugas bursa efek sebagai fasilitator: a. Menyediakan sarana perdagangan efek b. Mengupayakan likuiditas instrumen, yaitu mengalirnya dana secara cepat pada efek efek yang dijual. c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat. d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan perusahaan yang go public. e. 2. Menciptakan instrumen dan jasa baru. Tugas bursa efek sebagi SRO (Self Regulatory Organization) a. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa. b. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan. c. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pelaku pasar modal. 2.4 Investasi 2.4.1 Pengertian Investasi Investasi merupakan pengeluaran penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi yang akan menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian. Menurut Sunariyah (2011:4) mendefinisikan investasi sebagai berikut : “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.” Sedangkan menurut Fahmi (2012:3) mengatakan bahwa : “Investasi dapat didefinisikan sebagai bentuk pengelolaan dana guna memberikan keuntungan dengan cara menempatkan dana tersebut pada alokasi yang diperkirakan keuntungan (compounding).” akan memberikan tambahan 26 Berdasarkan pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa investasi merupakan suatu kegiatan penempatan dana pada periode tertentu dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang. 2.4.2 Jenis-Jenis Investasi Pada dasarnya investasi merupakan penundaan konsumsi atas sejumlah dana yang dilakukan baik melalui investasi rill (real investment) maupun investasi keuangan (financial invesment) pada saat ini untuk digunakan dalam produksi atau ditanam dalam bidang tertentu selama suatu periode waktu dengan tujuan memperoleh keuntungan yang akan diterima di masa mendatang. Menurut Fahmi (2012:4), secara umum investasi terdiri dari dua jenis yaitu: 1. Investasi nyata (real assets) Secara umum melibatkan aset berwujud, seperti tanah, mesin-mesin, atau pabrik. 2. Investasi keuangan Investasi keuangan (financial investment) melibatkan kontrak tertulis, seperti saham biasa (common stock) dan obligasi (bond) 2.4.3 Tujuan Investasi Pada umumnya investor melakukan investasi dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan atau return yang akan diperoleh di masa yang akan datang. Menurut Fahmi (2012:3) tujuan investasi sebagai berikut: 1. Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut. 2. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang diharapkan (profit actual). 3. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. 4. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa. 2.5 Kinerja Keuangan 2.5.1 Pengertian Kinerja Keuangan Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan 27 yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Menurut Mulyadi (2007:2) pengertian kinerja keuangan adalah: “Kinerja keuangan adalah penentuan secara periodik efektifitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya.” Sedangkan menurut Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah: “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.” Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan. 2.5.2 Tujuan Penilaian Kinerja Keuangan Tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Mulyadi (2007:416) manfaat pengukuran kinerja adalah sebagai berikut: 1. Mengelola operasi organisasi secara efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimal. 2. Membantu pengambilan keputuisan yang bersangkutan dengan karyawan. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaiamana atasan mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan. 28 2.5.3 Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan di atas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Dalam mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan, diperlukan suatu kajian berupa rasio keuangan yang tercermin dalam laporan keuangan masing-masing perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Munawir (2010:30), kinerja keuangan perusahaan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. 2.6 Laporan Keuangan 2.6.1 Pengertian Laporan Keuangan Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat perlu untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan tersebut. Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklasifikasikan, diikhtisarkan untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana dalam laporan keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harta, hhutang, modal, pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan tersebut. Pengertian laporan keuangan menurut Kasmir (2012:7) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahan pada saat ini atau pada saat periode tertentu.” Sedangkan menurut Harahap (2013:105) pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.” 29 Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melihat kinerja dan operasional perusahaan. 2.6.2 Tujuan Laporan Keuangan Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan mengenai suatu badan usaha yang akan dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan didalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Kasmir (2012:10), tujuan pembuatan dan penyusunan laporan keuangan yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimilki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu. 4. Memberikan informasi tentang jumlah dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan yang terjadi terhadap aktiva, passive, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya. 2.6.3 Pengguna Laporan Keuangan Setiap transaksi yang berkaitan dengan keuangan dicatat dalam laporan keuangan yang tujuan pokoknya yaitu memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan atas kondisi dan perkembangan posisi keuangan perusahaan. Pihak pihak tersebut menurut Harahap (2013:64) antara lain: 30 1. Pemegang saham Pemegang saham ingin mengetahui kondisi keuangan perusahaa, asset, hutang, modal, hasil, biaya, dan laba. Pemegang saham juga ingin melihat prestasi perusahaan dalam pengelolaan manajemen serta ingin mengetahui jumlah deviden yang akan diterima, jumlah pendapatan persaham, jumlah laba yang ditahan. Juga mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, perbandingan dengan usaha sejenis, dan perusahaan lainnya. Dari informasi ini pemegang saham dapat mengambil keputusan apakah akan mempertahankan sahamnya, menjual atau menambah sahamnya. 2. Investor Investor dalam hal tertentu juga sama dengan pemegang saham. Bagi investor potensial akan melihat kemungkinan potensi keuntungan yang akan diperoleh dari perusahaan yang dilaporkan. 3. Analis pasar modal Analis pasar modal selalu melakukan analis tajam dan lengkap terhadap laporan keuangan perusahaan go public muapun yang berpotensi masuk ke pasar modal. Ia ingin mengetahui nilai perusahaan, kekuatan dan posisi keuangan perusahaan. Apakah layak disarankan untuk dibeli sahamnya, dijual atau dipertahankan. Informasi ini akan disampaikan kepada langganannya berupa investor baik individual maupun lembaga. 4. Manajer Manajer ingin mengetahui situasi ekonomis perusahaan yang dipimpinnya. Seorang manajer selalu dihadapkan kepada seribu satu masalah yang memerlukan keputusan cepat dan setiap saat. Untuk sampai pada keputusan yang tepat. Karena beragamnya informasi yang dibutuhkan, laporan keuangan yang disusun dengan norma akuntansi keuangan yang bersifat umum terasa sangat sedikit sehingga ia harus mengharapkan informasi yang didesain dari akuntansi manajemen. 5. Karyawan dan serikat pekerja Karyawan perlu mengetahui kondisi perusahaan untuk menetapkan apakah ia masih terus bekerja diperusahaan tersebut atau pindah. Karyawan juga 31 perlu mengetahui hasil usaha perusahaan supaya ia bisa menilai apakah penghasilan yang diterimanya adil atau tidak serta karyawan juga perlu mengetahui jumlah modal yang dimiliki karyawan jika memang ada seperti dalam perusahaan penerbitan Indonesia. Demikian juga tentang cadangan dana pensiun, asuransi kesehatan, asuransi atau jaminan sosisal tenaga kerja Negara yang demokratis, hak-hak karyawan dilindungi informasi seperti ini sangat penting. 6. Instansi pajak Perusahaan selalu memiliki kewajiban pajak, perusahaan juga dikenakan pemotongan, perhitungan, dan pembayarannya. Semua kewajiban pajak tergambar dalma laporan keuangan, dengan demikian instansi pajak dapat menggunakan laporan keuangan sebagai dasar menentukan kebenaran perhitungan pajak, restitusi, dan juga dasar penindakan. 7. Pemberi dana (kreditur) Bank ingin mengetahui informasi tentang situasi kondisi perusahaan baik yang sudah diberi pinjaman maupun yang akan diberi pinjaman. Perusahaan calon debitur laporan keuangan dapat menjadi sumber informasi untuk menilai kelayakan perusahaan untuk menerima kredit yang akan diluncurkan. 8. Supplier Supplier hampir sama dengan kreditur. Laporan keuangan menjadi informasi untuk mengetahui apakah perusahaan layak diberikan fasilitas kredit, seberapa lama akan diberikan, dan sejauh mana potensi resiko yang dmiliki perusahaan. 9. Pemerintah Untuk mengetahui apakah perusahaan telah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan. 10. Pelanggan atau lembaga konsumen Sebaiknya laporan keuangan juga menyajikan tentang ini. 32 11. Lembaga swadaya masyarakat Untuk menilai sejauh mana perusahaan meerugikan pihak tertentu yang dilindunginya. 12. Peneliti/ Akademisi/ Lembaga Peneliti Sebagai data sekunder dalam melakukan penelitian terhadap pihak tertentu yang berkaitan dengan laporan keuangan atau perusahaan. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa pengguna laporan keuangan adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. Mereka memonitor kinerja perusahaan dan pencapaian tujuan dengan menganalisa atas aspek-aspek yang menjadi fokus perhatian mereka saja. Dengan demikian, pihak-pihak tersebut dapat mempertimbangkan risiko dan return yang menjadi perhatian mereka. 2.6.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan media yang paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Jenis laporan keuangan utama dan pendukung menurut Harahap (2013:106) sebagai berikut: 1. Daftar neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. 2. Perhitungan laba/rugi yang menggambarkan jumlah hasil, biaya dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan dan sumber penggunaan dana, disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber-sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi yang menggambarkan berapa dan unsur apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. Dalam hal tertentu Harga Pokok Produksi (HPPd) disatukan dalam laporan Harga Pokok Penjualan (HPPj). Harga Pokok Penjualan adalah harga pokok produksi ditambah dengan persediaan barang awal dikurangi persediaan barang akhir. 33 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Dalam suatu kajian dikenal laporan kegiatan keuangan. Laporan ini menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hal yang penting dalam menyediakan informasi mengenai keuangan perusahaan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak. 2.6.5 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun dan disajikan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. Oleh karena itu, para pemakai laporan keuangan harus mengetahui sifat dan keterbatasan dari suatu laporan keuangan agar dalam membacanya tidak menimbulkan salah tafsir. Menurut Harahap (2013:201) keterbatasan analisis laporan keuangan harus memperhatikan keterbatasan laporan keuangan sebagai berikut: 1. Laporan keuangan dapat bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini, karenanya akuntansi tidak hanya satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan menggambarkan nilai harga pokok atau nilai pertukaran pada saat terjadinya transaksi, bukan harga saat ini. 3. Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebenarnya mempunyai perbedaan kepentingan. 4. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagi pertimbangan dalam memilih alternatif dari berbagai pilihan 34 yang ada yang sama-sama dibenarkan tapi menimbulkan perbedaan angka laba maupun asset. 5. Akuntansi tidak mencakup informasi yang tidak material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhdap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. Batasan terhadap istilah dan jumlahnya agak kabur. 6. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Akuntansi didominasi informasi kuantitatif, informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Namun bias saja informasi kuantitatif dapat gambaranatau indikasi informasi kualitatif. 2.7 Analisis Laporan Keuangan Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan maka manajer harus terlebih dahulu memahami mengenai kondisi suatu perusahaan. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. 2.7.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk dapat mengetahui apakah posisi keuangan hasil operasi perusahaan memuaskan atau tidak. Analisis terhadap laporan keuangan ini akan memudahkan bagi manajemen maupun pihakpihak lain didalam pengambilan keputusan ekonomi. Adapun pengertian lainnya menurut Harahap (2013:190) menyatakan bahwa analisis laporan keuangan adalah: 35 “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Sedangkan menurut Munawir (2010:35) analisis laporan keuangan adalah: “Analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.” Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu proses penelitian laporan keuangan beserta unsur-unsurnya yang bertujuan untuk mengevaluasi dan memprediksi kondisi keuangan perusahaan atau badan usaha dan juga mengevaluasi hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan atau badan usaha pada masa lalu dan sekarang. 2.7.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Tujuan analisis laporan keuangan menurut Harahap (2013:195), secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan. 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 36 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan kata lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan antara lain: a. Dapat menilai prestasi perusahaan. b. Dapat memproyeksi keuangan perusahaan. c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu. 7. d. Melihat perkembangan dari waktu ke waktu. e. Melihat komposisi struktur keuangan arus dana. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik diposisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan seabgainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang. 2.8 Analisis Rasio Keuangan 2.8.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan akan berguna bagi investor apabila telah dianalisis. Analisis yang dilakukan bermanfaat untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan. Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan perusahaan adalah rasio keaungan. Analisis ini akan membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang serta kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan. Untuk melakukan analisis rasio keuangan dapat dengan cara membandingkan prestasi satu periode dengan periode sebelumnya sehingga 37 diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu. Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Menurut Kasmir (2012:104) rasio keuangan adalah: “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen lainnya dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada diantara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun berbeda periode.” Sedangkan menurut Harahap (2013:297) pengertian rasio keuangan adalah: “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Dari pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio keuangan merupakan suatu hasil yang diperoleh dengan cara membandingkan prestasi satu periode yang dibandingkan dengan periode lainnya yaitu sebelum atau sesudahnya sehingga dapat diketahui adanya kcenderungan selama periode tertentu. 2.8.2 Jenis-Jenis Rasio Keuangan Terdapat beberapa jenis rasio keuangan dimana dalam setiap rasio keuangan memiliki fungsi-fungsi tersendiri untuk aplikasinya. Menurut Harahap (2013:301) jenis-jenis rasio keuangan sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Rasio ini dapat dihitung melalui pos-pos 38 yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. 3. Rasio Rentabilitas/Profitabilitas Rasio rentabilitas atau disebut juga rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. 4. Rasio Leverage Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal (equity). Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang. 5. Rasio Aktivitas Rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. 6. Rasio Pertumbuhan (Growth) Rasio ini menggambarkan presentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. 7. Rasio Penilaian Pasar (Market Based Ratio) Rasio ini merupakan rasio yang lazim dan yang khusus dipergunakan dipasar modal yang menggambarkan situasi/keadaan prestasi perusahaan dipasar modal. 8. Rasio Produktivitas Jika perusahaan ingin dinilai dari segi produktivitas unit-unitnya maka bisa dihitung dengan rasio produktivitas. Rasio ini menunjukkan tingkat produktivitas dari unit atau kegiatan yang dinilai. 39 2.9 Rasio Profitabilitas 2.9.1 Pengertian Rasio Profitabilitas Profitabilitas merupakan hal penting bagi perusahan karena disamping dapat menilai efisiensi kerja, juga merupakan alat untuk meramal laba di masa yang akan datang dan merupakan alat pengendalian bagi manajemen. Dengan berpedoman pada profitabilitas, manajemen dapat mengambil dan menentukan langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan profitabilitas dimasa yang akan datang. Hasil perhitungan profitabilitas merupakan media bagi manajemen untuk menganalisa variabel-variabel penyebab kenaikan atau penurunan suatu usaha pada periode tertentu. Menurut Sutrisno (2012:16): “Rentabilitas atau profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja didalamnya.” Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2013:146): “Profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan kombinasi dari pengaruh rasio likuiditas, manajemen asset dan hutang pada hasil operasi.” Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio profitabilitas merupakan alat tentang efektivitas manajemen perusahaan untuk menghasilkan laba. 2.9.2 Mengukur Rasio Profitabilitas Untuk mengukur rasio profitabilitas, terdapat bermacam rasio keuangan yang memiliki fungsi berbeda pada setiap elemen yang dianalisis. Menurut Kasmir (2012:197), ukuran rasio profitabilitas dihitung dengan rasio sebagai berikut: 1. Profit Margin (Profit Margin on Sales), merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama profit margin. 40 2. Return on Assets (ROA), merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan salah satu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. 3. Return on Equity (ROE), merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Makin tinggi rasio ini makin baik. Artinya, posisisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian pula sebaliknya. 4. Laba Per Lembar Saham, merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain bahwa tingkat pengembalian tinggi. Rasio profitabilitas yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Return on Assets, untuk diteliti kaitannya dengan harga saham dan return saham 2.9.3 Return On Assets (ROA) 2.9.3.1 PengertianReturn On Assets (ROA) Return On Assets merupakan salah satu dari penilaian dalam rasio profitabilitas. ROA mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisis keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif), sehingga lazim digunakan oleh pemimpin perusahaan juga investor untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Menurut Harahap (2013:305) ROA adalah: “Rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva.” Pengertian Return On Assets (ROA) menurut Fahmi (2012:98) : “Return On Asset sering juga disebut sebagai Return On Investment, karena ROA ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.” 41 Sedangkan menurut Tandelilin (2010:372) mendefinisikan ROA sebagai berikut: “ROA (Return On Assets) menggambarkan sejauh mana kemampuan asset-aset yang dimiliki perusahaan bisa menghasilkan laba.” Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Return On Assets (ROA) merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh aset yang dimiliki dalam menghasilkan laba. 2.9.3.2 Ukuran Return On Assets (ROA) Return On Assets adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari asset yang dimiliki perusahaan. Untuk mengukur Return On Assets (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut: Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan tersebut akan semakin diminati investor, karena tingkat pengembalian (return) akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut dipasar modal juga akan semakin tinggi sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. 2.9.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ROA Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih setelah bunga dan pajak dari aktiva yang dimiliki. Faktor-faktor yang mempengaruhi Return On Assets menurut Gill and Chatton (2006:50): 42 “Return On Assets dipengaruhi dengan mudah oleh penyusutan pabrik dalam jumlah besar, asset intangible (bukan fisik, seperti hak paten) atau pendapatan dan biaya yang tidak biasa.” Artinya ROA dipengaruhi oleh aktiva, pendapatan serta biaya yang tidak biasa, misalkan kenaikan pendapatan atau kenaikan biaya operasi. 2.10 Rasio Leverage/Solvabilitas 2.10.1 Pengertian Rasio Leverage/Solvabilitas Leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri sehingga risiko perusahaan menjadi kecil. Semakin besar tingkat leverage perusahaan, akan semakin besar jumlah pinjaman yang digunakan, sehingga risiko keuangan yang dihadapi perusahaan semakin besar. Rasio solvabilitas/leverage menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di likuidasi. Rasio ini dapat dihitung melalui pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Definisi rasio leverage menurut Kasmir (2012:150) adalah: “Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Artinya berapa besar beban hutang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan (likuidasi).” Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2013:142): “Rasio leverage merupakan rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan menggunakan pendanaan melalui hutang (financial leverage).” Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio leverage adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila perusahaan dibubarkan. 43 2.10.2 Mengukur Rasio Leverage/Solvabilitas Untuk mengukur rasio leverage, terdapat bermacam rasio keuangan yang memiliki fungsi berbeda pada setiap elemen yang dianalisis. Menurut Kasmir (2012:151), ukuran rasio leverage dihitung dengan rasio sebagai berikut: 1. Debt to Assets Ratio (Debt Ratio), merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total hutang dengan total aktiva. 2. Debt to Equity Ratio, merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemiliki perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengethaui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. 3. Long Term Debt to Equity Ratio, merupakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminana hutang jangka panjang dengan cara membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. 4. Time Interest Earned, merupakan rasio untuk mencari jumlah kali peroleh bunga. Rasio ini diartikan juga kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga, sama seperti coverage ratio. 5. Fixed Charge Coverage, merupakan rasio yang menyerupai Times Interest Earned. Hanya saja bedanya, rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh hutang jangka panjang atau menyewa biaya bungan ditambah kewajiban sewa tahunan atau jangka panjang 44 2.10.3 Debt to Equity Ratio (DER) 2.10.3.1 Pengertian Debt to Equity Ratio (DER) Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio pengelolaan modal yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membiayai usaha dengan pinjaman yang disediakan oleh pemegang saham. Menurut Kasmir (2012:151) pengertian Debt to Equity ratio adalah: “Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang, termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas.” Sedangkan Harahap (2013:303) mendefinisikan Debt to Equity Ratio sebagai berikut: “Debt to Equity Ratio menggambarkan sejauh mana modal pemilik dapat menutupi hutang-hutang kepada pihak luar.” Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya dengan menggunakan modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. 2.10.3.2 Ukuran Debt to Equity Ratio (DER) DER menggambarkan perbandingan hhutang dengan ekuitas dalam pendanaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajibannya. Sutrisno (2012:210) menjelaskan semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hhutangnya. Menurut Fahmi (2012:128), DER dapat dirumuskan sebagai berikut: Para pemberi pinjaman menginginkan rasio ini semakin rendah. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan semakin besar batas pengamanan pembeli pinjaman jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian. 45 Sedangkan bagi investor, semakin tinggi rasio ini maka tinggi risiko yang akan dihadapi. Bagi investor yang tidak suka untuk mengambil risiko, maka mereka menghindari untuk menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki DER yang tinggi. Hal ini akan berpengaruh pada harga saham dan juga return saham perusahaan tersebut. 2.10.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi DER Debt to Equity Ratio berfungsi untuk mengukur seberapa jauh perusahaan mendanai operasinya dengan hutang dibandingkan modal sendiri (ekuitas). Menurut Gill and Chatton (2006:44) faktor-faktor yang mempengaruhi DER sebagai berikut: 1. Kenaikan atau penurunan hutang 2. Kenaikan atau penurunan modal sendiri 3. Hutang atau modal sendiri tetap 4. Hutang meningkat lebih tinggi dibandingkan modal sendiri, atau sebaliknya. Dengan kata lain, semakin rendahnya hutang dan semakin tingginya modal sendiri akan membuat Debt to Equity Ratio menjadi rendah, sehingga beban dalam membayar bunga pinjaman dapat berkurang. 2.11 Saham 2.11.1 Pengertian Saham Salah satu jenis surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal yang banyak dikenal masyarakat adalah saham. Saham adalah jenis surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan bentuk Perseroan Terbatas (PT) atau biasa disebut emiten. Pengertian saham menurut Sutrisno (2012:310) yaitu: “Saham (stock) merupakan surat bukti kepemilikan perusahaan atau pernyataan pada perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas.” Sedangkan menurut Martalena dan Maya (2011:12) pengertian saham adalah: “Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal sesorang atas pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan 46 terbatas dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatn perusahaan.” Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa saham merupakan surat berharga yang diperdagangkan dipasar modal yang dikeluarkan oleh emiten dimana pemegang saham mempunyai hak atas pendapatan perusahaan. 2.11.2 Jenis-Jenis Saham Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas oleh kalangan masyarakat. Pada umumnya saham yang dikenal sehari-hari adalah saham biasa (common stock). Dalam praktek menurut Darmadji dan Fakhrudin (2012:7) menyebutkan bahwa saham terdiri dari beberapa jenis yaitu: 1. Berdasarkan cara peralihan hak Ditinjau dari cara peralihannya saham dibedakan menjadi saham atas unjuk dan saham atas nama. a. Saham atas unjuk (Beatet Stock) Di atas saham sertifikat saham atas unjuk dituliskan nama pemilik. Dengan pemilihan saham ini, seorang pemilik sangat mudah untuk mengalihkan atau memindahkan kepda orang lain karena sifatnya mirip uang. b. Saham atas nama (Registered Stock) Di atas sertifikat saham ini ditulis nama pemiliknya. Cara pemindahannya harus memenuhi prosedur tertentu yaitu dengan dokumen peralihan, kemudian nama pemiliknya dicatat dalam buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang saham. 2. Berdasarkan hak tagihan (klaim) Ditinjau dari segi manfaatnya, pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi saham biasa dan saham preferen. a. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa selalu muncul dalam setiap struktur modal perseroan terbatas. Besar kecilnya dividen yang diterima tidak tetap, tergantung pada keputusan RUPS. 47 b. Saham preferen (Preffered Stock) Saham preferen merupakan gabungan penandaan antara hhutang dan saham biasa. Dalam praktek terdapat beraneka jenis saham preferen diantaranya adalah: 1) Cumulative Preffered Stock Saham preferen jenis ini memberikan hak kepada pemiliknya atas pembagian dividen yang sifatnya kumulatif dalam suatu presentase atau jumlah tertentu dividen yang dibayarkan tidak mencukupi atau tidak dibayar sama sekali, maka akan diperhitungkan tahun-tahun berikutnya. 2) Non Cumulative Preffered Stock Pemegang saham jenis ini mendapat prioritas dalam pembagian dividen sampai pada suatu presentasi atau jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat komulatif. Dengan demikian apabila pada suatu tahun tertentu dividen yang dibayarkan lebih kecil dari yang telah ditentukan atau tidak dibayar sama sekali, maka hal ini dapat diperhitungkan pada tahun berikutnya. 3) Participacing Preffered Stock Pemilik saham jenis ini disamping memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh ekstra dividen apabila perusahaan mencapai sasaran yang telah ditentukan. 4) Covertible Preffered Stock (saham istimewa) Pemegang saham istimewa mempunyai hak lebih tinggi dari pemegang saham lainnya. Hak lebih itu terutama dalam penunjukkan direksi perusahaan. 3. Berdasarkan kinerja saham a. Blue Chip Stock Yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi sebagian leader di industri sejenis, memilki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam membayar dividen. 48 b. Income Stock Merupakan saham dari suatu emiten yang memilki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata yang dibayarkan pada tahun sebelumnya. c. Growth Stock Saham ini merupakan saham-saham dari emiten yang memilki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industry sejenis yang mempunyai reputasi tinggi. d. Speculative Stock Adalah saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkianan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang meskipun belum pasti. e. Counter Cylical Stock Saham ini merupakan saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. 2.11.3 Nilai Saham Nilai saham ditentukan oleh perkembangan perusahaan penerbitnya. Jika perusahaan penerbit mampu menghasilkan keuntungan yang tinggi, perusahaan tersebut akan dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi. Pemberian dividen yang tinggi akan menarik minat investor untuk membeli saham tersebut. Hal ini mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Menurut Rusdin (2008:68) beberapa konsep nilai saham yaitu: 1. Nilai Nominal (Nilai Par) Merupakan nilai yang tercantum dalam sertifikat saham yang bersangkutan, di Indonesia saham yang diterbitkan harus memiliki nilai nominal dan untuk satu jenis saham yang sama pada suatu perusahaan harus memiliki satu jenis nilai nominal. 49 2. Nilai Dasar Pada prinsipnya harga dasar saham ditentukan dari harga perdana saat saham tersebut diterbitkan, harga dasar ini akan berubah sejalan dengan dilakukannya berbagai tindakan emiten yang ebrhubungan dengan saham, antara lain: right issue, stock split, waran, dll. 3. Nilai Pasar Merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung, jika bursa sudah tutup maka harga pasar saham tersebut adalah harga penutupannya. Sedangkan menurut Sasongko (2008) dalam jurnalnya yang berjudul analisa penilaian saham, dalam situs www.WealthIndonesia.com mengemukakan bahwa beberapa jenis nilai saham, yaitu: 1. Nilai Nominal, merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan dengan hukum. 2. Nilai Buku, merupakan nilai saham menurut pembukuan perusahaan. 3. Nilai Pasar, merupakan harga saham di bursa efek 4. Nilai Intrinsik, merupakan nilai sebenarnya dari saham Dari pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan yaitu nilai saham terdiri dari beberapa jenis yaitu nilai nominal, nilai dasar, nilai buku, nilai pasar dan nilai instrinsik. Nilai nominal saham tertera pada saham itu sendiri. Nilai dasar saham adalah harga pertama kali saham diperjualbelikan di pasar perdana. Nilai buku yaitu nilai harga saham menurut catatan perusahaan. Nilai pasar saham terjadi ketika penutupan pasar bursa, sedangkan nilai intrinsik yaitu nilai sebenarnya dari saham. 2.11.4 Pengertian Harga Saham Dalam pasar modal yang efisien semua sekuritas diperjualbelikan pada harga pasar. Harga pasar saham adalah harga yang ditentukan oleh investor melalui pertemuan permintaan dan penawaran. Pertemuan ini dapat terjadi karena para investor sepakat terhadap harga suatu saham. Menurut Darmadji & Fakhrudin (2012:102) pengertian harga saham adalah: 50 “Harga yang terjadi di bursa pada waktu tertentu. Harga saham bisa berubah naik atau pun turun dalam hitungan waktu yang begitu cepat. Ia dapat berubah dalam hitungan menit bahkan dapat berubah dalam hitungan detik. Hal tersebut dimungkinkan karena tergantung dengan permintaan dan penawaran antara pembeli saham dengan penjual saham.” Sedangkan menurut Martalena dan Maya (2011:14) menyatakan bahwa: “Pembentukan harga saham terjadi karena adanya permintaan dan penawaran atas saham tersebut. Dengan kata lain, harga saham terbentuk oleh supply dan demand harga saham tersebut”. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa harga saham merupakan harga dari suatu saham yang ditentukan pada saat pasar saham sedang berlangsung dengan berdasarkan kepada permintaan dan penawaran pada saham yang dimaksud. 2.11.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Nilai pasar saham ini dipengaruhi oleh faktor yang langsung dan tidak langsung. Nilai saham dapat berubah setiap saat, tergantung kondisi pasar, persepsi investor terhadap perusahaan, informasi yang berkembang atau isu lain yang menerpa pasar modal. Selain itu, harga saham pada dasarnya sangat terkait dengan kinerja keuangan perusahaan. Ketika kinerja keuangan perusahaan naik, maka keyakinan investor juga akan tinggi, maka biasanya harga saham akan naik. Jika perusahaan mengalami penurunan kinerja atau kerugiaan harga saham biasanya akan turun. Menurut Brigham dan Houston (2013:26) faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah : 1. Laba per lembar saham Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian hyang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat. 2. Tingkat Bunga Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara: 51 a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham denganobligasi. Apabila tingkat bunga naik maka investor akan menjualsahamnya ditukar dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang akan mempengaruhi laba perusahaan. 3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan Kebijakan pembagian deviden dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagilan dalam bentuk deviden dan sebagian disisihkan sebagai laba ditahan. sebagai salah satu faktor yang memeprngaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan sehingga harga saham naik. 4. Jumlah Laba yang Didapat Perusahaan Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik, karena menunjukkan prospek yang baik sehingga investor tertarik berinvestasi. 5. Tingkat Resiko Pengembalian Tingkat risiko dan proyeksi laba diharapkan perusahaan meningkat maka mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi risiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima. 2.11.6 Penilaian Harga Saham Setiap pelaku pasar modal memerlukan suatu alat analisis untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau menjual saham. Menurut Sunariyah (2011:166) ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham. Terdapat dua pendekatan yang paling dikenal yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. 1. Pendekatan tradisional, untuk mengalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu: 52 a. Analisis teknikal Analisis teknikal (technical analysis) merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti: harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktorfaktor lain yang bersifat teknis. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga disebut pendekatan analisis pasar (market analysis) atau analisis internal (internal analysis). Asumsi yang mendasari analisis teknikal adalah: 1) Terdapat ketergantungan sistematik (systematic dependencies) di dalam return yang dapat di eksploitasi ke return abnormal. 2) Pada pasar tidak efisien, tidak semua informasi harga masa lalau diamati ketika memprediksi distribusi return sekuritas. 3) Nilai suatu saham merupakan fungsi permintaan dan penawaran. Beberapa kesimpulan menyangkut pendekatan analisis teknikal sebagai berikut: 1) Analisis teknikal didasarkan pada data pasar yang dipublikasikan. 2) Fokus analisis teknikal adalah ketepatan waktu, penekanannya hanya pada perubahan harga. 3) Teknik analisis berfokus pada faktor-faktor internal melalui analisis pergerakan di dalam pasar dan/atau suatu saham. 4) Para analisis teknikal cenderung lebih berkonsentrasi pada jangka pendek. Teknik-teknik analisis teknikal dirancang untuk mendeteksi pergerakan harga saham dalam jangka waktu yang relatif pendek. b. Analisis fundamental Pendekatan ini didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang diestimasi oleh para pemodal atau analis. Nilai intrinsik merupakan suatu fungsi dari 53 variabel-variabel perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu return yang diharapkan dan suatu resiko yang melkat pada saham. Hasil estimasi nilai intrinsik kemudian dibandingkan dengan harga pasar yang sekarang (current market price). Harga pasar suatu saham merupakan refleksi dari rata-rata nilai intrinsiknya. 2. Pendekatan portofolio modern Pendekatan portofolio modern menekankan pada aspek psikologi bursa dengan asumsi hipotesis mengenai bursa, yaitu hipotesis pasar efisien. Pasar efisien diartikan bahwa harga-harga saham yang terefleksikan secara menyeluruh pada seluruh informasi yang ada di bursa. 2.12 Return Saham 2.12.1 Pengertian Return Saham Return adalah laba atas suatu investasi yang biasanya dinyatakan sebagai tarif persentasi tahunan. Return saham merupakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor yang menanamkan dananya di pasar modal. Return saham ini dapat dijadikan sebagai indikator dari kegiatan perdagangan di pasar modal. Menurut Jogiyanto (2010:205) definisi return adalah: “Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang”. Sedangkan menurut Gitman (2012:311): “The total rate of return is the total gain or loss experienced on an investment over a given period. Mathematically, an investment’s total return is the sum of any cash distributions (for example, dividens or interest payments) plus the change in the investment’s value, dividend by the beginning of period value.” Artinya total tingkat pengembalian adalah total keuntungan atau kerugian yang dialami pada investasi selama periode tertentu. Secara matematis, total pengembalian investasi adalah jumlah dari disribusi kas apapun (contohnya, 54 dividen atau pembayaran bunga) ditambah dengan perubahan dalam nilai investasi, dibagi dengan nilai periode awal investasi tersebut. Berdasarkan pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan return saham merupakan tingkat pengembalian yang diterima oleh investor di masa yang akan datang atas investasi yang dilakukan. 2.12.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Return Saham Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki peranan yang penting untuk mempengaruhi segala macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar modal akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke bursa efek. Informasi atau pengumuman-pengumuman yang diterbitkan oleh emiten akan mempengaruhi para calon investor dalam mengambil keputusan untuk memilih portofolio investasi yang efisien. Menurut Jogiyanto (2010:354), para pelaku pasar modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang diterbitkan oleh emiten, sehingga hal tersebut akan menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi perdagangan saham, misalnya adanya perubahan pada volume perdagangan saham, perubahan pada harga saham, proporsi kepemilikan, dan lain-lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, sehingga direaksi oleh para pelaku pasar modal. Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi jika pada saaat transaksi perdagangan terjadi, terdapat perubahan terutama perubahan harga saham. Berubahnya harga saham akan mempengaruhi return saham yaitu semakin tinggi harga saham berarti semakin meningkat return yang diperoleh investor. Pergerakan berubahnya harga saham tersebut juga dapat disebabkan karena kondisi dan situasi baik dalam lingkup perusahaan maupun diluar lingkup perusahaan. Menurut Fahmi (2012:87), ada beberapa kondisi dan situasi yang menentukan suatu saham itu akan mengalami fluktuasi (mengalami kenaikan atau penurunan), yaitu: 55 1. Kondisi mikro dan makro ekonomi. 2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untu ekspansi (perluasan usaha), seperti membuka kantor cabang (brand office), kantor cabang pembantu (sub brand office) baik yang dibuka di domestik maupun luar negeri. 3. Pergantian direksi secara tiba-tiba. 4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan. 5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap waktunya. 6. Risiko sistematik, yaitu suatu bentuk risiko yang terjadi secara menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat. 7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi teknikal jual beli saham. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi dan situasi yang dapat mengakibatkan berubahnyaa harga saham maka dapat mempengaruhi return saham. 2.12.3 Mengukur Return Saham Return saham biasanya didefinisikan sebagai perubahan nilai antara periode t+1 dengan periode t ditambah pendapatan-pendapatan lain yang terjadi selama periode t tersebut. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi saham yang terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain merupakan selisih untung (rugi) dari investasi sekarang yang relatif dengan harga periode yang lalu. Yield merupakan persentase permintaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi (Jogiyanto, 2010:206). Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya, maka dapat ditulis dengan rumus: (Jogiyanto,2010:206) 56 Keterangan : = Return Saham = Harga saham pada periode t = Harga saham pada periode t-1 = Deviden yang dibagikan pada periode t 2.13 Pengaruh Kinerja Keuangan yang Diukur dengan Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Harga Saham 2.13.1 Pengaruh Return On Assets terhadap Harga Saham Setiap perusahaan atau individu melakukan investasi dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba dapat diperoleh apabila kegiatan operasional perusahaan memiliki kinerja yang baik, yang kemudian menimbulkan penilaian dari calon investor sebagai sinyal untuk meningkatkan permintaan saham yang berdampak pada naiknya harga saham. Untuk mengukur tingkat profitabilitas perusahaan, salah satunya diukur dengan menggunakan Return On Assets (ROA). ROA merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total assets (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya untuk mendanai asset tersebut (Hanafi, 2009:84). Semakin tinggi Return On Assets (ROA) berarti efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba melalui aktiva yang dimilikinya semakin baik. Hal ini dapat menjadi sinyal bagi investor untuk berinvestasi. Semakin banyak permintaan saham, maka harga saham akan semakin mahal. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Zuliarni (2012) juga menyimpulkan bahwa ROA berpengaruh terhadap harga saham. Ghozali (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel ROA dominan berpengaruh terhadap harga saham. Selain itu penelitian Samoedra dan Susanti (2014) juga menyimpulkan ROA berpengaruh terhadap harga saham 2.13.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Harga Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan analisis solvabilitas yang menggambarkan berapa besar hutang atau kewajiban jangka pendek atau jangka 57 panjang dibandingkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur seberapa besar modal sendiri dalam menjamin hhutangnya. Apabila Debt to Equity Ratio (DER) perusahaan tinggi maka ada kemungkinan harga saham perusahaan akan rendah karena apabila perusahaan memperoleh laba perusahaan akan cenderung untuk menggunakan laba tersebut untuk membayar hutangnya dibandingkan membayar dividen (Dharmaastuti, 2004). Sebaliknya, apabila tingkat Debt to Equity Ratio (DER) rendah maka membawa dampak meningkatnya harga saham di bursa. Hal ini penelitian yang dilakukan Amanda, dkk (2013) menyimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) secara parsial signifikan terhadap harga saham. Selanjutnya penelitian oleh Susilawati (2012) juga menyimpulkan bahwa DER dan ROA berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Selain itu penelitian Lasmanah dan Fitriani (2014) juga menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh DER terhadap harga saham. 2.14 Pengaruh Kinerja Keuangan yang di Ukur dengan Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham 2.14.1 Pengaruh Return On Assets terhadap Return saham Return On Assets (ROA) menggambarkan kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan untuk operasional perusahaan. ROA digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan berdasarkan kemampuan perusahaan dalammendayagunakan jumlah aset yang dimiliki, ROA akan dapat menyebabkan apresiasi dandepresiasi harga saham. Kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktiva yang digunakan, akan berdampak pada pemegang saham perusahaan. ROA yang semakin bertambah menggambarkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan para pemegang saham akan mendapatkan keuntungan dari dividen yang diterima semakin meningkat, atau semakin meningkatnya harga maupun return saham (Sutrisno, 2012). Dengan demikian ROA berhubungan positif terhadap return saham. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Farhan dan Ika (2013) yang menyimpulkan secara parsial ROA mempunyai pengaruh signifikan terhadap 58 return saham. Selain itu penelitian Arisandi (2014) juga menyimpulkan secara parsial ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. 2.14.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perbandingan antara hutang dan modal sendiri. DER memberikan jaminan tentang seberapa besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal sendiri perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Kasmir (2012:158) menyatakan bahwa semakin besar DER, maka risiko gagal bayar yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin besar. Selain itu, semakin tinggi DER perusahaan juga harus membayar biaya bunga yang tinggi. Apabila hal tersebut terjadi, maka akan dapat mengakibatkan penurunan pembayaran dividen. Investor melihat tersebut sebagai informasi yang buruk, sehingga permintaan terhadap saham perusahaan akan turut pula mengalami penurunan yang berakibat pada penurunan harga saham. Kondisi tersebut menandakan saham perusahaan kurang diminati yang secara otomatis akan menurunkan tingkat return saham perusahaan. Sehingga dalam hal ini terjadi hubungan yang berlawanan arah dan signifikan DER terhadap return saham. Penjelasan tersebut didukung oleh Rafique (2012) yang memperoleh hasil penelitian dimana DER memiliki pengaruh yang berlawanan arah serta signifikan terhadap return saham. Sedangkan penelitian Christanti (2009) menyatakan DER berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham. Selain itu penelitian yang dilakukan Pande dan Sudjarni (2014) menyimpulkan bahwa DER berpengaruh terhadap return saham. Adapun ringkasan penelitian terdahulu mengenai variabel kinerja keuangan yang diukur melalui Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER), harga saham dan pengaruhnya terhadap return saham dicantumkan dalam tabel 2.1 berikut: 59 Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Metode Analisis Hasil Penelitian Data Astrid Amanda, Analisis Regresi Secara simultan DER, ROE, EPS, Darminto, dan Achmad Berganda dan PER signifikan pengaruhnya Husaini terhadap harga saham. Secara parsial, (Jurnal Administrasi hanya PER yang tidak berpengaruh Bisnis Universitas terhadap harga saham. Brawijaya, 2013) Artarina D.A Samoedra Multiple Linear From the simoultaneous test with F- dan Neneng Susanti Regression test it can be concluded that company (Jurnal Business financial performances Management, from ROA, ROE, and NPM effect on Universitas stock price. From the partial test Tarumanagara, with T-test it can be concluded that University Sains all ROA, ROE, and NPM variable Malaysia, November 6, partially 2014) (Berdasarkan effect on measured stock Uji price. simultan disimpulkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang diukur dari ROA, ROE, dan NPM berpengaruh pada harga saham. parsial ROA, Sedangkan ROE secara dan NPM berpengaruh terhadap harga saham. Christine Dwi Karya Single Linear Solvability and Profitability Susilawati (Jurnal Regression dan ROA) significantly influence Akuntansi Vol.4 No.2 Method stock 2012) prices. (Solvabilitas profitabilitas ROA berpengaruh signifikan harga saham). dan (DER dan DER terhadap 60 Nama Peneliti Metode Analisis Hasil Penelitian Data Faruq Ghozali (Jurnal Analisis Regresi Secara simultan ROA, EPS, dan Ilmiah Mahasiswa FEB Berganda DER mempengaruhi harga saham, secara parsial hanya ROA dan EPS Vol.1 No.2 2013) yang mempengaruhi harga saham. Lasmanah dan Vina Analisis Regresi Secara simultan Quick Ratio, Debt Dewinta Fitriani (Jurnal Berganda dan to Total Equity Ratio, Total Assets Ekonomi dan Bisnis Regresi Linear Turnover, dan Return On Assets Universitas Jenderal Sederhana berpengaruh signifikan terhadap Soedirman, November harga saham pada perusahaan Indeks 19, 2014 Bisnis27. Secara parsial Quick Ratio Feb.unsoed.ac.id) tidak berpengaruh terhadap harga saham sedangkan Debt to Total Equity Ratio, Total Asset Turnover dan Return On Assets berpengaruh terhadap harga saham Sri Zuliarni (Jurnal Analisis Regresi Terdapat pengaruh yang signifikan Aplikasi Bisnis Vol.3 Berganda antara ROA dan PER terhadap harga saham No.1, Oktober 2012) sedangkan DPR tidak berpengaruh terhadap harga saham Amir Haghiri dan Multivariable ROA dan ROE berpengaruh Soleyman Haghiri Regression signifikan terhadap return saham, (Journal of Basic and Patterns And kemudian Applied Scientific Delaying berpengaruh Research, 2012) Variable Models. terhadap return saham. Dyah Ayu Savitri (2011) Analisis Regresi PER dan NPM mempunyai pengaruh (eprints.undip.ac.id) Berganda yang financial leverage tidak signifikan signifikan terhadap return saham sedangkan ROA dan EPS tidak berpengaruh terhadap return saham 61 Nama Peneliti Metode Analisis Hasil Penelitian Data Farhan dan Ika (VALUE Analisis Regresi Secara simultan CR, DER, TAT, ADDED Vol.9 No.1 Berganda ROA dan PER berpengaruh terhadap September 2012 return saham. Sedangkan secara Februari 2013 parsial, menunjukkan ROA dan PER Jurnal.unimus.ac.id) mempunyai pengaruh signifikan terhadap return saham. Adapun CR, DER dan TAT tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap return saham Meri Arisandi (Jurnal Analisis Regresi Secara simultan ROA, DER, CR, Dinamika Manajemen Linear Berganda Inflasi dan kurs mempunyai Vol.2 No.1 Januari- pengaruh yang signifikan terhadap Maret 2014) return saham industry makanan dan minuman di BEI. Secara parsial ROA, Inflasi, Kurs mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham sedangkan variabel DER dan CR tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Nining Puji Astuti (2013) Analisis Regresi Pengaruh Earning Per Share (EPS), (repository.uin- Berganda Price Earning Ratio (PER), dan Debt suska.ac.id) to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dalam hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham baik secara parsial (uji t) maupun secara simultan (uji f) 62 Nama Peneliti Metode Analisis Hasil Penelitian Data Rio Malintan Analisis Regresi Variabel-variabel independen yang (Jurnal Ilmiah Berganda digunakan yaitu Current Ratio (CR), Mahasiswa FEB Vol.1 Debt to Equity Ratio (DER), Price No.1 2013) Earning Ratio (PER), dan Return On Asset (ROA) secara simultan tidak memberikan pengaruh terhadap return saham perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 20052010 2.15 Kerangka Pemikiran Pasar modal memiliki peran yang sangat penting bagi suatu Negara dimana pasar modal merupakan salah satu penggerak utama perekonomian suatu Negara karena melalui pasar modal perusahaan dapat memperoleh dana untuk melakukan kegiatan perekonomiannya. Definisi pasar modal menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 yaitu: “Pasar modal yaitu sebagai suatu kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.” Pasar modal adalah alternatif bagi pemilik modal (investor) untuk melakukan penanaman modal (investasi) jangka panjang. Menurut Sunariyah (2011:5) mendefinisikan investasi sebagai berikut : “Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang.” Investasi di pasar modal dapat memberikan keuntungan yang sangat besar apabila investor mampu mengambil keputusan yang tepat setiap saat dalam melakukan investasi. Dalam hal ini pasar modal memberikan kesempatan kepada 63 para investor untuk menentukan tingkat return yang diharapkan. Menurut Gitman (2012:311) pengertian return saham adalah: “The total gain or loss experienced on an investment over a given period of time, calculated by dividing the asset’s change in value plus any cash distributions during the period by it’s beginning of period investment value.” Artinya return saham atau tingkat pengembalian adalah tingkat pengembalian untuk saham biasa dan merupakan pembayaran kas yang diterima akibat kepemilikan suatu saham ditambah dengan perubahan harga pasar saham lalu dibagikan dengan harga saham pada saat awal investasi. Jadi return ini berdasar dari dua sumber yaitu pendapatan (dividend), capital gain dan perubahan harga pasar saham (capital gain/loss). Return saham yang diperoleh investor sangat berkaitan dengan harga saham karena untuk menghitungnya digunakan harga saham penutupan dan harga saham awal. Harga saham mempengaruhi tingkat keuntungan, semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh investor. Menurut Sunariyah (2011:1) mendefinisikan harga saham sebagai berikut: “Harga saham adalah harga selembar saham yang berlaku dalam pasar saat ini di bursa efek.” Harga saham dapat dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Pengertian analisis teknikal menurut Sunariyah (2011:166) menyatakan: “Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisa yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan.” Sedangkan mengenai pengertian analisis fundamental menurut Sunariyah (2011:166) sebagai berikut: “Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.” 64 Dalam analisis fundamental, proyeksi harga saham dilakukan dengan mempertimbangkan proyeksi prestasi perusahaan dimasa depan. Prestasi perusahaan yang dinilai dikaitkan dengan kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan. Kondisi fundamental mencerminkan kinerja variabelvariabel keuangan yang dianggap mendasar atau penting dalam perubahan harga saham. Para penganut analisis fundamental berasumsi bahwa apabila kondisi fundamental atau kinerja keuangan perusahaan semakin baik maka harga saham yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan dan berdampak pada return saham yang juga akan naik. Sebaliknya apabila terdapat berita buruk mengenai kinerja perusahaan maka akan menyebabkan penurunan harga saham dan return saham pada perusahaan tersebut. Kinerja perusahaan ini akan menjadi tolak ukur seberapa besar rasio resiko yang ditanggung investor. Untuk memastikan kinerja perusahaan tersebut dalam kondisi baik atau buruk dapat dilakukan dengan menggunakan analisis rasio yang dapat dilihat pada laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan merupakan salah satu sumber informasi yang sering digunakan oleh investor untuk mengambil keputusan. Berdasarkan angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan investor dapat mengetahui kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu. Menurut Fahmi (2012:2) kinerja keuangan adalah: “Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.” Ukuran analisis kinerja keuangan merupakan basis pada analisis fundamental. Analisis yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan adalah dengan analisis rasio. Rasio keuangan tersebut dikelompokkan kedalam lima rasio yaitu rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, aktivitas dan rasio pasar. Rasio-rasio keuangan tersebut digunakan untuk menjelaskan kekuatan dan kelemahan dari kondisi keuangan suatu perusahaan. 65 Rasio-rasio yang digunakan dalam penelitian ini meliputi rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas. Rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA). Menurut Harahap (2013:130) adalah: “Rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva”.” Sedangkan menurut Fahmi (2012:98), Return On Assets adalah rasio yang digunakan untuk melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan berdasarkan asset yang dimiliki. Semakin tinggi ROA berarti efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba melalui asetnya semakin baik. Hal ini dapat menjadi sinyal untuk berinvestasi. Semakin banyak permintaan saham, maka harga saham akan semakin mahal yang akan berdampak pada meningkatnya return saham yang diterima investor. Hal ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Arisandi (2014) yang menyimpulkan ROA mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Rasio lain yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga saham dan memberikan dampak pada return saham adalah Debt to Equity Ratio (DER). Menurut Kasmir (2012:157): “Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang dengan ekuitas rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh hutang termasuk hutang lancar dengan seluruh ekuitas.” Semakin tinggi DER menunjukkan semakin besar total hutang juga akan menunjukkan semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga tingkat resiko perusahaan akan semakin besar. Hal ini akan berdampak pada harga saham yang menurun sehingga return yang diterima investor akan menurun. Sehingga dalam hal ini terjadi hubungan berlawanan arah antara DER dengan harga maupun return saham. Penjelasan tersebut didukung oleh Rafique (2012) yang menyatakan DER memiliki pengaruh yang berlawanan arah serta signifikan terhadap return saham. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disusun bagan kerangka pemikiran sebagai berikut: 66 Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran Pasar Modal Investasi Analisis Fundamental Analisis Teknikal Penilaian Kinerja Keuangan Rasio Keuangan ROA DER Harga Saham Return Saham Keterangan: = Variabel yang diteliti = Variabel yang tidak diteliti 67 2.16 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: : Terdapat pengaruh kinerja keuangan yang diukur melalui Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap harga saham. : Terdapat pengaruh kinerja keuangan yang diukur melalui Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham : Harga Saham dapat memediasi hubungan antara kinerja keuangan yang diukur melalui Return On Assets (ROA) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return saham Gambar 2.2 Paradigma Penelitian Harga Saham (M) Kinerja Keuangan ROA (𝑋 ) DER (𝑋 ) Return Saham (Y)