analisis risiko investasi pada perusahaan perkebunan

advertisement
ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA
DINNA SABRIANI
A14104059
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
RINGKASAN
DINNA SABRIANI. Analisis Risiko Investasi Perusahaan Perkebunan
Kelapa Sawit Terpilih di Bursa Efek Indonesia. Di Bawah Bimbingan ANNA
FARIYANTI.
Minat masyarakat Indonesia terhadap investasi terutama pada pasar modal
semakin meningkat. Namun, dibandingkan dengan minat investasi masyarakat di
negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura, minat masyarakat
Indonesia terhadap investasi masih sangat rendah terutama investasi pada pasar
modal. Padahal, investasi pada pasar modal memiliki peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan pembangunan nasional. Salah satu sektor usaha yang penting
dalam meningkatkan pembangunan nasional saat ini yaitu sektor pertanian. Hal ini
terlihat dari kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto yang
terus meningkat setiap tahunnya dan memberikan konstribusi yang cukup besar
dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.
Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan bagian dari pertanian,
yang pada dasarnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Pertumbuhan pada sub sektor perkebunan terus diarahkan pada peningkatan
ekspor komoditi perkebunan sekaligus sumber devisa negara. Departemen
Pertanian (2006) menunjukkan, hingga saat ini salah satu komoditas perkebunan
yang memperlihatkan peranan dalam peningkatan nilai ekspor yang cukup
memuaskan adalah kelapa sawit.
Dalam penelitian ini perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit yaitu PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
(BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI). Nilai harga saham yang berfluktuasi pada perusahaan perkebunan kelapa
sawit terpilih menyebabkan para investor harus lebih memperhatikan tingkat
risiko yang akan dihadapi dalam pengambilan keputusan dimana mereka akan
menanamkan dana yang mereka miliki. Maka masalah dalam penelitian ini
adalah: bagaimana tingkat risiko (Value at Risk) yang akan ditanggung oleh
investor dalam berinvestasi pada saham-saham perusahaan perkebunan kelapa
sawit?
Penelitian ini menggunakan serial data time series harga penutupan saham
harian perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih yang terdaftar dari tanggal 1
Januari 2005 sampai 29 Februari 2008. Perusahaan yang dipilih adalah perusahaan
yang termasuk dalam perhitungan Indeks LQ 45. Data yang dikumpulkan
kemudian diolah dengan menggunakan paket program Microsoft Excel, Minitab
14 dan Eviews 4.1. Analisis grafik pergerakan harga saham dan return dilakukan
dengan plot grafik time series untuk melihat kecenderungan data. Untuk
meramalkan tingkat risiko yang ditanggung investor (Value at Risk-VaR)
diramalkan dengan pendekatan ARCH-GARCH.
Ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih memiliki pergerakan
harga saham yang berbeda-beda tergantung dari kapitalisasi pasar dan likuiditas
saham perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. PT Bakrie Sumatra Plantation
Tbk (BSP) memiliki kapitalisasi pasar yang cukup tinggi sehingga perusahaan ini
memiliki kesempatan untuk mengalami fluktuasi pergerakan harga saham yang
tinggi. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki kapitalisasi pasar lebih
rendah dari PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), sehingga kesempatan
untuk mengalami fluktuasi pergerakan tidak setinggi PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP). PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki kapitalisasi
pasar tertinggi dibandingkan kedua perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya.
Ketiga perusahaan ini cukup aktif diperdagangkan setiap harinya sehingga
pergerakan harganya menjadi fluktuatif.
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki fluktuasi pergerakan
return yang lebih tinggi dibandingkan kedua perusahaan kelapa sawit terpilih
lainnya. Pergerakan return perusahaan berfluktuasi sangat cepat karena saham
perusahaan ini memiliki harga saham yang rendah sehingga sering menjadi
sasaran investor yang ingin mendapatkan return dalam periode investasi jangka
pendek (1 hari). PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI) memiliki penurunan fluktuasi pergerakan return. Hal ini
berarti kedua perusahaan akan menunjukkan pola pergerakan harga yang stabil
pada periode yang akan datang. Kestabilan ini disebabkan oleh kondisi internal
perusahaan yang baik.
Tingkat risiko tertinggi dimiliki oleh saham PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA). Hal ini disebabkan oleh investor yang pesimis terhadap PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA) karena masih memiliki beban hutang yang tinggi,
memiliki lahan kelas tiga, dan faktor cuaca yang kering di daerah Lampung
sehingga dapat menghambat produktivitas kelapa sawit. Investor dengan kategori
risk seeker akan meminati saham perusahaan ini.
Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki tingkat risiko yang
terendah karena fundamental perusahaan yang kuat dalam pengembangan
usahanya yaitu kapasitas produksi, penjualan dan volume ekspor perusahaan yang
tinggi dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Investor dengan kategori risk
neutral dan risk averse akan meminati saham perusahaan ini.
Tingkat risiko saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) menempati
urutan tertinggi kedua setelah saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
Saham PT Astra Agro Lestari (AALI) dianggap lebih menarik dari saham PT
Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) karena kondisi internal perusahaan yang
cenderung telat berekspansi dan masih memiliki beban hutang. Tetapi setelah
masalah tersebut teratasi, trend PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) terus
meningkat dan memberikan prospek yang cerah bagi para investor.
Ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih masih dapat berharap
banyak untuk mendapatkan sumber modal dari pasar modal. PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI) harus dapat meningkatkan kinerja perusahaannya baik berupa
kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan volume ekspornya untuk
mempertahankan minat investor untuk berinvestasi pada perusahaannya terutama
dalam jangka panjang. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) sebaiknya
memperkuat fundamental perusahaan dengan pengelolaan profit, pembibitan,
pemrosesan hasil produksi dan pemasarannya. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
(BSP) sebaiknya tidak hanya bergantung pada kondisi harga CPO (Crude Palm
Oil) yang sedang naik tetapi juga meningkatkan kinerja perusahaannya.
ANALISIS RISIKO INVESTASI PADA PERUSAHAAN PERKEBUNAN
KELAPA SAWIT TERPILIH DI BURSA EFEK INDONESIA
DINNA SABRIANI
A14104059
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS
DEPARTEMEN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008
Judul Skripsi : Analisis Risiko Investasi Perusahaan Perkebunan Kelapa
Sawit Terpilih di Bursa Efek Indonesia
Nama
: Dinna Sabriani
NRP
: A14104059
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS
NIP. 131 918 115
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus Ujian:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA
PERGURUAN
TINGGI
MEMPEROLEH
GELAR
ATAU
LEMBAGA
AKADEMIK
MANAPUN
TERTENTU,
DAN
UNTUK
SAYA
MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI TIDAK MENGANDUNG BAHANBAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN
KECUALI
SEBAGAI
BAHAN
RUJUKAN
YANG
TELAH
DINYATAKAN DALAM NASKAH DAN DICANTUMKAN DALAM
DAFTAR PUSTAKA PADA BAGIAN AKHIR SKRIPSI INI.
BOGOR, MEI 2008
DINNA SABRIANI
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, pada tanggal
28 November 1985 di Pekanbaru, Riau. Orang tua penulis adalah Bapak Junison
Zaib dan Ibu Rilanadia.
Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD Cendana Rumbai pada tahun
1998, kemudian melanjutkan ke SLTP Cendana Rumbai dan pada tahun
terakhirnya di tingkat SLTP penulis pindah ke SLTP Cendana Duri dan lulus di
sekolah tersebut pada tahun 2001. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan
pendidikannya ke SMU 68 Jakarta dan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2004,
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor, jurusan Manajemen Agribisnis
melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam Himpunan Profesi
MISETA Sosial Ekonomi Pertanian IPB sebagai staf Departemen Public Relation
dan aktif dalam Organisasi Pers dan Jurnalistik, Gema Almamater IPB sebagai
staf divisi kerjasama dan periklanan. Selain itu, penulis juga aktif dalam
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Fakultas Pertanian sebagai
Bendahara Umum.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis diberi kemudahan
dan kelancaran dalam menyusun skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian
tentang risiko investasi perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih di Bursa Efek
Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para
investor di Bursa Efek Indonesia dan pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan
investasi saham perusahaan perkebunan kelapa sawit di Bursa Efek Indonesia.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:
1. Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas
kesabaran, saran dan masukannya dalam penyusunan skripsi.
2. Ir. Lusi Fausia, MEc selaku dosen penguji utama.
3. Bapak Rahmat Yanuar, SP, Msi selaku dosen penguji wakil departemen.
4. Seluruh dosen dan staf Program Studi Manajemen Agribisnis.
5. Orangtua, Ir. Junison Zaib, MT dan Rilanadia, yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis dalam penyusunan skripsi.
6. Kakak-kakak, Drg. Farah Fitrianie, Dilla Sabrina, SKG dan adik-adik,
Adlynanda Al-fattah, dan Muhammad Cipta Suhada, atas motivasi, doa
dan semangatnya.
7. Letda czi Septian Hermawan Saputra dan keluarga atas dukungan,
perhatian, dan kasih sayangnya.
8. Rikola Fedri, Ssi yang meluangkan waktu untuk berdiskusi.
9. Dokter Iwan atas ilmu dan masukannya dalam dunia investasi saham.
10. Rizka Karlina P, Silmy Amalia, F. Mega Mulianti, Rifa’atul Amalia, Utari
Evy, Gerry Gusta. B, atas masukan, semangat, dan dukungannya.
11. Medina Rachma, SP atas kritikan, masukan dan kesediaannya menjadi
pembahas.
12. Nia Rosiana, Sri Maryati, dan rekan-rekan sebimbingan atas dukungannya.
13. Novie Illya Sasanti, Muthia Aziza, Istinan Yang Suzatmika, Defni Feifi,
Difna Zistra, atas suasana hangat yang tercipta saat penyusunan skripsi.
14. Rekan-rekan Manajemen Agribisnis ’41
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar. Saran dan
pertanyaan dapat dikirimkan melalui e-mail, [email protected]. Terima
kasih.
Bogor, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..................................................................................................
i
DAFTAR TABEL.........................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................
vi
I. PENDAHULUAN....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................
1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................
9
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………
10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………………………….
10
II. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….....
11
2.1 Pasar Modal di Indonesia………………………………………………..
11
2.1.1
Sejarah Bursa Efek Indonesia…………………………………...
13
2.1.2
Kinerja BEI Tahun 2007………………………………………...
15
2.1.3
Aktivitas BEI Tahun 2007………………………………………
18
2.1.4
Langkah Strategis BEI Tahun 2008……………………………..
21
2.1.5
Transaksi di Bursa Efek Indonesia………………………………
21
2.1.6 Persyaratan Pencatatan Emiten di Bursa Efek Indonesia..............
24
2.1.6 Indeks LQ45……………………………………………………..
26
2.2 Peran Pasar Modal dalam Pengembangan Agribisnis Perkebunan
Kelapa Sawit Indonesia………………………………………………….
28
2.3 Saham sebagai Instrumen Pasar Modal…………………………………
31
2.3.1
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran
Saham……………………………………………………………
33
2.4 Investasi di Indonesia……………………………………………………
34
2.5 Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal……………………………
35
2.6 Tinjauan PenelitianTerdahulu…………………………………………...
37
III. KERANGKA PEMIKIRAN…………………………………………..
39
Kerangka Pemikiran Teoritis……………………………………………
39
3.1.1
Risiko Investasi………………………………………………….
39
3.1.2
Pemodelan Volatilitas Time Series Univariate …………………
41
3.1.3 ARCH Error.……………………………………………………
43
3.1.4
Mean Process …………………………………………………...
43
3.1.5
Variance Process ……………………………………………….
44
3.1.6
Metode Peramalan Box-Jenkins (Model ARIMA)......................
45
3.1.7
Model ARCH/GARCH …….…………………………………...
46
3.1.8
Value at Risk (VaR)……………………………………………..
49
Kerangka Pemikiran Operasional……………………………….............
50
IV. METODE PENELITIAN……………………………………………..
52
Lokasi Penelitian………………………………………………………..
52
Jenis dan Pengumpulan Data…………………………………………....
52
Pengolahan dan Analisis Data…………………………………………..
54
Peramalan Tingkat Risiko Investasi (Value at Risk-VaR)……………….
54
Model ARCH/GARCH Perusahaan Kelapa Sawit di Bursa Efek
Indonesia………………………………………………………...
55
Peramalan Ragam……………………………………………….
60
Perhitungan Value at Risk (VaR)………………………………..
61
Definisi Operasional…………………………………………………….
62
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN………………………………
66
5.1 Profil Perusahaan………………………………………………………..
66
5.1.1
PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (BSP)……………………...
66
5.1.2
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………….
67
5.2.3 PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………..
68
5.2 Pergerakan Harga Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Terpilih......................................................................................................
69
VI.TINGKAT RISIKO INVESTASI………………………………….....
76
6.1 Pergerakan Data Return Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih.
76
6.2 Peramalan Tingkat Risiko Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Terpilih......................................................................................................
6.3 Tingkat Risiko Perkebunan Kelapa sawit Terpilih...................................
78
VII. KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………….
89
7.1 Kesimpulan…………………………………………………………….
89
7.2 Saran……………………………………………………………………
89
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
91
LAMPIRAN………………………………………………………………...
94
83
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1 Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2006..............................
4
2 Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Periode
2003-2006……………………………………………........................
5
3 Pertumbuhan Penerimaan Perusahaan-Perusahaan Kelapa Sawit
Periode 2003-2006…...........................................................................
8
4 Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa Efek Indonesia.........................
22
5 Jam Perdagangan di Bursa Efek Indonesia……..................................
23
6 Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal...................................
37
7 Ringkasan Data Pengembalian Saham Perusahaan Kelapa
Sawit……………………………………….........................................
77
8 Model ARCH-GARCH Terbaik Perusahaan Kelapa Sawit….............
81
9 Uji Kenormalan Galat Terbakukan…………………………………..
82
10 Besar Risiko untuk Berbagai Lamanya Investasi pada Saham
Perusahaan Kelapa Sawit Terpilih…………………………………...
84
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1 Harga Penutupan Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Terpilih (Februari 2008)………………………………………….......
7
2 Proses Transaksi Saham di BEI...........................................................
24
3 Sikap Pemodal terhadap Tingkat Risiko yang Dihadapi…..................
40
4 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................................
51
5 Pergerakan Waktu Harga Penutupan Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)........................................................................
72
6 Pergerakan Waktu Harga Penutupan Saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
73
7 Pergerakan Waktu Harga Penutupan Saham PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI)..........................................................................................
8 Plot Deret Waktu Return PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP),
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI)……………………………..................................
74
76
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
Halaman
Daftar Perusahaan Tercatat yang Masuk dalam Perhitungan Indeks
LQ 45..................................................................................................
94
2
Laporan Keuangan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)……...
95
3
Laporan Keuangan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)...............
96
4
Laporan Keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).....................
97
5
Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)..........................................................................
98
Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)........................................................................
98
Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI).........................................................................................
98
Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)……………………………………………......
99
Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
99
Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI).........................................................................................
99
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)……………………………………………......
100
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung
Tbk (TBLA)…………………………………………………………
100
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI)…………………………………………………………
100
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP) yang telah di differencing……………………
101
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung
Tbk (TBLA) yang telah di differencing……………………………..
101
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI) yang telah di differencing……………………………...
101
Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………………
102
Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
103
Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI)………………………………………………….
104
Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)..........................................................................
105
Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
106
Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI).........................................................................................
107
Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)…………………………………….
108
Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
108
Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………………………
109
Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………………
110
Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
110
Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI)………………………………………………….
110
Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT
Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………
111
Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
111
Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………………………
111
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP).......................................................................
112
Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)………………………………………………
113
Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI)………………………………………………….
114
Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)………………………………………
115
Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA)………………………………………...
115
Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI)……………………………………………
116
Tabel Hasil Peramalan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
(BSP)...................................................................................................
117
Tabel Hasil Peramalan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA)................................................................................................
118
Tabel Hasil Peramalan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)...
119
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kenyataan yang ada saat ini bahwa minat masyarakat Indonesia terhadap
investasi terutama pada pasar modal semakin meningkat. Namun dibandingkan
dengan minat investasi masyarakat di negara-negara tetangga seperti Malaysia dan
Singapura, minat masyarakat Indonesia terhadap investasi masih sangat rendah
terutama investasi pada pasar saham. Mengutip data Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) tahun 2007, jumlah pemodal yang ikut membeli saham emiten
di Bursa Efek Indonesia (BEI) baru sekitar 300.000 atau baru 0,1% dari jumlah
penduduk. Jumlah ini tidak mengalami perubahan sedikit pun dibanding sepuluh
tahun silam. Di Malaysia, jumlah pemodal sekitar 3 juta atau 14% dari jumlah
penduduk dan di Singapura sekitar 1,3 juta atau 30% dari penduduk (Dorimulu,
2007).
Potensi pemodal masih sangat besar. Saat ini ada sekitar 81,5 juta
pemegang rekening bank dengan total simpanan sekitar Rp 1.300 triliun. Dari
jumlah itu, ada sekitar 1,4 juta rekening dengan jumlah simpanan di atas Rp 100
juta dan 1,1 juta rekening dengan simpanan di atas Rp 50 juta tapi kurang dari Rp
100 juta. Berdasarkan data ini, ada sekitar 2,5 juta rekening yang bisa digarap
untuk masuk pasar modal. Jika 30% adalah rekening ganda yang dimiliki satu
orang, potensi pemodal masih sekitar 1,7 juta orang. Dana milik para pemodal ini
mencapai Rp 1.000 triliun (Dorimulu, 2007).
Investasi merupakan indikator yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Investasi dapat dikatakan mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi apabila investasi tersebut digunakan untuk melakukan pembiayaan pada
sektor riil sehingga apabila sektor riil telah berkembang dengan baik maka output
nasional akan meningkat (Mustikaati, 2007).
Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan
ekonomi Indonesia, dimana pasar modal berperan sebagai lembaga intermediasi
dana dari pihak pemilik dana kepada pihak yang membutuhkan dana. Intermediasi
tersebut dapat meningkatkan produktivitas perekonomian melalui aktivitas
investasi. Pasar modal merupakan bagian dari perekonomian di banyak negara.
Dengan diberlakukannya kebijakan perekonomian terbuka, pasar bebas dan
perkembangan teknologi yang pesat, investor akan menjadi mudah mengakses
pasar modal di seluruh dunia. Fakta menunjukkan bahwa pasar modal merupakan
salah satu indikasi perkembangan perekonomian suatu negara sehingga
membuktikan betapa pentingnya pasar modal di suatu negara (Setyastuti, 2004).
Salah satu indikator dari pasar modal adalah instrumen saham. Apabila
harga saham meningkat maka mengindikasikan terjadinya pertumbuhan yang
positif dari pasar modal. Perkembangan yang positif dari pasar modal akan
meningkatkan sumber modal dalam negeri. Apabila sumber modal dalam negeri
meningkat maka diharapkan akan meningkatkan perekonomian negara.
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
2008 sebesar 6,8 persen. Pada tahun 2007, pemerintah memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,3 persen namun hampir semua pihak
pengamat ekonomi mengatakan pertumbuhan ekonomi yang realistis sebesar 6,1
persen. Artinya, pemerintah perlu bekerja ekstra keras untuk merealisir proyeksi
sebesar 6,3 persen tersebut. Pada tahun 2008, pemerintah memproyeksikan
pertumbuhan ekonomi relatif lebih tinggi dari tahun 2007 padahal hampir semua
konvergensi dan proyeksi pada tahun 2008 berada pada 6,5 – 6,6 persen. Terdapat
faktor risiko yang dapat menyebabkan menurunnya pertumbuhan ekonomi
sehingga proyeksi yang diharapkan tidak tercapai. Faktor itu adalah risiko yang
berasal dari pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan cukup intensif akan
mengalami penurunan pada tahun 2008. Pembangunan dalam sektor pertanian
biasanya sangat dipengaruhi oleh perkembangan pertumbuhan ekonomi dunia 1
(Menteri Keuangan, 2007).
Pembangunan sektor pertanian merupakan hal yang penting dalam
meningkatkan pembangunan nasional saat ini. Hal ini terlihat pada Tabel 1
mengenai kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto yang terus
meningkat setiap tahunnya. Selain itu, sektor pertanian juga memberikan
konstribusi yang cukup besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya.
1
www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2007/03/28/1680.html diakses tanggal 11 Februari 2008
Tabel 1.
Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan
2000 menurut Lapangan Usaha Tahun 2002-2006 (Miliar Rupiah)
Lapangan Usaha
Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, dan
Perikanan
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, dan Air
Bersih
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Real Estate
dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
2002
231.613,5
2003
240.387,3
(3,8)
2004
247.163,6
(2,8)
2005
253.726,0
(2,6)
2006
261.296,8
(3,0)
169.932,0
167.603,8
(-1,4)
441.754,9
(5,3)
10.349,2
(4,9)
89.621,8
(6,1)
256.516,6
(5,4)
85.458,4
(1,22)
140.374,4
(0,67)
145.104,9
(0,44)
160.100,5
(-4,5)
469.952,4
(6,4)
10.897,6
(5,3)
96.334,4
(7,5)
271.142,2
(5,7)
96.896,7
(1,34)
151.123,3
(0,77)
152.906,1
(0,54)
165.085,4
(3,1)
491.421,8
(4,6)
11.584,1
(6,3)
10.483,7
(-8,91)
293.877,2
(8,4)
109.467,1
(1,30)
161.384,3
(0,68)
160.626,5
(0,50)
168.729,9
(2,2)
514.192,2
(4,6)
12.263,6
(5,9)
12.762,2
(21,73)
311.903,5
(6,1)
124.399,0
(1,36)
170.495,6
(0,56)
170.612,1
(0,62)
419.387,8
9.868,2
84.469,8
243.266,6
76.173,1
131.523,0
138.982,4
Catatan : Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2007 (Angka diolah)
Hingga kini pertanian telah menunjukkan hasil yang positif. Hal tersebut
tercermin dengan adanya peningkatan volume produksi, peningkatan permintaan
atas komoditas pertanian dan peningkatan devisa negara dari hasil-hasil pertanian.
Kebijakan pemerintah dengan menjadikan pertanian sebagai leading sector adalah
tepat dalam upaya meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai pada pembangunan
sebelumnya. Pembangunan sub sektor perkebunan merupakan bagian dari
pertanian, yang pada dasarnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional.
Pertumbuhan pada sub sektor perkebunan terus diarahkan pada peningkatan
ekspor komoditi perkebunan sekaligus sumber devisa negara (Hassan, 2002).
Departemen Pertanian (2006) menunjukkan, hingga saat ini salah satu
komoditas perkebunan yang memperlihatkan peranan dalam peningkatan nilai
ekspor yang cukup memuaskan adalah kelapa sawit. Pada Tabel 2 dapat dilihat
bahwa kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan dengan persentase paling
tinggi volume dan nilai ekspornya dibandingkan dengan komoditi perkebunan
lainnya pada periode 2003 – 2006.
Tabel 2. Volume Ekspor dan Nilai Ekspor Komoditi Perkebunan Periode
2003-2006 (dalam miliar)
Komoditi
Karet
Kelapa
Sawit
Bahan
dari Karet
Produk
dari
Kapas
Tembakau
dan
Rokok
2003
Volume Nilai
1,650
1,465
7,821
2,764
0,278
0,527
0,121
0,275
0,025
0,146
2004
Volume
Nilai
1,866
2,164
(13,07)
(47,71)
10,967
4,030
(40,23)
(45,8)
0,318
0,647
(14,52)
(22,83)
0,101
0,272
(-16,1)
(-1,19)
0,033
(29,74)
0,166
(13,35)
2005
Volume
Nilai
2,024
2,584
(8,51) (19,38)
13,131
4,430
(19,72)
(9,93)
0,344
0,799
(8,05) (23,32)
0,095
0,236
(-5,72) (-13,2)
2006
Volume
Nilai
1,738
3,309
(-14,12)
(28,07)
10,609
3,699
(-19,19)
(-16,52)
0,283
0,728
(-17,6)
(-8,93)
0,077
0,205
(-18,8)
(-15,25)
0,041
(24,32)
0,033
(-19,77)
0,216
(29,91)
0,175
(-19,03)
Catatan: Angka dalam kurung menunjukkan nilai dalam persen
Sumber: Departemen Pertanian, 2007 (angka diolah)
Pengembangan agribisnis perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu
langkah yang diperlukan sebagai kegiatan pembangunan sub sektor perkebunan
dalam rangka revitalisasi sektor pertanian. Kelapa sawit merupakan salah satu
produk perkebunan yang memiliki nilai tinggi dan industrinya termasuk padat
karya. Harga Crude Palm Oil (CPO) yang positif selama beberapa tahun ke
depan menjadi sebuah prospek pengembangan perusahaan yang baik bagi kinerja
perusahaan
ke
depan.
Prospek
dari
sektor
tersebut
diharapkan
tetap
menguntungkan karena positifnya trend harga dan permintaan yang berlaku. Pada
tahun 2007 realisasi harga Crude Palm Oil (CPO) stabil pada US$ 750 per ton,
sedangkan tahun sebelumnya hanya mencapai US$ 505 per ton 2 . Namun, sifat
dasar komoditi bisnis kelapa sawit telah dikenali adanya volatilitas harga yang
dapat mengakibatkan ketidakstabilan marjin dan arus kas sepanjang waktu.
2
Sigit Wibowo dan Danang Murdjono. 2008. Penguatan Saham Sampoerna Agro akan Bertahan.
www.sinarharapan.co.id diakses tanggal 13 Januari 2008
Karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai risiko berinvestasi di
perusahaan perkebunan kelapa sawit ini. Sehingga hasil penelitian ini nantinya
diharapkan bisa menjadi pertimbangan bagi para investor yang ingin berinvestasi
pada saham perusahaan-perusahaan agribisnis khususnya perusahaan perkebunan
kelapa sawit.
1.2
Perumusan Masalah
Semakin berkembangnya pasar modal di Indonesia membuat para investor
terdorong untuk menggunakan dana miliknya pada transaksi arus modal dengan
memanfaatkan keberadaan Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia
diharapkan sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi pasar modal guna
bersaing dengan bursa luar negeri.
Dalam melakukan kegiatan investasi para investor akan menemukan unsur
ketidakpastian atau risiko. Investor tidak mengetahui secara pasti apa hasil yang
akan terjadi dari investasi yang dilakukannya. Semakin besar tingkat keuntungan
yang mungkin didapat dari investasi yang dilakukan, semakin besar pula risiko
yang mungkin dihadapi. Pasar modal memberikan beragam pilihan investasi yang
sesuai dengan preferensi risiko para investor. Dalam jangka panjang, para investor
mendapatkan kesempatan memperoleh deviden yang berkaitan erat dengan kinerja
perusahaan. Dalam jangka pendek, para investor mendapatkan kesempatan
memperoleh capital gain. Capital gain adalah selisih positif antara kurs beli dan
kurs jual. Tetapi, tidak selamanya investor akan memperoleh capital gain.
Mungkin saja suatu saat investor akan mengalami kerugian berupa selisih negatif
antara kurs beli dan kurs jual yang disebut dengan capital loss.
Dalam penelitian ini perusahaan yang akan diteliti adalah perusahaanperusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih yaitu PT Bakrie Sumatra Plantation
Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI).
Nilai harga saham pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih
memegang peranan penting bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk
berinvestasi pada suatu saham tertentu. Naik turunnya harga saham seperti yang
disajikan pada Gambar 1, menyebabkan para investor harus lebih memperhatikan
tingkat risiko yang akan dihadapi dalam pengambilan keputusan dimana mereka
akan menanamkan dana yang mereka miliki. Tingkat risiko yang terdapat pada
perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih merupakan gambaran ketidakpastian
yang akan ditanggung para investor jika menanamkan modalnya pada saham
perusahaan yang dipilih investor tersebut. Hal ini akan menjawab pertanyaan
dimana seorang investor akan menanamkan modalnya. Investor dapat menentukan
sikapnya kapan dalam posisi membeli, menjual atau hanya menunggu dan melihat
saja (wait and see).
TBLA
UNSP
2650
640
2600
35000
34000
33000
32000
31000
30000
29000
28000
27000
26000
620
2550
2500
600
2450
580
2400
2350
560
2300
540
2250
520
2200
1 2 3 4
5 6
7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
UNSP
AALI
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
TBLA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
AALI
Gambar 1. Harga Penutupan Saham Perusahaan Perkebunan
Kelapa Sawit Terpilih (Februari 2008).
Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa minggu pertama bulan Februari 2008
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan harga penutupan
saham harian. Namun, pada periode selanjutnya, perusahaan-perusahaan tersebut
kembali mengalami kenaikan dengan tingkat kenaikan yang berbeda-beda. PT
Bakrie Sumatera Plantation Tbk dan PT Astra Agro Lestari Tbk mengalami
fluktuasi dengan trend meningkat. Namun PT Tunas Lampung Tbk berfluktuasi di
sekitar harga 570-590. Hal ini menunjukkan bahwa harga saham perusahaanperusahaan tersebut hampir selalu berfluktuasi dari hari ke hari dan akan
mempengaruhi keputusan investasi para investor pada perusahaan-perusahaan
kelapa sawit terpilih.
Perkembangan perusahaan-perusahaan kelapa sawit terpilih mengalami
fluktuasi sepanjang tahun 2002 – 2006 . Terlihat dari penerimaan kotor masingmasing perusahaan yang mengalami fluktuasi
setiap tahunnya. PT Bakrie
Sumatera Plantation Tbk mengalami peningkatan pertumbuhan penerimaan yang
cukup tinggi pada tahun 2004 namun mengalami penurunan pada tahun 2005.
Pada tahun 2006 perusahaan tersebut menunjukkan peningkatan pertumbuhan
yang cukup baik. Berbeda dengan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk yang selalu
mengalami pertumbuhan penerimaan, PT Tunas Baru Lampung Tbk mengalami
penurunan penerimaan pada tahun 2006. Hal serupa juga terjadi pada PT Astra
Agro Lestari Tbk pada tahun 2005. Pertumbuhan penerimaan perusahaanperusahaan kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pertumbuhan Penerimaan Perusahaan-perusahaan Kelapa Sawit
Periode 2003-2006 (dalam persen)
Nama Perusahaan
2003 2004 2005 2006
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk
27,80 52,32 26,83 33,66
PT Tunas Baru Lampung Tbk
14,19 66,44 2,49 -2,18
PT Astra Agro Lestari Tbk
25,19 36,54 -2,93 11,48
Sumber: www.idx.co.id diakses tanggal 25 Februari 2008
Dari segi fundamental perkembangan perusahaan-perusahaan kelapa sawit
menunjukkan kinerja yang baik. Dari segi keuangan (Lampiran 2, 3, dan 4),
perusahaan-perusahaan ini selalu menunjukkan penerimaan yang positif
sedangkan pertumbuhan penerimaannya tidak selalu meningkat. Kondisi ini
menjadi hal yang dilematis bagi investor untuk membuat keputusan berinvestasi
pada saham perusahaan-perusahaan kelapa sawit tersebut. Dengan adanya
masalah yang dihadapi industri kelapa sawit saat ini ke depannya akan
mempengaruhi investasi saham perusahan-perusahaan kelapa sawit di pasar modal
saat ini.
Berbagai masalah yang dihadapi industri kelapa sawit di atas akan menjadi
risiko yang harus dihadapi oleh investor jika ingin berinvestasi pada perusahaanperusahaan kelapa sawit. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan sebelumnya,
maka masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana tingkat risiko (Value at Risk)
yang akan ditanggung oleh investor dalam berinvestasi pada saham-saham
perusahaan perkebunan kelapa sawit?
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Menggambarkan perkembangan return beberapa perusahaan perkebunan
kelapa sawit terpilih di Bursa Efek Indonesia.
2. Menganalisis risiko investasi (Value at Risk) pada saham-saham perusahaan
perkebunan kelapa sawit terpilih di Bursa Efek Indonesia.
1.4
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Masyarakat umum dan para praktisi di pasar modal sebagai acuan dalam
menjalankan investasi di pasar modal.
2. Para investor agar memahami tingkat risiko yang akan ditanggung dalam
berinvestasi.
3. Para akademisi, agar dapat menarik minat para peneliti untuk menelaah
perdagangan saham secara lebih mendalam.
4. Pemerintah dan pengelola pasar modal untuk bertindak aktif mengatasi
permainan saham di pasar modal.
5. Perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih serta pesaing
perusahaan-perusahaan tersebut yang diteliti oleh peneliti.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah saham-saham perusahaan perkebunan
kelapa sawit terpilih yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memenuhi
kriteria perhitungan Indeks LQ45 dan terbatas pada tiga saham yaitu saham PT
Bakrie Sumatra Plantations Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA),
dan PT Astra Agro Lestari (AALI).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pasar Modal di Indonesia
Pasar modal adalah (1) suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang baik
utang maupun modal sendiri diperdagangkan. Dana-dana jangka panjang yang
merupakan utang biasanya berbentuk obligasi, sedangkan dana jangka panjang
yang merupakan modal sendiri biasanya berbentuk saham. Pada umumnya saham
diperdagangkan di pasar modal adalah saham biasa. Di samping itu, ada pula yang
disebut dengan saham preferen. (2) Kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkan serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek (pasal 1 ayat 13 UU No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal).
Pasar modal merupakan tempat bertemunya permintaan dan penawaran
dana jangka panjang (long-term financial assets). Pihak penawar terdiri dari
lembaga-lembaga keuangan dan masyarakat umum yang mempunyai kelebihan
dana di atas kebutuhannya sehingga dana ini dapat disalurkan kepada pihak ketiga
dalam kurun waktu tertentu. Kurun waktu tersebut dapat berjangka pendek atau
panjang. Selanjutnya dana ini oleh pemiliknya dapat disalurkan dalam bentuk
partisipasi sebagai modal saham atau sebagai pinjaman berupa obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta sebagai pihak peminta
dana (Iskandar, 2006). Perusahaan yang menawarkan sahamnya kepada publik
bertujuan untuk memperoleh dana dari masyarakat penanam modal (investor)
dengan alasan-alasan tertentu seperti untuk ekspansi usaha, mengakuisisi
perusahaan lain, dan membayar hutang.
Menurut Hakim, ada beberapa aspek yang mendukung perlunya pasar
modal yang efisien. Pertama, pasar modal membuat sistem dan keuangan dan
perekonomian suatu negara menjadi stabil. Banyak negara yang mengalami
ketergantungan yang amat sangat terhadap kebutuhan modal untuk membiayai
defisit neraca perdagangan dan untuk membelanjai pembangunan industri,
contohnya Indonesia. Krisis ini tidak hanya menciptakan ketidakstabilan dalam
negeri peminjam juga menghentikan prospek pertumbuhan negara itu. Kehadiran
pasar modal yang kuat akan sangat mengurangi masalah-masalah ini dengan
memperkecil rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan membuat
para peminjam tidak mudah goncang akibat fluktuasi dan tingginya tingkat suku
bunga.
Kedua, pasar modal yang efisien membantu meningkatkan pertumbuhan
dan kesempatan kerja. Pasar modal menawarkan banyak kombinasi risiko dan
imbalan kepada investor. Hal ini pada akhirnya akan membantu kenaikan jumlah
investasi yang akan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. Selain itu pasar
modal juga menyediakan pembelanjaan bagi perusahaan yang pada akhirnya akan
menambah lebih banyak lapangan kerja dan inovasi.
Ketiga, pasar modal membantu distribusi pemilikan saham di kalangan
masyarakat luas, pasar modal menjamin bahwa pemilikan perusahaan tidak
terbatas atau hanya terkonsentrasi pada sekelompok tertentu. Setiap investor
mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam rangka pemilikan saham,
sehingga hal ini akan membantu usaha pemerataan hasil pembangunan, juga dapat
menurunkan tingkat kesenjangan sosial.
Keempat, pasar modal meningkatkan efisiensi perekonomian. Dengan
pembentukan harga saham adalah merupakan salah satu fungsi pasar modal dalam
meningkatkan efisiensi perekonomian. Kelima, pasar modal melicinkan jalan
masuk modal internasional, para investor asing (baik pemodal langsung maupun
pemodal portofolio) akan terdorong dan tertarik pada pasar modal yang efisien
dan likuid karena mereka lebih menyukai investasi di negara-negara dimana
mereka merupakan pelengkap bukan sebagai pengganti dana domestik (Hartono,
2001).
2.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah
Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan ke II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan
berbagai kondisi yang menyebabkan bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana
mestinya. Tahun 1914 -1918, Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia
I. Dan baru pada tahun 1925-1942 Bursa Efek di Jakarta di buka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Namun, pada awal tahun 1939,
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup karena adanya isu politik.Tahun
1942, Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali karena adanya Perang Dunia II.
Tahun 1952, Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan
Menteri keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Pada saat itu instrumen
yang diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950).
Pada tahun 1956, Bursa Efek semakin tidak aktif karena adanya program
nasionalisasi perusahaan Belanda. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan
kembali pasar modal pada tahun 1977. Tepat pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa
Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah
BAPEPAM (Badan Pengawas Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati
sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai
dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Beberapa tahun
kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif
dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Seperti pada tanggal 16 Juni 1989,
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta diswastakan dan
BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini
diperingati sebagai HUT BEJ. Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak
baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ meluncurkan Jakarta Automated Trading System
(JATS), sebuah sistem perdagangan otomasi yang menggantikan sistem
perdagangan manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham
dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair
dan transparan dibanding sistem perdagangan manual.
Pada tahun 2000, Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading)
mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Pada tahun 2002 BEJ mulai
mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Dan pada tahun
2007, Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) 3 .
2.1.2 Kinerja BEI tahun 2007
Tahun 2007 merupakan tahun yang bersejarah bagi Pasar Modal
Indonesia, dengan telah selesainya penggabungan PT Bursa Efek Surabaya ke
dalam PT Bursa Efek Jakarta yang selanjutnya menjadi PT Bursa Efek Indonesia.
Di tahun 2007 ini pula tercatat kinerja Bursa Efek Indonesia (BEI) yang sangat
menggembirakan.
Hampir
seluruh
indikator
perdagangan
menunjukan
peningkatan yang signifikan, seperti aktivitas transaksi, pergerakan indeks,
maupun minat investor asing untuk berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. Pada
akhir tahun 2007 , Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada level
2.739,704 atau meningkat 51,74% dari level penutupan di tahun 2006 yaitu
sebesar 1.805,523.
Pada tahun 2007, nilai kapitalisasi pasar BEI telah mencapai angka sebesar
Rp 2.539,041 trilliun, yang merupakan penggabungan dari Rp 1.982 triliun
equity, untuk Obligasi Korporasi sebesar Rp 79,065 trilliun dan USD 105 juta
sedangkan untuk Surat Utang Negara (SUN) Rp 477 trilliun.
Nilai kapitalisasi pasar untuk saham di akhir tahun 2007 tersebut
mengalami peningkatan sebesar 58,69% dari kapitalisasi pasar saham di tahun
3
Indonesia Stock Exchange. www.idx.co.id diakses tanggal 21 Februari 2008
2006 senilai Rp. 1.249 triliun. Peningkatan kapitalisasi pasar tersebut juga diikuti
dengan meningkatnya aktivitas perdagangan yang ditunjukkan oleh indikatorindikator perdagangan seperti rata-rata nilai transaksi harian yang meningkat
sebesar 138,88% dari Rp 1,8 triliun di tahun 2006 menjadi Rp. 4,3 triliun pada
tahun 2007, rata-rata frekuensi transaksi harian yang meningkat sebesar 142,68%
dari 19.880 kali di tahun 2006 menjadi 48.244 kali ditahun 2007 dan volume
transaksi yang meningkat sebesar 133,33% dari 1,8 milyar di tahun 2006 menjadi
4,2 milyar di tahun 2007. Disamping peningkatan aktivitas transaksi, IHSG juga
menunjukkan kinerja yang sangat menggembirakan. Pada tanggal 11 Desember
2007, IHSG ditutup pada level 2.810,962 yang merupakan indeks tertinggi
sepanjang sejarah bursa. Prestasi ini menempatkan BEI sebagai salah satu Bursa
dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik bahkan di dunia.
Sepanjang tahun 2007, aktifitas di pasar Surat Utang Korporasi mencapai
Rp 68,22 triliun atau naik sebesar 113,92 % dibanding dengan tahun 2006 yaitu
Rp 31,89 triliun . Frekuensi transaksi di tahun 2007 mencapai 15.400 kali atau
naik sebesar 79,028 % dibandingkan tahun 2006 yang tercatat sebesar 8.602 kali.
Rata-rata transaksi harian naik dari Rp 130 Milliar perhari pada tahun 2006
menjadi Rp 278,47 Milliar per hari pada tahun 2007 atau naik 114,2 %.
Sepanjang tahun 2007, aktifitas perdagangan Surat Utang Negara (SUN)
termasuk ORI mencapai Rp 1.070 triliun, mengalami kenaikan sebesar 52,892 %
dari Rp 699,84 Triliun pada tahun 2006. Frekuensi transaksi di tahun 2007
mencapai 51.551 kali atau naik sebesar 59,7% dibandingkan tahun 2006 yang
tercatat sebesar 32.276 kali. Rata-rata transaksi harian naik dari Rp 2,85 Triliun
perhari pada tahun 2006 menjadi Rp 4,37 Triliun per hari pada tahun 2007 atau
naik 53,33%. Sampai dengan akhir Desember 2007, pasar derivatif secara umum
menunjukkan jumlah kontrak yang ditransaksikan sebanyak 215 kontrak dengan
total nilai sebesar Rp 45,4 miliar dan frekuensi perdagangan sebanyak 146 kali.
Pada tahun 2007 telah tercatat 22 emiten baru dan 23 emiten yang
mengeluarkan right issues. Total dana yang berhasil dihimpun sebesar Rp44,54
trilliun, berasal dari Rp16,87 trilliun IPO, Rp25.5 trilliun right issues dan Rp2,08
trilliun warrant. Emiten baru di tahun 2007 yaitu: yaitu PT Bisi International, Tbk
(BISI), PT Panorama Transportasi, Tbk (WEHA), PT Bukit Darmo Property, Tbk
(BKDP), PT Sampoerna Agro, Tbk (SGRO), PT Media Nusantara Citra, Tbk
(MNCN), Bank Multicor, Tbk (MCOR), PT Perdana Karya Perkasa, Tbk (PKPK),
PT Laguna Cipta Griya, Tbk (LCGP), PT Darma Henwa, Tbk (DEWA), Bank
Capital, Tbk (BACA), PT Perdana Gapura Permai, Tbk (GPRA), PT Wijaya
Karya(Persero), Tbk (WIKA), PT Ace Hardware Indonesia, Tbk (ACES), PT
Ciputra Property, Tbk (CTRP), PT Sat Nusapersada, Tbk (PTSN), PT Jasa Marga,
(Persero) Tbk, (JSMR), PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk (JKON), PT
Catur Sentosa Adiprana, Tbk (CSAP), PT Alam Sutera Realty, Tbk (ASRI), PT
Indo Tambangraya Megah, Tbk (ITMG), PT Cowell Development, Tbk (COWL),
PT Duta Graha Indah, Tbk (DGIK). Pada tahun tersebut terdapat 7 (tujuh ) emiten
yang delisting dari BEI, yaitu PT Korpora Persada Investama Tbk (KOPI), PT
Makindo Tbk (MKDO), PT Great River International Tbk (GRIV), PT Sari
Husada Tbk (SHDA), PT Summitplast Tbk (SMPL), PT Bank Arta Niaga
Kencana (ANKB) dan PT Mulialand Tbk (MLND). Dengan bergabungnya BES,
maka terdapat tambahan 25 emiten saham yang dulunya merupakan emiten single
listing di BES. Dengan tambahan tersebut dan tambahan IPO di tahun 2007, maka
total emiten di Bursa Efek Indonesia adalah 383 perusahaan.
Realisasi penerbitan obligasi tahun 2007 naik sebesar 130 % jika
dibandingkan tahun 2006 yaitu dari Rp 11,55 Triliun sebanyak 14 emiten (32 seri)
meningkat menjadi Rp 30,2 Triliun sebanyak 37 emiten (74 seri), pada tahun
2007. Sehingga total obligasi korporasi yang tercatat sampai dengan tahun 2007
seluruhnya berjumlah 102 emiten. Dimana 242 seri obligasi dalam denominasi
rupiah dengan nilai Rp 79,065 triliun; dan 2 seri dalam denominasi Dolar
Amerika Serikat sebesar USD 105 juta.
Khusus untuk Surat Utang Negara (SUN), termasuk ORI, hingga saat ini
terdapat 64 seri Obligasi Negara dengan nilai nominal sebesar Rp 473 trilliun dan
1 seri Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dengan nilai nominal sebesar Rp 4,16
trilliun
yang
tercatat
dan
dapat
diperdagangkan
dan
atau
dilaporkan
perdagangannya ke Bursa 4 .
2.1.3 Aktivitas BEI tahun 2007
Pada tahun 2007, BEI melaksanakan beberapa aktivitas penting antara
lain:
1. Sosialisasi dan Edukasi
Dalam upaya pengembangan Pasar Modal Indonesia baik dari sisi
peningkatan jumlah emiten dan investor, maka telah dilaksanakan sebanyak 45
kegiatan program Business Gathering (untuk menjaring calon emiten), Forum
Calon Investor (untuk menjaring potensial investor), Investor Forum (untuk
4
ibid
memberikan update pasar kepada investor), Investor Club, Program Edukasi
Regular Basic & Intermediate, Program Perempuan & Investasi, Program
Selebriti & Investasi, Analyst Award, Workshop Wartawan, Investor Day III,
Indonesia Investor Forum II & Capital Market Expo. Sosialisasi melalui media
cetak dan elektronik juga secara gencar dilakukan BEI. Untuk pengembangan
pasar di daerah, BEI mendirikan Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) di berbagai
daerah yang potensial. Saat ini BEI memiliki 6 (enam) PIPM, dengan lokasi
Riau, Palembang, Makassar, Balikpapan, Pekalongan dan Manado. Di akhir tahun
2007, sejalan dengan perkembangan di Malang yang sangat menggembirakan,
maka BEI merelokasi PIPM Malang ke Jember. Di tahun 2008, BEI akan
membuka 3 PIPM baru, yakni di Pontianak, Padang dan Jember. BEI juga
mendirikan Pojok BEI di universitas untuk mengenalkan Pasar Modal sekaligus
prakteknya dengan konsep 3 in 1, yaitu kerjasama antara BEI, Universitas dan
Anggota Bursa. Di tahun 2007 telah didirikan 9 (sembilan) Pojok BEI yaitu di
Universitas Atmajaya Jogjakarta, Universitas Jember, Universitas Mulawarman,
Universitas Balikpapan, Universitas International Batam, Universitas Syiah
Kuala, Universitas Klabat, Universitas Tanjung Pura dan Universitas Maranatha
Bandung, sehingga saat ini BEI mempunyai 47 pojok. Selain itu BEI rutin
menerima kunjungan dari berbagai universitas dan sekolah dari seluruh Indonesia
dengan total peserta kunjungan di tahun 2007 sebanyak 41.113 orang.
2. ORI (Obligasi Ritel Indonesia)
Pada tanggal 29 Maret 2007, ORI 002 secara resmi tercatat dan dapat
diperdagangkan di Bursa dan ORI seri 003 tanggal 13 September 2007.
3. Kerjasama Internasional
Sementara itu, untuk meningkatkan aktualisasinya di kalangan bursa
dunia, BEI telah banyak berpartisipasi dalam kegiatan internasional, antara lain
ASEAN Exchanges CEOs Meeting (AECEM), ASEAN Exchanges Joint Marketing
& Joint Product Development Working Group, AOSEF (Asia Oceanian Stock
Exchanges Federation), IOSCO (International Organization of Securities
Commissions) dan 2nd Annual City ASEAN Conference dan 2nd ASEAN
Federation of Exchanges, World Federations of Exchanges (WFE), International
Monetary Fund Annual Meeting, dan bekerjasama dengan UK Trade &
Investment dan FOA (Futures and Options Association) dalam seminar financial
service regulating and practices di Jakarta.
Pada bulan Desember 2007, Bursa Efek Indonesia bersama dengan
Departemen Keuangan RI, Bapepam-LK, KPEI dan KSEI menyelenggarakan
cultural event bertajuk ‘Rainbow of Indonesia’ bagi para menteri keuangan dunia
dalam rangkaian climate change event di Bali.
4. Penyempurnaan Peraturan dan Sistem Perdagangan
Sebagai tindak lanjut atas upaya Bursa dalam memacu peningkatan kinerja
Perusahaan Tercatat, maka Bursa menetapkan perubahan batasan harga terendah
atas saham yang diperdagangkan di Pasar Reguler dan Pasar Tunai, yaitu yang
semula ditetapkan sekurang-kurangnya Rp 25 diubah menjadi sekurangkurangnya Rp 50. Diketahui bahwa saat ini lebih dari 99% harga saham yang
tercatat di Bursa telah berada pada harga diatas Rp 50. Kebijakan tersebut
dituangkan dalam Surat Edaran No. SE-001/BEJ/06-2007 Tentang Batasan Harga
Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta yang mulai berlaku tanggal 18 Juni
2007. Peningkatan kapasitas JATS untuk Order dari 300.000 menjadi 360.000,
untuk Trade dari 150.000 menjadi 200.000 5 .
2.1.4 Langkah Strategis BEI tahun 2008
Berbagai indikator ekonomi makro yang membaik di tahun 2007
diharapkan
akan semakin baik di tahun 2008. Hal ini diharapkan akan
berdampak positif terhadap Pasar Modal Indonesia. BEI meyakini tahun 2008
sebagai tahun yang akan memberikan prospek dan kesempatan bagi Pasar Modal
Indonesia untuk berkembang lebih luas. Dari kinerja di tahun 2007 yang sangat
menggembirakan ini, diharapkan kinerja di tahun 2008 dapat lebih meningkat
dengan proyeksi kenaikan 20% dari rata-rata nilai transaksi harian tahun 2007.
Target pencatatan saham emiten baru diperkirakan mencapai 30 perusahaan, dan
pencatatan tambahan (right issue dan saham bonus) sebanyak 37 emiten 6 .
2.1.5 Transaksi di Bursa Efek Indonesia
Pelaksanaan perdagangan Efek di Bursa dilakukan dengan menggunakan
fasilitas JATS (Jakarta Automated Trading System). JATS adalah sistem
perdagangan yang berlaku di Bursa untuk perdagangan yang dilakukan secara
otomasi dengan menggunakan sarana komputer. Perdagangan Efek di Bursa
hanya dapat dilakukan oleh Anggota Bursa (AB) yang juga menjadi Anggota
KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia). KPEI merupakan perseroan yang
berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) sebagai pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan
5
6
ibid
ibid
penjaminan penyelesaian Transaksi Bursa, dan perseroan tersebut berdasarkan
perjanjian dengan Bursa memberikan jasa Kliring dan Penjaminan penyelesaian
atas Transaksi Bursa. Anggota Bursa Efek bertanggungjawab terhadap seluruh
transaksi yang dilakukan di Bursa baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah.
Anggota Bursa Efek bertanggung jawab terhadap penyelesaian seluruh
Transaksi Bursa atas nama Anggota Bursa Efek yang bersangkutan sebagaimana
tercantum dalam Daftar Transaksi Bursa (DTB). DTB merupakan dokumen
elektronik yang berisikan seluruh Transaksi Bursa yang dilakukan oleh setiap
Anggota Bursa Efek pada setiap Hari Bursa yang disediakan oleh Bursa untuk
Anggota Bursa Efek dan KPEI pada setiap akhir sesi perdagangan.
Segmen pasar di Bursa Efek terdiri dari Pasar Reguler, Pasar Tunai, dan
Pasar Negosiasi.
Penyelesaian transaksi pada masing-masing segmen pasar
disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Waktu Penyelesaian Transaksi Bursa Efek Indonesia
Segmen Pasar
Waktu Penyelesaian Transaksi
Pasar Reguler
Hari Bursa ke-3 setelah terjadinya Transaksi Bursa (T+3)
Pasar Tunai
Hari Bursa yang sama dengan terjadinya Transaksi Bursa
(T+0)
Pasar Negosiasi Berdasarkan kesepakatan antara Anggota Bursa jual dan
Anggota Bursa Beli
Perdagangan Efek di Pasar Reguler, Pasar Tunai, dan Pasar Negosiasi
dilakukan selama jam perdagangan pada setiap Hari Bursa dengan berpedoman
waktu JATS. Jam perdagangan di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi dilakukan
mulai hari Senin sampai dengan Jumat, dengan pembagian waktu Tabel 5.
Tabel 5. Jam Perdagangan di Bursa Efek Indonesia
Hari
Sesi I
Sesi II
Senin-Kamis 09:30:00 s/d 12:00:00
13:30:00 s/d 16:00:00
Jumat
09:30:00 s/d 11:30:00
14:00:00 s/d 16:00
Dengan memperhatikan kondisi perdagangan di Bursa, Bursa dapat
mengubah jam perdagangan dengan keputusan Direksi setelah mendapat
persetujuan dari Badan Pengelola Pasar Modal (Bapepam). Perubahan jam
perdagangan tersebut diumumkan di Bursa dan mulai berlaku paling cepat 3 (tiga)
Hari Bursa sejak diumumkan.
Anggota Bursa yang menerima pesanan dari nasabahnya untuk melakukan
transaksidan atau akan melakukan transaksi untuk kepentingannya sendiri atas
Efek yang tercatat di Bursa, wajib melaksanakan transaksi tersebut melalui sistem
perdagangan Bursa. Pesanan yang dapat dilaksanakan di Bursa oleh anggota
Bursa Efek hanya pesanan terbatas (limited order) yaitu pesanan yang
dilaksanakan oleh Anggota Bursa Efek sampai dengan batas yang ditetapkan oleh
nasabahnya. Proses jual beli di Bursa Efek dijelaskan pada Gambar 2.
Lantai Bursa
Nasabah Beli
Anggota Bursa
Trader
Trader
Sistem Perdagangan
Bursa (JATS)
Nasabah Jual
Anggota Bursa
Proses
Perdagangan
Proses
Penyelesaian
KPEI-KSEI
Transaksi
BAE
Transfer
Dana
Sistem Penjaminan dan
Penyelesaian Transaksi
Transfer
Efek
Gambar 2. Proses Transaksi Saham di BEI.
Sumber: PT. Bursa Efek Indonesia 7
2.1 6 Persyaratan Pencatatan Emiten di Bursa Efek Indonesia
Persyaratan pencatatan emiten di Bursa Efek Indonesia terdapat pada
Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep-305/BEJ/07-2004 tentang
Peraturan No 1-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain
Saham yang diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat. Adapun syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan merupakan badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
2. Perusahaan telah mendapat ijin dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam).
3. Laporan keuangan perusahaan harus diaudit oleh kantor akuntan publik.
7
ibid
4. Syarat-syarat administrasi pendirian PT harus lengkap (NPWP, akta pendirian
perusahaan, dan surat-surat keputusan dari pemerintah).
5. Harus ada underwriter atau penjamin yang akan melakukan penawaran saham
perdana (Initial Public Offering).
6. Portofolio perusahaan yang baik dari segi finansial maupun kinerja perusahaan
keseluruhan.
7. Ada tujuan yang jelas atas penerbitan saham (untuk ekspansi atau tujuan
lainnya).
3. Perusahaan tersebut memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30
persen dari jajaran anggota Dewan Komisaris yang dapat dipilih terlebih dahulu
melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebelum pencatatan dan mulai
efektif bertindak sebagai Komisaris Independen setelah saham perusahaan
tersebut tercatat.
4. Perusahaan memiliki direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya satu orang
dari jajaran anggota Direksi yang dapat dipilih terlebih dahulu melalui RUPS
sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak sebagai direktur tidak terafiliasi
setelah saham tersebut tercatat.
5. Perusahaan memiliki Komite Audit atau bagi Calon Perusahaan Tercatat yang
belum memiliki Komite Audit wajib membuat pernyataan untuk membentuk
Komite Audit paling lambat enam bulan setelah perusahaan tersebut tercatat.
6. Perusahaan harus memiliki sekretaris perusahaan
7. Nilai nominal saham Calon Perusahaan Tercatat sekurang-kurangnya Rp
100,00 (seratus rupiah).
8. Direksi dan Komisaris Calon Perusahaan Tercatat harus memiliki reputasi baik,
yang antara lain dibuktikan dengan: tidak pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana kejahatan dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; tidak
pernah dinyatakan pailit; tidak pernah dinyatakan bersalah yang menyebabkan
perusahaan yang pernah atau sedang dipimpinnya dinyatakan pailit; tidak pernah
diberhentikan dengan tidak hormat dari suatu pekerjaan dalam kurun waktu 5
(lima) tahun terakhir; dan tidak dalam pengampuan.
2.1.7 Indeks Harga Saham
Indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi lima macam,
yaitu:
1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham
tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
2. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam
masing-masing sektor.
3. Indonesia Islamic Index (JII), menggunakan 30 saham yang termasuk
dalam kriteria syariah dan termasuk dalam saham likuid.
4. Indeks Individual, yaitu indeks harga masing-masing saham terhadap
harga dasarnya.
5. Indeks LQ45, menggunakan 45 saham yang terpilih setelah melalui
berbagai kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang
mempunyai likuiditas yang tinggi dan juga mempertimbangkan
kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut.
Kriteria yang ditetapkan untuk LQ45 adalah sebagai berikut:
1. Masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar
regular (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
2. Urutan berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata nilai kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir).
3. Telah tercatat di BEI selama paling sedikit 3 bulan.
4. Kondisi keuangan dan prospek pertumbuhan perusahaan, frekuensi,
dan jumlah hari transaksi di pasar regular.
Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja
komponen saham yang masuk dalam perhitungan Indeks LQ45. Setiap tiga bulan
review pergerakan ranking saham akan digunakan dalam kalkulasi indeks LQ45.
Penggantian saham akan dilakukan setiap enam bulan sekali, yaitu pada awal
bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria
seleksi Indeks LQ45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks
dan diganti dengan saham lain yang memenuhi kriteria.
Indeks LQ45 pertama kali diluncurkan pada tanggal 24 Februari 1997.
Hari dasar untuk perhitungannya adalah 13 Juli 1994 dengan nilai dasar 100.
Untuk seleksi awal digunakan data pasar dari Juli 1993-Juni 1994, hingga terpilih
45 emiten yang meliputi 72 persen dari total kapitalisasi pasar dan 72,5 persen
dari total nilai transaksi di pasar regular 8 . Komponen saham yang masuk dalam
penghitungan Indeks LQ45 periode bulan Februari 2008 sampai dengan Juli 2008
disajikan pada Lampiran 1.
8
ibid
2.2
Peran Pasar Modal dalam Pengembangan Agribisnis Perkebunan
Kelapa Sawit Indonesia
Agribisnis merupakan salah satu terminologi yang paling sering
diungkapkan dewasa ini. Pengertian agribisnis yang diacu oleh banyak peneliti
yaitu penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufaktur dan
distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani serta
penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian dan produkproduk lain yang dihasilkan dari produk pertanian.
Sektor agribisnis memiliki lingkup yang jauh lebih luas dari sekedar
pengertian pertanian primer. Agribisnis mencakup empat subsistem yaitu:
subsistem agribisnis hulu (up-stream agribussiness), yaitu kegiatan ekonomi yang
menghasilkan dan perdagangan sarana produksi pertanian primer (seperti industri
pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin pertanian, dan lain-lain);
subsistem usahatani (on-farm agribussiness) yang di masa lalu kita sebut sebagai
sektor pertanian primer; subsistem hilir (down-stream agribussiness), yaitu
kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan,
baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap untuk disaji (ready to
cook/ready for used) atau siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan
perdagangannya di pasar domestik dan internasional; dan subsistem jasa layanan
pendukung seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, transportasi, penyuluhan
dan layanan informasi agribisnis, penelitian dan pengembangan, kebijakan
pemerintah, asuransi agribisnis, dll.
Kinerja masing-masing kegiatan dalam sistem agribisnis tersebut akan
sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan sub-sistem lain. Dengan demikian,
penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap
aspek-aspek yang berada dalam susbsistem on farm saja tetapi juga harus melalui
pembangunan aspek-aspek off farm secara integratif. Sehingga dalam kaitannya
sengan struktur perekonomian nasional kiranya perlu dilihat peran intersektoral
dalam sistem agribisnis (khususnya pertanian, perdagangan, industri, dan lembaga
keuangan) untuk mendapatkan gambaran mengenai peran sektor pertanian.
(Krisnamurthi, 2001)
Agribisnis diartikan sebagai semua aktivitas mulai dari pengadaan dan
penyaluran sarana produksi sampai ke pemasaran produk-produk yang dihasilkan
oleh suatu usaha tani. Sedangkan industri kelapa sawit adalah kumpulan
perusahaan yang membudidayakan tanaman kelapa sawit untuk dimanfaatkan
hasilnya.
Sektor agribisnis yang terdiri dari bidang pertanian, perternakan, kelautan
dan perikanan merupakan sektor yang menduduki posisi strategis dalam proses
pembangunan di Indonesia. Untuk mengembangkan sektor agribisnis, diperlukan
langkah-langkah mulai dari hal yang mendasar sampai langkah akhir guna
mengelola sektor agribisnis menjadi sektor yang tangguh. Salah satu hal yang
sering menjadi kendala adalah mengenai pembiayaan-pembiayaan perusahaan
agribisnis. Pada umumnya perusahaan agribisnis mengalami hambatan dari segi
permodalan, karena besarnya risiko yang dihadapi investor. Salah satu alternatif
dari sumber permodalan adalah pasar modal.
Baik perusahaan dan investor menikmati beberapa keuntungan dengan
adanya bursa efek diantaranya: (a) menyediakan pasar yang berkesinambungan,
(b) memantapkan dan mempublikasikan harga sekuritas yang wajar, (c)
membantu bisnis memperoleh modal baru (Keown, et al., 1999).
Keuntungan dan kerugian investor terefleksikan dari perubahan harga
saham di bursa. Sesungguhnya bukan hanya investor yang berkepentingan
terhadap pergerakan harga saham di bursa tetapi manajemen perusahaan pun
berkepentingan karena harga saham mencerminkan pendapat masyarakat terhadap
kinerja keuangan perusahaan.
Pasar modal yang semakin berkembang seharusnya mulai memacu
perusahaan agribisnis untuk lebih banyak masuk ke dalam pasar modal karena
dengan banyaknya investor yang menanamkan modalnya di perusahaan agribisnis
akan didapat keuntungan sebagai berikut (Hartono, 2001):
1. Usaha agribisnis Indonesia akan lebih berkembang dan akan mampu lebih
bersaing. Dengan adanya tambahan modal dari hasil penjualan saham, maka
perusahaan agribisnis diharapkan dapat berkembang lebih baik dalam hal
perluasan lini produksi maupun dalam peningkatan mutu dan inovasi produk.
Perusahaan tidak hanya mengandalkan modal dari perbankan tetapi juga dapat
menggunakan dana masyarakat untuk mengembangkan usahanya. Kondisi ini
akan membuat perusahaan agribisnis di Indonesia memiliki daya saing yang
lebih baik.
2. Penjualan saham agribisnis secara tidak langsung akan menimbulkan atau
bahkan meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat Indonesia terhadap
produk-produk pertanian negara sendiri. Hal ini akan membawa dampak
positif yaitu mengurangi ketergantungan terhadap produk pertanian negara
lain atau impor.
Selain itu, pemerintah juga harus menetapkan ketentuan yang lebih
mendorong dan melibatkan petani penghasil produk pertanian primer dalam
kegiatan agribisnis yaitu dengan membudayakan pengetahuan mengenai saham
kepada petani. Dengan memberikan kesempatan kepada petani untuk memilliki
saham perusahaan agribisnis yang melakukan pengolahan lebih lanjut dari hasil
pertanian yang diproduksi oleh para petani akan memberikan keuntungan sebagai
berikut (Perwira, 2000):
1. Akan timbul kerjasama yang baik antara petani dengan perusahaan agribisnis.
Diharapkan dengan adanya kerjasama yang baik ini kan mendukung sektor
agribisnis Indonesia menjadi salah satu sektor perekonomian yang tangguh.
2. Mendidik petani untuk lebih memiliki wawasan pemasaran dalam kegiatan
pertanian mereka. Petani tidak lagi menanam menurut keinginannya tetapi
petani akan menanam produk pertanian yang diperlukan industri dan menjadi
keinginan konsumen.
2.3 Saham sebagai Instrumen Pasar Modal
Saham merupakan suatu bentuk modal penyertaan (equity capital) atau
bukti posisi kepemilikan dalam perusahaan. Banyak saham yang tidak
diperdagangkan karena perusahaan terlalu kecil atau dikendalikan sepenuhnya
oleh keluarga. Saham yang dapat dijadikan wahana investasi adalah yang dikenal
sebagai emisi yang diperdagangkan secara umum (publicly traded issues), yaitu
saham yang tersedia bagi masyarakat umum dan dibeli serta dijual di pasar
terbuka (Hartono, 2001).
Harga saham merupakan nilai dari sebuah saham yang ditentukan dengan
uang. Saham perusahaan yang tercatat di bursa efek terdiri dari beberapa macam
diantaranya harga nominal, harga emisi, harga pasar dan harga buku. Harga
nominal, adalah nilai saham yang tercantum pada sertifikat kepemilikan saham.
Nilai ini merupakan ukuran akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban
hukum pemegang saham. Harga emisi atau harga perdana saham adalah nilai yang
ditentukan atas kesepakatan antara emiten dengan lembaga penjamin emisi (under
writer) sebelum saham diperjualbelikan pertama kalinya kepada masyarakat di
pasar perdana. Keputusan harga ini ditentukan berdasarkan hasil evaluasi atas
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, dengan mempertimbangkan faktorfaktor yang mempengaruhinya pada saat itu.
Harga pasar adalah nilai saham berdasarkan kurs resmi yang terakhir.
Tingkat kurs tersebut sangat tergantung sentimen pasar yang ditunjukkan oleh
fluktuasi permintaan dan penawaran saham saat diperdagangkan di lantai bursa.
Harga pasar terbentuk jika kurs merupakan titik keseimbangan antara permintaan
dan penawaran sebuah saham investor jual dan investor beli. Harga buku suatu
saham merupakan nilai saham yang dapat dilihat pada neraca perusahaan. Nilai ini
menunjukkan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholders) di dalam
perusahaan. Nilai buku selembar saham sama dengan modal (saham biasa
ditambah laba ditahan) kemudian dibagi oleh jumlah saham beredar yaitu saham
yang diterbitkan dan disetor penuh. Dari perhitungan tersebut dapat disebutkan
bahwa nilai buku sebuah saham dapat berubah setiap saat tergantung
perkembangan perusahaan.
Salah satu indikator dari pasar modal adalah instrumen saham. Apabila
harga saham meningkat maka mengindikasikan terjadinya pertumbuhan yang
positif dari pasar modal. Perkembangan yang positif dari pasar modal akan
meningkatkan sumber modal dalam negeri. Apabila sumber modal dalam negeri
meningkat maka diharapkan akan meningkatkan perekonomian negara.
Pada hakekatnya, pembentukan harga saham di Bursa efek sama dengan
pembentukan harga pada barang dan jasa. Harga saham yang terbentuk
merupakan kekuatan permintaan pada tingkat harga yang diinginkan oleh investor
beli dan kekuatan permintaan penawaran pada tingkat harga yang diinginkan oleh
investor jual. Apabila terjadi kelebihan permintaan (excess demand) karena terjadi
peningkatan permintaan saham sedangkan penawaran tetap atau penawaran
berkurang sedangkan permintaan tetap, maka harga saham akan naik. Sebaliknya
bila terjadi kelebihan penawaran (excess supply) karena terjadi peningkatan
penawaran saham sedangkan permintaan tetap atau permintaan berkurang
sedangkan penawaran tetap maka harga saham akan turun.
2.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan dan Penawaran Saham
Teori permintaan dan penawaran akan membantu pemahaman mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham yang terjadi di pasar.
Harga saham terbentuk akibat interaksi kekuatan penawaran dan permintaan.
Karena itu, perubahan tingkat harga yang terjadi merupakan akibat dari perubahan
tingkat permintaan dan penawaran.
Dua faktor yang secara langsung mempengaruhi permintaan terhadap
saham di Bursa Efek Jakarta adalah besar kecilnya deviden yang dibayarkan dan
perkembangan harga saham yang bersangkutan (Perwira, 2000). Bila suatu saham
diharapkan akan memberikan deviden yang relatif tinggi maka dapat dipastikan
bahwa permintaan akan saham tersebut meningkat, sebaliknya bila saham tersebut
memberikan deviden yang tidak memuaskan seperti yang diharapkan investor
maka permintaan akan saham itu menurun.
2.4 Investasi di Indonesia
Investasi adalah barang-barang yang dibeli oleh individu dan perusahaan
untuk menambah persediaan modal mereka (Mankiw, 2003). Investasi juga dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan menanam modal, baik dalam bentuk uang
maupun benda pada suatu objek dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
selama satu periode (Husnan, 1994).
Dalam melakukan kegiatan investasi terdapat unsur ketidakpastian atau
risiko. Pemodal tidak mengetahui dengan pasti hasil yang akan diperolehnya dari
investasi yang dilakukan. Kebutuhan investasi setiap orang tidak selalu sama, oleh
karena
itu
dalam melakukan
investasi
tergantung
pada
pertimbangan investasi, diantaranya:
1. Tujuan mengadakan investasi
2. Jangka waktu investasi
3. Kemampuan keuangan
4. Penanggulangan risiko yang timbul akibat berinvestasi
5. Alternatif investasi yang tersedia
6. Informasi yang tersedia bagi alternatif investasi tersebut
7. Penentuan pilihan yang sesuai.
pertimbangan-
Lahan investasi dapat dibagi menjadi tiga bagian (Widiatmodjo, 2004)
yaitu investasi pada sektor riil (riil investment), investasi komoditas (commodity
investment), dan investasi keuangan (financial investment). Investasi riil (riil
investment) adalah investasi yang diwujudkan dalam pendirian pabrik atau
pembukaan perkebunan, pertambangan dan lain-lain. Investasi komoditas
(commodity investment) adalah investasi yang objek investasinya berupa
komoditas (dalam arti barang), investasi komoditas sering disebut perdagangan
berjangka (future trading).
Investasi keuangan (financial investment) adalah investasi yang objek
investasinya uang, seperti valuta asing, surat-surat berharga yang diterbitkan oleh
industri perbankan (sertifikat deposito, commercial paper dan lain sebagainya).
Jenis investasi ini sering disebut investasi pada pasar uang. Sedangkan saham,
obligasi, waran, opsi dan surat berharga lain dapat digolongkan ke dalam investasi
pada pasar modal. Dengan demikian, investasi keuangan terdiri atas investasiinvestasi pada pasar uang dan pasar modal.
2.5 Analisis Fundamental dan Analisis Teknikal
Analisis fundamental adalah salah satu jenis analisis yang dilakukan oleh
investor dengan memperhatikan laporan keuangan dan fundamental perusahaan
ketimbang memperhatikan perkembangan harga saham dari hari ke hari. Dalam
analisis fundamental diperhitungkan baik buruknya kinerja perusahaan, industri,
makro dan mikro perusahaan yang akan mempengaruhi kinerja sahamnya.
Investor yang menggunakan analisis ini adalah mereka yang berpatokan jangka
panjang yang mengharapkan penghasilan dari dua sumber pendapatan, yaitu
dividen dan kenaikan harga saham.
Analisis fundamental juga dapat membuat keputusan membeli atau
menjual suatu saham dengan memperhitungkan perbedaan harga pasar dan harga
wajar, di mana harga wajar akan dibandingkan dengan nilai pasar saat itu. Hasil
dari perbandingan tersebut, apabila ternyata harga wajar lebih tinggi dibandingkan
dengan harga pasar, maka sekuritas tersebut dapat dikatakan murah (undervalued)
dan anda bisa memutuskan untuk membelinya. Para fundamentalis biasanya tidak
terlalu memperhatikan pergerakan saham sehari-hari karena mereka berkeyakinan
bahwa dalam jangka panjang harga pasar akan bergerak mendekati harga wajar
terlepas dari pergerakan harga sehari-hari.
Analisis teknikal adalah sebuah metode peramalan gerak harga saham,
indeks atau instrumen keuangan lainnya dengan menggunakan grafik berdasarkan
data historis (masa lalu). Analisis yang diaplikasikan pada bursa efek
didefinisikan sebagai penggunaan suatu grafik yang memperlihatkan perilaku
harga dan volume transaksi. Grafik tersebut menunjukkan gerakan harga saham,
suatu nilai yang dapat dengan mudah dikonfirmasikan hanya dengan membaca
(Salim, 2003). Kedua analisis ini digunakan oleh para investor dan para analis
investasi untuk mengambil keputusan dimana mereka akan menanamkan modal
yang dimiliki.
Perbandingan antara kedua analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Perbedaan Analisis Fundamental dan Teknikal
No Variabel
Fundamental
Teknikal
1
Fokus Perhatian Harga (Undervalued atau Waktu (trend nya naik atau
overvalued)
turun)
2
Horizon
Jangka menengah dan
Jangka pendek
Investasi
panjang
3
Informasi Utama Kondisi dan Prospek
Psikologis investor
Perusahaan
4
Motif Utama
Dividen dan pertumbuhan Merealisasi capital gain
dari fluktuasi
5
Strategi Utama
Beli dan simpan
Berpindah
Sumber: Widiatmodjo, 2004
2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Ramadhona (2004) meneliti risiko saham tiga perusahaan agribisnis yaitu
Astra Agrolestari Tbk. (AALI), Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan Indofood
Sukses Makmur Tbk. (INDF) sebagai perbandingan bagi para investor dalam
meminimumkan risiko dari ketidakpastian tingkat harga yang terjadi di Bursa
Efek Jakarta dan memaksimumkan keuntungan dari perubahan harga tersebut.
Analisis risiko yang dilakukan dengan menggunakan metode ARCH-GARCH
Dari penelitian Ramadhona (2004) disimpulkan bahwa tingkat risiko yang
dimiliki oleh saham-saham agribisnis relatif kecil dan nilainya di bawah 10 persen
dari total dana yang diinvestasikan oleh investor. Penelitian ini sebagai
pembanding terhadap penelitian yang akan dilakukan apakah saham-saham
agribisnis perkebunan kelapa sawit juga memiliki tingkat risiko yang kecil dari
total dana yang diinvestasikan oleh investor.
Iskandar (2006) meneliti bagaimana risiko saham perusahaan agribisnis
rokok yang terpilih bahwa nilai VaR (Value at Risk) semakin besar seiring dengan
lamanya waktu berinvestasi. Iskandar menyimpulkan bahwa saham PT. Bentoel
International Investama Tbk (RMBA) memiliki tingkat risiko yang tertinggi pada
perusahaan agribisnis rokok terpilih di Bursa Efek Jakarta dan yang terendah
adalah saham PT. HM. Sampoerna Tbk (HMSP). Tingkat risiko saham PT.
Gudang Garam Tbk (GGRM) berada di antara keduanya.
Roland Fuss, Dieter G Kaiser, dan Zeno Adams (2007) dalam jurnalnya
tentang Value at Risk (VaR), GARCH modeling, dan peramalan volatilitas return
dari Hegde Funds menyimpulkan bahwa tipe GARCH untuk peramalan nilai VaR
lebih sensitif digunakan dalam proses peramalan risiko. Peramalan nilai VaR
dapat menghasilkan peramalan yang lebih baik untuk periode waktu yang
bermacam-macam. Tipe GARCH pada peramalan nilai VaR menawarkan
perlindungan untuk menurunkan peluang kesalahan pengambilan keputusan yang
memiliki risiko. Jurnal ini sebagai acuan penelitian dalam menggunakan
peramalan nilai VaR sebagai metode dalam perhitungan risiko.
Dalam penelitian ini akan digunakan metode ARCH-GARCH dengan
terlebih dahulu mencari model terbaik dari metode ARIMA. Dari model terbaik
ARIMA yang telah memenuhi kriteria, akan terbentuk mean process yang akan
digunakan untuk mengestimasi model volatilitasnya. Mean process diperlukan
guna menghasilkan residual yang diestimasi perubahannya. Nilai residu yang
dihasilkan diuji apakah terdapat ARCH error. Jika terdapat ARCH error maka
data akan dilanjutkan ke metode ARCH-GARCH. Model ARCH-GARCH terbaik
ini akan menghasilkan nilai volatility yang akan digunakan untuk menghitung
VaR. Penelitian-penelitian tentang penerapan metode ARCH-GARCH yang telah
ada digunakan sebagai alat acuan dalam pengolahan data dan pengukuran tingkat
risiko yang terdapat dalam saham-saham yang dianalisis dalam penelitian ini.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
Penyusunan hasil penelitian perlu dilandasi oleh teori-teori terkait dengan
risiko investasi dan alat analisis yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut
kerangka pemikiran teori penelitian ini adalah sebagai berikut.
3.1.1 Risiko Investasi
Investor yang melakukan investasi dihadapkan oleh beberapa risiko.
Risiko merupakan prospek suatu hasil yang tidak disukai (Keown et al, 1999).
Menurut Sartono (1997), risiko adalah kemungkinan bahwa keuntungan
sebenarnya dari pemilikan suatu aktiva akan menyimpang dari keuntungan yang
diharapkan. Penyimpangan ini diukur dengan varian keuntungan atau standar
penyimpangannya, semakin besar tingkat penyebaran, maka investasi tersebut
semakin berisiko.
Pada dasarnya, investor lebih menyukai tingkat hasil pengembalian yang
tinggi dengan risiko yang rendah. Risiko yang dihadapi oleh investor antara lain
sebagai berikut (Anoraga, 2004):
1. Risiko finansial, yaitu risiko yang diterima oleh pemodal akibat dari
ketidakmampuan emiten dalam memenuhi kewajiban pembayaran dividen,
bunga serta pokok investasi.
2. Risiko pasar, yaitu akibat menurunnya harga pasar substansial baik
keseluruhan saham maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi
ekonomi, keuangan negara atau kebijakan pemerintah.
3. Risiko psikologis, yaitu risiko bagi pemodal yang bertindak secara emosional
dalam menghadapi perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan
pesimisme yang dapat mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham.
Sikap pemodal dalam menghadapi risiko dapat dikelompokkan menjadi
tiga (Sartono, 1997), yaitu: (1) risk averse (tidak menyukai risiko), berarti
pemodal akan lebih senang pada pilihan investasi dengan risiko yang lebih kecil
pada tingkat pengembalian yang sama (2) risk neutral (netral terhadap risiko),
berarti bahwa pemodal bersikap netral terhadap risiko, pemodal akan meminta
tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan risiko, dan (3) risk seeker
(menyukai risiko), berarti pemodal akan memilih risiko yang lebih tinggi
walaupun dihadapkan dengan investasi yang tingkat keuntungannya sama dengan
risiko yang lebih kecil. Hal tersebut dapat terlihat pada Gambar 3.
Tingkat
pengembalian
Risk Averse
Risk Neutral
Risk Seeker
r2
r1
σ1σ2 σ3 σ4 σ5
σ6
risiko
Gambar 3. Sikap Pemodal terhadap Tingkat Risiko yang Dihadapi.
Sumber: Sartono, 1997
Untuk mendapatkan tingkat pengembalian sebesar r1, pemodal tipe risk
seeker berani menanggung risiko sebesar σ5, lebih tinggi dibandingkan tingkat
risiko yang akan ditanggung oleh pemodal tipe risk neutral yaitu sebesar σ3 dan
risk averse yaitu sebesar σ1. Untuk mendapatkan tingkat pengembalian sebesar r2,
risk averse akan menolaknya apabila tingkat risiko yang ditanggung lebih besar
dari σ2, sedangkan risk seeker berani menanggung risiko yang lebih besar yaitu
sebesar σ6.
Untuk bisa mendapatkan tingkat pengembalian sebesar Δr2-r1, pemodal
bertipe risk neutral rela menanggung tambahan risiko sebesar Δσ4-σ3 dimana risiko
investasi yang akan ditanggung tersebut sama besarnya dengan tingkat
pengembalian yang ditawarkan. Risk averse hanya mau menanggung risiko yang
lebih kecil yaitu sebesar Δσ2-σ1 untuk mendapatkan tambahan tingkat
pengembalian sebesar Δr2-r1. Lain halnya dengan pemodal bertipe risk seeker,
untuk mendapatkan tambahan tingkat pengembalian sebesar Δr2-r1, risk seeker
berani menanggung risiko yang lebih besar yaitu Δσ6-σ5.
3.1.2 Pemodelan Volatilitas Time Series Univariate
Data deret waktu dalam ekonomi dan finansial umumnya bersifat acak, di
samping itu penelitian tentang adanya korelasi long range dalam nilai kuadrat
perubahan harga menegaskan bahwa kemungkinan terdapat beberapa proses
stokastik mendasar lainnya sebagai tambahan bagi perubahan harga itu sendiri.
Proses ini disebut volatilitas (volatility). Biasanya volatilitas diestimasi dengan
cara menghitung deviasi standar perubahan harga dalam jangka waktu tertentu,
yang menentukan seberapa cepat data berubah dengan keacakannya.
Volatilitas memegang peranan penting dalam peramalan data deret waktu
(time series). Sejumlah kejadian bisa dihubungkan secara langsung dengan
besaran volatilitas, misalnya banyaknya informasi yang masuk dalam pasar dan
membawa pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agen dalam bertransaksi.
Volatilitas secara langsung bisa dipandang sebagai besaran yang mengukur
seberapa besar terjadinya perubahan pada data return, yang akan berakibat
langsung pada perilaku harga saham.
Masalah volatilitas menjadi sangat penting ketika sebuah sistem lebih
bersifat stokastik daripada model ideal deterministik. Dalam sistem stokastik
sendiri juga masih dibedakan antara data acak dengan volatilitas konstan atau
volatilitas acak.
Beberapa alasan mengapa perlu mengamati sifat-sifat statistik volatilitas,
antara lain:
(1) Volatilitas bisa secara langsung dihubungkan dengan jumlah informasi yang
tiba di pasar, kemudian para pedagang bereaksi sesuai informasi tersebut.
Hasilnya terjadilah perdagangan dalam jumlah besar, umumnya, dalam
volatilitas besar.
(2) Volatilitas secara langsung bisa digunakan dalam permodelan proses stokastik
yang mengatur perubahan harga, sebagaimana dalam contoh ARCH/GARCH
(3) Dari sudut praktisnya, volatilitas merupakan parameter utama dalam
mengukur risiko suatu investasi finansial
Pandangan terhadap volatilitas yang diwakili variansi telah membagi
metode autoregresi menjadi dua kelompok berdasarkan asumsi terhadap variansi,
yaitu variansi konstan dan variansi berubah. Autoregressive (AR), Moving
Average (MA) dan kombinasi keduanya yang disebut ARMA mewakili kelompok
pertama yang mengasumsikan variansi konstan. Sedangkan ARCH/GARCH
mewakili kelompok yang kedua (Enders, 2004).
3.1.3
ARCH Error
Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pembentukan dan analisis
model time series univariate dan persamaan cross sectional multivariate. Pada
time series univariate, tidak terdapat faktor heteroskedastisitas sehingga tidak
dapat dilakukan uji heteroskedastisitas secara umum, seperti uji Goldfield-quandt,
uji White, maupun uji Park. Itu pula sebabnya fenomena heteroskadastisitas
umum ditemukan pada persamaan cross section (Newbold, 2003).
Pada persamaan time series univariate, perhatian lebih ditujukan pada
adanya ARCH error, yakni kuadrat residual yang berprilaku autoregresi. Ada
tidaknya fenomena ARCH error ini terlihat dari fenomena adanya signifikansi
autokorelasi dari kuadrat residual. Cara yang lebih terkuantifikasi dalam menguji
ada tidaknya ARCH error ialah dengan menggunakan uji ARCH-LM. Uji ARCHLM didasarkan atas hipotesis nol tidak terdapatnya ARCH error. Apabila hasil
penghitungan menunjukkan penerimaan hipotesis, maka data tidak mengandung
ARCH error dan tidak perlu dimodelkan berdasarkan ARCH (Enders, 2004).
3.1.4
Mean Process
Pembentukan model estimasi volatilitas pada model time series univariate
memerlukan mean process. Mean process diperlukan guna menghasilkan residual
yang diestimasi perubahannya. Mean process memegang peranan penting dalam
pemodelan volatilitas. Apabila pembentukan variance process menghasilkan
insignifikansi pada parameter mean process, maka dengan sendirinya variance
process tersebut gugur sebagai suatu model yang valid, karena volatilitas yang
dihasilkan amat tergantung dari jenis mean process yang dibentuk.
Mean process umumnya dibentuk berdasarkan persamaan ARMA. Akan
tetapi tidak jarang pula mean process dihasilkan dari suatu persamaan dalam
bentuk konstanta. Hal ini umumnya terjadi pada data yang diambil dalam interval
yang panjang. Akibat panjangnya interval, maka fluktuasi di sekitar titik
kesetimbangan akan berlangsung secara random. Penggunaan interval yang lebih
rendah akan menyebabkan pergerakan terstruktur pada salah satu titik
kesetimbangan. Dampaknya akan terlihat pada signifikansi autokorelasi residual
yang terjadi (Newbold, 2003).
3.1.5
Variance Process
Variance process dibentuk apabila error yang dihasilkan dari persamaan
mean process mengandung ARCH error. Terdapat beberapa varian ARCH yang
memiliki hubungan timbal balik antara mean process dan variance process. Salah
satu contoh varian ARCH ini ialah ARCH-M (ARCH in Mean). Pada model ini,
mean process terdiri atas mean process umum dan salah satu komponen variance
process. Hal ini mengakibatkan adanya hubungan timbal balik antara mean dan
variance, yang merupakan fenomena umum yang lazim ditemukan dalam
pergerakan nilai asset-aset finansial (Enders, 2004).
3.1.6 Metode Peramalan Box-Jenkins (Model ARIMA)
Sejak Box dan Jenkins mengembangkan metodologi untuk teknik
peramalan di bidang ekonomi dan bisnis pada pertengahan tahun 1970-an, model
ARIMA menjadi populer. Di Indonesia model ini mulai banyak dikenal sejak
pertengahan dekade 1990-an, seiring dengan perkembangan teknologi komputer.
ARIMA adalah singkatan dari autoregressive integrated moving average. Model
ini merupakan bagian dari analisis deret waktu satu ragam.
Metode ini terdiri dari beberapa tahapan (Firdaus, 2006), yaitu identifikasi,
estimasi, evaluasi model dan peramalan.
1. Identifikasi. Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap tiga hal, yaitu
terhadap pola data; apakah terdapat unsur musiman atau tidak. Kedua,
identifikasi terhadap kestasioneran data. Ketiga, identifikasi terhadap pola atau
perilaku ACF dan PACF.
2. Estimasi model. Pada tahap estimasi, pertama-tama dihitung nilai estimasi
awal untuk parameter-parameter dari model tentatif; kemudian dengan
menggunakan program komputer melalui proses iterasi diperoleh nilai
estimasi akhir. Walaupun ada beberapa formula untuk menghitung nilai
estimasi awal, biasanya digunakan nilai 0 atau 1 sebagai koefisien estimasi
untuk masing-masing parameter.
3. Evaluasi model. Setelah diperoleh persamaan untuk model tentatif, dilakukan
uji diagnostik untuk menguji kedekatan model dengan data. Uji ini dilakukan
dengan menguji nilai residual dan dengan menguji signifikansi dan hubunganhubungan antara parameter. Jika ada hasil uji yang tidak dapat diterima atau
tidak memenuhi syarat, maka model harus diperbaiki dan langkah-langkah
sebelumnya diulangi kembali.
4. Peramalan. Nilai peramalan disediakan dalam output komputer. Model
ARIMA dibangun berdasarkan dua batasan berikut: (a) Peramalan bersifat
linier untuk observasi yang diamati (b) Seleksi model didasarkan pada prinsip
parsimonious. Artinya, model yang dipilih adalah model dengan parameter
yang paling efisien (jumlah parameter sesedikit mungkin).
3.1.7 Model ARCH/GARCH
Pada tahun 1982, Engle seorang ekonofisikawan, mengenalkan konsep
Conditional Heteroschedasticitic, sebuah konsep tentang ketidak-konsistenan
variansi dari data acak, dan perubahan variansi dipengaruhi oleh sejumlah data
acak sebelumnya.
Pada tahun 1986, seorang mahasiswa bimbingan Engle, Tim Bollerslev,
mengembangkan model ARCH menjadi GARCH (Generalized Autoregressive
Conditional Heteroschedastic) yang lebih baik daripada ARCH. Model-model
ARCH/GARCH telah diterapkan di beberapa area ekonomi yang berbeda,
misalnya inflasi dan varian di Inggris, stock return, suku bunga dan nilai valuta
asing. (Mategna, 2002).
Secara
sederhana
volatilitas
berdasarkan
model
GARCH
(p,q)
mengasumsikan bahwa variansi data fluktuasi dipengaruhi oleh sejumlah p data
fluktuasi sebelumnya dan sejumlah q data volatilitas sebelumnya, ide dibalik
model ini seperti dalam model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata
(MA), yaitu untuk melihat hubungan variabel acak dengan variabel acak
sebelumnya.
Proses GARCH dapat ditafsirkan sebagai Autoregressive Moving Average
(ARMA) dalam Xt2. Prosedur umum dalam peramalan model GARCH sama
dengan prosedur yang diterapkan pada model ARIMA yaitu tahap identifikasi
dengan membuat grafik harga saham terhadap waktu dan menghitung nilai return
untuk melokalisasi pergerakan saham yang terlalu acak, tahap estimasi dan
evaluasi, dan tahap aplikasi.
Varian terdiri dari 2 komponen. Komponen pertama adalah varian yang
konstan. Komponen kedua adalah ketergantungan dari varian saat ini terhadap
besarnya volatilitas di periode sebelumnya. Jika volatilitas pada periode
sebelumnya besar (baik positif maupun negatif), maka varian pada saat ini akan
besar pula. Sehingga model ARCH dapat dirumuskan:
Bentuk umum model ARCH (m):
ht = ξ + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ………+ αmε2t-m
dimana
ht
= Variabel respon pada waktu t/ varians pada waktu ke t
ξ
= Varians yang konstan
ε2t-m
= Suku ARCH/Volatilitas pada periode sebelumnya
αm
= Koefisien orde m yang diestimasikan
Dalam metode OLS (Ordinary Least Square), error diasumsikan
homoskedastis, yaitu variansi dari error konstan dan terdistribusi normal dengan
rata-rata nol. Menurut Engel, varian tergantung dari varian masa lalu sehingga
heteroskedastisitas dapat dimodelkan dan varian diperbolehkan untuk berubah
antar waktu. Dengan demikian volatilitas yang besar di masa lalu dapat ditangkap
dalam model ARCH.
Kondisi yang sering terjadi adalah bahwa varian saat ini tergantung dari
volatilitas beberapa periode di masa lalu. Hal ini akan menimbulkan banyaknya
parameter dalam conditional variance yang harus diestimasi. Pengestimasian para
meter-parameter tersebut sulit dilakukan dengan presisi yang tepat. Oleh karena
itu, Bollerslev memperkenalkan metode GARCH (Generalized AutoRegressive
Conditional Heteroscedasticity) guna menghasilkan model yang parsimony
(menggunakan parameter yang lebih sedikit).
Model GARCH dikembangkan dengan mengintegrasikan autoregresi dari
kuadrat residual lag kedua hingga lag tak hingga ke dalam bentuk varian pada lag
pertama. Model ini dikembangkan sebagai generalisasi dari model volatilitas.
Secara sederhana volatilitas berdasarkan model GARCH (r,m) mengasumsikan
bahwa variansi data fluktuasi dipengaruhi sejumlah m data fluktuasi sebelumnya
dan sejumlah r data volatilitas sebelumnya, ide dibalik model ini seperti dalam
model autoregresi biasa (AR) dan pergerakan rata-rata (MA), yaitu untuk melihat
hubungan variabel acak dengan variabel acak sebelumnya.
Varian terdiri dari 3 komponen. Komponen pertama adalah varian yang
konstan. Komponen kedua adalah volatilitas pada periode sebelumnya, ε2t-m(suku
ARCH) dan komponen ketiga adalah varian pada periode sebelumnya, ht-r.
Sehingga model GARCH dapat dirumuskan:
Bentuk umum model GARCH (r,m):
ht = κ + δ1ht-1 + δ2ht-2 + ……+ δrht-r + α1ε2t-1 + α2ε2t-2 + ………+ αmε2t-m
dimana:
ht
= Varian pada waktu ke t
κ
= Varian yang konstan
ε2t-m
= Volatilitas pada periode sebelumnya
α1, α2, … αm = Koefisien orde m yang diestimasikan
δ1, δ2, …δr
= Koefisien orde r yang diestimasikan
ht-r
= Varian pada periode sebelumnya
3.1.8
Value at Risk (VaR)
Definisi Value at Risk (VaR) dari suatu portofolio/saham adalah ringkasan
peluang kerugian maksimum selama horizon waktu tertentu dengan selang
kepercayanan tertentu (Jorion, 2002). Secara matematis VaR dapat didefinisikan
sebagai berikut:
VaR = (σt+1 x √ b) x Zσ x W
dimana,
VaR
: besarnya risiko
b
: periode kepemilikan saham
Zσ
: Titik kritik dalam tabel Z dengan α tertentu
W
: besarnya investasi
σt+1
: volatility yang akan datang (hasil peramalan)
dimana σt = √ht
VaR memiliki hubungan yang erat dengan model ARCH/GARCH, yang
sering digunakan jika ketidakhomogenan ragam dari data tingkat pengembalian
dan menduga nilai volatilitas yang akan datang.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Sebagian besar masyarakat Indonesia yang merupakan para investor
memilih untuk menginvestasikan modalnya di Bursa Efek Indonesia yang
merupakan badan pengelola pasar modal terbesar di Indonesia saat ini. Penelitian
ini dikhususkan pada saham perusahaan-perusahaan kelapa sawit seiring dengan
semakin populernya produk kelapa sawit mempengaruhi ekspor Indonesia
sehingga akan berpengaruh terhadap keadaan perekonomian Indonesia.
Pengukuran tingkat risiko memegang peranan penting dalam investasi, hal
ini untuk menjawab di mana dana yang dimiliki akan ditanam. Tingkat risiko
yang ada pada saham perusahaan kelapa sawit memberikan gambaran berapa
tingkat ketidakpastian yang akan ditanggung oleh para investor jika menanamkan
modalnya pada saham perusahaan kelapa sawit yang ada. Model ARCH/GARCH
yang dikembangkan dalam ekonofisika merupakan instrumen yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat risiko. Model ARCH (autoregressive
conditional heteroschedastic) yang diperkenalkan oleh Engle mengasumsikan
perubahan varian dipengaruhi oleh sejumlah data acak sebelumnya. Metode ini
sangat berhubungan erat dengan pengukuran tingkat risiko (Value at Risk/VaR).
Berdasarkan penjelasan di atas, maka kerangka pemikiran operasional dari
penelitian ini dapat dilihat dari diagram pada Gambar 4.
Investor
Persepsi Investor untuk melakukan investasi
Saham Perusahaan-perusahan Kelapa Sawit dalam
Bursa Efek Indonesia yang berfluktuasi
Analisis Teknikal
Harga Saham
Risiko Investasi
Analisis pergerakan harga
saham dan return
Analisis Risiko
Perusahaan-perusahaan Kelapa Sawit
Keputusan Investasi
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional.
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berlokasi di
Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53 Jakarta Selatan, Indonesia. Pemilihan lokasi
ini dilakukan dengan sengaja (purposive) karena BEI merupakan badan pengelola
pasar modal terbesar di Indonesia saat ini, sehingga diharapkan dapat mewakili
pergerakan dan transaksi arus modal di Indonesia dan dapat mengamati secara
langsung perdagangan di pasar modal dan mengumpulkan informasi yang bebas
dan akurat tentang aktivitas bursa terbaru.
4.2 Jenis dan Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan guna menjawab tujuan penelitian ini adalah data
sekunder yang berasal dari PT. Bursa Efek Indonesia dan beberapa literatur yang
relevan. Data yang digunakan terdiri dari serial data time series harga penutupan
saham harian perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih yang terdaftar dari
tanggal 1 Januari 2005 sampai 29 Februari 2008. Data tersebut berjumlah 788 dan
dicatat sesuai dengan banyaknya hari kerja yaitu 1 minggu terdiri dari 5 hari dan
hari libur tidak dicatat. Selain itu dilakukan pula wawancara kepada empat orang
investor yang terlibat dalam investasi di Bursa Efek Indonesia. Data harga saham
yang dipergunakan diharapkan dapat menggambarkan pergerakan harga saham
selanjutnya selama tahun 2008.
Pemilihan saham yang dianalisis juga secara sengaja (purposive)
dilakukan dengan melihat potensi dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia
dimana sekitar 70 persen mata pencaharian penduduk Indonesia adalah bertani,
maka dipilih saham perusahaan agribisnis. Selain itu pemilihan perusahaan
agribisnis dengan subsektor perkebunan kelapa sawit juga secara sengaja dipilih
karena kelapa sawit dengan hasilnya yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO)
merupakan produk agribisnis yang sedang populer, memiliki harga jual yang
tinggi,
serta
memiliki
potensi
pengembangan
dan
peranannya
dalam
perekonomian nasional dimana kelapa sawit merupakan produk subsektor
perkebunan yang memiliki pengaruh terhadap dunia ekspor Indonesia. Adapun
kriteria pemilihan saham yang akan dianalisis adalah:
1. Perusahaan go public yang tercatat sebagai emiten pada periode sebelum
Januari 2005 sampai akhir Februari 2008 secara kontinyu (tidak pernah
delisting).
2. Saham perusahaan yang tergolong ke dalam perusahaan yang bergerak
dalam bidang agribisnis perkebunan kelapa sawit.
3. Pemilihan saham dilakukan dengan melihat likuiditas perdagangan
saham dan kapitalisasi pasar (termasuk dalam perhitungan Indeks
LQ45).
4. Pola data harga penutupan yang ada tidak mengalami perubahan pola
umum yang ekstrim dan mendadak pada suatu saat (step function).
Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut terdapat tiga saham perusahaan
perkebunan kelapa sawit yang memenuhinya. Saham perusahaan-perusahaan
tersebut adalah PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (BSP), PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
4.3
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan paket
program Microsoft Excel, Minitab 14 dan Eviews 4.1. Analisis grafik pergerakan
harga saham dan return dilakukan dengan plot grafik time series untuk melihat
kecenderungan data. Untuk meramalkan tingkat risiko yang ditanggung investor
(Value at Risk-VaR) diramalkan dengan pendekatan ARCH-GARCH. Hal ini
dilakukan karena ARCH-GARCH mampu menangkap error-error fluktuasi yang
sering terjadi pada data pergerakan saham. Pendekatan ini dilakukan dengan
berbagai tahapan. Tahap pertama, spesifikasi model yaitu dengan pedeteksian
efek ARCH data saham dengan uji autokorelasi dan uji ARCH diikuti dengan
spesifikasi persamaan rataan yang sesuai. Dalam tahap ini digunakan software
Minitab 14 untuk memudahkan. Tahap kedua, pendugaan parameter dan
pemilihan model ragam yang terbaik yaitu dengan simulasi beberapa model ragam
yang dilanjutkan dengan pendugaan parameter model kemudian membandingkan
nilai AIC dan SC. Dalam tahap ini digunakan software Eviews 4.1 untuk
memudahkan. Tahap ketiga, diagnostik model ragam dengan analisis galat
meliputi kebebasan galat (fungsi autokorelasi), uji ARCH dan uji normalitas galat.
Tahap keempat, adalah melakukan peramalan nilai VaR.
4.4
Peramalan Tingkat Risiko Investasi (Value at Risk – VaR)
Tingkat risiko investasi (VaR) memiliki hubungan yang erat dengan
metode ARCH/GARCH, yang sering digunakan jika terjadi ketidakhomogenan
ragam dari data tingkat pengembalian dan menduga nilai volatility yang akan
datang. Hal tersebut merupakan kelebihan metode ARCH/GARCH dibanding
dengan penduga ragam biasa, yang tidak mampu melakukan pendugaan ragam
jika asumsi ketidakhomogenan data tidak terpenuhi.
4.4.1 Model ARCH/GARCH Perusahaan Kelapa Sawit di Bursa Efek
Indonesia
Dalam proses GARCH data harga saham yang bergerak secara acak perlu
dilakukan lokalisasi. Tujuannya adalah agar gerakan yang acak tersebut dapat
terlokalisir di suatu daerah tertentu. Untuk melokalisir data awal diubah ke dalam
bentuk return yang didefinisikan sebagai:
Y
t
= Ln
X
X
t +1
t
Dimana:
Yt
= tingkat pengembalian (rupiah)
Xt
= harga penutupan saham pada saat t (rupiah)
Xt+1
= harga penutupan saham pada saat t+1 (rupiah)
Perbandingan harga saham ini biasa disebut nilai pengembalian atau
return. Nilai Yt akan bernilai positif jika harga saham naik terhadap Xt, dan
sebaliknya, akan bernilai negatif jika harga saham turun terhadap Xt. Data Yt
dengan pendekatan distribusi normal dengan variansi yang selalu berubah. Yt
adalah data time series return yang mengikuti persamaan:
Yt = ΦpYt-p + εt
Dimana return pada waktu t dipengaruhi oleh return pada waktu
sebelumnya. Persamaan ini tidak hanya peramalan Yt saja tetapi juga peramalan
varian. Varian bersyarat dari εt dapat berubah-ubah terhadap titik waktu. Satu
pendekatan yang digunakan untuk mendeskripsikan εt mengikuti persamaan
ARCH-GARCH:
ht = ξ + αmε2t-m
ht = κ + δrht-r + αmε2t-m
Dalam berbagai literatur model ARCH/GARCH sering disebut sebagai model
ragam.
Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam peramalan tingkat risiko:
1. Tahap Identifikasi
Y
t
= Ln
X
X
t +1
t
Pengujian keberadaan heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
nilai keruncingan (kurtosis) data. Menurut Leblang (dalam Ramadhona, 2004),
jika data pengembalian memiliki nilai kurtosis yang lebih besar dari 3, maka data
tersebut memiliki sifat heteroskedastisitas. Selain itu fungsi autokorelasi kuadrat
pengembalian (Yt2) juga dapat digunakan dalam pendeteksian keberadaan
heteroskedastisitas. Menurut Enders (2004), jika nilai autokorelasi pada data
kuadrat pengembalian (Yt2) pada 15 lag pertama signifikan, maka nilai tersebut
mengindikasikan bahwa pada data tersebut terdapat efek ARCH. Cara yang lebih
terkuantifikasi dalam menguji ada tidaknya ARCH error ialah dengan
menggunakan uji ARCH-LM. Uji ARCH-LM didasarkan atas hipotesis nol tidak
terdapatnya ARCH error. Apabila hasil penghitungan menunjukkan penerimaan
hipotesis, maka data tidak mengandung ARCH error dan tidak perlu dimodelkan
berdasarkan ARCH.
2. Tahap Pendugaan Parameter
Sebelum melakukan pendugaan parameter, dilakukan terlebih dahulu
spesifikasi persamaan rataan. Persamaan rataan ini diperoleh dari serangkaian
metodologi Box-Jenkins. Prosedur Box-Jenkins terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu identifikasi, estimasi, evaluasi model, dan peramalan.
Jika data return mengandung unsur trend, tetapi tidak variasi musiman,
biasanya dapat ditransformasi menjadi data yang stasioner dengan melakukan
proses differencing. Proses ini dapat dilakukan satu kali yang disebut dengan first
differencing. Bila pada saat first differencing data masih belum stasioner maka
dilakukan second differencing, dengan kata lain data mungkin masih mengandung
trend. Second differencing dilakukan dengan melakukan differncing kembali pada
data hasil first differencing. Kestasioneran data dapat diperiksa dengan
menggunakan koefisien autokorelasi. Untuk menentukan secara objektif apakah
data sudah stasioner atau belum, dapat digunakan bantuan software seperti
Eviews. Dengan bantuan software ini dapat dilakukan statistik seperti Augmented
Dickey-Fuller test.
Setelah data dipastikan stasioner, tahap selanjutnya adalah identifikasi
mennetukan model ARIMA tentatif. Hal ini dilakukan dengan menganalisis
perilaku atau pola ACF dan PACF. Autokorelasi untuk data deret waktu non
musiman yang stasioner biasanya berbeda nyata dari nol hanya pada beberapa lag
pertama.
Setelah asumsi-asumsi yang diperlukan terpenuhi maka tahap selanjutnya
adalah membangun model dengan mengestimasi nilai-nilai parameternya.
Pendugaan parameter dimaksudkan untuk mencari koefisien model yang paling
sesuai data.
Penentuan
dugaan
parameter
ARCH/GARCH
dilakukan
dengan
menggunakan metode kemungkinan maksimum secara iterative dengan Algoritma
Marquardt. Dengan menggunakan software Eviews 4.1, kita dapat mengestimasi
nilai-nilai parameter yang dibutuhkan.
3. Tahap Pemilihan Model ARCH/GARCH Terbaik
Kriteria model yang terbaik adalah memiliki ukuran kebaikan model yang
besar dan koefisien yang nyata. Terdapat dua bentuk pendekatan yang dapat
digunakan sebagai ukuran kebaikan model yaitu:
1. Akaike Information Criterion (AIC)
AIC = Ln (MSE) + 2*K/N
2. Schwarz Criterion (SC)
SC = Ln (MSE) + [K*log (N)]/N
Dimana MSE = Mean Square Error
K
= Banyaknya parameter, yaitu (p+q+1)
N
= Banyaknya data pengamatan
SC dan AIC adalah dua standar informasi yang menyediakan ukuran
informasi yang dapat menemukan keseimbangan antara ukuran kebaikan model
dan spesifikasi model yang terlalu hemat. Nilai ini dapat membantu untuk
mendapatkan seleksi model terbaik. Model yang baik dipilih berdasarkan nilai
AIC dan SC yang terkecil dengan melihat juga signifikansi koefisien model.
4. Tahap Evaluasi
Pemeriksaan kecukupan model dilakukan untuk menguji asumsi, sehingga
model yang diperoleh cukup memadai. Jika model tidak memadai, maka kembali
ke tahap identifikasi untuk mendapatkan model yang lebih baik. Diagnostik model
ARCH/GARCH
dilakukan
dengan
menganalisis
residual
yang
telah
distandarisasi. Diagnostik meliputi:
1. Sebaran residual
2. Kebebasan residual yang dilihat dari fungsi autokorelasi dan kuadrat
galat
3.Pengujian efek ARCH/GARCH dari residual
Langkah awal yang dilakukan adalah memeriksa kenormalan galat baku
model dengan uji Jarque Bera (JB). Uji JB mengukur perbedaan antara Skewness
(kemenjuluran) dan Kurtosis (keruncingan) data dari sebaran normal, serta
memasukkan ukuran keragaman. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 : Sisaan baku menyebar normal
H1 : Sisaan baku tidak menyebar normal
Statistik uji JB dihitung dengan persamaan berikut;
JB =
2
N−K 2 1
)
(s +
(
k
−
3
)
4
6
dimana,
S : kemenjuluran
K : keruncingan
k : banyaknya koefisien penduga
N : banyaknya data pengamatan
Di bawah kondisi hipotesis nol, JB memiliki derajat bebas 2. Tolak H0
jika JB > X22 (α ) atau jika P(X22>JB) kurang dari α=0,05, yang berarti bahwa
data sisaan terbakukan tidak menyebar normal.
Model ARCH/GARCH menunjukkan kinerja yang baik jika dapat
menghilangkan autokorelasi dari data. Langkah selanjutnya adalah memeriksa
koefisien autokorelasi sisaan baku, dengan uji statistik Ljung-Box.
Uji Ljung-Box (Q*) pada dasarnya adalah pengujian kebebasan sisaan
baku. Untuk data deret waktu dengan N pengamatan, statistik uji Ljung-Box
diformulasikan sebagai:
k
Q* = n(n + 2)
∑ r (ε )
2
1
i =1
t
n−k
Dimana r1 (εt) adalah autokorelasi contoh pada lag 1 dan k adalah
maksimum lag yang diinginkan. Jika nilai Q* lebih besar dari nilai x22 (α) dengan
derajat bebas k-p-q atau jika P(x2(k-p-q)>Q*) lebih kecil dari taraf nyata 0,05
maka model tidak layak.
4.4.2 Peramalan Ragam
Setelah memperoleh model yang memadai, model tersebut digunakan
untuk memperkirakan nilai volatilitas masa datang. Peramalan ragam untuk
periode mendatang diformulasikan sebagai berikut:
ht = α0+ α1ε2t-1+…+αmε2t-m untuk ARCH (m)
atau
ht = k+δ1ht-1+……+ δrht-r+ α1ε2t-1+ α1ε2t-1+……+ αmε2t-m
untuk GARCH(r,m)
dengan k>0, δi>0, dan αj>0
dimana: : ht
: Nilai ragam ke-t
ε
: nilai sisaan
k
: konstanta
δi dan αj : parameter-parameter
4.4.3 Perhitungan Value at Risk (VaR)
Langkah terakhir adalah melakukan perhitungan VaR dengan waktu
berinvestasi yang berbeda-beda yaitu 1 hari, 5 hari, 10 hari, 20 hari (Jorion, 2002).
Dasar pemilihan waktu berinvestasi terutama dipengaruhi oleh psikologis investor
itu sendiri, apakah termasuk penghindar risiko, bersikap netral terhadap risiko
atau pencari risiko. Dalam menentukan nilai VaR, selang kepercayaan dan
horizon waktu yang dipilih merupakan faktor penting. Nilai VaR akan bertambah
seiring dengan penambahan nilai kedua faktor tersebut. Menurut Jorion (2002)
horizon waktu yang lebih pendek lebih baik, karena jumlah observasi akan lebih
besar berpengaruh pada kebaikan suatu tes dalam mengukur risiko. Secara
matematis VaR dapat didefinisikan sebagai berikut:
VaR = (σt+1 x √b) x Zα x W
dimana,
4.5
VaR
= besarnya risiko
b
= periode kepemilikan saham
Zα
= titik kritik dalam tabel Z dengan α tertentu
W
= besarnya investasi
σt+1
= Volatility yang akan datang (hasil peramalan) dimana σt = √ht
Definisi Operasional
1. ACF (Autocorelation Function)
Digunakan untuk menjelaskan asosiasi atau ketergantungan bersama nilainilai suatu deret berkala yang sama pada periode berlainan. ACF mirip
dengan korelasi tetapi berhubungan dengan deret berkala untuk selang
waktu (time lag) yang berbeda).
2. Capital Gain
Keuntungan yang diperoleh pemegang saham dari hasil jual beli saham,
berupa selisih nilai jual yang lebih tinggi dan nilai beli yang lebih rendah.
3. Deviden
Sebagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham.
Deviden akan dibagikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
4. Emiten
Sebutan bagi perusahaan yang telah terdaftar di bursa saham, PT Bursa
Efek Indonesia.
5. Heteroskedastisitas
Varian dari tiap unsur disturbance, tergantung (conditional) pada nilai
yang dipilih dari variabel yang menjelaskan memiliki keragaman
(volatilitas) yang tidak konstan di setiap titik waktunya.
6. Homoskedasitas
Varian dari tiap unsur disturbance, tergantung (conditional) pada nilai
yang dipilih dari variabel yang menjelaskan adalah suatu angka konstan
yang sama dengan σ2 atau dengan kata lain variannya sama.
7. Kurtosis
Ukuran keruncingan distribusi data; derajat atau ukuran tinggi rendahnya
puncak suatu distribusi data terhadap distribusi normal data.
K=3
: Mesokurtis (normal)
K>3
: Leptokurtis (distribusi data yang puncaknya relatif tinggi)
K<3
: Platikurtis (distribusi data yang puncaknya terlalu rendah)
8. PACF (Partial Autocorelation Function)
Ukuran korelasi ini dipakai untuk menunjukkan besarnya hubungan antara
suatu variabel saat ini dengan nilai sebelumnya dari variabel yang sama
(nilai-nilai untuk berbagai keterlambatan waktu) dengan menganggap
pengaruh dari semua keterlambatan waktu yang lainnya konstan.
9. Pengembalian (return)
Diferensiasi logaritma natural dari pergerakan harga penutupan saham .
10. Risiko (risk)
Risiko merupakan prospek yang tidak disukai (Keown et al, 1999).
Menurut Sartono (1997), risiko adalah kemungkinan bahwa keuntungan
sebenarnya dari pemilikan suatu aktiva akan menyimpang dari keuntungan
yang diharapkan.
11. Risiko Pasar (market risk)
Risiko akibat pergerakan harga pasar substansial baik keseluruhan saham
maupun saham tertentu akibat perubahan tingkat inflasi ekonomi,
keuangan negara atau kebijakan pemerintah. Risiko ini dapat diukur
dengan deviasi standar dari hasil yang tidak diharapkan dan biasa disebut
volatilitas.
12. Skewness
Digunakan untuk menunjukkan simetris tidaknya bentuk kurva yang
dihasilkan dari distribusi suatu gugus data.
SK = 0
: sebaran simetris
SK > 0
: menjulur ke kanan, data cenderung menumpuk pada nilai
rendah
SK < 0
: menjulur ke kiri, data cenderung menumpuk pada nilai
tinggi
13. Stasioner
Pola data yang horizontal, data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata
konstan dan data tidak memiliki kecenderungan (trend)
14. Trend (kecenderungan)
Pola data yang menunjukkan kenaikan atau penurunan secara sekuler
dalam jangka panjang.
15. Volatilitas
Suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar harga berfluktuasi dalam
suatu periode waktu.
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1 Profil Perusahaan
5.1.1 Profil PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (BSP)
Sejarah PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk dimulai dengan didirikannya
NV Hollandsch Amerikaanse Plantage Maatschappij pada tahun 1911. Pada tahun
1986, Bakrie Grup mengambil seluruh saham perusahaan dari Uniroyal Sumatera
Plantations yang merupakan cabang dari Uniroyal Inc, USA. Namanya kemudian
diubah menjadi PT United Sumatera Plantations. Pada Tahun 1992, barulah nama
perusahaan berubah menjadi PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Pengambilan
saham ini menandakan bahwa Bakrie Grup sudah terlibat dalam dunia agribisnis.
Tahun 1990 adalah tahun yang bersejarah bagi perusahaan dimana
perusahaan melakukan penawaran umum 30% sahamnya di Bursa Efek Jakarta
(BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang sekarang telah bergabung menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Kemudian pada tanggal 30 Desember 1999,
perusahaan mendaftarkan 100% sahamnya di BEJ dan BES.
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk merupakan perusahaan dengan bisnis
karet yang memproduksi karet alami dengan beragam jenis dan kualitas.
Perusahaan menjalankan proses produksi yang fleksibel agar memungkinkan
pelanggan memperoleh spesifikasi sesuai dengan yang mereka inginkan. Pabrik
karet perusahaan ini berlokasi di Bunut, Kisaran, Sumatra Utara, yang dapat
melayani beragam kebutuhan dari pasar internasional.
Pada tahun 1990, perusahaan memperluas usahanya dengan mendirikan
PT Bakrie Pasaman Plantations di Pasaman, Sumatra Barat yang merupakan
perkebunan kelapa sawit. Pada tahun berikutnya, perusahaan mengakuisisi
perkebunan kelapa sawit di Jambi yang bernama PT Agrowiyana. Pada tahun
1992, perusahaan mengganti sebagian dari perkebunan karet di Kisaran menjadi
perkebunan kelapa sawit.
Pada tahun 1996, Bakrie Pasaman mampu memproduksi minyak kelapa
sawit dengan kapasitas 30 ton tandan buah segar (TBS) per jam, dan meningkat
menjadi 40 ton per TBS per jam pada tahun 2001. Kapasitas produksi masih dapat
meningkat mencapai 60 ton per TBS per jam.
Kantor pusat PT Bakrie Sumatera Plantation berlokasi di Jalan HR Rasuna
Said Kav B-1, Wisma Bakrie Lt.1, Kuningan, Jakarta.
5.1.2 PT Tunas Baru Lampung (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung didirikan pada tanggal 22 Desember 1973 yang
merupakan anak perusahaan Sungai Budi Grup yang telah berdiri sejak tahun
1947 sebagai pelopor industri pertanian Indonesia.
berkeinginan
untuk
membantu
mengembangkan
Sungai Budi Grup
negara
dan
memodali
kesempatan untuk berkompetisi di Indonesia dalam bidang pertanian. Saat ini,
Sungai Budi Grup merupakan salah satu perusahaan Indonesia terbesar dan
sebagai distributor pertanian yang berbasis produk konsumsi. Anak perusahaan
Sungai Budi Grup yang lain adalah sebuah perusahaan terbuka yang bernama PT
Acid Jaya Tbk, yang merupakan perusahaan tepung kanji terbesar di Indonesia.
PT Tunas Baru Lampung memulai operasinya pada awal tahun 1970-an
dan berkembang menjadi salah satu produsen terbesar dan produsen minyak
masak nabati dengan biaya produksi yang rendah. Kantor pusat PT Tunas Baru
Lampung berlokasi di Jalan HR Rasuna Said Kav. C-6, Gedung Wisma Budi Lt 89, Kuningan, Jakarta. Kantor Operasionalnya berlokasi di Jalan Ikan Kakap no 912 Pesawahan, Teluk Betung Selatan, Bandar Lampung.
PT Tunas Baru Lampung
melakukan penawaran umum sahamnya di
Bursa Efek Jakarta pada tanggal 14 Februari 2004 dengan harga penawaran
perdana sebesar Rp 2.200,00 (rupiah penuh). Perusahaan mencatatkan 48% persen
sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
5.1.3 PT Astra Agro Lestari (AALI)
PT. Astra Agro Lestari (AALI) semula didirikan dengan nama PT
Suryaraya Cakrawala pada tanggal 3 Oktober 1988 yang kemudian berubah
menjadi PT. Astra Agro Niaga tanggal 4 agustus 1989. Pada tanggal 30 Juni 1997
perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera
dengan
metode
penyatuan
kepemilikan
(pooling
of
interest).
Setelah
penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT. Astra Agro Lestari
dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar menjadi Rp 2 triliun yang
terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh).
Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah perkebunan, perdagangan
umum, perindustrian, pengangkutan jasa, dan konsultan. Perusahaan mempunyai
investasi pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan dan
industri kelapa sawit dan karet.
Kantor pusat perusahaan dan anak perusahaan berlokasi di Jalan Pulo
Ayang Raya Blok OR no 1, Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta. Perkebunan
kelapa sawit dan karet seluas 4.018 hektar dan 316 hektar berlokasi di Kalimantan
Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatera Utara. Perkebunan dan
pabrik pengolahan anak perusahaan berlokasi di pulau Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun
1995.
Pada tanggal 30 September 2007, luas areal hak atas tanah yang dimiliki
perusahaan dan anak perusahaan adalah seluas 322.592 hektar dengan luas areal
tertanam seluas 175.525 hektar. Sampai dengan 30 September 2007 beberapa
anak perusahaan mengembangkan perkebunan plasma dan membina kerjasama
dengan petani plasma untuk areal tertanam seluas 55.550 hektar. Pabrik
pengolahan perusahaan dan anak perusahaan berkapasitas produksi efektif 865 ton
tandan buah segar per jam, dan 450 ton inti sawit, 300 ton CPO serta 19,3 ton
karet per hari.
Pada tanggal 9 Desember 1997, perusahaan melakukan penawaran umum
perdana saham perusahaan melalui bursa efek di Indonesia sebanyak 125,8 juta
saham dengan nilai nominal Rp 500 (rupiah penuh) per saham dengan harga
penawaran sebesar Rp 1.550 (Rupiah penuh) per saham. Perusahaan telah
mencatatkan seluruh sahamnya di Bursa Efek Indonesia.
5.2 Pergerakan Harga Saham Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Terpilih
Eksplorasi pergerakan harga saham dilakukan terhadap data harga
penutupan saham perusahaan untuk melihat perkembangan kedua hal tersebut.
Data indeks harga saham mengukur kinerja saham-saham yang ada di pasar
modal.
Gambar 5, 6 dan 7 menunjukkan pergerakan harga saham harian PT
Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI) periode Januari 2005 hingga akhir Februari 2008.
Saham ketiga perusahaan tersebut merupakan saham yang telah terbukti
memiliki reputasi baik dan secara historis memiliki catatan pertumbuhan
keuntungan (profit growth) dari tahun ke tahun (Lampiran 2, 3, dan 4), serta
konsisten memberikan deviden kepada pemegang saham. Hal ini dibuktikan
karena ketiga saham perusahaan kelapa sawit tersebut termasuk dalam
perhitungan Indeks LQ45. Perusahaan ini dikelola dengan standar profesionalisme
tinggi untuk menghasilkan produk bermutu tinggi. Namun ketiga perusahaan ini
memiliki pergerakan harga yang berbeda-beda pada tiap periodenya. Tingkat
harga dan pergerakan harga masing-masing perusahaan berbeda tergantung
kapitalisasi pasar dan likuiditas saham perusahaan tersebut (Tambunan, 2007).
Pada periode awal Agustus 2005, pergerakan saham dipermainkan oleh
kondisi politik yang terjadi di Indonesia saat itu. Seperti kenaikan harga minyak
mentah dunia yang mengakibatkan anggaran pemerintah menjadi defisit.
Perusahaan-perusahaan yang menjadi aset negara dijual satu persatu untuk
menutupi defisit tersebut. Hal ini menyebabkan harga saham-saham di bursa efek
menjadi turun begitu juga harga saham ketiga perusahaan perkebunan kelapa
sawit terpilih. Pada pertengahan Agustus 2005, pemerintah sepakat mengakhiri
perseteruan yang terjadi dengan Gerakan Aceh Merdeka. Kesepakatan yang
dibuat tersebut seharusnya menjadi prospek yang baik bagi kondisi perekonomian
Indonesia saat itu. Tetapi, investor asing berpikiran lain bahwa hal tersebut
merupakan awal disintegrasi negara kesatuan Republik Indonesia. Setelah ini pun
masih ada persoalan di Papua dan Republik Maluku Selatan. Momentum ini
dimanfaatkan oleh para investor asing untuk melakukan profit taking. Hal ini
menyebabkan pasar semakin menurun berkelanjutan.
Memasuki periode tahun 2007, pemerintah seharusnya bisa membaca arah
prospek bisnis perusahaan perkebunan kelapa sawit di masa yang akan datang.
Sebelumnya, Menteri Pertanian melalui Peraturan Menteri Nomor 2 Tahun 2007
menetapkan satu perusahaan diizinkan mengembangkan area perkebunan untuk
kelapa sawit hingga 100 ribu hektare. Peraturan Menteri itu merupakan perubahan
dari SK Menteri Kehutanan Nomor 357 Tahun 2002 yang kepemilikannya hanya
20 ribu hektare setiap perusahaan. Guna mencegah terjadinya praktek kartel dalam
pasar minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil), pemerintah akan membatasi
luas area perkebunan sawit. Hal ini menyebabkan saat itu para investor melakukan
aksi jual terhadap saham perkebunan kelapa sawit sejak peraturan itu diumumkan
pada akhir Juli 2007. Langkah pemerintah membatasi luas lahan perkebunan
kelapa sawit dinilai sebagai langkah mundur dan tak masuk akal di tengah
gencarnya investor asing menanamkan investasi pada sektor tersebut. Pemerintah
dan industri agrobisnis nasional akan kehilangan peluang meraih keuntungan
besar di tengah masih tingginya permintaan minyak sawit di pasar dunia guna
memproduksi biofuel sebagai bahan pengganti energi.
Pada periode pertengahan Februari 2008, saham ketiga perusahaan
perkebunan kelapa sawit terpilih sempat mengalami penurunan harga saham
padahal pada saat itu harga CPO (Crude Palm Oil) sedang naik. Hal ini
disebabkan karena negara-negara Eropa dan Amerika yang merupakan negara
tujuan ekspor para produsen kelapa sawit sedang melakukan penelitian tentang
komoditi kelapa sawit. Kekhawatiran negara-negara tersebut terhadap kelapa
sawit yaitu lahan yang digunakan untuk penanaman kelapa sawit tidak dapat
digunakan sama sekali dalam jangka waktu yang lama jika umur pohon kelapa
sawit sudah habis atau kelapa sawit sudah tidak dapat lagi tumbuh di lahan
tersebut. Penelitian menyatakan bahwa lahan tersebut akan gersang dalam jangka
waktu yang lama. Hal ini menjadi kekhawatiran negara-negara industri tersebut
yang dikenal sangat menjaga lingkungan alam. Para investor pada perusahaan
CPO (Crude Palm Oil) mulai waspada dengan isu tersebut. Jika isu tersebut
benar-benar menjadi pertimbangan mendasar bagi negara-negara di Eropa dan
Amerika untuk mengimpor CPO (Crude Palm Oil) maka, produk CPO akan
dipersulit prosedur pengirimannya ke negara-negara Eropa dan Amerika tersebut.
Harga Penutupan Saham
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
.
Gambar 5. Pergerakan Harga Penutupan Saham
PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP).
Dari pergerakan harga penutupan saham terlihat bahwa harga penutupan
berkisar antara 310 hingga 2825. Kisaran harga yang terbentuk pada saham
perusahaan dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar perusahaan tersebut di Bursa Efek
Indonesia. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) memiliki kapitalisasi pasar
sebesar Rp 4.312.350.000.000,00 sehingga perusahaan memiliki kesempatan
untuk mengalami fluktuasi pergerakan harga saham yang tinggi. PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP) juga cukup aktif diperdagangkan setiap harinya
sehingga pergerakan harganya menjadi fluktuatif. Tingkat pengembalian terhadap
modal yang cukup tinggi menyebabkan harga saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP) relatif cukup mahal tetapi return yang didapatkan relatif
setimpal. Pergerakan harga penutupan saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
(BSP) menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi dengan trend meningkat.
800
Harga Penutupan Saham
700
600
500
400
300
200
100
0
Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Gambar 6. Pergerakan Harga Penutupan Saham
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
Dari pergerakan harga penutupan saham terlihat bahwa harga penutupan
berkisar antara 135 hingga 710. Kisaran harga yang terbentuk pada saham
perusahaan dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar perusahaan tersebut di Bursa Efek
Indonesia. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki kapitalisasi pasar
sebesar Rp 2.365.621.957.770,00 sehingga perusahaan memiliki kesempatan
untuk mengalami fluktuasi pergerakan tidak setinggi PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP) karena PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) memiliki
kapitalisasi pasar yang lebih tinggi. Fluktuasi pergerakan harga yang terjadi pada
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) disebabkan karena perusahaan ini
memiliki rata-rata volume perdagangan yang cukup tinggi. Tingkat pengembalian
terhadap modal yang lebih rendah dibandingkan kedua perusahaan menyebabkan
harga saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) menjadi lebih murah.
Pergerakan harga penutupan saham PT Tunas Baru Lampung (TBLA)
menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi dengan trend meningkat pada periode
2007 hingga 2008.
Harga Penutupan Saham AALI
40000
35000
30000
25000
20000
15000
10000
5000
0
Jan-05
Jul-05
Jan-06
Jul-06
Jan-07
Jul-07
Jan-08
Gambar 7. Pergerakan Harga Penutupan Saham
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Dari pergerakan harga penutupan saham terlihat bahwa harga penutupan
berkisar antara 2875 hingga 34000. Kisaran harga yang terbentuk pada saham
perusahaan dipengaruhi oleh kapitalisasi pasar perusahaan tersebut di Bursa Efek
Indonesia. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki kapitalisasi pasar sebesar
Rp 24.172.335.750.000,00 sehingga perusahaan memiliki kesempatan untuk
mengalami fluktuasi pergerakan harga saham yang tinggi. Perusahaan memiliki
jumlah kapitalisasi pasar terbesar dibandingkan dengan perusahaan kelapa sawit
terpilih lainnya. Fluktuasi pergerakan harga yang terjadi pada PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI) disebabkan karena perusahaan ini memiliki rata-rata volume
perdagangan yang cukup tinggi. Tingkat pengembalian terhadap modal paling
tinggi dibandingkan kedua perusahaan menyebabkan harga saham PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI) menjadi lebih mahal. Pergerakan harga penutupan saham PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI) menunjukkan pergerakan yang berfluktuasi
dengan trend meningkat.
VI. TINGKAT RISIKO INVESTASI
6.1 Pergerakan Data Return Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih
Pergerakan data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP),
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
periode Januari 2005 sampai akhir Februari 2008 dapat dilihat pada Gambar 8.
Dari plot deret waktu return terlihat bahwa pergerakan return berfluktuasi. Pada
beberapa periode fluktuasi di sekitar nilai tengahnya, tetapi ada beberapa periode
yang menunjukkan fluktuasi yang tinggi. Hal ini menimbulkan risiko terhadap
return harga saham perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih pada setiap
periode waktunya.
a)
b)
Time Series Plot of Return
c)
Time Series Plot of Return
Time Series Plot of Return
0.3
0.15
0.10
0.2
0.10
0.1
0.00
0.05
0.0
Return
Return
Return
0.05
-0.1
-0.05
-0.2
-0.10
-0.3
0.00
-0.05
-0.4
-0.15
1
79
158
237
316
395
Index
474
553
632
711
-0.10
1
79
158
237
316
395
Index
474
553
632
711
1
79
158
237
316
395
Index
474
553
632
711
Gambar 8. Plot Deret Waktu Return a) PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP),
b) PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan c) PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI).
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki fluktuasi pergerakan
return yang lebih tinggi dibandingkan kedua perusahaan perkebunan kelapa sawit
terpilih lainnya. Pada Gambar 8 terlihat bahwa return perusahaan berfluktuasi
sangat cepat sehingga terlihat garis fluktuasi yang tebal. Hal ini disebabkan karena
saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki harga saham yang rendah
sehingga sering menjadi sasaran investor yang ingin mendapatkan return dalam
periode investasi jangka pendek (1 hari).
PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI) memiliki fluktuasi pergerakan return yang lebih rendah dibandingkan PT
Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA). Hal ini disebabkan kedua perusahaan ini
memiliki pergerakan harga saham dengan trend meningkat dengan harga saham
yang lebih mahal sehingga investor cenderung untuk mempertahankan sahamnya
pada satu harga dan menunggu sampai investor mendapatkan tingkat
pengembalian yang sesuai dengan yang diharapkan.
Ringkasan data return ketiga perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 5, 6,
dan 7 dan ringkasannya terdapat pada Tabel 7.
Tabel 7. Ringkasan Data Pengembalian Saham Perusahaan Kelapa Sawit
Terpilih
Perusahaan
Mean
Skewness Kurtosis
PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)
0.002674
0.216039
6.641940
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
0.001152
-0.225261 17.08460
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
0.002957
0.656193
5.499985
Rata-rata return PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) selama 3 tahun
terakhir menunjukkan tingkat return yang lebih tinggi dibanding saham
perusahaan kelapa sawit lainnya, kemudian diikuti PT Bakrie Sumatra Plantation
Tbk (BSP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dengan tingkat return
terendah. Hal ini disebabkan karena PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki
penerimaan bersih dan tingkat pengembalian terhadap modal yang paling tinggi
dibandingkan kedua perusahaan kelapa sawit lainnya. Kondisi fundamental yang
terdapat pada laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang lebih
baik dibandingkan kedua perusahaan kelapa sawit terpilih lainnya menyebabkan
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki tingkat return yang lebih
tinggidibandingkan dengan saham perusahaan kelapa sawit terpilih lainnya
(Lampiran 2, 3, dan 4).
Koefisien kemenjuluran (skewness) yang merupakan ukuran kemiringan
adalah lebih besar dari 0 menunjukkan return saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki distribusi
yang miring ke kanan artinya data cenderung menumpuk pada tingkat fluktuasi
yang rendah. Sedangkan saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki
koefisien kemenjuluran (skewness) yang kurang dari 0 menunjukkan saham
perusahaan tersebut menumpuk pada tingkat fluktuasi yang tinggi. Nilai
keruncingan (kurtosis) yang lebih dari 3 bermakna bahwa distribusi Yt ketiga
perusahaan perkebunan kelapa sawit memiliki ekor yang lebih padat dibandingkan
dengan sebaran normal. Nilai keruncingan (kurtosis) yang lebih besar dari 3
merupakan gejala awal adanya heteroskedastisitas.
6.2 Peramalan Tingkat Risiko Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit
Terpilih
Dalam peramalan tingkat risiko terdapat langkah-langkah dalam
menemukan model ragamnya. Model ragam tersebut akan digunakan untuk
peramalan tingkat risiko perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. Langkahlangkah yang termasuk dalam tahap spesifikasi model ragam adalah pertama,
pendeteksian efek ARCH dengan uji autokorelasi dan Uji ARCH, kedua
spesifikasi persamaan rataan.
Pengujian efek ARCH dapat dilakukan dengan cara menguji nilai
autokorelasi pada kuadrat data tersebut dalam hal ini kuadrat pengembalian (Yt2).
Fungsi autokorelasi kuadrat pengembalian digunakan untuk mendeteksi
keberadaan efek ARCH. Keberadaan efek ARCH ditunjukkan dengan nilai
autokorelasi kuadrat pengembalian (Yt2) yang signifikan pada 15 lag pertama
(Enders, 2004). Pengujian autokorelasi Yt2 ketiga perusahaan kelapa sawit yang
terdapat pada Lampiran 8, 9, dan 10 menunjukkan bahwa nilai probability pada
15 lag pertama pada ketiga perusahaan adalah signifikan. Hal ini mengindikasikan
adanya efek ARCH/ARCH error pada data pengembalian ketiga perusahaan
kelapa sawit tersebut.
Tahapan selanjutnya dari spesifikasi model ragam adalah spesifikasi
persamaan rataan. Persamaan rataan ini diperoleh melalui serangkaian metodologi
Box-Jenkins.
A. Kestasioneran Data Return
Berdasarkan
sebaran
dari
nilai
autokorelasi
(Autocorrelation
Functional/ACF) pada Lampiran 11, 12, dan 13 yang belum cut off pada lag nya,
menunjukkan bahwa ketiga data return perusahaan perkebunan kelapa sawit
belum stasioner. Maka, agar data return ketiga perusahaan tersebut stasioner, data
return tersebut di differencing. Setelah di differencing, data tersebut menjadi
stasioner. Hal ini ditunjukkan oleh plot ACF yang cut off setelah lag 1 atau 2 dan
plot PACF yang dying down (Lampiran14, 15, dan 16). Berdasarkan Uji
Augmented Dickey-Fuller, diketahui bahwa ketiga data return tersebut tidak
mengandung unit root karena ADF Test Statistic lebih kecil dari pada Critical
Value (Lampiran 17, 18, dan 19). Hal ini menguatkan indikasi data telah stasioner.
B. Penentuan Model Tentatif
Model tentatif ARIMA ditentukan berdasarkan informasi yang didapat
dari sebaran nilai autokorelasi (ACF/PACF). Dari sebaran nilai autokorelasi ini
didapatkan parameter banyaknya AR dan MA yang akan digunakan untuk
menduga model tentatif. Dari beberapa kombinasi model ARIMA yang didapat,
dipilih model terbaik yang memiliki nilai MSE terkecil (Lampiran 20, 21, dan 22).
Berdasarkan proses overfitting diperoleh kandidat model ARIMA untuk
data return ketiga perusahaan kelapa sawit yaitu ARIMA (0,1,1). Model ARIMA
tersebut dipilih karena model tersebut yang paling memenuhi kriteria. Dari model
tersebut, residual model diperiksa. Pada Lampiran 23, 24, dan 25, terlihat bahwa
nilai F-statistic ketiga perusahaan lebih besar dari nilai kritik χ22 (0,05) sebesar
5,99 dan nilai p lebih kecil dari 0,05 atau menolak H0 yang berarti bahwa terdapat
efek ARCH pada model ARIMA yang diestimasi.
Karena dalam metode ARIMA terdapat efek ARCH, maka nilai kuadrat
galat dari model terbaik metode ARIMA ini digunakan lebih lanjut untuk mencari
model ARCH-GARCH lebih lanjut. Langkah pertama dari tahap ini adalah
mensimulasikan beberapa model ragam dengan spesifikasi model rataan yang
telah didapatkan. Kemudian dilanjutkan dengan pendugaan parameter model
menggunakan metode kemungkinan maksimum atau quasi maximum likelihood
(QML). Simulasi model ini mengkombinasikan nilai r = 1 dan 2 dengan nilai m =
0, 1, dan 2 sehingga terbentuk 6 model ragam.
Pada Lampiran 26, 27, dan 28, pemilihan model ragam yang terbaik
dilakukan dengan melihat salah satu dari nilai AIC atau SC yang terendah,
memiliki koefisien yang signifikan, dan nilai koefisiennya tidak lebih besar dari 1.
Model dugaan sementara ketiga perusahaan kelapa sawit yang terpilih
terdapat pada Tabel 8. Hasil pengolahan data harga saham yang menunjukkan
model ARCH-GARCH terbaik dari perusahaan kelapa sawit terpilih terdapat pada
Lampiran 26, 27, dan 28.
Tabel 8. Model ARCH-GARCH Terbaik Perusahaan Kelapa Sawit
Koef
ARIMA
(0,1,1)
K
α1
α2
β1
β2
AIC
SC
BSP
ARCH (1)
Koefisien
Peluang
-0.995932
0.0000
0.000584
0.319753
-4.327976
-4.310181
0.0000
0.0000
TBLA
ARCH (2)
Koefieisen
Peluang
-1.005746
0.0000
Persamaan Varian
0.001895
0.126342
0.023218
-3.517659
-3.493932
0.0000
0.0000
0.0004
AALI
ARCH (1)
Koefisien
Peluang
-0.997117
0.0000
0.000541
0.181919
-4.519076
-4.501281
0.0000
0.0000
Model dugaan sementara pada Tabel 8 menunjukkan bahwa model ARIMA
(0,1,1) nyata pada taraf nyata lima persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa
return pada periode sebelumnya mempengaruhi return pada periode tertentu
untuk saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT Tunas Baru Lampung
Tbk (TBLA) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI). Persamaan varian pada
Tabel 8 selanjutnya digunakan untuk peramalan tingkat risiko perusahaan
perkebunan kelapa sawit terpilih.
Tabel 8, memberikan informasi bahwa tingkat risiko saham PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
dipengaruhi besarnya nilai sisaan pengembalian sehari sebelumnya.. Jika nilai
sisaan pengembalian pada penutupan saham hari ini relatif besar, maka tingkat
risiko untuk esok hari akan cenderung besar. Tingkat risiko saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA) dipengaruhi besarnya nilai sisaan pengembalian sehari
sebelumnya dan sehari sebelum sehari sebelumnya. Ini berarti bahwa semakin
besar nilai sisaan pengembalian pada hari ini dan hari kemarin, maka tingkat
risiko untuk esok hari akan semakin besar. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
memiliki keacakan pergerakan return yang lebih tinggi daripada PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sehingga
tingkat risiko PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dipengaruhi oleh dua periode
waktu sebelumnya.
Untuk mengetahui kecukupan model dilakukan pemeriksaan terhadap
galat terbakukan dengan mengamati nilai statistik uji Jarque-Bera untuk
memeriksa asumsi kenormalan. Hasil pengolahan data harga saham yang
membuktikan kecukupan model terdapat pada Lampiran 29, 30, dan 31.
Tabel 9. Uji Kenormalan Galat Terbakukan
Perusahaan
PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP)
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Nilai Jarque-Bera
248,3890
8436,482
236,0971
Probability
0,00000
0,00000
0,00000
Berdasarkan nilai Jarque-Bera ketiga perusahaan dengan nilai p 0,00000,
berarti kita menolak hipotesis nol galat terbakukan atau tidak menyebar normal.
Langkah selanjutnya adalah memeriksa koefisien ACF galat terbakukan,
diharapkan bahwa galat terbakukan tersebut saling bebas sudah tidak terdapat lagi
heteroskedastisitas. Hasil uji Ljung-Box (Lampiran 32, 33, dan 34) terhadap
ketiga perusahaan ternyata ACF residual kuadrat pada 15 lag pertama sudah tidak
signifikan artinya sudah tidak terdapat efek ARCH. Dengan demikian kinerja
model ketiga perusahaan dapat dikatakan baik.
Hasil uji ARCH (Lampiran 35, 36, dan 37) menunjukkan bahwa nilai LM
ketiga perusahaan adalah lebih kecil dari nilai kritik χ22 (0,05) sebesar 5,99 dan
nilai p adalah lebih besar dari 0,05 atau tolak H0 yang berarti sudah tidak terdapat
efek ARCH.
6.3 Tingkat Risiko Perkebunan Kelapa Sawit Terpilih
Kinerja saham perusahaan di pasar modal dapat dilihat dari tingkat
kapitalisasi dan likuiditasnya. Sedangkan risiko tercermin dari fluktuatif
pergerakan harga saham di pasar modal. Berdasarkan hasil wawancara, secara
umum perusahaan kelapa sawit adalah perusahaan dengan risiko rendah. Faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat risiko perusahaan kelapa sawit adalah kondisi
cuaca yang buruk, serangan babi hutan pada tanaman berusia muda, dan ancaman
peningkatan pajak ekspor oleh pemerintah. Di balik risiko tersebut, perusahaanperusahaan kelapa sawit memiliki potensi untuk berkembang pesat karena harga
kelapa sawit yang meningkat sangat tinggi yang akan mempengaruhi harga
minyak goreng dalam negeri. Hal ini menyebabkan para pemilik saham-saham
perusahaan kelapa sawit mengalokasikan belanja modal guna mendanai perluasan
lahan, penanaman sawit baru, dan pembangunan pabrik sehingga secara
fundamental akan menopang pertumbuhan pendapatan dalam jangka panjang.
Sebelum memutuskan akan menanamkan dananya pada saham tertentu,
umumnya investor akan melakukan analisis secara fundamental dan teknikal
terlebih dahulu. Analisa fundamental dilakukan dengan melihat laporan keuangan
perusahaan yang menjadi tujuan investasi, sedangkan analisa teknikal dilakukan
dengan melihat pergerakan harga saham perusahaan yang merupakan tujuan
investasi. Berdasarkan hasil wawancara, sebagian investor sekarang ini mulai
tidak memperhatikan analisa fundamental dalam memilih suatu saham. Mereka
memilih saham yang sedang popular didukung dengan melihat pergerakan harga
sahamnya. Fluktuasi pergerakan harga saham yang terjadi pada perusahaan
perkebunan kelapa sawit, menyebabkan pentingnya para investor menganalisa
besarnya risiko yang akan mereka tanggung ketika berinvestasi pada perusahaanperusahaan tersebut.
Berdasarkan peramalan dengan metode ARCH-GARCH untuk meramal
nilai pergerakan harian saham penutupan, investor dapat menghitung tingkat
risiko yang akan ditanggung jika menanamkan modalnya pada saham tersebut.
Tingkat risiko tersebut menggambarkan kemungkinan investor mengalami
kerugian jika menanamkan modalnya pada saham tersebut. Besarnya risiko yang
akan ditanggung oleh investor jika melakukan investasi dihitung dengan
melakukan perhitungan VaR (Value at Risk) dengan waktu berinvestasi yang
berbeda-beda yaitu 1 hari, 5 hari, 10 hari, 15 hari, dan 30 hari (Jorion, 2002).
Hasil peramalan dapat dilihat pada Lampiran 38, 39 dan 40 pada kolom 3
dan 4. Berikut adalah ilustrasi penggunaan VaR dengan selang kepercayaan 95
persen. Misalnya seorang investor menanamkan modal pada saham sebesar Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Asumsi ini ditetapkan berdasarkan
penyesuaian jumlah investasi yang secara umum diinvestasikan oleh para investor
pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih. Namun jumlah Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) ini bukanlah jumlah mutlak atau minimal
investor harus berinvestasi pada Bursa Efek Indonesia. Risiko yang akan
ditanggung investor tersebut dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Besar Risiko untuk Berbagai Lamanya Investasi pada
Saham Perusahaan Kelapa Sawit Terpilih
Saham
BSP
TBLA
AALI
5 Hari
*
12.49
21.62
11.90
%
4,16
7,21
3,97
10 Hari
*
%
27.92 9,30
48.35 16,12
26.61 8,87
Catatan: * dalam jutaan rupiah
Besarnya Risiko
15 Hari
30 Hari
*
%
*
%
39.49 13,16 48.37 16,13
68.37 22,79 83.74 27,92
37.64 12,55 46.10 15,37
1 Hari
*
%
68.41 22,80
118.43 39,48
65.19 21,73
Pada Tabel 10 terlihat bahwa nilai risiko (Value at Risk) semakin besar
seiring dengan lamanya waktu berinvestasi. Tingkat risiko tertinggi dimiliki oleh
saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) yaitu sebesar 7,21 persen dari total
investasi yang ditanamkannya jika berinvestasi dengan jangka waktu satu hari.
Hal ini disebabkan oleh investor yang merasa belum yakin dengan kondisi jangka
panjang saham perusahaan tersebut.
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) baru mulai gencar melakukan
ekspansi lahan beberapa tahun belakangan ini. Tahun 2007, luas lahan perusahaan
mencapai 120.000 ha. Tetapi, nilai harga saham tidak hanya bergantung pada luas
lahan, juga produktivitas dari kelapa sawit itu sendiri. Menurut seorang investor,
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) belum menunjukkan hal tersebut karena
perusahaan masih memiliki beban hutang yang tinggi. Ditambah lagi dengan
pesimisnya investor terhadap lahan yang diusahakan oleh perusahaan karena
berlokasi di Lampung yang memiliki lahan kelas tiga, tidak sebagus di Riau atau
Sumatra Utara, selain itu faktor cuaca yang kering di daerah Lampung juga dapat
menghambat produktivitas kelapa sawit. Berdasarkan hasil wawancara, trend
harga yang berfluktuasi turun naik sangat tajam menyebabkan investor ragu-ragu
untuk menanamkan sahamnya pada PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) lebih banyak diperdagangkan oleh
para spekulan yang berpikir jangka pendek untuk mendapatkan capital gain.
Untuk mencegah hal ini perusahaan sebaiknya memperkuat fundamental
perusahaan dengan pengelolaan profit, pembibitan, pemrosesan hasil produksi dan
pemasarannya.
Sedangkan saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) dan PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI) tingkat risiko yang dimilikinya berturut-turut adalah
senilai 4,16 persen dan 3,97 persen dari total investasi yang ditanamkannya jika
berinvestasi dengan jangka waktu satu hari. Persentase risiko akan semakin besar
jika waktu investasi juga semakin besar. Tingkat risiko kedua perusahaan yang
lebih rendah dibandingkan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) didukung oleh
persepsi investor dalam melihat kedua perusahaan tersebut merupakan anak
perusahaan dari perusahaan-perusahaan terbesar dan ternama di Indonesia. PT
Astra Agro Lestari Tbk merupakan anak perusahaan dari PT Astra Internasional,
sedangkan PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk merupakan dibawah Bakrie Grups.
Hal ini memperkuat optimisme para investor akan kondisi jangka panjang kedua
perusahaan tersebut.
Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki tingkat risiko yang
terendah dibandingkan dengan kedua saham perusahaan perkebunan kelapa sawit
lainnya. karena fundamental perusahaan yang kuat dalam pengembangan
usahanya. Tahun 2007, laba bersih perusahaan tumbuh 150% dari tahun
sebelumnya (Laporan keuangan publikasi PT Astra Agro Lestari, Tbk). Di
samping itu, kekuatan perusahaan tidak hanya dipengaruhi oleh harga CPO yang
sedang naik, tetapi juga kapasitas produksi, penjualan dan volume ekspor PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang tinggi dan terus meningkat dari tahun ke
tahun. Secara nominal, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) unggul karena
memiliki lahan perkebunan luas mencapai 235.000 ha. Pada tahun 2008,
perusahaan berencana akan melakukan ekspansi lahan seluas 200.000 ha,
sehingga tahun 2008 luas lahan akan mencapai 500.000 ha. Hal ini menjadi sangat
potensial bagi para investor untuk mendapatkan keuntungan jangka panjang jika
memilih berinvestasi pada saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Tingkat risiko saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) menempati
urutan tertinggi kedua setelah saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
Berdasarkan hasil wawancara, saham PT Astra Agro Lestari (AALI) dianggap
lebih menarik dari saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP). Hal ini
disebabkan karena saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) yang
cenderung telat berekspansi dan pada tahun 2005 masih sibuk mengurus
persengketaan dengan penduduk Pasaman, Sumatra Barat, tempat lahan PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP) berada. Kesuksesan perusahaan saat itu disebabkan
karena harga Crude Palm Oil (CPO) yang tinggi saat itu. Tetapi setelah masalah
beban hutang dan persengketaan teratasi, trend PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
(BSP) terus meningkat. Untuk itu, sebaiknya perusahaan tidak hanya bergantung
pada harga Crude Palm Oil (CPO) tetapi juga terus meningkatkan kinerja
perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan dan
volume ekspornya sehingga dapat memberikan prospek yang cerah bagi para
investor.
Tindakan yang akan dilakukan oleh investor tergantung dari sikap investor
dalam menghadapi risiko. Investor yang mengharapkan tingkat pengembalian
yang tinggi tentunya akan menghadapi risiko yang tinggi pula. Dalam hal ini
saham PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) dengan tingkat risiko paling tinggi
akan diminati oleh para risk seeker. Sedangkan investor dengan kategori risk
neutral atau risk averse tentunya akan meminati saham dengan risiko yang kecil
yaitu PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).
Secara umum, berinvestasi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit
memberikan masa depan yang menjanjikan kepada para investor. Hal ini
disebabkan karena harga CPO (Crude Palm Oil) yang sedang tinggi di pasar
dunia. Selain itu, maraknya pencarian sumber energi yang dapat diperbaharui
untuk mengatasi penurunan jumlah cadangan minyak bumi di Indonesia,
menyebabkan kelapa sawit menjadi salah satu sumber energi subtitusi yang dapat
digunakan di masa yang akan datang. Pengembangan biodiesel dari minyak
kelapa sawit dapat juga diterapkan untuk teknologi biofuel. PT Pertamina dan
PLN diharapkan menjadi konsumen dalam negeri sumber energi biofuel ini.
Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak kelapa sawit saat ini
maka perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit harus terus meningkatkan
kinerja perusahaannya baik kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan
volume ekspornya.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Perkembangan harga saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP), PT
Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
menunjukkan fluktuasi dengan trend meningkat. Plot deret waktu return
terlihat bahwa return ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terlihat
berfluktuasi di sekitar nilai tengahnya dan pada beberapa periode
menunjukkan fluktuasi yang sangat tinggi. Return PT Tunas Baru Lampung
Tbk (TBLA) merupakan return dengan keacakan yang paling tinggi dibanding
kedua perusahaan perkebunan kelapa sawit lainnya.
2. Tingkat risiko saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) merupakan tingkat
risiko yang paling kecil dibandingkan saham PT Bakrie Sumatera Plantation
Tbk (BSP) dan PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA).
7.2 Saran
1. Ketiga perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih sebaiknya tetap
menawarkan sahamnya di pasar modal sehingga perusahaan dapat
memperoleh pembiayaan dari masyarakat umum melihat risiko yang kecil
bagi ketiga perusahaan sehingga hal ini cukup menarik bagi para investor
untuk berinvestasi pada perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih.
2. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) harus dapat terus meningkatkan kinerja
perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi lahan, penjualan, dan
volume ekspornya untuk mempertahankan minat investor untuk berinvestasi
pada perusahaannya terutama dalam jangka panjang.
3. PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) memiliki risiko yang tertinggi
dibandingkan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit terpilih lainnya
sehingga perusahaan sebaiknya memperkuat fundamental perusahaan dengan
pengelolaan profit, pembibitan, pemrosesan hasil produksi dan pemasarannya.
4. PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk (BSP) sebaiknya tidak hanya bergantung
pada kondisi harga CPO (Crude Palm Oil) yang sedang naik tetapi juga
meningkatkan kinerja perusahaannya baik berupa kapasitas produksi, ekspansi
lahan, penjualan, dan volume ekspornya.
5. Investor yang tidak menyukai risiko (risk averse) dapat berinvestasi pada PT
Astra Agro Lestari Tbk (AALI) karena perusahaan tersebut memiliki tingkat
risiko yang paling kecil. Sedangkan investor yang menyukai risiko (risk
seeker) dapat berinvestasi pada PT Tunas Baru Lampung Tbk, karena
perusahaan tersebut masih sangat potensial untuk mendatangkan return yang
tinggi dalam jangka panjang. Selain itu, perusahaan ini menawarkan saham
dengan harga yang masih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Puji Pakarti. 2004. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta.
Jakarta.
Badan Pusat Statisitik. 2006. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik, Jakarta.
Dorimulu, Primus. 2007. Saatnya ke Pasar Modal. Publikasi.
Enders, W. 2004. Applied Econometric Time Series. John Wiley & Son, Inc. New
York.
Engel, R.F, Sergio M. Focardi, dan Frank J. Fabozzi. 2007. ARCH/GARCH
models in Applied Financial Econometrics. Journal of Economic
Perspective.
Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam. IPB Press. Bogor.
Fuss, Roland, Dieter G. Kaiser, dan Zeno Adams. 2007. Value at Risk, GARCH
Modelling and Forecasting of Hedge Fund Return Volatility. Journal of
Derivatives & Hedge Funds 13: 2-25.
Hartono, 2001. Aplikasi Metode Peramalan Time Series dalam Pendugaan Harga
Saham pada Perusahaan Agribisnis di PT Bursa Efek Jakarta. Skripsi.
Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Hassan, Firmansyah. 2002. Analisis Kelayakan Peremajaan Tanaman Kelapa
Sawit (Studi Kasus Kebun Rejosari, PT Perkebunan Nusantara VII
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung). Skripsi. Jurusan
Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPP
AMP. Yogyakarta.
Indaryono, Bambang G. 2001. Perbandingan Metode Peramalan Harga Saham
antara Multiple Regression Method, Winter’s Method dan ARIMA. Tesis.
Program Studi Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia.
Iskandar, Edy. 2006. Analisis Risiko Investasi Saham Agribisnis Rokok dengan
Pendekatan Arch-Garch. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis,
Fakultas Pertanian. Institut Petanian Bogor, Bogor.
Jorion, Phillipe. 2002. Value at Risk: The New Benchmark for Managing
Financial Risk, Second Edition. McGraw-Hill. California. North America.
Keown, Arthur J, David S. Scott, John D. Martin, dan Jay W. Petty. 2001. Dasardasar Manajemen Keuangan. Terj. Dari Basic Financial Management,
Seven Edition, oleh Chaerul D. Djakman. Salemba Empat, Jakarta.
Krisnamurthi, Bayu. 2001. Agribisnis. Yayasan Pengembangan Sinar Tani,
Jakarta.
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makroekonomi, edisi kelima. Erlangga. Jakarta.
Mategna, Rosario N. dan H. Eugene Stanley. 2002. Pengantar Ekonofisika:
Korelasi dan Kompleksitasnya dalam Bidang Finansial. Terj. Dari An
Introduction to Econophysics, oleh Yohanes Surya. Prinhallindo, Jakarta.
Mustikaati, A. 2007. Analisis keterkaitan indeks harga saham gabungan bursa
efek Jakarta dengan indeks bursa saham regional.Skripsi. Fakultas
Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Newbold, Paul and Stephen J. 2003. Legbourne. Recent Developments In Time
Series Volume III. New York.
Perwira, P.D. 2000. Analisis Permintaan Saham Pertanian Terhadap Perubahan
Kondisi Makro Ekonomi Indonesia. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Pranowo, B. 2002. Analisis Portofolio Optimal Saham Sektor Pertanian di Bursa
Efek Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Primasari, Delvira. 2004. Tingkat Imbalan dan Risiko Investasi Agribisnis:
Analisis Perbandingan Pendekatan Fundamental dengan Teknikal di PT
Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ramadhona, Bakasenjaya. 2004. Analisis Risiko Investasi dengan Pendekatan
Model Arch/Garch dan Pendugaan Harga Saham Dengan Pendekatan
Model Time Series pada Perusahaan Agribisnis Terpilih di PT. Bursa Efek
Jakarta. Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Salim, Lani. 2003. Analisis Teknikal dalam Perdagangan Saham. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Sartono, R. Agus. 1997. Manajemen Keuangan, Edisi ketiga BPFE, Yogyakarta.
Sembiring, Antoni. 2007. Analisis Kelayakan Finansial dan Ekonomi Usaha
Pembuatan Kompos dari Tandan Kosong Kelapa Sawit (Studi Kasus
PT.XYZ). Skripsi. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setyastuti, R. 2004. Krisis Ekonomi dan Kausalitas antara Fluktuasi Nilai Tukar
Rupiah, Tingkat Suku Bunga dan Indeks Harga Saham di Indonesia. Parallel
Session 1A Pelajaran dari Krisis Moneter Indonesia, Yogyakarta.
Siregar, Roullandi N. 1995. Pemilihan Metode Peramalan Time Series untuk
Penentuan Harga Saham Emiten Terpilih (Studi Aplikasi Metode Peramalan
pada Saham-Saham Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Suta, I Putu Gede Ari. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Yayasan SAD Satria
Bhakti, Jakarta.
Tambunan, Andy Porman. 2007. Menilai Harga Wajar Saham. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Widiatmodjo, S. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham. Gramedia, Jakarta.
Lampiran 1.
DAFTAR PERUSAHAAN TERCATAT
YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEKS LQ 45
Periode Februari 2008 s/d Juli 2008
(lampiran Pengumuman BEI No. Peng-23/BEI.PSH/U/01-2008 tanggal 31 Januari 2008)
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
Kode Efek
AALI
ADHI
ANTM
ASII
BBCA
BBNI
BBRI
BDMN
BHIT
BKSL
BLTA
BMRI
BMTR
BNBR
BNGA
BNII
BRPT
BTEL
BUMI
CPIN
CPRO
CTRA
ELTY
ENRG
FREN
INCO
INDF
INKP
ISAT
KIJA
KLBF
MEDC
PGAS
PNLF
PTBA
SMCB
SULI
TBLA
TINS
TLKM
TOTL
TRUB
UNSP
UNTR
UNVR
Nama Emiten
Astra Agro Lestari Tbk
Adhi Karya (Persero) Tbk
Aneka Tambang (Persero) Tbk
Astra Internasional Tbk
Bank Central Asia Tbk
Bank Negara Indonesia Tbk
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Bank Danamon Indonesia Tbk
Bhakti Investama Tbk
Sentul City Tbk
Berlian Laju Tanker Tbk
Bank Mandiri (Persero) Tbk
Global Mediacom Tbk
Bakrie & Brithers Tbk
Bank Niaga Tbk
Bank International Indonesia Tbk
Barito Pacific Tbk
Bakrie Telecom Tbk
Bumi Resources Tbk
Charoen Pokphand Indonesia Tbk
Central Proteinaprima Tbk
Ciputra Development Tbk
Bakrieland Development Tbk
Energi Mega Persada Tbk
Mobile-8 Telecom Tbk
International Nickel Indonesia Tbk
Indofood Sukses Makmur Tbk
Indah Kiat Pulp & Paper Tbk
Indosat Tbk
Kawasan Industri Jababeka Tbk
Kalbe Farma Tbk
Medco Energi Internasional Tbk
Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Panin Life Tbk
Tambang Batubara Bukit Asam Tbk
Holcim Indonesia Tbk
Sumalindo Lestari Jaya Tbk
Tunas Baru Lampung Tbk
Timah Tbk
Telekomunikasi Indonesia Tbk
Total Bangun Persada Tbk
Truba Alam Manunggal Engineering Tbk
Bakrie Sumatera Plantation Tbk
United Tractors Indonesia Tbk
Unilever Indonesia Tbk
Keterangan
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Tetap
Baru
Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Company Report : July 2007
As of 31 July 2007
Main Board
Industry Sector : Agriculture (1)
Industry Sub-Sector : Plantation (12)
Individual Index
Listed Shares
Market Capitalization
Company History
1,188.384
1,574,745,000
24,172,335,750,000
Dividend Announcement
Established Date : 03-October-1988
Listing Date
: 09-December-1997
Under Writer IPO :
PT ABN AMRO Hoare Govett Indonesia
Securities Administration Bureau :
PT Raya Saham Registra
Plaza Central Building 2nd Fl.
Jl. Jend. Sudirman Kav. 47-48 Jakarta
Phone : 252-5666
Fax
: 252-5028
Shareholders (July 2007)
1. PT Astra International Tbk
2. PT Astra International Tbk
:
:
:
976,231,238
278,599,850
61.99%
17.69%
Year
1997
1998
1999
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2004
2005
2006
Bonus
Cash
Shares Dividend
37.00
60.00
5:1
25.00
45.00
7.00
10.00
60.00
90.00
100.00
150.00
325.00
95.00
Ex
Date
23-Jun-98
30-Oct-98
28-May-99
28-May-99
02-Jun-00
08-Jun-01
19-Jun-02
06-Jun-03
07-Jun-04
07-Dec-04
07-Jun-05
15-May-06
18-Oct-06
Recording
Payment
F/I
Date
Date
01-Jul-98 20-Jul-98 F
09-Nov-98 23-Nov-98 I
08-Jun-99 05-Jul-99
08-Jun-99 05-Jul-99 F
12-Jun-00 26-Jun-00 F
13-Jun-01 27-Jun-01 F
24-Jun-02 04-Jul-02 F
10-Jun-03 24-Jun-03 F
09-Jun-04 23-Jun-04 F
09-Dec-04 23-Dec-04 I
09-Jun-05 23-Jun-05 F
17-May-06 01-Jun-06 F
20-Oct-06 10-Nov-06 I
Shares
125,800,000
1,132,200,000
251,600,000
12,005,000
5,494,500
16,161,500
162,000
9,856,500
19,518,500
1,947,000
Listing
Trading
Date
Date
09-Dec-97
09-Dec-97
09-Dec-97
21-Jul-98
06-Jul-99
06-Jul-99
T : 22 Apr 02 - 07 Jun 02
T : 10 Jun 02 - 22 Jan 03
T : 02 Jul 02 - 13 Jan 04
T : 14 Jan 03 - 20 Jan 03
T : 14 Jan 04 - 23 Apr 04
T : 15 Jan 04 - 13 May 05
T : 23 Jan 04 - 18 May 04
Cum
Date
22-Jun-98
29-Oct-98
27-May-99
27-May-99
31-May-00
07-Jun-01
18-Jun-02
05-Jun-03
04-Jun-04
06-Dec-04
06-Jun-05
12-May-06
17-Oct-06
Board of Commissioners
1. Michael D. Ruslim
2. Chiew Sin Cheok
3. Gunawan Geniusahardja
4. H.S. Dillon *)
5. Maruli Gultom
6. Patrick Moris Alexander *)
7. Simon John Mawson
8. Stephen Zacharia Satyahadi *)
*) Independent Commissioners
Board of Directors
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Widya Wiryawan
Bambang Palgoenadi
Joko Supriyono
Juddy Arianto
Santosa
Tonny Hermawan Koerhidayat
Issued History
Type of Listing
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
First Issue
Company Listing
Bonus Shares
Option Conversion
Option Conversion I & II
Option Conversion II
Option Conversion I
Option Conversion II & III
Option Conversion III
Option Conversion II
Audit Committee
1. Stephen Z. Satyahadi
2. Candelario A. Tambis
3. Zeth Manggopa
Corporate Secretary
Santosa
Head Office:
Jl. Puloayang Raya Blok OR-I
Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta 13930
Phone : (021) 461-6555
Fax
: (021) 461-6618, 461-6689
Homepage : http://www.astra-agro.co.id
Email
: [email protected]
research and development
D I V I S I O N
1
Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Composite Index and Agriculture Index
January 2000 - July 2007
Composite
Index
Sectoral
Index
2,700
2,100
Composite Stock Price Index
2,250
1,750
Agriculture Index
1,800
1,400
1,350
1,050
900
700
450
350
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Trading Volume
January 2000 - July 2007
Closing
Price*)
Volume
(Mill. Shares)
18,000
180
15,000
150
12,000
120
9,000
90
6,000
60
3,000
30
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Agriculture Index
January 2000 - July 2007
Closing
Price*)
Sectoral
Index
18,000
2,100
Closing Price
15,000
1,750
Agriculture Index
12,000
1,400
9,000
1,050
6,000
700
3,000
350
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
2003
2004
2005
2006
Jul 07
1,096,299
1,701,628
41,799
242
1,284,243
3,269,857
31,902
241
611,631
2,318,169
25,742
243
315,350
2,436,054
26,141
242
302,119
4,204,972
39,918
146
Price (Rupiah)
High
Low
Close
Close *
1,900
1,125
1,725
1,725
3,325
1,575
3,100
3,100
6,000
2,875
4,900
4,900
12,700
4,900
12,600
12,600
16,200
11,400
15,350
15,350
PER (X)
PER Industry (X)
PBV (X)
9.48
-6.88
1.76
6.09
6.20
2.36
9.76
13.93
2.94
25.20
11.20
7.22
17.71
25.90
7.88
Shares Traded
Volume (Thou.)
Value (Million)
Frequency (X)
Days
Trading Activities
Month
Jan03
Feb03
Mar03
Apr03
May03
Jun03
Jul03
Aug03
Sep03
Oct03
Nov03
Dec03
Jan00
Jan04
Feb04
Mar04
Apr04
May04
Jun04
Jul04
Aug04
Sep04
Oct04
Nov04
Dec04
Jan00
Jan05
Feb05
Mar05
Apr05
May05
Jun05
Jul05
Aug05
Sep05
Oct05
Nov05
Dec05
Jan00
Jan06
Feb06
Mar06
Apr06
May06
Jun06
Jul06
Aug06
Sep06
Oct06
Nov06
Dec06
Jan00
Jan07
Feb07
Mar07
Apr07
May07
Jun07
Jul07
Aug07
Sep07
Oct07
Nov07
Dec07
Stock Price
Low
High
Close
1,825
1,550
1,725
1,750
1,350
1,375
1,400
1,125
1,300
1,600
1,275
1,525
1,650
1,450
1,600
1,650
1,375
1,400
1,450
1,325
1,375
1,475
1,250
1,450
1,700
1,450
1,575
1,900
1,600
1,725
1,725
1,475
1,575
1,775
1,600
1,725
1,900
1,600
1,650
2,025
1,575
2,000
2,025
1,750
1,950
2,550
1,950
2,300
2,525
1,975
2,500
2,250
2,525
2,075
2,350
2,125
2,225
2,525
2,175
2,525
2,725
2,300
2,575
2,975
2,600
2,925
3,300
2,850
3,300
3,325
2,900
3,100
3,225
2,975
3,000
3,200
2,875
3,100
4,300
3,075
4,000
4,250
3,550
3,600
3,700
3,350
3,650
4,050
3,425
3,975
3,800
4,125
4,175
4,275
3,400
4,075
5,125
3,950
5,125
6,000
5,000
5,400
5,500
5,250
5,500
5,950
4,900
4,900
5,300
4,900
5,050
6,350
5,050
5,900
6,450
5,800
6,200
6,900
6,050
6,600
7,250
5,850
6,500
7,050
5,900
6,500
8,850
6,450
8,350
9,300
8,250
9,200
9,900
8,300
9,100
9,950
8,850
9,750
10,900
9,700 10,650
12,700 10,650 12,600
14,500 11,400 13,200
13,800 12,150 12,550
12,800 11,850 12,600
16,200 12,650 15,750
16,000 14,300 15,100
15,850 13,400 13,750
15,700 13,650 15,350
-
Freq.
3,597
2,957
5,319
7,511
5,619
2,919
2,677
2,003
2,628
3,949
1,123
1,497
2,858
2,590
1,022
4,728
4,983
1,995
2,438
1,732
2,361
2,416
2,189
2,590
1,697
2,242
5,083
3,271
3,269
2,913
1,820
1,423
1,716
820
366
1,122
1,806
2,163
1,442
2,216
2,396
1,486
2,347
2,052
2,694
2,173
2,826
2,540
5,543
4,453
5,312
6,362
3,918
7,657
6,673
-
Volume
(Thou.)
84,834
54,133
90,789
168,319
138,144
65,759
60,957
69,241
94,133
163,629
31,825
74,539
129,386
98,642
34,474
125,107
248,226
319,864
48,734
46,935
75,168
65,287
45,939
46,484
54,130
72,071
144,592
69,790
61,752
54,794
40,684
25,340
35,864
25,576
15,663
11,377
18,997
31,492
18,449
22,442
29,054
20,973
52,479
23,361
20,493
21,365
33,150
23,098
38,348
28,409
35,035
43,783
30,875
67,160
58,509
-
Value
(Rp Mill.)
146,286
82,107
116,825
244,632
217,757
100,431
83,997
97,534
151,421
283,308
50,788
126,542
231,999
180,758
66,791
294,796
565,870
1,051,178
109,004
109,355
193,048
179,346
140,098
147,613
165,512
219,902
528,872
270,437
217,854
205,873
161,293
101,835
160,147
140,367
84,390
61,687
97,420
182,254
113,563
143,903
191,324
137,076
386,235
202,584
182,344
197,469
342,181
259,701
498,925
365,733
433,081
623,075
460,877
960,650
862,632
-
Day
22
19
20
20
19
21
23
20
21
23
15
19
20
18
22
20
19
21
21
21
20
21
17
21
20
18
21
20
20
22
21
22
21
21
17
20
20
20
21
18
21
22
21
20
21
17
22
19
22
20
21
20
21
20
22
-
*) Adjusted price after corporate action
research and development
D I V I S I O N
2
Astra Agro Lestari Tbk
AALI
Financial Data and Ratios
Public Accountant : Haryanto Sahari & Co. - PricewaterhouseCoopers
BALANCE SHEET
(Million Rp except Par Value)
Cash & Cash Equivalents
Accounts Receivable
Book End : December
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Jun-07
221,780
54,003
361,128
83,053
970,156
69,308
316,665
100,482
195,440
23,549
344,288
24,977
Assets and Liabilities
(Trillion Rp)
5.00
Assets
Liabilities
4.00
Inventories
Current Assets
Fixed Assets
Other Assets
Total Assets
Growth (%)
140,674
442,678
865,881
13,409
2,611,048
Current Liabilities
Long Term Liabilities
Total Liabilities
Growth (%)
447,946
814,814
1,262,760
190,645
664,208
927,345
29,192
2,843,823
8.92%
146,655
1,243,319
1,063,592
32,101
3,382,821
18.95%
189,813
691,345
1,294,715
32,095
3,191,715
-5.65%
191,861
492,195
1,544,653
52,031
3,496,955
9.56%
250,064
816,618
1,619,238
56,784
4,076,641
16.58%
518,263
762,511
1,280,774
1.43%
1,028,286
201,705
1,229,991
-3.97%
407,551
80,826
488,377
-60.29%
563,599
94,247
657,846
34.70%
800,455
111,485
911,940
38.63%
3.00
2.00
1.00
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Equity
(Trillion Rp)
Minority Interest
Authorized Capital
Paid up Capital
Paid up Capital (Shares)
Par Value
Retained Earnings
Total Equity
Growth (%)
41,352
2,000,000
763,584
1,527
500
506,348
1,306,936
47,506
2,000,000
771,588
1,543
500
694,996
1,515,543
15.96%
87,495
2,000,000
786,445
1,573
500
1,197,468
2,065,335
36.28%
80,696
2,000,000
787,373
1,575
500
1,751,666
2,622,642
26.98%
90,542
2,000,000
787,373
1,575
500
1,877,591
2,748,567
4.80%
95,800
2,000,000
787,373
1,575
500
2,197,925
3,068,901
11.65%
3.07
3.07
2.62
2.75
2.46
2.07
1.84
1.52
1.31
1.23
0.61
-
INCOME STATEMENTS (Million Rp)
2,031,478
Total Revenues
Growth (%)
Expenses
Gross Profit
Operating Expenses
Operating Profit
Growth (%)
1,224,723
806,755
218,949
587,806
2002
2,543,157
25.19%
3,472,524
36.54%
3,370,936
-2.93%
3,757,987
11.48%
2,392,983
1,548,702
994,455
240,815
753,640
28.21%
1,910,934
1,561,590
276,778
1,284,812
70.48%
1,907,582
1,463,354
264,739
1,198,615
-6.71%
2,277,740
1,480,247
281,650
1,198,597
0.00%
1,253,358
1,139,625
133,344
1,006,281
RATIOS
Current Ratio (%)
Dividend (Rp)
EPS (Rp)
BV (Rp)
DAR (X)
DER(X)
ROA (%)
ROE (%)
GPM (%)
OPM (%)
NPM (%)
Payout Ratio (%)
Yield (%)
-192,789
395,017
157,220
-8,299
229,498
98.82
60.00
150.28
855.79
0.48
0.97
15.13
30.22
39.71
28.93
11.30
39.93
3.87
2004
2005
2006
Jun-07
Total Revenues
(Trillion Rp)
3.76
3.47
3.76
3.37
3.01
2.54
2.25
Other Income (Expenses)
Income before Tax
Tax
Minority Interest
Net Income
Growth (%)
2003
-235,622
518,018
226,632
-10,726
280,660
22.29%
-49,998
1,234,814
403,947
-30,103
800,764
185.31%
-49,012
1,149,603
333,054
-26,139
790,410
-1.29%
-44,403
1,154,194
340,163
-26,713
787,318
-0.39%
-6,360
999,921
295,534
-21,862
682,525
128.16
90.00
181.87
982.09
0.45
0.85
18.22
34.18
39.10
29.63
11.04
49.49
5.22
120.91
250.00
509.10
1,313.08
0.36
0.60
36.50
59.79
44.97
37.00
23.06
49.11
8.06
169.63
325.00
501.93
1,665.44
0.15
0.19
36.02
43.83
43.41
35.56
23.45
64.75
6.63
87.33
95.00
499.97
1,745.40
0.19
0.24
33.01
41.99
39.39
31.89
20.95
19.00
0.75
102.02
433.42
1,948.82
0.22
0.30
24.53
32.58
47.62
42.05
28.52
-
2.39
2.03
1.50
0.75
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Income
(Billion Rp)
801
790
787
800.76
683
640.61
480.46
320.31
281
229
160.15
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Disclaimer:
The facts and opinions stated or expressed in this publication are for information purposes only and are not necessarily and must not be relied upon as being those of the publisher or of the
institutions for which the contributing authors work. Although every care has been taken to ensure the accuracy of the information contained within the publication it should not be by any person
relied upon as the basis for taking any action or making any decision. The Jakarta Stock Exchange cannot be held liable or otherwise responsible in anyway for any advice action taken or
decision made on the basis of the facts and opinions stated or expressed or stated within this publication.
research and development
D I V I S I O N
3
Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
Company Report : July 2007
As of 31 July 2007
Main Board
Industry Sector : Agriculture (1)
Industry Sub-Sector : Plantation (12)
Individual Index
Listed Shares
Market Capitalization
Company History
Year
1900
2000
2003
2004
2005
Bonus
Cash
Payment
Cum
Ex Recording
F/I
Shares Dividend
Date
Date
Date
Date
20 : 1
31-Jul-03 01-Aug-03 05-Aug-03 20-Aug-00
1.50 03-Aug-01 06-Aug-01 13-Aug-01 30-Aug-01 F
5.00 19-Jul-04 20-Jul-04 22-Jul-04 05-Aug-04 F
3.00 15-Jul-05 18-Jul-05 20-Jul-05 03-Aug-05 F
0.79 20-Jul-06 21-Jul-06 25-Jul-06 08-Aug-06 F
Issued History
Type of Listing
Shareholders (July 2007)
PT Sungai Budi
PT Budi Sulfat Jaya
PT Sungai Budi Perkasa
PT Budi Alam Kencana
809,197,198
612,695,896
600,000,000
400,000,000
Board of Commissioners
1. Santoso Winata
2. Oey Albert
3. Richtter Pane *)
*) Independent Commissioners
Board of Directors
1.
2.
3.
4.
5.
129.796
4,150,213,961
2,365,621,957,770
Dividend Announcement
Established Date : 22-December-1973
Listing Date
: 14-February-2000
Under Writer IPO :
PT Dinamika Usahajaya
Securities Administration Bureau :
PT Adimitra Transferindo
Nusalanggeng Building 2nd Fl. Jl. Perintis Kemerdekaan
Komplek Pertokoan Pulo Mas Blok VIII No. 1 Jakarta Timur 13210
Phone : 4788-1515 (Hunting)
Fax
: 470-9697
1.
2.
3.
4.
:
:
:
Widarto
Djunaidi Nur
Oey Alfred
Sudarmo Tasmin
Winoto Prajitno
Audit Committee
1. Richtter Pane
2. Sukanda Wiradinata
3. Yosef
19.50%
14.77%
14.46%
9.64%
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
First Issue
Company Listing
CB Conversion
Stock Split
CB Conversion
CB Conversion
CB Conversion
Stock Dividend
Right Issue
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Warrant
Shares
140,385,000
200,000,000
1,382,000
1,025,301,000
160,338,252
7,740,424
3,317,324
76,923,200
2,508,818,846
3,333
8,250
250,000
6,241,000
6,657,166
6,507,500
434,166
500,000
2,362,500
1,723,000
225,000
197,500
101,000
697,500
100,000
Listing
Date
14-Feb-00
14-Feb-00
22-Aug-01
29-Oct-01
23-Jan-02
30-Jan-02
05-Feb-02
20-Aug-03
26-Jul-06
24-Jan-07
28-Feb-07
25-May-07
04-Jun-07
06-Jun-07
07-Jun-07
11-Jun-07
12-Jun-07
15-Jun-07
20-Jun-07
26-Jun-07
09-Jul-07
19-Jul-07
26-Jul-07
30-Jul-07
Trading
Date
14-Feb-00
31-Aug-00
22-Aug-01
29-Oct-01
23-Jan-02
30-Jan-02
05-Feb-02
20-Aug-03
26-Jul-06
24-Jan-07
28-Feb-07
25-May-07
04-Jun-07
06-Jun-07
07-Jun-07
11-Jun-07
12-Jun-07
15-Jun-07
20-Jun-07
26-Jun-07
09-Jul-07
19-Jul-07
26-Jul-07
30-Jul-07
Corporate Secretary
Hardy
Head Office:
Wisma Budi 8th - 9th Fl. Jl. HR. Rasuna Said Kav.C - 6
Jakarta - 12940
Phone : (021) 521-3383
Fax
: (021) 521-3282, 521-3392, 520-5829
Homepage : Email
: [email protected]
research and development
D I V I S I O N
1
Tunas Baru Lampung Tbk
Composite Index and Agriculture Index
February 2000 - July 2007
Composite
Index
TBLA
Sectoral
Index
2,700
2,100
Composite Stock Price Index
2,250
1,750
Agriculture Index
1,800
1,400
1,350
1,050
900
700
450
350
-
-
Feb-00
Feb-01
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Closing Price and Trading Volume
February 2000 - July 2007
Closing
Price*)
Feb-07
Volume
(Mill. Shares)
720
1,800
600
1,500
480
1,200
360
900
240
600
120
300
-
-
Feb-00
Feb-01
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Feb-07
Closing Price and Agriculture Index
February 2000 - July 2007
Closing
Price*)
Sectoral
Index
720
2,100
Closing Price
600
1,750
Agriculture Index
480
1,400
360
1,050
240
700
120
350
-
-
Feb-00
Feb-01
Shares Traded
Volume (Thou.)
Value (Million)
Frequency (X)
Days
Price (Rupiah)
High
Low
Close
Close *
PER (X)
PER Industry (X)
PBV (X)
Feb-02
Feb-03
Feb-04
Feb-05
Feb-06
Feb-07
2003
2004
2005
2006
Jul 07
361,779
60,973
8,525
203
690,587
138,775
16,273
240
296,965
77,236
6,774
203
3,650,746
610,015
21,244
217
9,436,022
4,237,676
105,154
146
205
125
160
134
260
135
230
193
320
170
200
168
335
120
240
240
730
240
570
570
10.22
11.16
0.51
22.58
6.01
0.73
51.95
16.55
0.63
18.72
16.98
1.15
281.52
25.90
2.73
Trading Activities
Month
Jan03
Feb03
Mar03
Apr03
May03
Jun03
Jul03
Aug03
Sep03
Oct03
Nov03
Dec03
Jan00
Jan04
Feb04
Mar04
Apr04
May04
Jun04
Jul04
Aug04
Sep04
Oct04
Nov04
Dec04
Jan00
Jan05
Feb05
Mar05
Apr05
May05
Jun05
Jul05
Aug05
Sep05
Oct05
Nov05
Dec05
Jan00
Jan06
Feb06
Mar06
Apr06
May06
Jun06
Jul06
Aug06
Sep06
Oct06
Nov06
Dec06
Jan00
Jan07
Feb07
Mar07
Apr07
May07
Jun07
Jul07
Aug07
Sep07
Oct07
Nov07
Dec07
Stock Price
High
Close
Low
125
140
175
160
130
145
160
135
145
135
140
155
180
135
165
185
130
140
165
135
145
205
135
180
190
160
165
190
160
160
165
140
145
160
150
160
235
155
190
220
185
195
200
165
170
200
165
175
175
140
145
165
135
155
205
155
200
200
170
185
215
185
190
215
190
205
240
200
230
260
220
230
255
230
240
285
230
260
320
255
275
285
210
220
230
210
225
235
215
230
255
215
215
230
170
210
210
175
200
220
180
200
230
190
205
195
200
230
215
200
200
230
200
210
235
205
220
275
215
250
335
240
275
275
140
160
175
120
150
190
145
180
180
145
160
160
135
150
265
130
250
265
220
240
330
240
300
360
285
335
340
290
315
430
305
405
630
370
580
730
530
570
630
550
570
-
Freq.
123
120
165
246
578
714
704
2,987
1,158
1,260
215
255
4,414
1,210
420
652
381
392
2,009
1,024
1,964
1,350
1,475
982
617
1,282
2,314
432
230
193
496
279
211
295
173
252
50
192
480
449
1,366
786
1,873
2,528
1,152
1,109
8,190
3,069
10,592
9,261
12,279
14,122
27,825
20,378
10,697
-
Volume
(Thou.)
953
1,214
2,653
3,976
13,867
16,640
21,672
146,128
44,980
49,676
5,476
54,546
224,735
52,889
12,581
19,362
10,827
14,762
66,962
31,827
69,646
55,928
57,608
73,462
28,916
69,875
110,764
15,221
6,695
5,648
24,585
7,258
6,893
7,549
5,848
7,716
1,008
4,877
18,593
18,034
62,787
24,754
160,471
350,206
1,716,754
77,828
939,093
276,343
1,205,069
1,015,487
458,441
1,584,733
2,993,192
1,459,340
719,761
-
Value
(Rp Mill.)
147
180
387
585
2,201
2,724
3,245
25,606
8,066
8,774
854
8,204
44,272
10,599
2,346
3,662
1,671
2,168
12,399
6,028
13,905
11,411
12,876
17,437
7,072
18,401
32,151
3,957
1,491
1,269
5,628
1,481
1,286
1,576
1,241
1,682
207
1,052
4,099
4,568
17,852
4,489
23,005
59,576
218,048
10,909
198,663
67,548
364,748
342,192
142,161
558,697
1,473,073
933,891
422,916
-
Day
22
19
20
20
19
21
23
20
21
23
15
19
20
18
22
20
19
21
21
21
20
21
17
21
20
18
21
20
20
22
21
22
21
21
17
20
20
20
21
18
21
22
21
20
21
17
22
19
22
20
21
20
21
20
22
-
*) Adjusted price after corporate action
research and development
D I V I S I O N
2
Tunas Baru Lampung Tbk
TBLA
Financial Data and Ratios
Public Accountant : Mulyamin Sensi Suryanto (Member of Moore Stephens Internatioanal Ltd.)
BALANCE SHEET
(Million Rp except Par Value)
Cash & Cash Equivalents
Accounts Receivable
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Jun-07
14,479
122,133
14,033
173,273
17,170
197,482
17,940
105,902
151,592
143,221
225,570
157,679
Book End : December
Assets and Liabilities
(Trillion Rp)
2.50
Assets
Liabilities
2.00
Inventories
Current Assets
Fixed Assets
Other Assets
Total Assets
Growth (%)
Current Liabilities
Long Term Liabilities
Total Liabilities
Growth (%)
51,313
197,828
355,751
0
1,021,668
115,595
320,100
379,018
227
1,151,271
12.69%
129,297
401,673
482,418
0
1,352,092
17.44%
146,246
352,676
545,599
4,737
1,451,439
7.35%
131,148
662,858
762,187
4,710
2,049,163
41.18%
104,163
563,298
802,934
0
2,014,337
-1.70%
193,017
348,508
541,524
319,416
326,474
645,890
19.27%
254,299
585,987
840,285
30.10%
335,537
602,720
938,257
11.66%
448,132
735,278
1,183,409
26.13%
394,955
724,426
1,119,381
-5.41%
1.50
1.00
0.50
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Equity
(Trillion Rp)
Minority Interest
Authorized Capital
Paid up Capital
Paid up Capital (Shares)
Par Value
Retained Earnings
Total Equity
Growth (%)
477
400,000
192,308
1,538
125
103,467
479,666
INCOME STATEMENTS (Million Rp)
626,649
Total Revenues
Growth (%)
Expenses
Gross Profit
Operating Expenses
Operating Profit
Growth (%)
511,094
115,554
64,736
50,819
426
400,000
201,923
1,615
125
118,756
504,955
5.27%
1,219
400,000
201,923
1,615
125
124,389
510,588
1.12%
1,221
400,000
201,923
1,615
125
125,761
511,960
0.27%
1,313
800,000
515,526
4,124
125
175,387
864,441
68.85%
1,554
800,000
515,527
4,124
125
201,234
893,402
3.35%
0.864
0.893
0.89
0.71
0.54
0.480
0.505
0.511
0.512
2002
2003
2004
2005
0.36
0.18
-
715,576
14.19%
1,191,010
66.44%
1,220,636
2.49%
1,193,999
-2.18%
827,191
573,771
141,806
69,050
72,756
43.17%
962,428
228,582
94,446
134,135
84.36%
989,612
231,023
111,592
119,431
-10.96%
931,578
262,420
127,636
134,784
12.86%
676,400
150,791
76,139
74,652
2006
Jun-07
Total Revenues
(Trillion Rp)
1.19
1.22
1.19
1.22
0.98
0.83
0.72
0.73
Other Income (Expenses)
Income before Tax
Tax
Minority Interest
Net Income
Growth (%)
RATIOS
Current Ratio (%)
Dividend (Rp)
EPS (Rp)
BV (Rp)
DAR (X)
DER(X)
ROA (%)
ROE (%)
GPM (%)
OPM (%)
NPM (%)
Payout Ratio (%)
Yield (%)
11,284
62,103
20,554
57
41,606
102.49
27.04
311.78
0.53
1.13
6.08
12.95
18.44
8.11
6.64
-
-25,932
46,823
21,586
51
25,289
-39.22%
-104,729
29,407
13,018
66
16,455
-34.93%
-100,916
18,515
12,294
-2
6,219
-62.21%
-55,633
79,152
26,177
-91
52,884
750.38%
-39,056
35,596
0
-242
25,847
100.21
5.00
15.66
312.59
0.56
1.28
4.07
9.27
19.82
10.17
3.53
31.94
3.13
157.95
3.00
10.19
316.08
0.62
1.65
2.17
5.76
19.19
11.26
1.38
29.45
1.30
105.11
0.79
3.85
316.93
0.65
1.83
1.28
3.62
18.93
9.78
0.51
20.52
0.40
147.92
12.82
209.60
0.58
1.37
3.86
9.16
21.98
11.29
4.43
-
142.62
6.27
216.62
0.56
1.25
1.77
3.98
18.23
9.02
3.12
-
0.63
0.49
0.24
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Income
(Billion Rp)
53
52.88
42
42.31
31.73
26
25
16
21.15
6
10.58
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Disclaimer:
The facts and opinions stated or expressed in this publication are for information purposes only and are not necessarily and must not be relied upon as being those of the publisher or of the
institutions for which the contributing authors work. Although every care has been taken to ensure the accuracy of the information contained within the publication it should not be by any person
relied upon as the basis for taking any action or making any decision. The Jakarta Stock Exchange cannot be held liable or otherwise responsible in anyway for any advice action taken or
decision made on the basis of the facts and opinions stated or expressed or stated within this publication.
research and development
D I V I S I O N
3
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
UNSP
Company Report : July 2007
As of 31 July 2007
Main Board
Industry Sector : Agriculture (1)
Industry Sub-Sector : Plantation (12)
Individual Index
Listed Shares
Market Capitalization
Company History
754.825
2,331,000,000
4,312,350,000,000
Dividend Announcement
Established Date : 17-May-1911
Listing Date
: 06-March-1990
Under Writer IPO :
PT Aseam Indonesia
PT Danareksa Sekuritas
PT Ficorinvest
PT Merchant Investment Corporation
PT Multicor
PT Danareksa
Securities Administration Bureau :
PT EDI Indonesia
Wisma SMR 10th Fl.
Jl. Yos Sudarso Kav. 89 Jakarta 14350
Phone : 520-4855
Fax
: 520-4883
Year
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1996
1997
2004
2005
2006
Bonus
Cash
Shares Dividend
275.00
275.00
285.00
350.00
400.00
5:9
75.00
75.00
6.00
9.00
15.00
Cum
Date
16-Jul-92
26-Jul-93
19-Jul-94
18-Jul-95
14-Jun-96
06-Aug-96
27-Jun-97
17-Jul-98
13-Jun-05
29-Jun-06
11-Jun-07
Ex Recording
Payment
F/I
Date
Date
Date
17-Jul-92 25-Jul-92 18-Aug-92 F
27-Jul-93 03-Aug-93 31-Aug-93 F
20-Jul-94 27-Jul-94 26-Aug-94 F
19-Jul-95 27-Jul-95 25-Aug-95 F
17-Jun-96 25-Jun-96 09-Jul-96 F
07-Aug-96 15-Aug-96 13-Sep-96
30-Jun-97 08-Jul-97 07-Aug-97 F
20-Jul-98 28-Jul-98 27-Aug-98 F
14-Jun-05 16-Jun-05 30-Jun-05 F
30-Jun-06 04-Jul-06 18-Jul-06 F
12-Jun-07 14-Jun-07 28-Jun-07 F
Issued History
Type of Listing
Shareholders (July 2007)
1. Bank Of New York QQ Bakrie & Brothers
2. PT Bakrie & Brothers Tbk QQ Bakrie Sumatera
:
:
:
617,970,000
557,319,465
Board of Commissioners
1. Soedjai Kartasasmita *)
2. A. Nukman H. Nasution *)
3. Gafur Sulistyo Umar
4. Yuanita Rohali
*) Independent Commissioners
26.51%
23.91%
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
First Issue
Company Listing
Stock Split
Bonus Shares
Stock Dividend
Stock Split
Right Issue
Shares
11,100,000
25,900,000
37,000,000
133,200,000
41,440,000
994,560,000
1,087,800,000
Listing
Date
06-Mar-90
02-Feb-96
26-Aug-96
16-Sep-96
24-Aug-99
03-Nov-04
27-Dec-04
Trading
Date
06-Mar-90
02-Feb-96
26-Aug-96
16-Sep-96
24-Aug-99
03-Nov-04
27-Dec-04
Board of Directors
1.
2.
3.
4.
5.
Ambono Janurianto
Bambang Aria Wisena
Harry M. Nadir
Howard J. Sargeant
M. Iqbal Zainuddin
Audit Committee
1. Soedjai Kartasasmita
2. Henandar Musa
3. Marzuki Ramli
Corporate Secretary
Fitri Barnas
Head Office:
Wisma Bakrie 2, 15th Fl., Jl. HR. Rasuna Said Kav. B.2
Jakarta - 12920
Phone : (021) 252-1286 - 88
Fax
: (021) 252-1252
Homepage : http://www.bakriesumatera.com
Email
: [email protected]
research and development
D I V I S I O N
1
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
Composite Index and Agriculture Index
January 2000 - July 2007
Composite
Index
Sectoral
Index
2,700
2,400
Composite Stock Price Index
2,250
2,000
Agriculture Index
1,800
1,600
1,350
1,200
900
800
450
400
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Trading Volume
January 2000 - July 2007
Closing
Price*)
Volume
(Mill. Shares)
2,000
360
1,667
300
1,333
240
1,000
180
667
120
333
60
-
-
Jan-00
Jan-01
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
Closing Price and Agriculture Index
January 2000 - July 2007
Closing
Price*)
Sectoral
Index
2,000
2,400
Closing Price
1,667
2,000
Agriculture Index
1,333
1,600
1,000
1,200
667
800
333
400
-
-
Jan-00
Jan-01
Shares Traded
Volume (Thou.)
Value (Million)
Frequency (X)
Days
Price (Rupiah)
High
Low
Close
Close *
PER (X)
PER Industry (X)
PBV (X)
Jan-02
Jan-03
Jan-04
Jan-05
Jan-06
Jan-07
2003
2004
2005
2006
Jul 07
261,273
115,584
10,456
216
897,822
554,533
21,500
235
3,660,897
1,442,080
32,297
242
6,389,806
5,208,256
78,453
242
3,719,014
4,937,469
55,975
146
725
140
575
89
2,025
290
310
310
495
300
415
415
1,170
400
970
970
1,890
920
1,850
1,850
1.79
-6.88
1.44
7.56
6.20
1.77
8.36
13.93
1.97
13.08
11.20
3.52
29.06
25.90
6.33
UNSP
Trading Activities
Month
Jan03
Feb03
Mar03
Apr03
May03
Jun03
Jul03
Aug03
Sep03
Oct03
Nov03
Dec03
Jan00
Jan04
Feb04
Mar04
Apr04
May04
Jun04
Jul04
Aug04
Sep04
Oct04
Nov04
Dec04
Jan00
Jan05
Feb05
Mar05
Apr05
May05
Jun05
Jul05
Aug05
Sep05
Oct05
Nov05
Dec05
Jan00
Jan06
Feb06
Mar06
Apr06
May06
Jun06
Jul06
Aug06
Sep06
Oct06
Nov06
Dec06
Jan00
Jan07
Feb07
Mar07
Apr07
May07
Jun07
Jul07
Aug07
Sep07
Oct07
Nov07
Dec07
Stock Price
High
Low
140
165
150
140
175
140
145
195
275
165
235
175
225
175
360
200
475
305
725
420
725
550
700
550
775
575
1,200
600
1,075
900
1,250
950
1,125
875
975
800
1,100
900
1,175
1,000
1,600
1,100
1,700
1,450
2,025
320
365
290
355
300
435
335
495
410
455
405
415
385
420
395
410
380
430
350
385
325
420
340
405
370
395
455
455
400
620
415
740
580
850
660
1,170
840
970
790
1,120
900
1,110
860
1,000
810
910
820
930
820
1,020
840
1,070
920
1,220
960
1,190
1,000
1,460
1,140
1,560
1,310
1,800
1,500
1,890
1,520
1,840
1,600
-
Close
145
145
145
180
235
175
215
315
430
725
675
575
650
1,025
1,050
1,175
975
900
1,100
1,100
1,500
1,625
365
310
345
410
440
410
400
410
405
375
350
390
405
415
420
590
680
840
960
890
1,070
960
880
860
840
970
1,010
1,130
1,150
1,440
1,520
1,520
1,850
1,690
-
Freq.
143
41
117
314
655
445
199
2,297
2,261
2,957
427
600
1,635
3,593
1,350
2,219
770
291
609
638
1,416
624
2,641
5,714
5,728
7,330
7,214
1,538
671
628
618
1,644
996
2,540
786
2,604
2,701
6,817
5,406
5,555
13,011
3,741
7,099
7,054
8,711
3,374
7,613
7,371
9,367
7,503
5,320
9,179
6,899
8,447
9,260
4,502
-
Volume
(Thou.)
1,915
789
1,450
5,193
13,199
6,710
3,154
50,408
69,310
90,041
7,900
11,207
46,815
113,288
29,706
78,981
16,538
5,624
15,021
11,215
31,854
13,503
98,622
436,658
752,345
917,564
976,078
217,942
44,771
23,034
88,955
122,924
50,886
160,342
49,011
257,047
234,603
812,220
547,176
521,828
1,100,938
287,944
438,367
415,846
555,058
349,712
509,413
616,704
572,715
580,385
356,422
627,671
460,311
571,070
550,440
244,993
-
Value
(Rp Mill.)
295
113
222
925
2,968
1,476
634
15,470
28,694
52,781
5,181
6,825
31,700
103,140
30,311
88,482
16,696
4,995
15,307
12,630
43,919
21,310
46,166
139,879
250,517
353,634
439,738
82,701
17,392
9,414
34,367
49,573
18,635
61,325
18,472
106,313
99,141
411,588
347,885
386,289
1,041,219
247,708
451,364
411,627
484,642
301,561
442,691
582,540
575,451
628,417
386,750
812,996
665,481
932,539
935,836
422,695
-
Day
22
19
20
20
19
21
23
20
21
23
15
19
20
18
22
20
19
21
21
21
20
21
17
21
20
18
21
20
20
22
21
22
21
21
17
20
20
20
21
18
21
22
21
20
21
17
22
19
22
20
21
20
21
20
22
8
-
*) Adjusted price after corporate action
research and development
D I V I S I O N
2
Bakrie Sumatra Plantations Tbk
UNSP
Financial Data and Ratios
Public Accountant : Doli, Bambang, Sudarmadji & Dadang
BALANCE SHEET
(Million Rp except Par Value)
Cash & Cash Equivalents
Accounts Receivable
Book End : December
Dec-02
Dec-03
Dec-04
Dec-05
Dec-06
Jun-07
14,620
35,421
22,638
38,375
32,407
104,284
14,271
175,149
87,231
258,016
64,007
246,736
Assets and Liabilities
(Trillion Rp)
2.50
Assets
Liabilities
2.00
Inventories
Current Assets
Fixed Assets
Other Assets
Total Assets
Growth (%)
27,359
81,883
231,054
19,185
857,317
30,502
102,060
229,142
17,726
844,443
-1.50%
28,481
182,807
313,949
31,024
1,124,746
33.19%
35,899
280,152
269,229
35,500
1,244,909
10.68%
60,043
671,586
340,382
126,629
1,783,001
43.22%
111,345
738,193
495,980
147,226
2,282,875
28.04%
Current Liabilities
Long Term Liabilities
Total Liabilities
Growth (%)
212,675
625,687
838,363
200,300
545,121
745,421
-11.09%
175,423
540,747
716,170
-3.92%
134,141
620,040
754,181
5.31%
189,279
951,236
1,140,516
51.23%
199,188
1,401,688
1,600,877
40.36%
Minority Interest
Authorized Capital
Paid up Capital
Paid up Capital (Shares)
Par Value
Retained Earnings
Total Equity
Growth (%)
0
414,400
124,320
249
500
-149,914
18,954
1.50
1.00
0.50
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Equity
(Trillion Rp)
0
414,400
124,320
249
500
-69,845
99,023
422.45%
0
414,400
233,100
2,331
100
28,220
408,576
312.61%
0
414,400
233,100
2,331
100
110,371
490,727
20.11%
0
414,400
233,100
2,331
100
262,290
642,485
30.93%
322
414,400
233,100
2,331
100
301,511
681,676
6.10%
0.642
0.68
0.682
0.491
0.55
0.409
0.41
0.27
0.099
0.14
0.019
-
INCOME STATEMENTS (Million Rp)
357,758
Total Revenues
Growth (%)
Expenses
Gross Profit
Operating Expenses
Operating Profit
Growth (%)
243,556
114,202
44,377
69,825
Other Income (Expenses)
Income before Tax
Tax
Minority Interest
Net Income
Growth (%)
50,680
120,505
44,550
0
75,955
2002
457,221
27.80%
696,447
52.32%
883,310
26.83%
1,180,622
33.66%
657,368
302,047
155,174
59,747
95,427
36.67%
433,123
263,324
62,512
200,813
110.44%
575,765
307,545
79,670
227,875
13.48%
769,680
410,942
118,784
292,158
28.21%
419,734
237,634
64,651
172,983
20,373
115,800
38,560
0
80,069
5.42%
-60,422
140,391
45,349
-9,485
95,567
19.36%
-66,761
161,115
37,911
0
115,716
21.08%
-41,694
250,464
77,567
0
172,898
49.42%
-62,518
110,465
32,846
-22
74,186
50.95
322.03
398.26
0.88
7.53
13.71
116.94
33.94
20.87
17.51
-
104.21
6.00
41.00
175.28
0.64
1.75
12.48
34.36
37.81
28.83
13.72
14.63
1.94
208.85
9.00
49.64
210.52
0.61
1.54
12.94
32.83
34.82
25.80
13.10
18.13
2.17
354.81
15.00
74.17
275.63
0.64
1.78
14.05
38.98
34.81
24.75
14.64
20.22
1.55
370.60
31.83
292.44
0.70
2.35
4.84
16.20
36.15
26.31
11.29
-
2003
2004
2005
2006
Total Revenues
(Trillion Rp)
1.181
1.18
0.883
0.94
0.696
0.657
0.71
RATIOS
Current Ratio (%)
Dividend (Rp)
EPS (Rp)
BV (Rp)
DAR (X)
DER(X)
ROA (%)
ROE (%)
GPM (%)
OPM (%)
NPM (%)
Payout Ratio (%)
Yield (%)
38.50
305.48
76.23
0.98
44.23
14.06
635.79
31.92
19.52
21.23
-
Jun-07
0.457
0.47
0.358
0.24
-
2002
2003
2004
2005
2006
Jun-07
Total Income
(Billion Rp)
173
172.90
138.32
116
96
103.74
76
80
2002
2003
74
69.16
34.58
-
2004
2005
2006
Jun-07
Disclaimer:
The facts and opinions stated or expressed in this publication are for information purposes only and are not necessarily and must not be relied upon as being those of the publisher or of the
institutions for which the contributing authors work. Although every care has been taken to ensure the accuracy of the information contained within the publication it should not be by any person
relied upon as the basis for taking any action or making any decision. The Jakarta Stock Exchange cannot be held liable or otherwise responsible in anyway for any advice action taken or
decision made on the basis of the facts and opinions stated or expressed or stated within this publication.
research and development
D I V I S I O N
3
Lampiran 5. Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Bakrie Sumatra
Plantation
Tbk (BSP)
240
Series: RETURN
Sample 1 788
Observations 788
200
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
160
120
80
40
Jarque-Bera
Probability
0
-0.10
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.002674
0.000000
0.157629
-0.134919
0.029798
0.216039
6.641940
441.6222
0.000000
0.15
Lampiran 6. Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Tunas Baru Lampung
Tbk
(TBLA)
400
Series: RETURN
Sample 1 788
Observations 788
300
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
200
100
Jarque-Bera
Probability
0
-0.375
-0.250
-0.125
0.000
0.125
0.001152
0.000000
0.280902
-0.396415
0.042624
-0.225261
17.08460
6520.008
0.000000
0.250
Lampiran 7. Deskripsi Data Statistik untuk Data Return PT Astra Agro Lestari
Tbk
(AALI)
300
Series: RETURN
Sample 1 788
Observations 788
250
200
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
150
100
50
Jarque-Bera
Probability
0
-0.05
0.00
0.05
0.10
0.002957
0.000000
0.110348
-0.088246
0.025690
0.656193
5.499985
261.7565
0.000000
Lampiran 8. Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat BSP
Autocorrelation
Partial Correlation
.|***
.|**
.|*
.|*
.|*
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|*
.|*
.|***
.|*
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
AC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0.345
0.200
0.177
0.133
0.092
0.050
0.082
0.035
0.026
0.064
0.080
0.060
0.036
0.070
0.099
PAC
0.345
0.092
0.095
0.039
0.013
-0.013
0.052
-0.022
0.002
0.048
0.045
0.010
-0.007
0.040
0.059
Q-Stat
94.004
125.71
150.57
164.52
171.21
173.20
178.54
179.51
180.04
183.28
188.39
191.28
192.32
196.23
204.17
Prob
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
Lampiran 9. Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat TBLA
Autocorrelation
Partial Correlation
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
AC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0.124
0.056
0.043
-0.016
0.036
0.035
0.001
0.062
-0.019
-0.022
0.005
0.047
0.074
0.002
0.006
PAC
0.124
0.042
0.032
-0.028
0.038
0.027
-0.008
0.058
-0.034
-0.021
0.006
0.054
0.061
-0.023
0.003
Q-Stat
12.069
14.594
16.091
16.294
17.305
18.253
18.255
21.320
21.595
21.978
21.997
23.789
28.247
28.250
28.282
Prob
0.001
0.001
0.001
0.003
0.004
0.006
0.011
0.006
0.010
0.015
0.024
0.022
0.008
0.013
0.020
Lampiran 10. Pengujian Autokorelasi Data Return Kuadrat AALI
Autocorrelation
Partial Correlation
.|*
.|.
.|.
.|*
.|*
.|.
.|*
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
AC
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
0.162
0.056
0.041
0.089
0.088
-0.018
0.109
0.069
0.009
-0.035
0.059
0.011
-0.009
-0.024
0.032
PAC
0.162
0.030
0.028
0.078
0.062
-0.049
0.113
0.030
-0.025
-0.042
0.064
-0.032
-0.007
-0.023
0.029
Q-Stat
20.670
23.138
24.448
30.677
36.828
37.077
46.482
50.265
50.327
51.310
54.144
54.238
54.303
54.749
55.572
Prob
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
100
Autocorrelation Function for Return
Partial Autocorrelation Function for Return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 11. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation
Tbk (BSP)
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
Autocorrelation Function for Return
Partial Autocorrelation Function for Return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 12. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA)
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
65
70
Autocorrelation Function for Return
Partial Autocorrelation Function for Return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 13. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI)
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
101
Lampiran 14. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Bakrie Sumatra Plantation
Tbk (BSP) yang telah di differencing
Autocorrelation Function for d1 Return
Partial Autocorrelation Function for d1 Return
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
Autocorrelation Function for d1return
Partial Autocorrelation Function for d1return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 15. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA) yang telah di differencing
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
65
70
Autocorrelation Function for d1return
Partial Autocorrelation Function for d1return
(with 5% significance limits for the autocorrelations)
(with 5% significance limits for the partial autocorrelations)
1.0
1.0
0.8
0.8
0.6
0.6
Partial Autocorrelation
Autocorrelation
Lampiran 16. Plot ACF dan PACF Data Return Saham PT Astra Agro Lestari Tbk
(AALI) yang telah di differencing
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
0.4
0.2
0.0
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
-1.0
-1.0
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
65
70
1
5
10
15
20
25
30
35 40
Lag
45
50
55
60
Lampiran 17. Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Bakrie
Sumatra
Plantation Tbk (BSP)
Null Hypothesis: RETURN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Fixed)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-13.11684
-3.438476
-2.865016
-2.568676
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 08:20
Sample(adjusted): 6 788
Included observations: 783 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RETURN(-1)
D(RETURN(-1))
D(RETURN(-2))
D(RETURN(-3))
D(RETURN(-4))
C
-1.075003
0.026624
0.062295
0.020824
0.069487
0.002792
0.081956
0.073607
0.063186
0.051732
0.035440
0.001073
-13.11684
0.361710
0.985900
0.402541
1.960717
2.602350
0.0000
0.7177
0.3245
0.6874
0.0503
0.0094
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.535037
0.532045
0.029431
0.673030
1652.608
2.004815
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
6.46E-06
0.043023
-4.205896
-4.170163
178.8200
0.000000
Lampiran 18. Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Tunas Baru
Lampung
Tbk (TBLA)
Null Hypothesis: D1RETURN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Fixed)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-22.04404
-3.438486
-2.865021
-2.568679
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(D1RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 10:00
Sample(adjusted): 7 788
Included observations: 782 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D1RETURN(-1)
D(D1RETURN(-1))
D(D1RETURN(-2))
D(D1RETURN(-3))
D(D1RETURN(-4))
C
-3.579047
1.734268
1.047273
0.536928
0.182740
8.47E-06
0.162359
0.141676
0.109742
0.072275
0.035151
0.001653
-22.04404
12.24109
9.543060
7.428922
5.198639
0.005128
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.9959
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.808311
0.807076
0.046217
1.657562
1297.584
2.063752
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.83E-05
0.105223
-3.303285
-3.267516
654.4455
0.000000
Lampiran 19. Uji Augmented Dickey-Fuller untuk Data Return PT Astra Agro
Lestari
Tbk (AALI)
Null Hypothesis: D1RETURN has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 4 (Fixed)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-21.64687
-3.438486
-2.865021
-2.568679
0.0000
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(D1RETURN)
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 10:30
Sample(adjusted): 7 788
Included observations: 782 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
D1RETURN(-1)
D(D1RETURN(-1))
D(D1RETURN(-2))
D(D1RETURN(-3))
D(D1RETURN(-4))
C
-3.418487
1.638709
0.995054
0.499182
0.175031
-2.01E-05
0.157921
0.137527
0.106640
0.071052
0.035428
0.001003
-21.64687
11.91553
9.330945
7.025577
4.940513
-0.020060
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.0000
0.9840
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.790546
0.789196
0.028041
0.610179
1688.330
2.033113
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.91E-06
0.061074
-4.302635
-4.266866
585.7726
0.000000
Lampiran 20. Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)
ARIMA Model: Return (0,1,1)
Estimates at each iteration
Iteration
0
1
2
3
4
5
6
7
SSE
1.32665
1.15598
1.02428
0.92007
0.83550
0.76378
0.70445
0.70445
Parameters
0.100
0.250
0.400
0.550
0.700
0.850
1.000
1.000
Relative change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters
Type
MA
1
Coef
1.0000
SE Coef
0.0000
T
3.18224E+17
P
*
Differencing: 1 regular difference
Number of observations: Original series 788, after differencing 787
Residuals:
SS = 0.689719 (backforecasts excluded)
MS = 0.000878 DF = 786
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic
Lag
Chi-Square
DF
P-Value
12
25.4
11
0.008
24
36.9
23
0.033
36
49.6
35
0.052
48
64.7
47
0.045
Lampiran 21. Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)
ARIMA Model: Return (0,1,1)
Estimates at each iteration
Iteration
0
1
2
3
4
5
6
7
SSE
2.65571
2.33437
2.08035
1.87309
1.69924
1.55302
1.43393
1.43393
Parameters
0.100
0.250
0.400
0.550
0.700
0.850
0.996
0.996
Relative change in each estimate less than 0.0010
Final Estimates of Parameters
Type
MA
1
Coef
0.9963
SE Coef
0.0000
T
6.47406E+15
P
*
Differencing: 1 regular difference
Number of observations: Original series 788, after differencing 787
Residuals:
SS = 1.43393 (backforecasts excluded)
MS = 0.00182 DF = 786
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic
Lag
Chi-Square
DF
P-Value
12
9.5
11
0.575
24
19.5
23
0.670
36
27.3
35
0.819
48
37.8
47
0.828
Lampiran 22. Model ARIMA yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro Lestari
Tbk (AALI)
ARIMA Model: Return (0,1,1)
Estimates at each iteration
Iteration
0
1
2
3
4
5
6
SSE
0.914811
0.813549
0.733506
0.668587
0.614816
0.567672
0.525988
Parameters
0.100
0.250
0.400
0.550
0.700
0.850
0.983
Unable to reduce sum of squares any further
Final Estimates of Parameters
Type
MA
1
Coef
0.9831
SE Coef
0.0000
T
5.60202E+10
P
0.000
Differencing: 1 regular difference
Number of observations: Original series 788, after differencing 787
Residuals:
SS = 0.525079 (backforecasts excluded)
MS = 0.000668 DF = 786
Modified Box-Pierce (Ljung-Box) Chi-Square statistic
Lag
Chi-Square
DF
P-Value
12
12.5
11
0.325
24
19.1
23
0.694
36
34.7
35
0.484
48
40.3
47
0.744
Lampiran 23. Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
133.5647
114.4135
Probability
Probability
0.000000
0.000000
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 08:39
Sample(adjusted): 3 788
Included observations: 786 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESID^2(-1)
0.000539
0.381558
7.40E-05
0.033015
7.279065
11.55702
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.145564
0.144474
0.001912
0.002867
3805.674
2.074445
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.000872
0.002067
-9.678560
-9.666685
133.5647
0.000000
Lampiran 24. Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
11.31313
11.18066
Probability
Probability
0.000807
0.000827
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 10:02
Sample(adjusted): 3 788
Included observations: 786 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESID^2(-1)
0.001596
0.119265
0.000263
0.035459
6.059975
3.363500
0.0000
0.0008
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.014225
0.012967
0.007161
0.040206
2767.826
2.007584
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.001812
0.007208
-7.037726
-7.025850
11.31313
0.000807
Lampiran 25. Uji Residual Model (Langrange Multiplier Test) Saham PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
23.49619
22.87070
Probability
Probability
0.000002
0.000002
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 10:33
Sample(adjusted): 3 788
Included observations: 786 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESID^2(-1)
0.000548
0.170584
5.49E-05
0.035192
9.981809
4.847287
0.0000
0.0000
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.029098
0.027859
0.001395
0.001527
4053.343
2.012671
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.000661
0.001415
-10.30876
-10.29689
23.49619
0.000002
Lampiran 26. Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)
Koef
ARCH
ARCH
(2)
(1)
K
0.000533
0.000584
α1
0.295729
0.319753
α2
0.074363
β1
β2
AIC -4.327976 -4.342988
SC
-4.310181 -4.319261
Ket *Tidak Signifikan
GARCH
(1,1)
9.29E-05
0.162140
0.727096
-4.375295
-4.351568
GARCH
(2,1)
3.05E-05
0.224054
-0.140451
0.881039
-4.386442
-4.356784
GARCH
(1,2)
9.99E-05
0.227126
0.064500*
0.592857
-4.393090
-4.363431
GARCH
(2,2)
5.12E-05*
0.222056
-0.113464*
0.717586
0.112806*
-4.384612
-4.349022
Lampiran 27. Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)
Koef
ARCH
GARCH
ARCH
(1)
(1,1)
(2)
K
0.001840 0.001895 0.001112
α1
0.135112 0.126342 0.176193
α2
0.023218
β1
0.224165
β2
AIC
- -3.517659 -3.551711
3.523394
SC
- -3.493932 -3.527984
3.505599
Ket *Tidak Signifikan
GARCH
(2,1)
0.000131
0.197992
-0.153570
0.882112
-3.577275
GARCH
(1,2)
0.001152
0.190798
-0.007524*
0.190808
-3.551746
GARCH
(2,2)
0.001680
0.106231
0.015635*
0.337672
-0.235901
-3.519502
-3.547617
-3.522088
-3.483912
Lampiran 28. Pemilihan Model Ragam yang Terbaik untuk Saham PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI)
Koef ARCH
ARCH (2) GARCH GARCH GARCH
GARCH
(1,1)
(2,1)
(1,2)
(2,2)
(1)
K
8.18E-05
2.67E-05
0.000541 0.000543 8.24E-05 3.34E-05
α1
0.123600
0.162048
0.181919 0.138076 0.087767 0.148201
α2
0.055428*
-0.115900
0.091260
β1
0.792786 0.894598 0.354374*
0.804644
β2
0.400953
0.110405*
AIC
- -4.540459 -4.541702
- -4.514706
4.538599 4.543022
4.519076
SC
- -4.510801 -4.506112
- -4.490979
4.514872 4.513364
4.501281
Ket *Tidak Signifikan
Lampiran 29. Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (BSP)
250
Series: Standardized Residuals
Sample 2 788
Observations 787
200
150
100
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.015520
-0.076229
4.521950
-5.473374
1.000505
0.368627
5.651644
Jarque-Bera
Probability
248.3890
0.000000
50
0
-4
-2
0
2
4
Lampiran 30. Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Tunas
Baru
Lampung Tbk (TBLA)
240
Series: Standardized Residuals
Sample 2 788
Observations 787
200
160
120
80
40
0
-8
-6
-4
-2
0
2
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.026339
-0.010364
4.683472
-9.085297
0.894437
-0.777936
18.96416
Jarque-Bera
Probability
8436.482
0.000000
4
Lampiran 31. Uji Jarque-Bera terhadap Galat Terbakukan untuk Saham PT Astra
Agro
Lestari Tbk (AALI)
160
Series: Standardized Residuals
Sample 2 788
Observations 787
120
80
40
0
-2.5
0.0
2.5
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
0.029857
-0.064440
4.388110
-3.953071
1.000000
0.554592
5.443281
Jarque-Bera
Probability
236.0971
0.000000
Lampiran 32. Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Bakrie Sumatra
Plantation Tbk (BSP)
Date: 03/25/08 Time: 15:17
Sample: 2 788
Included observations: 787
Q-statistic
probabilities
adjusted for 1
ARMA term(s)
Autocorrelation
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.009
0.030
-0.018
0.027
-0.042
-0.001
-0.033
-0.017
0.050
-0.048
-0.024
0.067
0.018
0.009
-0.032
0.009
0.030
-0.018
0.027
-0.042
-0.002
-0.029
-0.018
0.054
-0.051
-0.026
0.072
0.011
0.009
-0.035
0.0579
0.7767
1.0195
1.6070
3.0118
3.0129
3.8556
4.0851
6.0655
7.8991
8.3792
11.987
12.234
12.292
13.137
0.378
0.601
0.658
0.556
0.698
0.696
0.770
0.640
0.544
0.592
0.365
0.427
0.504
0.516
Lampiran 33. Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Tunas Baru
Lampung Tbk (TBLA)
Date: 03/25/08 Time: 15:19
Sample: 2 788
Included observations: 787
Q-statistic
probabilities
adjusted for 1
ARMA term(s)
Autocorrelation
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|*
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
AC
PAC
Q-Stat
Prob
-0.041
0.004
0.012
-0.016
0.000
0.001
0.015
0.089
0.004
-0.014
0.029
-0.049
-0.026
-0.016
-0.057
-0.041
0.002
0.013
-0.015
-0.001
0.001
0.016
0.091
0.012
-0.014
0.026
-0.044
-0.030
-0.020
-0.061
1.3514
1.3651
1.4883
1.6796
1.6797
1.6813
1.8719
8.2190
8.2332
8.3860
9.0539
10.968
11.506
11.720
14.337
0.243
0.475
0.641
0.794
0.891
0.931
0.314
0.411
0.496
0.527
0.446
0.486
0.551
0.425
Lampiran 34. Hasil Uji Ljung-Box Galat Terbakukan Saham PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI)
Date: 03/25/08 Time: 15:20
Sample: 2 788
Included observations: 787
Q-statistic
probabilities
adjusted for 1
ARMA term(s)
Autocorrelation
Partial Correlation
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
*|.
.|.
.|.
.|.
.|.
.|.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
AC
PAC
Q-Stat
Prob
0.057
-0.030
-0.033
-0.027
-0.005
-0.007
-0.068
-0.005
-0.026
-0.059
-0.037
-0.012
0.012
0.046
-0.010
0.057
-0.033
-0.030
-0.024
-0.004
-0.009
-0.069
0.001
-0.031
-0.061
-0.036
-0.015
0.004
0.033
-0.019
2.5365
3.2397
4.1105
4.6786
4.7018
4.7425
8.4151
8.4344
8.9705
11.713
12.793
12.900
13.011
14.686
14.770
0.072
0.128
0.197
0.319
0.448
0.209
0.296
0.345
0.230
0.236
0.300
0.368
0.327
0.394
Lampiran 35. Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Bakrie
Sumatra Plantation Tbk (UNSP)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.172001
0.172402
Probability
Probability
0.678453
0.677986
Test Equation:
Dependent Variable: STD_RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 09:40
Sample(adjusted): 3 788
Included observations: 786 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
STD_RESID^2(-1)
1.014429
-0.014811
0.085113
0.035712
11.91855
-0.414730
0.0000
0.6785
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.000219
-0.001056
2.165591
3676.790
-1721.621
1.999033
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.999605
2.164448
4.385805
4.397680
0.172001
0.678453
Lampiran 36. Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Tunas
Baru Lampung Tbk (TBLA)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.403437
0.404258
Probability
Probability
0.525505
0.524898
Test Equation:
Dependent Variable: STD_RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 10:17
Sample(adjusted): 3 788
Included observations: 786 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
STD_RESID^2(-1)
0.782562
0.022678
0.124027
0.035704
6.309605
0.635167
0.0000
0.5255
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.000514
-0.000761
3.383640
8976.031
-2072.381
1.996821
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.800713
3.382354
5.278322
5.290198
0.403437
0.525505
Lampiran 37. Uji ARCH untuk Model ARCH Terbaik Data Return PT Astra Agro
Lestari Tbk (AALI)
ARCH Test:
F-statistic
Obs*R-squared
0.068946
0.069116
Probability
Probability
0.792946
0.792628
Test Equation:
Dependent Variable: STD_RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/25/08 Time: 10:46
Sample(adjusted): 3 788
Included observations: 786 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
STD_RESID^2(-1)
1.009620
-0.009378
0.083815
0.035714
12.04582
-0.262576
0.0000
0.7929
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.000088
-0.001187
2.125605
3542.266
-1706.973
1.999520
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
1.000238
2.124344
4.348531
4.360406
0.068946
0.792946
Lampiran 38. Tabel Hasil Peramalan Saham PT Bakrie Sumatra Plantation Tbk
(BSP)
εt
-0.03136
-0.00224
-0.00223
-0.01704
-0.03246
-0.03328
0.04463
-0.01734
-0.002
-0.00199
0.02832
.
.
.
.
.
.
0.00691
-0.01302
0.03621
-0.02258
ε2t
0.00098345
5.0176E-06
4.9729E-06
0.000290362
0.001053652
0.001107558
0.001991837
0.000300676
0.000004
3.9601E-06
0.000802022
.
.
.
.
.
.
4.77481E-05
0.00016952
0.001311164
0.000509856
ht
σt = √ht
0.000898461
0.000585604
0.00058559
0.000676844
0.000920908
0.000938145
0.001220896
0.000680142
0.000585279
0.000585266
.
.
.
.
.
.
0.000752121
0.000599268
0.000638205
0.001003249
0.029974338
0.024199264
0.024198969
0.026016226
0.03034647
0.030629155
0.03494132
0.026079531
0.02419254
0.024192277
.
.
.
.
.
.
0.02742483
0.024479943
0.025262713
0.031674101
0.00669 4.47561E-05
-0.0031 0.00000961
-0.01284 0.000164866
σt+1 (Hasil Peramalan)
0.000747028
0.000598311
0.000587073
0.000636716
0.027331815
0.024460394
0.024229586
0.025233237
Lampiran 39. Tabel Hasil Peramalan Saham PT Tunas Baru Lampung Tbk
(TBLA)
ε2t-1
ε t-1
0
0.10318
-0.06003
-0.02081
0.00013
0.00013
0.02118
0.00025
-0.0208
0.00013
0.00013
.
.
.
.
.
.
0
0.010646112
0.003603601
0.000433056
1.69E-08
1.69E-08
0.000448592
6.25E-08
0.00043264
1.69E-08
1.69E-08
.
.
.
.
.
.
0.02343 0.000548965
-0.02892 0.000836366
0.0411 0.00168921
-0.01115 0.000124323
0.00618 3.81924E-05
-0.01148 0.00013179
0.02385 0.000568823
σt+1 (Hasil Peramalan)
ht
σt = √ht
0.003240051
0.002597468
0.002033382
0.001905057
0.001895003
0.001951676
0.001905423
0.001949662
0.001905047
0.001895003
.
.
.
.
.
.
0.001967317
0.002013414
0.002127837
0.001949927
0.001902712
0.001912537
0.001969926
0.001908207
0.056921447
0.050965357
0.045093032
0.043646957
0.043531627
0.044177782
0.043651155
0.044154978
0.043646846
0.043531627
.
.
.
.
.
.
0.044354445
0.044871083
0.046128483
0.04415798
0.043620085
0.043732567
0.044383849
0.043683028
Lampiran 40. Tabel Hasil Peramalan Saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
ε t-1
.
.
.
.
.
.
ε2t-1
-0.00934 8.72356E-05
0.00681 4.63761E-05
-0.00915 8.37225E-05
-0.00919 8.44561E-05
-0.00923 8.51929E-05
-0.0011 0.00000121
-0.01749
0.0003059
0.00718 5.15524E-05
-0.0093 0.00008649
-0.00934 8.72356E-05
0.02368 0.000560742
.
.
.
.
.
.
-0.00177 3.1329E-06
0.01378 0.000189888
0.04482 0.002008832
-0.02582 0.000666672
-0.03088 0.000953574
-0.01579 0.000249324
-0.01432 0.000205062
σt+1 (Hasil Peramalan)
ht
σt = √ht
0.00055687
0.000549437
0.000556231
0.000556364
0.000556498
0.00054122
0.000596649
0.000550378
0.000556734
0.00055687
.
.
.
.
.
.
0.000541007
0.00054157
0.000575544
0.000906445
0.00066228
0.000714473
0.000586357
0.000578305
0.023598089
0.023440066
0.023584544
0.023587373
0.023590214
0.023264138
0.0244264
0.023460144
0.023595215
0.023598089
.
.
.
.
.
.
0.023259563
0.023271655
0.023990505
0.030107221
0.025734809
0.026729633
0.024214805
0.024047968
Download