kependekan dalam lingkungan militer dan

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN MILITER
DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S1) Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Wilhelmus Dawa
NIM: 124114014
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas penyertaan dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Tugas akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-I) program Sastra Indonesia Fakultas
Sastra Universitas Sanata Dharma.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas akhir ini.
1. Drs. Hery Antono, M.Hum. selaku dosen pembimbing I yang penuh
perhatian dan kesabaran dalam membimbing, mengarahkan, dan
menyemangati sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan
lancar.
2. Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku pembimbing II yang
telah membantu memberikan masukan, bimbingan, dan arahan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
3. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia USD: Drs. B.
Rahmanto, M.Hum., Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. (selaku dosen
pembimbing akademik penulis), S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Y.
Yapi Taum, M.Hum., Dra. F. Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. F.X.
Santoso, M.S., serta dosen-dosen pengampu mata kuliah tertentu yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
4. Segenap staf Sekretariat Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
atas berbagai pelayanan dalam urusan akademik.
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Segenap staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah
membantu menyediakan buku-buku yang penulis perlukan.
6. Kedua orang yang saya kasihi dan cintai, Ayahanda Ndara Tondo, S.H
dan Ibunda Stefania M.G. Kaka. Mereka tidak pernah lelah
mendoakan, mengingatkan, membimbing, menasehati, dan selalu sabar
menemani dalam proses belajar hingga saat ini. Untuk kakak Alfian
Dawa, S.T., adik Delsiana Dawa, kakak ipar Jeni Leko, S.Pt., ponakan
Alfariel Dawa, dan sepupu Guido Fredi Kaka yang selalu
menyemangati, dan mendoakan hingga saat ini.
7. Mahasiswa Prodi Sastra Indonesia angkatan 2012 yang telah bersamasama berjuang hingga saat ini.
8. Keluarga Mahasiswa Katolik Sumba (KMKS) yang sejak awal
menerima, berbagi, berjuang bersama, dan saling mendoakan. Semoga
kita tetap menjadi keluarga teguh dan kukuh dalam segala perjuangan
hidup.
9. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam
menyusun tugas akhir ini yang tidak disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak mengandung
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun perbaikan karya
dari berbagai pihak sangat diharapkan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi pembaca.
Yogyakarta, 11 Mei 2016
Wilhelmus Dawa
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Satu-satunya cara melakukan pekerjaan yang luar biasa adalah dengan
mencintai apa yang saat ini tengah Anda kerjakan (Steve Jobs)
Karya sederhana ini kupersembahkan kepada :
Bapak Ndara Tondo, S.H dan Ibu Stefania M.G. Kaka
Program Studi Sastra Indonesia
Segenap pembaca skripsi ini
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...............................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI........................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.........................................................
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA...........................
v
KATA PENGANTAR.....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................................
viii
DAFTAR ISI...................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................
xiii
DAFTAR BAGAN..........................................................................................
iv
DAFTAR TABEL............................................................................................
v
ABSTRAK.......................................................................................................
xvi
ABSTARCT.....................................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................
6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................
6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian.......................................................................
7
1.5 Tinjauan Pustaka...................................................................................
7
1.6 Landasan Teori......................................................................................
10
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1.6.1
Poses Morfologis........................................................................
11
1.6.2
Jenis-jenis Kependekan.............................................................
11
1.6.2.1 Singkatan..............................................................................
11
1.6.2.2 Akronim................................................................................
12
1.6.2.3 Penggalan...............................................................................
13
1.6.2.4 Lambang Huruf......................................................................
14
1.6.2.5 Kontraksi................................................................................
15
1.6.3
Referen........................................................................................
15
1.7 Metode dan Teknik Penelitian................................................................
17
1.7.1
Metode Pengumpulan Data............................................................ 17
1.7.2
Metode Analisis Data..................................................................... 18
1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data.......................................
..20
1.8 Sistematika Penyajian.............................................................................. 20
BAB II POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN DALAM LINGKUNGAN
MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA........................................
22
2.1 Pengantar..........................................................................................................22
2.2 Pola Singkatan............................................................................................
22
2.3 Pola Akronim...................................................................................................25
2.3.1 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata.......................................
26
2.3.2 Pengakalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II....
27
2.3.3 Pengekalan Dua Bunyi Pertama kata I
dan Tiga Bunyi Pertama Kata II..........................................................
28
2.3.4 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata......................................
29
2.3.5 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II,
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan Bunyi .Pertama Kata III..................................................................
29
2.3.6 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama
.........
Kata III..................................................................................................
30
2.3.7 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga
.......... Bunyi Pertama Kata IV.........................................................................
31
2.3.8 Pengekalan Suku Pertama Kata I
dan Suku Terakhir Kata II, Kata III......................................................
32
2.3.9 Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata.................................
33
2.3.10 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama
........... Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III................................... 34
2.3.11Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi
..............Pertama Kata II, Kata III, Kata IV........................................................ 35
2.4 Pola Kombinasi Akronim dan Singkatan...................................................... 38
2.4.1 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Suku Kedua
..........Bentuk Dasar Kata II dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV....................... 38
2.4.2 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Bentuk Dasar Kata II
.........dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV............................................................ 39
2.4.3 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Bunyi Pertama Kata II, Suku
..........Pertama Kata III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI............................ 40
2.5 Pola Kombinasi Akronim dan Akronim....................................................... 42
2.5.1 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi
..........Awal Kata II, Kata III dan Empat Bunyi Pertama Kata VI..................... 43
2.5.2 Pengekalan Tiga Bunyi Awal Setiap.Kata.............................................. 44
2.6 Pola Penggalan.............................................................................................. 45
2.6.1
Pengekalan Suku Pertama Setiap Kata................................................ 45
2.6.2
Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata...................................
46
2.6.3
Pengekalan Empat Bunyi Pertama dari Setiap Kata.........................
47
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III REFEREN YANG DITUNJUK OLEH KEPENDEKAN
DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN DI INDONESIA… 49
3.1 Pengantar.....................................................................................................
49
3.2 Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan............................................
49
3.3 Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat...........................................
53
3.4 Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung ..........................................
59
3.5 Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan.........................................
60
3.6 Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk..........................................
62
3.7 Kependekan yang Menujuk Referen Wilayah Batas..................................
64
3.8 Kependekan yang Menunjuk Referen Orang.............................................
65
3.9 Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan..........................................
67
3.10 Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah.......................................
69
BAB III PENUTUP..........................................................................................
74
4.1 KESIMPULAN...........................................................................................
74
4.2 SARAN.......................................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
77
LAMPIRAN.....................................................................................................
79
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards..............................
4
Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah..............................
4
Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan.................................
5
Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards...............................
16
Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons......................................................
16
Gambar 6: Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan...............................
52
Gambar 7: Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat..............................
58
Gambar 8: Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung..............................
60
Gambar 9: Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan............................
62
Gambar 10: Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk............................
63
Gambar 11: Kependekan yang Menunjuk Referen Wilayah Batas.................... 65
Gambar 12: Kependekan yang Menunjuk Referen Orang.................................. 66
Gambar 13: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan.................................. 68
Gambar 14: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah................................. 70
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan..........................................................
11
Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga Kata,
................dan Empat Kata.................................................................................. 25
Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata
dan Empat Kata.................................................................................. 27
Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata........................ 28
Bagan 5: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata......................... 28
Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata....................... 29
Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata....................... 30
Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata....................... 31
Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata.................... 32
Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata....................... 33
Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata....................... 34
Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata....................... 35
Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata.................... 36
Bagan 14: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan
.................Berasal dari Empat Kata...................................................................... 39
Bagan 15: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan
................Berasal dari Empat Kata....................................................................... 40
Bagan :16 Proses Pembentukan Akronim + Singkatan
................Berasal dari Enam Kata........................................................................ 41
Bagan 17: Proses Pembentukan Akronim + Akronim
................Berasal dari Enam Kata........................................................................ 43
Bagan 18: Proses Pembentukan Akronim + Akronim
................ Berasal dari Empat Kata...................................................................... 44
Bagan 19: Proses Pembentukan Penggalan Berasal dari Satu Kata..................... 46
Bagan 20: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata....................... 47
Bagan 21: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata....................... 47
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia...... 24
Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia....... 36
Tabel 3. Kombinasi Akronim dan Singkatan dalam Lingkungan Militer
dan Kepolisian di Indonesia................................................................... 42
Tabel 4. Kombinasi Akronim dan Akronim dalam Lingkungan Militer
dan Kepolisian di Indonesia................................................................... 45
Tabel 5. Penggalan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia..... 47
Tabel 6. Referen yang Ditunjuk Oleh Kependekan dalam Lingkungan Militer
dan Kepolisian di Indonesia................................................................... 70
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTARK
Dawa, Wilhelmus. 2016. “Kependekan dalam Lingkungan Militer dan
..............Kepolisian di Indonesia”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi
..............Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji kependekan dalam lingkungan militer dan
kepolisian di Indonesia. Kependekan terdiri dari lima jenis, yaitu singkatan,
akronim, penggalan, kontraksi, lambang huruf. Ada dua masalah yang dibahas
dalam penelitian, yakni (i) pola pembentukan kependekan dalam lingkungan
militer dan kepolisian di Indonesia, dan (ii) referen yang ditunjuk oleh
kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dan referen
yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia.
Objek penelitian yang berupa kependekan dalam lingkungan militer dan
kepolisian di Indonesia berada dalam data yang merupakan bentuk panjang.
Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, yaitu menyimak kependekan
yang digunakan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dan
dilanjutkan dengan teknik catat. Untuk menjawab kedua permasalahan, (i) peneliti
menerapkan metode agih dengan teknik Bagi Unsur Langsung (BUL) dan
dilanjutkan menggunakan teknik lesap. Permasalahan, (ii) diterapkan metode
padan dilanjutkan dengan metode padan referensial. Hasil analisis data disajikan
dengan dua teknik yaitu, (i) teknik informal menggunakan kata-kata biasa, (ii)
teknik formal digunakan gambar, bagan, tabel, dan lambang fonetis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan satu pola pembentukan
singkatan, yaitu pengekalan bunyi pertama setiap kata. Pola pembentukan
akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan bunyi pertama setiap
kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama kata II, (iii)
pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv)
pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I,
kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II,
dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku
pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama
kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata
(x), pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk
dasar kata II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi
terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV. Pola pembentukan
kombinasi akronim dan singkatan ditemukan tiga pola yakni, (i) pengekalan suku
pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal
kata Kata III, kata IV, (ii) pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku
kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata IV, (iii) pengekalan suku
pertama kata I, bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama
kata, V, kata VI. Pola pembentukan kombinasi akronim dan akronim ditemukan
dua pengekalan, yaitu (i) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga
bunyi awal kata II, kata IV dan empat bunyi pertama kata V, (ii) pengekalan tiga
bunyi awal dari setiap kata. Pembentukan penggalan ditemukan tiga pola, yakni
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(i) pengekalan suku pertama setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap
kata, (iii) pengekalan empat bunyi pertama setiap kata.
Peneliti menemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan
militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii) gedung, (iv)
kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan (ix)
sekolah.
Kata Kunci: Kependekan; singkatan, akronim, penggalan, referen.
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Dawa, Wilhelmus. 2016. Abbreviation Forms in Military and Police Field in
..............................Indonesian. An Undergraduate Thesis. Indonesian Letter
..............................Study Program, the Faculty of Letters, Sanata Dharma
..............................University
This study discussed the abbreviation in military and police field in
Indonesian. Abbreviation is divided into five types which are shortness,
acronyms, fragments, contractions, and emblem letters. There are two problems in
this research which are (i) the pattern formation of the abbreviation in military and
police field in Indonesian, and (ii) the referent of the abbreviation in military and
police field in Indonesian. This research aims to describe the pattern formations
and the referents abbreviation in military and police field in Indonesian.
The object of this research is in the form of abbreviation in military and
police field in Indonesia, is in the data which is a long form. In collecting the data,
the researcher uses simak method that is finding the abbreviation in military and
police field in Indonesian. Then, it is followed by catat method. To solved the
first, the researcher applies agih method with Bagi Unsur Langsung (BUL)
technique and is followed by lesap technique. To solved second problems the
researcher uses padan method that is followed padan referensial method. The
analized result is presented in two techniques which are, (i) informal technique
using ordinary words, (ii) formal technique using pictures, charts, tables, and
phonetic symbols.
Based on the results of the study, the researcher found one pattern
formation of the shortness that is perpetuation of the first sound. In the pattern
formation of Acronym, the researcher found 11 acronym patterns which are (i) the
perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation of the twofirst sound of word I and the first syllable of the word II, (iii) the perpetuation of
two- first sound of word I and the three- first sound of word II, (iv) the
perpetuation of three- first sound of each word, (v) the perpetuation of the first
syllable of word I, word II, and the first sound of word III, (vi) the perpetuation
of the first syllable of word I, word II, and the three-first sounds of word III, (vii)
the perpetuation of the first syllable of word I, the two-first syllables of word II
and three - first sounds of word IV, (viii) the perpetuation of the first syllable of
word I and the last syllable of word II and III, (ix) the perpetuation of the last
syllable of every words, (x) the perpetuation of the first sound + the last sound of
word I, the three – first sounds of the basic word of word II, and the first syllable
of word III, (xi) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I and
the first sound of word II, III, and IV. For the pattern of generation in the acronym
and shortness form combination, the researcher found three patterns namely: (i)
perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of
the basic word of word II and the first sound of word III and IV, (ii) the
perpetuation of the first syllable + the last sound of word I, the second syllable of
the basic word of word I and the first sound of word III and IV, (iii) the
perpetuation of the first syllable of word I + the first sound of word II, the first
syllable of word III, and the first sound of word V and VI. For the pattern of
xviii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
generation in the acronym and acronym combination the researcher found two
patterns namely: (i) the perpetuation of the first sound + the last sound of word I,
three-first sounds of word II and word III and the four-first sound of word VI, (ii)
the perpetuation of the three –first sounds of every words. Last but not the least,
for the pattern of generation in the fragment the researcher found three patterns
namely: (i) the perpetuation of the first sound of every words, (ii) the perpetuation
of the three – first sounds of every words, (iii) the perpetuation of the four – first
sounds of every words
The researcher found that the referents that had been referred to in the
short forms within the Indonesian military and police field namely: (i) position,
(ii) grade, (iii) building, (iv) activity, (v) guide, (vi) border area, (vii) person, (viii)
unit, and (ix) school.
Keywords: Abbreviation, shortness, acronym, fragment, referent
xix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Objek penelitian dalam skripsi ini adalah kependekan dalam lingkungan
militer dan kepolisian di Indonesia. Kependekan adalah hasil proses penanggalan satu
atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru
yang berstatus kata (Kridalaksana 1989: 159). Kependekan terdiri dari lima jenis,
yaitu singkatan, akronim, penggalan, kontraksi dan lambang huruf (Kridalaksana,
ibid).
Dua organisasi yang banyak menggunakan kependekan dalam berkomunikasi
adalah militer dan kepolisian. Militer adalah sebuah organisasi yang diberi otoritas
oleh organisasi di atasnya (negara) untuk menggunakan kekuatan yang mematikan
(lethal force) agar membela dan mempertahankan negara dari ancaman aktual
ataupun hal-hal yang dianggap ancaman
(Sugono, dkk., eds., 2008: 1091).
Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara yang bertugas memelihara
keamanan dan ketertiban umum, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan
pelayanan masyarakat (Sugono, dkk., eds., 2008: 915).
Pada awalnya, Kepolisian Republik Indonesia adalah bagian dari ABRI
(Angkatan Bersenja Republik Indonesia). Namun sejak dikeluarkan Undang-undang
Kepolisian Nomor 2 Tahun 2002, status Kepolisian Republik Indonesia sudah tidak
menjadi bagian dari ABRI. Hal ini dikarenakan adanya perubahan paradigma dalam
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sistem ketatanegaraan yang menegaskan pemisahan lembaga TNI (Tentara Nasional
Indonesia) dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing (Anonim, 2015: 2).
Dalam lingkungan militer dan kepolisian, bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk berkomunikasi dan berinteraksi,
baik dalam situasi yang formal maupun tidak formal. Penggunaan bahasa yang sesuai
dengan pemakaiannya di ragam militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan
bersifat tegas. Untuk keperluan itu digunakan berbagai kependekan. Orang dari luar
militer dan kepolisian sering sukar memahami singkatan dan akronim itu, tetapi
kalangan..militer..dan..kepolisian..dapat..memahaminya..(Http://Rifalutfiya.blogspot.
co.id/ragam-bahasa).
Dalam bahasa, kependekan selaras dengan prinsip ekonomi. Prinsip ekonomi
menganjurkan agar teks itu singkat tanpa harus merusak dan meruduksi pesan. Teks
yang singkat dengan mengandung pesan yang utuh akan menghemat waktu dan
tenaga dalam pemahamannya. Sebagai wacana yang terbatasi oleh ruang, wacana
jurnalistik dikontruksi tidak melanggar prinsip itu (bdk. Baryadi 2002:50)
Kependekan itu misalnya :
(1) AAL
(2) Bareskrim
(3) Kapt
Kependekan dalam contoh (1) merupakan singkatan. Singkatan ialah bentuk
singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih (Pedoman Umum Ejaan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Disempurnakan, 2009:18). Singkatan dieja huruf demi huruf (lihat Hara, 2013).
Singkatan AAL merupakan kependekan Akademi Angkatan Laut
Kependekan contoh (2) merupakan akronim. Akronim ialah kependekan dari
dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata (Pedoman Umum Ejaan
yang Disempurnakan, 2009: 19). Contoh (2) di atas merupakan kata yang dapat
digunakan dalam kalimat. Bareskrim merupakan kependekan dari Badan Reserse dan
Kriminal. Akronim Bareskrim dapat disebut sebagai kata karena mengandung makna
dan konsep yang jelas (Chaer, 1990:32).
Kependekan dalam contoh (3) Kapt merupakan penggalan dari kata utuh
Kapten. Kependekan tersebut biasanya digunakan dalam ragam tulis, misalnya untuk
menulis nama: Kapt. Joko.
Kependekan tersebut memperlihatkan bahwa ada setidaknya tiga pola
pembentukan singkatan dan akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia. Hal Kedua yang akan dibahas adalah referen yang diacu oleh kependekan
dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.
Kata atau leksem mengandung makna atau konsep. Makna atau konsep
bersifat umum; sesuatu yang dirujuk, yang berada di luar dunia bahasa, bersifat
tertentu. Hubungan antara kata dengan maknanya bersifat arbiter. Artinya tidak ada
hubungan wajib antara deretan fonem pembentuk kata itu dengan maknanya. Namun,
hubungannya bersifat konvensional (Chaer, 1990: 32)
Menurut Odgen dan Ricards (dikutip Baryadi 2007:4) hubungan antara
bahasa, pikiran dan realitas dapat dijelaskan melalui segi tiga semantis. Perhatikan
gambar berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Thought or Reference
Symbol - - - - - - - - - - - - - - - - - - Referent
Stands for
(an imputed relation)
*TRUE
Gambar 1: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards
Gambar di atas memperlihatkan bahwa simbol melambangkan pikiran (dapat
dibaca bahasa) dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal. Di antara
simbol dan pikiran terdapat hubungan langsung yang ditunjukan dengan garis lurus.
Pikiran menunjuk referen dan karena itu di antara keduanya terdapat hubungan kausal
juga. Antara simbol dan referen terdapat hubungan tidak langsung yang ditunjukan
dengan garis putus-putus, tetapi hubungan antara simbol dan referen merupakan
hubungan yang benar. Hubungan antara simbol dan referen harus melalui pikiran atau
referensi.
Contoh kependekan yang menunjuk pada referen dalam lingkungan militer
dan kepolisian di Indonesia.
Sekolah
AAL - - - - - - - - - - - - - - - „sekolah‟
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Gambar 2: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah
Contoh AAL (Akademi Angkatan Laut) menunjuk simbol dan mengacu pada
referen „sekolah‟ dengan perantara konsep sekolah. Dalam hal ini AAL tidak
memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus).
Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „sekolah‟ harus melalui
konsep dalam pikiran yaitu sekolah
Satuan
Bareskrim- - - - - - - - - - - - - - - - „satuan‟
Gambar 3: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan
Pada contoh Bareskrim (Badan Reserse dan Kriminal) menunjukan simbol
dan mengacu pada referen „satuan‟ dengan perantara konsep satuan dalam kepolisian.
Dalam hal ini Bareskrim tidak memiliki hubungan langsung dengan referen
(ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa
kependekan dan referen „satuan‟ harus melalui konsep dalam pikiran yaitu jenis
satuan.
Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia dipilih
menjadi objek penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, kependekan
dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia banyak menggunakan pola
pemendekan yang unik dan beragam. Ada yang berupa singkatan, akronim, dan
penggalan. Kedua, dari hasil pemendekan yang berupa singkatan, akronim, penggalan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
ditemukan referen yang ditunjuk. Ketiga, dunia militer dan kepolisan di Indonesia
memiliki hubungan yang menyatu dengan masyarakat sehingga komunikasi tersebut
penting diteliti. Kempat, sejauh penelusuran yang dilakukan peneliti, apalagi setelah
keluarnya UU No. 2 Tahun 2002, belum ada peneliti yang mengkaji topik ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dalam latar belakang, masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah sebgai berikut.
1.2.1
Apa saja pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan
kepolisian di Indonesia?
1.2.2
Apa saja referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan militer
dan .kepolisian di Indonesia
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola-pola pembentukan
kependekan dan menentukan jenis referennya dalam lingkungan militer dan
kepolisian. Tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:
1.3.1
Mendeskripsikan pola pembentukan kependekan dalam lingkungan militer
dan kepolisian di Indonesia
1.3.2
Mendeskripsikan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam lingkungan
militer dan kepolisian di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.4 Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi kependekan dalam lingkungan militer
dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian tersebut memberikan manfaat teoretis
maupun manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini memberikan sumbangan
teoretis bagi cabang linguistik yaitu, morfologi. Dalam morfologi menyumbang
proses pembentukan kependekan, yaitu dari bentuk panjuang menjadi bentuk pendek.
Bidang semantik, yaitu kependekan tersebut ternyata memiliki referen juga . Bidang
sosiolinguistik, yaitu bahasa berupa kependekan digunakan dalam komunitas tertentu
dalam hal ini militer dan kepolisian di Indonesia. Hasil penelitian ini juga
memberikan sumbangan praktis bagi para jurnalistik yang akan menggunakan
kependekan dalam tulisannya dan komunikasi praktis yang berhubungan dengan
militer dan kepolisian di Indonesia.
1.5 Tinjauan Pustaka
Jalu dalam skripsinya yang berjudul “Pola Pembentukan dan Jenis Referen
Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah” (2015), membahas tentang pola slogan
kota dan jenis referennya. Tentang pola slogan, ditemukan dua pola pembentukan,
yaitu kata dan kalimat. Kata memiliki dua jenis yakni kata ulang dan akronim. Untuk
akronim ditemukan 14 pola pembentukan. Adapun tentang referen yang diacu oleh
slogan kota dan Kabupaten di Jawa Tengah, ditemukan 12 jenis referen.
Hara dalam skripsinya yang berjudul “Penggalan dan Kontraksi dalam
Tuturan Berbahasa Indonesia Anak Muda di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur”
(2013), membahas tentang pola-pola pembentukan penggalan dan pola pembentukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
kontraksi dalam tuturan berbahasa Indonesia anak muda Sumba Tengah. Untuk
penggalan ditemukan tujuh pola pembentukan, yakni (i) penggalan yang berupa
pengekalan silabel pertama dari suatu kata, (ii) penggalan berupa pengekalan silabel
terakhir dari suatu kata, (iii) penggalan yang berupa penggalan fonem terakhir dari
suatu kata, (iv) penggalan yang berupa fonem pertama dari suatu kata, (v) penggalan
yang berupa penganggalan silabel terakhir suatu kata, (vi) penggalan yang berupa
pengekalan silabel tengah dan terakhir dari suatu kata, (vii) penggalan yang berupa
pengekalan penanggalan dua fonem terakhir dalam suatu kata. Adapun tentang
kontraksi ditemukan lima pola pembentukan, yakni (i) kontraksi dengan meringkas
diftong dalam suatu kata, (ii) kontraksi dengan meringkas vokal tinggi menjadi vokal
rendah dari suatu kata, (iii) kontraksi dengan meringkas dua silabel pertama dalam
suatu kata, (iv) kontraksi dengan meringkas silabel pertama dalam suatu kata, (v)
kontraksi dengan meringkas silabel terakhir dalam suatu kata.
Suratmi (1997) dalam hasil penelitiannya yang berjudul “Akronim Bahasa
Indonesia dalam surat kabar karian Kompas” menjelaskan bahwa akronim dalam
surat kabar
harian kompas dapat diteliti atas pola pembentukannya. Pola
pembentukan itu terbagai atas tujuh pola, yaitu (i) akronim berunsur bunyi pertama
kata utama; (ii) akronim berunsur suku kata kata utama; (iii) akronim berunsur
gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan suku kata utama: (iv) akronim
berunsur gabungan antara bunyi pertama kata utama dengan „bagian lain‟ kata utama;
(v) akronim berunsur gabungan antara suku kata utama dengan „bagian lain‟ kata
uatama; (vi) akronim berunsur bagian „bagian lain‟ kata uatama; (vii) akronim
berunsur bunyi pertama, dan „bagian lain‟ kata utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Topik tentang kependekan juga pernah diteliti oleh Permana (2006) dalam
skripsinya yang berjudul “Kependekan dalam Wacana Rubrik “Operator Menjawab”
di Surat Kabar Suara Pembaruan”. Hasil dari penelitian ini ditemukan pola-pola 15
pola pembentukan singkatan, yaitu (i) pengekalan konsonan huruf pertama dari setiap
suku kata, (ii) pengekalan konsonan huruf pertama setiap kata, (iii) pengekalan
konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan terakhir suku kata
kedua dari suatu kata, (iv) pengekalan dua huruf pertama dari suatu kata, (v)
pengekalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (vi) pengekalan empat huruf pertama
dari suatu kata.
Selanjutnya, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan
penggalan suku-suku terakhir suatu kata, (viii) pengekalan konsonan huruf pertama
tiap kata dan sufiks-nya, (ix) penggunaan monoftong pada suku kata kedua dari suatu
kata, (x) persamaan huruf dalam penggunaan singkatan, (xi) penggunan prefiks didan pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan huruf pertama dan
terakhir suku kata, (xii) penggunaan monoftong dari suku kata pertama dari suatu
kata, (xiii) pengekalan konsonan huruf pertama suku terakhir dari suatu kata, (xiv)
pengekalan konsonan huruf pertama, suku kata pertama dan huruf pertama suku kata
kedua dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya dari suatu kata, (xv)
pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan monoftong suku kata
kedua.
Dalam hal pembentukan akronim ditemukan dua pola pembentukan, yakni (i)
pengekalan tiga huruf pertama dari kata pertama dan pengekalan dua huruf pertama
kata ketiga, (ii) pengekalan suku kata terakhir kata pertama dan huruf pertama kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kedua. Penggalan ditemukan sembilan pola pembentukan, yaitu (i) penggalan suku
kata pertama dari suatu kata, (ii) penggalan suku kata terakhir dari suatu kata, (iii)
penggalan tiga huruf pertama dari suatu kata, (iv) pengekalan empat huruf pertama
dari suatu kata, (v) pengekalan konsonan huruf pertama dari suku kata pertama dan
pengekalan suku-suku terakhir dari suatu kata, (vi) pengekelan konsonan huruf
pertama suku kata pertama dan kedua dan penggalan suku-suku kata terakhir dari
suatu kata, (vii) pengekalan konsonan huruf pertama suku kata pertama dan kedua
dan penggalan suku-suku terakhir dan sufiks-nya, (viii) pengekalan konsonan huruf
pertama suku kata kedua dan huruf pertama suku kata ketiga, (ix) pengekalan
konsonan huruf pertama dan terakhir dan suku kata kedua dan penggalan kata
selanjutnya. Lambang huruf ditemukan satu pola pembentukan, yakni lambang huruf
yang menandai mata uang.
Dari tinjauan pustaka tersebut, dapat disimpulkan dalam dua hal. Pertama,
kependekan banyak dijumpai dalam berbagai bidang terutama dalam lingkungan
militer dan kepolisian. Kedua, peneliti yang mengkaji tentang kependekan dalam
militer dan kepolisian di Indonesia serta menentukan referen belum pernah dilakukan.
Atas dasar tinjauan pustaka itulah, penelitian ini layak dilakukan.
1.6 Landasan Teori
Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi teori tentang
morfologi dan semantik. Dalam cabang ilmu morfologi meliputi proses morfologis
yang menghasilkan bentuk kependekan, yaitu singkatan, akronim, penggalan,
lambang huruf, dan kontraksi. Dalam cabang ilmu semantik yaitu referen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
1.6.1 Proses Morfologis
Proses morfologis adalah proses pengubahan bentuk panjang menjadi bentuk
kependekan. Ada tiga komponen yang terlibat dalam proses morfologis, yaitu (i)
masukan, (ii) proses dan (iii) hasil. Masukan adalah bentuk panjang, proses
merupakan cara pengubahan bentuk panjang, hasil berkaitan dengan kependekan
(Baryadi, 2011: 25). Proses morfologis tersebut dapat ditunjukkan dengan bagan
tersebut.
Masukan
Proses
Bentuk Panjang
Proses Morfologis
Hasil
Kependekan
Bagan 1: Proses Morfologis Pemendekan
1.6.2 Jenis-jenis Kependekan
Kependekan terdiri dari penyingkatan, pengakroniman, pemenggalan,
pengkotraksian, dan pelambangan huruf. Kelima jenis pemendekan tersebut
menghasilkan lima jenis kependekan, yaitu singkatan, penggalan, akronim, kontraksi,
dan lambang huruf (Kridalaksana 1989: 161:163)
1.6.2.1 Singkatan
Singkatan adalah hasil pemendekan yang berupa huruf demi huruf atau gabungan
huruf, baik yang dieja huruf demi huruf maupun tidak dieja huruf demi huruf
(Kridalaksana, 1989 : 162). Berikut ini dikemukakan contohnya.
(4) DIY
( Daerah Istimewa Yogyakarta)
(5) SPP
(Sumbangan Penyelanggara Pendidikan)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
(6) TNI
( Tentara Nasioanl Indonesia)
Yang tidak dieja huruf demi huruf;
(7) dll.
(dan lain-lain)
(8) dng
(dengan)
(9) dst.
(dan seterusmya)
Dari beberapa contoh singkatan yang dieja dan tidak dieja di atas, dapat
dijelaskan proses pemendekan menurut pola pembentukannya. Contoh (4) DIY
merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yaitu Daerah Istimewa
Yogyakarta, (5) SPP merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata, yakni
Sumbangan Penyelenggara Pendidikan, dan contoh (6) TNI merupakan kependekan
dari empat kata, yaitu Tentara Nasional Indonesia merupakan proses pemendekan
dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata.
1.6.2.2 Akronim
Akronim adalah kependekan yang berupa gabungan huruf atau suku kata atau
bagian lain dari bentuk dasar dan dilafalkan sebagai sebuah kata yang sedikit banyak
memenuhi kaidah fonotaktik dalam bahasa Indonesia (Kridalaksana, 1989: 162).
Berikut ini contohnya :
(10) ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
(11) Gakopad (Gabungan Koperasi Angkatan Darat)
(12) ASI
(Air Susu Ibu)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pada contoh (10) ABRI merupakan kependekan yang berasal dari empat kata
yaitu Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, bunyi [a] berasal dari kata angkatan,
bunyi [be] secara ortografis ditulis hurf B berasal dari kata bersenjata, bunyi [er]
secara ortografis ditulis huruf R berasal dari kata republik, dan bunyi [i] berasal dari
kata Indonesia. Pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama dari setiap kata.
Contoh (11) Gakopad merupakan kependekan yang berasal dari empat kata
Gabungan Koperasi Angkatan Darat, bunyi [ga] berasal dari gabungan, bunyi [kop]
berasal dari kata koperasi, bunyi [a] berasal dari kata angkatan, dan bunyi [de] secara
ortografis di tulis huruf D berasal dari kata darat. Pemendekannya adalah
pengekalannya pada suku pertama kata I, tiga bunyi pertama kata II, dan bunyi
pertama kata III, kata IV. Contoh (12) ASI merupakan kependekan yang berasal dari
tiga kata, yaitu Air Susu Ibu, bunyi [a] berasal dari kata air, bunyi [es] secara
ortografis ditulis huruf S berasal dari kata susu, dan bunyi [i] berasal dari kata ibu.
proses pemendekannya adalah pengekalan bunyi pertama setiap kata.
1.6.2.3 Penggalan
Penggalan adalah proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian
dari kata (Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya.
(13) Purn
(purnawirawan)
(14) Bu
(ibu)
(15) Pak
(bapak)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pembentukan penggalan di atas dilakukan dengan cara menanggalkan bentuk
dasar. Contoh (13) Purn merupakan kependekan berasal dari satu kata yaitu
Purnawirawan. Penggalan Purn merupakan hasil kependekan dengan cara
mengekalkan empat bunyi pertama. Contoh (14) Bu merupakan kependekan dari kata
Ibu. Penggalan bu merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan suku kata
terakhir Bu dari kata Ibu. Contoh (15) Pak merupakan kependekan yang berasal dari
kata Bapak. Penggalan Pak merupakan hasil pemendekan dengan cara mengekalkan
suku kata terakhir Pak dari kata Bapak.
1.6.2.4 Lambang Huruf
Lambang huruf adalah proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau
lebih yang mengambarkan konsep dasar kuantitas, satuan, dan unsur (Kridalaksana,
1989: 162). Perhatikan contohnya.
(16) G
(gram)
(17) Cm (centi meter)
(18) Rp (rupiah)
Contoh (16) G merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan satu huruf
dan menjadi lambang huruf yang menandai satuan dasar ukuran berat berasal dari
kata Gram, contoh (17) Cm merupakan kemendekan dengan cara menanggalkan dua
huruf dan menjadi lambang huruf yang menandai satuan ukuran panjang berasal dari
kata centi meter, dan contoh (18) Rp merupakan kemendekan dengan cara
menanggalkan dua huruf berasal dari kata Rupiah dan menjadi lambang huruf yang
menandai mata uang negara Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
1.6.2.5 Kontraksi
Kontraksi adalah kependekan yang dihasilkan dengan meringkas bentuk dasar
(Kridalaksana, 1989: 162). Berikut ini contohnya.
(19) Tak
(tidak)
(20) Takkan
(tidak akan)
Contoh (19) tak merupakan kependekan yang dihasilkan dengan cara
meringkas tiga huruf dari kata tidak dan contoh (20) takkan merupakan kependekan
yang dihasilkan dengan meringkas lima huruf dari kata tidak akan.
1.6.3 Referen
Rerefen adalah benda atau orang yang diacu oleh kata atau untaian kata di
kalimat atau konteks tertentu. Referen merupakan konsep yang lazimnya
berhubungan dengan suatu hal yang berada di luar bahasa (Wijana, 2008:4).
Bentuk kebahasan memiliki konsep dalam pikiran manusia yang disebut
(thought), dan konsep ini lazim berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar
bahasa yang disebut referen (referent). Disebut lazim karena tidak semua kata yang
memiliki makna memiliki referen. Makna bersifat umum dan tidak tertentu,
sedangkan referen bersifat tertentu. Referen adalah sesuatu yang diacu oleh konsep
bentuk bahasa yang bersangkutan. Bentuk bahasa berhubungan secara langsung
dengan konsep pikiran (makna) (Chaer,1990: 31).
Menurut Odgen dan Ricards dikutip (Baryadi, 2007:4-6) hubungan antara
bahasa, pikiran dan realitas dapat dijelaskan melalui segi tiga semantis. Perhatikan
gambar berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Thought or Reference
Symbol - - - - - - - - - - - - - - - - - - Referent
Stands for
(an imputed relation)
*TRUE
Gambar 4: Segi Tiga Semantis dari Odgen dan Richards
Gambar 4 di atas menunjukan bahwa simbol mengacu kepada sesuatu referen
dengan perantara konsep . Dalam hal ini hubungan antara symbol dan referen tidak
memiliki hubungan yang langsung (yang ditunjukkan dengan garis putus-putus), akan
tetapi hubungan kedua hal tersebut harus melaui thougt or reference.
Sesuai perkembangan semiotika, oleh Lyons setiap unsur dari segitiga Odgen
dan Rhicards itu diganti dengan nama lain. Istilah symbol diganti dengan sign,
thought diganti dengan concept, dan referent diganti dengan significatum. Perhatikan
gambar berikut.
Concept
Sign - - - - - - - - - - - - - - - - - - Significatum
Gambar 5: Segi Tiga Semantis dari Lyons
Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa sign mengacu kepada sesuatu
significatum dengan perantara concept anatara sign dan significatum tidak memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
hubungan langsung ditunjukan dengan garis putus-putus, tetapi harus melalui
concept.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini dilakukan tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis
data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut diuraikan masing-masing tahap dalam
penelitian ini.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Objek penelitian ini adalah kependekan dalam lingkungan militer dan
kepolisian di Indonesia. Objek ini berada dalam data yang berupa bentuk panjang.
Data diperoleh dari sumber sumber online.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak
dengan teknik sadap dan teknik catat. Metode simak dilaksanakan dengan menyimak
penggunaan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.
Penerapan lebih lanjut menggunakan teknik catat dan sadap. Teknik catat adalah
teknik yang digunakan dengan pencatatan dan teknik sadap dilanjuti dengan
mencermati data-data yang berupa bentuk panjang dengan mengklasifikasi
atau
mengelompokkan pola pembentukan singkatan, akronim, penggalan (Sudaryanto,
1993; 135). Contoh data yang digunakan sebagai berikut
(21) AKP
(Ajun Komisaris Polisi)
(22) ABRI
(Angkatan Bersenjata Republik Indonesia)
(23) MAYJEN
(Mayor Jendral)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
1.7.2 Metode Analisis Data
Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data diklasifikasi, kemudian
dianalisis dengan metode agih dan padan. Metode agih adalah metode analisis yang
alat penentunya ada di dalam bahasa dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti
(Sudaryanto, 1993:15). Teknik dasar yang dipakai dalam penelitian ini adalah teknik
bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik dasar metode agih yang
membagi satuan lingual data menjadi beberapa bagian (Sudaryanto, 1993:31).
Misalnya, AMN memiliki unsur /A/M/N/. Bunyi [a] berasal dari kata akademi, bunyi
[m] berasal dari kata militer, dan bunyi [n] berasal dari kata nasional.
Untuk menganalisis rumusan masalah yang pertama digunakan teknik
lanjutan, yaitu teknik lesap. Teknik lesap adalah teknik analisis data dengan cara
melesapkan, mengilangkan, menghapuskan, mengurangi satauan kebahasaan yang
tidak dikekalkan. Kegunaan teknik lesap untuk mengetahui kadar keintian yang
dianilisis (Sudaryanto, 1993: 37 ).
(24) AMN
( Akademi Militer Nasional)
(25) ALRI
(Angkatan Laut Republik Indonesia)
(26) Let
(Letnan)
Kependekan dalam contoh (24) di atas merupakan singkatan. Singkatan AMN
merupakan kependekan yang berasal dari tiga kata yaitu Akademi Militer Nasional.
Bunyi [a] berasal dari kata Akademi, bunyi [m] berasal dari kata Militer, dan bunyi
[n] dari kata Nasional. Kependekan dalam contoh (25) Akronim ALRI merupakan
kependekan yang berasal dari empat kata yaitu Angkatan Laut Republik Indonesia.
Bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, bunyi [l] berasal dari kata Laut, bunyi [r]
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
berasal dari kata Republik, dan bunyi [i] berasal dari kata Indonesia. Contoh (26)
merupakan penggalan. Penggalan Let merupakan kependekan yang berasal dari kata
Letnan. Bunyi [let] berasal dari kata Letnan.
Dalam menganalisis rumusan masalah yang kedua, peneliti menggunakan
metode padan. Metode padan ini alat penentunya di luar bahasa, terlepas dan tidak
menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:13).
Teknik dasar yang dipakai dalam metode ini teknik pilah unsur penentu atau PUP.
Teknik lanjutannya digunakan metode padan referensial untuk menentukan identitas
satuan kebahahasaan
menurut
referen yang ditunjuk (Sudaryanto, 1993;145).
Misalnya seperti berikut:
(26) EKKT
(Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas)
(27) Kasad
(Kepala Staf Angkatan Darat)
(29) Jen
(Jendral)
Singkatan EKKT dalam contoh (27) memiliki kepanjangan Evaluasi
Kemantapan dan Kesiapan Tugas, mempunyai konsep yang berada dalam pikiran
aktivitas atau pekerjaan dan menunjuk referen „kegiatan‟. Akronim Kasad dalam
contoh (28) memiliki kepanjangan Kepala Staf Angkatan Darat mempunyai konsep
yang berada dalam pikiran struktur organisai dan menunjuk referen „jabatan‟. Kasad
adalah pemimpin tertinggi di lembaga TNI AD. Kependekan Jen dalam contoh (29)
memiliki kepanjangan Jendral mempunyai konsep yang berada dalam pikiran dan
menunjuk referen „pangkat‟. Jendral adalah jenis pangkat perwira tertinggi dalam
militer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil
analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan
metode informal dan metode formal. Penyajian asil analisis data dengan metode
informal mengunakan kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993 45). Penyajian hasil analisis
data dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan, bagan, gambar, tabel
dan lambang fonetis (Sudaryanto, ibid).
1.8 Sistematika Penyajian
Secara garis besar laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab
sebagai berikut. Bab I berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,
metode penelitian, sistematika penelitian. Latar belakang menguraikan alasan
mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalahmasalah
yang ditemukan dalam penelitian ini. Tujuan penelitian adalah
mendeskripsikan tujuan peneltian ini. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang
bisa diambil dari hasil penelitian ini. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang
pernah membahas tentang singkatan, akronim, dan penggalan. Landasan teori
menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Metode penelitian
merincikan teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik penyampain
hasil analisisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Pada BAB II berisi uraian pola-pola pembentukan kependekan dalam
lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia. Bab III referen yang ditunjuk oleh
kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia.
Pada Bab IV berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan hasil analisis data
dan saran untuk peneliti selanjutnya mengenai hal-hal yang dikaji dalam penelitian
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
BAB II
POLA PEMBENTUKAN KEPENDEKAN
DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN
DI INDONESIA
2.1 Pengantar
Kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia terdiri dari
singkatan, akronim, dan penggalan. Jenis-jenis kependekan tersebut memiliki polapola dan proses pembentukan kependekan.
2.2 Pola Singkatan
Singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi
singkatan yang berasal dari dua kata, tiga kata, dan empat kata. Berikut ini beberapa
contoh.
(30) AD (Angkatan Darat)
(31) AL (Angkatan Laut)
(32) AU (Angkatan Udara
(33) TNI (Tentara Nasional Indonesia)
(34) AKP (Ajun Komisaris Polisi)
(35) AAU (Akademi Angkatan Udara)
(36) KKAD (Kesatuan Komando Angkatan Darat)
(37) AKBP (Ajun Komisaris Besar Polisi)
22
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Kependekan yang berasal baik dari dua kata, tiga kata, empat kata dihasilkan
dengan pengekalan bunyi pertama dari setiap kata. Contoh (30) AD merupakan
kependekan dari Angkatan Darat. Bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal
dari kata Angkatan dan bunyi [de] secara ortografis ditulis huruf D berasal dari kata
Darat. Contoh (31) AL merupakan kependekan dari Angkatan Laut. Bunyi [a] yang
secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [el] yang secara
ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.
Pada contoh (32) AU merupakan kependekan dari Angkatan Udara. Bunyi [a]
yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, bunyi [u] yang
secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara. Contoh (33) TNI yang
berasal dari bentuk panjang Tentara Nasional Indonesia. Bunyi [te] yang secara
ortografis ditulis dalam huruf T dari kata Tentara, bunyi [en] yang secara ortografis
ditulis huruf N dari kata Nasional, dan bunyi [i] yang secara ortografis ditulis dalam
huruf I dari kata Indonesia. Singkatan TNI merupakan hasil pengekalan bunyi
pertama dari setiap kata Tentara Nasional Indonesia.
Pada contoh (34) terdapat singkatan AKP merupakan kependekan dari Ajun
Komisaris Polisi. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata
Ajun, bunyi [ka] yang secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Komisaris,
dan bunyi [pe] yang secara otografis ditulis huruf P berasal dari kata Polisi. Contoh
(35) terdapat singkatan AAU merupakan kependekan dari Akademi Angkatan Udara.
Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Akademi, bunyi [a]
yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [u] yang
secara otografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Pada contoh (36) KKAD merupakan kependekan dari Komando Kesatuan
Angkatan Darat. Bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata
Komando, bunyi [ka] secara ortografis ditulis huruf K berasal dari kata Kesatuan,
bunyi [a] ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] ditulis huruf D
berasal dari kata Darat. Contoh (37) AKBP merupakan kependekan dari Ajun
Komisaris Besar Polisi. Bunyi [a] berasal dari kata Ajun, bunyi [ka] secara ortografis
ditulis hurf K berasal dari kata Komisaris, bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B
berasal dari kata Besar, dan bunyi [pe] secara ortografis ditulis huruf P berasal dari
kata Polisi.
Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 1. Singkatan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia
No
Bentuk Panjang
Proses
1
Angkatan Darat
2
Angkatan Laut
3
Angkatan Udara
AU
4
Tentara Nasional Indonesia
TNI
5
Ajun Komisaris Polisi
AKP
6
Akademi Angkatan Udara
AAU
7
Kesatuan Komando Angkatan
Darat
Ajun Komisaris Besar Polisi
KKAD
Pengekalan Bunyi
Pertama dari Setiap
Hasil
AD
AL
Kata
8
AKBP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(2 kata, 3 kata, 4
kata)
Proses
Pengekalan Bunyi
Pertama Setiap Kata
Hasil
Singkatan
Bagan 2: Proses Pembentukan Singkatan Berasal dari Dua Kata, Tiga
Kata, dan Empat Kata
2.3 Pola Akronim
Pola pembentukan akronim ditemukan 11 pola akronim yakni, (i) pengekalan
bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan suku pertama
kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II, (iv)
pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku pertama kata I, kata
II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan tiga
bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua suku pertama kata
II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama kata I dan suku
terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x), pengekalan
bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan
suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan
bunyi pertama kata II, kata III, kata IV.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
2.3.1 Pengekalan Bunyi Pertama dari Setiap Kata
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari tiga kata dan empat kata. Berikut ini beberapa contoh data
kependekannya.
(38) DOM (Daerah Operasai Militer)
(39) BIN
(Badan Intelejen Negara)
(40) AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia)
(41) ALRI (Angkatan Laut Rebuplik Indonesia)
Kependekan yang berasal baik dari tiga kata dan empat kata dihasilkan
dengan pengekalan bunyi pertama setiap kata Contoh (38) DOM merupakan
kependekan Daerah Operasi Militer. Bunyi [de] yang secara ortografis ditulis huruf
D berasal dari kata Daerah, bunyi [o] yang secara ortografis ditulis huruf O berasal
dari kata Operasi, dan bunyi [em] yang secara ortografis ditulis huruf M berasal dari
kata Militer. Akronim DOM merupakan bentuk pengekalan
bunyi pertama dari
setiap kata Dareah Operasi Militer. Contoh (39) BIN merupakan kependekan dari
Badan Intelejen Negara. Bunyi [be] secara ortografis ditulis huruf B berasal dari kata
Badan, bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Itelejen, bunyi [n]
secara ortografis ditulis huruf N berasal dari kata Negara.
Pada contoh (40) AURI merupakan kependekan dari Angkatan Udara
Republik Indonesia. Bunyi [a] yang secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata
Angkatan, bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara, bunyi
[er] secara ortografis ditulis huruf R dari kata Republik, dan bunyi [i] secara
ortografis ditulis huruf I berasal dari kata Indonesia. Contoh (41) terdapat akronim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
ALRI yang berasal dari bentuk panjang Angkatan Laut Republik Indonesia. Bunyi [a]
secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, bunyi [el] secara ortografis
ditulis huruf L dari kata Laut, bunyi [er] secara ortografis ditulis huruf R dari kata
Republik, dan bunyi [i] secara ortografis ditulis huruf I dari kata Indonesia.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(3 kata, 4 kata)
Proses
Pengekalan Bunyi
Pertama dari Setiap
kata
Hasil
Akronim
Bagan 3: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata
dan Empat Kata
2.3.2 Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Suku Pertama Kata II
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dua dari kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(42) Mako (Markas Komando)
(43) Buser (Buru Sergap)
Kependekan berasal dari dua kata dihasilkan dengan pengekalan dua bunyi
pertama kata I dan suku pertama kata II. Contoh (42) Mako merupakan kependekan
dari Markas Komando. Bunyi [ma] berasal dari kata Markas dan bunyi [ko] berasal
dari kata Komando. Contoh (43) Buser merupakan kependekan dari Buru Sergap.
Bunyi [bu] berasal dari kata Buru, bunyi [ser] berasal dari kata Sergap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(2 kata)
Proses
Hasil
Pengekalan Dua Bunyi
Pertama Kata I dan Suku
Pertama Kata II
Akronim
Bagan 4: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata
2.3.3 Pengekalan Dua Bunyi Pertama Kata I dan Tiga Bunyi Pertama Kata II
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(44) Akmil (Akademi Militer)
(45) Mabes (Markas Besar)
Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi pertama kata II. Contoh (44) Akmil
merupakan kependekan dari kata Akademi Militer. Bunyi [ak] berasal dari kata
Akademi dan bunyi [mil] berasal dari kata Militer. Contoh (45) Mabes merupakan
kependekan dari Markas Besar. Bunyi [ma] berasal dari kata Markas dan bunyi [bes]
berasal dari Besar.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(2 kata )
Proses
Hasil
Pengekalan Dua Bunyi
Pertama Kata I dan Tiga
Bunyi Pertama Kata II
Bagan 5: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata
Akronim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2.3.4 Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(46) Kompol (Komisaris Polisi)
(47) Kombes (Komisaris Besar)
(48) Polwan (Polisi Wanita)
Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
tiga bunyi pertama setiap kata. Contoh (46) Kompol merupakan kependekan dari
Komisaris Polisi. Bunyi [kom] berasal dari kata Komisaris dan bunyi [pol] berasal
dari kata Polisi. Contoh (47) Kombes merupakan kependekan dari Komisaris Besar.
Bunyi [kom] berasal dari kata Komisaris, bunyi [bes] berasal dari kata Besar. Contoh
(48) Polwan merupakan kependekan dari Polisi Wanita. Bunyi [pol] berasal dari kata
Polisi, bunyi [wan] berasal dari kata Wanita.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(2 Kata)
Proses
Pengekalan Tiga Bunyi
Pertama Setiap Kata
Hasil
Akronim
Bagan 6: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata
2.3.5 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Bunyi .Pertama Kata III
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh.
(48) Kodam (Komando Daerah Militer)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(49) Korem (Komando Resort Militer)
Kependekan baik yang berawal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan
pengekalan suku pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III. Contoh (48)
Kodam merupakan kependekan dari Komando Daerah Militer. Bunyi [ko] adalah
suku pertama dari kata Komando, bunyi [da] adalah dua bunyi pertama dari kata
Daerah, dan bunyi [em] secara ortografis ditulis huruf M dari kata Militer. Contoh
(49) Kodam merupakan kependekan dari Komando Resort Militer. Bunyi [ko] adalah
suku pertama dari kata Komando, bunyi [re] adalah dua bunyi dari kata Resort, dan
bunyi [em] secara ortografis ditulis huruf M dari Militer.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(3 kata)
Proses
Pengekalan Suku Pertama
Kata I, Suku Pertama Kata
II, dan Bunyi Pertama
Kata III
Hasil
Akronim
Bagan 7: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata
2.3.6 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Kata II, dan Tiga Bunyi Pertama
.........Kata III
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(50) Koramil (Komando Rayon Militer)
(51) Kodamar (Komando Daerah Maritim)
Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
suku pertama kata I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III. Contoh (50) Koramil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
merupakan kependekan dari Komando Rayon Militer. Bunyi [ko] berasal dari kata
Komando, bunyi [ra] berasal dari kata Rayon, bunyi [mil] berasal dari kata Militer.
Contoh (51) Kodamar merupakan kependekan dari Komando Daerah Maritim. Bunyi
[ko] berasal dari kata Komando, bunyi [da] berasal dari kata Daerah, bunyi [mar]
berasal dari kata Maritim.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(3 Kata)
Proses
Pengekalan Suku Pertama
Kata I, Suku Pertama Kata
II, dan Tiga Bunyi Pertama
Kata III
Hasil
Akronim
Bagan 8: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata
2.3.7 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Dua Suku Pertama Kata II, dan Tiga
..........Bunyi Pertama Kata IV
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(52) Kormabar (Komando Armada Kawasan Barat)
(53) Koarmatim (Komando Armada Kawasan Timur)
Kependekan yang berasal dari lima kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
suku pertama kata I, dua suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV.
Contoh (52) Koarmabar merupakan kependekan dari Komando Armada Kawasan
Barat. Bunyi [ko] berasal dari Komando, bunyi [arma] berasal dari kata Armada,
dan bunyi [bar] berasal dari kata Barat. Contoh (53) Koarmatim merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
kependekan dari Komando Armada Kawasan Timur. Bunyi
[ko] berasal dari
Komando, bunyi [arma] berasal dari kata Armada, dan bunyi [bar] berasal dari kata
Timur.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(4 Kata)
Proses
Pengekalan Suku Pertama
Kata I, Dua Suku Pertama
Kata II, dan Tiga Bunyi
Pertama Kata IV
Hasil
Akronim
Bagan 9: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata
2.3.8 Pengekalan Suku Pertama Kata I dan Suku Terakhir Kata II, Kata III
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(54) Bujukpur (Buku Petunjuk Tempur)
(55) Bujuktis (Buku Petunjuk Taktis)
(56) Bujuknik (Buku Petunjuk Teknik)
Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
suku pertama kata I dan suku terakhir kata II, kata III. Contoh (54) Bujukpur
merupakan kependekan dari Buku Petunjuk Tempur. Bunyi [bu] berasal dari kata
Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, bunyi [pur] berasal dari kata Tempur.
Contoh (55) Bujuktis merupakan kependekan dari Buku Petunjuk Taktis. Bunyi [bu]
berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, dan bunyi [tis] berasal
dari kata Taktis. Contoh (56) Bujuknik merupakan kependekan dari Buku Petunjuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Teknik. Bunyi [bu] berasal dari kata Buku, bunyi [juk] berasal dari kata Petunjuk, dan
bunyi [nik] berasal dari kata Teknik.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(3 Kata)
Proses
Pengekalan Suku Pertama
Kata I, dan Suku Terakhir
Kata II, Kata III
Hasil
Akronim
Bagan 10: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata
2.3.9 Pengekalan Suku Terakhir Kata dari Setiap Kata
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari dua kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(57) Danton (Komandan Peleton)
(58) Danyon (Komandan Batalyon)
Kependekan yang berasal dari dua kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
suku terakhir kata dari setiap kata. Contoh (57) Danton merupakan kependekan dari
Komandan Peleton bunyi [dan] berasal dari kata Komandan, bunyi [ton] berasal dari
kata Peleton. Contoh (58) Danyon merupakan kependekan dari Komandan Batalyon
bunyi [ko] berasal dari kata Komandan, bunyi [ton] berasal dari Peleton.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(2 Kata)
Proses
Pengekalan Suku Terakhir
Kata dari Setiap Kata
Hasil
Akronim
Bagan 11: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Dua Kata
2.3.10 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Pertama
...........Bentuk Dasar Kata II, dan Suku Pertama Kata III
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari tiga kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(57) Kapolda (Kepala Kepolisian Daerah)
(58) Kapolsek (Kepala Kepolisian Sektor)
Kependekan yang berasal dari tiga kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata II, dan
suku pertama kata ke III. Contoh (57) Kapolda merupakan kependekan dari Kepala
Kepoilisian Daerah. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [pol] berasal dari kata
Kepolisian, dan bunyi [da] berasal dari kata Daerah. Contoh (58) Kapolsek
merupakan kependekan dari Kepala Kepolisian Sektor. Bunyi [ka] berasal dari kata
Kepala, bunyi [pol] berasal dari kata Kepolisian, dan bunyi [sek] berasal dari kata
Sektor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Input
Bentuk Panjang
(3 Kata)
Proses
Pengekalan Bunyi
Pertama + Bunyi
Terakhir Kata I, Tiga
Bunyi Pertama Bentuk
Dasar Kata II, dan Suku
Pertama Kata III.
Hasil
Akronim
Bagan 12: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Tiga Kata
2.3.11 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I dan Bunyi Pertama
...........Kata II, Kata III, Kata IV
Akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian meliputi akronim yang
berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data kependekannya.
(59) Kasad (Kepala Staf Angkatan Darat)
(60) Kasal (Kepala Staf Angkatan Laut)
(61) Kasau (Kepala Staf Angkatan Udara)
Kependekan yang berasal dari empat kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
bunyi pertama + bunyi terakhir kata I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV.
Contoh (59) Kasad merupakan kependekan dari Kepala Staf Angkatan Darat. Bunyi
[ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es] secara ortografis ditulus hurf S berasal dari
kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis
ditulis huruf D berasal dari kata Darat. Contoh (60) Kasal merupakan kependekan
dari Kepala Staf Angkatan Laut. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es]
secara ortografis ditulus hurf S berasal dari kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.
Contoh (61) Kasau merupakan kependekan dari Kepala Staf Angkatan Udara. Bunyi
[ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [es] secara ortografis ditulus hurf S berasal dari
kata Staf, bunyi [a] berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara ortografis ditulis
huruf U berasal dari kata Udara.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Input
Bentuk Panjang
(4 Kata)
Proses
Pengekalan Bunyi Pertama
+ Bunyi Akhir Kata I dan
Bunyi Pertama Kata II,
Kata III, Kata IV
Hasil
Akronim
Bagan 13: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Empat Kata
Hasil analisis data singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 2. Akronim dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia
No
Bentuk Panjang
Proses
Hasil
1
Daerah Operasi Militer
DOM
2
Badan Intlejen Negara
1. Pengekalan
Bunyi Pertama dari
Setiap Kata
3
Angkatan Udara Republik Indonesia
AURI
4
Angkatan Laut Republik Indonesia
ALRI
5
Markas Komando
6
Buru Sergap
2. Pengekalan Dua
Bunyi Pertama Kata
I dan Tiga Bunyi
Pertama Kata II
BIN
Mako
Buser
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
7
Akademi Militer
8
Markas Besar
9
Komisaris Polisi
10
Komisaris Besar
11
Polisi Wanita
12
Komando Daerah Militer
13
Komando Resort Militer
14
Komando Rayon Militer
15
Komando Daerah Maritim
16
Komando Armada Kawasan Barat
17
Komando Armada Kawasan
Timur
18
Buku Petunjuk Tempur
19
Buku Petunjuk Taktis
21
Buku Petunjuk Teknik
22
Komandan Peleton
3. Pengekalan Dua
Bunyi Pertama Kata
I dan Tiga Bunyi
Pertama Kata II
4. Pengekalan Tiga
Bunyi Pertama
Setiap Kata
Akmil
Mabes
Kompol
Kombes
Polwan
5. Pengekalan Suku
Pertama Kata I, Kata
II dan Bunyi Pertama
Kata III
6. Pengekalan Suku
Pertama Kata I, Suku
Pertama Kata II, dan
Tiga Bunyi Pertama
Kata III
Kodam
Korem
Koramil
Kodamar
7. Pengekalan Suku Koarmabar
Pertama Kata I,
Dua Suku Pertama
Kata II, dan Tiga
Koarmatim
Bunyi Pertama
Kata IV
8. Pengekalan Suku Bujukpur
Pertama Kata I dan
Suku Terakhir Kata Bujuktis
II, Kata III
Bujuknik
9. Pengekalan Suku
Danton
Terakhir Setiap Kata
23
Komandan Batalyon
24
Kepala Kepolisian Daerah
25
Kepala Kepolisian Sektor
Danyon
10. Pengekalan
Bunyi I+ Bunyi
Terakhir Kata I, III
Bunyi I Bentuk
Dasar, dan Suku I
Kata III
Kapolda
Kapolsek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
26
Kepala Staf Angkatan Darat
27
Kepala Staf Angkatan Laut
28
Kepala Staf Angkatan Udara
11. Pengekalan
Bunyi I + Bunyi
Terakhir Kata I dan
Bunyi Pertama Kata
II, Kata III, Kata IV
Kasad
Kasal
Kasau
2.4 Pola Kombinasi Akronim dan Singkatan
Dalam pola kombinasi akronim dan singkatan terdapat tiga pola pengekalan.
Pertama, pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar
kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV. Kedua, pengekalan suku pertama +
bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata
IV. Ketiga, pengekalan suku pertama kata I + bunyi pertama kata II, suku pertama
kata III, dan bunyi pertama kata, V, kata VI.
2.4.1 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Suku Kedua
..........Bentuk Dasar Kata II dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV
Kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian
meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data
kependekannya.
(62) Disdik AU (Dinas Pendidikan Angkatan Udara)
(63) Disdik AL (Dinas Pendidikan Angkatan Laut)
Kependekan yang berasal dari empat kata dapat dihasilkan pengekalan suku
pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata
Kata III, kata IV. Contoh (62) Disdik AU merupakan kependekan dari Dinas
Pendidikan Angkatan Udara. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [dik] berasal
dari kata Pendidikan, bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Angkatan, dan bunyi [u] secara ortografis ditulis huruf U berasal dari kata Udara.
Contoh (63) Disdik AL AU merupakan kependekan dari Dinas Pendidikan Angkatan
Laut. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [dik] berasal dari kata Pendidikan,
bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [el]
secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(4 Kata)
Proses
Pengekalan Bunyi I +
Bunyi Terakhir Kata I,
Suku II Bentuk Dasar Kata
II, dan Bunyi I, Kata III,
kata IV
Hasil
Kombinasi
Akronim dan
Singkatan
Bagan 14: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan Berasal dari Empat Kata
2.4.2 Pengekalan Suku Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Bentuk Dasar Kata II
..........dan Bunyi Awal Kata III, Kata IV
Kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian
meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh data
kependekannya.
(64) Disada AL (Dinas Pengadaan Angkatan Laut)
(65) Disada AU (Dinas Pengadaan Angkatan Udara)
Kependekan yang berasal dari empat kata dihasilkan dengan pengekalan suku
pertama + bunyi terakhir kata I, bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata III, kata IV.
Contoh (64) Disada AL merupakan kependekan dari Dinas Pengadaan Angkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Laut. Bunyi [dis] berasal dari kata Dinas, bunyi [ada] berasal dari kata Pengadaan,
bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [el]
secara ortografis ditulis huruf L berasal dari kata Laut. Contoh (65) Disada AU
merupakan kependekan dari Dinas Pengadaan Angkatan Udara. Bunyi [dis] berasal
dari kata Dinas, bunyi [ada] berasal dari kata Pengadaan, bunyi [a] secara ortografis
ditulis huruf A berasal dari kata Angkatan, dan bunyi [u] secara ortografis ditulis
huruf L berasal dari kata Udara.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(4 Kata)
Proses
Pengekalan Bunyi Suku I
+ Bunyi Terakhir Kata I,
Bentuk Dasar Kata II dan
bunyi I kata III, Kata IV
Hasil
Kombinasi
Akronim dan
Singkatan
Bagan 15: Proses Pembentukan Akronim + Singkatan Berasal dari Empat Kata
2.4.3 Pengekalan Suku Pertama Kata I, Bunyi Pertama Kata II, Suku
..........Pertama Kata III, dan Bunyi Pertama Kata V, Kata VI
Kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer dan kepolisian
meliputi akronim yang berasal dari enam kata. Berikut ini beberapa contoh data
kependekannya.
(66) Sesko AD (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat)
(67) Sesko AL (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut)
(68) Sesko AU (Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara)
Kependekan yang berasal dari enam kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
suku pertama kata I, bunyi pertama kata II, suku pertama kata III, dan bunyi pertama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kata, V, kata VI. Contoh (66) Sesko AD merupakan kependekan dari Sekolah Staf
dan Komando Angkatan Darat. Bunyi [se] berasal dari kata Sekolah, bunyi [es]
secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata Staf, bunyi [ko] dari kata Komando,
bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata Angkatan, dan bunyi [de] secara
ortografis ditulis huruf D dari kata Darat. Contoh (67) Sesko AL merupakan
kependekan dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut. Bunyi [se] berasal dari
kata Sekolah, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S berasal dari kata Staf, bunyi
[ko] dari kata Komando, bunyi [a] secara ortografis ditulis huruf A dari kata
Angkatan, dan bunyi [el] secara ortografis ditulis huruf L dari kata Laut. Contoh (68)
Sesko AU merupakan kependekan dari Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara.
Bunyi [se] berasal dari kata Sekolah, bunyi [es] secara ortografis ditulis huruf S
berasal dari kata Staf, bunyi [ko] dari kata Komando, bunyi [a] secara ortografis
ditulis huruf A dari kata Angkatan, dan bunyi [u] berasal dari kata Udara.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(6 Kata)
Proses
Pengekalan Dua Bunyi I
Kata I, Bunyi Pertama
Kata II,Suku Pertama Kata
III, dan Bunyi Pertama
Kata V, Kata VI
Hasil
Kombinasi
Akronim dan
Singkatan
Bagan :16 Proses Pembentukan Akronim + Singkatan Berasal dari Enam Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Hasil analisis data kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer
dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 3. Kombinasi Akronim dan Singkatan dalam Lingkungan Militer dan
..................Kepolisian di Indonesia
No
Bentuk Panjang
1
Dinas Pendidikan Angkatan Udara 1. Pengekelan Bunyi Disdik AU
2
3
4
5
6
7
Proses
Pertama + Bunyi
Terakhir Kata I,
Suku Kedua Bentuk
Dinas Pendidikan Angkatan Laut
Dasar Kata II, dan
Bunyi Awal Kata,
III, Kata IV
2. Pengekalan Suku
Dinas Pengadaan Angkatan Laut
Pertama + Bunyi
Terakhir Kata I,
Dinas Pengadaan Angkatan Udara Bentuk Dasar Kata II
dan Bunyi Awal
Kata III, Kata IV
Sekolah Staf dan Komando Angkatan 3.Pengekalan Suku
Darat
Pertama Kata I,
Sekolah Staf dan Komando Angkatan Bunyi Pertama Kata
Laut
II, Suku I Kata III,
Sekolah Staf dan Komando Angkatan dan Bunyi Pertama
Udara
Kata, V, Kata VI
Hasil
Disdik AL
Disada AL
Disada AU
Sesko AD
Sesko AL
Sesko AU
2.5 Pola Kombinasi Akronim dan Akronim
Dalam pola kombinasi akronim dan akronim terdapat dua pengekalan,
Pertama, pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi awal kata II,
kata III dan empat bunyi pertama kata V. Kedua, pengekalan tiga bunyi awal dari
setiap kata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
2.5.1 Pengekalan Bunyi Pertama + Bunyi Terakhir Kata I, Tiga Bunyi Awal
.........Kata II, Kata III dan Empat Bunyi Pertama Kata V
Kombinasi akronim dan akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian
meliputi akronim di Indonesia yang berasal dari lima kata. Berikut ini beberapa
contoh data kependekannya.
(69) Kasat Reskrim (Kepala Satuan Reserse dan Kriminal)
Kependekan yang berasal dari lima kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi awal kata II, kata III dan empat
bunyi pertama kata V. Contoh (69) Kasat reskrim merupakan kependekan dari
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal. Bunyi [ka] berasal dari kata Kepala, bunyi [sat]
berasal dari kata Satuan, bentuk [res] berasal dari kata Reserse, dan bunyi [krim]
berasal dari kata Kriminal.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(6 Kata)
Proses
Pengekalan Bunyi
Pertama, Bunyi Terakhir
Kata I, Tiga Bunyi Awal
Kata II, Kata III dan
Empat Bunyi Pertama
Kata V
Hasil
Kombinasi akronim
dan akronim
Bagan 17: Proses Pembentukan Akronim + Akronim Berasal dari Enam Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2.5.2
Pengekalan Tiga Bunyi Awal Setiap.Kata
Kombinasi akronim dan akronim dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia meliputi akronim yang berasal dari empat kata. Berikut ini beberapa contoh
data kependekannya.
(70) Dirjen Sospol (Direktorat Jendral Sosial Politik)
Kependekan yang berasal dari empat kata dapat dihasilkan dengan pengekalan
tiga bunyi awal setiap kata. Contoh (70) Dirjen Sospol merupakan kependekan dari
Direktorat Jendral Sosial Politik. Bunyi [dir] berasal dari kata Direktorat, bunyi [jen]
berasal dari kata Jendral, bunyi [sos] berasal dari kata Sosial, bunyi [pol] berasal dari
kata Politik.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk panjang
(4 kata)
Proses
Pengekalan Tiga
Bunyi Pertama Setiap
Kata
Hasil
Kombinasi
Akronim dan
Akronim
Bagan 18: Proses Pembentukan Akronim + Akronim Berasal dari Empat Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Hasil analisis data kombinasi akronim dan singkatan dalam lingkungan militer
dan kepolisian di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 4. Kombinasi Akronim dan Akronim dalam Lingkungan Militer dan
..................Kepolisian di Indonesia
No
Bentuk Panjang
Proses
Hasil
1
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal
2
Direktorat Jendral Sosial Politik
1.Pengekalan Bunyi Kasat Reskrim
Pertama + Bunyi
Terakhir Kata I, Tiga
Bunyi Awal Kata II,
Kata III Dan Empat
Bunyi Pertama Kata
V
2. Pengekalan Tiga Dirjen Sospol
Bunyi Awal Setiap
Kata
2.6 Pola Penggalan
Dalam pola penggalan tedapat tiga pola pengekalan. Pertama, pengekalan suku
pertama setiap kata. Kedua, pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata. Ketiga
pengekalan empat bunyi pertama setiap kata. Penggalan pada contoh di bawah ini
hanya dapat digunakan untuk penulisan tidak digunakan dalam berkomunikasi.
2.6.1 Pengekalan Suku Pertama Setiap Kata
Penggalan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi
penggalan yang berasal dari satu kata. Berikut ini beberapa contohnnya.
(71) Let (Letnan)
(72) Jen (Jendral)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Kependekan yang berasal dari satu kata dapat dihailkan dengan pengekalan
suku pertama. (71) Let berasal dari kata Letnan. Bunyi [let] berasal dari kata Letnan.
Contoh (72) Jen merupakan kependekan dari kata Jendral. Bunyi [Jen] berasal dari
kata Jendral.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk panjang
(1 kata)
Proses
Pengekalan Suku
Pertama Kata
Hasil
Penggalan
Bagan 19: Proses Pembentukan Penggalan Berasal dari Satu Kata
2.6.2
Pengekalan Tiga Bunyi Pertama Setiap Kata
Penggalan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi
penggalan yang berasal dari satu kata. Berikut ini beberapa contohnya.
(73)
(74)
Kol (Kolonel)
May (Mayor)
Kependedekan baik yang berawal dari satu kata dapat dihasilkan dengan
pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata. Contoh (73) Kol merupakan kependekan
dari Kolonel. Bunyi [kol] berasal dari kata Kolonel. Contoh (74) May merupakan
kependekan dari kata Mayor. Bunyi [may] berasal dar kata Mayor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk panjang
(1 Kata)
Proses
Pengekalan Tiga
Bunyi Pertama Kata
Hasil
Penggalan
Bagan 20: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata
2.6.3 Pengekalan Empat Bunyi dari Setiap Kata
Penggalan dalam lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia meliputi
penggalan yang berasal dari satu kata. Berikut ini beberapa contoh data
kependekannya.
(75) Kapt (Kapten)
Kependekan baik yang berawal setiap kata dapat dihasilkan dengan
pengekalan empat bunyi pertama kata. Contoh (75) Kapt merupakan kependekan dari
Kapten. Bunyi [kapt] berasal dari kata Kapten.
Proses pembentukan kependekan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dilihat pada bagan tersebut.
Masukan
Bentuk Panjang
(1 Kata)
Proses
Pengekalan Empat
Bunyi Pertama Kata
Hasil
Penggalan
Bagan 21: Proses Pembentukan Akronim Berasal dari Satu Kata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Hasil analisis data penggalan dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 5. Penggalan dalam Lingkungan Militer dan Kepolisian di Indonesia
No
Bentuk Panjang
Proses
1
Letnan
1. Pengekalan Suku Let
Pertama Setiap Kata
2
Jendral
Jen
3
Kolonel
2. Pengekalan Tiga
Kol
4
Mayor
Bunyi Pertama
Setiap Kata
May
5
Kapten
3. Pengekalan Empat
Bunyi Pertama
Setiap Kata
Hasil
Kapt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
BAB III
REFEREN YANG DITUNJUK OLEH KEPENDEKAN
DALAM LINGKUNGAN MILITER DAN KEPOLISIAN
DI INDONESIA
3.1 Pengantar
Dalam penelitian ini, ditemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam
lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii)
gedung, (iv) kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan
(ix) sekolah.
3.2 Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan
Jabatan merupakan sebuah tugas dalam pemerintahan atau organisasi
(Sugono, dkk., eds., 2008: 555). Contoh data sebagai berikut.
(76)
Kasau
(Kepala Staf Angkatan Udara)
(77)
Wakasau
(Wakil Kepala Staf Angkatan Udara)
(78)
Kasad
( Kepala Staf Angkatan Darat)
(79)
Wakasad
(Wakil Kepala Staf Angkatan Darat)
(80)
Kasal
(Kepala Staf Angkatan Laut)
(81)
Wakasal
(Wakil Kepala Staf Angkatan Laut)
(82)
Kapolri
(Kepala Kepolisian Republik Indonesia)
(83)
Wakapolri
(Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia)
(84)
Kapolda
(Kepala Kepolisian Daerah)
(85)
Wakapolda
(Wakil Kepala Kepolisian Daerah)
49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
(86)
Kapolresta
(Kepala Kepolsian Resort Kota)
(87)
Kapolsek
(Kepala Kepolisian Sektor)
(88)
Wakasat
(Wakil Kepala Satuan)
(89)
Danyon
(Komandan Batalyon)
(90)
Danton
(Komanda Peleton)
Pada contoh (76) Kasau memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
struktur organisasi. Kasau pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Kasau menunjuk referen „Jabatan‟ di lembaga militer. Contoh (77)
Wakasau memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu struktur organisasi.
Wakasau pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan
Wakasau menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga militer.
Pada contoh (78) Kasad memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
struktur organisasi. Kasad pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Kasad menunjuk
referen „jabatan‟ di lembaga militer. Contoh (79)
Wakasad memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu struktur organisasi.
Wakasad pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan
Wakasad menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga militer.
Pada contoh (80) Kasal memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
struktur organisasi. Kasal pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Kasal menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga militer. Pada contoh (81)
Wakasal memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu struktur organisasi.
Wakasal pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan
Wakasal menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga militer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Pada contoh (82) Kapolri memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
struktur organisasi. Kapolri pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan
bahwa kependekan Kapolri menunjuk
referen „jabatan‟ di lembaga kepolisian.
contoh (83) Wakapolri memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu struktur
organisasi. Wakapolri pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Wakapolri menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga kepolisian.
Pada contoh (84) Kapolda memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu struktur organisasi. Kapolda pada contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa kependekan Kapolda menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga
kepolisian. Contoh (85) Wakapolda memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu struktur organisasi. Wakapolda pada contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa kependekan Wakapolda menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga
kepolisian.
Pada contoh (86) Kapolresta memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu struktur organisasi. Kapolresta pada contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa kependekan Kapolresta menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga
kepolisian. Contoh (87) Kapolsek memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
struktur organisasi. Kapolsek pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan
bahwa kependekan Kapolsek menunjuk
referen „jabatan‟ di lembaga kepolisian.
Contoh (88) Wakasat memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu struktur
organisasi. Wakasat pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Wakasat menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga kepolisian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Pada contoh (89) Danyon memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
struktur organisasi. Danyon pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan
bahwa kependekan Danyon menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga militer. Contoh
(90) Danton memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu struktur organisasi.
Danton pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan
Danton menunjuk referen „jabatan‟ di lembaga militer.
Di samping contoh-contoh di atas, dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen jabatan dalam lingkungan militer dan
kepolisian di Indonesia.
Struktur organisasi
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - „jabatan‟
Gambar 6: Kependekan yang Menunjuk Referen Jabatan
Pada gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu pada
referen
„jabatan‟ dengan perantara konsep struktur organisasi. Dalam hal ini
kependekan tidak memiliki hubungan langsung dengan jabatan (ditunjukkan dengan
garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen
„jabatan‟ dalam lingkungan militer dan kepolisian harus melalui konsep yang berada
di dalam pikiran yaitu struktur organisasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dapat dilihat penanda lingual pada contoh kependekan dalam lingkungan
militer dan kepolisian di indonesia di atas seperti bunyi (Ka), (Dan), (Waka), dan
(Kasat) merupakan penanda bahwa kependekan tersebut menunjuk referen jabatan.
3.3 Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat
Pangkat merupakan tingkatan dalam dalam jabatan kepegawaian (kemiliteran
dan kepolisian, dsb) (Sugono, dkk., eds., 2008: 1013). Berikut ini contohnya
(90) Mayjen
(Mayor Jendral)
(91) Brigjen
(Brigadir Jendral)
(92) Kol
(Kolonel)
(93) Let Kol
(Letnan Kolonel)
(94) Jen
(Jendral)
(95) Let Jen
(Letnan Jendral)
(96) Serma
(Sersan Mayor)
(97) Serka
(Sersan Kepala)
(98) Kopka
(Kopral Kepala)
(99) Koptu
(Kopral Satu)
(100) Aipda
(Ajun Inspektur Dua)
(101) Iptu
(Inspektur Polisi Satu)
(102) Komjen Pol
(Komisaris Jendral Polisi)
(103) Abripol
(Ajun Brigadir Polsi)
(104) Briptu
(Brigadir Polisi satu)
(105) Kombes Pol
(Komisaris Besar Polisi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
(106) Jend Pol
(Jendral Polisi)
(107) Aiptu
(Ajun Inspektur Polsi Satu)
(108) Bharaka
(Bhayangkara Kepala)
(109) Bharatu
(Bhayangkara Satu)
(110) Bharada
(Bhayangkara Dua)
(111) Brigjen Pol
(Brigadir Jendral Polisi)
(112) Abripda
(Ajun Brigadir Polisi Dua)
(113) Abriptu
(Ajun Brigadir Polisi Satu)
(114) Ipda
(Inspektur Polisi Dua)
(115) Bripda
(Brigadir Polisi Dua)
Pada contoh (90) Mayjen memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga militer. Mayjen adalah jenis pangkat Perwira Tinggi dalam
ketentaraan yang meliputi Jendral Besar, Jendral, Letnan Jendral, Brigadir Jendral
satu tingkat di atas Perwira menengah (tanda pangkatnya satu bunga melati
ditempatkan di bahu baju). Mayjen pada contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan kependekan Mayjen menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga militer.
Pada contoh (91) Brigjen memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga militer dan kepolisian. Brigjen adalah jenis pangkat Perwira
Tinggi dalam ketentaraan yang meliputi jendral Besar, Jendral, Letnan Jendral,
Mayor Jendral satu tingkat di atas Perwira menengah (tanda pangkatnya satu bunga
melati ditempatkan di bahu baju). Kata Brigjen pada contoh tersebut sebagai bukti
yang menjelaskan kependekan Brigjen menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga militer
dan kepolisian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Pada contoh (92) kata Kol memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu jenis pangkat di lembaga militer. Kolonel adalah jenis pangkat perwira menegah
TNI peringkat pertama dalam ketentaraan yang meliputi Letnan Kolonel dan Mayor
satu tingkat di bawah kelompok Perwira Tinggi dan satu tingkat di atas Perwira
Pertama (tanda pangkatnya tiga bunga melati emas yang ditempatkan di bahu baju).
Kolonel dalam contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Kol
menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga militer.
Pada contoh (93) Let Kol memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga militer. Let Kol adalah jenis pangkat Perwira Menegah di
militer peringkat kedua, dalam ketentaraan yang meliputi Kolonel dan Mayor satu
tingkat di bawah kelompok Perwira Tinggi dan satu tingkat di atas Perwira Pertama
(tanda pangkatnya tiga bunga melati emas yang ditempatkan di bahu baju). Let Kol
dalam contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Let Kol
menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga militer.
Pada contoh (94) kata Jen memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu jenis pangkat di lembaga militer dan kepolisian. Jen adalah jenis pangkat
Perwira Tinggi dalam militer yang meliputi jendral besar TNI, jendral TNI, letnan
jendral TNI, mayor jendral TNI, dan brigadir jendral TNI. Jendral dalam contoh di
atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Jen menunjuk referen
„pangkat‟ di lembaga militer dan kepolisian.
Pada contoh (95) Let Jen memiliki konsep jenis pangkat di lembaga militer.
Let Jen adalah jenis pangkat Perwira Tinggi dalam militer yang meliputi Jendral
Besar, Mayor Jendral dan Brigadir Jendral. Let Jen pada contoh tersebut sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
bukti yang menjelaskan kependekan Let Jen menunjuk referen „pangkat‟di lembaga
militer dan kepolisian.
Pada contoh (96) kata Serma memiliki konsep yang berada dalam pikiran
yaitu jenis pangkat di lembaga militer. Serma adalah jenis pangkat bintara dalam
ketentaraan meliputi Sersan Kepala, Sersan Satu, dan Sersan dua di bawah Bintara
Tinggi dan di atas tamtama.
Serma dalam contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa kependekan Serma menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga
militer.
Pada contoh (97) Serka memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat dalam lembaga militer. Serka adalah jenis pangkat bintara dalam
ketentraan meliputi Sersan Mayor, Sersan Satu, dan Sersan Dua di bawah Bintara
Tinggi dan di atas Tamtama. Serka dalam contoh tersebut sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa kependekan Serka menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga
militer.
Pada contoh (98) Kopka memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga militer. Kopka adalah jenis pangkat Tamtama yang meliputi
Kopral Satu, Kopral Dua, Prajurit Kepala, Prajurit Satu, dan Prajurit Dua di bawah
Bintara. Kopka dalam contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan
Kopka menunjuk referen „pangkat‟ di lembaga militer.
Pada contoh (99) Koptu memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga militer. Koptu adalah jenis pangkat Tamtama yang meliputi
Kopral Kepala, Kopral Dua, Prajurit Kepala, Prajurit Satu, dan Prajurit Dua di bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Bintara. Koptu dalam contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan
Koptu menunjuk referen „pangkat‟.
Pada contoh (100) Aipda memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga kepolisian. Aipda adalah jenis pangkat Bintara Tinggi yang
meliputi Aiptu dan Aipda di bawah jenis pangkat Perwira Pertama. Aipda pada
contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Aipda menunjuk referen
„pangkat‟ di lembaga kepolisian.
Pada contoh (101) Iptu memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
jenis pangkat di lembaga kepolisian. Iptu adalah jenis pangkat Perwira Pertama yang
meliputi AKP dan Ipda di bawah jenis pangkat Perwira Menengah. Iptu pada contoh
di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Iptu menunjuk refern „pangkat‟ di
lembaga kepolisian.
Pada contoh (102) Komjen Pol memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu jenis pangkat dalam kepolisian. Komjen Pol adalah jenis pangkat Perwira
Tinggi yang meliputi Jend Pol, Irjen Pol, dan Brigjen Pol. Komjen Pol pada contoh di
atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Komjen Pol menunjuk
referen „pangkat‟.
Pada contoh (103) Abbripol memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu jenis pangkat dalam kepolisian. Abripol adalah jenis pangkat Tamtama yang
meliputi Abriptu, Abribda, Bharaka, Bharatu, Bharada di bawah jenis pangkat
Bintara. Abripol pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Abripol menunjuk referen „pangkat‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Pada contoh (104) Briptu memiliki konsep yang berada dalam pikiran yaitu
jenis pangkat dalam kepolisian. Briptu adalah kenis pangkat Bintara yang meliputi
Bipka, Bripol, dan Bripda di bawah jenis pangkat Bintara Tinggi. Briptu pada contoh
diats sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Briptu menunjuk referen
„pangkat‟.
Di samping contoh-contoh di atas dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen pangkat dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
Jenis pangkat
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - - „pangkat‟
Gambar 7: Kependekan yang Menunjuk Referen Pangkat
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa simbol dan mengacu pada
referen pangkat dalam militer dan kepolisian dengan perantara konsep jenis pangkat
dalam militer. Dalam hal ini kependekan tidak memiliki hubungan langsung dengan
referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa
kependekan dan referen „pangkat‟ dalam militer dan kepolisan harus melalui konsep
yangberada di dalam pikiran yaitu jenis pangkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
3.4 Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung
Gedung merupakan sebuah bangunan yang berukuran besar. Dalam
lingkungan militer dan kepolisian tedapat kependekan yang berhubungan dengan
referen gedung (Sugono, dkk., eds., 2008: 425) Contohnya sebagai berikut
(116) Mabes Polri
(Markas Besar Kepolisian Republik Indonesi)
(117) Polda
(Kepolisian Daerah)
(118) Mabes TNI
(Markas Besar Tentara Nasional Indonesia)
(119) Makodam
(Markas Komando Daerah Militer)
Pada contoh (116) Mabes Polri memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
pusat markas kepolisan dan menjadi tempat kedudukan pemimpin kepolisian di
Indonesia (Sugono, dkk., eds., 2008: 880). Mabes Polri pada contoh di atas sebagai
bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Mabes Polri menunjuk pada referen
„gedung‟. Contoh (117) Polda memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
pusat markas kepolisan dan menjadi tempat kedudukan pemimpin polisi dalam satu
provinsi dan menjadi pusat bagi markas-markas polisi lainnya dalam satu provinsi.
Polda pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Polda
menunjuk referen „gedung‟
Pada contoh (118) Mabes TNI memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu pusat markas kemiliteran dan menjadi tempat kedudukan tertinggi pemimpin
militer di Indonesia. Mabes TNI pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan
bahwa kependekan Mabes TNI menunjuk referen „gedung‟. Contoh (119) Makodam
memiliki konsep yang berada dalam pikiran yaitu pusat markas militer dalam sebuah
daerah dan menjadi tempat kedudukan tertinggi pemimpin militer dalam sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
daerah. Makodam pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Makodam menunjuk referen „gedung‟.
Di samping contoh-contoh di atas dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen gedung dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
Pusat markas-markas yang lain
Kependekan- - - - - - - - - - - - - - - - - - „gedung‟
Gambar 8: Kependekan yang Menunjuk Referen Gedung
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu
pada referen „gedung‟ dengan perantara konsep pusat markas-markas yang lain.
Dalam hal ini kependekan tidak memiliki hubungan langsung dengan referen
(ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa
kependekan dan referen „gedung‟ harus melalui konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu pusat markas-markas yang lain.
3.5 Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan
Kegiatan merupakan sebuah aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh
orang atau kelompok (Sugono,dkk.,eds., 2008). Contohnya sebagai berikut.
(120) EKKT
(Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas)
(121) EKKO
(Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Oprasinal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
(122) Lattis
(Latihan Taktis)
(123) Latgab
(Latihan Gabungan)
Pada contoh (120) EKKT memiliki yang berada di dalam di dalam pikiran
yaitu aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. EKKT
pada contoh di atas adalah sebagai bukti yang menjelaskan kependekan
EKKT
menunjuk referen „kegiatan‟. Contoh (121) EKKO memiliki yang berada di dalam di
dalam pikiran yaitu aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau
kelompok. EKKO pada contoh di atas adalah sebagai bukti yang menjelaskan
kependekan EKKT menunjuk referen „kegiatan‟.
Pada contoh (122) Lattis memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok. Lattis pada
contoh di atas adalah sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Lattis menunjuk
referen „kegiatan‟. Contoh (123) Latgab memiliki konsep yang berada di dalam
pikiran yaitu aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok.
Latgab pada contoh di atas adalah sebagai bukti yang menjelaskan kependekan
Latgab menunjuk referen „kegiatan‟.
Di samping contoh-contoh di atas dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen kegiatan dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Aktivitas atau pekerjaan
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - „Kegiatan‟
Gambar 9: Kependekan yang Menunjuk Referen Kegiatan
Pada contoh gambar di atas kependekan yang berupa tanda simbol dan
mengacu pada referen „kegiatan‟ dengan perantara konsep aktivitas atau pekerjaan
dalam lingkungan militer dan kepolisian. Dalam hal ini kependekan tidak memiliki
hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus).
Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „kegiatan‟ harus
melalui pikiran atau konsep yang berada di dalam yaitu aktivitas atau pekerjaan.
3.6 Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk
Petunjuk merupakan sesuatu (tanda, isyarat) untuk menunjuk, memberi tahu
ketentuan yang memberi arah atau bimbingan bagaimana sesuatu harus dilakukan
(Sugono, dkk., eds., 2008). Contohnya sebagai berikut
(124) Bujukpur
(Buku Petunjuk Tempur)
(125) Bujuktis
(Buku Petunjuk Taktis)
(126) Bujuknik
(Buku Petunjuk Teknik)
(127) Bujukops
(Buku Petunjuk Operasi)
Pada contoh (124) Bujukpur memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu sebuah buku. Bujukpur pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
bahwa kependekan Bujuktis menunjuk pada referen „petunjuk‟. Contoh (125)
Bujuktis memiliki konsep konsep yang berada di dalam pikiran yaitu sebuah buku.
Bujuktis pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan
Bujuktis menunjuk pada referen „petunjuk‟. Contoh (126) Bujuknik memiliki konsep
konsep yang berada di dalam pikiran yaitu sebuah buku. Bujuknik pada contoh di atas
sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Bujuknik menunjuk pada referen
„petunjuk‟. Contoh (127) Bujukops memiliki konsep konsep yang berada di dalam
pikiran yaitu sebuah buku. Bujukops pada contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan bahwa kependekan Bujukops menunjuk pada referen „petunjuk‟.
Di samping contoh-contoh di atas dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen petunjuk dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
Buku
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - - „Petunjuk‟
Gambar 10: Kependekan yang Menunjuk Referen Petunjuk
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu
pada referen „petunjuk‟ dengan perantara konsep buku. Dalam hal ini kependekan
tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putusputus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „petunjuk‟
harus melalui konsep yang berada di dalam pikiran yaitu buku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
3.7 Kependekan yang Menunjuk Referen Wilayah Batas
Wilayah batas merupakan cakupan daerah yang menjadi kekuasaan,
pemerintahan, pengawasan dalam lingkungan provinsi, kabupaten, kecamatan untuk
menjalankan tugas (Sugono, dkk., eds., 2008: 1562). Contohnya sebagai berikut
(128) Polsek
(Kepolisian Sektor)
(129) Polres
(Kepolisian Resor)
(130) Kodim
(Komando Distrik Militer)
Pada contoh (128) Polsek memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
cakupan dareah atau wilayah kecamatan dalam menjalankan tugas. Polsek pada
contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Polsek menunjuk referen
„wilayah batas‟. Contoh (129) Polres memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu cakupan dareah atau wilayah kabupaten dalam menjalankan tugas. Polres pada
contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Polres menunjuk referen
„wilayah batas‟. Pada contoh (130) Kodim memiliki konsep yang berada di dalam
pikiran yaitu cakupan dareah atau wilayah kabupaten dalam menjalankan tugas.
Kodim pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Kodim
menunjuk referen „wilayah batas‟.
Di samping contoh-contoh di atas, dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen wilayah batas dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Cakupan daerah untuk menjalankan tugas
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - „Wilayah batas‟
Gambar 11: Kependekan yang Menunjuk Referen Wilayah Batas
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu
pada referen „wilayah batas‟ dengan perantara konsep cakupan daerah untuk
menjalankan tugas. Dalam hal ini kependekan tidak memiliki hubungan langsung
dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol
yaitu kependekan dan referen „wilayah batas‟ harus melalui konsep yang berada
dalam pikiran yaitu cakupan daerah untuk menjalankan tugas.
3.8 Kependekan yang Menunjuk Referen Orang
Orang merupakan manusia (dalam arti khusus) dan kata ganti orang ketiga
yang tidak tentu (Sugono, dkk., eds., 2008: 986). Contohnya sebagai berikut
(130) Capra
(Calon Prajurit)
(131) Caba
(Calon Bintara)
(132) Capratar
(Calon Prajurit Taruna)
(133) Capa
(Calon Perwira)
Pada contoh (130) Capra memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
calon. Calon adalah seseorang yang sedang dipersiapkan dan dididik. Capra pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Capra menunjuk referen
„orang‟. Prajurit adalah anggota militer yang tidak memiliki pangkat. Contoh (131)
Caba memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu calon. Calon adalah
seseorang yang sedang dipersiapkan dan dididik. Caba pada contoh di atas sebagai
bukti yang menjelaskan kependekan Caba menunjuk referen „orang‟.
Pada contoh (132) Capratar memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu calon. Calon adalah seseorang yang sedang dipersiapkan dan dididik. Capratar
pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Capratar menunjuk
referen „orang‟. Contoh (133) Capa memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu calon. Calon adalah seseorang yang sedang dipersiapkan dan dididik. Capa
pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Capa menunjuk
referen „orang‟.
Di samping contoh-contoh di atas, dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen orang dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
Calon
Kependekan- - - - - - - - - - - - - - - - - - - „Orang‟
Gambar 12: Kependekan yang Menunjuk Referen Orang
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu
pada referen „orang‟ dengan perantara konsep calon. Dalam hal ini kependekan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan dengan garis putus-putus).
Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan referen „orang‟ harus melalui
konsep yang berada dalam pikiran yaitu calon.
3.9 Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan
Satuan adalah sekelompok orang (tentara, kepolisan alat-alat, dan dsb) yang
merupakan keutuhan (Sugono, dkk., eds., 2008). Contohnya sebagai berikut:
(134) Sabhara
(Samapta Bhayangkara)
(135) Satgultor
(Satuan Penanggulangan Teror)
(136) Satpur
(Satuan Tempur)
(137) Satrad
(Satuan Radar)
(138) Bareskrim
(Badan Reserse dan Kriminal)
Pada contoh (134) Sabhara memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu satuan. Samamta memiliki arti siap siaga. Sabhara pada contoh di atas sebagai
bukti yang menjelaskan kependekan Sabhara menunjuk referen „satuan‟. Contoh
(135) Satgultor memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu satuan.
Satgultor merupakan kesatuan atau kelompok dalam unit Kopasus. Satgultor pada
contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Satgultor menunjuk
referen „satuan‟.
Pada contoh (136) Satpur memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
satuan. Satpur pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan
Satpur menunjuk referen „satuan‟ Contoh (137) Satrad memiliki konsep yang berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
di dalam pikiran yaitu satuan. Satrad pada contoh di atas sebagai bukti yang
menjelaskan kependekan Satrad menunjuk referen „satuan‟. Contoh (138) Bareskrim
memiliki konsep yang berada dalam pikiran yaitu satuan. Bareskrim pada contoh di
atas sebagai bukti yang menjelaskan kependekan Bareskrim menunjuk referen
„satuan‟
Di samping contoh-contoh di atas, dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen satuan dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
Satuan
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - „satuan‟
Gambar 13: Kependekan yang Menunjuk Referen Satuan
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu
pada referen „satuan‟ dengan perantara konsep dalam pikiran yaitu satuan. Dalam hal
ini kependekan tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan
dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan
referen „satuan‟ harus melalui konsep yang berada dalam pikiran yaitu satuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
3.10 Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah
Sekolah adalah lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima
dan memberi pelajaran (Sugono, dkk., eds., 2008). Contohnya sebagai berikut.
(139) AAL
(Akademi Angkatan Laut)
(140) AAU
(Akademi Angkatan Udara)
(141) Sesko AD
(Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat)
(142) Sesko AU
(Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara)
Pada contoh (139) AAL memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
Sekolah dan mengacu pada refren „sekolah‟. Kependekan AAL pada contoh di atas
sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan AAL menunjuk pada referen
„sekolah‟. Contoh (140) AAU memiliki konsep yang berada di dalam pikiran yaitu
Sekolah dan mengacu pada refren „sekolah‟. Kependekan AAU pada contoh di atas
sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan AAU menunjuk pada referen
„sekolah‟.
Pada contoh (140) Sesko AD memiliki konsep yang berada di dalam pikiran
yaitu Sekolah dan mengacu pada refren „sekolah‟. Kependekan Sesko AD pada
contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa kependekan Sesko AD
menunjuk pada referen „sekolah‟. Contoh (141) Sesko AU memiliki konsep yang
berada di dalam pikiran yaitu Sekolah dan mengacu pada refren „sekolah‟.
Kependekan Sesko AU pada contoh di atas sebagai bukti yang menjelaskan bahwa
kependekan Sesko AU menunjuk pada referen „sekolah‟.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Di samping contoh-contoh di atas, dapat dirangkum pada gambar di bawah ini
yaitu kependekan yang menunjuk referen sekolah dalam lingkungan militer dan
kepolisian.
Sekolah
Kependekan - - - - - - - - - - - - - - - - „sekolah‟
Gambar 14: Kependekan yang Menunjuk Referen Sekolah
Pada contoh gambar di atas kependekan berupa tanda simbol dan mengacu
pada referen „sekolah‟ dengan perantara konsep dalam pikiran yaitu sekolah. Dalam
hal ini kependekan tidak memiliki hubungan langsung dengan referen (ditunjukkan
dengan garis putus-putus). Hubungan antara simbol yang berupa kependekan dan
referen „sekolah‟ harus melalui konsep yang berada dalam pikiran yaitu sekolah.
Hasil analisis data kependekan yang menunjuk referen dalam lingkungan
militer dan kepolisian dapat dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Tabel 6. Referen yang Menunjuk Kependekan dalam Lingkungan Militer Dan
...............Kepolisian di Indonesia
Referen
1. Jabatan
Bentuk kependekan
Kasau
(Kepala Staf Angkatan Udara)
Wakasau
(Wakil Kepala Staf Angkatan Udara)
Kapolda
(Kepala Kepolisian Daerah)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Wakapolda
(Wakil Kepala Kepolisian Daerah)
Kasad
(Kepala Staf Angkatan Darat )
Wakasad
(Wakil Kepala Staf Angkatan Darat)
Kasal
(Kepala Staf Angkatan Laut )
Wakasal
(Wakil Kepala Staf Angkatan Laut)
Wakasat
(Wakil Kepala Satuan)
Kapolresta
(Kepala Kepolisian Resort Kota)
Kasat Brimob (Kepala Satuan Brigade Mobile)
2. Pangkat
Kapolri
(Kepala Kepolisian Republik Indonesia)
Wakapolri
(Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia)
Danyon
Danton
Kapolda
(Komandan Batalyon)
(Komanda Peleton)
(Kepala Kepolisian Daerah)
Mayjen
Brigjen
Kol
Letkol
Jend
Letjen
Serma
Serka
Kopka
Koptu
Irjen Pol
AIPDA
IPTU
IPDA
AIPTU
Komjen Pol
Kombes Pol
Jend. Pol
Abripol
Bharaka
(Mayor jendral)
(Brigadir Jendral)
(Kolonel)
(Letkol Kolonel)
(Jendral)
(Letnan Jendral)
(Sersan Mayor)
(Sersan Kepala)
(Kopral kepala)
(Kopral Satu)
(Inspektur Jendral Polisi)
(Ajun Inspektur Dua)
(Inspektur Polisi Satu)
(Inspektur Polisi Dua)
(Ajun Inspektur Polisi Satu)
(Komisaris Jendral Polisi)
(Komisaris Besar Polisi)
(Jendral Polisi)
(Ajun Brigadir Polisi)
(Bhayangkara Kepala)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Bharatu
(Bhayangkara Satu)
Bharada
(Bahayangkara Dua)
Abripda
(Ajun Birgadir Polisi Dua)
Abriptu
(Ajun Brigadir Polsi Satu)
Briptu
(Brigadir Polisi Satu
Bripda
(Brigadir Polisi Dua)
3. Gedung atau Mabes Polri (Markas Besar Kepolisian Republik
Tempat
...........................Indonesia )
Polda
( Kepolisian Daerah)
Mabes TNI (Markas Besar Tentara Nasional Indonesia)
4. Kegiatan
Makodam
(Markas Komando Daerah Militer)
EKKE
EKKO
(Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan Tugas
(Evaluasi Kemantapan dan Kesiapan
.........................Oprasinal)
Lattis
(Latihan Taktis)
Latgab
(Latihan Gabungan)
5. Petunjuk
Bujukpur
Bukuktis
Bujuknik
Bujukops
(Buku Petunjuk Tembur )
(Buku Petunjuk Taktis )
(Buku Petunjuk Teknik)
(Buku Petunjuk Operasi)
6. Wilayah
Batas
Polsek
Polres
Kodim
Capra
Caba
7. Orang
Capratar
Capa
8. Satuan
Sabhara
Satgultor
Satpur
Satrad
Bareskrim
9. Sekolah
AAU
AAD
(Kepolisian Sektor )
(Kepolisian Resort )
(Komando Distrik Militer)
(Calon Prajurit)
(Calon Bintara)
(Calon Prajurit Taruna)
(Calon Perwira)
(Samapta Bhayangkara)
(Satuan Penanggulangan Teror)
(Satuan Tempur)
(Satuan Radar)
(Badan Reserse dan Kriminal)
(Akademi Angkatan Udara)
(Akademi Angkatan Darat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Sesko AD
Sesko AU
(Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat)
(Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari penelitian kependekan dalam dalam lingkungan militer dan kepolisian di
Indonesia ditemukan pertama, satu pola pembentukan singkatan yaitu pengekalan
bunyi pertama setiap kata. Dalam pembentukan akronim terdapat 11 pola pengekalan,
(i) pengekalan bunyi pertama setiap kata, (ii) pengekalan dua bunyi pertama kata I
dan suku pertama kata II, (iii) pengekalan dua bunyi pertama kata I dan tiga bunyi
pertama kata II, (iv) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (v) pengekalan suku
pertama kata I, kata II, dan bunyi pertama kata III, (vi) pengekalan suku pertama kata
I, kata II, dan tiga bunyi pertama kata III, (vii) pengekalan suku pertama kata I, dua
suku pertama kata II, dan tiga bunyi pertama kata IV, (viii) pengekalan suku pertama
kata I dan suku terakhir kata II, kata III, (ix) pengekalan suku terakhir setiap kata (x),
pengekalan bunyi pertama + bunyi akhir kata I, tiga bunyi pertama bentuk dasar kata
II, dan suku pertama kata ke III, (xi) pengekalan bunyi pertama + bunyi terakhir kata
I dan bunyi pertama kata II, kata III, kata IV.
Tentang pola pembentukan kombinasi akronim dan singkatan ditemukan tiga
pola pengekalan, yakni (i), pengekalan suku pertama + bunyi terakhir kata I, suku
kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata Kata III, kata IV, (ii) pengekalan suku
pertama + bunyi terakhir kata I, suku kedua bentuk dasar kata II dan bunyi awal kata
III, kata IV, (iii) pengekalan suku pertama kata I + bunyi pertama kata II, suku
74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
pertama kata III, dan bunyi pertama kata, V, kata VI. Dalam pola pembentukan
kombinasi akronim dan akronim ditemukan dua pengekalan, yaitu (i) pengekalan
bunyi pertama + bunyi terakhir kata I, tiga bunyi awal kata II, kata III dan empat
bunyi pertama kata V, (ii) pengekalan tiga bunyi awal dari setiap kata. Untuk
pembentukan penggalan tedapat tiga pola pengekalan, yakni (i) pengekalan suku
pertama setiap kata, (ii) pengekalan tiga bunyi pertama setiap kata, (iii) pengekalan
empat bunyi pertama setiap kata.
Peneliti menemukan referen yang ditunjuk oleh kependekan dalam
lingkungan militer dan kepolisian di Indonesia, yaitu (i) jabatan, (ii) pangkat, (iii)
gedung, (iv) kegiatan, (v) petunjuk, (vi) wilayah batas, (vii) orang, (viii) satuan, dan
(ix) sekolah.
4.2 Saran
Penelitian ini menelaah kependekan dari segi morfologi (bentuk) dan semantis
(makna). Pendekatan yang memadukan segi morfologi dan semantis ini penting
dilanjutkan untuk penelitian tentang kependekan dalam berbagai lingkungan
pemakaian bahasa di luar militer dan kepolisian. Misalnya, segi morfologis dan
semantis kependekan dalam lingkungan, lembaga pemerintahan, pendidikan, olah
raga dan sebagainya.
Munculnya kependekan dalam komunikasi lisan maupun tulis didorong oleh
motif
ekonomi.
Dalam
kehidupan
sehari-hari
saat
ini,
masyarakat
yang
berkomunikasi dengan perangkat teknologi moderen semakin banyak menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
bentuk-bentuk pendek. Hal semacam ini mudah dijumpai dalam wacana-wacana
media sosial. Oleh sebab itu, fenomena kependekan menjadi topik penelitian yang
menarik untuk dikaji secara linguistik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 dan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2014 Tentang
Kepolisian. Bandung: Penerbit Citra Umbara
Baryadi, Isodorus Praptomo. 2002. Dasar-dasar Analisis Wacana dalam Ilmu
Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
------------. 2007. Teori Ikon Bahasa : Salah Satu Pintu Masuk ke Dunia Semiotika.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma
------------. 2011. Morfologi Dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Penerbit
Universitas Sanata Dharma
Chaer, Abdul. 1990. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta
Depertemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
keempat. Jakarta: Penerbit Gramedia.
Hara, Tanta Rambu. 2013. “Penggalan dan Kontra Diksi dalam Tururan Berbahasa
Indonesia Anak Muda Di Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur”. Skripsi
pada Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta
Jalu, Oktavianus. 2015. “Pola Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah dan Jenis
Referen Slogan Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah”. Skripsi pada
Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Kridalaksana, Harimurti. 1989 Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
Penerbit Gramedia.
Pernama Andy. 2006. “Kependekan dalam Wacana Rubrik “Operator Menjawab”
di Surat Kabar Suara Pembaruan”. Skripsi pada Program Studi Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sudaryanto. 1993 Metode dan Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Penerbit
................Universitas Gadjah Mada Pers
Suratmi, M Goreti. 1997. “Akronim Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar Kompas:
Tinjauan terhadap Pola Pembentukan, Frase yang dibentuk, Proses
Morfologis yang Menyertai dan Bidang Penggunaannya”. Skripsi pada
Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Wijana, I Dewa Putu dan Muhammmad Rohmadi. 2011. Semantik Teori dan Analisis.
Surakarta. : Yusma Pustaka.
SUMBER ONLINE:
Http://id.Wikipedia.org/wiki/Singkatan dan akronim sipil militer diunduh pada 22
Agustus 2015. Pukul 21.30 WIB.
Http://Rifalutfiya.blogspot.co.id/ragam-bahasa diunduh pada 3 Februari 2016. Pukul ...........11.11 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
LAMPIRAN
A
AU : Angkatan Udara
AD : Angkatan Darat
AL : Angkatan Laut
AAL: Akademi Angkatan Laut
AAU: Akademi Angkatan Udara
Abrip: Ajun Brigadir Polisi
Abripda: Ajun Brigadir Polisi dua
Abriptu: Ajun Brigadir Polisi satu
AKBP: Ajun Komisaris Besar Polisi
Akmil: Akademi Militer
AKP: Ajun Komisaris Polisi
Akpol: Akademi Kepolisian
ALRI: Angkatan Laut Republik Indonesia
AMN: Akademi Militer Nasional
AURI: Angkatan Udara Republik Indonesia
AIPTU
B
Bareskrim Polri: Badan Reserse dan Kriminal Polri
Bharada: Bhayangkara Dua
Bharaka: Bhayangkara Kepala
Bharatu: Bhayangkara Satu
BIN: Badan Intelijen Negara
Brigjen Pol.: Brigadir Jenderal Polisi
Brigpol: Brigadir Polisi
Brimob: Brigade Mobil
Bripda: Brigadir Polisi Dua
Bripka: Brigadir Polisi Kepala
Briptu: Brigadir Polisi Satu
Bujuknik: Buku Petunjuk Teknik
Bujukops: Buku Petunjuk Operasi
Bujukpur: Buku Petunjuk Tempur
Bujuktis: Buku Petunjuk Taktis
Buser: Buru Sergap
C
Caba: calon bintara
Capa: calon perwira
Capra: calon prajurit
Capratar: calon prajurit taruna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
D
Dabin: daerah binaan
Danton: Komandan Peleton
Danyon: Komandan Batalyon
Dansat: Komandan Satuan
Danramil: komandan rayon militer
Dirjen Sospol: Direktur Jenderal Sosial Politik
Disada AL: Dinas Pengadaan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut
Disada AU: Dinas Pengadaan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara
DOM: Daerah Operasi Militer
E
EKKO: Evaluasi Kematapan dan Kesiapan Operasional
EKKT: Evaluasi Kematapan dan Kesiapan Tugas
G
Gakopad: Gabungan Koperasi Angkatan Darat
I
IPDA: Inspektur Polisi Dua
IPTU
K
KABEN: Komando Aksi Bela Negara
Kapolda: Kepala Kepolisian Daerah
Kapolres: Kepala Kepolian Resor
Kapolri: Kepala Kepolisian Republik Indonesia
Kapolsek: Kepala Kepolisian Sektor
Kapt.: kapten
Kasad: Kepala Staf Angkatan Darat
Kasal: Kepala Staf Angkatan Laut
Kasat: Kepala Satuan
Kasat Reskrim: Kepala Satuan Reserse dan Kriminal
Kodim: Komando Distrik Militer
Korem: Komando Resort Militer
Koramil: Komando Rayon Militer
KKAD: Kesatuan Komando Angkatan Darat
Koarmabar: Komando Armada Kawasan Barat
Koarmatim: Komando Armada Kawasan Timur
Kodam: Komando Daerah Militer
Kodamar: Komando Daerah Maritim
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Kodim: Komando Distrik Militer
Kol.: kolonel
Kombes Pol.: Komisaris Besar Polisi
Komjen Pol.: Komisaris Jenderal Polisi
Kompol : Komisaris Polisi
Koramil: Komando Rayon Militer
L
Lattis
: Latihan Taktis
Latgab : Latihan Gabungan
Letda : letnan dua
Letjen : letnan jenderal
Letkol : letnan kolonel
Lettu
: letnan satu
M
Mabes: markas besar
Mabes Polri: Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia
Mako: markas komando
Marsdya: marsekal madya
May.: mayor
Mayjen: Mayor Jenderal
P
Pacad: perwira cadangan
Paban: perwira pembantu
Pama: perwira pertama
Pamen: perwira menengah
PJR: patroli jalan raya
Polda: kepolisian daerah
Polres: Kepolisian Resor
Polresta: Kepolisian Resor Kota
Polri: Kepolisian Republik Indonesia
Polsek: Kepolisian Sektor
Polsekta: Kepolisian Sektor Kota
PM: Polisi Militer
Polwan: polisi wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
S
Sabhara: Samapta Bhayangkara
Secaba: sekolah calon bintara
Secapa: sekolah calon perwira
Secatam: sekolah calon tamtama
Sepawamil: sekolah perwira wajib militer
Serda: sersan dua
Serka: sersan kepala
Serma: sersan mayor
Serpas: pergeseran pasukan
Sertu: sersan satu
Sesko TNI: Sekolah Staf dan Komando Tentara Nasional Indonesia
Sesko AD: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat
Sesko AL: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut
Sesko AU: Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara
SPN: Sekolah Polisi Negara,
T
TNI: Tentara Nasional Indonesia
Ton: peleton
W
Wakapolda: wakil kepala kepolisian daerah
Wakapolres: wakil kepala kepolisian resor
Wakapolri: wakil kepala kepolisian republik Indonesia
Wakapolsek: wakil kepala kepolisian sektor
Wakasad: Wakil Kepala Staf Angkatan Darat
Wakasal: Wakil Kepala Staf Angkatan Laut
Wakasat: Wakil Kepala Satuan
Wakasi: wakil kepala seksi
Y
Yon: batalyon
Download