CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

advertisement
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DARI
PERSPEKTIF PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Oleh Kelompok-101
Latar Belakang
Saat ini Corporate Social Responsibility (CSR) sudah menjadi bahan pembicaraan
oleh banyak pakar dan perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) saat ini sudah
tidak dapat lagi dipisahkan dari perusahaan-perusahaan besar. Karena dengan adanya CSR,
perusahaan akan mendapatkan kepercayaan dari para stakeholders dan mendapatkan suatu
keuntungan. CSR (Corporate Social Responsibility) atau yang biasa disebut sebagai
penanggung jawab sosial perusahaan yang dapat diartikan sebagai sarana sekaligus wahana
perwujudan sikap kooperatif serta tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan
yang memiliki kesadaran bahwa kegiatan operasional yang menimbulkan dampak negatif
dan positif.
Corporate Social Responsibility sangat berkaitan erat dengan konsep
pengembangan masyarakat. Pengembangan masyarakat merupakan suatu upaya sistematik
untuk meningkatkan kemampuan suatu masyarakat, terutama kelompok-kelompok yang
tidak beruntung dalam hal pemenuhan kebutuhan berdasarkan potensi seluruh sumberdaya
yang dapat diakses oleh masyarakat tersebut.2 Community development merupakan bagian
dari program CSR.
Pada makalah kali ini, kelompok kami akan menjelaskan mengenai Corporate
Social Responsibility, dimulai dari pengenalan definisi atau arti dari CSR, perbedaan CSR
dengan pengembangan masyarakat (community development), cara melakukan CSR dalam
suatu perusahaan agar program dari suatu CSR tersebut dapat berhasil dan berdampak
terhadap suatu masyarakat.
Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah kelompok ini yaitu:
1. Untuk memenuhi tugas akhir makalah secara berkelompok pada mata kuliah
Pengembangan Masyarakat yang mengenai pembahasan tentang Corporate
Social Responsibility (CSR) dalam perspektif pengembangan masyarakat.
2. Untuk mengetahui definisi atau arti dari Corporate Social Responsibility
3. Untuk mengetahui perbedaan CSR dengan pengembangan masyarakat
4. Untuk mengetahui sejauh mana program CSR dan dampak dari program CSR
di dalam suatu perusahaan.
1
Kelompok-10 Mahasiswa Peserta Perkuliahan Matakuliah Pengembangan Masyarakat
KPM 231 Semester Gasal Tahun 2012/2013: (1) Apriyani Selvianti I34110080; (2) Dwi
Jayanti I34110086; (3) Tutut Rindiawati I34110088; (4) M Imam Arifandy I34110089; (5)
Amanda Yunita I34110091.
2
Sonny Sukada, dkk. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan Memahami Konsep dan
Praktik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Halaman 165
Pengembangan Masyarakat sebagai Suatu
Perspektif Pembangunan
Pengembangan masyarakat (community development) terdiri dari dua konsep, yaitu
“pengembangan” dan “masyarakat”. Secara singkat, pengembangan atau pembangunan
merupakan suatu usaha bersama dan sudah terencana untuk meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Bidang-bidang pembangunan biasanya meliputi beberapa sektor, yaitu
ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Masyarakat dapat diartikan dalam dua
konsep, yaitu masyarakat sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah
geografi yang sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga, perumahan di daerah
perkotaan atau sebuah kampung di wilayah pedesaan. Dan masyarakat sebagai
“kepentingan bersama”, yakni kesamaan kepentingan berdasarkan kebudayaan dan
identitas. Sebagai contoh, kepentingan bersama pada masyarakat etnis minoritas atau
kepentingan bersama berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu. Istilah masyarakat dalam
pengembangan masyarakat biasanya diterapkan terhadap pelayanan-pelayanan sosial
kemasyarakatan yang membedakannya dengan pelayanan-pelayanan sosial kelembagaan.
Pengembangan masyarakat yang berbasis masyarakat seringkali diartikan dengan
pelayanan sosial gratis dan swadaya yang biasanya muncul sebagai respon terhadap
melebarnya kesenjangan antara menurunnya jumlah pemberi pelayanan dengan
meningkatnya jumlah orang yang membutuhkan pelayanan. Pengembangan masyarakat
juga umumnya dapat diartikan sebagai pelayanan yang menggunakan pendekatanpendekatan yang lebih bernuansa pemberdayaan (empowerment) yang memperhatikan
keragaman pengguna dan pemberi pelayanan.
Dengan demikian, pengembangan masyarakat dapat didefinisikan sebagai metoda
yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya.
Secara khusus pengembangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenuhan suatu
kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh
kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis
kelamin, usia, dan kecacatan.
Pengembangan masyarakat (community development) merupakan suatu metode
atau pendekatan pembangunan yang menekankan adanya partisipasi serta keterlibatan
langsung suatu penduduk dalam proses pembangunan, dimana semua usaha swadaya
masyarakatnya disinergikan dengan usaha-usaha pemerintah setempat dan stakeholders
lainnya untuk meningkatkan taraf hidup, dengan sebesar mungkin ketergantungan pada
inisiatif penduduk itu sendiri, serta pelayanan teknis sehingga proses pembangunan
berjalan lebih efektif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam hal pengembangan
masyarakat yaitu advokasi, pengorganisasian komunitas, pengembangan jejaring,
pengembangan kapasitas, serta komunikasi informasi dan edukasi. Langkah-langkah diatas
dikenal dengan istilah dimensi-dimensi pengembangan masyarakat.
Advokasi merupakan suatu upaya untuk mengubah atau mempengaruhi suatu
perilaku penentu kebijaksanaan agar lebih berpihak pada kepentingan publik melalui
penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, legal, dan moral. Pengorganisasian komunitas
bertujuan agar suatu masyarakat mempunyai arena untuk mendiskusikan serta mengambil
keputusan atas masalah disekitarnya. Bila terorganisir, masyarakat juga akan mampu
menemukan sumberdaya yang dapat mereka manfaatkan. Pengembangan jejaring
bertujuan untuk menjalin kerjasama dengan pihak lain (individu, kelompok, atau
organisasi) agar bersama-sama saling mendukung untuk mencapai tujuan. Jaringan dan
kepercayaan (trust) merupakan salah satu unsur terpenting dari kapital sosial, sehingga
menjadi komponen penting dalam pengembangan masyarakat. Pengembangan kapasitas
bertujuann untuk meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang (termasuk untuk
advokasi, mengorganisir diri sendiri, dan mengembangkan jaringan). Pengembangan
kapasitas dapat diartikan sebagai suatu peningkatan atau perubahan perilaku individu,
organisasi, dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien. Serta komunikasi informasi dan edukasi yaitu suatu proses pengelolaan
informasi, pendidikan masyarakat, dan penyebaran informasi dengan tujuan untuk
mendukung keempat komponen di atas. Pengelolaan informasi juga menyangkut mencari
dan mendokumentasikan informasi agar informasi tersebut selalu tersedia bagi masyarakat
yang memerlukannya. Kegiatan edukasi perlu dilakukan agar kemampuan suatu
masyarakat dalam segala hal meningkat, sehingga masyarakat mampu mengatasi
masalahnya sendiri setiap saat.
Konsep dan Praktik CSR
Definisi CSR
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah salah satu konsep yang
menimbulkan beragam pengertian. Keberagaman definisi tersebut dikarenakan pendekatan
pada dimensi-dimensi yang digunakan berbeda. CSR jauh lebih tua dibandingkan dengan
pembangunan berkelanjutan. Berikut ini merupakan beberapa definisi dari CSR:
 Certo dan Certo (2006) mendefinisikan CSR sebagai: “…managerial obligation to take
action that protect and improves both the welfare of society as a whole and the interest
of organization.”
 Lawrence, Weber, dan Post (2005) menyatakan: “CSR means that a corporation should
be beld accountable for any of its actions affecting people, their communities, and their
environtment.”
 Kotler dan Lee (2005), CSR adalah: “…a commitment to improve community wellbeing through discretionary business practices and contributions of corporate
resources.”
 Vogel (2005) mendefinisikan CSR sebagai: “…policies and programs of private firms
that go beyond legal requirements as a response to public pressures and societal
expectations.”
 Hopkins (2004) memberikan definisi: “CSR is concerned with treating the stakeholders
of the firm ethically or in a responsible manner. ‘Ethically or responsible’ means
treating stakeholders in a manner deemed acceptable in civilized societies. Social
includes economic responsibility. Stakeholders exist both within a firm and outside.
The natural environment is a stakeholder. The wider aim of social responsibility is to
create higher and higher standards of living, while preserving the profitability of the
corporation, for people both within and outside the corporation.”
 World Business Council for Sustainable Development (2002) menyatakan: “Corporate
social responsibility is the commitment of business to contribute to sustainable
economic development, working with employees, their families, the local community
and society at large to improve their quality of life.”
 European Commission (2001) menjelaskan CSR sebagai: “a concept whereby
companies integrate social and environmental concerns in their business operations
and in their interaction with their stakeholders on a voluntary basis.”
 World Business Council for Sustainable Development (1998) “the continuing
commitment by business to behave ethically and contribute to economic development
while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the
local community and society at large.”
Definisi-definisi tersebut secara umum menyimpulkan bahwa CSR adalah konsep yang
dipandang berbeda oleh tiap pihak.
CSR atau yang biasa disebut sebagai penanggung jawab perusahaan yang dapat
diartikan sebagai upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimumkan dampak
negatif dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan
lingkungan terhadap seluruh pemangku-kepentingannya, untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai “Development which meets the
needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their
own needs.” Definisi tersebut, agaknya kurang operasional. Ismail Serageldin
mendefinisikan sebagai “a process whereby future generations receive as much capital per
capita, or more than, the current generation has available”. Dari pendefinisian tersebut
dijelaskan mengenai maksud dari kapita. Yang mencakup kapita tersebut yaitu modal
natural, ekonomi, sosial, budaya, politik, dan personal.
Dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan berarti perusahaan mengakui
keberadaannya sebagai bagian dari sistem lingkungan dan sistem sosial, yang berakibat
bahwa perusahaan juga harus mengakui adanya keterbatasan sumberdaya alam (SDA) dan
mengasumsikan tanggung jawab bersama atas penggunaan dan pengembangan
sumberdaya sosial. Pengakuan terhadap konsep pembangunan berkelanjutan berimplikasi
pada adanya tiga tujuan perusahaan yaitu tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan (triple
bottom line perusahaan). CSR juga dapat diartikan sebagai upaya suatu perusahaan untuk
lebih bertanggung jawab pada lingkungan sosialnya.
Perjalanan CSR tidak selamanya mulus dan menyenangkan, tapi juga memiliki
kendala dan kelemahan. Saat ini masih banyak ditemukan dan menunjukkan bahwa
pertumbuhan ekonomi itu lebih istimewa dibanding dengan kesejahteraan sosial dan
kelestarian lingkungan. Perusahaan besar dan multinasional juga berperan dalam
menciptakan dampak negatif. Terungkap pula gejala negatif dari praktik CSR yang
diungkapan dengan CSR kosmetik. Banyak gagasan yang menerapkan pembangunan
berkelanjutan tidak lepas juga dari manipuasi belaka. Hal tersebut dapat digolongkan
kedalam CSR pada tahap charity, yang hanya mengatasi masalah sesaat dan dalam kurun
waktu pendek. Untuk mengurangi praktik manipulasi, KLH bekerjasama dengan majalah
dan lembaga manajemen terapan mengadakan CSR Award. Meskipun lambat, pemerintah
juga memberi tanggapan positif.
Kelemahan dan kendala inilah yang seharusnya menjadi tantangan agar CSR
menjadi lebih baik dan mampu meminimalkan dampak negatif yang disebabkan oleh
perusahaan dan memaksimalkan manfaatnya, memperhatikan kelima dimensi (ekonomi,
kesukarelaan, lingkungan, sosial, dan stakeholder) sehingga dapat terjadi keseimbangan
serta berkelanjutan (sustainbale). Selain itu, diperlukan pula pergeseran tahapan CSR dari
charity ke corporate citizenship. Oleh karena itu, perlu belajar mengenai Community
Development, karena CSR merupakan bagian dari ComDev, agar CSR benar-benar tulus
bukan hanya manipulasi dan tipu-tipu belaka.
CSR memiliki peran yang sangat penting bagi perusahaan, masyarakat dan
lingkungan. Bagi penentangnya, praktik CSR dipandang sebagai strategi pendekatan kaum
neo liberal agar tetap bisa melanggengkan hegemoni kapitalisme atau dapat disebut bahwa
CSR hanyalah alat penakhluk dalam kemasan berwajah sosial dan lingkungan dengan
motif dasar yang tidak berubah, yaitu motif primitif pengusahaan keuntungan sebesar
mungkin dan akumulasi kapital. Selain itu, keraguan terhadap kesungguhan praktik CSR
telah diperburuk lagi dengan kinerja implementasi kebijakannya oleh kalangan perusahaan
(CSR kosmetik). Selain itu, praktik CSR kometik juga sudah banyak ditemukan oleh para
pengamat CSR.
Dilain pihak, terdapat pula kecenderungan yang bersifat positif yang juga telah
berkembang cukup jauh, yaitu dengan adanya upaya nyata dan membumi dengan
berlandaskan pada itikad, baik memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat serta pelestarian lingkungan.
Pelaksanaan program CSR bukan hanya tanggung jawab para staf departemen,
seksi, atau unit Community Relation, Government Relations, dan Community Development,
melainkan semua bagian perusahaan. Tuntutan etis dan moral implementasi CSR bagi
perusahaan tidak hanya bersifat eksternal, melainkan internal juga, sehingga setiap
perusahaan saat ini seperti berpacu dengan waktu untuk cepat atau lambat , niscaya
mempraktekkan substansi gagasan yang terkandung dalam CSR.
CSR memiliki hubungan yang sangat erat dengan pengembangan masyarakat. CSR
merupakan bagaian dari pengembangan masyarakat (Community Development). CSR
merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk mendorong perusahaan mewujudkan
gagasan keadilan sosial serta pembangunan yang berkelanjutan. Dalam kaitan ini, CSR
dapat dijadikan pilihan instrumen yang mungkin serta dapat diterima berbagai pihak dan
digunakan sebagi upaya perjuangan.
Fungsi CSR
Sejumlah perusahaan multinasional mulai menyadari apa yang disebut stakeholders
atau pemangku kepentingan. Masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan ataupun
masyarakat yang terkait dengan perusahaan, baik sebagai pemasok ataupun pengguna
produk. Maka CSR kemudian mengenal tiga fungsi, yaitu pelayanan (community services),
pembinaan hubungan (community relationship), dan pemberdayaan (community
development).
Fungsi pelayanan dengan pembinaan hubungan dengan masyarakat sangat dekat
dengan konsep filantropi perusahaan. Biasanya berupa donasi untuk membantu dalam
bidang pendidikan, kesehatan, atau sponsor suatu acara. Yang berbeda adalah fungsi
pemberdayaann karena berupaya memampukan masyarakat melalui pengembangan
keahlian sesuai dengan potensi lokal.
Definisi CSR yang Beragam Mengakibatkan Terjadinya
Perbedaan Cara Bagaimana dan Apa yang Seharusnya Dilakukan
Suatu perusahaan akan menjalankan suatu bisnis dengan sempurna bila tidak hanya
menerapkan prinsip dasar pembangunan berkelanjutan, tetapi juga bertanggung jawab
secara sosial melalui program pengembangan masyarakat. itulah yang dikenal dengan
Corporate Social Responsibility atau CSR.
Terdapat perbedaan pemahaman mengenai konsep CSR. CSR didefinisikan
berbeda-beda, hal ini berakibat pada perbedaan terhadap apa yang harus dilakukan dalam
skema CSR dan bagaimana cara mengukur keberhasilan CSR. Perbedaan pemahaman
konsep CSR ini memunculkan istilah-istilah lain, yang paling menonjol diantaranya
corporate citizenship, corporate philantropy, corporate responsibility (CR) dan corporate
social accountability (CA).
Corporate citizhenship mengacu pada hubungan timbal balik antara perusahaan
dengan masyarakat, berkenaan dengan hak dan tanggung jawab masing-masing. Dalam
konsep corporate citizhenship perusahaan telah menginternalkan kepentingan pihak
eksternal perusahaan ke dalam kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan
(Internalization of externalities). Sedangkan konsep filantrophy berkenaan dengan
pemberian sukarela dari perusahaan. dalam konsep ini CSR memandang bahwa program
sosial dilaksanakan hanya untuk memaksimumkan dampak positif saja, philantropy
dianggap hanya sebagai upaya untuk meningkatkan citra perusahaan. Konsep CA
merupakan argument yang mengatakan bahwa perusahaan wajib melaporkan kinerjanya
kepada para pemangku kepentingan. Konsep CR atau CSR dipahami sebagai tanggung
jawab pada aspek ekonomi, sosial dan lingkungan pada seluruh pemangku kepentingan di
luar pemilik modal.
Seperti yang dikatakan sebelumnya, terdapat perbedaan konsep mengenai CSR.
Masih terdapat perbedaan mengenai standar CSR seperti apa cakupannya, bagaimana
melaksanakan dan bagaimana mengukur suatu keberhasilan kinerja CSR. Adanya
perbedaan definisi CSR juga menyebabkan perbedaan cakupan CSR tiap perusahaan.
terlepas dari perbedaan tersebut, CSR merupakan hal yang harus dilakukan oleh
perusahaan. CSR bersifat sukarela, hal ini didefinisikan bahwa perusahaan terlebih dahulu
harus mematuhi peraturaan pemerintah yang telah dibuat, kemudian mengembangkan
program CSR yang positif yang tidak diatur dalam peraturan pemerintah. Hanya
perusahaan yang menjalankan CSR dengan baik yang dapat beroperasi jangka panjang
dengan potensi keuntungan lebih besar.
Seberapa Pentingnya CSR dalam Perusahaan
CSR membuat perusahaan tak mungkin lagi bekerja secara sendiri menjawab
tuntutan-tuntutan perubahan di sekitarnya. Solusi akhirnya mensyaratkan pelibatan pihak
lain, yang justru terkait sebagian besar sumberdaya penyelesaian masalahnya. Kemitraan
tiga sektor dalam konteks wacana dan praktik CSR mengandung arti kerjasama berdasar
pengalokasian sumberdaya secara efisien dan saling melengkapi antara perusahaan,
pemerintah, serta masyarakat sipil, berkenaan dengan tercapainya keberlanjutan
(pembangunan), lingkungan, maupun operasional (perusahaan). Hal ini berkaitan dengan
konsep pengembangan masyarakat dimana CSR dirancang untuk membantu perusahaan
dalam meminimalkan kerugian dan memaksimalkan suatu manfaat dengan adanya
perusahaan terhadap semua stakeholders baik dalam aspek ekonomi, soaial dan
lingkungan. Terfokus pada masyarakat di sekitar perusahaan yang menerima dampaknya.
Namun dengan adanya CSR, dampak dapat diminimalisir dan masyarakat menjadi
terberdayakan. Melalui program CSR menunjukkan bahwa pembangunan atau
pemberdayaan masyarakat tidak hanya sepenuhnya tanggung jawab pemerintah saja.
Pemangku kepentingan mencakup mereka yang memepengaruhi atau yang terkena
pengaruh dari suatu organisasi. Pelibatan pemangku kepentingan ditentukan berdasar
derajat relevansinya dengan keberadaan serta program yang akan diselenggarakan.
Perkembangan konsep dan praktik CSR di Indonesia tentu tak lepas dari perubahan
geopolitik ekonomi internasional. Inisiatif penyelenggaraan CSR di Indonesia pun
berhubungan dengan perubahan politik ekonomi pasca Orde Baru. Hal ini menunjukkan
kesesuaian pelaksanaan konsep CSR dengan konsep pengembangan masyarakat yaitu
bahwa konsep CSR merupakan etika bisnis global yang di anut secara mendunia. CSR juga
dijadikan kaitan yang kuat dengan tata pemerintahan yang baik.namun pada kenyataanya
yang terjadi di Indonesia adalah kondisi internal perusahaan yang dipaksa melakukan
perubahan, negara belum stabil, dan masyarakat yang lemah menyebabkan
penyelenggaraan CSR tergantung pada tekanan seberapa besar tekanan internasional.
Padahal seharusnya penyelenggaran konsep CSR dalam perspektif pengembangan
masyarakat bukan karena adanya tekanan, namun harus dianggap sebagai etika bisnis
global yang dianut oleh setiap unit organisasi bisnis untuk keberlanjutan perusahaan,
kepentingan atau hubungan dengan pemangku kepentingan dan pemberdayaan masyarakat.
Oleh karena itu, penyelenggaraan CSR harus terus diperbaiki dan CSR masih perlu
beradaptasi dengan modal kultural bangsa Indonesia.
Faktor pendorong perusahaan melaksanakan CSR
Faktor tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal berkaitan dengan kritik organisasi masyarakat sipil terhadap kinerja sosial
dan lingkungan perusahaan. Hubungan suatu perusahaan dengan masyarakat mencatat
banyak peristiwa tragis yang disebabkan operasi perusahaan. Organisasi masyarakat sipil
memprotes kinerja yang buruk, yang kemudian ditanggapi oleh perusahaan. Gabungan
faktor-faktor eksternaltersebut membuat perusahaan menjalankan CSR dengan sungguhsungguh lebih berkemungkinan bertahan ditengah kompetitifnya iklim dunia usaha.
Faktor internalnya yaitu misalnya kepemimpinan puncak manajemen perusahaan
yang melihat CSR sebagai sumber peluang memperoleh keunggulan kompetitif. Faktor
internal tersebut sebagai pendorong CSR agar semakin kuat berperan di masa yang akan
datang.
Keuntungan perusahaan melakukan suatu program CSR
Perusahaan memperoleh banyak keuntungan bila keberadaan jangka panjangnya
terjamin. Keberlangsungan perusahaan ini erat kaitannya dengan reputasi yang diperoleh
dengan menjalin hubungan baik dengan seluruh pemangku kepentingan atau stakeholders.
Pada masa sekarang, mustahil suatu perusahaan melakukan perlindungan kekuatankekuatan represif tanpa mengorbankan reputasinya. CSR menjadi pilihan menjaga
keberlanjutan eksistensi perusahaan melalui reputasi yang baik, dan bukan hubungan
dengan kekuatan represif.
Ketidakpedulian terhadapp aspek sosial akan menuai protes masyarakat yang bisa
mengganggu operasinya. Terhadap aspek lingkungan, selain reaksi masyarakat, disinsentif
juga diterima dari pemerintah. Akibatnya, selain biaya operasi membengkak, reputasi
perusahaan akan tercoreng dan pada gilirannya dicerminkan dengan turunnya nilai saham.
Implikasi berikut yang mengancam adalah keengganan investor untuk membiayai sebuah
proyek baru. Jika sudah seperti ini, dilihatdari sudut pandang tersebut, CSR dengan triple
bottom line-nya tentu merupakan investasi yang sangat berharga.
Daftar Pustaka
Nasdian, Fredian T. 2006. Pengembangan Masyarakat (Community Development). SKPM
FEMA IPB: Bogor.
Sukada, Sonny. Parmadi Wibowo, Katamsi Ginano, Jalal, Irpan Kadir, dan Taufik
Rahman. 2007. Membumikan Bisnis Berkelanjutan: Memahami Konsep dan Praktik
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Jakarta: Indonesia Business Links.
Jalal. [tidak ada tahun]. CSR: Sukarela, Wajib, atau Keduanya? Koran Tempo (15 April).
Aristiarini, Agnes. [tidak ada tahun]. Laporan IPTEK, Menakar Kepedulian Sosial
Perusahaan. Kompas.
Download