ANALISIS PERKEMBANGAN EKSPOR DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Irham Lihan1) dan Yogi2) 1 Fakultas Ekonomi Universitas Lampung 2 Fakultas Ekonomi Universitas Winaya Mukti ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pertumbuhan ekspor pada pertumbuhan GDP Indonesia. Data sekunder disusun dalam data urut waktu (time series) dari tahun 1983 sampai dengan tahun 2001. Data dianalisis dengan menggunakan regresi berganda dengan pendekatan “ordinary least square” (OLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa, peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB di Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat Jung dan Marshall (1985) yang mengemukakan sebagian besar negara-negara berkembang tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Temuan ini, juga sejalan dengan pendapat Sritua Arief (1993) yang menyatakan jika sektor ekspor ini masih tergantung pada input impor maka pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah nyata. Faktor yang berpengaruh nyata dalam penelitian ini adalah ekspor dikurangi dengan impor tahun sebelumnya. Kata kunci : Devisa, Devaluasi, Hutang PENDAHULUAN Upaya peningkatan volume ekspor kembali digalakkan pemerintah Indonesia akhir-akhir ini melalui strategi promosi ekspor, setelah keadaan “debt – service ratio” mencapai angka di atas 30%. Sehubungan dengan kondisi tersebut di atas Bank Dunia menganjurkan tiga perangkat kebijaksanaan antara lain : (a) kebijaksanaan mengurangi hutang luar negeri, (b) kebijaksanaan memperbesar arus investasi asing, (c) kebijaksanaan mengurangi pengeluaran pemerintah dan menaikkan tariff “public utilities”. Pilihan kebijaksanaan mengurangi hutang luar negeri, dengan kebijaksanaan memperbesar investasi asing akan tampak bagai “buah simalakama” jika tanpa didahului dengan analisis data empirik bagaimana dampak ekspornya terhadap pertumbuhan ekonoLIHAN, ANALISIS PERKEMBANGA… mi Indonesia. Kebijaksanaan mengurangi hutang luar negeri akan berdampak memperburuk defisit transaksi berjalan. Di lain pihak memperbesar investasi asing belum tentu dapat membantu mengatasi defisit tersebut (mengingat banyaknya bankbank asing yang telah beroperasi di Indonesia) namun hasil ekspor investasi asing ini juga belum tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi domestik mengingat besarnya nilai repatriasi keuntungan investasi yang akan dilarikan ke luar negeri. Tegasnya, dengan banyaknya bank-bank asing yang beroperasi di dalam negeri, meningkatnya investasi asing tidak serta merta (sebagaimana hutang luar negeri) akan memasukkan devisa, demikian pula karena besarnya nilai repatriasi ke luar negeri besarnya ekspor akibat investasi ini belum 15 tentu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sejalan dengan uraian di atas, tampak analisis perkembangan ekspor Indonesia dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi sangat penting. Tujuan Analisis Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan pokok analisis ini adalah untuk mengetahui pengaruh perkembangan ekspor Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, setelah dikontrol dengan variabel besarnya hutang, baik hutang dalam negeri maupun hutang luar negeri. Kerangka Teoritis Menurut Jung dan Marshall (1985) berdasarkan hasil analisisnya pada 37 negara berkembang yang mereka teliti menyimpulkan bahwa, pada sebagian besar negara-negara berkembang yang menjadi obyek kajiannya tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut Jung dan Marshall (1985) mengemukakan bahwa, kondisi tersebut diakibatkan oleh kondisi sektor ekspor pada sebagian besar negara-negara tersebut yang tidak efisien atau menurun efisiensinya diukur dengan konsep “domestic resource cost”. Menurutnya hal yang paling bertanggung jawab terjadinya kondisi ini adalah banyaknya produk-produk baru di sektor ekspor yang sangat tergantung pada input dari hasil impor. Sehubungan dengan temuan Jung dan Marshall (1985) di atas Sritua Arief (1993) memperkirakan bahwa dengan semakin tergantungnya produk-produk manufaktur yang diekspor suatu negara berkembang pada input impor, dan semakin berkuasanya investor-investor asing dalam permodalan memproduksi produk tersebut, akan mengakibatkan se- 16 makin rendahnya porsi nilai tambah yang tertinggal di dalam negeri Mengutip hasil studi Wood (1991) lebih lanjut Sritua Arief (1993) berpendapat kecenderungan semacam ini telah mulai dialami Indonesia, terbukti dengan tidak berhasilnya ekspor non migas menimbulkan penerimaan devisa netto yang positif untuk ekonomi Indonesia. Secara umum komoditas ekspor Indonesia dapat dikelompokkan dalam empat kelompok komoditas. (a) komoditas ekspor Indonesia dengan kandungan komponen dari hasil impor yang rendah, dengan kekuatan modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya oleh pemodal nasional. (b) komoditas ekspor Indonesia dengan kandungan komponen dari hasil impor rendah, tetapi modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya atau sebagian oleh pemodal asing. (c) komoditas ekspor nasional dengan kandungan komponen hasil impor tinggi, dengan modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya oleh pemodal nasional, dan (d) komoditas ekspor nasional dengan kandungan komponen dari hasil impor yang tinggi, tetapi modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya atau sebagian oleh pemodal asing. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi domestik (PDB) menurut Sritua Arief (1993) di samping penguasaan devisa yang terendah, komoditas yang keempat tersebut juga menimbulkan “retrained value” yang dapat dinikmati ekonomi domestik yang terendah pula. Dari uraian di atas dikaitkan dengan permasalahan dalam analisis ini dapat disimpulkan bahwa, perkembangan ekspor Indonesia akan berpengaruh atau tidak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sangat tergantung pada struktur komoditas andalan ekspor Indonesia. Semakin tinggi struktur ekspor Indonesia didominasi oleh komoditas ekspor pertama, kedua, atau yang ketiga, dengan meningkatnya perkembangan JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 1, Jilid 8, Tahun 2003 ekspor akan semakin tinggi pertumbuhan ekonomi domestik. Dengan kata lain jika ekspor Indonesia hanya didominasi oleh komoditas ekspor yang keempat, maka perkembangan ekspor Indonesia tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. METODOLOGI PENELITIAN Model yang digunakan dalam analisis ini adalah model regresi berganda dengan pendekatan Ordinary Least Square (OLS). Formulasi model adalah sebagai berikut : PDBi = a0 + a1X1i + a2X1I-1 + a3X2i + a4X3i + a5X4i + a6Dummy + … + Et Dengan : PDBi adalah Produk Domestik Bruto nasional tahun 1984 sampai dengan tahun 2001, diukur dalam milyar rupiah X1i adalah nilai ekspor Indonesia, tahun 1984 sampai dengan tahun 2001, diukur dalam milyar rupiah X1i-1 adalah nilai ekspor Indonesia, tahun 1983 sampai dengan tahun 2000, diukur dalam milyar rupiah X2i adalah selisih nilai ekspor dan impor Indonesia, tahun 1983 sampai dengan tahun 2000, diukur dalam satuan milyar rupiah. X3i adalah nilai hutang luar negeri Indonesia, tahun 1983 sampai dengan tahun 2000, diukur dalam milyar rupiah Dummy adalah variabel boneka (dummy variable) untuk tahun-tahun diadakannya kebijakan devaluasi nilai rupiah, dengan pengukuran sebagai berikut : Dummy = 1, jika pada tahun tersebut diberlakukan kebijakan devaluasi nilai rupiah terhadap US$. a1 adalah intercept dan koefisien regresi fungsi PDB Indonesia tahun 1984 – 2001 Et adalah galat baku (error term) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil perhitungan koefisien regresi faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan PDB Indonesia dan hasil pengujiannya diperlihatkan pada Tabel 4.1. Dari tabel tersebut tampak bahwa kecuali variabel selisih nilai ekspor dan impor tahun lalu, semua variable yang diregresikan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1984 – 2001. Tabel 4.1. Pengujian Koefisien Regresi Berganda Pengaruh Pertumbuhan Ekspor Terhadap PDB Indonesia, tahun 1984 – 2001. No Nama Variabel Koefisien T – Hitung 1. Ekspor tahun berjalan -0,772814935 -0,7417889880 2. Ekspor tahun lalu 1,039371213 1,3049965780 3. (ekspor – impor) tahun lalu 2,821590783 2,756953231* 4. Hutang LN, Tahun lalu -0,005340571 -0,0057794850 5. Devaluasi 7656,519076 0,1683787240 2 ** F – Hitung : 245,4337817 R = 0,9903 **, sangat berpengaruh nyata, pengujian pada α : 0,01 * , berpengaruh nyata, pengujian pada α: 0,05 0 , tidak berpengaruh nyata, pengujian pada α: 0,05 LIHAN, ANALISIS PERKEMBANGA… 17 Hasil pengujian terhadap variabel ekspor seperti terlihat pada Tabel 4,1 menunjukkan bahwa setelah dikontrol variable jumlah hutang, baik nilai volume ekspor tahun berjalan, maupun nilai volume ekspor tahun sebelumnya, hutang luar negeri tidak berpengaruh pertumbuhan PDB Indonesia tahun 1984 sampai dengan tahun 2001. Variabel yang berpengaruh hanyalah selisih nilai ekspor tahun lalu (tahun 1983 sampai dengan 2000). Dari hasil analisis tersebut maka hal ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Jung dan Marshall (1985) yang mengemukakan sebagian besar negara-negara berkembang tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal itu terbukti pada kasus di Indonesia, dimana dari hasil penelitian empiris besarnya nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDRB. Sesuai dengan pendapatnya lagi bahwa kondisi tersebut diakibatkan oleh kondisi sektor ekspor pada sebagian besar negara-negara tersebut yang tidak efisien atau menurun efisiensinya diukur dengan konsep “domestic resource cost”. Menurutnya hal yang paling bertanggung jawab terjadinya kondisi ini adalah banyaknya produk baru di sektor ekspor yang sangat tergantung pada input dari hasil impor. Dari hasil analisis empiris terlihat bahwa ekspor dikurangi dengan impor tahun sebelumnya berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDRB di Indonesia. Dengan demikian temuan empiris ini memperkuat pendapat yang dikemukakan oleh Jung dan Marshall (1985). Dari temuan empiris lain dalam penelitian ini adalah hutang luar negeri dan devaluasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB di Indonesia. Dengan demikian saran Bank Dunia yang 18 menganjurkan tiga perangkat kebijaksanaan antara lain: (a) kebijaksanaan mengurangi hutang luar negeri, (b) kebijaksanaan memperbesar arus investasi asing, (c) kebijaksanaan mengurangi pengeluaran pemerintah dan menaikkan tarif “public utilities”, perlu dipertimbangkan dengan matang. Hal itu disebabkan dari bukti empiris, hutang luar negeri tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDRB. Pendapat yang sesuai dengan temuan empiris ini adalah pendapat Sritua Arief (1993) yang menyatakan jika ekspor ini masih tergantung pada input impor maka pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah nyata. Ekspor dapat berpengaruh terhadap PDRB jika kandungan impornya kecil. Sesuai dengan pendapatnya yang mengemukakan secara umum komoditas ekspor Indonesia dapat dikelompokkan dalam empat kelompok komoditas. (a) komoditas ekspor Indonesia dengan kandungan komponen dari hasil impor yang rendah, dengan kekuatan modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya oleh pemodal nasional. (b) komoditas ekspor Indonesia dengan kandungan komponen dari hasil impor rendah, tetapi modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya atau sebagian oleh pemodal asing. (c) komoditas ekspor nasional dengan kandungan komponen hasil impor tinggi, dengan modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya oleh pemodal nasional dan (d) komoditas ekspor nasional dengan kandungan komponen dari hasil impor yang tinggi, tetapi modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya atau sebagian oleh pemodal asing. Dari pengelompokan tersebut dan sesuai dengan temuan empiris ini maka Indonesia harus meningkatkan ekspor kelompok komoditas (a) yaitu komoditas ekspor Indonesia dengan kandungan komponen dari hasil impor yang rendah, JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 1, Jilid 8, Tahun 2003 dengan kekuatan modal untuk memproduksinya dikuasai sepenuhnya oleh pemodal nasional. Tetapi kenyataannya pangsa pasar sektor manufaktur paling tinggi komponen impornya yang termasuk kelompok (c) dan (d) semakin lama semakin meningkat, sedangkan pangsa pasar sektor pertanian yang termasuk kelompok (a) semakin lama semakin menurun. Hal itu ditunjukkan Tabel4.2. yang menggambarkan pangsa pasar sektor pertanian dan industri. Tabel 4.2. Pangsa Pasar Manufaktur dan Pertanian Dalam Ekspor Total di Indonesia (dalam persen) Tahun 1970 1980 1990 Pertanian 54,4 21,7 16,2 Industri 1,2 2,3 35,5 Sumber: UNCTAD dalam Hasibuan (2001) Dari tabel terlihat pangsa pasar sektor pertanian yang kandungan impor nya rendah semakin lama semakin menyusut dari 54,4 persen tahun 1970 menjadi 16,2 persen tahun 1990. Sedangkan sektor industri yang kandungan impornya tinggi semakin lama semakin meningkat dari 1,2 persen tahun 1970 menjadi 35,5 persen tahun 1990. Dengan perkembangan demikian maka hal ini mengakibatkan perkembangan ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap PDRB Indonesia. Selain itu jika diteliti lebih mendalam terlihat koefisien nya adalah negatif. Dengan demikian jika tidak melihat uji signifikansi, maka kesimpulannya adalah semakin tinggi ekspor maka semakin rendah PDRB Indonesia. Sritua Arief (1993) berpendapat bahwa dengan semakin tergantungnya produk manufaktur yang diekspor suatu negara berkembang pada input impor, dan semakin berkuasanya investor-investor asing dalam permodalan memproduksi produk-produk tersebut, akan mengakibatkan semakin rendahnya porsi nilai tambah yang tertinggal di dalam negeri. Dengan demikian pendapat tersebut mendapat pembenaran empiris dari penelitian ini. Selain itu pendapat tersebut jika dikaitkan dengan nilai tambah sektor agribisnis atau pertanian adalah lebih besar dari sektor industri dan kecenderungannya semakin lama semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.3. Nilai Tambah Sektor Agribisnis terhadap Pangsa Pasar Ekspor Uraian 1971 1975 1980 1990 Pangsa pasar terhadap 62,7 64,3 65,5 62,1 nilai tambah Industri Non-Migas (%) Sumber: 1971-1985: Dasril (1993) dalam Saragih (2001) 1990-1995 : Hasil Perhitungan PSB IPB, 1995 dalam Saragih (2001) Dari tabel terlihat nilai tambah sektor agribisnis adalah 62,7 persen tahun 1971 dan meningkat menjadi 68,7 persen tahun 1995. Hal ini menunjukkan bahwa jika sektor agribisnis dikembangkan untuk ekspor maka ada kemungkinan bahwa LIHAN, ANALISIS PERKEMBANGA… 1995 68,7 ekspor akan berpengaruh terhadap PDRB, tetapi karena yang dikembangkan adalah sektor manufaktur maka perkembangan ekspor tidak berpengaruh terhadap peningkatan PDRB. 19 Hasil Output Statistik ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 3.27E+12 3.20E+10 3.30E+12 df 5 12 17 Mean Square 6.545E+11 2666645413 F 245.434 Sig. .000a t 2.286 -.742 1.305 2.757 -.006 .168 Sig. .041 .472 .216 .017 .995 .869 a. Predictors: (Constant), D, X2, X3, X4, X1 b. Dependent Variable: Y Coefficientsa Model 1 (Constant) X1 X2 X3 X4 D Unstandardized Coefficients B Std. Error 57245.049 25040.528 -.773 1.042 1.039 .796 2.822 1.023 -5.34E-03 .924 7656.543 45472.017 Standardized Coefficients Beta -.347 .393 .975 -.002 .008 a. Dependent Variable: Y PENUTUP Kesimpulan SARAN Dari hasil penelitian peranan sektor ekspor di Indonesia tidak berpengaruh nyata terhadap perkembangan PDRB di Indonesia. Hal itu sejalan dengan pendapat Jung dan Marshall (1985) yang mengemukakan sebagian besar negaranegara berkembang tidak menunjukkan dukungan empiris bahwa pertumbuhan ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Faktor yang berpengaruh nyata dalam penelitian ini adalah ekspor dikurangi dengan impor tahun sebelumnya. Temuan ini sesuai dengan pendapat Sritua Arief (1993) yang menyatakan jika ekspor ini masih tergantung pada input impor maka pengaruhnya terhadap PDRB tidaklah nyata. 20 Perkembangan ekspor Indonesia yang berasal dari produk-produk yang produksinya menggunakan input sepenuhnya atau sebagian besar bersumber dari dalam negeri perlu terus dipacu dan dikembangkan, melalui investasi modal asing yang sedang digalakkan dewasa ini DAFTAR PUSTAKA Bungaran Saragih. 2001. Suara Dari Bogor, Membangun Sistem Agribisnis. PT Loji Grafika Griya Sarana. Bogor. Jung and Marshall. 1985. The Process of Industrial Development and Alternative Development Strategies. Princeton, N,J. : Princeton University Press. JURNAL EKONOMI & BISNIS NO. 1, Jilid 8, Tahun 2003 Sritua Arief. 1993. Pemikiran Pembangunan dan Kebijaksanaan Ekonomi. Penerbit Lembaga Riset Pembangunan. Jakarta Tulus Tambunan. 2001. Perekonomian Indonesia, Teori dan Temuan Empiris. Ghalia Indonesia. Jakarta. LIHAN, ANALISIS PERKEMBANGA… Wood, Adrian. 1991. What Do Developing Country Manufactured Exports Consist Of?. Development Policy Review. Vol. 9. 21