BAB 2 ATRIBUT PRODUK - Widyatama Repository

advertisement
Bab II Tinjauan Pustaka
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan yang dilakukan oleh para
pengusaha dalam usahanya mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
untuk berkembang dan mendapatkan laba. Setiap perusahaan perlu menjalankan
kegiatan pemasaran yang benar-benar memberikan kepuasan bagi para konsumen
sehingga dapat merebut pangsa pasar yang lebih luas. Untuk itu upaya
meningkatkan daya saing mutlak harus dilakukan mengingat persaingan bisnis
tidak mungkin dihindari. Salah satu upaya di dalam memanfaatkan peluang dan
ancaman bisnis ini adalah melalui manajemen pemasaran. Berhasil atau tidaknya
dalam
tujuan
perusahaan
tergantung
kepada
keahlian
mereka
untuk
mengkombinasikan fungsi-fungsi tersebut agar organisasi dapat berjalan dengan
lancar.
Pemasaran barang atau jasa sangat mudah dilakukan oleh sebagian besar
orang. Namun, pemasaran yang efektif belum tentu dapat dilakukan dengan
mudah oleh sebagian orang tersebut. Untuk mencapai pemasaran yang efektif,
diperlukan pengelolaan kegiatan pemasaran yang serius. Oleh karena itu, ilmu
pemasaran saat ini memegang peranan penting dalam membantu perusahaan
meraih konsumen dan mempertahankan konsumen yang setia.
Untuk memberikan gambaran atau definisi yang lebih jelas tentang
pemasaran, berikut ini definisi pemasaran yang dilakukan oleh ahli pemasaran,
yaitu :
Philip Kotler (2002:hal 8) mendefinisikan pemasaran, yaitu :
“Marketing is a societal process by which individuals and groups
obtain what they need and want through creating, offering, and freely
exchanging products and services of value with others.”
Bab II Tinjauan Pustaka
10
Bearden, Ingram, Laforge (2004;3) juga mendefinisikan pemasaran,
bahwa:
“Marketing is the process of planning and executing the conception,
pricing, promotion, and distribution of ideas, goods, and services to
create exchange that satisfy individual anf organizational goals.”
Pemasaran bersifat fleksibel sesuai dengan perkembangan yang terjadi,
sasaran dari pemasaran itu sendiri yang dilakukan oleh perusahaan adalah untuk
memberikan atau menciptakan
kepuasan pelanggan untuk mencapai tujuan
organisasi, dan juga merupakan salah satu cara untuk mendatangkan laba. Untuk
dapat mewujudkannya perusahaan membutuhkan Manajemen Pemasaran yang
baik dan terencana.
2.2 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan suatu konsep utama
dalam teori pemasaran modern. Di dalam usaha mencapai tujuan organisasi,
perusahaan harus dapat menyusun kebijakan bauran pemasaran yang baik agar
berhasil dalam penjualan dan persediaan.
Philip
Kotler (2002:hal
15)
mendefinisikan
bauran
pemasaran
(marketing mix), yaitu :
“Marketing mix is the set of marketing tools that the firm uses to
pursue its marketing objectives in the target market.”
Bauran pemasaran diklasifikasikan menjadi empat alat/ kelompok yang
dikombinasikan oleh organisasi dan dikendalikan untuk mempengaruhi pasar.
Menurut Philip Kotler (2002:hal 15) menentukan elemen–elemen/
kelompok yang biasa disebut dengan 4P di dalam bauran pemasaran, yaitu;
1. Produk (product)
Perusahaan mengatur produk sedemikian rupa sehingga selalu memenuhi
keinginan konsumen. Perusahaan dapat mengatur bentuk, warna, kualitas dan
kemasan supaya produk tersebut memenuhi selera pembeli. Konsep produk tidak
terbatas pada benda-benda fisik saja. Segala sesuatu yang berkemampuan untuk
memenuhi kebutuhan dapat dinamakan produk. Disamping barang dan jasa,
termasuk juga manusia, tempat, organisasi, kegiatan dan gagasan.
Bab II Tinjauan Pustaka
11
Bearden, Ingram, Laforge (2004;) mendefinisikan produk,yaitu :
“Product is defined as an idea, a physical entity (a good), a services,
or any combination of the three that is an element of exchange to
satisfy individual or business objective”
Adapun pengertian produk menurut Philip Kotler (2000:394) adalah
sebagai berikut :
“Product is anything that can offered to a market to satisfy a want or
need.”
2. Harga (price)
Perencanaan harga yang tepat sangat penting bagi suksesnya penawaran
suatu produk. Harga dari produk yang ditawarkan kepada konsumen harus
disesuaikan dengan pandangan konsumen berkaitan dengan nilai dan manfaat
yang diperoleh dari produk tersebut.
Menurut Kotler (2002:456) yang dimaksud dengan harga adalah sebagai
berikut :
“Price is the marketing mix element that produces revenue the others
produce cost.”
Sedangkan menurut Bearden, Ingram, Laforge (2004; 243) yang
dimaksud dengan harga ialah:
“Price is amount of money a buyer pays to seller in exchange for
products and services”
3. Tempat (place)
Secara garis besar distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang
dan jasa dari produsen ke konsumen, sehingga sesuai dengan yang diperlukan
(jenis, jumlah, harga, tempat dan saat yang dibutuhkan). Dalam perluasan
aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan seringkali harus bekerja sama dengan
berbagai perantara dan saluran distribusi untuk menawarkan produknya.
Bab II Tinjauan Pustaka
12
Pengertian tempat atau saluran pemasaran menurut Kotler (2002:558) :
“Place/ marketing channels are sets of interdependent organizations
involved in the process of making a pruduct or service available for
use or consumption.”
4. Promosi (promotion)
Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program
pemasaran. Betapa pun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen belum
pernah mendengarnya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi
mereka, maka mereka pun tidak akan membeliya. Pada hakikatnya promosi
adalah suatu bentuk komunikasi pemasaran. Yang dimaksud dengan komunikasi
pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,
mempengaruhi atau membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan
dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang
ditawarkan oleh perusahaan yang bersangkutan.
Menurut Fandy Tjiptono (2002:hal 219) mendefinisikan promosi, yaitu:
“Promosi adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan
informasi, mempengaruhi/ membujuk, dan/ atau mengingatkan
pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal pada produk yang ditawarkan
perusahaan yang bersangkutan.”
Menurut Djaslim Saladin (2003: 219) mendefinisikan promosi juga,
bahwa :
“Promosi adalah suatu komunikasi penjual dan pembeli yang
bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang
tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi membeli
dan tetap mengingat poduk tersebut.”
2.3 Produk
Pengertian produk menurut Kotler (2000: 394) adalah sebagai berikut :
“Product is anything that can offered to a market to satisfy a want or
need.”
Bab II Tinjauan Pustaka
13
Dan menurut Bearden, Ingram, Laforge (2004;) mendefinisikan produk
juga, yaitu :
“Product is defined as an idea, a physical entity (a good), a services,
or any combination of the three that is an element of exchange to
satisfy individual or business objective”
Produk merupakan salah satu unsur yang mendasar dalam bauran
pemasaran karena produk yang baik dapat mempengaruhi pembelian. Dengan
kata lain produk adalah semua yang ditawarkan kepada pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan pemakainya. Produk tidak hanya terdiri dari barang yang berwujud,
tetapi definisi produk yang lebih luas meliputi objek fisik, jasa, kegiatan, orang,
tempat, organisasi, ide, atau campuran dari hal-hal tersebut
Produk harus dapat menyesuaikan diri terhadap produk karena pembeli /
konsumen, baru akan membeli produk apabila konsumen sudah merasa tepat/
puas terhadap produk yang dipilihnya.
2.3.1 Klasifikasi Produk
Menurut ahli pemasaran yaitu Philip Kotler mengklasifikasikan produk
berdasarkan karakteristik produk, yaitu :
1. Daya tahan dan keberwujudan
2. Barang konsumen
3. Barang industri
Klasifikasi produk menurut daya tahan dan keberwujudannya :
a) Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) : adalah barang
berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali
penggunaan.
Contoh: bir dan sabun
b) Barang tahan lama: adalah barang berwujud yang biasanya dapat
digunakan berkali-kali.
Contoh: lemari es, dan pakaian
Bab II Tinjauan Pustaka
14
c) Jasa: jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah
habis.
Contoh: potong rambut, dan reparasi
Klasifikasi barang konsumen;
a) Barang kenyamanan (convinience) : adalah barang–barang yang biasanya
sering dibeli konsumen, segera dan dengan usaha yang minimal.
Contoh: tembakau, dan surat kabar
b) Barang belanjaan (shopping): adalah barang-barang yang karakteristiknya
dibandingkan berdasarkan kesesuaian, kualitas, harga, dan gaya dalam
proses pemilihan dan pembelian.
Contoh: furniture, dan mobil bekas
c) Barang khusus (specialty) : adalah barang-barang dengan karakteristik
unik dan atau identifikasi merek dimana untuk memperoleh barangbarang itu sekelompok pembeli yang cukup besar bersedia untuk
melakukan usaha khusus untuk membelinya.
Contoh: mobil mewah, dan peralatan fotografi
d) Barang normal tidak dicari (unsought) : adalah barang-barang yang tidak
dketahui konsumen atau diketahui, namun secara normal konsumen tidak
berpikir untuk membelinya.
Contoh: tanah kuburan, asuransi jiwa
Klasifikasi barang industri:
a) Bahan baku dan suku cadang (materials & parts) : adalah barang-barang
yang sepenuhnya memasuki produk yang dihasilkan.
Contoh: besi, benang, semen, dan kabel
b) Barang modal (capital items) : adalah barang-barang tahan lama yang
memudahkan pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir.
Contoh: bor, komputer
c) Perlengkapan dan jasa bisnis : adalah barang dan jasa tidak tahan lama
yang membantu pengembangan dan atau pengelolaan produk akhir.
Contoh: pelumas, pembersihan jendela, batu bara.
Bab II Tinjauan Pustaka
2.3.2
2.3.2.1
15
Tingkatan Produk
Produk Inti
Perencana produk harus memikirkan produk dan jasa dalam tiga
tingkatan. Tingkatan yang paling mendasar adalah produk inti (core product),
produk ini terdiri dari berbagi manfaat pemecahan masalah yang konsumen cari
ketika membeli produk atau jasa tertentu Kotler & Amstrong (2003; 338).
Contohnya, seorang wanita yang membeli lipstik membeli lebih dari
sekedar pewarna bibir, dan kemudian Revlon melihat hal tersebut. Maka Revlon
langsung membuat kosmetik tersebut dan kemudian menjualnya di toko, dengan
begitu Revlon dapat dikatakan menjual harapan.
Oleh karena itu, dalam mendesain produk, para pemasar harus lebih dulu
mendefinisikan manfaat inti yang akan diberikan oleh produk tersebut kepada
konsumennya. Mereka harus mengerti pengalaman total pelanggan yang terkait
pembelian dan penggunaan produknya.
2.3.2.2 Produk Aktual
Setelah tingkatan produk yang pertama tersebut, kemudian tingkatan yang
berikutnya adalah produk aktual. Perencana produk harus membangun produk
aktualnya di berbagai posisi yang dekat dengan produk inti, produk aktual
minimal harus harus mempunyai lima sifat; tingkatan kualitas, fitur, desain,
merek dan kemasan.
Contohnya camcorder Sony merupakan produk aktual, nama, komponen,
gaya, fitur, kemasan, dan berbagai atribut lainnya telah dikombinasikan secara
cermat sehingga mampu memberikan manfaat intinya yaitu cara yang mudah dan
berkualitas tinggi untuk menangkap kejadian-kejadian penting dalam hidup.
2.3.2.3 Produk Tambahan
Kemudian tingkatan yang terakhir yaitu produk tambahan, perencana
produk harus membangun produk tambahan di sekitar produk inti dan aktual cara
menawarkan layanan dan manfaat tambahan bagi konsumen.
Bab II Tinjauan Pustaka
16
Contohnya Sony harus menawarkan bukan sekedar camcorder, tetapi juga
menyediakan solusi yang lengkap atas masalah-masalah pengambilan gambar
yang dihadapi oleh konsumennya. Oleh karena itu, ketika konsumen membeli
camcorder Sony, Sony dan dealernya harus juga memberikan garansi suku
cadang, dan teknisi, petunjuk cara penggunaan camcorder, pelayanan perbaikan
dengan cepat ketika dibutuhkan, dan nomor telepon bebas pulsa jika konsumen
tersebut mempunyai masalah atau pertanyaan mengenai produk Sony tersebut.
2.4 Atribut Produk
Pengembangan produk dan jasa memerlukan pendefinisian manfaatmanfaat
yang
akan
ditawarkan.
Manfaat-manfaat
tersebut
kemudian
dikomunikasikan dan disampaikan melalui atribut- atribut produk.
Pengertian atribut produk menurut Fandy Tjiptono (2002: 103), adalah:
“Atribut Produk adalah unsur-unsur produk yang dipandang
penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan
pembelian.“
Adapun komponen-komponen atribut produk menurut Fandy Tjiptono
adalah sebagai berikut :
2.4.1 Pemerekan (Branding)
Mungkin yang menjadi keahlian khas para pemasar profesional adalah
kemampuan mereka menciptakan, memelihara, melindungi, dan meningkatkan
merek produk dan jasa mereka. Merek adalah suatu nama, kata, tanda, simbol,
atau desain, atau kombinasi dari semuanya yang mengidentifikasi pembuat atau
penjual produk dan jasa tertentu.konsumen melihat merek sebagai bagian dari
produk yang penting dan merek dapat menambah nilai produk.
Pemerekan sekarang telah dikenal luas sehingga akan sulit bagi kita untuk
menemukan produk yang tidak menggunakan merek. Garam dikemas dalam
wadah yang bermerek, kacang dikemas dengan menggunakan label distributor,
dan sebagainya.
Bab II Tinjauan Pustaka
17
Pemerek membantu pembeli dalam berbagai cara. Nama
merek
membantu konsumen mengidentifikasi produk yang memberikan manfaat bagi
mereka. Merek juga memberitahu konsumen seberapa tinggi kualitas produk.
Pembeli yang selalu membeli merek yang sama mengetahui bahwa mereka akan
mendapat manfaat, dan kualitas yang sama tiap kali mereka melakukan
pembelian. Nama merek menjadi dasar utama dalam mengenali kualitas khusus
yang dimiliki produk tersebut.
Merek yang kuat mempunyai ekuitas merek yang lebih kuat sejauh merek
tersebut mempunyai tingkat loyalitas merek yang tinggi, kesadaran konsumen
akan nama merek, kualitas yang dipersepsikan, asosiasi merek tinggi, dan
berbagai aset lainnya sebagai paten, merek dagang, dan hubungan jaringan
distribusi.
Pemilikan nama merek yang bagus sangat menambah kesuksesan produk,
akan tetapi menemukan nama merek yang terbaik merupakan tugas yang sulit.
Tugas itu dimulai dengan mengkaji ulang secara cermat produk dan manfaatnya,
pasar dibidik, dan stretegi-strategi pemasaran diusulkan. Ciri-ciri yang diinginkan
atas suatu merek adalah sebagai berikut:
1. Nama merek harus mencerminkan tentang manfaat dan kualitas produk yang
ditawarkan.
2. Nama merek harus mudah dieja, dikenali, dan diingat, nama yang singkat
dapat membantu.
3. Nama merek harus khas.
4. Nama merek harus dapat diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa asing.
5. Nama merek harus bisa didaftarkan dan mempunyai kekuatan hukum.
Merek yang baik juga menyampaikan jaminan tambahan berupa jaminan
kualitas,merek sendiri digunakan untuk beberapa tujuan, yaitu :
•
Sebagai identitas, yang bermanfaat dalam diferensiasi atau membedakan
produk suatu perusahaan dengan produk
pesaingnya.
Ini akan
memudahkan konsumen untuk mengenalinya saat berbelanja dan saat
melakukan pembelian ulang.
•
Alat promosi, yaitu sebagai daya tarik produk.
Bab II Tinjauan Pustaka
•
18
Untuk membina citra, yaitu dengan memberikan keyakinan, jaminan
kualitas, serta prestise tertentu kepada konsumen.
•
Untuk mengendalikan pasar.
2.4.2 Pengemasan dan Pelabelan
Pengemasan
merupakan
kegiatan
atau
aktivitas
mendesain
dan
memproduksi wadah atau pembungkus produk. Kemasan dapat berupa wadah
utama produk, kemasan sekunder yang dibuang pada saat produknya digunakan,
kemasan yang dikhususkan untuk menyimpan, mengidentifikasi, dan mengirim
produknya. Pelabelan, informasi yang dicetak pada atau di dalam kemasan juga
termasuk bagian dari pengemasan.
Sudah menjadi kebiasan sejak lama, fungsi utama pembungkus adalah
untuk memuat dan melindungi produk. Saat ini, banyak faktor yang membuat
kemasan menjadi alat pemasaran yang penting. Persaingan yang meningkat dan
berlimpah ruahnya jenis produk di rak toko eceran mengharuskan kemasan
menampilkan berbagai tugas pemasaran mulai dari menarik perhatian,
menjelaskan produk, hingga membuat penjualan. Perusahaan menyadari kekuatan
kemasan yang baik dalam rangka menciptakan pengenalan konsumen terhadap
perusahaan atau merek tertentu.
Kemasan yang inovatif dapat memberikan perusahaan keunggulan
terhadap pesaingnya. Menciptakan kemasan yang baik bagi produk baru
membutuhkan pengambilan berbagai keputusan. Pertama, perusahaan harus
menbuat konsep pengemasan yang menyatakan akan seperti apa kemasannya dan
tugas apa yang harus dilakukan kemasan tersebut bagi produknya. Akankah
fungsi utamanya hanya semata-mata melindungi produk, memperkenalkan
metode baru, memberitahukan ciri/ sifat tertentu produk tersebut, atau sesuatu
yang lainnya. Keputusan-keputusan yang kemudian harus dibuat adalah yang
berkaitan dengan elemen-elemen khusus kemasan tersebut seperti ukuran,
bentuk, bahan dasar, warna, tulisan dan tanda merek. Elemen-elemen tersebut
harus bekerja secara bersamaan dalam rangka mendukung posisi produk dan
Bab II Tinjauan Pustaka
19
strategi pemasarannya. Kemasan tersebut harus konsisten dengan iklan, harga,
dan distribusi produk bersangkutan.
Tujuan penggunaan kemasan antara lain meliputi :
•
Sebagai pelindung isi, misalnya dari kerusakan, kehilangan, berkurangnya
kadar/ isi, dan sebaginya.
•
Untuk memberikan kemudahan dalan penggunaan, misalnya supaya tidak
tumpah, sebagai alat pemegang, mudah menyemprotkannya,dll.
•
Bermanfaat dalam pemakaian ulang , misalnya untuk diisi kembali, atau
untuk wadah lain.
•
Memberikan daya tarik, yaitu aspek artistik, warna, bentuk, maupun
desainnya.
•
Sebagai identitas produk, misalnya berkesan kokoh, awet, lembut, atau
mewah.
•
Distribusi, misalnya mudah disusun, dihitung, dan ditangani.
•
Informasi, yaitu menyangkut isi, pemakaian, dan kualitas.
•
Sebagi cermin inovasi produk , berkaitan dengan kemajuan teknologi dan
daur ulang.
Di dalam pelabelan, label dapat bervariasi mulai dari tanda pengenal
produk yang sederhana hingga grafik rumit yang merupakan bagian dari
kemasan. Label menampilkan beberapa fungsi, pada tingkatan paling akhir, label
mengidentifikasi produk atau merek, seperti nama sunkist yang ditulis pada jeruk.
Label juga menjelaskan beberapa hal mengenai produk, siapa yang membuatnya,
dimana dibuat, kapan dibuat, isinya, bagaimana produk tersebut digunakan, dan
bagaimana menggunakannya dengan aman. Terakhir label mempromosikan
produk melalui gambar yang atraktif .
2.4.3 Jasa pendukung Produk
2.4.3.1 Kualitas Produk
Kualitas produk merupakan kemampuan suatu produk untuk melakukan
fungsi-fungsinya; kemampuan itu meliputi daya tahan, kehandalan, ketelitian
Bab II Tinjauan Pustaka
20
yang dihasilkan, kemudahan dioperasikan dan diperbaiki, dan atribut lain yang
berharga pada produk secara keseluruhan. Kualitas produk adalah salah satu alat
pemasaran yang penting, kualitas produk mempunyai dua dimensi yaitu tingkatan
dan konsistensi. Dalam mengembangkan produk, pemasar lebih dulu memilih
tingakatan kualitas yang dapat mendukung posisi produk di pasar sasarannya.
Dalam dimensi tersebut kualitas produk berarti kualitas kinerja, yaitu
kemampuan produk untuk melakukan fungsi-fungsinya.
Selain tingkatan kualitas, kualitas yang tinggi juga dapat berarti
konsistensi tingkatan kualitas yang tinggi. Dalam konsistensi yang tinggi tersebut
kualitas produk berarti kualitas kesesuaian, bebas dari kecacatan dan
kekonsistenan dalam memberikan tingkat kualitas yang akan dicapai/ dijanjikan.
Semua perusahaan harus berusaha keras memberikan tingkatan kualitas
kesesuaian yang tinggi.
Sekarang banyak perusahaan yang mengubah kualitas yang ditentukan
oleh pelanggan menjadi senjata strategis yang ampuh. Mereka menciptakan
kepuasan dan nilai bagi pelanggan secara konsisten dan secara menguntungkan
memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan kualitas. Saat ini, secara
nyata kualitas telah menjadi keharusan supaya dapat bersaing di abad dua puluh
satu, hanya perusahaan yang mempunyai kualitas yang terbaik yang akan
berhasil.
2.4.3.2 Fitur Produk
Sebuah produk dapat ditawarkan dengan berbagai fitur, sebuah model
awal tanpa tambahan yang menyertai produk tersebut menjadi titik awalnya.
Perusahaan dapat menciptakan model tingkatan yang lebih tinggi dengan
menambahkan
berbagai
fitur,
fitur
merupakan
alat
persaingan
untuk
mendiferensiasikan produk perusahaan terhadap produk sejenis yang menjadi
pesaingnya. Menjadi produsen awal yang mengenalkan fitur baru yang
dibutuhkan dan dianggap bernilai menjadi salah satu cara yang efektif untuk
bersaing.
Bab II Tinjauan Pustaka
21
Bagaimana cara perusahaan mengidentifikasikan fitur-fitur baru dan
memutuskan mana yang akan ditambahkan ke produknya. Perusahaan sebaiknya
secara berkala melakukan survei kepada konsumen yang telah membeli dan
menggunakan produknya dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut; apa
yang menyebabkan anda menyukai produk tersebut, secara spesifik, fitur-fitur
mana yang yang paling anda sukai di produk tersebut, fitur-fitur apa yang
sebaiknya ditambahkan oleh perusahaan untuk memperbaiki produk tersebut.
Jawaban-jawaban tersebut akan memberi perusahaan daftar yang kaya akan ideide fitur, kemudian perusahaan dapat membandingkan nilai fitur itu bagi
pelanggan dengan biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan. Fitur yang
dianggap rendah nilainya bagi pelanggan dibandingkan tingginya tambahan biaya
sebaiknya tidak digunakan ; fitur yang menurut pelanggan mempunyai nilai yang
tinggi dibandingkan biaya yang harus dibayar pelanggan sebaiknya ditambahkan
ke produk tersebut.
2.4.3.3 Gaya dan Desain Produk
Cara lain untuk menambahkan nilai bagi pelanggan adalah melalui gaya
desain produk yang khas. Beberapa perusahaan mempunyai reputasi yang baik
dalam hal gaya dan desain, seperti Sony untuk peralatan elektronik, Nikon untuk
perlengakapan fotografi. Desain dapat menjadi alat persaingan yang sangat baik
bagi armada pemasaran perusahaan.
Konsep desain lebih luas dibandingkan gaya. Gaya semata-mata
menjelaskan penampilan produk tertentu. Gaya mengedepankan tampilan luar
dan membuat orang bosan. Gaya yang sensasional mungkin akan mendapat
perhatian dan mempunyai nilai seni, tetapi tidak selalu membuat produk tertentu
berkinerja lebih baik. Berbeda dengan gaya, desain bukan sekedar tampilan
setipis kulit ari, desain masuk ke jantung produk. Desain yang baik dapat
memberikan kontribusi dalam hal kegunaan produk dan juga penampilannya.
Gaya dan desain yang baik
dapat menarik perhatian, meningkatkan
kinerja produk, memotong biaya produksi, dan memberikan keunggulan bersaing
di pasar sasaran.
Bab II Tinjauan Pustaka
22
2.5 Identifikasi Pembeli
Menurut Dr. Basu Swastha., M.B.A (2001: 43) mengartikan calon
pembeli yaitu:
“Seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai potensi untuk
melakukan pembelian.”
Potensi tersebut yang dimiliki terutama berupa:
•
Adanya kebutuhan dan keinginan yang perlu dipenuhi
•
Adanya daya beli atau sejumlah uang untuk membeli, dan
•
Kemampuan untuk membeli
Dalam setiap strategi penjualan, penjual perlu memperhatikan tiga calon
pembeli utama:
•
Calon pemakai
•
Calon pengambil keputusan
•
Calon pembeli
Pengambil keputusan juga menjadi pemakai dan pembeli sehingga hal ini
memudahkan
penjual
dalam
pelaksanaan
dan
pemusatan
usaha-usaha
persuasifnya
2.5.1 Profil Calon Pembeli
Meskipun calon pembeli yang akan dilayani mempunyai kesamaankesamaan secara umum dari segi usia, penghasilan, pendidikan dan karakteristik
terukur lainnya, tetapi akan dapat dijumpai banyak jenis kepribadian yang
berbeda di antara calon pembeli tersebut. Adapun beberapa kepribadian tersebut
diantaranya adalah:
a. Introvert
Introvert adalah orang-orang yang umumnya mempunyai sifat pendiam, rajin,
dan sulit ditebak isi hatinya. Dengan kata lain, introvert adalah orang-orang
yang lebih suka memikirkan dirinya sendirinya daripada orang lain. Biasanya
mereka sangat analisis dan membutuhkan informasi yang lengkap tentang
penawaran dari penjual, tetapi jika mereka menganggap wiraniaga yang
datang adalah mengganggu dan membuang-buang waktu saja, maka mereka
Bab II Tinjauan Pustaka
23
dapat menghentikan pembicaraan tanpa pemberitahuan. Adapun karakteristikkarakteristik lain dari introvert ini adalah :
•
Mereka lebih menyukai cara-cara yang rasional daripada
emosional dan tidak terpengaruh oleh kepribadian wiraniaga.
•
Mereka
cermat
dalam
menerima
informasi,
tetapi
sulit
memberikan responsi sehingga agak sulit berkomunikasi dua arah.
•
Mereka merupakan pembeli yang sensitif dan mudah menentang
pertanyaan-pertanyaan yang tidak cocok dengan sikap dasar dan
keyakinannya.
•
Mereka mengutamakan kemandirian berpikir dan individualistis.
•
Mereka lebih suka bersikap formal dan dalam pembicaraan selalu
menjaga jarak.
b. Extrovert
Dibandingkan dengan introvert, extrovert ini memiliki sifat-sifat yang
memiliki sifat-sifat yang berlawanan antara lain:
•
Mereka suka berbicara dan tidak banyak perhatian terhadap
formalitas.
•
Mereka
mudah
menanggapi
kepribadian
wiraniaga
ketika
mempertimbangkan usulan pembelian.
•
Mereka berorientasi
pada orang, artinya sulalu berusaha
memahami perasaan dan isi hati orang lain serta menghindari
sikap menyinggung perasaan wiraniaga.
•
Seperti introvert, mereka suka didengar sewaktu berbicara, tetapi
awal pembicaraan harus ditangannya.
•
Mereka lebih berjiwa sosial dan kurang analitis dibandingkan
introvert.
•
Mereka suka akan penghargaan-penghargaan yang diberikan
kepada orang yang melakukan pembelian.
•
Mereka suka tertawa dan humor sehingga mudah akrab.
Bab II Tinjauan Pustaka
24
c. Penggerutu
Orang yang mempunyai sifat sebagai penggerutu sering mengalami adanya
ketidakpuasan dalam berbagai hal. Untuk menghadapi calon pembeli seperti
ini, wiraniaga perlu menentukan sikap, misalnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan tentang masalah yang benar-benar riil. Disamping itu,
wiraniaga juga perlu mendengarkan dan memberi kesempatan kepada calon
pembeli ini untuk menyelesaikan pembicaraannya.
d. Procrastinator
Calon pembeli seperti ini suka menangguh-nangguhkan atau menunda
sesuatu, tidak dapat dengan cepat menyelesaikan urusannya. Dalam hal ini
wiraniaga dapat menunjukkan bahwa apabila calon pembeli itu tidak segera
mengambil keputusan, maka ia akan kehilangan manfaat atau peluang baik.
Perlu juga dikatakan bahwa calon pembeli tersebut sebenarnya memiliki
kekuatan dan kemampuan untuk mengambil keputusan sehingga hal-hal atau
penawaran yang belum diputuskan dapat segera diputuskan.
2.5.2 Analisis Transaksional
Analisis transaksional merupakan salah satu pedoman baru dan canggih
yang dapat digunakan untuk menentukan jenis calon pembeli serta menentukan
strategi penjualan. Konsep dasarnya cukup sederhana untuk dipahami dan dapat
dipakai sebagai model untuk meningkatkan komunikasi. Kotler & Amstrong
(2003).
Kondisi diri adalah suatu kondisi batin, atau kondisi mental yang
konsisten yang mempengaruhi perilaku baik calon pembeli maupun wiraniaga.
Dengan kata lain merupakan sistem perasaaan yang mendorong pola perilaku
tertentu secara konsisten. Setiap orang mempunyai tiga kondisi diri yang
menentukan sikap mental orang tersebut, pesan komunikasinya dan tindakantindakannya. Ketiga kondisi tersebut adalah:
•
Orang tua
•
Anak, dan
•
Orang dewasa
Bab II Tinjauan Pustaka
25
Analisis transaksional merupakan suatu upaya dengan penuh kesadaran untuk
mengidentifikasi kondisi diri dari seseorang lain agar dapat merumuskan strategi
yang tepat sebelum menanggapi kondisi diri tersebut. Intonasi suara, gerak
langkah, perbendaharaan kata, tingkat pembicaraan dan ekspresi muka semuanya
memberikan tanda-tanda atau isyarat pada kondisi diri yang mendorongnya.
1. Kondisi Diri orang Tua
Pada saat orang sedang bertindak dalam kondisi diri orang tua, mereka
berperilaku seperti orang tua yang bertindak terhadap mereka ketika masih anakanak. Seseorang yang bertindak demikian ini bersikap penuh pertimbangan dan
memperlihatkan suatu sikap yang superior. Mereka mungkin suka bekerja keras
dan taat peraturan tetapi agak tertutup, kritis, dan ketinggalan zaman dalam
berpikir dan bermasyarakat.
Calon pembeli yang bersedia mendengarkan wiraniaga, akan berupaya
mendominasinya dan bertindak sangat kritis. Wiraniaga yang tegas dan keras hati
juga bertindak menurut kondisi ini. Kondisi diri orang tua ini mencerminkan ide
bahwa orang tua pasti benar dan orang yang diajak berbicara orang tua dianggap
anak yang harus tunduk dan menyerahkan pada wewenang yang superior.
2. Kondisi Diri Anak
Kondisi diri anak tercermin dalam perilaku diferensiasi dan tidak berkait
dengan usia. Setiap orang mempunyai sifat seperti anak pada saat memberikan
tanggapan dan bertindak dalam pola perilaku di tahun-tahun sebelum sekolah.
Ketika seseorang sedang dalam kondisi anak, ia menjadi lebih kreatif dan
inovatif. Oleh karena anak itu lebih patuh dan rendah hati, maka anak itu mudah
menyesuaikan dan mudah menyukai. Akan tetapi, orang dapat berkomunikasi dan
bertindak di luar emosi dan fantasi serta memperburuk kenyataan. Orang-orang
yang suka menghindar dari berbagai masalah dan meninggalkannya biasanya
bertindak dalam kondisi anak.
Bab II Tinjauan Pustaka
26
3. Kondisi Diri Dewasa
Orang-orang yang bertindak di atas kondisi diri dewasa adalah bersifat
realistis dan rasional. Masalah-masalah yang ada dihadapi secara jujur dan orang
tersebut bertindak seperti komputer yang menggunakan matematika dan
probabilitas dalam mengambil keputusan. Semua alternatif dipertimbangkan
secara cermat, tidak emosional.
Indikasi dari kondisi diri ini adalah berupa anggukan-anggukan, suka
mendengarkan pembicaraan orang lain, dan mempunyai kemauan untuk
melakukan pertukaran informasi tanpa emosional. Wiraniaga yang profesional
dan inovatif akan berada dalam kondisi diri ini. Ia akan bersikap ramah tetapi
realistis dan suka mengikuti fakta. Konsumen akan menganggap bahwa
wiraniaga seperti ini sangat membantu.
2.5.3 Faktor Sosiologis dan Psikologis yang Mempengaruhi Keputusan
Pembelian
Dalam
penerapan
konsep
pemasaran,
perusahaan
berusaha
mensegmentasikan pasar dan menentukan keinginan masing-masing segmen.
Dalam hal ini akan diberikan perhatian pada segi sosial dan ekonomi yang ada
pada faktor-faktor sosiologis yang mempengaruhi pola pembelian konsumen.
Faktor Demografi
Demografi ini merupakan salah satu faktor sosiologis seperti umur, jenis
kelamin, penghasilan, tempat tinggal dan macam pekerjaan. Bagi produsen
barang konsumsi pada umumnya, faktor ini dipakai untuk mensegmenkan
pasarnya. Sehingga penentuan daya beli mereka lebih mudah. Meskipun faktor
demografi ini biasanya digunakan untuk memilih calon pembeli baru yang sangat
potensial, namun studi sosiologis juga dapat membantu mempelajari konsumen
bagaimana orang membeli. Disini pembelian tanpa direncanakan dapat diketahui.
Faktor Perubahan dalam Kebiasaaan Membeli
Pada tingkat eceran, perilaku pembelian telah berubah dari waktu ke
waktu. Umumnya wanita mempunyai suara yang lebih kuat dalam mengambil
keputusan untuk membeli barang konsumsi kebutuhan rumah tangga. Adanya
Bab II Tinjauan Pustaka
27
kenaikan jumlah wanita yang bekerja, baik sudah kawin maupun belum, akan
meningkatkan pula kekuatan ekonomi mereka. Penghasilan merupakan faktor
penentu dalam perilaku pembelian, dan penghasilan kedua dalam sebuah rumah
tangga sering digunakan untuk membeli barang-barang yang dianggap lebih
mahal.
Faktor Pentingnya Kesan Sosial
Faktor sosiologis juga mempengaruhi perusahaan-perusahaan dalam
pembeliannya. Mereka mempunyai keinginan agar keberhasilan yang dicapai
juga terlihat dalam penempilannya, sebagai contoh macam perabot rumah
tangganya, dekorasinya dan sebagainya. Kegiatan karyawan pada posisi tertentu,
seperti manajer, akan memerlukan barang-barang tertentu yang harus dibeli oleh
perusahaan. Barang-barang yang dibeli kadang-kadang yang digunakan untuk
menunjukan prestise perusahaan.
Faktor Kelompok Referensi
Kelompok ini terdiri atas orang-orang yang mempunyai pandangan
tertentu bagaimana harus bertindak dalam suatu keadaan. Maka mereka sering
dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Termasuk kelompok
ini antara lain; serikat buruh, klub olah raga, lingkungan tetangga dan sebagainya.
Interaksi mereka sering dilakukan secara individual sehingga seseorang mudah
terpengaruh oleh orang lain untuk membeli sesuatu.
Teori psikologis dapat memberikan pengetahuan yang sangat penting
tentang alasan-alasan menyangkut perilaku pembelian seseorang. Disini kita
meninjau secara luas beberapa teori tentang kepribadian yang dapat diterapkan ke
dalam proses pembelian dan penjualan. Kepribadian disini didefinisikan sebagai
serangkaian sikap dan kepercayaan seseorang yang mencerminkan dalam
perilaku.
Faktor Kepribadian
Kepribadian adalah pola sifat individu yang dapat menentukan tanggapan
untuk bertingkah laku. Sebenarnya pengaruh sifat kepribadian konsumen
terhadap pandangan dan perilaku pembeliannya adalah sangat umum. Untuk
mempelajari kepribadian seseorang , kita dapat menggunakan teori psikonalitis.
Bab II Tinjauan Pustaka
28
Bahwa tingkah laku itu dipengaruhi oleh adanya keinginan yang terpaksa dan ada
motif yang tersembunyi, jadi teori ini menyangkut kepribadian seseorang.
2.6 Perilaku Konsumen
Produsen semakin menyadari bahwa perilaku konsumen memiliki
kepentingan tersendiri bagi mereka, karena berbagai alasan terutama memberikan
kepuasan
semaksimal
mungkin
kepada
konsumen.
Produsen
berusaha
mengantisipasi perubahan-perubahan dalam memenuhi kebutuhandan keinginan,
menghadapi aneka ragam kebutuhan dan perilaku kondumen, mulai dari
konsumen yang tradisional sampai kepada konsumen yang berwawasan luas dan,
pandai, dan bahkan semakin kritis. Konsumen itu adalah raja, dapat menolak atau
menerima, tergantung kepada kepentingan dan kepuasannya. Konsumen beraneka
ragam menurut umur, tingkat pendapatan, pendidikan, selera, dan tempat. Namun
bagi pemasar yang cerdik dengan berbagai cara baik bersifat komunikatif maupun
persuasif mampu mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen yang berubahubah.
Perilaku konsumen berbeda dengan perilaku pembeli. Perilaku konsumen
merupakan aktivitas langsung terlibat dalam memperoleh dan menggunakan
barang-barang ataupun jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan
yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Perilaku
konsumen merupakan aktivitas meliputi:
•
Kegiatan mencari
•
Kegiatan membeli
•
Kegiatan menggunakan
•
Kegiatan mengevaluasi
•
Menilai tingkat kepuasan
Pengertian perilaku konsumen itu sendiri menurut para ahli yang
dirangkum oleh Djaslim Saladin dan Yevis Marty Oesman (2002: 3), yaitu:
“Perilaku konsumen adalah suatu proses bagaimana individu atau
konsumen mengambil keputusan, baik dalam sebelum melakukan
pembelian, pada saat pembelian, maupun setelah melakukan
pembelian.”
Bab II Tinjauan Pustaka
Dalam
perkembangan
29
konsep
pemasaran
mutakhir,
konsumen
ditempatkan sebagai sentral perhatian. Para ahli berusaha mengkaji aspek-aspek
konsumen dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan
mampu meraih pangsa pasar yang tersedia. Setidaknya ada dua alasan mengapa
perilaku konsumen perlu dipelajari:
1. Konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa yang
dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada saat ini merupakan hal yang
sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun pemasar pada
kebijakan pemasaran yang tepat dan efisien
2. Perkembangan perdagangan pada saat ini menunjukan bahwa lebih banyak
produk yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan penawaran ini
menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh
konsumen. Kelebihan tersebut biasanya disebabkan oleh faktor kualitas
barang tidak layak, tidak memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, atau
mungkin juga karena tidak mengetahui keberadaan produk tersebut.
Selain kedua alasan diatas, mempelajari perilaku konsumen dan proses
konsumsi yang dilakukan oleh konsumen memberikan beberapa manfaat. Mowen
mengemukakan manfaat yang bisa diperoleh sebagai berikut:
•
Membantu para manajer dalam pengambilan keputusannya.
•
Memberikan pengetahuan kepada para peneliti pemasaran dengan dasar
pengetahuan analisis konsumen.
•
Membantu dalam menciptakan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan
pembelian dan penjualan barang dan jasa.
•
Membantu konsumen dalam pembuatan keputusan pembelian yang lebih
baik.
2.6.1 Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik budaya, sosial,
pribadi, dan psikologis. Sebagian besar dari faktor-faktor itu tidak dapat
dikendalikan oleh pemasar, namun mereka harus mempertimbangkannya
menurut Kotler & Amstrong ( 2003; 200).
Bab II Tinjauan Pustaka
30
2.6.1.1 Faktor-faktor Budaya
Faktor budaya memiliki pengaruh yang terluas dan terdalam dalam
perilaku konsumen. Pemasar perlu memahami peranan yang dimainkan oleh
budaya, subbudaya, dan kelas sosial pembeli.
Budaya adalah penyebab dasar keinginan dan perilaku konsumen.
Perilaku manusia sebagian besar merupakan hasil proses belajar. Sewaktu
tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak belajar mengenai nilai persepsi,
keinginan, dan perilaku dasar dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap
kelompok atau masyarakat memiliki budaya dan pengaruh budaya pada perilaku
konsumen beragam dari satu negara ke negara lain. Kegagalan menyesuaikan diri
dengan perbedaan itu akan menghasilkan pemasaran yang tidak efektif atau
kesalahan yang memalukan. Pemasar selalu berusaha mengenali pergeseran
budaya untuk menemukan produk baru yang diinginkan.
Setiap budaya terdiri sub-sub budaya, atau kelompok-kelompok orang
yang memiliki sistem nilai yang sama berdasarkan pengalaman dan situasi
kehidupan. Subbudaya meliputi kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah
geografis yang serupa. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar yang
penting dan pemasar sering mendesain produk dan program pemasaran yang
disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Hampir setiap masyarakat mempunyai jumlah struktur kelas sosial. Kelas
sosial adalah pembagian kelompok masyarakat yang relatif permanen dan relatif
teratur dimana anggota-anggotanya memiliki nilai, minat, dan perilaku yang
serupa. Kelas sosial tidak ditentukan oleh satu faktor saja, seperti pendapatan,
namun diukur berdasarkan kombinasi pekerjaan, pendapatan, pendidikan,
kesehatan, dan variabel lainnya. Dalam beberapa sistem sosial anggota dari kelas
yang berbeda mendapatkan peran tertentu dan tidak dapat mengubah kelas sosial
mereka.
Bab II Tinjauan Pustaka
31
2.6.1.2 Faktor-faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti,
kelompok kecil, keluarga, peran sosial, dan status yang melingkupi konsumen
tersebut.
Perilaku konsumen banyak dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kecil.
Kelompok yang memiliki pengaruh langsung dan tempat seseorang berada
disebut kelompok keanggotaan. Sebaliknya kelompok acuan berfungsi sebagai
titik pembanding atau acuan secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembentukan sikap atau perilaku seseorang. Seseorang sering kali dipengaruhi
oleh kelompok acuan meskipun ia bukan bagian dari kelompok tersebut.
Anggota keluarga memiliki pengaruh yang kuat terhadap perilaku
pembeli. Keluarga merupakan organisasi pembelian di masyarakat tempat
konsumen berada yang paling penting, dan keluarga telah diteliti secara luas.
Pemasar tertarik pada peran dan pengaruh suami, istri, dan anak-anak dalam
pembelian barang dan jasa yang berbeda-beda. Keterlibatan suami-istri sangat
berbeda-beda tergantung pada kategori produk dan pada tahapan dalam proses
pembelian. Peran pembelian berubah seiring dengan evolusi gaya hidup
konsumen.
Seseorang merupakan bagian dari beberapa kelompok keluarga, klub,
organisasi. Posisi orang tersebut dalam tiap kelompok dapat didefinisikan
berdasarkan
peran
dan
statusnya.
Tiap
peran
membawa
status
yang
menggambarkan penghargaan umum terhadap peran tersebut oleh masyarakat.
Orang terkadang memilih produk yang menunjukkan status mereka di
masyarakat.
2.6.1.3 Faktor-faktor Pribadi
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
seperti umur dan tahap siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup,
kepribadian, dan konsep diri.
Sepanjang hidupnya, orang akan mengubah barang atau jasa yang
dibelinya. Selera terhadap makanan, pakaian, perabotan, rekreasi sering terkait
Bab II Tinjauan Pustaka
32
dengan umur. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus hidup keluarga, tahaptahap yang dilalui oleh suatu keluarga hingga menjadi matang.
Pekerjaan akan mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli. Pekerja kerah
biru akan membeli baju lapangan, sedangkan pekerjaan kerah putih akan
membeli baju untuk bisnis. Para pemasar berusaha mengidentifikasi kelompok
pekerjaan yang memiliki minat diatas rata-rata terhadap produk dan jasa mereka.
Bahkan perusahaan dapat berspesialisasi membuat produk untuk melayani
pekerjaan tertentu.
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar
barang yang sensitif terhadap pendapatan akan memperhatikan trend pendapatan,
tabungan dan tingkat suku bunga. Jika indikator ekonomi menunjukkan
penurunan, pemasar akan mengambil langkah untuk mendesain ulang,
memposisikan kembali, dan mengganti harga produk merek dengan cepat.
Orang yang berasal dari subbudaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama
mungkin akan memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup
seseorang yang tergambarkan pada psikografisnya. Psikografis membutuhkan
pengukuran dilihat dari kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, kerja sosial),
minat (makanan, mode, keluarga, rekreasi), pendapat (tentang diri mereka sendiri,
isu-isu sosial, bisnis, produk). Gaya hidup menggambarkan sesuatu yang lebih
dari kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menunjukkan seluruh
pola kegiatan dan interaksi seseorang di dunia.
Setiap kepribadian yang berbeda-beda pada tiap-tiap orang mempengaruhi
perilaku pembelian orang tersebut. Kepribadian adalah karakteristik psikologis
yang menghasilkan tanggapan yang secara konsisten dan terus menerus terhadap
lingkungan. Kepribadian biasanya dideskripsikan berdasarkan sifat-sifat seperti
kepercayaan diri, dominasi, sosialitas, otonomi, sifat pertahanan, kemampuan
beradaptasi, dan agresivitas. Kepribadian berguna dalam menganalisa perilaku
konsumen untuk produk dan pilihan merek tertentu.
Bab II Tinjauan Pustaka
33
2.6.1.4 Faktor-faktor Psikologis
Pilihan pembelian dipengaruhi oleh empat faktor psikologi utama, yaitu ;
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta kepercayaan dan sikap.
Setiap waktu seseorang mempunyai banyak kebutuhan. Sebagian biologis,
yang timbul karena dorongan tertentu seperti lapar, haus atau ketidak nyamanan.
Lainnya adalah psikologis, tumbuh dan rasa ingin dikenal, penghargaan, atau
kepemilikan. Sebagian kebutuhan itu tidak akan cukup memotivasi seseorang
untuk bertindak untuk waktu tertentu. Motif adalah kebutuhan yang mendorong
secara kuat mencari kepuasan atas kebutuhan tersebut.
Orang yang termotivasi siap untuk bertindak. Bagaimana tindakan orang
itu terpengaruh oleh persepsinya mengenai situasi tersebut. Kita semuanya
mempelajari arus informasi melalui panca indera; penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan sentuhan. Namun tiap kita menerima, dan mengatur,
informasi itu dengan cara masing-masing. Persepsi adalah proses menyeleksi, dan
mengatur informasi guna membentuk gambaran yang berarti. Orang yang
memperoleh rangsangan yang sama dapat membentuk persepsi yang berbedabeda, walaupun seseorang mendapatkan rangsangan yang banyak sekali tiap
harinya.
Saat seseorang bertindak, mereka belajar. Pembelajaran menunjukan
perubahan perilaku seseorang karena pengalaman.sebagian besar perilaku
manusia dipelajari, pembelajaran terjadi melalui saling pengaruh antara
dorongan, tanggapan, dan penguatan.
Melalui tindakan dan pembelajaran, orang mendapat keyakinan dan sikap,
yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembelian. Keyakinan adalah
pemikiran deskriptif yang dipertahankan seseorang mengenai sesuatu. Para
pemasar tertarik pada keyakinan orang formulasikan secara spesifik terhadap
produk dan jasa, karena keyakinan itu membangun citra produk dan jasa yang
mempengaruhi pembelian konsumen.
Orang memiliki sikap terhadap agama, politik, pakaian ,musik, makanan,
dan hampir semua hal. Sikap menggambarkan evaluasi, perasaan dan
kecenderungan yang konsisten atas suka atau tidak sukanya seseorang terhadap
Bab II Tinjauan Pustaka
34
objek atau ide. Sikap menempatkan seseorang ke dalam kerangka pikiran
menyukai atau tidak menyukai sesuatu yang kemudian dapat mendekatkan atau
menjauhkannya terhadap hal tersebut.
2.7 Tipe Perilaku Pembelian Konsumen
Perilaku pembelian berbeda-beda tergantung dari keterlibatan pembeli
dan tingkat perbedaan merek. Keputusan yang rumit biasanya melibatkan lebih
banyak pelaku dan lebih banyak kesadaran pembeli. Berikut ini adalah tipe-tipe
perilaku pembelian konsumen Kotler & Amstrong (2003; 221).
2.7.1 Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen berada dalam perilaku pembelian yang kompleks ketika
mereka sangat terlibat dalam pembelian dan mempunyai persepsi yang signifikan
mengenai perbedaan di antara merek. konsumen mungkin akan terlibat secara
mendalam ketika produk tersebut mahal, beresiko, jarang dibeli, dan
menunjukkan ekspresi diri. Umumnya, konsumen harusmempelajari banyak hal
mengenai kategori produk tersebut. Misalnya; pembeli komputer mungkin tidak
mengetahui atribut apa yang harus dipertimbangkan, banyak fitur produk yang
tidak memiliki arti.
Pembeli
tersebut
akan
melalui
proses
pembelajaran,
pertama
mengembangkan keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan kemudian
melakukan pilihan dengan penuh pertimbangan. Pemasar produk-produk dengan
tingkat keterlibatan tinggi harus memahami perilaku konsumen dalam
pengumpulan informasi dan evaluasi. Mereka perlu membantu pembeli untuk
mempelajari atribut-atribut kelas produk dan tingkat kepentingannya serta apa
manfaat produk tersebut.
2.7.2 Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi
Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen
mempunyai keterlibatan yang tinggi dengan pembelian yang mahal, tidak sering
atau beresiko, namun melihat sedikit perbedaan antar merek. Contoh; konsumen
Bab II Tinjauan Pustaka
35
yang membeli karpet, memiliki keterlibatan yang tinggi karena mahalnya dan
karena merupakan ekspresi diri. Akan tetapi, pembeli mungkin menganggap
kebanyakan merek karpet dalam kisaran harga yang sama mempunyai kualitas
yang sama. Dalam kasus itu, karena persepsi mengenai perbedaan antar merek
tidak terlalu besar, pembeli mungkin berkeliling berbagai toko untuk melihat
barang apa saja yang tersedia, namun membeli secara relatif cepat. Pembeli
mungkin akan menanggapi itu pada harga yang lebih baik atau kepada
kemudahan pembelian.
Setelah pembelian, konsumen akan mengalami disonansi setelah
pembelian ketika mereka menyadari kekurangan tertentu dari karpet yang telah
dibeli atau mendengar hal yang lebih baik dari merek yang tidak dibelinya. Untuk
mengalami disonansi tersebut, komunikasi pasca penjualan dari pemasar
sebaiknya memberikan bukti dan dukungan kepada konsumen agar merasa tepat
dan merasa nyaman dengan pilihan merek yang telah dilakukannya.
2.7.3 Perilaku Pembelian Kebiasaaan
Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam kondisi dimana konsumen
mempunyai keterlibatan rendah dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antar merek. Contoh; garam, konsumen mempunyai keterlibatan yang rendah
terhadap kategori produk itu mereka hanya pergi ke toko kemudian mengambil
satu merek. Jika mencari merek yang sama, itu hanyalah karena kebiasaan bukan
karena kesetiaan terhadap merek tertentu. Konsumen tampaknya mempunyai
keterlibatan yang rendah terhadap produk yang harganya rendah dan yang secara
teratur dikonsumsi.
Pengulangan iklan menciptakan kebiasaaan terdapat suatu merek
bukannya keyakinan merek. Konsumen tidak membangun sikap yang kuat
terhadap sebuah merek, mereka memilih merek karena merek itu dikenal. Karena
mereka tidak terlibat secara kuat dengan produk tersebut, konsumen tidak
mengevaluasi pilihan setelah pembelian.
Bab II Tinjauan Pustaka
36
2.7.4 Perilaku Pembelian Pencarian Variasi
Konsumen berada pada perilaku pembelian pencarian variasi dalam
situasi ketika konsumen mempunyai tingkat keterlibatan yang rendah tapi
mempersepsikan adanya perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus seperti
itu, konsumen sering kali beralih merek. Contoh; pada saat membeli kue, seorang
konsumen terkadang memiliki sejumlah keyakinan, memilih kue tanpa banyak
evaluasi, kemudian mengevaluasi merek tersebut pada saat pengkonsumsian.
Tetapi lain kali, konsumen mungkin akan mengambil merek lain yang setara
karena kebosanan atau semata-mata dan bukan karena ketidak puasan.
Pada produk kategori tersebut, strategi pemasaran akan berbeda bagi
pemimpin pasar atau merek minoritas. Pemimpin pasar akan berusaha
merangsang perilaku pembelian kebiasaaan dengan penggunaan rak secara luas,
mempertahankan rak penuh dengan produknya, dan menjalankan iklan berkala
untuk mengingatkan. Perusahaan bersaing akan merangsang pencarian variasi
dengan menawarkan harga yang rendah, penawaran khusus, kupon, sampel gratis
dan iklan yang memperlihatkan berbagai alasan untuk mencoba sesuatu yang
baru.
2.8 Proses Pengambilan Keputusan
Proses pengambilan keputusan berlangsung jauh sebelum pembelian
aktual dan berlanjut jauh sesudahnya. Pemasar perlu berfokus pada seluruh
proses pengambilan keputusan bukan hanya pada proses pembeliannya saja.
Adapun tahap-tahap atau proses pengambilan keputusan pembelian terdiri dari
lima tahap menurut Kotler & Amstrong (2003; 224) yaitu:
1. Pengenalan kebutuhan
2. Pencarian informasi
3. Pengevaluasian alternatif
4. Keputusan pembelian, dan
5. Perilaku setelah pembelian
Bab II Tinjauan Pustaka
37
Dari tahap-tahap atau proses pengambilan keputusan pembelian tersebut
diatas dapat dijelaskan tiap-tiap tahapnya, mulai pada saat konsumen
membutuhkan suatu produk sampai dengan perilaku setelah konsumen
melakukan pembelian produk.
Gambar 2.1
Proses Keputusan Pembelian
Pengenalan
Kebutuhan
Pencarian
Informasi
Pengevaluasian
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku setelah
Pembelian
2.8.1 Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian bermula dari pengenalan kebutuhan, pembeli mengenali
permasalahan atau kebutuhan. Pembeli merasakan adanya perbedaan antara
keadaan aktual dan sejumlah keadaan yang diinginkan atau diharapkan.
Kebutuhan itu dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan
normal muncul, seperti; lapar, haus, seks naik ke tingkatan yang cukup tinggi
sehingga menjadi pendorong. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan
eksternal seperti; hobi baru.
Bab II Tinjauan Pustaka
38
Contohnya: seseorang mungkin merasa membutuhkan hobi baru karena
jenuh dari kesibukan pekerjaanya sehari-hari, dia mulai memikirkan kamera
setelah dia berbincang-bincang dengan temannya tentang fotografi atau setelah
melihat iklan kamera. Pada tahap itu, pemasar harus meneliti konsumen untuk
mengetahui kebutuhan tersebut muncul, dan bagaimana cara pemasar menuntun
konsumen supaya membeli produk tertentu.
2.8.2 Pencarian Informasi
Tahap proses pengambilan keputusan membeli dimana konsumen
tergerak untuk mencari informasi tambahan, konsumen mungkin sekedar
meningkatkan perhatian atau mungkin pula mencari informasi secara aktif.
Konsumen yang tergerak mungkin mencari dan mungkin pula tidak mencari
informasi tambahan. Jika dorongan konsumen kuat dan memenuhi kebutuhan
berada dalam jangkauannya, ia cenderung akan membelinya. Jika tidak,
konsumen akan menyimpan kebutuhan itu ke dalam ingatan atau mengarjakan
pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan itu.
Contohnya; seseorang yang memikirkan kamera tadi akan menjadi lebih
menerima informasi mengenai kamera. Ia mungkin akan memperhatikan iklan
kamera, kamera yang digunakan temannya, dan mungkin mendengarkan
percakapan mengenai kamera. Atau mungkin ia akan mencari informasi secara
aktif, seperti; ia mencari informasi tertulis, menelpon temannya, dan
mengumpulkan informasi dengan berbagai cara. Semakin banyak informasi yang
didapat, kesadaran dan pengetahuan konsumen tentang kamera mulai dari merek
sampai kegunaan akan meningkat.
2.8.3 Pengevaluasian Alternatif
Tahap proses keputusan pembeli dimana konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi berbagai merek alternatif di dalam serangkaian
pilihan. Pemasar perlu memahami proses pengevaluasian alternatif, dimana
konsumen memproses informasi yang menghasilkan berbagai pilihan merek.
Sayangnya, pada umumnya konsumen tidak melakukan satu evaluasi secara
Bab II Tinjauan Pustaka
39
tunggal dan sederhana, tetapi konsumen mungkin melakukan beberapa proses
evaluasi.
Sikap konsumen terhadap sejumlah merek tertentu terbentuk melalui
beberapa prosedur evaluasi. Cara konsumen mulai usaha mengevaluasi alternatif
pembelian tergantung pada konsumen individual dan situasi pembelian tertentu,
seperti halnya konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pikiran yang
logis. Dalam waktu lain, konsumen mengerjakan sedikit atau tidak melakukan
evaluasi sama sekali, melainkan mereka membeli bergantung pada instuisi.
Terkadang konsumen membuat keputusan sendirian, kadang tergantung teman,
petunjuk konsumen, atau penjual untuk mendapatkan saran pembelian
Pemasar harus dapat mempelajari pembeli supaya mereka dapat
mengevaluasi alternatif secara aktual. Jika pemasar mengetahui proses evaluasi
seperti apa yang terjadi, pemasar dapat mengambil langkah untuk mempengaruhi
keputusan pembeli.
2.8.4 Keputusan Pembelian
Tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan
pembelian produk. Di tahap pengevaluasian, konsumen menyusun peringkat
merek dan membentuk kecenderungan pembelian. Secara umum, keputusan
pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua
faktor yang muncul diantara kecenderungan pembelian dan keputusan pembelian.
Faktor pertama adalah sikap orang lain, jika sikap teman atau orang
terdekat sangat merasa ia (seseorang yang hendak membeli produk) harus
membeli produk (kamera) yang harganya paling murah, maka kesempatan ia
membeli kamera mahal akan berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasi tak
terduga, konsumen mungkin membentuk kecenderungan pembelian berdasar
pada pendapatan yang diharapkan, harga, dan menfaat produk yang diharapkan.
Namun keadaan tak terduga dapat mengubah kecenderungan pembelian.
Bab II Tinjauan Pustaka
40
2.8.5 Perilaku Setelah Pembelian
Tahap proses keputusan pembeli konsumen melakukan tindakan lebih
lanjut setelah pembelian berdasarkan pada kepuasan atau ketidak puasan mereka.
Pekerjaan pemasar tidak berhenti pada saat produk dibeli, setelah membeli
produk konsumen akan merasa puas atau tidak puas. Apa yang menentukan
pembeli puas atau tidaknya terhadap pembelian? Jawabannya terletak pada
hubungan antara harapan konsumen dan kinerja produk yang dirasakan.
Jika produk jauh di bawah harapan konsumen, maka konsumen kecewa.
Jika produk memenuhi harapannya, konsumen akan puas, jika melebihi
harapannya konsumen akan sangat senang. Semakin besar beda antara harapan
dan kinerja, semakin besar pula ketidak puasan konsumen. Oleh karena itu
penjual harus memberikan janji yang benar-benar sesuai dengan kinerja produk
agar pembeli merasa puas.
2.9 Hubungan antara Atribut Produk dan Keputusan Pembelian
Setiap perusahaan berusaha untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
konsumen melalui produk yang ditawarkan, sedangkan konsumen mencari
manfaat tertentu yang ada pada suatu produk. Konsumen melihat setiap produk
sebagai kumpulan dari sifat-sifat ciri tertentu yang tercermin dari atribut-atribut
yang melekat pada suatu produk atribut yang berupa merek, kemasan dan label,
danjasa pendukung produk (kualitas, desain, fitur). Kebanyakan konsumen
melihat atribut
sebagai keseluruhan isi dari produk yang akan mereka beli.
Atribut adalah unsur-unsur atribut yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan dasar pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk. Jadi atribut
yang terdapat pada suatu produk mengidentifikasi siapa penjual untuk
memberikan tampilan menfaat dan jasa tertentu untuk pembeli. Konsumen
memandang atribut sebagai bagian penting dari suatu produk , karena itu penjual
berusaha merancang, menciptakan kemudian merealisasikan sebuah atribut untuk
produk. Seorang konsumen sebelum memutuskan untuk membeli sebuah produk
dimulai sengan pengenalan masalah untuk mengetahui apa yang mereka
inginkan.
Bab II Tinjauan Pustaka
41
Kemudian mencari informasi mengetahui kebutuhan apa yang mereka
butuhkan tentang manfaat, kegunaan dari produk yang akan dipilih, informasi
tersebut
dapat diperoleh dari teman, tetengga, keluarga, promosi iklan atau
pameran, ataupun dengan bereksperimen. Dari beberapa informasi yang didapat,
diperoleh beberapa alternatif pilihan mengenai produk dengan berbagai atribut
masing-masing, kemudian konsumen melakukan penilaian atas alternatif produk
dengan atribut mana yang akan dipilih untuk memenuhi kebutuhannya, dilihat
dari manfaat, kemasan yang tidak mudah rusak, warna, label, harga yang
terjangkau dengan mutu tinggi dan pelayanan yang baik dari semua pilihan
alternatif produk yang ada.
Dengan kata lain atribut produk dapat dikatakan mempunyai pengaruh
bagi konsumen dalam keputusan pembelian sebuah produk.
Download