BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Secara etimologi kata analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Penguraian atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.” Sedangkan menurut Harahap (2004: 189) pengertian Analisis adalah “Memecahkan atau menggabungkan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil.” Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa analisis adalah penguraian dan penelaahan bagian/suatu unit beserta hubungannya untuk memecahkan unit tersebut menjadi unit terkecil dan memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Maka, analisis jika dikaitkan dengan judul adalah penguraian bagian dalam laporan arus kas untuk memperoleh pengertian yang tepat dan memahami laporan arus kas dalam bentuk rasio secara tepat untuk membandingkan kinerja perusahaan. 2.2 Laporan Keuangan Menurut Hanafi (2003: 5), analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam analisis keuangan tentu saja menghitung rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Bahkan dengan tersedianya program-program komputer, seperti spreadsheet atau program-program akuntansi, atau program-programn yang khusus ditulis untuk tujuan laporan keuangan, perhitungan rasio-rasio keuangan menjadi hal yang mudah dilakukan, dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan perhitungan semacam itu, melainkan melakukan analisis dan menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang muncul. Analisis semacam itu mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal: 1) Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis. 2) Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan-laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan tersebut. 3) Memahami kondisi perkonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya yang berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan. 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Harahap (2004: 105) laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Sumadji, Pratama dan Rosita (2006: 306) pengertian laporan keuangan adalah : “Catatan tertulis status keuangan dari individu, asosiasi, atau organisasi bisnis. Dalam laporan keuangan termasuk neraca dan laporan laba-rugi atau laporan operasional. Di dalamnya juga termasuk aliran kas, laporan dari perubahan dalam laba yang ditahan analisa lainnya.” Dari pendapat-pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu badan usaha atau organisasi yang menggambarkan kegiatan operasional badan usaha atau organisasi untuk berkomunikasi dengan para pemakainya. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Berikut ini tujuan-tujuan laporan keuangan yang semuanya bersifat umum, berkaitan dengan pemakai eksternal yang bermacam-macam jenisnya bukan pemakai internal yang spesifik seperti manajemen, menurut Hanafi (2003: 30) : 1. Informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan Tujuan yang paling umum adalah bahwa pelaporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfat bagi investor, kreditor, dan pemakai lainnya, saat ini maupun potensial (masa mendatang), untuk pembuatan keputusan investasi, kredit, dan investasi semacam lainnya. Dari tujuan yang paling umum diatas, kemudian tujuan berikutnya yang lebih spesifik. Tujuan tersebut berkaitan dengan perkiraan penerimaan kas untuk pemakai eksternal. 2. Informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas untuk pemakai eksternal Tujuan kedua yaitu laporan keuangan harus memberikan informasi yang bermanfaat untuk pemakai eksternal untuk memperkirakan jumlah, waktu dan ketidakpastian (yang berarti resiko) penerimaan kas yang berkaitan. Tujuan ini penting, karena investor atau pemakai eksternal mengeluarkan kas untuk memperoleh aliran kas masuk. Pemakai eksternal harus yakin bahwa ia akan memperoleh aliran kas masuk yang lebih dari aliran kas keluar. Pemakai eksternal harus memperoleh aliran kas masuk bukan hanya yang bisa mengembalikan aliran kas keluar (return on investment), tetapi juga aliran kas masuk yang bisa mengembailkan return yang sesuai dengan risiko yang ditanggungnya. Laporan keuangan diperlukan untuk membantu menganalisis jumlah dan saat/waktu penerimaan kas (yaitu dividen, bunga) dan juga memperkirakan resiko yang berkaitan. 3. Informasi yang bermanfaat untuk memperkirakan aliran kas perusahaan Penerimaan kas pihak eksternal akan ditentukan oleh aliran kas masuk perusahaan. Perusahaan yang kesulitan kas akan mengalami kesulitan untuk memberi kas ke pihak eksternal,dan dengan demikian penerimaan kas pihak eksternal akan terpengaruh. According to Kieso, Weygandt dan Warfield (2007: 4) be of a certain opinion that financial reporting should provide : 1. Is useful to present and potential investors and creditors and other users in making rational investment, credit, and similiar decisions. The informastion should be comprehensible to those who have a reasonable understanding of business and economic activities and are willing to study information with reasonable diligence. 2. Helps present and potential investors, creditors, and other users assess the amounts, timing, and uncertainty of prospective cash receipts from dividends or interest and the proceeds from the sale, redemption, or maturity on securities loans. Since investors and creditors cash flows are related to enterprise cash flows, financial reporting should provide information to help investors, creditors, and other assess the amounts, timing, and uncertainty of prospective net cash inflows to the related enterprise. 3. Clearly portrays the economic resources of an enterprise, the claims to those resources (obligations of the enterprise to transfer resources to other entities and owners equity), and the effects of transactions, events, and circumstances that change its resources and claims to those resources. Menurut Darsono dan Ashari (2005: 12) tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan informasi yang menyangkut: 1. Posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu, yaitu keadaan pada tanggal tertentu mengenai kekayaan dan sumber kekayaan perusahaan. 2. Kinerja perusahaan selama periode tertentu, yaitu besarnya aktivitas dan biaya untuk menjalankan aktivitas serta hasil (laba/rugi) dari aktivitas selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. Bahkan dengan analisis yang lebih tajam, dapat dilihat kemungkinan ketidakefisienan dan permasalahan dalam fungsi tertentu. 3. Perubahan posisi keuangan selama periode tertentu, yaitu perubahan kekayaan dan sumber kekayaan selam periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. 4. Perputaran kas selama periode tertentu, yaitu menyangkut aliran kas masuk dan keluar perusahaan selama periode tertentu. Perlu diingat bahwa setiap aktivitas belum tentu menghasilkan kas/uang sebab bisa jadi perusahaan menjual dengan cara kredit (tidak tunai), sehingga terjadi perbedaan waktu antara aktivitas dengan kas masuk. 2.2.3 Pengguna Laporan Keuangan Selain sebagai alat pertanggungjawaban, informasi keuangan diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi. Para pemakai laporan keuangan tentu membutuhkan informasi keuangan, sebagai dasar pengambilan keputusan. Pemakai laporan keuangan menurut Darsono dan Ashari (2005: 11) meliputi : 1. Investor atau Pemilik Pemilik perusahaan menanggung risiko atas harta yang ditempatkan pada perusahaan. Pemilik membutuhkan informasi untuk menilai apakah perusahaan memiliki kemampuan membayar dividen. Di samping itu untuk menilai apakah investasinya akan tetap dipertahankan atau dijual. Bagi calon pemilik, laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai kemungkinan penempatan investasi dalam perusahaan. 2. Pemberi Pinjaman (kreditor) Pemberi pinjaman membutuhkan informasi keuangan guna memutuskan memberi pinjaman dan kemampuan membayar angsuran pokok dan bunga pada saat jatuh tempo. Jadi, kepentingan kreditor terhadap perusahaan adalah apakah perusahaan mampu membayar hutangnya kembali atau tidak. 3. Pemasok atau kreditor usaha lainnya Pemasok memerlukan informasi keuangan untuk menentukan besarnya penjualan kredit yang diberikan kepada perusahaan pembeli dan kemampuan membayar pada saat jatuh tempo. 4. Pelanggan Dalam beberapa situasi, pelanggan sering membuat kontrak jangka panjang dengan perusahaan, sehingga perlu informasi mengenai kesehatan keuangan perusahaan yang akan melakukan kerja sama. 5. Karyawan Karyawan dan serikat buruh memerlukan informasi keuangan guna menilai kemampuan perusahaan untuk mendatangkan laba dan stabilitas usahanya. Dalam hal ini, karyawan membutuhkan informasi untuk menilai kelangsungan hidup perusahaan sebagai tempat menggantungkan hidupnya. 6. Pemerintah Informasi keuangan bagi pemerintah digunakan untuk menentukan kebijakan dalam bidang ekonomi, misalnya alokasi sumber daya, UMR, pajak, pungutan, serta bantuan. 7. Masyarakat Laporan keuangan dapat digunakan untuk bahan ajar, analisis, serta informasi trend dan kemakmuran . 2.2.4 Komponen Laporan Keuangan Menurut Darsono dan Ashari (2005: 15) Laporan keuangan (financial statement) diungkapkan merupakan pernyataan manajemen tentang kondisi perusahaan yang dalam bentuk mata uang (Rupiah). Selain sebagai alat pertanggungjawaban, laporan keuangan harus dapat dijadikan bahan untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Fungsi inilah yang sangat diperlukan pemegang saham dan kreditor. Sedangkan Sastradipraja (2007: 1) komponen laporan keuangan adalah ”Laporan keuangan terdiri dari balance sheet, income statement, statement of cash flow, statement of shareholder’s equity dan notes to financial statement.” Komponen laporan keuangan dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Neraca Neraca menggambarkan kondisi keuangan dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun pada saat penutupan buku. Neraca ini memuat aktiva, utang, dan modal sendiri. 2. Laporan Laba Rugi Laporan Laba Rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan barang atau jasa dan beban-beban yang timbul dalam proses pencapaian hasil tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu (umumnya satu tahun). Unsur laporan laba rugi yaitu: a. Penghasilan Utama (Sales) Penghasilan utama dari perusahaan dagang, perusahaan jasa, atau perusahaan industri berupa hasil penjualan barang atau jasa kepada pembeli, langganan, penyewa, dan pemakai jasa lainnya. b. Harga Pokok Penjualan (Cost of Goods Sold) Bagi perusahaan dagang, harga pokok penjualan adalah harga pokok barang dagangan yang dibeli yang kemudian berhasil dijual selama suatu periode akuntansi. Bagi perusahaan industri harga pokok penjualan meliputi bebanbeban bahan dasar, tenaga kerja, dan ongkos pabrik tidak langsung yang telah dikeluarkan dalam proses pembuatan barang yang kemudian berhasil dijual dalam suatu periode akuntansi. c. Biaya Usaha (Operating Expenses) Biaya usaha timbul sehubungan dengan penjualan atau pemasaran barang atau jasa dan penyelenggaraan fungsi administrasi dan umum dari perusahaan yanf bersangkutan. Biaya usaha ini umumnya dipisahkan menjadi dua bagian, yakni biaya penjualan atau pemasaran (selling expenses) serta biaya umum dan administrasi (general and administrative expenses). Biaya penjualan mencakup biaya-biaya yang langsung berhubungan dengan penjualan dan pengiriman barang dagangan. Biaya umum dan administrasi meliputi biaya-biaya pengawasan umum dan penyelenggaraan administrasi kantor, pemeliharaan catatan akuntansi, dan lain-lain. d. Penghasilan dan Biaya Luar Usaha (Other Income and Expense) Penghasilan yang diperoleh dan biaya yang dikeluarkan yang tidak ada hubungannya dengan usaha pokok perusahaan. Penghasilan lain misalnya penghasilan bunga, penghasilan sewa, penghasilan dividen, penghasilan komisi, dan lain-lain. e. Pos-pos Insidentil (Extraordinary items) Pos-pos insidentil adalah laba atau rugi dari transaksi-transaksi yang jarang dilakukan atau transaksi yang bersifat insidentil. Misalnya laba atau rugi dari penjualan surat-surat berharga dan aktiva lain selain barang dagangan, koreksi atas laba yang diperoleh periode sebelumnya, pajak atas laba insidentil. 3. Laporan Arus Kas Laporan ini menggambarkan perputaran uang (kas dan bank) selama periode tertentu, misalnya bulanan atau tahunan. 4. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan Ekuitas menjelaskan perubahan modal, saldo laba, agio/disagio. Laporan ini menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan. Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan: a. Laba atau rugi bersih periode bersangkutan b. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi c. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik d. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya 5. Catatan atas Laporan Keuangan Isi catatan ini adalah penjelasan umum tentang perusahaan, kebijakan akuntansi yang dianut, dan penjelasan tiap-tiap akun neraca dan laba rugi. Bilamana penjelasan tiap akun neraca dan laba rugi masih perlu dirinci, maka dijabarkan dalam lampiran. 2.2.5 Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Darsono dan Ashari (2004: 25) laporan keuangan menggambarkan kondisi secara umum dari perusahaan. Oleh karena itu, laporan keuangan sebagai jendela untuk mengetahui isi rumah. Tidak terlepas dari keterbatasan. Keterbatasanketerbatasannya adalah sebagai berikut : 1. Penyajiannya dikelompokkan pada akun-akun yang material, tidak bisa rinci sekali. Kalau sangat rinci, laporan keuangan akan setebal bantal. 2. Laporan keuangan sering disajikan terlambat, sehingga informasinya kadaluarsa. Keterlambatan sebenarnya tergantung pada ketertiban administrasinya, jika sistemnya baik, maka akan cepat tersaji apalagi menggunakan komputerisasi. 3. Laporan keuangan menekankan pada harga historis (harga perolehan), sehingga jika terjadi perubahan nilai perlu dilakukan penyesuaian. 4. Penyajian laporan keuangan dilakukan dengan bahasa teknis akuntansi, sehingga bagi orang awam perlu belajar dulu, tetapi bagi pelaku bisnis akan mudah karena menggunakan bahasa bisnis. 5. Laporan keuangan mengikuti standar (SAK) yang mungkin terjadi perubahan aturan setiap tahun. Perlu diingat bahwa Ikatan Akuntan Indonesia terus melakukan penyempurnaan SAK untuk mencapai harmonisasi dengan standar akuntansi internasional. Tujuannya agar lebih berkualitas dan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan sejenis pada berbagai negara. Namun demikian, manfaatnya sangat besar dibandingkan keterbatasannya, karena kita dapat melihat gambaran secara umum perusahaan dari satu set laporan tersebut. Tanpa melihat fisik perusahaan, pembaca laporan keuangan dapat memperkirakan bagaimana besarnya dan efisiensi perusahaan. Karena adanya keterbatasan tersebut, dalam membaca laporan keuangan perlu berhati-hati dan perlu dilengkapi dengan informasi lain. Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi yang bersifat umum, sehingga tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan pemakai laporan keuangan. Selain itu, Jumingan (2008: 10) mengungkapkan adanya keterbatasan laporan keuangan, yaitu: 1. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan laporan antara (interim report), bukan merupakan laporan final, karena laba-rugi riil (laba-rugi final) hanya dapat ditentukan bila perusahaan dijual atau dilikuidasi. Karena alasan tersebut laporan keuangan perlu disusun untuk periode waktu tertentu. Waktu satu tahun umumnya dianggap sebagai periode akuntansi baku. Alokasi revenue dan cost sepanjang periode tertentu dipengaruhi pula adanya pertimbangan pribadi. 2. Laporan keuangan ditunjukan dalam jumlah rupiah yang tampaknya pasti. Sebenarnya jumlah rupiah ini dapat saja berbeda bila dipergunakan standar lain (karena adanya lebih dari satu standar yang diperkenankan). Apalagi bila dibandingkan dengan laporan keuangan seandainya perusahaan itu dilikuidasi, jumlah rupiahnya dapat sangat berbeda. Aktiva tetap dinilai berdasarkan harga historisnya, jumlahnya kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutannya. Jumlah bersihnya tidak mencerminkan nilai penjualan aktiva tetap. 3. Neraca dan laporan laba-rugi mencerminkan transaksi-transaksi keuangan dari waktu ke waktu. Selama jangka waktu itu mungkin nilai rupiah sudah menurun. 4. Laporan keuangan tidak memberikan gambaran yang lengkap mengenai keadaan perusahaan. Laporan keuangan tidak mencerminkan semua faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil usaha karena tidak semua faktor dapat diukur dalam satuan uang. Faktor tersebut misalnya kemampuan dalam menemukan penjual dam mencari pembeli, nama baik dan prestise perusahaan di mata masyarakat, kepercayaan pihak luar kepada perusahaan, efisiensi, loyalitas, dan integritas dari pimpinan dan karyawan, kualitas barang yang dihasilkan, kondisi pesaing-pesaingnya, keadaan perekonomian pada umumnya, dan sebagainya. 2.3 Analisis Laporan Keuangan Menurut Hanafi (2003: 70) beberapa hal perlu diperhatikan dalam analisis laporan keuangan yaitu : 1. Dalam analisis, analis juga harus mengidentifikasi adanya trend-trend tertentu dalam laporan keuangan. Untuk itu laporan keuangan lima atau enam tahun barangkali bisa digunakan untuk melihat trend tertentu. 2. Angka-angka yang berdiri sendiri sulit dikatakan baik tidaknya. Untuk itu diperlukan pembanding yang bisa dipakai untuk melihat baik tidaknya angka yang dicapai oleh perusahaan. Rata-rata industri bisa dan biasa dipakai sebagai pembanding. Meskipun angka rata-rata industri ini barangkali bukan merupakan pembanding yang paling tepat karena beberapa hal, misal karena perbedaan karakteristik rata-rata perusahaan dalam industri dengan perusahaan tersebut. Tetapi rata-rata industri tetap bisa dipakai untuk perbandingan. Alternatif lain apabila rata-rata industri tidak ada adalah dengan membandingkan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis. Perusahaan yang menjadi pembanding bisa jadi perusahaan yang menjadi leader dalam industri. 3. Dalam analisis perusahaan, membaca dan menganalisis laporan keuangan dengan hati-hati adalah penting. Diskusi atau pernyataan-pernyataan yang melengkapi laporan keuangan, seperti diskusi strategi perusahaan, diskusi rencana ekspansi atau restrukturisasi, merupakan bagian integral yang harus dimasukkan dalam analisisi. 4. Analisis barangkali akan memerlukan informasi lain. Kadangkala semua informasi yang diperlukan bisa diperoleh melalui analisis laporan keuangan. Kadangkala informasi tambahan diluar laporan keuangan diperlukan. Informasi tambahan ini bisa memberi analisis yang lebih tajam lagi. Sebagai contoh, analisis penurunan penjualan bila disertai dengan analisis perkembangan market share akan memberi pandangan baru kenapa penjualan bisa menurun. 2.3.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Sastradipraja (2007: 3) menyatakan bahwa : ”Analisis laporan keuangan merupakan suatu proses penguraian laporan keuangan ke dalam komponen laporan keuangan dan penelaahan masing-masing komponen laporan keuangan tersebut serta hubungan antar komponen, dengan menggunakan teknik-teknik analisis yang ada agar diperoleh pengertian yang tepat dan gambaran yang komprehensif tentang laporan keuangan tersebut.” Sedangakan dalam buku Stice, Stice dan Skousen (2005: 1262) berpendapat bahwa: ”Financial statement analysis is the examination of both the relationships among financial statement numbers and the trends in those numbers over time.” Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu metode yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dengan mempelajari hubungan angka-angka dalam laporan keuangan agar diperoleh gambaran yang tepat mengenai laporan keuangan tersebut. 2.3.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukakan sebagai berikut, menurut Harahap (2004: 195) : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain apa yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain : 1) Dapat menilai prestasi perusahaan. 2) Dapat memproyeksi keuangan perusahaan. 3) Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu : a. Posisi keuangan (Aset, Neraca, dan Modal) b. Hasil usaha perusahaan (Hasil dan Biaya) c. Likuiditas d. Solvabilitas e. Aktivitas f. Rentabilitas atau Profitabilitas g. Indikator Pasar Modal 4) Menilai perkembangan dari waktu ke waktu 5) Melihat komposisi struktur keuangan, arus dana Pembahasan tujuan analisis laporan keuangan akan lebih baik apabila dimulai dengan mengkonfrontir antara kepentingan para pemakai laporan keuangan, khususnya dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi dan karakteristik laporan keuangan itu sendiri. Dari sini akan diperoleh adanya kesenjangan antara informasi yang disajikan laporan keuangan dan informasi yang dibutuhkan oleh para pemakai. Pada satu sisi laporan keuangan menyajika informasi mengenai apa yang telah terjadi, sementara pada sisi lain, para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi mengenai apa yang mungkin akan terjadi di masa mendatang. Kesenjangan kebutuhan informasi ini pada akhirnya menuntut suatu pemecahan. Meskipun bukan merupakan satu-satunya sumber informasi, laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang cukup penting untuk pengambilan keputusan ekonomi. Untuk memecahkan kesenjangan kebutuhan informasi inilah diperlukan suatu analisis terhadap laporan keuangan, utamanya dalam memprediksi apa yang mungkin akan terjadi di masa datang. Analisis laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi beberapa tujuan, menurut Sastradipraja (2007: 4) : ”Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger, sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa yang akan datang, sebagai diagnosis terhadap masalah- masalah manajemen, operasi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen.” 2.3.3 Prosedur Analisis Laporan Keuangan Menurut Jumingan (2008: 240) prosedur analisis meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Review Data Laporan Aktivitas penyesuaian data laporan keuangan terhadap berbagai hal, baik sifat atau jenis perusahaan yang melaporkan maupun sistem akntansi yang berlaku. Sistem akuntansi yang diterapkan dalam memberi pengakuan terhadap pendapatan dan biaya akan menentukan jumlah pendapatan maupun laba yang dihasilkan perusahaan. Maksud dari perlunya mempelajari data secara menyeluruh ini adalah untuk meyakinkan pada penganalisis bahwa laporan keuangan itu sudah cukup jelas menggambarkan semua data keuangan yang relevan dan telah diterapkannya prosedur akuntansi maupun metode penilaian yang tepat, sehingga penganalisis akan betul-betul mendapatkan laporan keuangan yang dapat diperbandingkan (comparable). Dengan demikian, kegiatan review merupakan jalan menuju suatu hasil analisis yang memiliki tingkat pembiasan yang relatif kecil. 2. Menghitung Dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis dilakukan perhitungan-perhitungan, baik metode perbandingan, persentase perkomponen, analisis rasio keuangan, dan lain-lain. Dengan metode atau teknik apa yang akan digunakan dalam perhitungan sangat bergantung pada tujuan analisis. 3. Membandingkan atau Mengukur Langkah berikutnya setelah melakukan perhitungan adalah membandingkan atau mengukur. Langkah ini diperlukan guna mengetahui kondisi hasil perhitungan tersebut apakah sangat baik, baik, sedang, kurang baik, dan seterusnya. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan ratio financial perusahaan, yaitu cross sectional approach dan time series analysis. Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan. Dengan menggunakan pembandingan cross sectional haruslah dipenuhi persyaratan: a. perusahaan sejenis. b. periode/tahun pembandingan sama. c. ukuran (size) perusahaan relatif sama besar. Analsis dapat menggunakan data rasio industri untuk melakukan cross sectional dengan tetap memeuhi persyaratan pembandingan di atas. Adapun time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang dicapai perusahaan, apakah mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan keuangan perusahaan terlihat melalui tren dari tahun ke tahun. 4. Menginterpretasi Interpretasi merupakan inti dari proses analisis sebagai perpaduan antara hasil pembandingan/pengukuran dengan kaidah teoritis yang berlaku. Hasil interpretasi mencerminkan keberhasilan maupun permasalahan apa yang dicapai perusahaan dalam pengelolaan keuangan. 5. Solusi Langkah terakhir dari rangkaian prosedur analisis. Dengan memahami problem keuangan yang dihadapi perusahaan akan menempuh solusi yang tepat. Selanjutnya prosedur analisis keuangan dapat diilustrasikan dalam alur prosedur berikut ini. Data Laporan Keuangan 1. Neraca 2. Laporan Laba Rugi Cross Section 3. Laporan Arus Kas Review Menghitung Membandingkan Time Series Menginterpretasi 2.3.4 Solusi Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2004: 20) teknik analisis laporan keuangan dapat digunakan dengan berbagai metode antara lain : 1. Metode Komparatif 2. Analisis Tren 3. Laporan keuangan bentuk Commond Size 4. Metode Index Time Series 5. Analisis Rasio 6. Teknik Analisis lain seperti : Analisis sumber dan penggunaan dana Analisis Break Even Analisis Gross Profit Dupont Analysis 7. Model Analisis seperti : Bankruptcy model Net cash flow prediction model Take over prediction model Menurut Darsono dan Ashari (2004: 51) teknik analisis laporan keuangan adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah analisis rasio keuangan. Dalam analisis rasio, ada dua jenis perbandingan yang digunakan yaitu perbandingan internal dan perbandingan eksternal. Perbandingan internal yaitu membandingkan rasio saat ini dengan dengan rasio masa lalu dan masa yang akan datang dari perusahaan yang sama. Jika rasio keuangan ini diurutkan dalam jangka waktu beberapa tahun atau periode, pemakai dapat melihat kecendrungan rasio keuangan apakah mengalami penurunan atau atau peningkatan, yang menunjukkan kinerja atau kondisi keuangan perusahaan. Sedangkan perbandingan eksternal adalah membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau dengan rata-rata industri pada titik yang sama. Perbandingan ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang kondisi dan kinerja perusahaan relatif dan membantu mengidentifikasi penyimpangan dari rata-rata atau standar industri. Menurut Jumingan (2008: 43) metode dan teknik analisis laporan keuangan antara lain seperti : 1. Analisis perbandingan neraca, laporan laba rugi, dan laporan laba yang ditahan dengan menunjukkan: a. Data absolut (jumlah dalam rupiah); b. Kenaikan dan penurunan dalam jumlah rupiah; c. Kenaikan dan penurunan dalam persen; d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio; e. Persentase dari total. 2. Analisis perubahan modal kerja. 3. Analisis tren dari rasio unsur-unsur neraca dan data operasi yang ada kaitannya. 4. Analisis persentase per komponen dari neraca dan laporan laba rugi. 5. Analisis rasio yang memperlihatkan hubungan beberapa unsur neraca. 6. Analisis perbandingan dengan rasio industri. 7. Analisis perubahan pendapatan neto atau analisis perubahan laba bruto. 8. Analisis titik impas atau analisis break-even point. 2.3.5 Keterbatasan dan Kelemahan Analisis Laporan Keuangan Di dalam melakukan analisis laporan keuangan terdapat keterbatasan analisis atas laporan keuangan. Menurut Harahap (2004: 201), terdapat keterbatasan analisis laporan keuangan dan para analis harus memperhatikan keterbatasan laporan, seperti: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai laporan mengenai keadaan saat ini. 2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Informasi ini disajikan untuk dapat digunakan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak. Sehingga terpaksa selalu memperhatikan semua pihak pemakai yang sebanarnya mempunyai perbedaan kepentingan. 3. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Menurut Harahap (2004: 203) selain terdapat keterbatasan analisis laporan keuangan, mengemukakan bahwa kelemahan analisis laporan keuangan adalah: 1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar kesimpulan dari analisis itu tidak salah. 2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. Kita juga harus melihat aspek lainnya seperti: tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan budaya masyarakat. 3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan. 4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka misalnya: prinsip akuntansi, jenis industri, periode laporan dan jenis perusahaan aspek profit motive atau non profit motive. 2.4 Laporan Arus Kas 2.4.1 Pengertian Laporan Arus Kas Warren, Reeve dan Fess (2005: 590) berpendapat bahwa ”The statement of cashflows reports a firm’s major cash inflows and outflows for a period” Sedangkan Sumadji, Pratama dan Rosita (2006: 148) mengemukakan pengertian laporan arus kas adalah “Suatu laporan keuangan yang menunjukkan sumber-sumber kas dan penggunaan kas yang masuk atau keluar dalam suatu bisnis.” Sementara itu Harahap (2004: 257) berpendapat bahwa ”Laporan arus kas ini memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi pada kegiatan: operasi, pembiayaan, dan investasi.” Dari pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas adalah laporan keuangan yang menggambarkan/menunjukkan kegiatan keluar masuknya arus kas perusahaan pada suatu periode waktu tertentu dengan klasifikasi transaksi kegiatan operasi, pembiayaan, dan investasi. 2.4.2 Tujuan Laporan Arus Kas Menurut Harahap (2004: 243) “tujuan menyajikan laporan arus kas adalah memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.” Sedangkan tujuan laporan arus kas menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2007: 190) “the primary purpose of a statement of cash flows is to provide relevant information about the cash receipts and cash payments of an enterprise during a period.” Dari beberapa tujuan laporan arus kas, dapat disimpulkan bahwa laporan arus kas pada dasarnya adalah memberikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dalam suatu periode tertentu. 2.4.3 Kegunaan Laporan Arus Kas Berkaitan dengan tujuan laporan arus kas Darsono dan Ashari (2004: 90) berpendapat bahwa dengan menilai dan mengidentifikasi : 1. Kemampuan perusahaan untuk memperoleh arus kas masuk bersih di masa mendatang dari kegiatan operasi untuk membayar hutang, bunga dan dividen. 2. Kebutuhan dana dari pihak eksternal. 3. Alasan perbedaan antara penghasilan bersih dengan arus kas bersih dari kegiatan operasi. 4. Dampak dari investasi dan pendanaan transaksi kas maupun kas 5. Informasi arus kas historis sebagai alat prediksi arus kas di masa mendatang. Informasi arus kas mempunyai kegunaan yang lebih baik dalam menilai likuiditas perusahaan dibandingkan informasi yang ada pada neraca. Hal ini karena informasi akuntansi berbasis akrual banyak menggunakan alat-alat alokasi arbriter yang digunakan oleh akuntan. 2.4.4 Klasifikasi Laporan Arus Kas Penerimaan kas dan pembayaran kas selama suatu periode diklasifikasikan dalam laporan arus kas menjadi tiga aktivitas berbeda, yaitu aktivitas operasi, investasi, dan pembiayaan. Kieso, Weygandt dan Warfield (2007: 191) mengklasifikasikan laporan arus kas sebagai berikut: 1. Operating activities involve the cash effects of transactions that enter into determination of net income. 2. Investing activities include making and collecting loans and acquiring and disposing of investments (both debt and equity) and property, plant, and equipment. 3. Financing activities involve liability and owners equity items. They include : a. Obtaining resources from owners and providing them with a return on their investment and, b. Borrowing money from creditors and repaying the amounts borrowed. Sedangkan Harahap (2004: 245) mengklasifikasikan laporan arus kas sebagai berikut : 1. Kegiatan Operasi Perusahaan Yang termasuk dalam kelompok ini adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dna aktivitas pendanaan; seluruh transaksi dan peristiwa-peristiwa lain yang tidak dapat dianggap sebagai kegiatan investasi atau pembiayaan. Kegiatan ini biasanya mencakup: kegiatan produksi, pengiriman barang, pemberian servis. Arus kas dari operasi ini umumnya adalah pengaruh kas dari transaksi dan peristiwa lainnya yang ikut dalam menentukan laba. 2. Kegiatan Pembiayaan/Pendanaan Yang termasuk kegiatan pembiayaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman jangka panjang perusahaan, berupa kegiatan mendapatkan sumber-sumber dana dari pemilik dengan memberikan prospek penghasilan dari sumber dana tersebut, meminjam dan membayar utang kembali atau melakukan pinjaman jangka panjang untuk membayar utang tertentu. 3. Kegiatan Investasi Yang termasuk dalam arus kas kegiatan investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas, antara lain menerima dan menagih pinjaman, utang, surat berharga atau modal, aktiva tetap dan aktiva produktif lainnya yang digunakan dalam proses produksi. 2.4.5 Metode Laporan Arus Kas Untuk menyajikan Laporan arus kas ini menurut Harahap (2004: 263) dapat digunakan dua metode yaitu : 1. Metode Langsung (Direct Method) Dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompok-kelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari kegiatan operasi secara lengkap (gross), tanpa melihat laporan laba/rugi dan dilanjutkan dengan kegiatan investasi dan pembiayaan. 2. Metode Tidak Langsung (Indirect Method) Dalam Indirect Method penyajiannya dimulai dari laba rugi bersih dan selanjutnya dilaksanakan disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turun pos aktiva lancar dan uang lancar. Dalam metode ini net income disesuaikan (Reconcile) dengan menghilangkan non cash transaction : a. Pengaruh transaksi yang masih belum direalisasikan (deffered) dari arus kas masuk dan keluar dari transaksi yang lalu seperti perubahan jumlah persediaan deferal income, arus kas masuk dan keluar yang “accrued” seperti piutang dan utang. b. Pengaruh perkiraan yang terdapat dalam kelompok investasi dan pembiayaan yang tidak mempengaruhi kas seperti penyusutan, amortisasi, laba rugi dari penjualan aktiva tetap dan dari operasi yang dihentikan (yang berkaitan dengan investasi), laba rugi pembatalan utang (transaksi pembiayaan). 2.4.6 Analisis Rasio Arus Kas Harahap (2004: 257) berpendapat bahwa dengan melakukan analisis arus kas, kita dapat mengetahui: 1. Kemampuan perusahaan meng’generate’ kas, merencanakan, mengontrol arus kas masuk dan arus kas keluar perusahaan pada masa lalu; 2. Kemungkinan keadaan arus kas masuk dan keluar, arus kas bersih perusahaan, termasuk kemampuan membayar dividen di masa yang akan datang; 3. Informasi bagi investor dan kreditor untuk memproyeksikan return dari sumber kekayaan perusahaan; 4. Kemampuan perusahaan untuk memasukkan kas ke perusahaan di masa yang akan datang; 5. Alasan perbedaan antara laba bersih dibandingkan dengan penerimaan dan pengeluaran kas; 6. Pengaruh investasi baik kas maupun bukan kas dan transaksi lainnya terhadap posisi keuangan perusahaan selama satu periode tertentu. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang mencantumkan laporan arus kas ke dalam laporan keuangan, membuat penggunaan informasi laporan arus kas sebagai alat analisis kinerja perusahaan semakin meningkat. Salah satu analisis kinerja keuangan adalah dengan menggunakan laporan arus kas adalah analisis rasio laporan arus kas. Darsono dan Ashari (2005: 91) mengemukakan analisis laporan arus kas ini menggunakan komponen dalam laporan arus kas dan komponen neraca dan laporan laba rugi sebagai alat analisis rasio. 2.4.6.1 Rasio Arus Kas Operasi (AKO). Rasio arus kas operasi menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar. Rasio ini diperoleh dengan membagi arus kas operasi dengan kewajiban lancar. AKO = Jumlah Arus Kas Operasi Kewajiban Lancar Rasio arus kas operasi ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar jangka pendeknya tanpa menggunakan arus kas aktivitas lainnya. Ketidakmampuan perusahaan menghasilkan arus kas operasi untuk membayar kewajiban lancarnya dapat mengakibatkan terjadinya kebangkrutan perusahaan. 2.4.6.2 Rasio Cakupan Arus Dana (CAD) Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya (bunga, pajak, dan dividen preferen). Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut: CAD = EBIT Bunga + Penyesuaian Pajak + Dividen Preferen Ket. EBIT = Pendapatan Sebelum Bunga dan Pajak 2.4.6.3 Rasio Cakupan Kas Terhadap Bunga (CKB) Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang yang telah ada. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut: CKB = Arus Kas Operasi + Bunga + Pajak Bunga 2.4.6.4 Rasio Cakupan Kas terhadap Utang Lancar (CKHL) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi bersih. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut: CKHL = Arus Kas Operasi + Dividen Kas Hutang Lancar 2.4.6.5 Rasio Pengeluaran Modal (PM) Rasio ini digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut: PM = Arus Kas Operasi Pengeluaran Modal 2.4.6.6 Rasio Total Hutang (TH) Rasio ini menunjukkan jangka waktu pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk membayar hutang. Rasio ini diperoleh dengan rumusan sebagai berikut: TH = Arus Kas Operasi Total Hutang Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menganalisis jangka waktu berapa lama perusahaan akan mampu membayar hutang dengan menggunakan arus kas yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan. 2.5 Konsep Kinerja 2.5.1 Pengertian Kinerja Sumadji, Pratama dan Rosita (2006: 518) mengungkapkan, kinerja adalah istilah umum yang menggambarkan tindakan atau aktivitas suatu organisasi selama periode tertentu, seiring dengan referensi pada sejumlah standar, seperti biaya masa lalu atau biaya yang diproyeksikan, pertanggungjawaban manajemen, dan sejenisnya. Menurut Tika (2006: 121) kinerja adalah “hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu.” Dengan demikian, kinerja merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang menggambarkan tindakan organisasi selama periode tertentu dengan referensi pada standar, untuk mencapai tujuan organisasi. 2.5.2 Pengukuran Kinerja Menurut Umar (2008: 370) metode untuk mengukur kinerja adalah menggunakan Balanced scorecard. Teknik balanced scorecard kini mulai mendapat banyak perhatian praktisi bisnis maupun peneliti manajemen, padahal keempat perspektif dari teknik ini yaitu perspekif keuangan, pelanggan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan adalah hal-hal konvensional dalam perusahaan. Ternyata, perhatian yang demikian itu terlepas dari kemampuan teknologi sistem informasi yang makin memasyarakat. Keempat perspektif menawarkan suatu keseimbangan (balance) antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang, yaitu hasil (outcome) yang diinginkan, pemicu kinerja, dan tolok ukur. Balanced scorecard mempertahankan perspektif keuangan karena tolok ukur keuangan berguna untuk mengikhtisarkan konsekuensi tindakan ekonomi yang telah diambil. Tolok ukur kinerja keuangan menunjukkan apakah strategi, implementasi, dan eksekusi perusahaan memberi kontribusi pada perbaikan laba. Tujuan finansial biasanya berkaitan dengan kemampulabaan. Perspektif keuangan menggambarkan konsekuensi tindakan ekonomi yang diambil dalam ketiga perspektif yang lain. Perspektif pelanggan mendefinisikan pelanggan dan segmen pasar dimana unit usaha akan bersaing. Persepektif proses usaha internal melukiskan proses internal yang diperlukan untuk memberikan nilai bagi pelanggan dan pemilik. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mendefinisikan kapabilitas yang diperlukan induk organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang dan perbaikan. Penekanan pendekatan balanced scorecard adalah pada perbaikan yang berkesinambungan (continous improvement), bukan hanya sekedar pada pencapaian suatu tujuan yang sempit, seperti laba sekian miliar rupiah. Perbaikan yang berkesinambungan ini penting agar organisasi dapat bersaing. 2.6 Hubungan Analisis Rasio Arus Kas dengan Kinerja Perusahaan Laporan keuangan dapat digunakan sebagai alat ukur dalam mengukur kinerja dan mengetahui kondisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan selama periode tertentu. Kinerja suatu perusahaan dapat diukur dengan melakukan analisis laporan keuangan yang biasa dilakukan oleh para pengguna laporan keuangan. Dari hasil analisis tersebut dapat dilihat prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan manajemen dalam mengambil keputusan. Salah satu bentuk analisis laporan keuangan adalah dengan menggunakan analisis rasio arus kas. Kas merupakan aktiva lancar yang paling likuid dan dapat menggambarkan kondisi perusahaan, dimana tingkat likuiditas perusahaan merupakan salah satu indikator di dalam pengukuran kinerja perusahaan. Semua perusahaan membutuhkan arus kas untuk menjalankan kegiatan operasional, kegiatan investasi dan kegiatan pendanaan perusahaan. Laporan arus kas dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai kas perusahaan. Dengan melihat dan menganalisis laporan arus kas perusahaan, para pemakai laporan keuangan dapat menilai tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola sumber dan penggunaan kas perusahaan.