Telaah konsepsi korupsi dalam perspektif hukum islam

advertisement
Telaah konsepsi korupsi dalam perspektif hukum islam
Oleh :
Andi Rakhman Dira
E0004083
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai suatu agama, Islam mengatur seluruh sendi kehidupan manusia
mulai dari hubungan dengan tuhan/spiritual, ekonomi, sosial, hukum, politik
dan berbagai aspek kehidupan lainnya. salah satu karakteristiknya adalah
syumul (universal), yang berarti meliputi semua jaman dan terbentang luas
mencakup seluruh cakrawala manusia dan begitu mendalam sehingga memuat
urusan dunia akhirat tidak terbatas ruang dan waktu.
Islam merupakan wahyu dari Allah Swt untuk umat manusia yang
diturunkan melalui nabi dan rasul-rasulnya karena itu agama ini sering disebut
dienullah /agama Allah Swt (bukan mohammadanisme). Orisinalitas ajarannya
bebas
dari
penambahan
dan
pengurangan
manusia,
serta
bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bahkan sebagai sumber ajaran Islam,
Al Quran memperoleh jaminan keaslian dari Allah Swt (Tim Penyusun,
2007:80).
Islam tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, Rahmat Rosyadi
mengatakan bahwa menempatkan Islam sekedar agama moral spiritual sama
artinya mengebiri dan mengerdilkan kesempurnaan Islam. Islam tidak boleh
direduksi sekedar sistem keyakinan (akidah) saja atau diposisikan hanya untuk
hubungan manusia dengan tuhannya belaka. Akan tetapi Islam harus
termanifestasikan secara utuh di dalam akidah, syariat dan akhlak (Rahmat
Rosyadi, 2006 : 13).
2
Dalam perjalannya kemudian dikenal istilah “Hukum Islam”, istilah ini
sesungguhnya tidak dikenal dalam Islam, istilah ini muncul ketika sarjanasarjana barat meneliti mengenai ajaran Islam kemudian muncul istilah
“Islamic law”, Islamic law disini berarti : “keseluruhan kitab Allah Swt yang
mengatur kehidupan setiap muslim dari segala aspeknya” (Muhammad Syah,
1992:17). Kata Islamic law inilah yang kemudian diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia menjadi Hukum Islam.
1
Hukum Islam bersumber kepada tiga hal yaitu Alquran, Hadist dan ar
rayu (pikiran manusia), ketiga sumber ini pada dasarnya sangat luwes atau
mampu mengikuti perkembangan jaman. Sulaiman Abdullah menyatakan
bahwa
Sumber Hukum Islam sesungguhnya bagaikan mata air yang tak pernah
kering bahkan memiliki deposit yang mampu menyirami setiap
perkembangan Hukum yang memenuhi tuntutan keadilan dan
kepentingan /maslahat umat sepanjang masa yang berbeda dan tempat
yang berlainan budaya. Semua kaum muslimin dapat mengikuti
perkembangan peradaban dan peningkatan kepentingan kemaslahatan
dan mereka tidak menemui hambatan dalam mencari hukumnya asal saja
mereka menemukan dan memanfaatkan cahaya yang menunjukkan
hukumya, cahaya yang mampu menembus batas ruang dan waktu asal
saja perkembangan dan peningkatan itu memang sesuatu yang menerima
cahaya (Sulaiman Abdullah, 1995:9).
Oleh sebab inilah Hukum Islam dapat diterapkan baik itu dimasa lalu
masa sekarang maupun masa depan. Permasalahan-permasalahan yang
muncul di masa sekarang tetap dapat diatur dengan Hukum Islam karena pintu
ijtihad masih terbuka untuk mengakomodirnya.
Bahkan G Bernard Shaw dalam The Genuine Islam (vol I No. 81936)
menyatakan bahwa Islam merupakan satu-satunya agama yang memiliki
kapasitas penyesuaian terhadap perubahan fase kehidupan, yang
membuatnya menarik untuk segala usia. Selain itu disampaikan pula
bahwa andaikan Islam menjadi diktator maka akan berhasil
menyelesaikan masalah-masalah dunia modern dan dapat memenuhi
kebutuhan akan kedamaian (G Bernard Shaw dalam Tim Penyusun,
2006:45).
3
Sebagai suatu sistem yang lengkap maka tidak ada suatu permasalahan
yang tidak diatur di dalam Hukum Islam baik permasalahan yang kecil
ataupun besar. Salah satu permasalahan yang cukup serius di jaman modern
ini adalah korupsi. Korupsi memang bukan masalah baru, korupsi sudah ada
bahkan sejak jaman peradaban Assyria pada abad ke 13 (Jeremy Pope 2007:
8) tetapi korupsi masih ada bahkan terus berkembang sampai sekarang.
Penderitaan rakyat akibat ulah para koruptor yang merajalela tanpa rasa takut
dan malu, sudah membuat rakyat hidup sengsara dan memprihatinkan.
Kekayaan negara yang sedianya diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat,
dikorup dan diambil oleh berbagai oknum pejabat maupun penyelengara
negara sejak dari tingkat yang paling bawah maupun tingkat paling atas.
Korupsi sudah terjadi di semua negara, baik negara maju maupun negara
berkembang, baik negara sekuler maupun di negara-negara Islam, Tetapi
negara berkembang yang dilanda korupsi lebih parah akibatnya, karena dana
pembangunan yang jumlahnya terbatas apabila dikorupsi mengakibatkan
terhambatnya pembangunan, lain halnya dengan negara maju seperti Jepang
yang dana pembangunannya cukup, korupsi relatif tidak begitu terasa
akibatnya. Itulah sebabnya Negara-negara maju yang terserang korupsi
pembangunannya tetap berjalan (Baharudin Lopa, 2001:1). Robert Klitgard
mengatakan bahwa korupsi sulit diberantas karena terkadang korupsi tersebut
sudah menjadi budaya di dalam masyarakat asli suatu daerah, misalnya
budaya suap dan nepotisme di daerah Meksiko, di Negara ini suap dan
nepotisme sulit diberantas karena masyarakatnya mempunyai kebiasaan
memberi hadiah kepada kepala suku yang dapat dianggap sebagai pejabat,
atau rasa tidak enak ketika tidak membantu teman atau keluarga meskipun
dengan melanggar hukum, fakta bahwa ada sebagian budaya yang mendukung
korupsi memang tidak dapat dipungkiri tetapi bagaimanapun juga korupsi
tetap harus diberantas karena korupsi menimbulkan dampak negatif yang
sedemikian besar, uang yang seharusnya digunakan untuk kemakmuran rakyat
ternyata digunakan untuk kepentingan pribadi hal ini mengakibatkan
4
terhambatnya pembangunan dan kesengsaraan masyarakat (Robert Klitgard
dalam Baharudin Lopa, 2001:12).
Melihat kerugian yang ditimbulkan maka korupsi mau tidak mau harus
diberantas. Di dalam Hukum Islam korupsi masuk ke dalam Hukum Publik
atau Hukum Pidana Islam. Hukum Pidana Islam (jinayah) mengenal juga
istilah kejahatan atau lebih dikenal dengan jarimah, jarimah ada tiga macam
yaitu jarimah hudud, jarimah qishas/diyat dan jarimah ta’zir (H.A Djazuli,
2000:13). Jarimah hudud dan jarimah diyat adalah jarimah yang jenis dan
sanksinya secara tegas diatur di dalam Al Quran dan Hadis (misalnya
pembunuhan, pencurian, zina). sedangkan jarimah ta’zir adalah jarimah yang
sanksinya tidak disebutkan secara tegas di dalam Al Qur’an dan Hadis.
biasanya jarimah ta’zir hanya berupa larangan-larangan tetapi sanksinya tidak
tegas atau hanya berupa sanksi akherat, (contoh: riba, makan harta anak
yatim) jarimah ta’zir dapat juga berbentuk kejahatan-kejahatan yang
bentuknya ditentukan oleh ulil amri (pemimpin).
Melihat penggolongan tersebut korupsi masuk ke dalam golongan
jarimah ta’zir. Sebagian besar perbuatan-perbuatan yang dikenal sebagai
korupsi di jaman sekarang sebagian sudah ada di dalam Al Quran dan hadis,
tetapi sanksinya secara tegas belum disebutkan kalaupun ada sanksinya berupa
sanksi akherat, bukan hukuman di dunia sehingga menjadi kewenangan
penguasa untuk menentukan sanksinya.
Tetapi ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa korupsi sama
dengan mencuri, sehingga mengandung konsekwensi bahwa korupsi masuk ke
dalam jarimah hudud, dengan sanksi yang sama dengan mencuri yaitu potong
tangan. padahal akibat yang ditimbulkan oleh korupsi dapat berkali-kali lipat
dibandingkan dengan pencurian. Pendapat ini mengandung kelemahan karena
ada perbedaan yang tegas antara korupsi dan pencurian. Korupsi adalah
tindakan mengambil sesuatu yang berguna bukan milik dan bukan pula
5
haknya. Pencuri juga mengambil harta yang bukan milik/haknya, sedang harta
itu berada pada tempatnya yang biasa, diambil secara sembunyi-sembunyi.
Koruptor dan pencuri sama-sama mengambil benda berharga yang bukan
milik/hartanya. Perbedaan korupsi dan mencuri terletak pada cara mengambil,
tempat barang yang diambil, akibat pada pemilik barang, pengaruh perbuatan
itu kepada kehidupan masyarakat umum. Melakukan korupsi lebih mudah
karena pelakunya tahu benar tempat harta yang mau diambilnya, apalagi harta
itu termasuk kekuasaannya dan cara mengambilnya pun mudah. Akan tetapi,
akibat atau pengaruhnya pada kehidupan lebih besar, karena yang diambil itu
milik bersama (uang negara) yang dimaksudkan untuk kesejahteraan rakyat.
Ada juga ulama yang menyamakan korupsi dengan suap (al riswah), Pendapat
ini tidak sepenuhnya salah karena memang suap adalah salah satu jenis
korupsi tetapi menyamakan korupsi dengan suap akan mempersempit arti
korupsi. Suap termasuk tindakan korupsi tetapi suap bukanlah satu-satunya
tindakan korupsi, banyak tindakan yang dikategorikan korupsi selain suap.
Barangkali tindakan-tindakan selain suap yang sekarang dikatakan korupsi
secara implisit sudah dicakup dalam kitab fiqh tentang tindakan kriminal
berkenaan dengan harta.
Salah satu tanggung jawab dan beban tugas yang harus dipikul dalam
bidang Hukum Islam, adalah mengkaji tentang korupsi dan sanksinya, karena
di satu sisi para pelaku korupsi banyak yang beragama Islam dan di sisi lain
dalam kitab-kitab fiqh klasik sulit ditemukan term korupsi, baik mengenai
konsep maupun sanksinya, yang banyak dibahas dalam kitab-kitab fiqh klasik
berkenaan dengan tindakan kriminal dalam masalah harta adalah pencurian (al
sariqoh), dan perampokan (al hirabah). Apakah tindakan korupsi dikategorian
sebagai pencurian, perampokan, atau sesuatu yang lain?
Berbagai pendapat mengenai korupsi ini memang tidak menimbulkan
perpecahan yang cukup besar dalam kalangan umat Islam pada umumnya.
Tetapi rumusan atau kesatuan pendapat mengenai apa sebenarnya konsepsi
6
korupsi menurut Hukum Islam sangatlah perlu dicari, Hal ini berguna bagi ulil
amri (penguasa/pemimpin) dalam merumuskan sanksi yang tepat bagi korupsi.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
lebih jauh mengenai konsepsi korupsi dalam perspektif Hukum Islam dalam
penulisan hukum yang berjudul “Telaah Konsepsi Korupsi dalam
Perspektif Hukum Islam”.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian hukum ini, permasalahan yang ingin peneliti peroleh
jawabanannya adalah “bagaimanakah konsepsi korupsi menurut Hukum
Islam?”
C. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian pastilah mempunyai tujuan yang jelas
demikian pula penelitian ini mempunyai tujuan objektif dan tujuan subjektif
sebagai berikut:
1. Tujuan Objektif
Tujuan objektif dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui
konsepsi korupsi dalam perspektif Hukum Islam
2. Tujuan Subjektif
a. Tujuan subjektif dalam penelitian ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan penulis di bidang Hukum Islam
b. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar
kesarjanaan dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret
D. Manfaat penelitian
7
1. Manfaat Teotitis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu
hukum pada umumnya dan Hukum Islam pada khususnya, terutama
mengenai konsepsi korupsi dalam perspektif Hukum Islam
2. Manfaat Praktis
a. Untuk memberikan jawaban atas masalah yang diteliti
b. Untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir yang
dinamis sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh
E. Metode Penelitian
Metode merupakan cara yang utama yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan, untuk mencapai tingkat ketelitian, jumlah dan jenis yang
dihadapi. Akan tetapi dengan mengadakan klasifikasi yang berdasarkan pada
pengalaman, dapat ditentukan teratur dan terpikirkannya alur yang runtut dan
baik untuk mencapai suatu maksud (Winarno Surakhmat, 1982:131).
Penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan, gejala atau hipotesa, usaha mana
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah (Sutrisno Hadi, 1989:4).
Dengan demikian pengertian metode penelitian adalah cara yang teratur
dan terpikir secara runtut dan baik dengan menggunakan metode ilmiah yang
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan maupun
guna menguji
kebenaran maupun ketidakbenaran dari suatu pengetahuan, gejala atau
hipotesa.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian hukum normatif atau penelitian hukum kepustakaan, yaitu
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
8
data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder dan bahan hukum tersier. Bahan-bahan tersebut disusun secara
sistematis, dikaji, kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya
dengan masalah yang diteliti (Soekanto dan Mamudji, 2003: 14).
2. Sifat Penelitian
Penelitian yang penulis susun ini merupakan jenis penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bertujuan
menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu keadaan, gejala, atau
kelompok tertentu, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan suatu
gejala dengan gejala lain (Amirudin dan Z Asikin, 2004: 25). Dalam
penelitian ini penulis menggambarkan mengenai konsepsi korupsi dalam
perspektif hukum Islam.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian normatif. Dalam
kaitannya dengan penelitian normatif, digunakan pendekatan konseptual
(conceptual approach). Konsep dalam pengertian yang relevan adalah
unsur-unsur abstrak yang mewakili kelas-kelas fenomena dalam suatu
bidang studi yang kadangkala menunjuk pada hal-hal yang universal yang
diabstraksikan dari hal-hal yang partikular. Salah satu fungsi konsep
adalah memunculkan objek-objek yang menarik perhatian dari sudut
pandangan praktis dan sudut pengetahuan dalam pikiran dan atribut-atribut
tertentu (Johnny Ibrahim, 2006:310).
Dalam penelitian hukum ini penulis mencoba untuk menjadikan
korupsi sebagai suatu konsep yang kemudian dicari padanannya dalam
Hukum Islam.
4. Jenis Data
Jenis data yang penulis pergunakan dalam penelitian ini berupa data
sekunder, yaitu data atau informasi hasil penelaahan dokumen penelitian
9
serupa yang pernah dilakukan sebelumnya, (Soekanto dan Mamudji, 2003:
13) bahan kepustakaan seperti buku-buku, literatur, koran, majalah, jurnal
maupun arsip-arsip yang berkesesuaian dengan penelitian yang dibahas
yaitu mengenai korupsi dan Hukum Islam
5. Sumber Data
Sumber data merupakan tempat data diperoleh. Sumber data dalam
penelitian ini adalah sumber data sekunder yaitu tempat kedua diperoleh
data. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berupa
a. bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang mengikat, terdiri dari:
1) Al Quran
2) Al Hadis
3) Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo Undang-undang
Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
b. bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti hasil karya ilmiah
para sarjana, hasil penelitian, buku-buku, majalah, internet, dan
makalah
c. bahan hukum tersier atau penunjang, yaitu bahan-bahan hukum yang
bersifat menunjang bahan hukum primer dan sekunder yang berupa
kamus bahasa inggris-indonesia, kamus umum bahasa indonesia,
kamus arab indonesia dan lainnya (Burhan Ashofa 2001:104).
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam suatu penelitian merupakan hal yang sangat
penting. pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara
pengumpulan (dokumentasi) data-data sekunder. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah teknik studi pustaka atau collecting by library
10
(Amirudin dan Z Asikin, 2004:68) untuk mengumpulkan dan menyusun
data yang diperlukan.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dipergunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, yakni suatu uraian
mengenai cara-cara analisis berupa kegiatan mengumpulkan data
kemudian diedit dahulu untuk selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan
yang sifatnya kualitatif (Burhan Ashshofa, 2001:61-62), yaitu data yang
berisikan sejumlah penjelasan dan pemahaman mengenai isi dan kualitas
isi dan gejala-gejala sosial yang menjadi sasaran atau objek penelitian.
(Burhan Ashofa, 2001:69).
Teknik analisis data ini dilakukan melalui logika induksi (dari hal
khusus ke hal umum). yaitu suatu logika dalam penelitian yang digunakan
untuk menarik kesimpulan dari kasus individual nyata menjadi kesimpulan
yang bersifat umum (Johny Ibrahim, 2006:249).
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk memberi gambaran secara menyeluruh mengenai sistematika
penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru penulisan hukum maka
penulis menggunakan sistematika penulisan hukum. Adapun sistematika
penulisan hukum ini terdiri dari empat bab yang tiap-tiap bab terbagi
kedalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan pemahman
terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan hukum
tersebut adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
11
Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan hukum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisi tentang tinjauan umum
mengenai
Hukum Islam, tinjauan umum tentang korupsi
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab
permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu
mengenai konsepsi korupsi dalam perspektif hukum Islam
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini berisi simpulan dari jawabam permasalahan
yang menjadi objek penelitian dan saran-saran penulis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Download