Kingdom News 23 MARCH 2014 mata ganti mata Article source from Renungan harian online Ayat bacaan: Amsal 10:12 “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.” “Kalau orang baik, saya akan 100x lebih baik kepadanya..tapi kalau orang berbuat jahat dan menyakiti saya, saya akan 1000x lipat membalasnya.” Demikian seorang teman suatu kali menyatakan prinsipnya. Prinsip yang sangat ekstrim. Ekstrim, tapi ada banyak orang yang punya pikiran sama seperti ini. Kalau tidak separah itu, minimal orang akan berpikir untuk membalas. Kalau orang jual, saya beli. Seperti itu kira-kira. Kalau disakiti, sakiti balik. Kalau dirugikan, rugikan lagi. Kalau dkecewakan, balas kecewakan. Ada banyak orang yang menggantungkan niat berbuat baik atau jahat tergantung dari bagaimana reaksi atau sikap yang mereka dapat dari orang lain. Apakah seperti itu yang harus kita lakukan? Bagaimana cara kita menghadapi orang-orang yang berlaku bodoh? Apakah perbuatan baik memang harus berupa balas membalas? Pada hukum Taurat ada sebuah hukum yang berlaku seperti itu, yaitu mata ganti mata. Kita bisa menjumpai perihal mata ganti mata ini dalam beberapa bagian kitab Perjanjian Lama, diantaranya dalam Imamat 24:19-20, Ulangan 19:21 dan Keluaran 21:24. Hukum ini diberlakukan dengan tujuan untuk mencegah semangat balas dendam yang berlebihan yang sering terjadi saat itu. Hukum yang sudah berusia sangat tua ini ternyata masih dianggap relevan oleh banyak orang sampai saat ini. Prinsip balas dendam ini berlaku bukan saja untuk perorangan, tapi seringkali sudah menyangkut lintas suku, kepercayaan, lingkungan warga bahkan bangsa dan negara. Lihatlah bahwa peperangan kerap kali terjadi disebabkan oleh prinsip mata ganti mata alias balas membalas. Sayangnya ini bukan saja dilakukan oleh orang-orang dunia, tetapi orang percaya masih banyak yang menganut prinsip balas dendam ini. Ketika kita disakiti, kita pun tidak akan tinggal diam untuk membalas, malah kalau bisa lebih sakit lagi. Ketika kita merasa dikecam, dipersulit, dipermalukan atau dihujat orang, kita menganggap wajar atau manusiawi kalau membalas kembali. Jika tidak, artinya kita menyerah kalah dan akan semakin dipijak-pijak. Kita meletakkan harga diri disana. Padahal jika dipikir lagi, apa yang bisa kita dapatkan dari balas dendam seperti itu? Kepuasan? Biasanya tidak, karena masalah puas dan tidak itu sangat subjektif dan begitu semu. Kecenderungan kita Spring of pleasant surprises Psalm 90:14 “Surprise us with love at daybreak; then we’ll skip and dance all the day long.” (MSG) Mazmur 90:14 “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami.” kingdomnews 02 weeklydevotional adalah membalas, bahkan kalau bisa lebih parah dari apa yang diperbuat orang. We like to fight fire with fire. Itulah yang adil menurut pandangan banyak orang. Padahal yang sering terjadi, kita hanya akan menambah masalah, menambah bahan bakar pada api yang sudah menyala. Api akan semakin besar, dan pada akhirnya kita tidak lagi bisa meredamnya. Kehancuran suatu generasi atau bangsa pun bisa menjadi akibat dari pola pikir balas dendam seperti ini. Sejarah sudah membuktikan itu. Bagaimana pandangan firman Tuhan akan hal ini? Firman Tuhan hadir lewat Petrus. “Sebab inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan kepicikan orang-orang yang bodoh.” (1 Petrus 2:15). Tuhan ternyata mengingatkan kita untuk melawan kecaman, serangan dari orang lain bukan dengan membalas, melainkan lewat perbuatan baik. When the fire starts, we have to stop it. Bukan malah dengan menambah bara api untuk semakin menjadi-jadi tapi memadamkannya. Dengan cara apa? Dengan tetap berbuat baik bahkan terus mendoakan mereka dan memohon pengampunan bagi mereka. Seperti itulah yang seharusnya dilakukan orang percaya, dan dengan cara demikian kita akan mampu membungkam kepicikan mereka yang telah menyakiti kita. Firman Tuhan bahkan berkata: “Kebencian menimbulkan pertengkaran, tetapi kasih menutupi segala pelanggaran.” (Amsal 10:12). Kalau kebencian tidak membawa kebaikan apa-apa selain malah menambah masalah, sedang kasih justru mampu menutupi segala pelanggaran yang mungkin muncul, mana yang sebaiknya kita pilih? Mengapa kita masih berpikir bahwa adalah wajar untuk membalas sakit hati dan mengira bahwa mengampuni dan mendoakan merupakan pilihan yang tidak tepat? Yesus datang membawa pesan akan sebuah paradigma baru yang pasti terdengar kontroversial pada masa itu, terutama bagi mereka yang mendalami hukum Taurat. Yesus memulainya dengan menyitir hukum Taurat mengenai mata ganti mata di atas. “Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” (Matius 5:38-39). Kontroversial, bahkan sepertinya mustahil dilakukan ketika kita tengah dirugikan atau disakiti orang lain. Kemudian Yesus melanjutkan: “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (ay 43-44). Sulit? Mungkin saja. Tetapi kita harus mampu mencapai tingkatan seperti itu, “karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga...” (ay 45). Salah satu tugas Yesus turun ke dunia ini adalah untuk menggenapi hukum Taurat. “Janganlahkamumenyangka,bahwaAkudatang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.” (Matius 5:17). Sebagai pengikutNya, kita diharuskan untuk menjalankan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Berhadapan dengan orang sulit? Orang yang menghujat, mengecam, menjelek-jelekkan kita, bahkan menyakiti kita? Hadapi bukan lagi dengan membalas, mendebat mreka kembali, bukan dengan membela diri kita dengan segala cara, melainkan dengan terus melakukan perbuatan baik dan mendoakan mereka. Lawan kebencian dengan kasih yang telah dianugerahkan Tuhan secara langsung dalam diri kita. Itulah yang menjadi kehendak Allah. Tuhan Yesus sendiri telah memberi teladan secara langsung dalam masamasa kedatanganNya turun ke bumi. Dalam perjalananNya di muka bumi ini bukan hanya 03 kingdomnews weeklydevotional sekali dua kali Yesus menghadapi kecaman oleh kalangan rohaniwan di masa itu, tapi Dia tidak pernah membalas dengan perlawanan kembali. Sebagai gantinya, Kisah Para Rasul 10:38 memberikan kesaksian indah mengenai apa yang diperbuat Yesus menghadapi itu semua. “..tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” Secara konsisten Yesus terus fokus untuk menjalankan tugas yang digariskan Bapa. Bahkan ketika menghadapi siksaan mengerikan yang sangat sadis hingga wafatNya di atas kayu salib sekalipun. Bukankah Yesus masih memohonkan pengampunan kepada orangorang yang telah begitu kejam menyiksaNya? “Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34). Don’t fight fire with fire, don’t fight hatred with more hatred, but fight it with love. Jangan lawan kobaran api dengan menambah bahan bakar, tetapi padamkanlah dengan kasih. Tuhan tidak menginginkan kebencian apalagi sampai pembalasan dendam untuk menjadi prinsip hidup kita. Tuhan menginginkan kita untuk bisa hidup damai dengan semua orang, termasuk dengan orang-orang yang sulit dan kerap menyakiti kita sekalipun. “Sedapatdapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Roma 12:18). Jangan tergoda untuk membalas perbuatan jahat orang lain terhadap diri kita, tetapi ikutilah petunjuk kebenaran ketetapan Tuhan. Bungkamlah kecaman picik dengan terus berbuat baik dan teruslah hidup dengan berpegang pada ketetapan Tuhan meski mungkin aneh di mata manusia. Jika kita melakukan itu, maka pada suatu saat, ketika semua kecaman itu memudar, kita akan mendapatkan diri kita tetap berdiri teguh tanpa harus kehilangan segala yang terbaik yang telah Dia sediakan sejak semula pada kita. “Tetapi yang terutama: kasihilah sungguhsungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.” (1 Petrus 4:8) Pelajaran Dari Seorang Nenek Penjual Sapu S eorang teman menceritakan kekagumannya pada seorang nenek yang mangkal di depan Pasar Godean, Sleman, Yogyakarta. Ketika itu hari Minggu, saat dia dan keluarganya hendak pulang. Ibu dan teman saya tergoda membeli ayam goreng untuk makan malam. Di samping warung ayam goreng tersebut ada seorang nenek berpakaian lusuh bak pengemis, duduk bersimpuh tanpa alas, sambil merangkul tiga ikat sapu ijuk. Keadaannya terlihat payah, lemah, dan tidak berdaya. Setelah membayar ayam goreng, ibu teman saya bermaksud kingdomnews 04 memberi uang seribu karena iba. Saat menyodorkan lembaran uang tadi, tidak diduga si nenek malah menunduk kecewa dan menggeleng pelan. Sekali lagi diberi uang, sekali lagi nenek itu menolak. Penjual ayam goreng yang kebetulan melihat kejadian itu kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukanlah pengemis, melainkan penjual sapu ijuk. Paham akan maksud keberadaan sang nenek yang sebenarnya, ibu teman saya akhirnya memutuskan membeli tiga sapunya yang berharga Rp. 1.500,- per ikat. Meskipun ijuknya jarang-jarang dan tidak bagus, weeklydevotional ikatannya pun longgar. Menerima uang Rp. 5.000,- si nenek tampak mengomel sendiri. Ternyata dia tidak punya uang kembalian. “Ambil saja uang kembaliannya,”, kata ibu teman saya. Namun, si nenek ngotot untuk mencari uang kembalian Rp. 500,-. Dia lalu bangkit dan dengan susah payah menukar uang di warung terdekat. Ibu teman saya terpaku melihat polah sang nenek. Sesampainya di mobil, ia masih terus berpikir, bagaimana mungkin di zaman sekarang masih ada orang yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang begitu tinggi. Apakah kalian pernah bertemu dengan orang yang serupa dengan nenek penjual sapu ini? Nenek tersebut telah mengajarkan kepada kita tentang arti kerja keras. Kita yang masih muda mestinya merasa malu dan mau merubah kemalasan menjadi sebuah aksi nyata kerja keras, demi kewibawaan dan hidup yang jauh lebih baik. Sikap Rendah Hati Filipi 2:8-11 “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!” Ayat diatas menunjukkan kepada kita bagaimana kerendahan hati mendahului kehormatan. Supaya perkenanan dan rencana Tuhan dapat bekerja dalam hidup kita, syarat utamanya kita harus berjalan dalam kerendahan hati. Hal ini merupakan persyaratan bagi kita untuk lulus ujian kerendahan hati. Seperti yang kita lihat di sini, karena Yesus merendahkan diriNya, Allah sangat meninggikan Dia. Dan pada saat itu, tidak ada setan di neraka bisa melakukan apapun untuk mencegahnya. Ketika Tuhan mempromosikan Anda, tidak ada orang, tidak ada setan, tidak ada sistem apapun yang dapat menghambat Anda. Kuasa Tuhan yang mempromosikan itu tidak dapat ditolak. Tidak bisa dipungkiri, dan tak terkalahkan. Tetapi sikap yang rendah hati harus ada terlebih dahulu. Sering dikatakan bahwa tidak ada seorangpun berdiri lebih tinggi daripada saat dia berlutut di hadapan Allah. Mari kita merendahkan hati dan taat kepada Tuhan dalam setiap area kehidupan kita. Jika kita merendahkan diri kita di hadapanNya, Allah akan mengangkat kita. Pekerjaan Tuhan adalah untuk mempromosikan kita, dan tugas kita adalah untuk memiliki sikap yang rendah hati di hadapanNya. Promosi adalah bagian Tuhan dan pekerjaan Tuhan bagi orang-orang percaya. Sikap yang rendah hati membuka jalan bagi promosi dari Tuhan dalam hidup kita. “Happiness is a choice. Choose to smile and remind yourself of all the blessings in your life, don’t dwell on disappointment! Make today GREAT!” ~ Amber Riley (GLEE) 05 kingdomnews weeklydevotional artikel pendek budaya mengantri Seorang guru di Australia pernah berkata: “Kami tidak terlalu khawatir jika anakanak sekolah dasar kami tidak pandai MATEMATIKA. Kami jauh lebih khawatir jika mereka tidak pandai MENGANTRI.” Sewaktu ditanya, mengapa? “Karena yang terjadi di negara Indonesia justru sebaliknya!” Inilah jawabannya: 1. Karena hanya perlu waktu 3 bulan secara intensif untuk melatih anak bisa matematika. Sementara perlu waktu 12 tahun atau lebih untuk melatih anak agar bisa mengantri dengan baik dan benar; 2. Karena tidak semua anak kelak akan berprofesi menggunakan ilmu matematika, kecuali TAMBAH, KALI, KURANG dan BAGI 3. Karena biasanya hanya sebagian kecil saja dari siswa yang kelak akan memilih profesi di bidang yang berhubungan dengan matematika. Sementara. SEMUA MURID DALAM SATU KELAS ini pasti akan membutuhkan “Etika Moral” dan pelajaran berharga dari mengantri di sepanjang hidup mereka kelak. Memang ada pelajaran berharga dari MENGANTRI? “Ya! Banyak sekali pelajaran berharganya, yakni: 1. Anak belajar manajemen waktu. Jika ingin mengantri paling depan, harus datang lebih awal dan itu butuh persiapan lebih awal; 2. Anak belajar bersabar. Menunggu giliran tiba, terutama jika ia di antrian paling belakang; 3. Anak belajar menghormati hak orang lain. Yang datang lebih awal dapat giliran lebih dulu dan tidak merasa dirinya yang paling penting; 4. Anak belajar berdisiplin. Aturan mengantri adalah tidak menyerobot dan itu berarti tidak mengambil hak orang lain; 5. Anak belajar kreatif. Untuk mengatasi kebosanan saat mengantri merangsang berpikir untuk melakukan suatu aktivitas (di Jepang biasanya orang akan membaca buku saat mengantri); 6. Anak bisa belajar bersosialisasi. Menyapa dan mengobrol dengan orang lain di antrian; 7. Anak belajar tabah. Menjalani proses dalam mencapai tujuannya, sehingga tidak melegalkan cara-cara kotor dalam mencapai tujuan “PEOPLE will HURT you, GOD will HEAL you. PEOPLE will HUMILIATE you, GOD will MAGNIFY you. PEOPLE will JUDGE you, GOD will JUSTIFY you. Have FAITH!” “We have to pray with our eyes on GOD, not on the difficulties.” ~ Oswald Chambers “Perasaan tidak bersyukur dan tidak puas, jika diijinkan berlama-lama dalam diri kita, dapat menuntun kepada musibah.” ~ Philip Mantofa kingdomnews 06 infogereja ABOUT ROCK MINISTRY SINGAPORE SUNDAY SERVICE Sunday, 10.00 AM Grand Park Hotel, Ballroom Level 4 ~ KOMUNITAS MESIANIK (KM) YOUTH / BIBBLE STUDY Saturday, 05.00 PM Chandra +65 9876 1781 Every 1st and 3rd Friday, 07.30 PM KM ABRAHAM Ibu Helen+65 9628 3796 (East Coast) CHILDREN’S CHURCH Sunday, 10.30 AM Alink +65 90664130 Every Wednesday, 07.30 PM KM DANIEL Ervita +65 8173 9355 PRAYER MEETING Saturday, 12.30 PM Coronation Rd 21A (kediaman bapak gembala) Ida +65 9234 9771 Anda ingin belajar alkitab? Visit www.sabda.org Elektronik warta kami dapat di download di www.rocksg.org Every Thursday, 07.30 PM KM JOHN THE BAPTIST Lenny +65 9457 7470 (Ang Mo Kio) Every Friday, 07.30 PM KM DAVID Sumarto +65 9144 6605 (Serangoon) KM SAMUEL Chandra +65 9876 1781 (Bradell) KM JOSEPH Alink +65 9066 4130 (Toa Payoh) For more information: Email: [email protected] | Web: www.rocksg.org | Tel: (+65) 6251 5378 Pak Harry Pudjo: (+65) 8138 6320 | Ibu Tammie: (+65) 8428 3739 ROCK MINISTRY SINGAPORE COVERED BY: Enjoy Church How to get us... Grand Park hotel 270 Orchard Road, Singapore 238857 nearest MRT: Orchard MRT (exit A - Tangs/Lucky Plaza) Somerset MRT (exit B - 313) 07 kingdomnews